Pengan Masyarakat yang Menerima Pelayanan Perawat Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Puskesmas
2.1.1 Definisi Puskesmas
Departemen Kesehatan RI (2014) mengemukakan bahwa Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan bagian dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota

sebagai

unit

pelaksana

teknis

yang

bertanggungjawab


menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerjanya. Puskesmas
dan jaringannya berperan sebagai institusi penyelenggara pelayanan kesehatan
dijenjang pertama yang terlibat langsung dengan masyarakat. Tanggung jawab
Puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
diantaranya adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yangbertempat tinggal di wilayah kerjanya agar
terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok
serta puskesmas meningkatkan peran masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Pelayanan kesehatan komprehensif

yang diberikan puskesmas

meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), pelaysanan preventif (pencegahan),
pelayanan promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagaian dari
kecamatankarena tergantung dari faktor kepadatan penduduk, luas daerah,
keadaan geografis, dan keadaan infrastruktur di wilayah tersebut (Efendi, 2009).


7
7

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki tiga fungsi yang berfokus pada pembangunan
kesehatan, yakni:
a. Puskesmas Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan: Puskesmas sebagai pusat
pembangunan kesehatan yaitu sebagai pusat pembangunan wilayah berwawasan
kesehatan. Upaya puskesmas menjalankan fungsi ini dilakukan dengan
menjalankan, menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas
sektor masyarakat di wilayah kerjanya sehingga dapat mendukung pembangunan
kesehatan. Fokus upaya yang dilakukan puskesmas terkait pembangunan
kesehatan adalah mengutamakan preventif dan promotif tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif. Puskesmas harus memantau dan melaporkan hasil
atau dampak dari program yang telah diselenggarakan di wilayah kerjanya.
b. Puskesmas Sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat: Lyonset al (dalam
Wrihatnolo & Nugroho, 2007) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat
merupakan suatu upaya yang dilakukan agar masyarakat mandiri dan mampu

mengatasi masalahnya serta mampu meningkatkan inisiatif yang berhubungan
dengan keadaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu
meningkatkan pemahaman dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan dan
memecahkan masalah dalam masyarakat dengan memanfaatkan potensi dan
fasilitas yang terdapat di masyarakat. Sedangkan pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat agar
masyarakat

memiliki

meningkatkan

status

kemampuan
kesehatannya

untuk

hidup


(Departemen

mandiri

dalam

Kesehatan

RI,

rangka
2007).

8

Universitas Sumatera Utara

Kesimpulannya bahwa Puskesmas dalam melakukan pemberdayaan masyarakat
bertujuan agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan untuk hidup sehat (Maulana, 2009).
c. Puskesmas Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer : Puskesmas
sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer merupakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang ditujukan untuk perorangan dan masyarakat.
Puskesmas bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan yang menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan ( Haris,2007)
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu
berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas
sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas
aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan
kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan. Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas
selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta

ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program

9

Universitas Sumatera Utara

kesehatan.

Pemberdayaan

perorangan,

keluarga

dan

masyarakat

ini


diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial
budaya masyarakat setempat. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti
puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi : Pelayanan
kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. Menurut
Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu
merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat

tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi

10

Universitas Sumatera Utara

dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan
pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan
sektorsektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.
2.1.3 Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).
2.1.4 Jenis- Jenis Puskesmas
Jenis Puskesmas adalah keterangan mengenai jenis dari Puskesmas
yang bersangkutan. Terdapat dua jenis puskesmas menurut Departemen

Kesehatan RI (2007) yaitu puskesmas perawatan dan puskesmas nonperawatan.
2.1.4.1 Puskesmas Perawatan (Rawat Inap)
Dalam rangka mengembangkan layanan kesehatan, Provinsi Jawa
Timur berupaya mengembangkan fungsi layanan puskesmas yakni puskesmas
nonperawatan dan puskesmas perawatan (rawat inap). Puskesmas rawat inap
didefinisikan pula sebagai puskesmas yang dilengkapi ruangan tambahan dan
fasilitas untuk menyelamatkan pasien gawat darurat dan tindakan yang diberikan
adalah tindakan operatif terbatas dan rawat inap sementara (Effendi, 2009). Rawat
inap pasien dilakukan paling sedikit 24 jam perawatan. Puskesmas Perawatan
adalah Puskesmas yang berdasarkan Surat Keputusan Bupati atau Walikota

11

Universitas Sumatera Utara

menjalankan fungsi perawatan dan untuk menjalankan fungsinya diberikan
tambahan ruangan dan fasilitas rawat inap yang sekaligus merupakan pusat
rujukan antara (Departemen Kesehatan RI, 2007). Puskesmas perawatan (rawat
inap) berfungsi sebagai pusat rujukan pasien yang gawat darurat sebelum dibawa
ke rumah sakit.

