PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERAT. docx

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DALAM
PEMBELAJARAN MENULIS HURUF JAWA KELAS VII
MTS MA’ARIF NU KEJOBONG
PROPOSAL
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
Bahasa dan Sastra Jawa

oleh
Nama

: Puji Ratnasari

NIM

: 2601412095

Program Studi

: Pendidikan Bahasa Jawa


Jurusan

: Bahasa dan Sastra Jawa

FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Jawa merupakan salah satu muatan lokal yang dikembangkan di
wilayah Jawa, khususnya Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sama
seperti bahasa lainnya, dalam mempelajari bahasa Jawa terdapat empat
keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu keterampilan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan menulis merupakan hal yang dianggap sulit oleh peserta
didik, baik itu saat menulis sastra maupun nonsastra. Salah satu materi menulis
yang dianggap sulit bagi peserta didik adalah menulis huruf Jawa. Marliana
(2013) menyatakan bahwa, menulis huruf Jawa sebagai salah satu keterampilan

yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam mengajar di sekolah.
Selama ini, peserta didik berargumen bahwa materi tentang huruf Jawa baik
itu ketrampilan membaca maupun menulis merupakan salah satu materi tersulit
dalam pembelajaran bahasa Jawa. Mereka berpendapat pembelajaran yang sudah
ada cenderung membosankan karena dalam pembelajaran menulis huruf Jawa
guru biasanya hanya menyuruh siswa untuk menyalin materi yang ada di buku
ajar. Hal tersebut kurang membuat siswa termotifasi untuk berlatih menulis
dengan huruf Jawa.
Salah satu guru Bahasa Jawa di MTS Ma’arif NU Kejobong mengatakan
bahwa, selama ini model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran

1

2

menulis huruf Jawa masih bersifat klasih. Hal ini dikarenakan, guru masih
bingung memilih model pembelajaran yang tepat.
Meskipun huruf Jawa sudah kita pelajari sejak kita berada di bangku
sekolah dasar, akan tetapi kita hanya mempelajarinya saat ada pembahasan
tentang materi terebut saja. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan oleh

pendidik biasanya merupakan model pembelajaran tradisional yang kurang bisa
membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam suatu proses pembelajaran tentunya seorang pendidik memerlukan
model dan metode pembelajaran yang tepat agar lebih menarik perhatian peserta
didik. Dalam memilih model pembelajaran, pendidik harus mempertimbangkan
beberapa hal, diantaranya yaitu materi yang akan diaplikasikan dalam model
tersebut, kondisi kelas, serta sarana dan prasarana yang ada. Pendidik tidak bisa
secara acak memilih model pembelajaran yang akan digunakan di dalam kelas.
Apabila model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan materi, maka
materi tersebut pun tidak bisa tersampaikan kepada peserta didik. Model
pembelajaran yang baik juga harus didukung dengan sarana prasarana yang baik
pula karena, jika tidak ada sarana dan prasarana yang mendukung, materi pun
tidak bisa tersampaikan secara maksimal.
Pembelajaran yang kurang menarik dan cenderung membosankan dapat
mempengaruhi kondisi psikologi peserta didik saat belajar. Sebuah model
pembelajaran terkadang bisa diterapkan tidak hanya untuk satu materi, akan tetapi
bisa digunakan untuk beberapa materi. Model pembelajaran yang cocok untuk
materi pembelajaran menulis adalah model yang bisa memicu peserta didik untuk
aktif dalam kelas. Hal tersebut dikarenakan menulis merupakan proses produksi,
dimana hasil akhirnya merupakan sebuah produk atau karya.


3

Pengajaaran menulis tidak cukup diterima mendengarkan secara lisan apa
yang diterangkan oleh pendidik, tetapi perlu latihan-latihan menulis yang
berkelanjutan (Marliana : 2013). Hal ini juga berlaku untuk pembelajaran menulis
huruf Jawa. Peserta didik tidak bisa hanya mendengarkan dan mengamati apa
yang dijelaskan oleh pendidik, akan tetapi harus mempraktekannya langsung.
Selain itu, peserta didik memerlukan latihan berkelanjutan agar pada akhir
pembelajaran bisa terbiasa menulis huruf Jawa.
Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran
menulis adalah model pembelajaran cooperative round table. Model pembelajaran
ini efektif untuk pembelajaran menulis karena peserta didik diajak untuk lebih
aktif dalam pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran ini juga dapat melatih
peserta didik untuk bekerjasama dengan rekannya.
Akan tetapi, perlu dilakukan pengembangan

model

pembelajaran


cooperative round table sebelum diterapkan dalam pembelajaran. Model
pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan yaitu menulis huruf
Jawa. Sehingga, materi tersebut dapat diterima dengan baik oleh peserta didik.
Penelitian ini akan difokuskan pada masalah pengembangan model
pembelajaran cooperative round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa
kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong. Penelitian yang digunakan yaitu
penelitian Research and Development (R&D), dengan hasil model pembelajaran
baru yang disesuaikan dengan kebutuhan di MTS Ma’arif NU Kejobong.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi, antara lain:

4

1) Peserta didik masih kesulitan dalam mempelajarai huruf Jawa, khususnya
pada keterampilan menulis.
2) Model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik kurang inovatif dan
mengajak peserta didik untuk lebih kreatif.
3) Peserta didik merasa bosan dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh

pendidik.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, masalah yang muncul
sangatlah kompleks sehingga perlu dibatasi. Pembatasan masalah ini bertujuan
agar pembahasan tidak terlalu luas, sehingga tidak keluar dari tema yang
dibicarakan.
Penelitian ini difokuskan pada masalah model pembelajaran yang sesuai
untuk pembelajaran menulis huruf Jawa kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong.
Alternatif yang diberikan yaitu dengan model pembelajaran cooperative round
table dengan pengembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
dan pendidik.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah,
antara lain:
1) Bagaimanakah desain model pembelajaran menulis huruf Jawa yang
dibutuhkan oleh pendidik dan peserta didik kelas VII MTS Ma’arif NU
Kejobong?
2) Bagaimanakah prototipe model pembelajaran cooperative round table
untuk pembelajaran menulis huruf Jawa?


