MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN ME
TUGAS INDIVIDU PTK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA FILM PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 WANGI-WANGI
SELATAN
Oleh:
ARIFIN
AIA2 14 004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam menunjang perkembangan
masyarakat suatu bangsa menuju terwujudnya sumber daya manusia yang mampu
bersaing dan berkarir diranah nasional maupun internasional. Pendidikan sendiri
dipandang sebagai tolak ukur berkembangnya suatu bangsa dimana bangsa yang
besar dan maju dapat dilihat dari kualitas pendidikannya.
Kualitas pendidikan yang baik menghasilkan lulusan yang baik pula, hal
ini dapat terwujud dengan syarat sistem dan sarana pendidikan harus dilengkapi
guna kenyamanan proses pendidikan sehingga penyaluran serta penyerapaan
informasi dapat dilaksanakan dengan maksimal.
Dalam Soyomukti (2013: 27) mengatakan Pendidikan adalah proses untuk
memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan
diri. Jadi, banyak hal yang dibicarakan ketika kita membicarakan pendidikan.
Aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan antara lain:
a. Penyadaran;
b. Pencerahan;
c. Pemberdayaan;
d. Perubahan perilaku;
Proses serta penerapan system pendidikan yang terpadu perlu dilakukan
guna membentuk karakter siswa, yang dewasa ini pendidikan dihadapkan dengan
pola perilaku siswa yang dominan berubah ubah akibat perubahan zaman. Selain
karakter siswa yang mudah terpengaruh dan berangsur berubah, minat serta
antusias siswa dalam mengikuti pelajaran disekolah harus diperhatikan demi
kelangsungan generasi bangsa yang berkarakter serta memiliki pengetahuan luas.
Perubahan sistem pendidikan yang dilakukan harus berorientasi pada
karakter dan penumbuhan minat siswa terhadapa mata pelajaran yang diajarkan
serta terpadu, guna menghasilkan siswa yang berprestasi dan berkarakter serta
pendidikan yang ada tidak tertinggal dengan perubahan zaman di era global ini.
Perubahan yang terjadi membuat segala unsur kehidupan yang ada ikut berubah
mulai dari teknologi hingga pola perilaku dan individu atau kelompokpun mulai
berubah.
Hal ini yang kemudian menjadi tantangan serta pertimbangan bagi institusi
dan tenaga pendidik dalam mencerdaskan bangsa ini. Institusi serta tenaga
pendidikan yang professional dituntut menciptakan teknik atau metode yang tepat
dalam menghadapi kondisi pendidikan yang berangsur-angsur berubah dan
memiliki keterbatasan, hal ini sangat diperlukan guna terwujudnya proses
pendidikan yang baik.
Perubahan-perubahan
perilaku
sangat
berpengaruh
dalam
dunia
pendidikan dimana system pendidikan harus mampu menyesuaikan dengan
perubahan sosial yang ada guna menyadarkan tentang perilaku yang baik dan
benar sehingga menghindarkan dari perilaku buruk individu atau kelompok,
perubahan ini sendiri berpengaruh juga pada minat belajar siswa dimana siswa
terkadang acuh dengan pelajaran yang tidak sukai atau membosankan. Sehingga
guru sebagai pendidik harus mampu menyediakan model pembelajaran yang
menarik minat siswa untuk belajar.
Metode-metode dan model pembelajaran yang tepat dalam mengahadapi
perubahan zaman sangat diperlukan agar sumberdaya manusia dari lulusan institut
pendidikan mampu bersaing dengan kerasnya dunia kerja dan bisnis (jenjang
karir).
Proses pembelajaran yang baik adalah hal utama yang harus diperhatikan
untuk menghasilkan penerimaan informasi yang maksimal sehingga informasi
yang telah disampaikan dapat dipahami dan diaplikasikan. Dalam Sanjaya (2011:
27) mengatakan pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak
dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipergaruhi
oleh aliran psikologi kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber
dari kegiatan.
Siswa merupakan komponen utama pembelajaran dimana pembelajaran
ditujukan untuk siswa, sehingga penggunaan metode atau penerapan model
pembelajaran harus tepat hal ini tidak lepas dari peran guru sebagai penyalur
informasi, guru harus mampu menerapkan moetode dan model pembelajaran yang
sesuai serta mampu memahami siswa yang cenderung berbeda-berda sifat atau
perilaku.
Dalam era modern ini muncul berbagai model serta metode pembelajaran
yang bervariasi seperti penggunaan media dalam proses pembelajaran,
pemanfataan media ini harus diikuti dengan kreatifitas guru dalam mendesain
media agar menarik. Hal ini merupakan penunjang dalam proses pembelajaran
dimana terkadang guru hanya menggunakan metode yang kurang menarik bagi
siswa.
Dalam pembelajaran IPS sendiri banyak komponen materi yang akan di
sampaikan pada siswa yang bersifat visual (gambar dan video), dengan
perkembangan teknologi kini mata pelajaran ini didukung dengan media
elektronik yang mampu menampilkan secara visual objek yang disampaikan
sehingga siswa yang menerima materi tidak lagi berangan-angan dengan objek
yang dijelaskan oleh guru, contohnya dalam mata pelajaran IPS Sejarah yang dulu
hanya dijelaskan dnegan metode ceramah atau bercerita kini dengan hadirnya
media elektronik materi yang dijelaskan dapat ditampilkan langsung lengkap
dengan gambar dan video walaupun tidak semua materi yang ada memiliki
gambar atau rekaman video. Dalam hal ini pemanfaatan media film bagi
peningkatan hasil belajar siswa sangat berpengaruh bagi pemaham siswa akam
objek materi yang disampaiakan, di harapkan pengguanan media film atau visual
dapat diterapkan pada sekolah-sekolah di seluruh Indonesia
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1
Wangi-Wangi Selatan dapat meningkatkan keefektivan guru dalam
pembelajaran IPS?
2. Apakah penerapan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 WangiWangi Selatan dapat meningkatkan Aktivitas siswa dalam pembelajaran
IPS?
3. Apakah penerapan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 WangiWangi Selatan dapat meningkatkan hasil belajar IPS?
C. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan keefektivan guru dalam pembelajaran IPS kelas IX SMP
Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas IX SMP
Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
3. Meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IX SMP Negeri 1 WangiWangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan sebagai referensi dalam penulisan selanjutnya dengan
obyek kajian yang sama atau serupa mengenai “Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Dengan Menggunakan Media Film Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 WangiWangi Selatan”.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pemerintah, dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi dalam
mengevaluasi penggunaan media film dalam meningkatkan hasil belajar
IPS di SMP.
b. Bagi akademisi, dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian dan
pengetahuan
tentang
Meningkatkan
Hasil
Belajar
IPS
Dengan
Menggunakan Media Film Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 WangiWangi Selatan.
c. Bagi guru, dapat dijadiakan bahan acuan tentang penggunaan media film
pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Bagi sekolah, dapat dijadikan bahan acuan dalam meningkatkan prestasi
belajar IPS siswa mengunakan media film.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dan tak boleh terlewati
dalam hidup ini, dikarenakan pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia dari
ketidak tahuan menuju perubahan yang kompleks, sederhananya dari salah
menjadi benar. Yang akan merujuk pada aspek kehidupan individu (siswa) atau
kelompok masyarakat dimana jika pendidikan tak diterapkan pada individu atau
kelompok dari dan sebelum lahir maka akan berpengaruh pada aspek kehidupan
individu atau kelompok tersebut. Sadulloh (2010: 1) mengemukakan bahwa
pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan manusia dengan lapangan
yang sangat luas, yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia
tentang pendidikan.
Merujuk pada konsep secara bahasa (lughawiyah) tentang pendidikan,
pendidik dan mendidik tersebut, dapat disederhanakan sebagai usaha manusia
untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun
rohani untuk memperoleh hasil dan prestasi, sehingga ia dapat mencapai
kecerdasan. Pendidikan dapat dairtikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang
dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma
masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita
dan pernyataan tujuan pendidikannya, bagaimanapun peradaban suatu masyarakat,
didalamnya terjadi sesuatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk
melestarikan dan mengembangkan hidupnya (Hafid dkk, 2013: 27).
Dalam hal ini perubahan sikap seseorang kearah positif merupakan tujuan
utama dari pendidikan yang mempunyai kata dasar didik serta menitih beratkan
pada ranah psikologi guna kesehatan dan perkembangan fisik yang berangsur
tumbuh dan berkembang dengan memuat norma serta nilai-nilai pada masyarakat
dimana nilai dan norma sendiri diterapkan dan menjadi dasar atau ideology
masyarakat tersebut.
B. Konsep Belajar dan Pembelajaran
Dalam keseharian kita selaku manuisa hampir tidak pernah terlepas dari
kegiatan belajar baik itu individu atau kelompok masyarakat. Secara sadar
ataupun tidak sesungguhnya sebagaian besar aktifitas kita merupakan kegiatan
belajar. Dalam pendidikan belajar merupakan proses dimana siswa mencoba
memahami setiap unsur kehidupan baik itu informasi yang ia dapat itu dari
lingkup pendidikan formal serta non-formal atau lingkungan sekitarnya, selain itu
belajar merupakan hal utama yang harus ditingkatkan dalam proses perkembangan
siswa agar siswa tersebut memiliki pengetahuan luas dan berdasar sehingga siswa
tersebut tidak keliru memahami kebutuhan dan aspek kehidupan manusia. Dalam
Sumantri (2015: 2) belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif permanen
dan dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang
bertujuan atau direncanakan.
Dalam Anita (2007: 3) belajar adalah proses mental dan emosional atau
proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan
perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasan itu sendiri tidak dapat diamati
orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar
itu). Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan
perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk
kemampuan yang relatif konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan atau
sesuatu yang bersifat sementara. Prubahan kemampuan yang disebabkan oleh
kematangan, pertumbuhan, dan penrkembangan seprti anak yang mampu berdiri
dari duduknya atau perubahan fisik yang oleh kecelakaan tidak dapat
dikategorikan sebagai hasil dari perbuatan belajar meskipun perubahan itu
berlangsung lama dan konstan.
Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai
dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh
aliran Psikologi Kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber
kegiatan (Sanjaya, 2011: 27). Namun demikian pemaknaan kata pembelajaran
merujuk pada upaya membelajarkan siswa tentang seluruh unsur yang sifatnya
universal. Kurniawan (2014: 27) bisa kita pahami bahwa dalam proses
pembelajaran merujuk pada segala peristiwa (events) yang bisa memberikan
pengaruh langsung terjadinya belajar pada manusia.
Pembelajaran sendiri berhubungan dengan proses dari belajar yang dimana
terjadinya interaksi antara guru dan siswa dengan tujuan mendapatkan hasil dari
proses
dengan
efektifnya
proses
pembeljaran. Apabila
efektifitas
dari
pembelajaran ini terganggu maka akan menimbulkan proses pembelajaran yang
berujuk pada hasil yang buruk. Dalam Jihad & Haris (2013: 12) mengemukakan
bahwa Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama
menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pemebelajaran ini akan
mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif
Dalam Rusman (2014: 144) Mengemukakan bahwa pembelajaran pada
hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi
secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu
dengan menggunakan berbagai media. Pembelajaran pada pokoknya merupakan
tahapan-tahapan kegiatan guru dan siswa dalam menyelenggarakan program
pembelajaran, yaitu rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan
teori pokok yang secara rinci memuat pembelajaran untuk setiap materi pokok
mata pelajaran.
C. Konsep Hasil Belajar
Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus
menunjukkan suatu perubahan tingkah laku yang bersifat menetap, fungsional,
positif dan disadari. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan
kegiatan evaluasi. Untuk itu diperlukan teknik dan prosedur evaluasi belajar yang
dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar. Dalam Anita (2007: 19) hasil
belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar.
Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar
menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru
dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Jadi belajar pada hakikatnya yaitu berubahnya perilaku peserta didik
meliputi kognitif, afektif, serta psikomotoriknya. Sehingga setiap pendidik
pastinya akan mengharapkan agar hasil belajar peserta didiknya itu meningkat
setelah melakukan proses pembelajaran. Namun hasil belajar dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, dalam Mujtahid (2011: 35) berpendapat bahwa hasil belajar
memang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain; kemampuan guru, keadaan
peserta didik, sarana prasarana dan lain-lain. Namun terlepas dari itu semua,
bahwa hasil belajar merupakan tanggung jawab guru. Kegagalan peserta didik
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan adalah kegagalan guru.
D. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS secara sederhana dapat didefinisikan sebagai perpaduan dari berbagai
bagian konsep atau meteri ilmu-ilmu social yang diramu untuk kepentingan
program pendidikan dan pembelajaran disekolah/madrasah.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang
rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan dari sejumlah
disiplin ilmu seperti Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi dan apa
yang disebut dengan “sipil” perlu ditekankan. Tetapi ilmu-ilmu social dan
kemanusiaan telah ditambahkan berdasarkan konsepnya kedalam konfigurasi
topic-topik yang ada.
