Hubungan Perilaku Diet Anak Dengan Early Childhood Caries (ECC) Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Petisah

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Early Childhood Caries
Early Childhood Caries akhir – akhir ini digunakan untuk menggantikan
istilah karies yang berkembang cepat serta akut atau rampan, termasuk Baby Bottle
Caries, Nursing Caries sehingga merupakan definisi yang lebih spesifik
menggambarkan keadaan yang terjadi. Istilah-istilah lain yang digunakan yaitu
Nursing Bottle Syndrome, Milk Bottle Syndrome, Bottle Mouth Caries dan Baby
Bottle Tooth Decay (BBTD).1-2,9
The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) mendefenisikan Early
Childhood Caries (ECC) sebagai adanya satu atau lebih decay (kavitas atau non
kavitas), kehilangan gigi (karena karies) atau permukaan gigi yang ditumpat pada gigi
sulung manapun di usia 71 bulan atau kurang.1,5-6,10-12 Pada anak di bawah usia 3
tahun, tanda lesi yang dijumpai pada permukaan gigi mengindikasikan Severe Early
Childhood Caries (S-ECC). Sedangkan dikatakan S-ECC apabila dijumpai karies
pada anak usia 3-5 tahun dengan satu atau lebih kavitas, hilang karena karies atau
tambalan pada gigi sulung anterior maksila, indeks deft (white spot, rusak, hilang dan
tambalan) ≥ 4 pada anak usia 3 tahun, ≥ 5 pada anak usia 4 tahun, ≥ 6 pada anak usia
5 tahun.1,10,12
Karies sering terjadi pada permukaan yang secara umum mempunyai risiko

terjadinya karies kecil, seperti permukaan proksimal dan permukaan labial gigi depan
atas serta permukaan lingual gigi belakang. Kerusakan pada gigi dimulai segera
setelah gigi erupsi, yaitu pada gigi rahang atas bagian lingual. Gigi yang sering
terlibat adalah gigi insisivus sentralis dan lateralis atas serta molar pertama desidui
atas dan bawah, sedangkan molar kedua desidui atas dan bawah serta kaninus lebih
sedikit terlibat dan juga tahap terakhir baru terlihat. Pola perluasan kerusakan
mengikuti pola erupsi gigi kecuali gigi insisivus bawah.6,9

Universitas Sumatera Utara

Pada anak yang tertidur dengan botol tetap di dalam mulut, maka cairan yang
berada di sekitar gigi akan menyebabkan proses dekalsifikasi. Aliran saliva yang
berkurang selama tidur akan membahayakan gigi. Kebiasaan menghisap botol atau
ASI yang dilakukan sepanjang hari atau waktu tidur merupakan dasar terjadinya
karies setelah beberapa bulan.6,9
WHO menyatakan pemberian susu botol dan menyusui sampai usia anak 2
tahun merupakan kebutuhan, namun AAPD menyatakan bahwa menyusui dan minum
melalui botol pada anak adalah hal potensial penyebab karies karena gigi terpapar
dalam waktu lama dan berulang tanpa penjagaan oral hygiene yang baik.1 Hal ini
terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Rizal MF dkk menyatakan bahwa pada

anak yang minum susu melalui botol sebanyak 4 kali atau lebih dalam sehari
memiliki risiko karies sebesar 46,8% dan 53,2% pada anak yang hanya sekali minum
susu botol pada malam hari, 32,2% pada anak yang minum susu botol 2 kali pada
malam hari. Juga dijelaskan bahwa pada anak dengan frekuensi minum susu botol≥ 2
kali dalam sehari dapat meningkatkan risiko ECC 2,27 kali dan meningkatkan risiko
ECC 1,16 kali pada anak dengan minum susu botol ≥ 2 kali pada malam hari.7
Penggunaan susu botol sebagai pengganti ASI memiliki tingkat risiko yang
tinggi terhadap timbulnya karies gigi pada anak usia prasekolah. Pola karies ini
berkaitan dengan pemberian susu atau cairan manis lain dengan menggunakan botol
secara berkepanjangan. Terlebih lagi bila anak terbiasa atau dibiasakan meminum
susu botol sebelum tidur, dan tak jarang botol susu masih ada dalam mulut saat anak
lelap tertidur.8 Kegemaran makan makanan manis disertai dengan kebersihan mulut
yang buruk akan memudahkan terjadinya ECC.3
Pola makan yang tidak sehat, misalnya mengonsumsi jenis makanan
kariogenik yang dilakukan secara beberapa kali diantara waktu makan merupakan hal
lain yang dapat menyebabkan terjadinya karies oleh karena keterlibatan karbohidrat
terutama sukrosa dapat membuat demineralisasi email gigi. Konsumsi kudapan yang
mengandung sukrosa (biasanya terdiri dari permen, kue, minuman ringan, sereal
sarapan yang mengandung gula dan jus buah) dalam frekuensi yang tinggi diantara
waktu makan hampir dilakukan oleh semua anak, oleh karena itu asupan diet


Universitas Sumatera Utara

kariogenik pada anak dapat meningkatkan kemungkinan terbentuknya karies,
terutama ECC.2