5

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui desain model pembelajaran menulis huruf Jawa yang
dibutuhkan oleh pendidik dan peserta didik.
2) Untuk mengembangkan model pembelajaran cooperative round table
pada pembelajaran menulis huruf Jawa.
1.6 Manfaat Penelitian
Secara garis besar manfaat penelitian tediri atas dua hal yaitu, manfaat
secara teoretis dan manfaat secara praktis. Secara teoretis, manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai pedoman atau acuan bagi penelitian
selanjutnya. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur
dalam melakukan penelitian yang sejenis.
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi peserta didik,
guru, dan peneliti. Bagi peserta didik, dapat menumbuhkan minat peserta didik
untuk mempelajari dan memelihara Bahasa Jawa, khususnya huruf Jawa. Selain
itu juga dapat meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam menulis huruf Jawa.
Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan alternatif pemilihan model
pembelajaran yang inovatif dan tidak membosankan bagi siswa. Sedangkan bagi

peneliti, penelitian ini dapat memperkaya wawasan tentang pembelajaran bahasa
Jawa, khususnya huruf Jawa dan pengembangan model pembelajaran cooperative
round table.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Model pembelajaran yang iovatif, interaktif dan dapat memancing keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran terus dikembangkan oleh para peneliti.
Model pembelajaran tersebut dalam penerapannya di dalam kelas juga harus
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan karena, tidak semua materi
bisa disajikan dengan model pembelajaran yang sama. Begitu juga pada
pembelajaran menulis huruf Jawa. Salah satu dari model pembelajaran yang
dikembangkan oleh para peneliti adalah model pembelajaran round table.
Penelitian yang menjadikan model pembelajaran round table dan
kompetensi menulis huruf Jawa sebagai objek kajiannya sudah pernah dilakukan
sebelumnya. Sehingga, penelitian tersebut bisa dijadikan sebagai kajian pustaka
dalam penyusunan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut antara lain,
Marlina (2013), Erna (2013), dan Anisatul (2011).
Marlina (2013), melakukan penelitian dengan


judul

Peningkatan

Keterampilan Menulis Kata Berhuruf Jawa yang Menggunakan Sandhangan
Swara dengan Model Anom pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Srobyong Jepara.
Pada

penelitian

ini

membuktikan

bahwa

dengan

menggunakan


model

pembelajaran Anom dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam menulis huruf
Jawa. Hal tersebut dibuktikan dari adanya peningkatan pada siklus II (setelah
diterapkan model pembelajaran Anom). Hasil tes siklus II mengalami peningkatan
sebesar 11,4 % dari hasil siklus I. Persamaan penelitian Marlina (2013) dengan

7

8

penelitian ini adalah pada objek yang akan dikaji, yaitu huruf Jawa. Sedangkan
perbedaannya adalah penelitian milik Marlina (2013) merupakan penelitian
tindakan kelas, sedangkan penelitian yang

akan peneliti lakukan merupakan

penelitian Research and Developmen (R&D). Selain itu, model pembelajaran yang
diterapkan pada penelitian Marliana (2013) adalah model pembelajaran Anom,

sedangkan pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran cooperative
round table.
Berbeda dengan penelitian milik Marliana (2013), penelitian milik Irna
(2013) menggunakan model pembelajaran cooperative round table sebagai objek
kajiannya. Irna (2013) meneliti tentang Efektivitas Teknik Meja Bundar (Round
Table) dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek. Perbedaan antara penelitian
Irna (2013) dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada jenis penelitian
dan penerapan metode yang akan diteliti. Penelitian Irna (2013) merupakan
penelitian eksperimen, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan
jenis penelitian R&D. Selain itu, penelitian Irma (2013) meneliti tentang
penerapan round table dalam pembelajaran menulis cerita pendek, sedangkan
penelitian yang akan dilakukan meneliti penerapan round table dalam
pembelajaran menulis huruf Jawa.
Sama seperti penelitian Irna (2013), Anisatul (2011) menggunakan model
pembelajaran Cooperative Round Table sebagai objek kajiannya. Akan tetapi,
terdapat perbedaan antara penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti.

Perbedaan

tersebut

terletak

pada

jenis

penelitian

dan

objek

pengaplikasian model. Pada penelitian milik Anisatul (2011), memilih kompetensi
menulis deskripsi sebagai objek pengaplikasian model pembelajaran, sedangkan

9

pada penelitian yang akan peneliti lakukan memilih menulis huruf Jawa sebagai
objek pengaplikasian model pembelajaran. Penelitian milik Anisatul (2011)
merupakan penelitian tindakan kelas, sedangkan penelitian ini yaitu penelitian
pengembangan atau R&D.
Penelitian milik Anisatul (2011) yang berjudul Peningkatan Keterampilan
Menulis Deskripsi Melalui Model Kooperatif Tipe Round Table pada Siswa Kelas
X A SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta ini membuktikan bahwa

penerapan

model pembelajaran cooperative round table dalam pembelajaran menulis
deskripsi mempunyai pengaruh dan mampu meningkaatkan keterampilan menulis
deskriptif siswa.
2.2 Landasan Teori
Dalam melakukan penelitian membutuhkan teori-teori yang relefan
dengan kegiatan penelitian pengembangan ini. Adapun teori-teori yang
digunakan meliputi, 1) Model Pembelajaran Kooperatif, 2) Round Table,
3) Menulis, 4) Huruf Jawa.
2.2.1. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie (2010:28) dalam Anisatul (2013), model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama kelompok
dalam menyelesaikan sebuah masalah.
Menurut Hasan dalam Solihatin dan Raharjo (2009: 4), pembelajaran
kooperatif mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa secara individu mencari hasil yang
menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa

10

bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya
dalam kelompok tersebut.
Ngalimun (2014: 161) berpendapat bahwa model pembelajara kooperatif
adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama
saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.
Model pembelajaran kooperatif meupakan sebuah pendekatan untuk
mengorganisir aktivitas-aktivitas kelas ke dalam pengalaman-pengalaman
akademik dan sosial. Pendekatan ini telah terbukti berhasil dalam penerapannya,
dimana para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, dengan tingkat
kemampuan yang berbeda-beda, memanfaatkan aktivitas-aktivitas belajar yang
beragam untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap suatu pelajaran.
Setiap anggota kelompok bertanggungjawab tidak hanya untuk mempelajari apa
yang diajarkan guru, namun juga untuk membantu teman-teman dalam
kelompoknya untuk belajar. Para siswa harus bekerja dalam kelompok untuk
menyelesaikan tugas-tugas secara kolektif. Setiap anggota suatu kelompok
dinyatakan berhasil jika kelompok tersebut berhasil.
Usaha-usaha bekerjasama dalam kelompok dalam pembelajaran kooperatif
dapat menghasilkan keuntungan bagi para siswa yang terdapat dalam sebuah
kelompok, dimana semua anggota kelompok dapat:
a) Memperoleh sesuatu dari usaha satu sama lain.
b) Menyadari bahwa semua anggota kelompok menjalani hal yang sama.
c) Mengetahui bahwa pencapaian seseorang secara mutual disebabkan oleh
dirinya sendiri dan anggota-anggota kelompoknya.
d) Merasa bangga dan merayakan keberhasilan seorang anggota kelompok
sebagai keberhasilan bersama.