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai disiplin operasional yang efektif dan
memperhatikan studi tentang manusia dimasyarakat, dalam situasi global saat ini
dapat memainkan peran yang sangat penting. Namun demikian berdasarkan data
keberadaannya, dalam mengajarkan ilmu-ilmu pendidikan social didominasi oleh
proses belajar mengajar dengan menggunakan buku teks (Fajar, 2004: 31-32).
Pembelajaran IPS dengan cakupan yang sangat luas tidak hanya bergantung pada
buku teks sebagai sumber belajar siswa, lingkungan, social budaya, politik dan
ekonomi masyarakat sekitarnya merupakan bagian dari proses pembelajarannya
sehingga tujuan pembelajaran IPS dapat terlaksana secara maksimal.
Tujuan utama dari pembelajaran IPS adalah membantu peserta didik
sebagai warga Negara dalam membuat keputusan yang rasional berdasarkan
informasi untuk kepentingan publik/umum dari masyarakat demokratis dan
budaya yang beragam di dunia yang saling tergantung. Tujuan belajar IPS adalah
mendukung kompetensi warga Negara dalam hal pengetahuan, proses intelektual,
dan karakter yang demokratis, yang diperlukan siswa untuk terlibat aktif dalam
kehidupan publik. Dengan membentuk kompetensi wargga Negara sebagai suatu
tujuan utama. NCSS menenkankan pentingnya mendidik siswa yang berkomitmen
pad aide-ide dan nilai-nilai demokrasi (Wahidmurni, 2017: 18).
Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada
transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh
pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,
nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS
juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan
masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari
masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran
IPS sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari
berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.
E. Konsep Media Pembelajaran
Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, dunia pendidkan
mengalami perubahan sistem yang semula sifatnya tradisional menuju
modernisasi.
Dengan
memodernisasi
sistem
pendidikan,
diharapkan
perkembangan yang ada dari sarana pendidikan dapat meningkatkan pemahaman
siswa pada obyek kajian pembelajaran selain itu pemodernisasian ini diharapkan
agar system pendidikan di indonesisa sendiri tidak tertinggal dengan Negara lain.
Adapun bentuk dari modernisasinya pendidikan dengan penggunaan media
pembelajaran yang antara lain berupa media film.
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harafiah dapat dairtikan sebagai perantara atau pengantar
(Sanjaya, 2011: 204). Dalam hal ini media dijadikan sebagai perantara dari objek
dan peristiwa yang akan ditampilkan sehingga tanpa menghadirkan hal
tersebutpun kita bisa mengetahui seluk beluknya dimana media berfungsi
menampilkan yang jauh menjadi dekat dekat atau menampilkan kejadian yang
lalu sehingga kita bias menyaksikannya menggunakan bantuan media tersebut
yang dimaksud.
Dalam korelasinnya dengan pendidikan media diperuntukan untuk
membantu dan mempermudah proses belajar dan pembelajaran guru dalam
menyampikan informasi sehingga merangsang siswanya agar termotivasi dan
memiliki prestasi belajar yang baik. Dalam Suryani dan Agung (2012: 135)
mengatakan bahwa, media merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan
untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, membangkitkan
semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya
proses pembelajaran pada diri siswa.
Media sendiri merupakan pengantar atau perantara yang berupa alat yang
digunakan dalam mempermudah kegiatan dalam proses belajar, sehingga belajar
tidaklah terasa berat dan belajar sendiri menjadi menarik. Dari sisnilah motivasi
dan hasil belajar siswa dapat meningkat karena proses belajar tidak lagi monoton
dan menjadi menyenangkan. Jadi media pembelajaran sangatlah membantu dan
membawa perubahan yang signifikan pada proses dan hasil belajar.
F. Kerangka Berpikir
Guru
Hasil belajar kurang
optimal
Pembelajaran IPS
Penerapan media film
Hasil belajar
meningkat
Gambar 1: kerangka berpikir
G. Hipotesis Tindakan
1. Penggunaan media film dapat meningkatkan keevektikan guru dalam
pembelajaran IPS kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi
2. Penggunaan media film dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPS kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi.
3. Penggunaan media film dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas
IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
H. Penelitan Relevan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Asmir dengan menggunakan media
videografi mendapatkan kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus 1 65% dan
pada siklus II meningkat menjadi 85%.
2. Aktivitas mengajar guru dalam pelaksanaan pembelajaran berhasil
ditingkatkan dengan menerapkan media pembelajaran Videografi
sebesar 62,5% pada siklus I, namun belum mencapai indicator kinerja
80%. Aktivitas mengajar guru meningkat menjadi 87,33%.
3. Melalui penerapan media pembelajaran Videografi, hasil belajar siswa
kelas XI IS 1 pada mata pelajaran sejarah dapat ditingkatkan dari
ketuntasan 47% pada observasi awal menjadi 66,67% pada siklus I dan
meningkat lagi menjadi 90.47% pada siklus II. Sebanyak 14 dari 21
orang siswa pada siklus I mendapat nilai 70 tetapi belum mencapai
indicator kinerja 80%. Hasil belajar siswa meningkat secara signifikan
pada siklus II yakni sebanyak 19 dari 21 orang siswa yang
memperoleh nilai ≥ 70.
Selanjutnya
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Hasbullah
dengan
menggunakan Media audio visual dengan kesimpulan:
1. Penggunaan media audio visual (film) dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 3 Kendari dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru
dimana pada siklus I hanya mencapai 75% dan pada siklus II
mengalami peningkatan yang signifikan yaitu mencapai 100%.
2. Penggunaan media audio visual (film) dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 3 Kendari dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dimana
pada siklus I hanya mencapai 53,84% sedangkan pada siklus II
mengalami penigkatan yang signifikan yaitu mencapai 92,30%
3. Dari segi hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I secara
klasikal hanya mencapai 60% dengan nilai rata-rata 74,54 sedangkan
pada siklus II hasil belajar siswa menigkat menjadi 87% dengan nilai
rata-rata 76,96.
Selanjutnya adalah penelitian Arifin dengan menggunakan Media gambar
dengan kesimpulan:
1. Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukan adanya penigkatan
dibandingkan sebelum diberi pembelajaran dengan media gambar.
Sebelum diberi pembelajaran, hasil belajar siswa menunjukan dari 24
siswa kelas VII 16 orang (66,7%) siswa mendapatkan nilai di bawah
60, dan hanya 8 orang siswa (33,3%) yang mendapatkan diatas 60.
Secara keseluruhan rata-rata kelas menjadi 61,5. Sesudah pembelajaran
menggunakan media gambar pada siklus I dilakukan hasilnya menjadi
5 orang siswa mendapatkan nilai dibawah 70 (tidak tuntas), dan 19
orang mendapatkan nilai minimal 70 (tuntas). Secara keseluruhan ratarata kelas menjadi 77,3. Hasil masih kurang memuaskan.