2.1.4.2 Puskesmas Non Perawatan
Puskesmas non perawatan hanya melakukan pelayanan kesehatan
rawat jalan. Permenkes No.029 tahun 2010 menyebutkan kegiatan di pelayanan
kesehatan rawat jalan yakni observasi, diagnosis, pengobatan, dan atau pelayanan
kesehatan lainnya tanpa dirawat inap.
Jenis Puskesmas adalah keterangan mengenai jenis dari Puskesmas
yang bersangkutan. Terdapat dua jenis puskesmas menurut Departemen
Kesehatan RI (2014) yaitu puskesmas perawatan dan puskesmas nonperawatan.
2.1.5 Kegiatan Pokok Puskesmas
Program kerja yang dilaksanakan oleh puskesmas terdapat 18 usaha
pokok kesehatan yang dapat dilakukan. Namun, pelaksanaannya sangat
tergantung pada tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, biaya yang tersedia, serta
kemampuan manajemen tiap-tiap puskesmas. Kegiatan pokok pukesmas antara
lain sebagai berikut :
a.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) : Pemeliharaan kesehatan ibu

hamil; melahirkan dan menyusui; serta bayi,anak balita, dan anak prasekolah,
memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan guna mencegah gizi buruk,

imunisasi, pemberian pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak dan cara

12

Universitas Sumatera Utara

menstimulusnya, pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang
menderita bermacam-macam penyakit ringan dan lainnya.
b.

Upaya Keluarga Berncana (KB)

: Mengadakan kursus Keluarga

Berencana untuk para ibu dan calon ibu yang mengunjungi KIA, mengadakan
kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang bekerja sebagai penggerak
Keluaga Berencana, memberikan pedidikan tentang cara pemasangan IUD, caracara penggunaan pil, kondom, dan alat kontrasepsi lainnya
c.

Upaya Perbaiakan Gizi : Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi,

mengembangkan program perbaikan gizi, memberikan pendidikan gizi kepada
masyarakat.
d.

Upaya Kesehatan Lingkungan : Penyehatan air bersih, penyehatan

pembuangan kotoran, penyehatan lingkungan perumahaan, penyehatan limbah,
pengawasan sanitasi tempat umum, penyehatan makanan dan minuman,
pelaksanaan peraturan perundangan
e.

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular :mengumpulkan

dan menganalisis data penyakit, melaporkan kasus penyakit menular, menyelidiki
benar tidaknya kasus yang masuk melakukan tindakan permulaan untuk
mencegahan penyebaran penyakit menular, menyembuhkan penderita, sehingga
tidak lagi menjadi sumber infeksi, pemberian imunisasi, pemberantasan vektor,
pendidikan kesehatan kepada masyarakat
f.

Upaya Pengobatan : Melaksanakan diagnosis sedini mungkin dengan cara

mendapatkan riwayat penyakit,mengadakan pemeriksaan fisik, mengadakan

13

Universitas Sumatera Utara

pemeriksaan laboratorium, membuat diagnosis kemudian melakukan tindakan
pengobatan dan melakukan upaya rujukan.
g.