11

Penelitian yang dilakukan para ahli dan praktisi pendidikan
membuktikan bahwa teknik pembelajaran kooperatif membawa dampak
positif sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)

Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian akademik siswa.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat.
Menambah kepuasan siswa terhadap pengalaman belajarnya.
Membantu siswa mengembangkan keterampilan berbicara (oral skills)

dalam berkomunikasi.
e) Mengembangkan keterampilan sosial siswa.
f) Mengangkat harga diri siswa.
g) Membantu memajukan hubungan antar ras yang positif.
Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2010:31) model
pembelajaran kooperatif memiliki 5 elemen dasar yang memungkinkannya
untuk membuahkan hasil yang lebih produktif dibandingkan dengan
pendekatan lain yang sifatnya kompetitif dan individualistik. Kelima
elemen tersebut yaitu:
1) Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence).
Saling ketergantungan positif membuat setiap anggota kelompok
merasa terhubung satu sama lain dalam proses menyelesaikan suatu tugas
atau mencapai suatu tujuan. Usaha dari setiap anggota kelompok sangat
dibutuhkan demi kesuksesan kelompok. Setiap anggota kelompok
mempunyai sebuah kontribusi yang unik dalam upaya bersama
berdasarkan peranannya, kemampuannya, serta tanggung jawabnya.
Saling ketergantungan positif meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Tujuan, yaitu hasil yang diharapkan dari aktivitas.
- Insentif/dorongan, yaitu alasan mengapa sebuah kelompok harus
menyelesaikan tugasnya.

12

- Sumber daya, yaitu bahan dan alat yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu tugas.
- Peranan, yaitu tugas yang diberikan kepada anggota kelompok untuk
memastikan bahwa setiap anggota memberikan kontribusi.
- Sekuen, yaitu tahap-tahap atau langkah-langkah penyelesaian tugas.
- Simulasi, yaitu alternatif pola pikir yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan.
- Tekanan dari luar, yaitu sesuatu yang membatasi waktu atau sesuatu
yang digunakan sebagai pendorong untuk pencapaian.
- Lingkungan, yaitu bahwa setiap anggota kelompok berada dalam
kedekatan satu sama lain.
- Identitas, yaitu semua anggota kelompok terhubung dalam satu tim.
2) Interaksi Langsung (Face-to face Interaction).
Interaksi langsung merupakan sebuah bentuk interaksi dimana setiap
anggota kelompok harus berpartisipasi dengan cara mengkomunikasikan
atau mendiskusikan tujuan yang akan dicapai. Dalam interaksi ini para
anggota kelompok menjelaskan secara lisan bagaimana memecahkan
masalah, saling membagikan pengetahuan, saling mengecek tingkat
pemahaman, mendiskusikan konsep-konsep yang sedang dipelajari, serta
menghubungkan pembelajaran yang lalu dengan yang sekarang
3) Pertanggungjawaban Individu dan Kelompok (Individual and Group
Accountability).
Pertanggung jawaban individu dan kelompok berarti bahwa setiap
anggota

kelompok

mempunyai

tanggung

jawab

untuk

dapat

mendemonstrasikan pengetahuan dan pemahaman mengenai ekspektasiekpektasi akademik yang dipelajari dan tujuan-tujuan sosial. Ada
beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam poin ini yaitu:

13

- Para siswa sebaiknya dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, karena
semakin kecil kelompoknya, akan semakin besar pertanggungjawaban
individual yang dapat diberikan siswa
- Tes individual perlu diberikan kepada setiap siswa
- Guru perlu menguji siswa secara acak dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan lisan dengan memanggil satu atau dua orang
siswa untuk mempresentasikan pekerjaan kelompoknya kepada guru
atau seluruh kelas
- Guru perlu mengobservasi setiap kelompok dan mencatat frekuensi
dimana setiap anggota berkontribusi terhadap pekerjaan kelompok
- Guru perlu menugaskan seorang anggota dalam setiap kelompok
sebagai pengecek (checker). Checker menanyakan kepada anggotaanggota kelompok mengenai pokok-pokok gagasan yang menjadi
-

jawaban kelompok
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajarkan apa

yang telah mereka pelajari kepada teman kelompoknya.
4) Keterampilan Antarpibadi dan Kelompok Kecil (Interpersonal & SmallGroup Skills)
Keterampilan antarpribadi dan kelompok kecil ini adalah keterampilan
yang dibutuhkan sebelum atau dikembangkan selama proses bekerja
kelompok. Keterampilan sosial yang harus diajarkan antara lain adalah:
- Kepemimpinan
- Membuat keputusan
- Membangun kepercayaan
- Komunikasi
- Manajemen konflik
5. Proses kelompok (Group Processing)
Dalam hal ini anggota-anggota kelompok mendiskusikan sebaik apa
pencapaian mereka terhadap tujuan-tujuan mereka dan memelihara
hubungan kerja yang efektif. Selain itu, secara bersama membuat

14

keputusan mengenai perilaku-perilaku mana yang dapat diteruskan atau
yang harus diubah, serta menjelaskan tindakan-tindakan yang dilakukan
di dalam kelompok , mana yang berguna dan mana yang tidak.
Dari teori-teori tentang pembelajaran kooperatif, peneliti akan
menggunakan teori milik Lie dan Huda sebagai dasar penelitian.
2.2.2. Teknik Pembelajaran Round Table
Round table pertama kali diperkenalkan oleh Arthur (Raja kerajaan Inggris).
Pada waktu itu, round table digunakan untuk menyelesaikan perselisihan antar
petani gula. Selain itum round table juga digunakan untuk membahas masalahmasalah yang ada dalam kerajaan maupun di luar kerajaan, misalnya menentukan
strategi perang.
Seiring dengan bertambahnya waktu, round table dikembangkan oleh
Spencer Kagan menjadi salah satu model pembelajaran kooperatif. Round table
merupakan teknik menulis yang meneraapkan pembelajaran dengan menunjuk
tiap-tiap anggota kelompok untuk berpartisipasi secara bergiliran dalam
kelompoknya dengan membentuk meja bundar atau duduk melingkar (Mccafferty,
2006: 191).
Berikut langkah-langkah pembelajaran menulis deskripsi dengan teknik
round table.
1. Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5-6 siswa secara hetrogen.
2. Masing-masing siswa duduk sesuai dengan kelompoknya dengan posisi
membentuk lingkaran kecil mengelilingi meja.
3. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya mengenai objek yang diamati dan
menyampaikan persepsi.
4. Masing-masing anggota kelompok menyumbangkan idenya terkait
dengan objek secara bergiliran di kertas yang telah dibagikan.

