Determinan Pemanfaatan Ulang Klinik Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015

(1)

DETERMINAN PEMANFAATAN ULANG KLINIK DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS SERING KECAMATAN MEDAN

TEMBUNG TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

WIDIA GUSTIASARI NIM. 111000031

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015

DETERMINAN PEMANFAATAN ULANG KLINIK DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS SERING KECAMATAN MEDAN TEMBUNG


(2)

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

WIDIA GUSTIASARI NIM. 111000031

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “DETERMINAN

PEMANFAATAN ULANG KLINIK DIABETES MELLITUS DI

PUSKESMAS SERING KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2015


(5)

ABSTRAK

Transisi penyakit di Indonesia mulai ditandai dengan semakin meningkatnya kasus penyakit tidak menular. Salah satu jenis penyakit jenis tidak menular yang ternyata menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi adalah penyakit Diabetes Mellitus. Penyakit Diabetes mellitus memerlukan penanganan yang tepat dan serius. Diabetes Mellitus salah satu penyakit yang paling banyak ditemui. Berdasarkan laporan bidang Pelayanan dan Kesehatan Dians Kesehatan Kota Medan diketahui bahwa terdapat 3 puskesmas yang memiliki Klinik DM salah satunya Puskesmas sering yang mengikuti jadwal rutin 15-20 orangdari 115 pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan pemanfaatan ulang Klinik DM bagi penderita DM.di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015

Jenis Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, persepsi), faktor pendukung (jarak tempat , kelompok referensi), dan faktor pendorong (sikap tenaga kesehatan) terhadap pemanfaatan ulang Klinik Diabetes Mellitus bagi penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering Tahun 2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien DM sebanyak 115. Sampel penelitian ini sebanyak 99 responden.

Hasil penelitian menunjukkan dari 99 responden, sebanyak 45,5,0% memanfaatkan ulang Klinik DM dan 54,5,0% tidak memanfaatkan ulang Klinik DM. Variabel pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,001), jarak (p=0,001), kelompok referensi (p=0,001), dan sikap petugas (p=0,003) memiliki hubungan terhadap pemanfaatan ulang Klinik Diabetes Mellitus bagi penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering Tahun 2015. Variabel pengetahuan mempunyai nilai Exp (B) sebesar 26,694, merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan ulang Klinik DM.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Puskesmas Sering lebih mengedukasi para penderita DM, mengenai Klinik DM, dengan mengajak para petugas di puskesmas , tokoh – tokoh masyarakat, tokoh – tokoh agama, dan pihak terkait lainnya.

Kata Kunci : Determinan Pemanfaatan, Klinik Diabetes Mellitus, Penderita Diabetes Mellitus


(6)

ABSTRACT

Transmission of disease in Indonesia started marked by the increasing cases of non-communicable diseases. One type of non-communicable diseases which turned out to cause morbidity and high mortality is Diabetes Mellitus. Diabetes mellitus require precise and serious handling. Diabetes Mellitus is one of the most common diseases. Based on reports of Health Care field Health office Medan is known that there are 3 health centers, one of that often follow a regular schedule of 15-20 people from 115 patients. The purpose of this study is to investigate the reuse determinants of DM Clinic for patients DM.di Often Medan District Health Center Tembung 2015.

Type of this research was a survey research with explanatory research that aims to explain the influence of predisposing factors (knowledge, attitudes, perceptions), a supporting factor (distance place, the reference group), and the driving factor (the attitude of health workers) to reuse Clinic for Diabetes Mellitus in Tembung Health Center Year 2015. The population of this study were all patients with DM as many as 115. The research sample as many as 99 respondents.

The results showed 99 respondents, 45,5,0% reuse DM Clinic and 54,5,0% do not reuse the DM Clinic. Variable knowledge (p = 0.001), attitude (p = 0.001), distance (p = 0.001), the reference group (p = 0.001), and the attitude of the officer (p = 0.003) have been associated with reuse of Clinical Diabetes Mellitus for people with Diabetes Mellitus in Tembung Health Center Year 2015. Knowledge variable has a value of Exp (B) of 26,694, is the most influential variable on the reuse of DM Clinic.

Based on the research results, it is expected that the health center more often educate people with DM, the DM Clinic, by inviting the officials at the clinic, leaders - community leaders, leaders - religious leaders, and other concerned parties.

Keywords: Determinants Utilization, Clinical Diabetes Mellitus, Diabetes Mellitus


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Widia Gustiasari

Tempat Lahir : Kisaran

Tanggal Lahir : 21 Agustus 1993 Janis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku Bangsa : Minang

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Hamka gg. Senangin no 32 Kisaran

Nama Ayah : Iwan

Suku Bangsa Ayah : Minang

Nama Ibu : Alm. Hasnita Manurung

Suku Bangsa Ibu : Batak

Riwayat Pendidikan :

1. SD/Tamat tahun : SD Al-Washliyah Kisaran / 2005 2. SMP/Tamat tahun : SMP NEGERI 1 KISARAN / 2008 3. SMA/Tamat tahun : SMA NEGERI 4 KISARAN / 2011 4. Tahun 2011-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahuwata`ala karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Determinan Pemanfaatan Ulang Klinik Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Iwan dan Almarhumah Ibunda tersayang Hasnita Manurung yang telah selalu tiada hentinya memberikan dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan selalu mendoakan penulis.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing Bapak dr. Heldy B,Z, MPH dan Bapak dr. Fauzi, SKM yang telah meluangkan waktu dan

pemikirannya dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Heldy B,Z, MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(9)

sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Dr. Fauzi, SKM selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU. 4. Dr. Juanita, S.E, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah memberikan

arahan, masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. dr. Rusmalawaty M.Kes selaku dosen penguji II yang telah memberikan arahan, masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Zulfendri, M.Kes, M.Kes., Siti Khadijah Nasution, M.Kes, selaku dosen peminatan administrasi dan kebiakan kesehatan yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. dr. DR Wirsal Hasan, MPH selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

8. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi., Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku dosen yang telah membimbing dan memberikan perhatian dan semangat kepada penulis selama masa perkuliahan.

9. Seluruh dosen beserta staff pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10.Terimakasih kepada Ibu KepalaPuskesmas Sering ,Ibu dr. H. Refeni beserta staff pegawai Puskesmas Sering.

11.Ibu Ainun terimakasih sudah banyak membantu penulis selama menjalani pendidikan di FKM USU.


(10)

12.Sembah sujudku untuk kedua orang tua ayahanda tercinta Iwan dan ibunda tersayang almarhumah Hasnita Manurung. Semua berkat kasih sayang kalian sehingga seperti sekarang.

13.Untuk kedua kakanda dan adinda tersayang Citra Gustianda,S.Sos dan Ibnu Rayhan terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

14.Untuk keluarga besar atok Abdul Hakim Manurung dan nenek Salbiah Sinaga , dan seluruh keluarga lainnya terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis.

15.Abangda Hamid Rizal, SKM, M.Kes, Budi Santoso Sitepu, SKM, M.Kes, Andika Mahaprada Tarigan, SKM, M.Kes., Dhani Syaputra Bukit, SKM, M.Kes., Pendi Nasution, SKM., Amru Fauzi, SKM., Yusdarli Hasibuan, SKM, Iqbal Octari Purba, SKM, M.Kes, Ananda Rahman, SKM, Putra Apriadi Siregar, SKM, Sasmar Aurivan Harya, SKM, Fauzi Ariansyah SKM, Faisal Rachmad SKM, Dikri Abdilanov, SKM, Dipo Satrio SKM, Nazira Addini,SKM, Nia Rahmadaniaty,SKM, Muhammad Sutan Reza, SKM, Tisha Lazuana, SKM, Ahmad Irfandi, SKM, Ziad Husaini, Riri Astika SKM, Fitri Hayani ,SKM, Ahmad Faisal Htg, Ahmad Fahri Rizky, yang telah banyak memberikan dukungan dan pembelajaran kepada penulis.

16.Teman teman tersayang “AMAZING” Berkah Meidra Adika Nst,SKM, Rifhandita Asokawati,SKM, Sarah Safira, SKM, Mutiara Nauli,SKM, Amita Rahma Sintyar ,SKM, M.Bayu Akbar,SKM, Erizka Yulinda,SKM, Rury Saswita,SKM, Wilda Tri Wahyuni,SKM, Hastri Rizka Rahmi Laia,SKM, Asih


(11)

Monika, SKM, Debi Daryani,SKM, Sarah Marpaung, SKM, Sri Ita Hagaina Sitepu, SKM , terima kasih untuk kebersamaan dalam persahabatan ini, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

17.Terimakasih kepada sahabat ”Sepupu” seperjuangan Rifhandita, Fannisa Izzati, M Ali Angkat, Haris Muda Rambe, terimakasih atas kebersamaan, dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis.