Upaya Penyuluhan Kesehatan Masyarakat : Kegiatan penyuluhan

kesehatan yang dilakukan oleh petugas di klinik, rumah, dan kelompok-kelompok
masyarakat dan di tingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri,
tetapi di tingkat kabupaten terdapat tenaga-tenaga kordinator penyuluhan
kesehatan.
Kegiatan pokok puskesmas lainnya ialah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
kesehatan olahraga, perawatan kesehatan masyarakat, usaha kesehatan kerja,
usaha kesehatan gigi dan mulut, usaha kesehatan jiwa, kesehatan mata,
laboraturium, pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan, kesehatan
usia lanjut serta pembinaan obat tradisional.
Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan
kondisi masyarakat. Disamping penyelenggaraan usaha-usaha pokok tersebut di
atas, puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan progarm
kesehatan oleh pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi
Nasional (PIN). Dengan demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun
pembekalan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah daerah (Mubarak &
Chayatin, 2009).
2.2 Pelayanan Perawat di Puskesmas
2.2.1 Definisi Pelayanan Perawat Puskesmas
Kepmenkes RI Nomor 279/MENKES/SK/IV/2006 mendefinisikan
pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

14

Universitas Sumatera Utara

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif dan ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Keperawatan meruapakan profesi yang berorientasi pada pelayanan
yang hakekatnya tindakan keperawatan bersifat membantu. Perawat membantu
pasien mengatasi masalah-masalah sehat-sakit pada kehidupan sehari-harinya
(Asmadi, 2008). Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan kesehatan
profesional, yakni praktik keperawatan didasarkan atas profesi keperawatan yang
dilakukan oleh perawat. Salah satu ciri praktik keperawatan profesional adalah
tindakan yang dilakukan berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi.
Standar pelayanan keperawatan merupakan pedoman untuk perawat dalam
melakukan praktik keperawatan yang digunakan untuk menentukan apakah
perawat telah bertindak sesuai prosedur (Potter & Perry, 2010). Apabila perawat
melakukan tindakan keperawatan sesuai standar maka perawat dapat melindungi
diri sendiri pada bahaya tindakan legal dan yeng lebih penting adalah melindungi
klien/pasien pada risiko bahaya dan cedera.
Perawat Puskesmas memberikan pelayanan keperawatan dalam
bentuk asuhan keperawatan baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan tujuan untuk mencapai kemandirian masyarakat baik di sarana pelayanan
kesehatan (Depkes,2014). Salah satu bentuk pelayanan di Puskesmas adalah
pelayanan rawat inap yang membutuhkan perawat, dimana perawat memberikan
pelayanan asuhan keperawatan selama 24 jam. Perawat dalam memberikan

15

Universitas Sumatera Utara

pelayanan keperawatan menggunakan suatu pendekatan yaitu standar asuhan
keperawatan. Asuhan Keperawatan adalah tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien mulai dari pengkajian masalah, penyusunan rencana keperawatan,
melaksanakan tindakan dan prosedur keperawatan secara menyeluruh baik fisik,
mental, sosial, spiritual dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan ((Potter &
Perry, 2010).
2.2.2 Peran dan Fungsi Perawat Puskesmas
Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi
kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
keperawatan secara profesianal sesuai dengan kode etik profesi, dimana setiap
peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan. (Mubarak &
Chayatin, 2009).
Peran perawat terintegrasi dan melekat pada tanggung jawabnya
dalam memberikan layanan asuhan keperawatan baik di tatanan pelayanan rumah
sakit maupun di puskesmas. Secara prinsip peran perawat sama dalam
memberikan layanan asuhan keperawatan walaupun dalam pelaksanaan teknisnya
harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, termasuk di puskesmas. Peran
perawat puskesmas disusun secara spesifik untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang
sehat maupun sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan/keperawatan apakah
itu dirumah, sekolah, panti dan sebagainya sesuai kebutuhannya (Depkes, 2014)

16

Universitas Sumatera Utara

Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa perawat puskesmas
profesional yang ideal adalah perawat komunitas yang memiliki latar belakang
pendidikan serta kompetensi di bidang keperawatan komunitas sehingga dapat
menerapkan 12 peran dan fungsinya (Kepmenkes, 2006). Peran dan fungsi
perawat melekat secara bersamaan dalam tugas perawat antara lain peran sebagai
pemberi pelayanan kesehatan/asuhan keperawatan, penemu kasus, peran sebagai
pendidik/penyuluh

kesehatan,

kordinator

pelayanan

kesehatan,

konselor

keperawatan, panutan (role model), pemodifikasi lingkungan, konsultan, advokat,
peneliti, dan pembaharu (inovator). Namun karena masih rendahnya tingkat
pendidikan yaitu mayoritas pendidikan SPK dan Diploma, dari seluruh peran dan
fungsi yang harus dilakukan oleh perawat, hanya 6 saja yang menjadi prioritas
(Kepmenkes, 2006). Ke enam peran tersebut adalah:
a.