2. Pada siklus II hasil belajar siswa sesudah diberi pembelajaran pada
siklus
II
dengan
menggunakan
media
gambar
menunjukan
peningkatan. Sebelum diberi pembelajaran, hasil belajar siswa pada
siklus I menunjukan dari 24 terdapat 5 orang siswa mendapatkan nilai
dibawah 70, dan 19 orang mendapatkan nilai diatas 70. Secara
keseluruhan rata-rata menjadi 77,3. Sesudah siklus II dilakukan
hasilnya menjadi 2 orang siswa mendapatkan nilai dibawah 70 (tidak
tuntas), dan 22 orang mendapatkan nilai diatas 70 (tuntas). Secara
keseluruhan rata-rata menjadi 83,1.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan,
Kabupaten Wakatobi dengan waktu penelitian selama empat bulan mulai dari
bulan Maret 2018 sampai bulan Juni 2018 dengan menerapkan proses
pembelajaran menggunakan media film.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu:
1. Guru mata pelajaran IPS, yaitu bagaimana keefektifan guru menggunakan
media film dalam proses pembelajaran.
2. Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan, yaitu berupa aktivitas
siswa dalam menerima pembelajaran dengan menggunakan media film.
3. Hasil belajar, yaitu melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah
melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media film.
C. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, prosedur penelitian dilakukan dengan menggunakan
siklus-siklus
tindakan
(daur
ulang). Adapun prosedur pelaksanaan tindakan
kelas dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
Perencanaan
Siklus ke-I
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Siklus ke-II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 2: siklus penelitian Tindakan, diadopsi dari Arikunto (2017: 42)
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang diawali dengan
pembuatan perangkat pembelajaran secara kolaboratif antara guru mata pelajaran
IPS dengan peneliti, kemudian rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan media film, agar keefektifan guru dapat berjalan dengan
lancar perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Perencanaan
Ada tiga hal rencana tindakan kelas pada penelitian ini yaitu:
a) Mengidentifikasi masalah yang terjadi didalam kelas atau tempat
penelitian.
b) Menganalisa dan merumuskan masalah yang terjadi untuk dibenahi dalam
pelaksanaan tindakan, dan
c) Meencanakan perbaikan atau perencanaan tindak lanjut dengan langkah
sebagai berikut: (1) merumuskan perangkat pembelajaran sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pembelajaran dengan menggunakan media film, (2)
merumuskan langkah-langkah perbaikan yang akan ditempuh dalam
bentuk hipotesis tindakan, (3) menganalisa kelayakan hipotesis dan
kelayakan pelaksanaannya yang dituangkan dalam Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP).
2. Pelaksanaan
Tahap ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan dilakukan dengan menerapkan media film untuk meningkatkan
efektifitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS.
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator atau
partner kerja yang berfungsi sebagai penilai aktivitas belajar siswa dan
efektifitas guru dalam proses pembelajaran. Kolaborator mencatat semua aktivitas
yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran, yaitu mulai kegiatan
awal hingga kegiatan akhir. Pada akhir siklus diakhiri dengan tes. Tes ditujukan
untuk melihat hasil belajar dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
pada setiap siklus untuk menunjukan adanya peningkatan atau sebaliknya.
4. Refleksi
Selama
penelitian
dilaksanakan,
hasilnya
dianalisis
dan
dikaji
keberhasilan dan kegagalannya. Data yang diperoleh dari proses belajar dan
Pembelajaran, apabila hasil analisis pada siklus pertama terdapat revisi dan
kekurangan maka analisis direfleksikan untuk menentukan tindakan pada siklus 2
dalam rangka mencapai tujuan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah tes
dan pengamatan.
1. Tes
Tes ditujukan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa selama penelitian
dengan menggunakan media film dalam pembelajaran IPS. Teknik tes ini berupa
butir soal yang diberikan oleh guru. Soal yang digunakan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tes tersebut dapat
diketahui peningkatan hasil belajar siswa.
2. Pengamatan
Pengamatan
digunakan
untuk
menjawab
permasalahan
yang
diajukan dalam penelitian ini. Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati
kinerja guru dan aktivitas siswa saat pembelajaran dilaksanakan oleh pengamatan.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan
kuantitatif dimana data obsevasi menggambarkan suasana dan aktivitas belajar
siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, Hasil observasi
dianalisis dengan menggunakan presentase (%) banyak frekuensi suasana dan
aktivitas siswa dibagi dengan seluruh nilai jumlah frekuensi, dan dikali 100%.
Rumus mencari presentase adalah
% aktivitas belajar =
∑ jumlah frekuensi aktivitas
∑ juml ah total ( frekuensi ) aktivitas
x 100%
(Kurniasih dan sani, 2014: 67-68)
F. Indikator Kineja
Indikator kinerja yang di lakukan untuk menentukan keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran menggunakan media film, adapun indikatornya adalah
sebagai berikut:
1. Indikator keefektifan mengajar guru dinyatakan tuntas, jika minimal 90%
skenario pembelajaran yang telah dirancang terlaksana dengan baik.
2. Indikator aktivitas belajar siswa yaitu minimal 80% siswa memperoleh skor
rata-rata minimal 75 atau kategori aktif dalam Pembelajaran.
3. Indikator meningkatan hasil belajar siswa, di nyatakan tuntas jika minimal
80% siswa memperoleh skor 75.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Hafid, Jafar Ahiri, Pendais Haq. 2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Arnie Fajar. 2014. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Arifin. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Sejarah Melalui Penggunaan
Media Gambar (PTK pada Siswa Kelas VII SMPN 3
Pasarwajo Kabupaten Buton). Kendari: Universitas Halu Oleo.
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Asmir. 2015. Penerapan Media Videografi pada Pembelajaran Sejarah di Kelas
XI. IS SMA Negeri 9 Kabupaten Bombana. Kendari:
Universitas Halu Oleo.
Deni Kurniawan. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan
Penilaian). Bandung: Alfabeta.
Hasbullah. 2014. Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil
Belajar IPS pada Siswa Kelas VIIᴳ SMP Negeri 3 Kendari .
Kendari: Universitas Halu Oleo.
Imas Kurniasi dan Berlin Sani. 2014.
Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.
Mohamad Syarif Sumantri. 2015. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di
Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mujtahid. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Malang: Uin-Maliki Press.