18.Kepada wanita wanita PBL Lau Simpan Yulita, Pia, Adel, Nurul, Hanum. Kepada abang dan kakak kakakku tercinta LKP Dinas Pempov SU Bg Martiman , Kak Nanda, Kak Wan, Kak Putri, Kak Adek terimakasih atas kebersamaan nya selama PBL dan LKP dan terimakasih atas doa serta dukungannya.

19.Terimakasih sahabat yang sampai sekarang selalu mendukung dan mendoakan Yunida Syafriani Lbs S.Hut, Fania Hafnizar S.Pt , Dwi Sulistiawati, Putri Andriani.

20.Terimakasih kepada kawan- kawan peminatan Ivan , Meutia , Lady, Ival Aida, Opi . terimakasih kepada Tari, Reza, Kak Metha , Mbak venny , Putri, Wini, Mbak vory, Kak Rini, Kak Imah, kak Cici, Mutia dan seluruh kawan kawan Stambuk 2011 FKM USU

21.Adik-adik stambuk, Febri, Harun, Owel, Ayu, Ayas, Fadlan, Rahma, Tika, Dina, Icha, Akbar , Budi, Amel, Wina, Angel, Madan, Ichwan, Oby, Fauzi, Satrio, Dolli, Dilla, Ojik, Triwil Octavianus dan Anggota PAMI lainnya terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.


(12)

22.Yang teristimewa Putri Rahayu Syah Umar Nasution, SKM ,Ahmad Syukroni, SKM, Ahmad Taufiq, SKM Dian Parama Artha, SKM, Rifhandita Asokawati, SKM, Helmi Safitri, Kiky Rizky Ananda, dan Rathia untuk bantuan pikiran dan tenaga serta dorongan semangat dari kalian sangat berarti dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Oktober 2015


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DADFTAR ISTILAH ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pelayanan Kesehatan ... 11

2.1.1 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ... 12

2.1.2 Stratifikasi Pelayanan Kesehatan ... 13

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 15

2.2.1 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 18

2.2.2 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Kesehatan ... 20

2.3 Diabetes Mellitus ... 22

2.3.1 Pengertian Diabetes Mellitus ... 22

2.3.2 Jenis-jenis Diabetes Mellitus ... 23

2.3.3 Gejala Diabetes Mellitus ... 26

2.3.4 Determinan Diabetes Mellitus ... 27

2.3.5 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ... 28

2.4 Klinik Diabetes Mellitus... 32

2.4.1 Sejarah Klinik Diabaetes Mellitus ... 32

2.4.2 Pengertian Klinik Diabetes Mellitus ... 33

2.4.3 Visi dan Misi Klinik Diabetes Mellitus ... 33

2.4.4 Kegiatan Klinik Diabetes Mellitus ... 34

2.5 Kerangka Konsep ... 35

2.6 Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2 Waktu Penelitian ... 37


(14)

3.3.1 Populasi ... 37

3.3.2 Sampel ... 37

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5 Definisi Operasional ... 38

3.6 Aspek Pengukuran ... 40

3.7 Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

4.2 Analisis Univariat ... 44

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 44

4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Predisposisi ... 46

4.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 46

4.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ... 47

4.2.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi ... 49

4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pendukung ... 50

4.2.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Puskesmas ... 50

4.2.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Referensi ... 51

4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pendorong ... 52

4.2.4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Petugas ... 53

4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Ulang Klinik DM ... 54

4.3 Analisis Bivariat ... 55

4.3.1 Tabulasi Silang dan Hasil Uji Statistik ... 55

4.3.1.1 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Ulang Pemanfaatan Klinik DM di Puskesmas Sering ... 55

4.3.1.2 Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Pemanfaatan Ulang Klinik DM di Puksesmas Sering... 56

4.3.1.3 Tabulasi Silang Antara Persepsi dengan Pemanfaatan Klinik DM di Puskesmas Sering ... 57

4.3.1.4 Tabulasi Silang Antara Jarak Puskesmas dengan Pemanfaatan Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering ... 58

4.3.1.5 Tabulasi Silang Antara Kelompok Referensi dengan Pemanfaatan Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering... 59

4.3.1.6 Tabulasi Silang Antara Sikap Petugas dengan Pemanfaatan Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering ... 59


(15)

BAB V PEMBAHASAN ... 62

5.1 Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Pemanfaatan Ulang Klinik Ulang DM di Puskesmas Sering ... 62

5.1.1 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering ... 62

5.1.2 Pengaruh Sikap Terhadap Pemanfaatan Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering ... 63

5.1.3 Pengaruh Persepsi Terhadap Pemanfaatan Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering ... 64

5.2 Pengaruh Faktor Pendukung Terhadap Pemanfaatan Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering ... 65

5.2.1 Pengaruh Jarak Puskesmas Terhadap Pemanfaatan Uang Klinik DM di Puskesmas Sering ... 65

5.2.2 Pengaruh Kelompok Referensi Terhadap Pemanfaatan Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering ... 66

5.3 Pengaruh Faktor Pendorong Terhadap Pemanfaatan Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering ... 67

5.3.1 Pengaruh Sikap Petugas Terhadap Pemanfaatan Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering ... 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

6.1 Kesimpulan ... 69

6.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Metode Pengukuran terhadap Variabel Independen ... 41 Tabel 3.1 Metode Pengukuran terhadap Variabel Dependen ... 42 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 45 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap

Klinik DM di Puskesmas Tahun 2015 ... 46 Tabel 4.3 Distribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan ... 47 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap

Klinik DM di Puskesmas Sering Tahun 2015 ... 48 Tabel 4.5 Distribusi Kategori Berdasarkan Sikap ... 48 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang

Klinik DM di Puskesmas Tahun 2015 ... 49 Tabel 4.7 Distribusi Kategori Berdasarkan Persepsi ... 50 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Tempat

Klinik DM Tahun 2015 ... 50 Tabel 4.9 Distribusi Kategori Berdasarkan Jarak Tempat ... 51 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Referensi tentang

Klinik DM di Puskesmas Sering Tahun 2015 ... 51 Tabel 4.11 Distribusi Kategori Berdasarkan Kelompok Referensi ... 52 Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tenaga Kesehatan

Klinik DM di Puskesmas Tahun 2015 ... 53 Tabel 4.13 Distribusi Kategori Berdasarkan Sikap Tenaga Kesehatan... 54 Tabel 4.14 Distribusi Responden Pemanfaatan Klinik DM

Di Puskesmas Sering ... 54 Tabel 4.15 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Dengan Pemanfaatan


(17)

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Antara Sikap Dengan Pemanfaatan

Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering Tahun 2015 ... 57 Tabel 4.17 Tabulasi Silang Antara Persepsi Dengan Pemanfaatan

Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering Tahun 2015 ... 57 Tabel 4.18 Tabulasi Silang Antara Jarak Tempat Dengan Pemanfaatan

Ulang Klinik DM di Puskesmas Sering ... 58 Tabel 4.19 Tabulasi Silang Antara Kelompok Referensi Dengan

Ulang Pemanfaatan Klinik DM di Puskesmas Sering Tahun 2015 .... 59 Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Sikap Tenaga Kesehatan Dengan Ulang

Pemanfaatan Klinik DM di Puskesmas Sering Tahun 2015 ... 60 Tabel 4.21 Hasil Uji Multivariat ... 61


(18)

DAFTAR GAMBAR


(19)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 4. Master Data


(20)

DAFTAR ISTILAH

Singkatan : Singkatan dari DM : Diabetes Mellitus


(21)

ABSTRAK

Transisi penyakit di Indonesia mulai ditandai dengan semakin meningkatnya kasus penyakit tidak menular. Salah satu jenis penyakit jenis tidak menular yang ternyata menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi adalah penyakit Diabetes Mellitus. Penyakit Diabetes mellitus memerlukan penanganan yang tepat dan serius. Diabetes Mellitus salah satu penyakit yang paling banyak ditemui. Berdasarkan laporan bidang Pelayanan dan Kesehatan Dians Kesehatan Kota Medan diketahui bahwa terdapat 3 puskesmas yang memiliki Klinik DM salah satunya Puskesmas sering yang mengikuti jadwal rutin 15-20 orangdari 115 pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan pemanfaatan ulang Klinik DM bagi penderita DM.di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015

Jenis Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, persepsi), faktor pendukung (jarak tempat , kelompok referensi), dan faktor pendorong (sikap tenaga kesehatan) terhadap pemanfaatan ulang Klinik Diabetes Mellitus bagi penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering Tahun 2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien DM sebanyak 115. Sampel penelitian ini sebanyak 99 responden.