Pemberi Asuhan Keperawatan
Perawat berperan untuk memberikan pelayanan berupa asuhan keperawatan

secara langsung kepada klien (individu, keluarga, komunitas) sesuai dengan
kewenangannya. Asuhan keperawatan diberikan kepada klien di semua tatanan
layanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari
pengkajian, penegakan diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Hal ini
merupakan peran utama bagi perawat diman perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan yang profesional menerapkan ilmu, teori, prinsip, konsep dan
mengiji kebenarannya dalam situasi nyata, apakah kriteria profesi dapat
ditampilkan sesuai dengan harapan penerima jasa keperawatan. Peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan menuntut perawat untuk memberi kenyamanan dan

17

Universitas Sumatera Utara

rasa aman bagi klien, melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana
dengan seimbang antara lain, memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan
lainnya, dan berusaha mengembalikan kesehatan klien.
Peran perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berupa asuhan keperawatan yang
utuh (holistic) serta berkesinambungan (komprehensif). Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien/keluarga bisadiberikan secara langsung (direct care)
maupun secara tidak langsung (indirect care) pada berbagai tatanan kesehatan
yaitu meliputi puskesmas, ruang rawat inap puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, sekolah, panti, posyandu, keluarga (rumah pasien/klien)
(Depkes, 2014).
b. Penemu Kasus
Perawat puskesmas berperan dalam mendeteksi serta dalam menemukan
kasus serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit.Penemuan kasus dapat
dilakukan dengan jalan mencari langsung ke masyarakat (active case finding) dan
dapat pula didapat secara tidak langsung yaitu pada kunjungan pasien ke
puskesmas (pasif case finding). Perawat kesehatan masyarakat harus peka dan
sadar pada area yang memiliki kelompok resiko tinggi dalam masyarakat. Sangat
penting bagi perawat kesehatan masyarakat untuk mengikuti kontak individu atau
keluarga dengan pelayanan kesehatan untuk menemukan dan mengklarifikasi
jawaban dari pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh klien atau masyarakat.

18

Universitas Sumatera Utara

c. Pendidik Kesehatan
Peran sebagai pendidik kesehatan (educator) menuntut perawat untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik setting di rumah, di puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan
perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Proses pengajaran mempunyai empat komponen, yaitu: pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan, yaitu dalam
fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi klien dan
kesiapan untuk belajar. Selama proses perencanaan perawat membuat tujuan
khusus dan strategi pengajaran.
Perawat bertindak sebagai pendidik kesehatan harus mampu mengkaji
kebutuhan klien yaitu kepada individu, keluarga, kelompok, masyarakat,
pemulihan

kesehatan

dari

suatu

penyakit,

menyusun

program

penyuluhan/pendidikan kesehatan baik sehat maupun sakit, seperti nutrisi, latihan
olahraga, manajemen stress, penyakit dan pengelolaan penyakit; memberikan
informasi yang tepat untuk kesehatan dan gaya hidup antara lain informasi
yangtepat tentang penyakit, pengobatan, serta menolong klien menyeleksi
informasi kesehatan yang bersumber dari buku-buku, koran, televisi atau teman.
Banyak faktor yang memengaruhi peningkatan kebutuhan pembelajaran tentang
kesehatan oleh perawat. Ada kecenderungan baru untuk peningkatan dan
penjagaan kesehatan daripada pelayanan, akibatnya, masyarakat ingin dan bisa

19

Universitas Sumatera Utara

memperoleh banyak pengetahuan di bidang kesehatan (Mubarak & Chayatin,
2009).
d.