Nunuk Suryani dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Nurani Soyomukti. 2013. Teori-Teori Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Wina Sanjaya. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Prenada Media Group.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sri Anita W. 2007. Materi Pokok Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Uyoh Sadulloh. 2010. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahidmurni. 2017. Metodologi Pembelajaran IPS Penegembangan Standar
Proses Pembelajaran IPS di Sekolah/Madrasah. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA FILM PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 WANGI-WANGI
SELATAN
Oleh:
ARIFIN
AIA2 14 004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam menunjang perkembangan
masyarakat suatu bangsa menuju terwujudnya sumber daya manusia yang mampu
bersaing dan berkarir diranah nasional maupun internasional. Pendidikan sendiri
dipandang sebagai tolak ukur berkembangnya suatu bangsa dimana bangsa yang
besar dan maju dapat dilihat dari kualitas pendidikannya.
Kualitas pendidikan yang baik menghasilkan lulusan yang baik pula, hal
ini dapat terwujud dengan syarat sistem dan sarana pendidikan harus dilengkapi
guna kenyamanan proses pendidikan sehingga penyaluran serta penyerapaan
informasi dapat dilaksanakan dengan maksimal.
Dalam Soyomukti (2013: 27) mengatakan Pendidikan adalah proses untuk
memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan
diri. Jadi, banyak hal yang dibicarakan ketika kita membicarakan pendidikan.
Aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan antara lain:
a. Penyadaran;
b. Pencerahan;
c. Pemberdayaan;
d. Perubahan perilaku;
Proses serta penerapan system pendidikan yang terpadu perlu dilakukan
guna membentuk karakter siswa, yang dewasa ini pendidikan dihadapkan dengan
pola perilaku siswa yang dominan berubah ubah akibat perubahan zaman. Selain
karakter siswa yang mudah terpengaruh dan berangsur berubah, minat serta
antusias siswa dalam mengikuti pelajaran disekolah harus diperhatikan demi
kelangsungan generasi bangsa yang berkarakter serta memiliki pengetahuan luas.
Perubahan sistem pendidikan yang dilakukan harus berorientasi pada
karakter dan penumbuhan minat siswa terhadapa mata pelajaran yang diajarkan
serta terpadu, guna menghasilkan siswa yang berprestasi dan berkarakter serta
pendidikan yang ada tidak tertinggal dengan perubahan zaman di era global ini.
Perubahan yang terjadi membuat segala unsur kehidupan yang ada ikut berubah
mulai dari teknologi hingga pola perilaku dan individu atau kelompokpun mulai
berubah.
Hal ini yang kemudian menjadi tantangan serta pertimbangan bagi institusi
dan tenaga pendidik dalam mencerdaskan bangsa ini. Institusi serta tenaga
pendidikan yang professional dituntut menciptakan teknik atau metode yang tepat
dalam menghadapi kondisi pendidikan yang berangsur-angsur berubah dan
memiliki keterbatasan, hal ini sangat diperlukan guna terwujudnya proses
pendidikan yang baik.
Perubahan-perubahan
perilaku
sangat
berpengaruh
dalam
dunia
pendidikan dimana system pendidikan harus mampu menyesuaikan dengan
perubahan sosial yang ada guna menyadarkan tentang perilaku yang baik dan
benar sehingga menghindarkan dari perilaku buruk individu atau kelompok,
perubahan ini sendiri berpengaruh juga pada minat belajar siswa dimana siswa
terkadang acuh dengan pelajaran yang tidak sukai atau membosankan. Sehingga
guru sebagai pendidik harus mampu menyediakan model pembelajaran yang
menarik minat siswa untuk belajar.
Metode-metode dan model pembelajaran yang tepat dalam mengahadapi
perubahan zaman sangat diperlukan agar sumberdaya manusia dari lulusan institut
pendidikan mampu bersaing dengan kerasnya dunia kerja dan bisnis (jenjang
karir).
Proses pembelajaran yang baik adalah hal utama yang harus diperhatikan
untuk menghasilkan penerimaan informasi yang maksimal sehingga informasi
yang telah disampaikan dapat dipahami dan diaplikasikan. Dalam Sanjaya (2011:
27) mengatakan pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak
dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipergaruhi
oleh aliran psikologi kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber
dari kegiatan.
Siswa merupakan komponen utama pembelajaran dimana pembelajaran
ditujukan untuk siswa, sehingga penggunaan metode atau penerapan model
pembelajaran harus tepat hal ini tidak lepas dari peran guru sebagai penyalur
informasi, guru harus mampu menerapkan moetode dan model pembelajaran yang
sesuai serta mampu memahami siswa yang cenderung berbeda-berda sifat atau
perilaku.
Dalam era modern ini muncul berbagai model serta metode pembelajaran
yang bervariasi seperti penggunaan media dalam proses pembelajaran,
pemanfataan media ini harus diikuti dengan kreatifitas guru dalam mendesain
media agar menarik. Hal ini merupakan penunjang dalam proses pembelajaran
dimana terkadang guru hanya menggunakan metode yang kurang menarik bagi
siswa.
Dalam pembelajaran IPS sendiri banyak komponen materi yang akan di
sampaikan pada siswa yang bersifat visual (gambar dan video), dengan
perkembangan teknologi kini mata pelajaran ini didukung dengan media
elektronik yang mampu menampilkan secara visual objek yang disampaikan
sehingga siswa yang menerima materi tidak lagi berangan-angan dengan objek
yang dijelaskan oleh guru, contohnya dalam mata pelajaran IPS Sejarah yang dulu
hanya dijelaskan dnegan metode ceramah atau bercerita kini dengan hadirnya
media elektronik materi yang dijelaskan dapat ditampilkan langsung lengkap
dengan gambar dan video walaupun tidak semua materi yang ada memiliki
gambar atau rekaman video. Dalam hal ini pemanfaatan media film bagi
peningkatan hasil belajar siswa sangat berpengaruh bagi pemaham siswa akam
objek materi yang disampaiakan, di harapkan pengguanan media film atau visual
dapat diterapkan pada sekolah-sekolah di seluruh Indonesia
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1
Wangi-Wangi Selatan dapat meningkatkan keefektivan guru dalam
pembelajaran IPS?
2. Apakah penerapan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 WangiWangi Selatan dapat meningkatkan Aktivitas siswa dalam pembelajaran
IPS?
3. Apakah penerapan media film pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 WangiWangi Selatan dapat meningkatkan hasil belajar IPS?
C. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan keefektivan guru dalam pembelajaran IPS kelas IX SMP
Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas IX SMP
Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
3. Meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IX SMP Negeri 1 WangiWangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan sebagai referensi dalam penulisan selanjutnya dengan
obyek kajian yang sama atau serupa mengenai “Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Dengan Menggunakan Media Film Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 WangiWangi Selatan”.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pemerintah, dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi dalam
mengevaluasi penggunaan media film dalam meningkatkan hasil belajar
IPS di SMP.
b. Bagi akademisi, dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian dan
pengetahuan
tentang
Meningkatkan
Hasil
Belajar
IPS
Dengan
Menggunakan Media Film Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 WangiWangi Selatan.
c. Bagi guru, dapat dijadiakan bahan acuan tentang penggunaan media film
pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Bagi sekolah, dapat dijadikan bahan acuan dalam meningkatkan prestasi
belajar IPS siswa mengunakan media film.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dan tak boleh terlewati
dalam hidup ini, dikarenakan pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia dari
ketidak tahuan menuju perubahan yang kompleks, sederhananya dari salah
menjadi benar. Yang akan merujuk pada aspek kehidupan individu (siswa) atau
kelompok masyarakat dimana jika pendidikan tak diterapkan pada individu atau
kelompok dari dan sebelum lahir maka akan berpengaruh pada aspek kehidupan
individu atau kelompok tersebut. Sadulloh (2010: 1) mengemukakan bahwa
pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan manusia dengan lapangan
yang sangat luas, yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia
tentang pendidikan.
Merujuk pada konsep secara bahasa (lughawiyah) tentang pendidikan,
pendidik dan mendidik tersebut, dapat disederhanakan sebagai usaha manusia
untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun
rohani untuk memperoleh hasil dan prestasi, sehingga ia dapat mencapai
kecerdasan. Pendidikan dapat dairtikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang
dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma
masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita
dan pernyataan tujuan pendidikannya, bagaimanapun peradaban suatu masyarakat,
didalamnya terjadi sesuatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk
melestarikan dan mengembangkan hidupnya (Hafid dkk, 2013: 27).
Dalam hal ini perubahan sikap seseorang kearah positif merupakan tujuan
utama dari pendidikan yang mempunyai kata dasar didik serta menitih beratkan
pada ranah psikologi guna kesehatan dan perkembangan fisik yang berangsur
tumbuh dan berkembang dengan memuat norma serta nilai-nilai pada masyarakat
dimana nilai dan norma sendiri diterapkan dan menjadi dasar atau ideology
masyarakat tersebut.
B. Konsep Belajar dan Pembelajaran
Dalam keseharian kita selaku manuisa hampir tidak pernah terlepas dari
kegiatan belajar baik itu individu atau kelompok masyarakat. Secara sadar
ataupun tidak sesungguhnya sebagaian besar aktifitas kita merupakan kegiatan
belajar. Dalam pendidikan belajar merupakan proses dimana siswa mencoba
memahami setiap unsur kehidupan baik itu informasi yang ia dapat itu dari
lingkup pendidikan formal serta non-formal atau lingkungan sekitarnya, selain itu
belajar merupakan hal utama yang harus ditingkatkan dalam proses perkembangan
siswa agar siswa tersebut memiliki pengetahuan luas dan berdasar sehingga siswa
tersebut tidak keliru memahami kebutuhan dan aspek kehidupan manusia. Dalam
Sumantri (2015: 2) belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif permanen
dan dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang
bertujuan atau direncanakan.
Dalam Anita (2007: 3) belajar adalah proses mental dan emosional atau
proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan
perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasan itu sendiri tidak dapat diamati
orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar
itu). Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan
perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk
kemampuan yang relatif konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan atau
sesuatu yang bersifat sementara. Prubahan kemampuan yang disebabkan oleh
kematangan, pertumbuhan, dan penrkembangan seprti anak yang mampu berdiri
dari duduknya atau perubahan fisik yang oleh kecelakaan tidak dapat
dikategorikan sebagai hasil dari perbuatan belajar meskipun perubahan itu
berlangsung lama dan konstan.
Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai
dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh
aliran Psikologi Kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber
kegiatan (Sanjaya, 2011: 27). Namun demikian pemaknaan kata pembelajaran
merujuk pada upaya membelajarkan siswa tentang seluruh unsur yang sifatnya
universal. Kurniawan (2014: 27) bisa kita pahami bahwa dalam proses
pembelajaran merujuk pada segala peristiwa (events) yang bisa memberikan
pengaruh langsung terjadinya belajar pada manusia.
Pembelajaran sendiri berhubungan dengan proses dari belajar yang dimana
terjadinya interaksi antara guru dan siswa dengan tujuan mendapatkan hasil dari
proses
dengan
efektifnya
proses
pembeljaran. Apabila
efektifitas
dari
pembelajaran ini terganggu maka akan menimbulkan proses pembelajaran yang
berujuk pada hasil yang buruk. Dalam Jihad & Haris (2013: 12) mengemukakan
bahwa Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama
menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pemebelajaran ini akan
mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif
Dalam Rusman (2014: 144) Mengemukakan bahwa pembelajaran pada
hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi
secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu
dengan menggunakan berbagai media. Pembelajaran pada pokoknya merupakan
tahapan-tahapan kegiatan guru dan siswa dalam menyelenggarakan program
pembelajaran, yaitu rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan
teori pokok yang secara rinci memuat pembelajaran untuk setiap materi pokok
mata pelajaran.
C. Konsep Hasil Belajar
Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus
menunjukkan suatu perubahan tingkah laku yang bersifat menetap, fungsional,
positif dan disadari. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan
kegiatan evaluasi. Untuk itu diperlukan teknik dan prosedur evaluasi belajar yang
dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar. Dalam Anita (2007: 19) hasil
belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar.
Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar
menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru
dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Jadi belajar pada hakikatnya yaitu berubahnya perilaku peserta didik
meliputi kognitif, afektif, serta psikomotoriknya. Sehingga setiap pendidik
pastinya akan mengharapkan agar hasil belajar peserta didiknya itu meningkat
setelah melakukan proses pembelajaran. Namun hasil belajar dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, dalam Mujtahid (2011: 35) berpendapat bahwa hasil belajar
memang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain; kemampuan guru, keadaan
peserta didik, sarana prasarana dan lain-lain. Namun terlepas dari itu semua,
bahwa hasil belajar merupakan tanggung jawab guru. Kegagalan peserta didik
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan adalah kegagalan guru.
D. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS secara sederhana dapat didefinisikan sebagai perpaduan dari berbagai
bagian konsep atau meteri ilmu-ilmu social yang diramu untuk kepentingan
program pendidikan dan pembelajaran disekolah/madrasah.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang
rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan dari sejumlah
disiplin ilmu seperti Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi dan apa
yang disebut dengan “sipil” perlu ditekankan. Tetapi ilmu-ilmu social dan
kemanusiaan telah ditambahkan berdasarkan konsepnya kedalam konfigurasi
topic-topik yang ada.
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai disiplin operasional yang efektif dan
memperhatikan studi tentang manusia dimasyarakat, dalam situasi global saat ini
dapat memainkan peran yang sangat penting. Namun demikian berdasarkan data
keberadaannya, dalam mengajarkan ilmu-ilmu pendidikan social didominasi oleh
proses belajar mengajar dengan menggunakan buku teks (Fajar, 2004: 31-32).