Hasil penelitian menunjukkan dari 99 responden, sebanyak 45,5,0% memanfaatkan ulang Klinik DM dan 54,5,0% tidak memanfaatkan ulang Klinik DM. Variabel pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,001), jarak (p=0,001), kelompok referensi (p=0,001), dan sikap petugas (p=0,003) memiliki hubungan terhadap pemanfaatan ulang Klinik Diabetes Mellitus bagi penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering Tahun 2015. Variabel pengetahuan mempunyai nilai Exp (B) sebesar 26,694, merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan ulang Klinik DM.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Puskesmas Sering lebih mengedukasi para penderita DM, mengenai Klinik DM, dengan mengajak para petugas di puskesmas , tokoh – tokoh masyarakat, tokoh – tokoh agama, dan pihak terkait lainnya.

Kata Kunci : Determinan Pemanfaatan, Klinik Diabetes Mellitus, Penderita Diabetes Mellitus


(22)

ABSTRACT

Transmission of disease in Indonesia started marked by the increasing cases of non-communicable diseases. One type of non-communicable diseases which turned out to cause morbidity and high mortality is Diabetes Mellitus. Diabetes mellitus require precise and serious handling. Diabetes Mellitus is one of the most common diseases. Based on reports of Health Care field Health office Medan is known that there are 3 health centers, one of that often follow a regular schedule of 15-20 people from 115 patients. The purpose of this study is to investigate the reuse determinants of DM Clinic for patients DM.di Often Medan District Health Center Tembung 2015.

Type of this research was a survey research with explanatory research that aims to explain the influence of predisposing factors (knowledge, attitudes, perceptions), a supporting factor (distance place, the reference group), and the driving factor (the attitude of health workers) to reuse Clinic for Diabetes Mellitus in Tembung Health Center Year 2015. The population of this study were all patients with DM as many as 115. The research sample as many as 99 respondents.

The results showed 99 respondents, 45,5,0% reuse DM Clinic and 54,5,0% do not reuse the DM Clinic. Variable knowledge (p = 0.001), attitude (p = 0.001), distance (p = 0.001), the reference group (p = 0.001), and the attitude of the officer (p = 0.003) have been associated with reuse of Clinical Diabetes Mellitus for people with Diabetes Mellitus in Tembung Health Center Year 2015. Knowledge variable has a value of Exp (B) of 26,694, is the most influential variable on the reuse of DM Clinic.

Based on the research results, it is expected that the health center more often educate people with DM, the DM Clinic, by inviting the officials at the clinic, leaders - community leaders, leaders - religious leaders, and other concerned parties.

Keywords: Determinants Utilization, Clinical Diabetes Mellitus, Diabetes Mellitus


(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan kanker (silent killer).

Transisi penyakit di Indonesia mulai ditandai dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular yang dirawat inap di beberapa rumah sakit. Peningkatan ini menempatkan penyakit tidak menular menjadi penyakit utama rawat inap di berbagai fasilitas kesehatan. Karena itu seharusnya transisi epidemiologi juga menyebabkan terjadinya transisi kebijakan yang menyeluruh (Soegondo, 2008).

Penyakit tidak menular sering disebut sebagai penyakit kronis. Penyakit tidak menular memberikan kontribusi bagi 60 persen kematian secara global. Di berbagai negara yang termasuk negara berkembang, peningkatan penyakit ini terjadi secara cepat dan memberikan dampak yang sangat signifikan pada sisi


(24)

sosial, ekonomi dan kesehatan. WHO sendiri memperkirakan bahwa pada tahun 2020, penyakit tidak menular akan menyebabkan 73 persen kematian secara global dan memberikan kontribusi bagi penyebab kematian secara global atau global burden of disease sebesar 60 persen. Permasalahannya adalah sekitar 80 persen dari penyakit tidak menular ini justru terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah atau yang sering disebut sebagai low and middle income countries (WHO, 2008).

Menurut Data WHO (2010) yang memperlihatkan bahwa penyakit degenerative seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus,dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun. Dari beberapa penyakit degeneratif yang ada penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang mengalami peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi (Kemenkes RI, 2013).

Salah satu jenis penyakit tidak menular yang ternyata menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi adalah penyakit diabetes mellitus.Penyakit ini bukanlah penyakit yang baru, hanya saja kurang mendapat perhatian di tengah-tengah masyarakat khususnya yang memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit tersebut.

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Penyakit tersebut akan membawa sebagian komplikasi yang serius, seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal dan kerusakan system syaraf. WHO memprediksi data kejadian diabetes mellitus akan


(25)

meningkat menjadi 333 juta dalam 25 tahun mendatang (Soegondo, 2011). Penyakit Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang angka kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara termasuk di Indonesia.

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di tempat pelayanan kesehatan, Tercatat pada tahun 2005 jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230 ribu penderita. Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia meningkat dua kali lipat dari 2.598.000 pada tahun 2007 dan akan menjadi 5.210.000 penderita pada tahun 2025. WHO memastikan peningkatan pada penderita diabetes mellitus terutama pada tipe II yang banyak dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diabetes mellitus tipe II tanpa gangguan insulin muncul pada usia diatas 45 tahun, karena tubuh sudah mengalami banyak perubahan terutama pada organ pancreas yang memproduksi insulin dalam darah (Soyono, 2009).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 yang menunjukkan bahwa sudah terdapat prevalensi penderita diabetes mellitus menjadi 2.4% dengan karakteristik masyarakat perkotaan sebanyak 68.7% dialami oleh masyarakat perkotaan dan 31.2% dialami masyarakat pedesaan serta 53.2% dialami oleh perempuan dan sebanyak 46.8% dialami oleh laki-laki ( Kemenkes, 2013) .

Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai komplikasi yang dapat mengancam kehidupan. Apabila terjadi hiperglikemia dalam waktu yang lama maka dapat mengakibatkan kerusakan beberapa organ seperti pembuluh darah (stroke), pembuluh mata (kebutaan), pembuluh darah jantung (penyakit


(26)

jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal kronik), pembuluh darah kaki (gangrene/amputasi). Penderita diabetes mellitus memiliki resiko stroke dan PJK dua kali lebih besar, lima kali lebih besar terkena gangrene, 7 kali lebih besar terkena gagal ginjal dan 25 kali lebih besar terkena kebutaan (Soegondo, 2008).

Penyakit diabetes mellitus di Medan, pada tahun 2012 merupakan penyakit dengan penderita terbanyak, yang terus mengalami peningkatan jumlahnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2012 terlihat jumlah kasus yang terbanyak setelah hipertensi adalah kasus diabetes melitus. Hingga tahun 2012 ada 10347 penderita diabetes melitus yang berobat ke 39 Puskesmas di kota Medan. Data tersebut menunjukkanbahwa penderita diabetes melitus di Kota Medan sangat tinggi (STPTM Dinas Kesehatan Kota Medan, 2012).

Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu propinsi dengan prevalensi penderita diabetes mellitus tertinggi di Indonesia dengan prevalensi sebesar 2.3% yang di diagnose dokter berdasarkan gejala, hal ini membuat Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu dari 10 besar provinsi dengan prevalensi diabetes mellitus tertinggi di Indonesia ( Kemenkes, 2014). Tingginya prevalensi pasien diabetes mellitus di Provinsi Sumatera Utara tidak terlepas dari masih banyaknya pasien yang tidak mengetahui secara benar tentang penyakit diabetes mellitus, gaya hidup yang buruk, pola makan/ nutrisi yang tidak sehat dan kurangnya aktifitas fisik.