15

5. Siswa pertama menyumbangkan idenya, dilanjutkan siswa kedua dan
seterusnya hingga siswa terakhir. Penyusunan ide-ide tersebut dilakukan
secara kolaborasi.
6. Ide-ide yang telah terkumpul digunakan sebagai bahan setiap anggota
kelompok untuk menyusun karangan deskripsi secara individu.
7. Karangan deskripsi masing-masing anggotaa kelompok yang telah
tercipta ditukarkan dan didiskusikan dalam kelompok untuk dilakukan
pengeditan.
Round table adalah teknik pembelajaran kooperatif sederhana yang dapat
digunakan dengan subyek apapun. Round table paling banyak digunakan pada
awal sebuah pelajaran untuk mengadakan aktivitas pembangunan tim yang
berhubungan dengan isi pelajaran.
Menurut Huda (2011: 141), dalam kegiatan Round Table, masing-masing
anggota kelompok berkesampatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan anggota yang lainnya.
2.2.3. Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung serta tidak tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan
menulis ini, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur

kata, dan

kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan
harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Tarigan, 2008:3-4).
Menurut Lado dalam Tarigan (2008:22), menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak

16

menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi
bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Menurut Akhadiah dalam Khanifa (2011:28) menulis adalah suatu kegiatan
penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan
adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah
sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa
yang sudah disepakati pemakaiannya. Komunikasi tertulis terdapat empat unsur
yang terlibat di dalamnya, yaitu (1) penulis sebagai suatu pesan, (2) pesan atau isi
tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, (4) pembaca sebagai penerima pesan.
2.2.4. Huruf Jawa
Masyarakat Indonesia saat ini lebih terbiasa menggunakan huruf Latin yang
terdiri dari 26 huruf. Hal tersebut dikarenakan, huruf Latin lebih bersifat universal
dan diketahui oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Namun disamping
penggunaan huruf Latin, hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki bentuk
huruf masing-masing, seperti huruf Lampung, huruf Sunda, Huruf Jawa, huruf
Bali dan lain sebagainya. Penggunaan huruf daerah saat ini lebih bersifat regional
atau kedaerahan dan bertujuan untuk melestarikan huruf tersebut agar tidak
hilang. Hal tersebut berbeda dengan beberapa negara lain yang menjadikan huruf
mereka sebagai huruf nasional yang merupakan huruf yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat di semua bagian negara tersebut. Beberapa
negara yang menjadikan huruf mereka sebagai huruf nasional adalah India,
Thailand, dan negara-negara timur tengah seperti Arab Saudi, Iraq, Iran, Mesir,
dan Uni Emirat Arab.
Dari berbagai huruf daerah yang ada di Indoneisa, salah satunya adalah
huruf Jawa. Huruf Jawa merupakan huruf yang diturunkan dari huruf Sansakerta,

17

hal tersebut dapat dilihat dari beberapa karakteristik kedua huruf yang hampir
sama. Diataranya yaitu awal penulisan yang dimulai dari kiri ke kanan, letak huruf
yang menggantung di atas garis dan bersifat kesukukataan.
Huruf Jawa terdiri dari 20 huruf pokok atau sering disebut Dentawyanjana
yang berarti huruf gigi, hal tersebut diutarakan oleh Padmosoekotjo (1984: 2),
“Dentawyanjana ateges huruf untu (denta = untu, wyanjana = huruf) lumrahe
ditegesi carakan yaiku urut-urutane huruf Jawa wiwit saka ꦀ tekan ꦀ cacahe
rong puluh”. (Dentawyanjana berarti huruf gigi (denta = gigi, wyanjana = huruf)
umumnya disebut carakan yaitu berturut-turut dari ꦀ (ha)

sampai ꦀ

(nga)

berjumlah dua puluh). Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Parwondo
dkk. (1999: 1) yang menyatakan bahwa huruf Jawa dan pasangannya memiliki
jumlah keseluruhan yaitu duapuluh. Huruf dan pasangannya tersebut dari awal
sampai akhir pada umumnya diberi nama Dentawyanjana atau Carakan.
Kedua pendapat tersebut sama-sama memberi nama huruf Jawa dengan
Dentawyanjana atau Carakan, dimana Dentawyanjana atau carakan tersebut
memiliki duapuluh huruf yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Huruf Jawa (Dentawyanjana atau Carakan)

Nama
Huruf

Huruf
Pokok

Hu
ruf
Pas
an
ga
n

Pemakaian
dalam kata

Ha

ꦀꦀ

....ꦀ

ꦀꦀ
ꦀꦀꦀꦀꦀ= ayam abang

Na

ꦀꦀ

....ꦀ

ꦀꦀ
ꦀꦀꦀ
ꦀ = nanem nangka

18

Ca

ꦀꦀ

...ꦀ

ꦀꦀ
ꦀꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀ = camat-cimit

Ra



....ꦀ

ꦀꦀꦀꦀꦀꦀ= ragad rabi

Ka



....ꦀ

ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = kawak-kawak

Da



....ꦀ

ꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀ
ꦀ = dalan-dalan

Ta



....ꦀ

ꦀꦀꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀ = tapak tilas

Sa



....ꦀ

ꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀ= saben sasi

Wa



....ꦀ

ꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀꦀ
ꦀꦀ = watuk-watuk

La



....ꦀ

ꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀ
ꦀ= lamuk lanang

Pa



....ꦀ

ꦀꦀꦀ
ꦀ = panen pari

Dha



....ꦀ

ꦀꦀ
ꦀꦀ= dhandhang

Ja



....ꦀ

ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = jajal-jajal

Ya



....ꦀ

ꦀꦀꦀ
ꦀꦀ = yakin yekti

Nya



...ꦀ

ꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀ = nyabut nyawa

Ma



....ꦀ

ꦀꦀ
ꦀꦀꦀꦀ = manuk manyar

Ga



....ꦀ

ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = gagak galak

Ba



....ꦀ

ꦀꦀꦀꦀꦀꦀ
ꦀ = bal-balan

Tha



....ꦀ

ꦀꦀꦀꦀꦀꦀ
ꦀ = thak-thakan

19

Nga



....ꦀ

ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ = ngajak ngaso

Disamping Dentawyanjana atau carakan yang berjumlah dua
puluh tersebut, huruf Jawa juga masih memiliki sandhangan (pengubah
bunyi), aksara swara (huruf vokal), aksara rekan (suku kata pengganti),
aksara murda (huruf kapital), dan angka Jawa.
Sandhangan ialah tanda diakritik yang dipakai sebagai pengubah
bunyi di dalam huruf Jawa. Huruf Jawa yang tidak mendapat sandangan
diucapkan sebagai gabungan antara konsonan dan vokal “a”. Berikut
adalah macam-macam huruf Sandhangan.
Tabel 2.2 Huruf Sandhangan
Nama
Huruf

Wujud
Huruf

Wulu

..ꦀ
...

i

ꦀꦀ
ꦀꦀ = siti

Pepet

...ꦀ
...

e

ꦀꦀ
ꦀꦀꦀ = sepatu

Suku

..ꦀ
...

u

ꦀꦀ
ꦀꦀ = kuku

Taling

ꦀ......