Pembelajaran IPS dengan cakupan yang sangat luas tidak hanya bergantung pada
buku teks sebagai sumber belajar siswa, lingkungan, social budaya, politik dan
ekonomi masyarakat sekitarnya merupakan bagian dari proses pembelajarannya
sehingga tujuan pembelajaran IPS dapat terlaksana secara maksimal.
Tujuan utama dari pembelajaran IPS adalah membantu peserta didik
sebagai warga Negara dalam membuat keputusan yang rasional berdasarkan
informasi untuk kepentingan publik/umum dari masyarakat demokratis dan
budaya yang beragam di dunia yang saling tergantung. Tujuan belajar IPS adalah
mendukung kompetensi warga Negara dalam hal pengetahuan, proses intelektual,
dan karakter yang demokratis, yang diperlukan siswa untuk terlibat aktif dalam
kehidupan publik. Dengan membentuk kompetensi wargga Negara sebagai suatu
tujuan utama. NCSS menenkankan pentingnya mendidik siswa yang berkomitmen
pad aide-ide dan nilai-nilai demokrasi (Wahidmurni, 2017: 18).
Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada
transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh
pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,
nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS
juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan
masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari
masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran
IPS sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari
berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.
E. Konsep Media Pembelajaran
Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, dunia pendidkan
mengalami perubahan sistem yang semula sifatnya tradisional menuju
modernisasi.
Dengan
memodernisasi
sistem
pendidikan,
diharapkan
perkembangan yang ada dari sarana pendidikan dapat meningkatkan pemahaman
siswa pada obyek kajian pembelajaran selain itu pemodernisasian ini diharapkan
agar system pendidikan di indonesisa sendiri tidak tertinggal dengan Negara lain.
Adapun bentuk dari modernisasinya pendidikan dengan penggunaan media
pembelajaran yang antara lain berupa media film.
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harafiah dapat dairtikan sebagai perantara atau pengantar
(Sanjaya, 2011: 204). Dalam hal ini media dijadikan sebagai perantara dari objek
dan peristiwa yang akan ditampilkan sehingga tanpa menghadirkan hal
tersebutpun kita bisa mengetahui seluk beluknya dimana media berfungsi
menampilkan yang jauh menjadi dekat dekat atau menampilkan kejadian yang
lalu sehingga kita bias menyaksikannya menggunakan bantuan media tersebut
yang dimaksud.
Dalam korelasinnya dengan pendidikan media diperuntukan untuk
membantu dan mempermudah proses belajar dan pembelajaran guru dalam
menyampikan informasi sehingga merangsang siswanya agar termotivasi dan
memiliki prestasi belajar yang baik. Dalam Suryani dan Agung (2012: 135)
mengatakan bahwa, media merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan
untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, membangkitkan
semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya
proses pembelajaran pada diri siswa.
Media sendiri merupakan pengantar atau perantara yang berupa alat yang
digunakan dalam mempermudah kegiatan dalam proses belajar, sehingga belajar
tidaklah terasa berat dan belajar sendiri menjadi menarik. Dari sisnilah motivasi
dan hasil belajar siswa dapat meningkat karena proses belajar tidak lagi monoton
dan menjadi menyenangkan. Jadi media pembelajaran sangatlah membantu dan
membawa perubahan yang signifikan pada proses dan hasil belajar.
F. Kerangka Berpikir
Guru
Hasil belajar kurang
optimal
Pembelajaran IPS
Penerapan media film
Hasil belajar
meningkat
Gambar 1: kerangka berpikir
G. Hipotesis Tindakan
1. Penggunaan media film dapat meningkatkan keevektikan guru dalam
pembelajaran IPS kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi
2. Penggunaan media film dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPS kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi.
3. Penggunaan media film dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas
IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
H. Penelitan Relevan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Asmir dengan menggunakan media
videografi mendapatkan kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus 1 65% dan
pada siklus II meningkat menjadi 85%.
2. Aktivitas mengajar guru dalam pelaksanaan pembelajaran berhasil
ditingkatkan dengan menerapkan media pembelajaran Videografi
sebesar 62,5% pada siklus I, namun belum mencapai indicator kinerja
80%. Aktivitas mengajar guru meningkat menjadi 87,33%.
3. Melalui penerapan media pembelajaran Videografi, hasil belajar siswa
kelas XI IS 1 pada mata pelajaran sejarah dapat ditingkatkan dari
ketuntasan 47% pada observasi awal menjadi 66,67% pada siklus I dan
meningkat lagi menjadi 90.47% pada siklus II. Sebanyak 14 dari 21
orang siswa pada siklus I mendapat nilai 70 tetapi belum mencapai
indicator kinerja 80%. Hasil belajar siswa meningkat secara signifikan
pada siklus II yakni sebanyak 19 dari 21 orang siswa yang
memperoleh nilai ≥ 70.
Selanjutnya
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Hasbullah
dengan
menggunakan Media audio visual dengan kesimpulan:
1. Penggunaan media audio visual (film) dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 3 Kendari dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru
dimana pada siklus I hanya mencapai 75% dan pada siklus II
mengalami peningkatan yang signifikan yaitu mencapai 100%.
2. Penggunaan media audio visual (film) dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 3 Kendari dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dimana
pada siklus I hanya mencapai 53,84% sedangkan pada siklus II
mengalami penigkatan yang signifikan yaitu mencapai 92,30%
3. Dari segi hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I secara
klasikal hanya mencapai 60% dengan nilai rata-rata 74,54 sedangkan
pada siklus II hasil belajar siswa menigkat menjadi 87% dengan nilai
rata-rata 76,96.
Selanjutnya adalah penelitian Arifin dengan menggunakan Media gambar
dengan kesimpulan:
1. Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukan adanya penigkatan
dibandingkan sebelum diberi pembelajaran dengan media gambar.
Sebelum diberi pembelajaran, hasil belajar siswa menunjukan dari 24
siswa kelas VII 16 orang (66,7%) siswa mendapatkan nilai di bawah
60, dan hanya 8 orang siswa (33,3%) yang mendapatkan diatas 60.
Secara keseluruhan rata-rata kelas menjadi 61,5. Sesudah pembelajaran
menggunakan media gambar pada siklus I dilakukan hasilnya menjadi
5 orang siswa mendapatkan nilai dibawah 70 (tidak tuntas), dan 19
orang mendapatkan nilai minimal 70 (tuntas). Secara keseluruhan ratarata kelas menjadi 77,3. Hasil masih kurang memuaskan.