Berdasarkan laporan bidang Pelayanan dan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan diketahui bahwa Kota Medan terdapat 3 puskesmas yang memiliki


(27)

Klinik DM yaitu Puskesmas Darussalam, Puskesmas Teladan dan Puskesmas Sering. Data Dinas Kesehatan Kota Medan menunjukkan bahwa klinik DM Darussalam memiliki angka kunjungan pada tahun 2014 sebanyak 1260 kunjungan dengan jumlah pasien sebanyak 144 orang, Klinik DM Puskesmas Teladan diketahui memiliki kunjungan sebanyak 1354 kunjungan dengan jumlah pasien sebanyak 100 orang sedangkan Klinik DM Puskesmas Sering hanya memiliki 1010 kunjungan dengan jumlah pasien sebanyak 115 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pasien DM di klinik DM Puskesmas Sering cenderung tidak melakukan pengobatan rawat jalan secara rutin sesuai jadwal yang ditentukan. Klinik DM Puskesmas Sering merupakan klinik DM pertama yang ada di Kota Medan, Klinik DM Puskesmas Sering berdiri pada tahun 2008 dan menjadi salah satu harapan Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus DM dan komplikasi DM. Pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah terkait dengan penatalaksanaan DM.

Berdasarkan laporan pola penyakit di Puskesmas Sering diketahui penyakit DM menempati urutan nomor 1 dari 10 kunjungan penyakit degeneratif. Puskesmas Sering yang merupakan salah satu puskesmas yang memiliki klinik diabetes melitus di Kota Medan dan menjadi puskesmas yang pertama kali ada klinik DM di Kota Medan, Puskesmas Sering memiliki klinik DM sejak tanggal 30 Mei Tahun 2008.


(28)

Jumlah pasien diabetes melitus di Klinik DM Puskesmas Sering pada tahun 2014 sebanyak 115 orang dengan rincian sebanyak 30 orang laki-laki dan 85 orang perempuan, akan tetapi pasien yang mau melakukan pengobatan secara rutin dan mengikuti program-program yang ada di klinik DM hanya sebanyak 15-20 orang (17-21%) pada setiap hari Kamis, hal ini sangat jauh dari harapan Dinas Kesehatan Kota Medan yang mengharapkan klinik DM sebagai salah satu alternatif pelayanan kesehatan yang dapat memberikan penatalaksanan DM kepada masyarakat. Pasien di klinik DM Puskesmas Sering memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 60 orang dan 30 orang pensiunan baik pensiunan pegawai swasta maupun pensiunan pegawai negeri, 12 orang pegawai negeri sipil dan 8 orang pedagang dan 5 orang pegawai swasta.

Klinik DM mewajibkan setiap pasien DM melakukan kunjungan 2 kali dalam satu bulan pada setiap hari kamis, karena dengan melakukan kunjungan ke klinik DM maka tenaga kesehatan dapat melakukan pengawasan kadar gula darah dan kesehatan pasien DM sehingga mencegah terjadinya komplikasi penyakit pada penderita DM. Klinik DM di Puskesmas Sering memiliki pasien pada bulan Desember 2014 sebanyak 115 orang dan terjadi penambahan pasien baru pada setiap bulannya yaitu pasien baru sebanyak 7 orang pada Bulan Januari dan pada Bulan Februari terdapat pasien baru sebanyak 4 orang sehingga pada Bulan Februari 2015 terdapat 126 orang pasien DM di Klinik DM Puskesmas Sering. Jumlah pasien yang semakin meningkat pada setiap bulannya seharusnya berdampak kepada kunjungan pasien DM ke Klinik DM akan meningkat. Pada bulan Desember tahun 2014 seharusnya dengan pasien sebanyak 115 orang akan


(29)

menghasilkan 230 kunjungan akan tetapi pada kenyataannya hanya terdapat 83 kunjungan pasien DM ke klinik DM, pada Bulan Januari dengan pasien sebanyak 123 orang seharusnya memiliki kunjungan DM sebanyak 246 orang tetapi kunjungan DM di klinik DM hanya sebanyak 75 orang, pada Bulan Februari dengan pasien sebanyak 130 orang seharusnya memiliki kunjungan DM sebanyak 260 orang tetapi kunjungan DM di klinik DM hanya sebanyak 75 kunjungan. Puskesmas Sering menyediakan 2 orang dokter dan 2 orang perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien DM namun hanya dokter saja yang berkomunikasi secara langsung dengan pasien DM sedangkan satu orang dokter lagi menjadi pimpinan klinik DM.

Minimnya pasien DM dalam melakukan kunjungan pasien DM di Klinik DM Puskesmas Sering ternyata berdampak dengan semakin banyaknya pasien DM yang didiagnosis memiliki penyakit penyerta lainnya selain penyakit DM seperti Hipertensi, stroke, penyakit jantung dan obsesitas. Berbagai penyakit penyerta yang ada pada pasien DM akan semakin memperparah keadaan pasien DM jika tidak melakukan pengobatan secara rutin ke Klinik DM Puskesmas Sering. Berdasarkan laporan klinik DM Puskesmas DM diketahui bahwa pasien DM di klinik DM Puskesmas Sering memiliki faktor resiko Hipertensi sebanyak 23 orang, obesitas sebanyak 5 orang, stroke ringan terdapat 4 orang dan penyakit jantung sebanyak 5 orang.

Klinik diabetes mellitus akan memberikan pelayanan khusus kepada setiap pasien diabetes melitus dalam merubah kebiasaan dan gaya hidupnya, melalui terapi perilaku, dukungan kelompok dan penyuluan gizi yang berkelanjutan


(30)

namun masih banyak juga pasien diabetes mellitus yang melakukan pengobatan yang tidak sesuai jadwal yang ditentukan sehingga akan berdampak kepada kesehatan pasien diabetes mellitus. Berhasil atau tidaknya penatalaksanaan DM di klinik DM sangat tergantung pada pasien DM itu sendiri serta dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan di Klinik DM, merekalah yang pertama-tama akan membantu pasien DM dalam melakukan penatalaksanaan DM sehingga dapat mencegah terjadinya manifestasi klinis dari penyakit DM. Tenaga kesehatan di klinik DM harus memahami penatalaksanaan penyakit DM dengan baik dan benar, tenaga kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap keluhan pasien. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya sehingga pasien dapat mengerti tentang penyakit DM yang dideritanya dan dapat melakukan penatalaksanan penyakit DM.

Menurut survey awal yang peniliti lakukan pada beberapa pasien klinik DM di Puskesmas Sering yang merupakan penderita diabetes melitus, alasan penderita diabetes tidak datang lagi berobat pada waktunya yang ditentukan adalah dari pasien ada yang lupa minum obat karena cara minum obat diabetes harus sesuai dengan anjuran dokter, sehingga masih banyak obat yang tersisa dan biasanya menunggu sampai obat tersebut habis . Selain itu beberapa pasien tidak mau menunggu jadwal pemeriksaan karena dokter yang menangani hanya satu orang dan jadwal pemeriksaan diabetes mellitus yang singkat.

Berdasarkan survey pendahuluan kepada 5 orang pasien ( 3 orang jenis kelamin perempuan dan 2 orang jenis kelamin laki-laki) di klinik DM Puskesmas Sering diketahui bahwa terdapat 2 orang pasien yang bernama bapak Hendrik dan


(31)

ibu Dina yang melakukan pengobatan rawat jalan di Klinik DM dan tidak melaksanakan penatalaksanaan DM dengan baik yaitu “tidak berolahraga dengan teratur dan tidak mengikuti pola diet DM serta memiliki faktor resiko obesitas” dimana 1 orang pasien yang bernama bapak Ramadhan “ tidak melakukan olahraga selama 30 menit dalam seminggu dan tidak menjaga pola makan diet DM serta memiliki faktor resiko hipertensi ”, satu pasien yang bernama ibu Laila mengungkapkan “ tidak melakukan pengobatan DM secara rutin ke klinik DM sesuai jadwal sehingga pasien DM memiliki kadar gula darah yang tinggi dan melebihi batas normal”. Terdapat satu pasien yang bernama ibu Marni yang menyatakan” melakukan pengobatan di klinik DM dengan rutin pada setiap minggunya serta melakukan penatalaksanaan DM secara rutin sehingga kadar gula darahnya selalu normal yang diperlihatkan dari dokumen pemeriksaan kadar gula darah yang ditunjukkan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : untuk mengetahui determinan pemanfaatan ulang Klinik Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan pemanfaatan ulang Klinik Diabetes Mellitus bagi penderita diabetes mellitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung dalam menurunkan angka penyakit diabetes mellitus Tahun 2015.


(32)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan ada manfaatnya terutama :

1. Dengan diketahuinya determinan pemanfaatan klinik diabetes mellitus bagi penderita diabetes mellitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung dapat berjalan dengan baik sehingga dapat menurunkan angka penyakit diabetes melitus melalui Klinik Diabetes Mellitus.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan di Klinik Diabetes Mellitus dalam menurunkan angka penyakit Diabetes Mellitus.

3. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan secara nyata bagi penulis.

4. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang berhubungan dengan determinan pemanfaatan ulang Klinik Diebetes Mellitus.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat (Depkes RI, 2009).

Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya. Karena kesemuanya ini ditentukan oleh :

1. Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi.

2. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya.

Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua, yaitu :

1. Pelayanan kedokteran

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit


(34)

dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat (public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.

2.1.1 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang baik harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah :

Tersedia dan berkesinambungan

1. Pelayanan kesehatan harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan. 2. Dapat diterima dan wajar

Pelayanan kesehatan harus dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.


(35)

3. Mudah dicapai

Pelayanan kesehatan harus mudah dicapai (accesible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud di sini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. 4. Mudah dijangkau

Pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan dimaksud disini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. 5. Bermutu

Pelayanan kesehatan harus bermutu (quality), pengertian mutu yang dimaksud di sini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dimana di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditentukan.

2.1.2 Stratifikasi Pelayanan Kesehatan

Strata pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama, namun secara umum dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka


(36)

(promosi kesehatan). Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok (basic health services), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada umunya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/ out patient services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Balkesmas.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut yang diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap (in patient services) yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit kelas C dan D.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder, bersifat lebih komplek dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga superspesialis. Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Rumah Sakit kelas A dan B (Azwar, 1996).


(37)

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses pendayafungsian layanan kesehatan oleh masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973), yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat (Ilyas, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003), respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut: 1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action).

Dengan alasan antara lain; (a) Bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. (b) Bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya. (c) Fasilitas kesehatan yang dibutuhkan tempatnya sangat jauh, petugasnya tidak simpatik, judes dan tidak ramah. (d) Takut dokter, takut disuntik jarum dan karena biaya mahal.

2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan


(38)

sendiri sudah dpat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian obat keluar tidak diperlukan.

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy), seperti dukun.

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk tukang-tukang jamu.

5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarkan oleh dokter praktek (private medicine). (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Alan Dever dalam “Determinants of HealthyService Utilization”, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan adalah :

a. Faktor Sosiokultural yang terdiri dari : (1) norma dan nilai social yang ada di masyarakat, dan (2) teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.

b. Faktor Organisasi yang terdiri dari : (1) ketersediaan sumber daya. Yaitu sumber daya yang mencakupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. (2) keterjangkauan lokasi. Keterjangkauan lokasi berkaitan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan. (3)keterjangkauan social. Dimana konsumen


(39)

memperhitungkan sikap petugas kesehatan terhadap konsumen. (4) karakteristik struktur organisasi formal dan cara pemberian pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai struktur organisasi yang formal misalnya rumah sakit.

c. Faktor Interaksi Konsumen-Petugas Kesehatan 1. Faktor yang berhubungan dengan konsumen

Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan pelayanan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh : (1)fator sosiodemografi,yaitu umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga dan status sosial ekonomi, (2) faktor sosio psikologis, yaitu presepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter, (3) faktor epidemiologis, yaitu mortalitas, mordibitas, dan faktor resiko.

2. Faktor yang berhubungan dengan petugas kesehatan yang terdiri dari : (1) faktor ekonomi, yaitu adanya barang substitusi, serta adanya keterbatasan pengetahuan konsumen tentang penyakit yang di deritanya, (2) karakteristik dari petugas kesehatan yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas dan fasilitas yang dipunyai pelayanan kesehatan tersebut.

Menurut Anderson (2009), ada tiga faktor-faktor penting dalam mencari pelayanan kesehatan yaitu:


(40)

2. Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada.

3. Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan. 2.2.1 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Andersen (1975) mendeskripsikan model sistem kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (behaviour model of health service utilization). Andersen mengelompokkan faktor determinan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan ke dalam tiga kategori utama, yaitu :

1. Karakteristik predisposisi (Predisposing Characteristics)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok :

a. Ciri-ciri demografi, seperti : jenis kelamin, umur, dan status perkawinan.

b. Struktur sosial, seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan sebagainya.

c. Kepercayaan kesehatan (health belief), seperti keyakinan penyembuhan penyakit.

2. Karakteristik kemampuan (Enabling Characteristics

Karakteristik kemampuan adalah sebagai keadaan atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi


(41)

kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Andersen (1975) membaginya ke dalam 2 golongan, yaitu :

a. Sumber daya keluarga, seperti : penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk. Menurut Andersen semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.

3. Kebutuhan (Need Characteristics)

Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen (1975) menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari kebutuhan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu :

a. Individu (perceived need), merupakan penilaian keadaan kesehatan yang paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang diderita.


(42)

b. Penilaian klinik (Evaluated need), merupakan penilaian beratnya penyakit dari dokter yang merawatnya, yang tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter (Ilyas, 2003)

2.2.2 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Telah dilakukan beberapa penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Di dalam menggunakan pelayanan kesehatan, seseorang dipengaruhi oleh perilakunya yang terbentuk dari pengetahuannya. Seseorang cenderung untuk bersikap tidak menggunakan jasa pelayanan kesehatan disebabkan karena adanya kepercayaan dan keyakinan bahwa jasa pelayanan kesehatan tidak dapat menyembuhkan penyakitnya, demikian juga sebaliknya. Wibowo juga menyebutkan bahwa pengetahuan ibu tentang pelayanan antenatal berhubungan dengan pemanfaatan antenatal pada bidan (Silitonga, 2001).

2. Jarak

Andersen berasumsi bahwa semakin banyak sarana dan tenaga kesehatan, semakin kecil jarak jangkau masyarakat terhadap tempat pelayanan kesehatan seharusnya tingkat penggunaan pelayanan kesehatan akan bertambah. Smith (1983) membuktikan bahwa menempatkan fasilitas pelayanan kesehatan lebih dekat kepada masyarakat golongan sosial


(43)

ekonomi rendah secara langsung menyebabkan pelayanan tersebut diterima oleh masyarakat. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa masyarakat segan berpergian jauh ke sarana pengobatan hanya untuk pengobatan ringan. Lama berpergian dan jarak juga mempengaruhi pencarian pengobatan (Hediyati, 2001). Hal serupa juga dijelaskan oleh Mechanic (1996) bahwa dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan faktor. 3. Persepsi Sakit

Rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain juga disebabkan persepsi dan konsep masyarakat sendiri tentang sakit (Notoatmodjo, 2003). Persepsi sakit merupakan pengalaman yang dihasilkan melalui pancaindra. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa persepsi berhubungan dengan motivasi individu untuk melakukan kegiatan, bila persepsi seseorang telah benar tentang sakit maka ia cenderung memanfaatkan pelayanan kesehtan bila mengalami sakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (1992) menunjukkan bahwa makin banyak ibu yang mempunyai keluhan/gangguan kesehatan sebelum hamil akan makin sering memanfaatkan pelayanan antenatal. (Hediyati, 2001).

4. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan akan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Fachran (1998)


(44)

tentang pemanfaatan laboratorium di RSUD Budhi Asih. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas fisik, kualitas pelayanan, dan kualitas informasi yang diberikan oleh petugas laboratorium berhubungan dengan pemanfaatan laboratorium tersebut. Hasil penelitian Bintang (1989) menyebutkan bahwa sikap petugas berpengaruh terhadap pemanfaatan poliklinik Depkeu RI (Hediyati, 2001).

2.3 Diabetes Mellitus

2.3.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes melitus (DM) atau kencing manis, yang sering kali juga disapa dengan “Penyakit Gula” merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia. Dikatakan “Penyakit Gula” karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebihi keadaan normal. Dikatakan kencing manis karena di dalam urin atau air seni yang dalam keadaan normal tidak ada atau negative, maka pada penyakit ini akan mengandung glukosa atau gula pada urin tersebut. Agar tidak terjadi kesimpang siuran perlu diketahui bahwa glukosa atau gula yang dimaksud tidak sama dengan gula yang kita gunakan sehari-hari. Konsentrasi glukosa normal bila pada keadaan puasa pagi hari tidak melebihi 100 mg/dL. Dan seorang dikatakan mengidap diabetes mellitus, bila dalam pemeriksaan laboratorium kimia darah, konsentrasi glukosa darah dalam keadaan puasa pagi hari lebih atau sama dengan 126 mg/dL atau 2 jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dL. Daibetes merupakan suatu penyakit atau kelainan yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengubah makanan menjadi energi (Soegondo, 2008).