Kordinator dan Kolaborator
Peran kordinator perawat dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama

dengan tim kesehatan yang lain, baik perawat dengan dokter, perawat dengan ahli
gizi, perawat dengan ahli radiologi dan lain-lain dalam kaitannya mempercepat
proses penyembuhan klien. Peran kolaborator, perawat dilaksanakan dengan
mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasikan pelayanan dari semua
anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesi
(Mubarak & Chayatin, 2009). Perawat melakukan koordinasi terhadap semua
pelayanan kesehatan yang diterima oleh keluarga di berbagai program, dan
bekerja sama (kolaborasi) dengan tenaga kesehatan lain atau keluarga dalam
perencanaan pelayanan keperwatan serta sebagai penghubung dengan institusi
pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya (Depkes, 2014). Peran ini salah
satu bentuk kerja sama antar bidang kesehatan di puskesmas.
e. Konselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tekanan psikologis dan masalah sosial, untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik, dan meningkatkan perkembangan seseorang, didalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual (Mubarak & Chayatin, 2009). Perawat
sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai usaha memecahkan
masalah secara efektif.Pemberian konseling dapat dilakukan pada klinik,
puskesmas, puskesmas pembantu, rumah klien, posyandu dan tatanan pelayanan

20

Universitas Sumatera Utara

kesehatan lainnya dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan perawat puskesmas antara lain adalah
menyediakan informasi, mendengar secara objektif, memberi dukungan, memberi
asuhan dan meyakinkan klien, menolong klien mengidentifikasi masalah dan
faktor-faktor terkait, memandu klien menggali permasalahan dan memilih
pemecahan masalah yang dikerjakan (Depkes, 2014). Perawat diharapkan mampu
untuk mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat
sakitnya. Perubahan interaksi merupakan dasar dalam merencanakan metode
untuk meningkatkan kemampuan adaptasi klien, memberikan konseling atau
bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu. Selanjutnya pemecahan
masalah difokuskan pada masalah keperawatan agar mengubah perilaku hidup
sehat atau adanya perubahan pola interaksi yang lebih baik dari individu, keluarga
dan masyarakat (Mubarak & Chayatin, 2009).
f.

Panutan (Role Model)
Perawat puskesmas harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang

kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
bagaimana cara tata hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat
(Fetaria, 2005). Perawat puskesmas sebagai role model diharapkan berperilaku
hidup yang sehat, baik dalam tingkat pencegahan yang pertama, kedua maupun
yang ketiga yang dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi contoh masyarakat.
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain memberi contoh praktik menjaga tubuh
yang sehat baik fisik maupun mental seperti makanan bergizi, olahraga secara

21

Universitas Sumatera Utara

teratur, menjaga berat badan, tidak merokok, menyediakan waktu untuk istirahat
setiap hari, komunikasi efektif dan lain - lain (Kepmenkes, 2006).
Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain ( Mubarak,
2005). Dalam menjalankan perannya perawat dibagi menjadi 3 fungsi yaitu:
a. Fungsi Independent Fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara
mandiri, tidak tergantung pada orang lain atau tim kesehatan lain. Perawat harus
dapat memberikan bantuan terhadap

adanya penyimpangan atau

tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia baik biologis, psikologis, sosiokultural dan
spiritual, mulai dari tingkat individu yang utuh, mencakup seluruh siklus
kehidupan sampai pada tingkat masyarakat, yang juga mencerminkan pada tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai
molekular. Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dan perawat
bertanggung jawab serta bertanggung gugat atas rencana keputusan dan
tindakannya.
b. Fungsi Dependent Individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak hanya
mendapatkan pelayanan kesehatan dari perawat saja, juga melibatkan tim
kesehatan lain. Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat atas
instruksi dari tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, radiologi dan lainnya). Agar
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat efektif.
c. Fungsi Interdependent Fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling
ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan mebutuhkan kerja sama tim dalam pemberian

22

Universitas Sumatera Utara

pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penderita yang
mempunyai penyakit kompleks. Keadaan tersebut tidak dapat diatasi hanya oleh
perawat, tetapi juga membutuhkan kerjasama dengantim kesehatan lain.
2.2.3 Aspek-Aspek Kualitas Pelayanan Keperawatan di Puskesmas
Pelayanan keperawatan dapat diamati dari praktik keperawatan yang
dilakukan oleh perawat saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien harus memenuhi standar dan
kriteria profesi keperawatan, serta mampu memberikan pelayanan keperawatan
yang berkualitas sesuai harapan instansi pelayanan kesehatan untuk mencapai
tingkat kepuasan dan memenuhi harapan pasien (Yani, 2007). Beberapa aspek
yang dapat menjadi indikator penerapan sebuah layanan keperawatan pada pasien,
diantaranya adalah:
a. Aspek perhatian
Aspek perhatian merupakan sikap seorang perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan harus sabar, bersedia memberikan pertolongan kepada
pasien, perawat harus peka terhadap setiap perubahan pasien dan keluhan pasien,
memahami dan mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien. Perawat
memperlakukan pasien dengan baik dan tulus dalam pemenuhan kebutuhannya
(Wahyuni, 2012). Perhatian yang tulus seorang perawat pada pasien harus selalu
dipertahankan, seperti bersikap jujur dan terbuka serta menunjukkan perilaku
yang sesuai (Videbeck, 2008);

23

Universitas Sumatera Utara

b. Aspek penerimaan
Aspek penerimaan merupakan sikap perawat yang selalu ramah dan ceria saat
bersama pasien, selalu tersenyum dan menyapa semua pasien. Perawat harus
menunjukkan rasa penerimaan yang baik terhadap pasien dan keluarga pasien,
menerima pasien tanpa membedakan agama, status sosial ekonomi dan budaya,
golongan dan pangkat, serta suku sehingga perawat menerima pasien sebagai
pribadi yang utuh. Penerimaan ialah sikap yang tidak menghakimi individu,
bagaimanapun dan apapun perilaku individu tersebut. Perawat menunjukkan sikap
tegas dan jelas, tetapi tanpa amarah atau menghakimi, sehingga perawat membuat
pasien merasa utuh. Perawat tidak kecewa atau tidak berespon negatif terhadap
amarah yang meluap-luap, atau perilaku buruk pasien menunjukkan penerimaan
terhadap pasien (Videbeck, 2008).
c. Aspek komunikasi
Aspek komunikasi merupakan sikap perawat yang harus mampu melakukan
komunikasi sebaik mungkin dengan pasien, dan keluarga pasien. Interaksi antara
perawat dengan pasien atau interaksi antara perawat dengan keluarga pasien akan
terjalin melalui komunikasi yang baik. Perawat menggunakan komunikasi dari
awal penerimaan pasien untuk menyatu dengan pasien dan keluarga pasien.
Komunikasi digunakan untuk menentukan apa yang pasien inginkan berkaitan
dengan cara melakukan tindakan keperawatan. Perawat juga melakukan
komunikasi dengan pasien pada akhir pelayanan keperawatan untuk menilai
kemajuan dan hasil akhir dari pelayanan keperawatan yang telah diberikan.
Kesimpulannya bahwa selama melakukan layanan keperawatan, perawat

24

Universitas Sumatera Utara

menggunakan keterampilan komunikasi pada pasien, keluarga pasien dan tim
kesehatan lain (Arwani, 2002).
d. Aspek kerjasama
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama
yang baik dengan pasien dan keluarga pasien. Perawat harus mampu
mengupayakan agar pasien mampu bersikap kooperatif. Perawat bekerja sama
secara kolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam menganalisis situasi yang
kemudian bersama-sama mengenali, memperjelas dan menentukan masalah yang
ada. Setelah masalah telah diketahui, diambil keputusan bersama untuk
menentukan jenis bantuan apa yang dibutuhkan oleh pasien. Perawat juga bekerja
sama secara kolaborasi dengan ahli kesehatan lain sesuai kebutuhan pasien.
e. Aspek tanggung jawab
Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu
mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Perawat mempunyai tanggung jawab
untuk memberikan pelayanan keperawatan pada pasien selama 24 jam sehari, dari
penerimaan sampai pemulangan pasien (Swanburg, 2000). Perawat harus tahu
bagaimana menjaga keselamatan pasien, jalin dan pertahankan hubungan saling
percaya yang baik dengan pasien, pertahankan agar pasien dan keluarga tetap
mengetahui tentang diagnosis dan rencana tindakan, pencatatan semua tindakan
harus dilakukan dengan akurat untuk melindungi kesejahteraan pasien (Priharjo,
2008).