2. Pada siklus II hasil belajar siswa sesudah diberi pembelajaran pada
siklus
II
dengan
menggunakan
media
gambar
menunjukan
peningkatan. Sebelum diberi pembelajaran, hasil belajar siswa pada
siklus I menunjukan dari 24 terdapat 5 orang siswa mendapatkan nilai
dibawah 70, dan 19 orang mendapatkan nilai diatas 70. Secara
keseluruhan rata-rata menjadi 77,3. Sesudah siklus II dilakukan
hasilnya menjadi 2 orang siswa mendapatkan nilai dibawah 70 (tidak
tuntas), dan 22 orang mendapatkan nilai diatas 70 (tuntas). Secara
keseluruhan rata-rata menjadi 83,1.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan,
Kabupaten Wakatobi dengan waktu penelitian selama empat bulan mulai dari
bulan Maret 2018 sampai bulan Juni 2018 dengan menerapkan proses
pembelajaran menggunakan media film.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu:
1. Guru mata pelajaran IPS, yaitu bagaimana keefektifan guru menggunakan
media film dalam proses pembelajaran.
2. Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan, yaitu berupa aktivitas
siswa dalam menerima pembelajaran dengan menggunakan media film.
3. Hasil belajar, yaitu melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah
melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media film.
C. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, prosedur penelitian dilakukan dengan menggunakan
siklus-siklus
tindakan
(daur
ulang). Adapun prosedur pelaksanaan tindakan
kelas dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
Perencanaan
Siklus ke-I
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Siklus ke-II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 2: siklus penelitian Tindakan, diadopsi dari Arikunto (2017: 42)
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang diawali dengan
pembuatan perangkat pembelajaran secara kolaboratif antara guru mata pelajaran
IPS dengan peneliti, kemudian rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan media film, agar keefektifan guru dapat berjalan dengan
lancar perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Perencanaan
Ada tiga hal rencana tindakan kelas pada penelitian ini yaitu:
a) Mengidentifikasi masalah yang terjadi didalam kelas atau tempat
penelitian.
b) Menganalisa dan merumuskan masalah yang terjadi untuk dibenahi dalam
pelaksanaan tindakan, dan
c) Meencanakan perbaikan atau perencanaan tindak lanjut dengan langkah
sebagai berikut: (1) merumuskan perangkat pembelajaran sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pembelajaran dengan menggunakan media film, (2)
merumuskan langkah-langkah perbaikan yang akan ditempuh dalam
bentuk hipotesis tindakan, (3) menganalisa kelayakan hipotesis dan
kelayakan pelaksanaannya yang dituangkan dalam Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP).
2. Pelaksanaan
Tahap ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan dilakukan dengan menerapkan media film untuk meningkatkan
efektifitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS.
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra kolaborator atau
partner kerja yang berfungsi sebagai penilai aktivitas belajar siswa dan
efektifitas guru dalam proses pembelajaran. Kolaborator mencatat semua aktivitas
yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran, yaitu mulai kegiatan
awal hingga kegiatan akhir. Pada akhir siklus diakhiri dengan tes. Tes ditujukan
untuk melihat hasil belajar dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
pada setiap siklus untuk menunjukan adanya peningkatan atau sebaliknya.
4. Refleksi
Selama
penelitian
dilaksanakan,
hasilnya
dianalisis
dan
dikaji
keberhasilan dan kegagalannya. Data yang diperoleh dari proses belajar dan
Pembelajaran, apabila hasil analisis pada siklus pertama terdapat revisi dan
kekurangan maka analisis direfleksikan untuk menentukan tindakan pada siklus 2
dalam rangka mencapai tujuan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah tes
dan pengamatan.
1. Tes
Tes ditujukan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa selama penelitian
dengan menggunakan media film dalam pembelajaran IPS. Teknik tes ini berupa
butir soal yang diberikan oleh guru. Soal yang digunakan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tes tersebut dapat
diketahui peningkatan hasil belajar siswa.
2. Pengamatan
Pengamatan
digunakan
untuk
menjawab
permasalahan
yang
diajukan dalam penelitian ini. Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati
kinerja guru dan aktivitas siswa saat pembelajaran dilaksanakan oleh pengamatan.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan
kuantitatif dimana data obsevasi menggambarkan suasana dan aktivitas belajar
siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, Hasil observasi
dianalisis dengan menggunakan presentase (%) banyak frekuensi suasana dan
aktivitas siswa dibagi dengan seluruh nilai jumlah frekuensi, dan dikali 100%.
Rumus mencari presentase adalah
% aktivitas belajar =
∑ jumlah frekuensi aktivitas
∑ juml ah total ( frekuensi ) aktivitas
x 100%
(Kurniasih dan sani, 2014: 67-68)
F. Indikator Kineja
Indikator kinerja yang di lakukan untuk menentukan keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran menggunakan media film, adapun indikatornya adalah
sebagai berikut:
1. Indikator keefektifan mengajar guru dinyatakan tuntas, jika minimal 90%
skenario pembelajaran yang telah dirancang terlaksana dengan baik.
2. Indikator aktivitas belajar siswa yaitu minimal 80% siswa memperoleh skor
rata-rata minimal 75 atau kategori aktif dalam Pembelajaran.
3. Indikator meningkatan hasil belajar siswa, di nyatakan tuntas jika minimal
80% siswa memperoleh skor 75.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Hafid, Jafar Ahiri, Pendais Haq. 2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Arnie Fajar. 2014. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Arifin. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Sejarah Melalui Penggunaan
Media Gambar (PTK pada Siswa Kelas VII SMPN 3
Pasarwajo Kabupaten Buton). Kendari: Universitas Halu Oleo.
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Asmir. 2015. Penerapan Media Videografi pada Pembelajaran Sejarah di Kelas
XI. IS SMA Negeri 9 Kabupaten Bombana. Kendari:
Universitas Halu Oleo.
Deni Kurniawan. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan
Penilaian). Bandung: Alfabeta.
Hasbullah. 2014. Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil
Belajar IPS pada Siswa Kelas VIIᴳ SMP Negeri 3 Kendari .
Kendari: Universitas Halu Oleo.
Imas Kurniasi dan Berlin Sani. 2014.
Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.
Mohamad Syarif Sumantri. 2015. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di
Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mujtahid. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Malang: Uin-Maliki Press.
Nunuk Suryani dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Nurani Soyomukti. 2013. Teori-Teori Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Wina Sanjaya. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Prenada Media Group.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sri Anita W. 2007. Materi Pokok Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Uyoh Sadulloh. 2010. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahidmurni. 2017. Metodologi Pembelajaran IPS Penegembangan Standar
Proses Pembelajaran IPS di Sekolah/Madrasah. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.