(45)

Menurut American Diabetes Association (ADA) diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia) dengan diagnosa kadar gula darah sewaktu >> 200 mg/dl atau kadar gula darah puasa >> 120 mg/dl, yang terjadi oleh karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, mengendalikan kadar kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Pada penderita diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurunkan atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Oleh karena itu terjadi gangguan jumlah insulin sehingga pengaturan kadar glukosa darah menjadi tidak stabil.

2.3.2 Jenis-jenis Diabetes Mellitus

Menurut soegondo (2008) diabetes dibagi menjadi 4 yaitu : 1) Diabetes mellitus tipe I

Kebanyakan diabetes tipe I adalah anak-anak dan remaja yang pada umumnya tidak gemuk. Setelah penyakit diketahui mereka harus langsung menggunakan insulin. Pankreas sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tergantung insulin.


(46)

2) Diabetes mellitus tipe II

Diabetes ini sering terjadi pada orang dewasa atau berusia lanjut, walaupun akhir-akhir ini sudah mulai banyak ditemukan pada anak dan remaja. Seorang baru saja terkena diabetes tipe II masih dapat diatasi dengan makan teratur karena pada tahap awal insulin yang dihasilkan masih cukup banyak untuk mencukupi kebutuhan. Pada diabetes tipe II dengan berat badan lebih atau obesitas penurunan berat badan masih dapat mengendalikan diabetes tanpa harus menggunakan obat atau insulin.

Pada penderita diabetes yang tidak gemuk peningkatan konsentrasi glukosa darah disebabkan oleh produksi insulin yang relative terlalu sedikit untuk dapat mempertahankan konsentrasi glukosa dalam darahdalam batas-batas normal., sehingga kadar glukosa darah akan meningkat.

Dalam perjalanan penyakit diabetes tipe II tubuh pada mulanya tidak dapat menggunakan insulin secara efektif dan kemudian terjadi gangguanj kemampuan sel ”beta” pancreas untuk menghasilkan hormone insulin atau terdapat gangguan terhadap kedua-duanya. Ketika insulin tidak cukup atau tidak dapat berfungsi dengan bebar, glukosa akan menetap dalam darah. Setelah cukup lama, glukosa akan bertambah banyak di dalam darah dan bila konsentrasi glukosa darah naik melebihi 160-180 mg/dL maka sebagian glukosa dikeluarkan melalui air seni (urin) dan terjadilah peningkatan glukosa didalamnya.


(47)

3) Diabetes Gestasional (kehamilan)

Diabetes ini hanya terjadi pada saat kehamilan dan menjadi normal kembali setelah persalinan.

4) Diabetes mellitus tipe lain

Kelainan pada diabetes tipe lain adalah akibat kerusakan atau kelainan fungsi kelenjar pancreas yang dapat disebabkan oleh bahan kimia, obat-obatan atau penyakit pada kelenjar tersebut.

Perbedaan DM tipe I dengan DM tipe II menurut Soegondo (2008) adalah sebagai berikut:

1. DM tipe I

a. Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin.

b. Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan remaja.

c. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor gizi pada asa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pancreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik.

d. 90 % sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanent. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur.


(48)

2. DM tipe II

a. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif.

b. Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun.

c. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas, dimana sekitar 80-90 % penderita mengalami obesitas.

d. Diabetes mellitus tipe II juga cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga.

2.3.3 Gejala Diabetes Mellitus

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut (Mirza, 2008). Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria) 2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia) 3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia) 4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)


(49)

5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki 7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba 2.3.4 Determinan Diabetes Mellitus

Banyak orang mempunyai gaya hidup seperti jarang melakukan aktifitas fisik atau latihan jasmani, makan terlalu banyak makanan yang mengandung lemak dan gula, serta terlalu sedikit makanan yang mengandung serat dan tepung-tepungan. Gaya hidup seperti tadi dapat menjadi penyebab utama tercetusnya diabetes (soegondo, 2008).

Resiko yang lebih besar mendapatkan diabetes adalah apabila :

 Faktor keturunan jika mempunyai saudara, orangtua atau kakek dan nenek dengan diabetes

 Berumur 45 tahun atau lebih

 Berat badan lebih atau obesitas

 Glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi batas-batas normal (prediabetes atau toleransi glukosa terganggu)

 Tekanan darah tinggi yaitu lebih besar dari 130/85

 Kolestrol tinggi jika LDL kolestrol >130 mg/dL atau kolestrol total > 200 mg/dL

 Pernah mengalami diabetes gestasional


(50)

2.3.5 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Menurut Santoso (2008) penatalaksanaan diabetes mellitus merupakan usaha untuk menurunkan gula darah pada penderita diabetes mellitus, adapun cara dilakukan secara terafi farmakologis atau menggunakan obat-obatan dan terapi non farmakologis atau tanpa obat-obatan. Adapun di jelaskan sebagai berikut : 1. Edukasi

Adalah pengelolahan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif penderita dalam merubah prilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita dalam perubahan prilaku tersebut, dan berlangsung seumur hidup. Kenberhasilan dalam pencapaian perubahan prilaku membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan upaya peningkatan motivasi.

2. Pengobatan dengan insulin

Jika anda seorang dengan DM tipe I, maka insulinlah penyelamat anda. Jika anda penderita DM tipe II maka tahap akhir anda akan membutuhkannya. Insulin merupakan obat yang baik namun saat ini penggunaannya masih menggunakan suntikan. Beberapa tahun lalu insulin di ekstrak dari pancreas sapi, babi, salmon dan binatang lain. Pada tahun 1978, para peneliti menemukan cara memaksa bakreti E.coli untuk membuat insulin manusia. Kini hampir semua insulin telah murni seperti insulin manusia (soegondo, 2008). Pada tubuh manusia insulin secara merespons secara konstan merespon naik-turunnya glukosa darah. Saat ini belum ada alat sederhana


(51)

yang dapat mengukur kadar glukosa darah dan memberi insulin sebagaimana dilakukan pancreas. Berbagai bentuk insulin telah ditemukan dan bekerja pada waktu yang berbeda yaitu :

a. Insulin kerja cepat merupakan sedian terbaru dan paling cepat waktu kerjanya. Insulin mulai menurunkan gula darah dalam waktu 5 menit setelah diberikan, waktu puncak sekitar 1 jam. Insulin kerja-cepat merupakan kemajuan yang mutakhir karena membebaskan orang dengan diabetes untuk menyuntikan insuli sesaat sebelum makan. b. Insulin regular kerja pendek merupakan insulin regular yang

membutuhkan 30 menit untuk mulai menurunkan glukosa darah, puncaknya 3 jam dan hilang efeknya setelah 6-8 jam.

c. Insulin kerja menengah merupakan insulin yang menurunkan gula darah setelah waktu 2 jam setelah pemberian dan melanjutkan kerjanya selama 10-12 jam. Insulin ini aktif seampai 24 jam.

d. Insulin kerja panjang merupakan insulin yang mulai bekerja 6 jam dan mulai menyediakan insulin intensitas ringan selama 24 jam. e. Insulin premix merupakan insulin yang mengandung NPH insulin

70% dan regular 30%, insulin ini membantu sangat membantu bagi orang yang memiliki kesulitan mencampur insulin dan mempunyai penglihatan yang buruk.

Pada usia anak-anak dan remaja sebaiknya segera memulai menyunyikan insulin untuk menghindari komplikasi kronis walaupun


(52)

belum terjadi gejala-gejala yang disebabkan oleh konsentrasi glukosa darah yang tinggi.

3. Pengobatan dengan obat oral

Pada kenyataan tidak semua orang menyukai suntikan. Tetapi sebenarnya suatu saat penderita diabetes membutuhkannya. Sampai saat ini masih ada obat berbentuk tablet yang digunakan. Macam-macam obat diabetes yang dilakukan dengan oral.

a. Obat insulin sekretagok b. Obat insulin biguanid c. Obat golongan glitazone

d. Obat golongan alpha glukosidae e. Obat golongan inkretin

Pada beberapa penelitian, penderita diabetes mendapat 4-5 obat termasuk obat diabetes sering kali berintraksi dan dapat menimbulkan keracunan obat. Kadangk ala dokter memahami tidak memahami adanya intraksi obat tersebut.