é

ꦀꦀꦀ = téla

Bunyi Huruf

Pemakaian
kata

Taling
Tarung

ꦀ......ꦀ

o

ꦀꦀꦀꦀꦀ = mori

Wignyan

......ꦀ

...h

ꦀꦀꦀ = sawah

dalam

20

Layar

......ꦀ

...r

ꦀꦀ ꦀ= latar

Cecak

...ꦀ
...

...ng

ꦀꦀ
ꦀ = mangsa

Pangkon

......ꦀ

Huruf mati

ꦀꦀ = iwak

Cakra

ꦀ......

...ra

ꦀꦀꦀ = krasa

Keret

......ꦀ

...re

ꦀꦀꦀꦀ = kremi

Pengkal

......ꦀ

...ya

ꦀꦀꦀꦀ= Pyayi

Aksara swara (huruf vokal) adalah huruf yang digunakan apabila
huruf vokal menjadi suku kata di awal kata. Aksara swara (huruf vokal)
dalam huruf Jawa terdapat lima macam, yaitu:
Tabel 2.3 Huruf Swara

Nama
Huruf

Wuju
d
Huruf

Bunyi
Huruf

Pemakaian
dalam kata

A

ꦀꦀ

A

ꦀꦀꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀꦀ
ꦀ = Alkuran

I

ꦀꦀ

I

ꦀꦀꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀ = Ibnu Majah

U

ꦀꦀ

U

ꦀꦀꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀ = Urbanisasi

E



E

ꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀ = Emanuel

O

ꦀꦀ

O

ꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀꦀ
ꦀ = Oktober

21

Aksara rekan (huruf rekaan), adalah huruf yang dipakai untuk
menuliskan konsonan pada kata-kata asing yang masih dipertahankan
seperti aslinya. Macam-macam huruf rekan adalah sebagai berikut.

Tabel 2.4 Huruf Rekan

Nama
Huruf

Wujud
Huruf

Huruf
Pasan
gan

Pemakaian
dalam kata

Kha

ꦀꦀ

.....ꦀꦀ

ꦀꦀꦀꦀ
ꦀꦀ = Khatib

Dza

ꦀꦀ

.....ꦀꦀ

ꦀꦀꦀꦀ
ꦀꦀ = dzalim

Fa/va

ꦀꦀ

.....ꦀꦀ

ꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀ = fungsine

Za

ꦀꦀ

.....ꦀꦀ

ꦀꦀꦀꦀ
ꦀ = zaman

Gha

ꦀꦀ

.....ꦀꦀ

ꦀꦀꦀ
ꦀꦀꦀ = ghulam

Angka Jawa merupakan pengganti angka Latin dalam huruf Jawa,
dalam penggunaannya angka Jawa memakai pinjaman dari huruf lain atau
bagian dari sebuah huruf. Pemakaian angka Jawa pasti didahului oleh tang
“ ꦀ “.

22

Tabel 2.5 Angka Jawa
Angka
Latin

Angka
Jawa

Angka
Latin

Angka
Jawa

1



6



2



7



3



8



4



9



5



0



2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan obseervasi awal yang telah dilakukan di MTS Ma’arif NU
Kejobong,

diketahui

bahwa

ada

beberapa

kendala

dalam

pelaksanaan

pembelajaran huruf Jawa. Kendala tersebut diantaranya: siswa merasa kesulitan
dalam mengenali huruf Jawa khususnya pasangan aksara Jawa, mereka juga
masih kesulitan saat menulis tulisan beraksara murda dan aksara rekan.
Model pembelajaran yang sudah diterapkan oleh pendidik di MTS Ma’arif
NU Kejobong masih cenderung konvensional. Hal ini terlihat dari cara pendidik
mengajar dan metode dalam RPP yang digunakan masih konvensional. Maka dari
itu peneliti berkeinginan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif
tipe round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa di MTS Ma’arif NU
Kejobong .
Peneliti bermaksud untuk mencoba membantu membuatkan model
pembelajaran menulis huruf Jawa di MTS Ma’arif NU Kejobong . Hal ini

23

dimaksudkan agar tercipta suatu prototipe produk pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe round table yang nantinya dapat menjadi referensi
bagi pendidik mata pelajaran Bahasa Jawa.
Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah produk model
pembelajaran. Model pembelajaran tersebut akan peneliti kembangkan dengan
metode Research and Development agar menjadi modul yang sesuai dengan
kebutuhan. Skema alur kerangka berpikir ini dapat dilihat dalam bagan dibawah
ini:
Bagan 2.3. Alur berpikir penelitian dan pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe round table.

Analisis kebutuhan model pembelajaran kooperatif tipe round
table
Perencenaan model pembelajaran kooperatif tipe round table:
a. Menyusun silabus;
b. Menyusun RPP;
c. Validasi dari ahli model dan ahli materi.

Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe round table:
a. Pelaksanaan pembelajaran;
b. Oemberian pretest dan posttest;
c. Pemberian angket keatifan dan motivasi belajar siswa.

Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe round table:
a. Analisis hasil pretest dan posttest;
b. Uji hipotesis penelitian;
c. Analisis angket keaktifan dan motivasi belajar siswa;
d. Menarik kesimpulan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau
Research and Development. Sugiyono (2010: 407) menyatakan bahwa metode
penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya disebut Research and
Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Pendapat tersebut
sejalan dengan pemikiran Borg dan Gall dalam Adnan (2009:2), educational
research and development is a process used to develop and validate educational
product atau dapat diartikan bahwa penelitian pengembangan pendidikan adalah
sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk
pendidikan. Produk di sini tidak terbatas pada benda-benda yang digunakan dalam
pembelajaran, namun juga unsur-unsur lain yang mampu membantu pelaksanaan
proses pembelajaran seperti kurikulum, metode dan teknik pembelajaran, media
pembelajaran, dan lain sebagainnya.
Terdapat

sepuluh

tahapan

yang

dilalui

dalam

penelitian

dan

pengembangan (Research and Delevopment) hingga menghasilkan produk yang
dikehendaki. Kesepuluh tahapan tersebut yaitu:

25

26

1) Perumusan potensi dan masalah
Tahap perumusan masalah dan potensi ini diisi dengan kegiatan
observasi atau pengamatan pelaksanaan pembelajaran membaca huruf Jawa
antara pendidik dan peserta didik di sekolah sebagai subjek penelitian.
Bersumber dari pengamatan atau observasi yang dilakukan akan diperoleh
rumusan masalah yang muncul dalam pembelajaran membaca huruf Jawa.
2) Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data dilakukan kegiatan analisis kebutuhan
kepada pendidik dan peserta didik terhadap media pembelajaran membaca
aksara Jawa yang nantinya bisa digunakan dalam mengatasi masalah yang
muncul dalam pembelajaran. Selain itu pada tahapan ini juga dilakukan studi
pustaka mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki relevansi
atau kesesuaian dengan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran
membaca aksara Jawa.
3) Desain Produk
Dibentuknya bagan, gambar kerja, dan uraian mengenai produk yang
akan dibuat merupakan hal yang dilakukan dalam tahap desain produk ini.
Menggunakan pertimbangan kebutuhan pendidik dan peserta didik yang
nantinya akan menggunakan produk tersebut, maka dapat disusun desain
sementara produk guna mengatasi permasalahan yang terjadi dalam
pembelajaran membaca aksara Jawa. Desain produk ini masih bersifat
sementara, karena belum melewati proses validasi dari ahli di bidang produk
yang disusun tersebut.
4) Validasi Desain
Pada tahap inilah dilakukan penilaian terhadap desain produk yang
telah tersusun. Proses penilaian ini dilakukan dengan menghadirkan beberapa

27

pakar atau ahli di bidang produk yang dihasilkan, dalam hal ini media
pembelajaan berupa Javanese pop up book (buku pop up berhuruf Jawa),
maka pakar atau ahli yang dilibatkan merupakan ahli di bidang media dan
pakar atau ahli aksara Jawa. Titik akhir dari tahap ini adalah teridentifikasinya
kelebihan dan kekurangan prototipe produk yang telah tersusun.
5) Perbaikan Desain
Bersumber dari hasil validasi oleh para pakar atau ahli berupa
deskripsi kelebihan dan kekurangan produk, maka dilakukan perbaikan desain
guna mengurangi kelemahan yang muncul dalam desain produk sebelumnya.
Hasil dari tahap inilah yang nantinya memunculkan media pembelajaran
membaca huruf Jawa sesuai dengan kebutuhan pendidik dan peserta didik dan
sesuai dengan standar yang telah diberikan oleh pakar atau ahli materi dan
media.
6) Uji Coba Produk
Setelah dilakukan perbaikan atau revisi terhadap produk yang
dihasilkan, langkah selanjutnya dalam prosedur penelitian dan pengembangan
adalah dilakukan uji coba terbatas terhadap produk. Uji coba dilakukan untuk
mengetahui efektifitas dan efisiensi produk yang dihasilkan dibandingkan
dengan produk sebelumnya. Untuk itu dilakukan pembandingan produk yang
digunakan sebelumnya dengan produk yang baru dihasilkan. Apabila hasil
pembendingan menunjukkan bahwa produk yang baru dihasilkan memiliki
kelebihan maka produk tersebut layak untuk dikembangkan lebih lanjut.
Selain itu, bersumber dari uji coba terbatas inilah diketahui kelebihan dan
kelemahan produk yang dihasilkan. Langkah selanjutnya adalah dilakukan
revisi produk.
7) Revisi Produk

28

Revisi produk dilakukan apabila produk yang dihasilkan belum sesuai
dengan apa yang diharapkan. Dasar yang digunakan untuk mengetahui hal
tersebut dapat dilihat pada hasil uji coba terbatas. Tujuan dari revisi produk
ini adalah untuk megurangi kelemahan dan menyempurnakan produk yang
dihasilkan.
8) Uji Coba Pemakaian
Apabila uji coba terbatas terhadap produk telah berhasil dilakukan dan
dilakukan revisi terhadap kekurangan yang mungkin masih terdapat pada
produk dilanjutkan dengan tahap uji coba pemakaian. Uji coba ini dilakukan
dengan skala yang lebih besar, seperti pada lembaga pendidikan seperti
sebuah sekolah. Dalam pelaksanaannya, pengamatan terhadap kelebihan dan
kekurangan produk tetap harus dilakukan.
9) Revisi Produk
Langkah ini dilakukan apabila dalam uji coba pemakaian masih
terdapat kelemahan dan kekurangan pada produk. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan produk yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna
dan sesuai dengan standar produk lain yang telah digunakan.
10) Pembuatan Produk Masal
Apabila produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan kebutuhan dan
standar serta telah dinyatakan efektif dan efisien untuk mengatasi
permasalahan yang ada maka produk tersebut bisa diterapkan pada subjeksubjek lain secara luas. Mengingat produk yang dihasilkan adalah produk
pendidikan, maka produk tersebut dapat diterapkan di semua lembaga
pendidikan.
Kesepuluh tahapan dalam penelitian ini merupakan tahapan yang dilalui
dalam penelitian dan pengembangan atau research and development yang

29

dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 409-427). Mengingat betapa kompleks
penelitian dan pengembangan ini, maka tahapan yang dilalui disederhanakan
menjadi tujuh tahap saja, yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3)
desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) Uji coba produk, dan 7)
Revisi Produk. Penyederhanaan tahapan penelitian ini dilakukan juga karena
waktu yang diperlukan akan sangat lama apabila semua tahapan (10 tahapan)
dilakukan secara keseluruhan sesuai dengan teori yang dikemukakan Sugiyono.
Selain itu dengan dibatasi/disederhanakannya tahapan pengembangan model ini,
diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada peneliti-peneliti selanjutnya
untuk mengembangkan kembali produk yang telah dihasilkan melalui tiga tahapan
yang belum dilaksanakan.
Uji coba produk akan menggunakan pre-experimental design dengan jenis
pre-test and post-test one group. Uji coba produk akan dilakukan pada skala
terbatas yaitu kelas VII A, kemudian dilakukan evaluasi. Adapun desain pretest and post-test one group yaitu:
O1 X O2

O1= nilai pretest (sebelum diberi diklat)
O2 = nilai posttest( setelah diberi diklat)
X= model pembelajaran kooperatif tipe round table
Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai =
(O2- O1)

30

Desain penelitian yang nantinya akan dilakukan dapat dilihat pada
bagan berikut.
Studi
Referensi
(Potensi
dan
Masalah
)

Uji coba
produk
(pengapl
ikasian
model
pembelaj
aran)
Evaluasi
dan
Perbaika
n
(Revisi
Produk)

Studi Lapangan
(Pengumpulan data)