2.1.1 Gambaran Klinis ECC
ECC adalah penyakit serius dan kadang menimbulkan sakit, ditandai dengan
ciri khas yaitu timbul dan berkembang sangat cepat, terdiri atas empat tahap, terjadi
segera setelah gigi erupsi, mengenai gigi insisivus atas, terutama yang berkaitan
dengan gusi, berlanjut ke kaninus. Jika proses berlanjut dapat mengenai gigi molar,
namun gigi insisivus bawah terlindungi.1
Tahap perkembangan karies yaitu:1-2,9
a. Tahap satu / inisial
Disebut juga tahap reversible, tahap ini diawali dengan terlihatnya garis
berwarna putih seperti kapur, lesi berwarna opak karena demineralisasi pada
permukaan licin gigi insisivus atas. Lesi dapat diketahui dengan mengeringkan gigi
terlebih dahulu. Tahap ini terjadi pada anak usia 10-20 bulan, atau bahkan pada usia
lebih muda. Garis putih ini dapat terlihat jelas pada regio servikal permukaan
vestibular dan palatal insisivus maksila yaitu gigi yang erupsi pertama pada rahang

atas dan merupakan gigi yang paling sedikit dilindungi oleh saliva. Pada tahap ini lesi
sering tidak diketahui oleh orang tua karena anak tidak mengeluh. Jika tidak dirawat,
area putih tersebut akan berubah dengan cepat menjadi kavitas kuning–coklat.

Gambar 1. ECC stadium insisal9

Universitas Sumatera Utara

b. Tahap dua / kerusakan
Tahap ini terjadi ketika anak berusia 16-24 bulan. Lesi putih pada insisivus
berkembang dengan cepat, menyebabkan demineralisasi enamel sehingga mengenai
dan terbukanya dentin. Ketika lesi berkembang, lesi putih pada enamel tersebut
berpigmentasi menjadi kuning terang, coklat kemudian hitam, pada kasus yang lebih
parah, lesi juga dapat mengenai tepi insisal. Enamel berubah warna karena makanan
serta akibat penetrasi dari bakteri. Gigi molar pertama maksila mulai terkena tahap
inisial di regio servikal, proksimal dan oklusal. Pada tahap ini anak mulai mengeluh
dan sensitif terhadap rasa dingin, orangtua mulai peduli dengan perubahan warna gigi
anaknya.

Gambar 2. ECC stadium dua 9


c. Tahap tiga / lesi
Tahap ini terjadi ketika anak berusia 20-36 bulan, lesi sudah meluas hingga
terjadi iritasi pulpa. Pada tahap ini molar pertama maksila sudah pada tahap dua,
sedangkan molar pertama mandibula dan kaninus maksila pada tahap inisial. Anak
mengeluh sakit ketika mengunyah dan menyikat gigi, serta sakit spontan sepanjang
malam. Pada tahap ini gigi molar sulung atas pada tahap dua, sementara gigi molar
sulung bawah dan kaninus atas ada pada tahap satu.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. ECC stadium tiga9

d. Tahap empat / traumatik
Tahap ini terjadi ketika anak berusia antara 30-48 bulan. Lesi meluas secara
cepat ke seluruh permukaan enamel, mengelilingi region servikal, dentin dan dalam
waktu singkat, terjadi kerusakan yang parah di seluruh mahkota gigi hingga terjadi
fraktur dan hanya akar yang tersisa. Pada tahap ini, insisivus maksila biasanya
nekrosis dan molar pertama maksila pada tahap tiga, sedangkan molar kedua maksila,
kaninus maksila, dan molar pertama mandibula pada tahap dua. Beberapa anak

menderita tapi tidak dapat mengekspresikan rasa sakitnya, mereka juga susah tidur
dan menolak untuk makan.

Gambar 4. ECC stadium empat9

Gambar 5. Destruksi gigi insisivus maksilla
disertai abses gigi 51 9

2.1.2 Etiologi ECC
Karies dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor yang di dalamnya
melibatkan interaksi antara agen penyebab (bakteri kariogenik), substrat di mana

Universitas Sumatera Utara

bakteri dapat bertahan (diet gula), faktor host (saliva dan gigi) serta pengaruh waktu.
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi pada waktu tertentu, menyebabkan tidak
seimbangnya demineralisasi dan remineralisasi antara permukaan gigi dan plak yang
terdapat pada gigi. Tanpa salah satu dari beberapa faktor ini maka karies gigi tidak
dapat terjadi. Faktor yang paling berperan untuk terjadinya ECC adalah adanya
aktivitas mikroorganisme penyebab karies yang tinggi, seringnya mengonsumsi

makanan dan minuman kariogenik serta kebersihan mulut yang buruk.1-2,11

Gambar 6. Skema karies sebagai penyakit multifaktorial11

Mikroorganisme kariogenik

utama adalah

Streptokokus mutans dan

streptokokus sobrinus yang merupakan mikroorganisme patogen, dapat berkolonisasi
di permukaan gigi dan cepat menghasilkan asam dengan bantuan plak. Asam yang
dihasilkan akan menyebabkan pH dalam rongga mulut menjadi