4. Diet Diabetes

Bagi penderita diabetes diet diabetes merupakan perencanaan makan sesuai gizi masing-masing orang. Pada penderita diabetes sangat perlu ditekankan keteraturan makan dalam hal ini jadwal makan, jenis dan jumlah makanan.Sebenarnya bagi penderita diabetes tidak cocok disebut diet diabetes melainkan meal planning (soegondo, 2008). Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan kapan makan.


(53)

Dietesan atau rang yang ahli dibidangnya dapat membantu perencanaan makan yang cocok. Perencanaan yang baik dibuat berdasarkan makanan dan minuman apa yang anda sukai, kapan anda ingin makan dan minum, berapa kebutuhan kalori, apa aktivitas yang anda lakukan, apa latihan jasmani yang dilakukan, kondisi kesehatan, obat apa yang diminum dan kebiasaan keluarga. Anjuran makan hendaknya sejauh mungkin mengikuti kebiasaan makan masing-msing penderita diabetes dalam arti kebiasaan yang baik di teruskan dan yang kurang baik atau tidak seimbang perlu diseimbangkan. Makanan sehari-hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein, rendah lemak jenuh, kolestrol, sedangkan natrium dan gula secukupnya.

5. Kegiatan fisik dan Olah raga

Kegiatan fisik dan olah raga teratur sangatlah penting selain untuk menghindari kegemukan, juga untuk mencegah dan mengobati diabetes. Olah raga dapat membantu penurunan berat badan, karena dengan berolag raga penggunaan tenaga (energy/kalori) bertambah. Pada waktu bergerak otot-otot memakai lebih banyak glukosa (gula) daripada pada waktu tidak bergerak, dengan demikian konsentrasi glukosa darah akan turun. Mulai olah raga atau aktivitas fisik insulin akan bekerja lebih baik, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam otot untuk dibakar (soegondo, 2008).

Hal yang penting dalam olah raga adalah mencari jenis olah raga yang disenangi. Sebab hanya dengan demikian penderita diabetes akana bertahan melakukan aktivitas tersebut. Pilih olah rag yang mudah memasukannya ke dalam


(54)

jadwal rutin sehari-hari dan sedikit persiapannya, pilih olah raga yang tidak mahal biaya dalam hal peralatannya, baju dan biaya.

Mulailah berolahraga sesudah lama tidak aktif dengan memulai secara bertahap. Melakukan sesuatu terlalu banyak dibandingkan kemampuan dapat menyebabkan cedera sehingga tidak dapat berolah raga lagi. Biasakan berolah raga selama 30-60 menit. Jika tidak melakukan olah raga paling sedikit usahakan lebih aktif. Usahakan selalu bergerak. Apabila bergerak akan digunakan 2 sampai 3 kali lebih banyak energy daripada bila duduk dan tidur (soegondo, 2008).

2.4. Klinik Diabetes Mellitus

2.4.1 Sejarah Klinik Diabetes Mellitus

Menghadapi jumlah pasien diabetes mellitus yang semakin meningkat, diperlukan peran semua tingkat pelayanan kesehatan. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan tingkat primer perlu memiliki pengetahuan, ketrampilan dan ketersediaan sarana dan prasarana yang lebih baik sehingga mampu berperan dalam pelayanan pasien diabetes mellitus. Untuk menciptakan terciptanya pelayanan diabetes melitus yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan holistik dan kekeluargaan di wilayah kerja Puskesmas Sering, maka dibentuklah sebuah sarana yang khusus menangani pasien diabetes melitus yaitu klinik diabetes melitus. Klinik diabetes mellitus Puskesmas Sering ini didirikan pada tanggal 30 Mei 2008 yang beralamat di Jalan Sering No. 20 Kecamatan Medan Tembung dan memberikan pelayanan setiap hari Kamis mulai jam 09.00-12.00 WIB (Profil Puskesmas Sering, 2013).


(55)

2.4.2 Pengertian Klinik Diabetes Mellitus

Klinik diabetes melitus merupakan bagian dari satuan organisasi sosial fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat. Upaya kesehatan ini diselenggarakan dengan menitik beratkan kepada pelayanan kesehatan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal (Profil Puskesmas Sering, 2013).

2.4.3 Visi dan Misi Klinik Diabetes Mellitus

Adapun Visi klinik diabetes ini adalah memberikan pelayanan diabetes melitus yang berkualitas dan terjangkau ditingkat puskesmas. Dalam mewujudkan visi tersebut, maka klinik diabetes mellitus memiliki 3 misi, yaitu :

1. Memberikan pelayanan DM yang berkualitas dan terjangkau di tingkat puskesmas.

2. Memberikan edukasi agar pasien DM dapat mengatur menu diet sendiri. 3. Mendidik pasien agar terhidar dari komplikasi diabetes melitus.

4. Memberikan penyuluhan kepada pasien dan masyarakat yang mempunyai faktor resiko penyakit diabetes melitus agar tidak tercetus penyakit diabetes melitus.

Klinik diabetes melitus Puskesmas Sering, kebanyakan pasien baru yang datang dan sudah menderita diabetes mellitus sehingga langkah kebijakan yang


(56)

diambil adalah meningkatkan penyuluhan dan deteksi dini faktor resiko diabetes mellitus.

2.4.4 Kegiatan Klinik Diabetes Mellitus

Kegiatan yang dilakukan klinik diabetes mellitus antara lain : 1. Penyuluhan Diabetes Mellitus

2. Pemeriksaan Kadar Gula Darah pasien baru

3. Pemeriksaan Kadar Gula Darah setiap 2- 4 minggu 4. Urine glukotes

5. Demonstrasi Diet Diabetes Mellitus, antara lain :

a. panduan diet diabetes mellitus dan bahan penukarnya b. memberikan contoh menu berdasarkan jumlah kalori diet

c. peragaan model diet diabetes mellitus dam bentuk mentah dan olahan.

6. Pemeriksaan fisik 7. Terapi

8. Senam Diabetes

Tujuan utama dari klinik diabetes mellitus adalah pasien bisa mandiri atau dapat mengatur dietnya sendiri untuk mengontrol kadar gula darah.


(57)

2.5 Kerangka Konsep Variabel Independen

Variabel Dependen

Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 2.6 Hipotesis Penelitian

Dari gambar kerangka konsep di atas, maka sesuai dengan teori Andersen (1975) yang menggambarkan bahwa faktor predisposisi (pengetahuan tentang Klinik DM, sikap terhadap Klinik DM dan Persepsi terhadap pelayanan Klinik DM), faktor kemampuan (jarak ke puskesmas, persepsi tentang tindakan petugas kesehatan, dan sumber informasi) faktor kebutuhan (persepsi sakit) terhadap pemanfaatan ulang Klinik Diabetes Melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tahun 2015.

Faktor Predisposisi

- Pengetahuan tentang Klinik DM

- Sikap terhadap Klinik DM

- Persepsi terhadap pelayanan Klinik DM

Faktor Pendukung

- Jarak ke Puskesmas

- Kelompok Referensi

Faktor Pendorong

- Sikap Petugas Kesehatan

Pemanfaatan Ulang Klinik DM


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi, pendorong dan penguat terhadap determinan pemanfaatan Klinik Diabetes Mellitus bagi penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015 (Singarimbun, 1989).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah Puskesmas Sering merupakan salah satunya puskesmas yang memiliki klinik diabetes melitus di Kota Medan, bahkan di Sumatera Utara. Kemudian hasil survei pendahuluan dengan mewawancarai salah satu petugas klinik diabetes melitus bahwa sebagian besar penderita diabetes melitus masih banyak yang tidak patuh terhadap pengobatan yang dilakukan di klinik tersebut. 3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2015 sampai penelitian selesai. Waktu yang digunakan adalah untuk pengambilan data, pengolahan dan analisa data serta penyusunan hasil penelitian.


(59)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes melitus yang pernah berobat di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung mulai dari bulan Januari sampai Desember 2014. Jumlah populasi didapatkan dari data kunjungan Puskesmas Sering, data tersebut menyatakan populasi sebesar 115 orang.

3.3.2 Sampel

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu sebagian dari jumlah pasien Klinik Diabetes Mellitus. Pengambilan sampel nantinya akan dilakukan dengan cara simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampling. Dimana sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Hasil dari sampling tersebut memiliki sifat yang objektif (Singarimbun, 1995).

Adapun rumus yang digunakan untuk penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :

Keterangan :

N = Besar Populasi = 115 pasien n = Besar Sampel


(60)

Maka, hasil dari penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :

99 pasien 3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan data primer dan data skunder.