Penyusun
an
Prototipe
Model
Pembelaj
aran
(Desain
Produk)

Evaluasi
dan
Perbaika
n
(Revisi
Desain)

Uji Ahli
Materi
dan
Desain
(Validasi
Desain)

Produk
Model
Pembela
jaran

Bagan 3.1 Tahap Kegiatan Penelitian dan Pengembangan

3.2 Subjek Penelitian
Penelitian dan pengembangan Model pembelajaran Cooperative Round
Table sebagai model pembelajaran kompetensi menulis huruf Jawa siswa kelas
VII di MTS Ma’arif NU Kejobong ini menjadikan pendidik, peserta didik, dan
ahli sebagai subjek penelitiannya. Pendidik dan peserta didik akan dijadikan
sebagai sumber informasi dalam menentukan kebutuhan prototipe model
pembelajaran yang akan disusun. Sedangkan ahli akan terdiri dari orang-orang

31

yang merupakan ahli materi aksara Jawa serta ahli model serta strategi
pembelajaran.
3.2.1 Pendidik
Peran pendidik dalam penelitian ini adalah sebagai sumber data/ informasi
mengenai kebutuhan model dalam pembelajaran menulis huruf Jawa. Pendidik
yang dilibatkan dalam analisis kebutuhan adalah pendidik mata pelajaran bahasa
Jawa kelas VII MTS Ma’arif NU Kejobong.
3.2.2 Peserta didik
Selain pendidik, penelitian ini juga menjadikan peserta didik sebagai
subjek penelitiannya. Peserta didik di sini memiliki peran sebagai sumber data
mengenai kebutuhan mereka akan media pembelajaran menulis huruf Jawa yang
sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kegemaran mereka.
Peserta didik yang dijadikan subjek penelitian merupakan peserta didik
yang berasal dari siswa kelas VII MTS Ma’arif NU Kejobong. Sebagai sampel
penelitian, hanya satu kelas yang menjadi subjek penelitian. Kelas tersebut dipilih
berdasarkan keheterogenan nilai peserta didik di kelas tersebut. Sebelum
melakukan penelitan, dilakukan observasi berkaitan dengan nilai peserta didik.
3.2.3 Ahli
Pada tahapan uji validasi, peneliti melibatkan dua orang yang ahli pada
bidangnya masing-masing. Ahli pertama merupakan Dosen Jurusan Bahasa dan
Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang yang ahli pada bidang pendidikan

32

khususnya aksara Jawa. Dosen ini bertugas untuk menguji konten materi yang ada
dalam prototipe yang telah disusun. Mulai dari kesesuaian materi dengan
kurikulum yang berlaku, jenis huruf (font), tata bahasa, tingkat keterbacaan huruf
yang digunakan serta unsur lainnya. Sedangkan ahli kedua merupakan dosen atau
guru yang ahli dalam bidang model dan strategi pembelajaran. Ahli kedua ini akan
memberikan penilaian mengenai bentuk rencana proses pembelajaran (RPP) dan
silabus pengaplikasian model pembelajaran cooperative round table dalam
menulis huruf Jawa.
Penilaian yang dilakukan menggunakan angket uji validasi yang telah
disusun sebelumnya sesuai dengan aturan angket validasi yang berlaku.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Terdapat empat teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu teknik observasi, terknik wawancara, teknik kuesioner atau angket, dan
teknik dokumentasi. Lebih jelas mengenai teknik pengumpulan data yang
dilakukan akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
3.3.1 Teknik Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengamati kondisi
pembelajaran yang berlangsung di sekolah yang menjadi subjek penelitian.
Kegiatan ini dilakukan guna mengetahui kondisi riil atau nyata yang terjadi dalam
pembelajaran menulis huruf Jawa di kelas, seperti penggunaan metode
pembelajaran, media yang digunakan dalam pembelajaran, teknik evaluasi yang
digunakan, hingga kondisi kelas ketika pembelajaran sedang berlangsung.

33

Hasil dari kegiatan observasi merupakan hal-hal yang menjadi dasar
pokok perlunya dilakukan pengembangan model pembelajaran, khususnya
cooperative round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa.
3.3.2. Teknik Wawancara
Tenkik wawancara merupakan proses pemerolehan informasi dengan cara
memberikan pertanyaan kepada narasumber atau subjek penelitian guna
memperdalam informasi awal. Teknik ini digunakan pada subjek yang jumlahnya
sedikit, dalam hal ini adalah pendidik bahasa Jawa yang terlibat dalam
pembelajaran menulis huruf Jawa di sekolah yang menjadi subjek penelitian.
Pelaksanaan wawancara bisa dilakukan dengan langsung (face to face interview)
atau juga bisa dilakukan melalui media lain (indirect interview) (Sugiyono, 2010:
195). Sedangkan penelitian ini menggunakan metode wawancara langsung baik
terstruktur maupun tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur dilakukan guna mengumpulkan data yang sudah
diketahui pasti tentang informasi yang akan diperoleh dan kemungkinan jawaban
yang akan diberikan oleh subjek penelitian. Sedangkan wawancara tidak
terstruktur dilakukan guna mengetahui informasi yang belum diketahui
kemungkinan jawaban yang akan diberikan oleh subjek penelitian nantinya.
Teknik wawancara juga digunakan guna memperdalam informasi yang telah
diperoleh dalam proses observasi.

34

3.3.3 Angket
Teknik pengumpulan data dengan angket merupakan teknik pengumpulan
data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang harus dijawab oleh
responden atau dapat pula berupa pernyataan yang harus dibenarkan atau
disalahkan oleh responden yang menjadi subjek penelitian. Teknik penggunaan
angket merupakan cara yang efektif untuk mengetahui informasi yang diperlukan
apabila peneliti telah mengatahui secara pasti variabel yang akan diukur dan tahu
apa yang diharapkan dari responden/ subjek penelitian.
Penelitian ini nantinya akan menggunakan dua macam angket, yaitu
angket kebutuhan dan angket uji ahli. Angket kebutuhan sendiri masih dibagi
dalam dua jenis angket kebutuhan, yaitu angket kebutuhan peserta didik dan
angket kebutuhan pendidik. Namun pada intinya berisi pokok yang sama, yaitu
mengenai tingkat kebutuhan tentang jenis, bentuk, kesesuaian materi, bahasa dan
lain-lain yang akan diterapkan dalam penyusunan prototipe model pembelajaran
menulis huruf Jawa sesuai dengan minat dan kemampuan peserta didik serta
pendidik dalam mengaplikasikannya.
Sedangkan angket uji ahli digunakan untuk memberikan penilaian
mengenai prototipe yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan hasil
angket kebutuhan pendidik dan peserta didik. Ahli yang dilibatkan dalam
pemvalidasian prototipe model pembelajaran menulis huruf Jawa nantinya
merupakan ahli pada bidang materi serta model dan strategi pembelajaran.

35

3.3.4 Teknik Dokumentasi
Teknik ini merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan guna
memperkuat penelitian yang dilakukan. Data berupa alokasi pembelajaran bahasa
Jawa di sekolah, silabus Pembelajaran membaca aksara Jawa, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) membaca aksara Jawa, dan gambar proses
pembelajaran membaca aksara Jawa diperoleh dengan teknik dokumentasi. Hasil
dari pengambilan data dengan teknik ini merupakan bukti nyata yang mampu
memperkuat

bahwa

penelitian

dan

pengembangan

model

pembelajaran

cooperative round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa benar-benar
perlu dilakukan.
3.4 Instrumen Penelitian
Berdasarkan konsentrasi penelitian yang akan mengembangankan model
pembelajaran cooperative round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa
kelas VII MTS Ma’arif NU Kejobong , maka dibutuhkan tiga macam data, yaitu
data kondisi pembelajaran menulis huruf Jawa yang telah berlangsung, data
kebutuhan (pendidik dan peserta didik) akan model pembelajaran menulis huruf
Jawa, dan data mengenai penilaian ahli terhadap prototipe model pembelajaran
menulis huruf Jawa yang dikembangkan.
Dilihat dari data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka dapat
diidentifikasi instrumen yang diperlukan dalam penelitian mengenai
pengembangan model pembelajaran menulis huruf Jawa ini. Instrumen
penelitian tersebut berupa pedoman observasi, pedoman wawancara,

36

angket kebutuhan (angket kebutuhan pendidik dan angket kebutuhan
peserta didik), dan angket uji validasi ahli (angket uji validasi ahli materi
dan angket uji validasi ahli media).
Gambaran umum mengenai instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian pengembangan model pembelajaran cooperative round
table adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian

No
1

2

3

Jenis Data
Kondisi
pembelajaran
menulis huruf Jawa
yang
telah
berlangsung
Kebutuhan model
pembelajaran
kooperatif menulis
huruf Jawa siswa
kelas VII di MTS
Ma’arif NU
Kejobong
Penilaian prototipe
model pembelajaran
kooperatif tipe
round table.

Teknik Pengambilan
Data

Instrumen

Observasi

Pedoman Observasi

Wawancara

Pedoman Wawancara
Angket Kebutuhan
Pendidik

Angket Kebutuhan
Angket Kebutuhan
Peserta Didik

Angket Penilaian

Angket Penilaian Ahli
Materi
Angket Penilaian Ahli
Madia

3.4.1 Pedoman Observasi
Pedoman ini berisi hal-hal yang diamati dalam kegiatan observasi yang
meliputi penggunaan metode pembelajaran, media yang digunakan dalam
pembelajaran, teknik evaluasi yang digunakan, hingga kondisi kelas ketika

37

pembelajaran sedang berlangsung. Hal-hal yang diamati dalam kegiatan observasi
adalah hal-hal yang digambarkan dalam tabel kisi-kisi pedoman observasi berikut
ini.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Observasi
No
1
2
3
4
5

Aspek Pengamatan
Sarana dan prasarana sebagai fasilitas pendukung
proses pembelajaran di sekolah.
Teknik pendidik menyampaikan materi saat proses
pembelajaran.
Model pembelajaran yang diterapkan pendidik dalam
proses pembelajaran.
Sikap siswa ketika pendidik menyampaikan materi
pembelajaran
Teknik evaluasi yang digunakan pendidik

Keterangan

3.4.2 Pedoman Wawancara
Proses pengumpulan data dengan metode wawancara dilakukan dengan
menjadikan pendidik mata pelajaran bahasa Jawa di MTS Ma’arif NU Kejobong
sebagai subjek penelitian (responden).
Gambaran mengenai pedoman wawancara guna memperoleh data
penelitian dari pendidik disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No
1
2
3

Pedoman Pertanyaan
Alokasi pembelajaran bahasa Jawa di sekolah
Kompetensi dasar (KD) yang telah diajarkan pada
siswa kelas VII
Kompetensi dasar (KD) yang mengalami banyak
kendala dalam proses pembelajaran

Jawaban

38

4
5
6
7
8

9
10

Model pembelajaran yang telah digunakan
Media dan sumber pembelajaran yang telah
digunakan
Ketertarikan peserta didik akan model
pembelajaran yang diterapkan
Kendala penggunaan model pembelajaran tersebut
Upaya yang telah dilakukan pendidik, sekolah dan
dinas terkait untuk mengembangkan model
pembelajaran menulis huruf Jawa
Timbal balik atau respon pendidik mengenai akan
dikembangkannya model pembelajaran kooperatif
tipe round table dalam pembelajaran menulis huruf
Jawa
Harapan pendidik mengenai model pembelajaran
yang akan dikembangkan

3.4.2 Angket Kebutuhan
Angket yang digunakan dalam pemerolehan data mengenai kebutuhan
model pembelajaran kooperatif tipe round table dalam pembelajaran menulis
huruf Jawa kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong dibagi menjadi dua macam,
yaitu angket kebutuhan pendidik dan angket kebutuhan peserta didik.
3.4.2.1 Angket Kebutuhan Pendidik
Angket kebutuhan pendidik diberikan kepada pendidik yang telah
ditentukan sebelumnya sebagai responden atau sumber data mengenai
dibutuhkannya pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe round table
dalam pembelajaran menulis huruf Jawa kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong.
Data yang diperoleh digunakan sebagai acuan dalam pembuatan prototipe
model pembelajaran kooperatif tipe round table selain juga mempertimbangkan
kebutuhan peserta didik yang nantinya akan menggunakan model pembelajaran

39

ini. Rancangan mengenai angket kebutuhan pendidik akan pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe round table dalam pembelajaran menulis huruf Jawa
kelas VII di MTS Ma’arif NU Kejobong dapat dilihat pada tabel kisi-kisi di
bawah ini.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket kebutuhan Pendidik
N
o

1

2

3

Aspek

Pembelajaran bahasa Jawa
yang telah berlangsung

Penggunaan Model
pembelajaran kooperatif
dalam Pembelajaran

Harapan terhadap
pengembangan model
pembelajaran kooperatif
tipe round table dalam
pembelajaran menulis
huruf Jawa kelas VII di
MTS Ma’arif NU
Kejobong

Indikator
Alokasi waktu pembelajaran Bahasa
Jawa
Bahasa pengantar yang digunakan
Kesulitan peserta didik dalam
menguasai KD menulis huruf Jawa
Efektifitas pembel