25

Universitas Sumatera Utara

Menurut Parasuraman (Nursalam,

2011), kualitas pelayanan perawat

memiliki beberapa aspek, yaitu:
a. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
tepat dan terpercaya. Pelayanan yang terpercaya artinya adalah konsisten.
Sehingga reliability mempunyai dua aspek penting yaitu kemampuan memberikan
pelayanan seperti yang dijanjikan dan seberapa jauh mampu memberikan
pelayanan yang tepat atau akurat.
b. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu kesediaan atau kemauan untuk
membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat.
c. Jaminan kepastian (Assurance), yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf (bebas dari bahaya, risiko
atau keragu-raguan).
d. Empati (Emphaty), yaitu membina hubungan yang baik, pemahaman atas
kebutuhan individual para pelanggan, dan memberikan pelayanan serta perhatian
secara individual pada pelanggannya.
e. Bukti langsung (Tangible), yang meliputi fasilitas fisik, peralatan, pegawai, dan
media komunikasi yang dapat dirasakan langsung oleh pelanggan.
Pendapat lain dari Gespersz (Bustami, 2011), bahwa kualitas pelayanan
perawat dapat diukur dengan aspek yaitu a) Ketepatan waktu pelayanan, misalnya
waktu pelaksanaan atau proses pelayanan yang diberikan perawat; b)Akurasi
pelayanan, berkaitan dengan reliabilitas pelayanan perawat dan bebas dari
kesalahan; c) Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan; d)
Tanggung jawab, bekaitan dengan penanganan keluhan dari pasien; e)

26

Universitas Sumatera Utara

Kelengkapan, menyangkut dengan ketersediaan sarana pendukung pelayanan; f)
Kemudahan mendapat pelayanan, berkaitan dengan perawat dan tersedianya
fasilitas pendukung; g) Variasi model pelayanan, berhubungan dengan inovasi
untuk memberikan pola baru dalam pelayanan; h) Pelayanan pribadi, berkaitan
dengan fleksibilitas perawat; i) Kenyamanan dalam mendapatkan pelayanan,
berkaitan dengan lokasi, ruang, kemudahan menjangkau, dan ketersediaan
informasi; j) Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti lingkungan, fasilitas
yang diberikan, dan penampilan perawat.
Menurut Christine (Pohan, 2007), aspek kualitas pelayanan perawat meliputi:
a) Ketepatan waktu, meliputi akses dan waktu tindakan; b) Informasi, meliputi
penjelasan dari jawaban apa, mengapa, bagaimana, kapan, dan siapa; c)
Kompetensi teknis, meliputi pengetahuan perawat, keterampilan, dan pengalaman;
d) Hubungan antarmanusia, meliputi rasa hormat, sopan santun, perilaku, dan
empati; e) Lingkungan, meliputi kebersihan, kenyamanan, keamanan dan
penampilan perawat.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
aspek yang dipakai untuk mengetahui tingkat kualitas pelayanan perawat adalah
keandalan, daya tanggap, jaminan kepastian, empati, dan bukti langsung.
2.3 Studi Fenomenologi
Riset fenomenologi dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger yang
bersumber dari sebuah tradisi filsafat yang merupakan sebuah pendekatan
mengenai pengalaman hidup manusia. Seorang fenomenolog memiliki keyakinan
bahwa kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada pengalaman hidup

27

Universitas Sumatera Utara

seseorang (Polit & Beck, 2012). Pendekatan fenomenologi digunakan ketika
sedikit sekali definisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti
penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa
dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Tujuan
penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman
hidup dan persepsi yang muncul.
Fenomenologi

adalah

suatu

ilmu

yang

memiliki

tujuan

untuk

menjelaskan fenomena dalam bentuk pengalaman hidup. Penggunaan desain
penelitian
memperoleh

kualitatif dengan
data

yang

pendekatan

lebih

fenomenologi

komprehensif,

bertujuan

mendalam,

untuk

credible dan

bermakna. Selain itu, pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk memahami
respon

seluruh

manusia

terhadap

suatu

atau

sejumlah

peristiwa

dan

memberikan gambaran terhadap makna sebuah pengalaman yang dialami
beberapa individu dalam situasi yang dialami. Pendekatan fenomenologi
digunakan ketika sedikit sekali definisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang
akan diteliti. Fenomenologi berfokus pada apa yang dialami oleh manusia pada
beberapa fenomena dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut.
Penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa
dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Tujuan
penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman
hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Beck, 2012).
Didalam studi fenomenologi, sumber data utama berasal dari perbincangan
yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana

28

Universitas Sumatera Utara

peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa
adanya suatu diskusi. Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha
untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012).
Studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat tidaklah banyak. Jumlah
partisipan dari penelitian ini adalah 10 orang atau lebih sedikit. Partisipan yang
terlibat dalam penelitian akan dipilih dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah
ditentukan oleh peneliti (Polit & Beck, 2012).
Berdasarkan dari cara pengambilan kesimpulan dari fenomena yang ada dari
subyek penelitian, ada dua jenis penelitian fenomenologi, yaitu fenomenologi
deskriptif dan fenomenologi interpretatif. Fenomenologi deskriptif berfokus pada
penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat
dalam fenomena (fenomena deskriptif), sedangkan fenomenologi interpretatif
lebih kepada penafsiran dari pengalaman atau fenomena yang dialami subyek
penelitian (Polit & Beck, 2012). Dalam fenomenologi deskriptif ada tiga
fenomenoligist dalam proses analisa data. Dimana ketiga tokoh ini berpedoman
pada filosof Husserl yang fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah
fenomena. Ketiga tokoh tersebut adalah Collaizzi (1978), Giorgi (1985), dan Van
Kaam (1959) (Polit & Beck, 2012).
Kehidupan seseorang bagi fenomenologis adalah sesuatu yang sangat
berharga dan menarik. Selain pada penelitian fenomenologi komunikasi
merupakan suatu sumber data utama, percakapan yang mendalam antara peneliti
dan partisipan sebagai subyeknya. Seorang fenomenologis berusaha untuk

29

Universitas Sumatera Utara

membantu partisipan mengambarkan pengalaman hidupnya tanpa harus
memimpin diskusi. Selain itu, dalam wawancara yang mendalam, peneliti
berusaha untuk merasakan apa yang pernah dialami oleh informan untuk
mendapatkan informasi penuh tentang pengalaman hidup mereka (Polit & Beck,
2012).
Menurut Lincoln & Guba (1985, dalam Polit & Beck, 2012) untuk
memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya (trustworthiness) maka data
divalidasi dengan beberapa kriteria. Credibility merupakan kriteria untuk
memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya,
hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari
responden sebagai informan. Credibility termasuk validitas internal. Cara
memperoleh tingkat kepercayaan yaitu perpanjangan kehadiran peneliti/pengamat
(prolonged engagement), ketekunan pengamatan (persistent observation),
triangulasi (triangulation), diskusi teman sejawat (peer debriefing), analisis kasus
negatif (negative case analysis), pengecekan atas kecukupan referensial
(referencial adequacy checks), dan pengecekan anggota (member checking).
Transferability adalah kriteria yang digunakan untuk memenuhi bahwa hasil
penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat ditransfer ke subyek lain
yang memiliki topologi yang sama. Transferability termasuk dalam validitas
eksternal. Maksudnya adalah dimana hasil suatu penelitian dapat diaplikasikan
dalam situasi lain.
Dependability mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan
data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi

30

Universitas Sumatera Utara

untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah
proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak. Teknik terbaik adalah audit trail
yaitu meminta dependen atau independen auditor untuk memeriksa aktifitas
peneliti..
Confirmability memfokuskan apakah hasil penelitian dapat dibuktikan
kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan
dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan
hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam
penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Confirmability merupakan
kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian.
Authenticity memfokuskan pada sejauh mana peneliti dapat menunjukkan
berbagai realitas. Authenticity muncul dalam penelitian ketika partisipan
menyampaikan pengalaman mereka dengan penuh perasaan. Penelitian memiliki
keaslian jika dapat mengajak pembaca merasakan pengalaman kehidupan yang
digambarkan, dan memungkinkan pembaca untuk mengembangkan kepekaan
yang meningkat sesuai masalah yang digambarkan.

31

Universitas Sumatera Utara