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden, dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari laporan kunjungan Klinik Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering kecamatan Medan Tembung.

3.5 Definisi Operasional

Variabel bebas yaitu faktor predisposisi (meliputi jenis kelamin, umur, pengetahuan, sikap dan presepsi) dan faktor pendorong (meliputi: jarak, dan kelompok referensi) serta faktor penguat (meliputi : sikap petugas kesehatan) dengan definisi sebagai berikut :


(61)

1. Jenis kelamin

Adalah suatu ciri dari makhluk hidup yang membedakan jenis makhluk hidup tersebut. Dikategorikan atas laki-laki dan perempuan.

2. Umur

Adalah lama waktu perjalanan responden yang dihitung sejak saat dia hidup responden yang dihitung sejak saat ia dilahirkan sampai batas waktu wawancara dilakukan yang dinyatakan dalam satuan tahun sesuai dengan pengakuan responden.

3. Pengetahuan

Adalah pemahaman responden tentang Klinik Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung. Dibedakan atas : tahu dan tidak tahu

4. Sikap

Adalah pendapat atau pandangan penderita diabetes melitus terhadap hal yang berhubungan dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus, meliputi informasi tentang program-program dan kegiatan yang ada di klinik diabetes melitus.

5. Persepsi tentang Klinik diabetes mellitus

Adalah persepsi tentang Klinik Diabates Mellitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung.


(62)

6. Jarak

Adalah jarak tempat tinggal yang ditempuh oleh responden untuk sampai ke puskesmas.

7. Kelompok referensi

Adalah orang-orang yang memengaruhi responden dalam memanfaatkan Klinik Diabetes.

8. Sikap petugas kesehatan

Adalah Sikap perawat dan dokter kepada pasien klinik diabetes mellitus adalah penilaian pasien klinik diabetes mellitus terhadap tanggapan atau respons yang ditunjukkan oleh perawat maupun dokter selama melayani pasien klinik diabetes mellitus untuk mendapatkan fasilitas kesehatan di Puskesmas.

9. Pemanfaatan Ulang Klinik Diabetes Mellitus di Puskesmas Sering adalah tindakan responden dalam memanfaatkan Klinik DM rutin 2 minggu sekali di Puskesmas Sering .

3.6 Aspek Pengukuran

Dalam pengumpulan data setiap variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Pengukuran variabel independen yang meliputi jenis kelamin, umur , pengetahuan, sikap pasien, persepsi, jarak, kelompok referensi dan sikap petugas kesehatan di puskesmas Medan Sering adalah sebagai berikut:

Dengan menggunakan sistem pembobotan dan mengkategorikan hasil ukur seperti tabel 3.1


(63)

Tabel 3.1 Metode Pengkuran Terhadap Variabel Independen

No Variabel Kategori

Jawaban

Bobot

Nilai

Kriteria Skor Skala

Ukur

1 Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Nominal

2 Umur < 40 thn 40-50 thn

>50 thn

Interval

3 Pengetahua n Tahu Tidak Tahu 2 1 Baik Tidak Baik 8-10 <8 Interval

4 Sikap Ya Tidak 2 1 Baik Tidak Baik 6-8 <6 Interval

5 Presepsi Ya Tidak 2 1 Baik Tidak Baik 10-12 <10 Interval

6 Jarak Ya Tidak 2 1 Mudah Sulit 6-8 <6 Interval

7 Kelompok Referensi Ya Tidak 2 1 Baik Kurang 8-10 <8 Interval

8 Sikap Petugas Ya Tidak 2 1 Baik Tidak Baik 8-10 <8 Interval


(1)

6,357 1 ,012

11,657 1 ,001 ,004 ,003

,004 ,003

8,167c 1 ,004 ,004 ,003 ,003

99 Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Computed only f or a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) hav e expect ed count less t han 5. The minimum expected count is 4,09. b.

The standardized st at ist ic is 2,858. c.

Logistic Regression

Dependent Variable Encoding

0 1 Original Value

tidak memanf aatkan memanf aatkan

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

54 0 100,0

45 0 ,0

54,5 Observ ed

tidak memanf aat kan memanf aatkan PK1

Ov erall Percentage St ep 0

tidak memanf a

atkan

memanf a atkan PK1

Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut v alue is ,500 b.


(2)

30,802 1 ,000

16,969 1 ,000

14,149 1 ,000

14,057 1 ,000

8,250 1 ,004

36,219 5 ,000

PENGETAHUAN Sikap

JARAK KLP_ref rensi Sikap_Petugas Variables

Ov erall Stat istics St ep

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

48,002 5 ,000

48,002 5 ,000

48,002 5 ,000

St ep Block Model St ep 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

88,422a ,384 ,514

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be f ound. a.

Classification Tablea

43 11 79,6

10 35 77,8

78,8 Observ ed

tidak memanf aat kan memanf aatkan PK1

Ov erall Percentage St ep 1

tidak memanf a

atkan

memanf a atkan PK1

Percentage Correct Predicted

The cut v alue is ,500 a.


(3)

1,354 ,595 5,180 1 ,023 3,872 1,207 12,424

1,267 ,722 3,077 1 ,079 3,550 ,862 14,624

18,867 11700,169 ,000 1 ,999 2E+008 ,000 .

-47,816 23400,338 ,000 1 ,998 ,000

JARAK KLP_ref rensi Sikap_Petugas Constant

Variable(s) entered on st ep 1: PENGETAHUAN, Sikap, JARAK, KLP_ref rensi, Sikap_Petugas. a.

Logistic Regression

Dependent Variable Encoding

0 1 Original Value

tidak memanf aatkan memanf aatkan

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

54 0 100,0

45 0 ,0

54,5 Observ ed

tidak memanf aat kan memanf aatkan PK1

Ov erall Percentage St ep 0

tidak memanf a

atkan

memanf a atkan PK1

Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut v alue is ,500 b.

Variables in the Equation

-,182 ,202 ,816 1 ,366 ,833

Constant St ep 0


(4)

30,802 1 ,000

16,969 1 ,000

14,149 1 ,000

14,057 1 ,000

36,158 4 ,000

PENGETAHUAN Sikap

JARAK KLP_ref rensi Variables

Ov erall Stat istics St ep

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

46,357 4 ,000

46,357 4 ,000

46,357 4 ,000

St ep Block Model St ep 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

90,067a ,374 ,500

St ep 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminat ed at iteration number 6 because parameter est imat es changed by less than ,001. a.

Classification Tablea

43 11 79,6

10 35 77,8

78,8 Observ ed

tidak memanf aat kan memanf aatkan PK1

Ov erall Percentage St ep 1

tidak memanf a

atkan

memanf a atkan PK1

Percentage Correct Predicted

The cut v alue is ,500 a.


(5)

1,343 ,593 5,131 1 ,024 3,829 1,198 12,235

1,437 ,702 4,192 1 ,041 4,207 1,063 16,647

-10,800 2,600 17,252 1 ,000 ,000

JARAK KLP_ref rensi Constant

Variable(s) entered on st ep 1: PENGETAHUAN, Sikap, JARAK, KLP_ref rensi. a.

Logistic Regression

Dependent Variable Encoding

0 1 Original Value

tidak memanf aatkan memanf aatkan

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

54 0 100,0

45 0 ,0

54,5 Observ ed

tidak memanf aat kan memanf aatkan PK1

Ov erall Percentage St ep 0

tidak memanf a

atkan

memanf a atkan PK1

Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut v alue is ,500 b.

Variables in the Equation

-,182 ,202 ,816 1 ,366 ,833

Constant St ep 0


(6)

30,802 1 ,000

14,149 1 ,000

14,057 1 ,000

36,105 3 ,000

PENGETAHUAN JARAK

KLP_ref rensi Variables

Ov erall Stat istics St ep

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

46,201 3 ,000

46,201 3 ,000

46,201 3 ,000

St ep Block Model St ep 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

90,223a ,373 ,499

St ep 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminat ed at iteration number 6 because parameter est imat es changed by less than ,001. a.

Classification Tablea

44 10 81,5

10 35 77,8

79,8 Observ ed

tidak memanf aat kan memanf aatkan PK1

Ov erall Percentage St ep 1

tidak memanf a

atkan

memanf a atkan PK1

Percentage Correct Predicted

The cut v alue is ,500 a.

Variables in the Equation

3,284 1,071 9,397 1 ,002 26,694 3,269 217,967

1,306 ,586 4,964 1 ,026 3,692 1,170 11,646

PENGETAHUAN JARAK Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper