Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran dengan Kualitas SDM Sebagai Variabel Intervening di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Stakeholder
Pengertian stakeholder menurut Ulum ( 2009) adalah sekelompok orang
atau individu yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi dan dapat dipengaruhi
oleh suatu tujuan pencapaian tertentu. Para pemegang saham, para supplier , bank,
para customer , pemerintah dan komunitas memegang peranan penting dalam
organisasi (berperan sebagai stakeholder ).
Pemerintahan merupakan bagian dari beberapa elemen yang membentuk
masyarakat dalam sistem sosial yang berlaku.Keadaan tersebut kemudian
menciptakan sebuah hubungan timbal balik antara pemerintah dan para
stakeholder yang berarti pemerintah harus melaksanakan peranannya secara dua

arah untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan sendiri maupun stakeholder
lainnya dalam sebuah sistem sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang
dihasilkan dan dilakukan oleh masing-masing bagian dari stakeholder akan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan tujuan peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pemerintah sebagai stakeholder yang
memiliki peran penting dalam proses memajukan suatu daerah, pemerintah
diharapkan mampu untuk melakukan upaya pembangunan secara maksimal.

Kemajuan suatu daerah dilihat dari bagaimana pemerintah sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi suatu daerah harus mampu mengelola anggaran yang ada
untuk kepentingan rakyat didaerahnya.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Penyerapan Anggaran
Menurut Halim (2007) anggaran adalah rencana operasional kegiatan yang
dinyatakan dalam bentuk finansial dari suatu organisasi dimana satu pihak
menggambarkan perkiraan biaya (pengeluaran) dan pihak lain menggambarkan
perkiraan pendapatan (penerimaan) untuk menutupi pengeluaran tersebut, untuk
suatu periode tertentu yang umumnya satu tahun. Bertitik tolak dari pengertian
anggaran, maka tindak lanjut dari anggaran adalah merealisasikan anggaran yang
telah dialokasikan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam APBD. Dalam
hal ini, yang ditindaklanjuti adalah realisasi terhadap kegiatan yang sudah
direncanakan untuk dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.Dengan demikian,
pencapaian realisasi kegiatan yang sudah ditentukan merupakan cerminan dari
penyerapan anggaran.Oleh karena itu Penyerapan Anggaran merupakan
kemampuan suatu Kementerian/Lembaga/Pemko/ Pemkab dalam memaksimalkan
penggunaan sumber daya keuangan yang ada.

Kuncoro (2013) menyatakan penyerapan anggaran merupakan salah satu
tahapan dari siklus anggaran yang dimulai dari perencanaan anggaran, penetapan
dan pengesahan anggaran oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dimana tahapan
penyerapan anggaran ini dimulai ketika Undang-Undang (UU) Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) disahkan oleh DPR.
Penyerapan anggaran memiliki arti penting dalam pencapaian tujuan
nasional, yaitu peningkatan dan pemeliharaan kesejahteraan rakyat. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa
fungsi anggaran sebagai instrumen kebijakan ekonomi, berperan untuk
mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan

Universitas Sumatera Utara

pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Penyerapan anggaran
khususnya belanja barang dan jasa, memiliki pengaruh yang cukup signifikan
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.Untuk itu setiap instansi pemerintah
harus mengatur pengeluarannya agar berjalan lancar dan dapat mendukung
keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan nasional.
Berdasarkan definisi penyerapan anggaran diatas dapat di nyatakan bahwa
penyerapan anggaran memang penting untuk mendorong terciptanya multiplier
effect terhadap ekonomi namun harusnya kinerja birokrasi semestinya tidak bisa


diukur hanya dengan penyerapan anggaran saja tetapi juga dinilai dari faktor
ketepatan waktu dalam melakukan penyerapan anggaran tersebut.

2.1.4. Perencanaan Anggaran
Perencanaan anggaran adalah aktivitas analisis dan pengambilan
keputusan ke depan untuk menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan dimasa
yang akan datang. Oleh karena itu, kegagalan dalam perencanaan penganggaran
akan berdampak pada tidak berjalannya program kerja pemerintah yang secara
tidak langsung tentunya akan berdampak buruk terhadap kinerja pemerintah.
Faktor dari kurang baiknya perencanaan dapat mengakibatkan banyak kerugian
penyusunan anggaran yang berimbas pada program kerja yang tidak
terealisasikan. Proses perencanaan juga melibatkan aspek perilaku yaitu
partisipasi dalam pengembangan sistem perencanaan, penetapan tujuan dan
pemilihan alat yang paling tepat untuk memonitor perkembangan pencapaian
tujuan.
Menurut Mardiasmo (2002) perencanaan anggaran adalah aktivitas analisis
dan pengambilan keputusan ke depan untuk menetapkan tingkat kinerja yang

Universitas Sumatera Utara


diinginkan dimasa yang akan datang sedangkan menurut

Abdullah (2006)

Perencanaan anggaran dalam sektor publik, terutama pemerintah merupakan
sebuah proses yang cukup rumit dan mengandung muatan politis yang cukup
signifikan. Bagi organisasi sektor publik anggaran bukan hanya sebuah rencana
tahunan tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolan dana publik
yang dibebankan kepadanya.
Perencanaan merupakan cara organisasi menetapkan tujuan dan sasaran
organisasi. Perencanaan meliputi aktivitas yang sifatnya strategis, taktis dan
melibatkan aspek operasional. Proses perencanaan juga melibatkan aspek perilaku
yaitu partisipasi dalam pengembangan sistem perencanaan, penetapan tingkat
pelayanan yang diinginkan pada dasarnya merupakan indiaktor kinerja yang
diharapkan dapat dicapai oleh pemerintah daerah dalam melaksanakan
kewenangannya. Perencanaan anggaran dalam sektor publik, terutama pemerintah
merupakan sebuah proses yang cukup rumit dan mengandung muatan politis yang
cukup signifikan. Bagi organisasi sektor publik anggaran bukan hanya sebuah
rencana tahunan tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolan dana

publik yang dibebankan kepadanya.
Anggaran merupakan salah satu tahapan dari siklus anggaran yang dimulai
dari perencanaan anggaran, penetapan dan pengesahan anggaran oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dimana tahapan penyerapan anggaran ini dimulai ketika
Undang-Undang (UU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
disahkan oleh DPR. Sistem penganggaran di Indonesia tercermin dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurut Murwanto dalam Herriyanto
(2012) APBN adalah rencana tahunan keuangan pemerintahan yang disetujui oleh

Universitas Sumatera Utara

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yang berisi daftar sistematis dan terperinci atas
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1
Januari – 31 Desember) dan ditetapkan dengan Undang-Undang serta
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat
Menurut Darise (2007) dokumen perencanaan anggaran yang dibuat oleh
Pemerintah

Daerah


provinsi/Kabupaten/Kota

terdiri

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).

dari:

1)Rencana

2)Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD). 3)Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD).

Sedangkan dokumen perencanaan yang dibuat oleh Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) terdiri dari: 1)Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat daerah (Renstra-SKPD) dan.


2)Rencana Kerja

(Renja) SKPD.

Masing-masing dokumen perencanaan tersebut terkait satu dengan lainnya, dan
juga dengan dokumen pembangunan nasional.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Kuswoyo (2012) menyatakan
bahwa penyerapan anggaran belanja daerah di akhir tahun disebabkan oleh faktor
perencanaan.oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa penyerapan anggaran akan
semakin maksimal jika di barengi dengan perencanaan yang baik.

2.1.5. Komitmen Organisasi
Menurut Albar (2009) komitmen karyawan terhadap organisasinya adalah
kesetiaan karyawan terhadap organisasinya, disamping juga akan menumbuhkan
loyalitas serta mendorong keterlibatan diri karyawan dalam mengambil berbagai
keputusan. Oleh karenanya komitmen akan menimbulkan rasa ikut memiliki
(sense of belonging) bagi karyawan terhadap organisasi

Universitas Sumatera Utara


Menurut Luthans (2006) komitmen organisasi merupakan sikap yang
merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan
dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiaannya terhadap organisasi
dan keberhasilan dan serta kemajuan yang berkelanjutan.
Sedangkan menurut Simanjuntak (2005) komitmen adalah kesanggupan
untuk bertanggung jawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepada seseorang.
Komitmen tidak ada hubungannya sama sekali dengan bakat, kepintaran, atau
talenta. Seseorang dikatakan mempunyai komitmen organisasi apabila percaya
dan menerima tujuan-tujuan dan nilai- nilai organisasi, rela berusaha mencapai
tujuan organisasi, memiliki kemauan yang kuat untuk tetap menjadi anggota
organisasi dalam waktu lama.Komitmen organisasi merupakan salah satu konsep
sikap kerja karena sikap terhadap pekerjaan berkaitan dengan ada tidaknya
keterkaitan dan keterlibatan seseorang terhadap organisasi (organizational
commitmen). Dengan komitmen yang kuat akan memungkinkan seseorang bisa

mengeluarkan sumber daya fisik, mental, dan spiritual tambahan yang bisa
diperoleh, sebaliknya tanpa komiten maka pekerjaan- pekerjaan besar akan sulit
dilaksanakan. Komitmen organisasi dibangun atas dasar kepercayaan pekerja atas
nilai-nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi

serta loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi. Komitmen organisasi akan
menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi pekerja terhadap
organisasi sehingga ia akan senang bekerja sehingga kinerjanya meningkat.
Komitmen organisasi menyangkut tiga sikap yaitu rasa mengidentifikasi dengan
tujuan organisasi rasa keterlibatan dengan tugas organisasi dan rasa kesetiaan

Universitas Sumatera Utara

kepada organisasi. Sopiah (2008) mengemukakan ada tiga komponen dalam
komitmen yaitu:
1.

Affective Commitment terjadi bila pegawai menjadi bagian organisasi karena

adanya ikatan emosional dalam arti karena pegawai memang menginginkan
menjadi bagian dari organisasi.
2.

Continuance commitment muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu


organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lainnya
atau karena karyawan tersebut tidak menemukan alternatif lain dengan kata
lain karena karyawan membutuhkan.
3.

Normative commitment timbul dari nilai-nilai karyawan, dimana karyawan

bertahan

jadi

anggota

organisasi

karena

adanya

kesadaran


bahwa

berkomitnen terhadap organisasi merupakan hal yang benar untuk dilakukan.
Adanya suatu komitmen dapat menjadi suatu dorongan bagi seseorang
untuk bekerja lebih baik atau malah justru meninggalkan pekerjaannnya akibat
suatu tuntutan komitmen lainnya. Komitmen yang tepat akan memberikan
motivasi yang tinggi dan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja
seseorang terutama dalam penyerapan anggaran. Pada penelitian yang di lakukan
oleh Arif dan Halim (2013) menyatakan bahwa masing- masing daerah di
Kabupaten/ kota di Provinsi Riau memiliki faktor – faktor yang berbeda yang
mengakibatkan penyerapan anggaran menjadi maksimal yaitu faktor kapasitas
SDM, regulasi, tender lelang, komitmen organisasi dan faktor lambatnya
pengesahan anggaran.

Universitas Sumatera Utara

2.1.6. Perubahan Anggaran
Perubahan anggaran daerah dilakukan untuk tujuan menyesuaikan
anggaran berjalan terhadap perubahan-perubahan terkini, termasuk perubahan
dalam

peraturan

perundang-undangan

dan

kebijakan

dari

Pemerintah

Pusat.perubahan anggaran adalah proses revisi yang dilakukan pemerintah dalam
memperbaharui anggarannya dalam tahun fiskal pelaksanaannya, sehingga
berpengaruh besar terhadap alokasi belanja (Anessi-Pessina, at al, 2012). Dalam
budgeting process, perubahan anggaran

merupakan hal yang lazim terjadi

sekaligus menjadi faktor penting di pemerintahan daerah (Forrester & Mullins,
1992).
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dinyatakan bahwa penyesuaian APBD dengan perkembangan
dan/atau perubahan keadaan, dibahas bersama DPRD dengan pemerintah daerah
dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBD tahun anggaran yang
bersangkutan, apabila terjadi : (a) Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi
kebijakan umum APBD, (b) Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan
pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan dan antarjenis belanja, (c)
Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus
digunakan untuk tahun berjalan, (d) Keadaan darurat, (e) Keadaan luar biasa.
Perubahan atas setiap komponen APBD memiliki latar belakang dan
alasan berbeda.Ada perbedaan alasan untuk perubahan anggaran pendapatan dan
perubahan anggaran belanja.Begitu juga untuk alasan perubahan atas anggaran
pembiayaan, kecuali untuk penerimaan pembiayaan berupa SILPA (Sisa Lebih

Universitas Sumatera Utara

Perhitungan Anggaran Tahun Lalu), yang memang menjadi salah satu alasan
utama mengapa perubahan APBD dilakukan (Abdullah, 2015).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Keadaan luar biasa
adalah keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran
dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima
puluh persen). Adapun proses Perubahan APBD adalah sebagai berikut:
1.

Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang
perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan untuk mendapatkan
persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

2.

Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah, selambat-lambatnya
3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran.

3.

Proses evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahan
APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan
APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.

2.1.7. Kualitas SDM
Menurut Matindas (2002)sumber daya manusia adalah kesatuan tenaga
manusia yang ada dalam suatu organisasi dan bukan sekedar penjumlahan
karyawan-karyawan yang ada.Sebagai kesatuan, sumber daya manusia harus
dipandang sebagai suatu sistem dimana setiap karyawan merupakan bagian yang
saling terkait satu dengan yang lainnya dan secara bersama-sama berfungsi untuk
mencapai tujuan organisasi. Kualitas SDM merupakan kemampuan dan
karakteristik yang dimiliki seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan,

Universitas Sumatera Utara

keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, efektif dan efisien (Keputusan Kepala BKN No 46A Tahun
2007). Faktor produktivitas manusia memiliki peran besar dalam menentukan
sukses suatu organisasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas
menurut Tsulistiyani dan Rosidah dalam Sunyoto (2012) antara lain pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skills), kemampuan (abilities), sikap (attitude), dan

perilaku (behavior). Pengetahuan dan keterampilan sesungguhnya mendasari
pencapaian produktivitas kerja. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan
yang tinggi, seorang karyawan diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan
baik dan produktif.Sumber daya manusia pada prinsipnya merupakan satu-satunya
sumber daya yang menentukan organisasi. Tanpa sumber daya manusia yang baik
dan berkualitas, sebuah organisasi yang memiliki tujuan yang bagus serta sarana
dan prasarana yang canggih akan sulit mencapai tujuannya. Kelancaran
penyelenggaraan tugas pemerintahan, dan pelaksanaan pembangunan sangat
tergantung pada kualitas dan kesempurnaan pengelolaan aparatur negara
khususnya pegawai negeri, penyediaan anggaran untuk pemberdayaan, serta
peralatan yang mendukungnya (Harsono, 2011).Untuk mencapai daya guna dan
hasil guna yang sebesar-besarnya, perlu diadakan pengaturan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan. Dengan diadakannya program pengembangan sumber
daya aparatur yang dirancang dengan cermat, tepat, dan teliti diharapkan akan
dapat meningkatkan produktivitas, kualitas serta kuantitas kerja pegawai. Dengan
telah diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya, maka diharapkan
meningkat pula keterampilan dan kinerja sesuai dengan tugas pokok dan

Universitas Sumatera Utara

fungsinya, serta meningkat pula motivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan

2.2.Review Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang penyerapan anggaran telah banyak dilakukan sebelumnya
beberapa diantaranya adalah :
Karani (2015)

dalam penelitiannya mengenai

Evaluasi keefektifan

penyerapan anggaran (Studi pada Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta) . Hasil
penelitian menyatakan keefektifan penyerapan anggaran pada kantor Imigrasi
kelas I Yogyakarta di kategorikan cukup atau normal. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara

kemudian

dianalisis

melalui

empat

tahapan

yaitu

reduksi

data,kategorisasi data, sintesisasi data, dan penarikan kesimpulan.
Herriyanto (2012) dalam penelitiannya mengenai Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja pada Satuan Kerja
Kementerian/Lembaga di Wilayah Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode
analisis faktor eksploratori, yang menunjukan bahwa faktor perencanaan
mempengaruhi keterlambatan penyerapan anggaran sebesar 42%, faktor
administrasi 8,84%, faktor SDM 7,80%, faktor dokumen pengadaan 6,4%, dan
faktor ganti uang persediaan 5,41%.
Kaharuddin (2012), melakukan penelitian mengenai Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Belanja Daerah di Kabupaten Sumbawa
(Studi Kasus: Belanja Dana Alokasi khusus di Bidang Pendidikan Tahun 2010).
Penelitian ini menggunakan analisis faktor eksploratori yaitu mencari sejumlah
indikator

untuk

membentuk

faktor

umum

tanpa

ada

landasan

teori

Universitas Sumatera Utara

sebelumnya.Analisis faktor menunjukkan bahwa terdapat 5 faktor yang
mempengaruhi penyerapan belanja dana alokasi khusus bidang pendidikan di
Kabupaten Sumbawa tahun anggaran 2010 yaitu faktor regulasi, faktor
pelaksanaan

anggaran,

faktor

kapasitas

sumber

daya

manusia,

faktor

penganggaran daerah, dan faktor pengawasan.
Priatno dan Khusaini (2013) dalam penelitian mengenai Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Pada Satuan Kerja Lingkup
Pembayaran KPPN Blitar.Penelitian ini menggunakan analisis faktor dan regresi
logistik. Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa faktor adminstrasi
dan SDM mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap penyerapan
anggaran satuan kerja, sedangkan faktor perencanaan dan faktor pengadaan
barang dan jasa yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan
anggaran satuan kerja.
Kuswoyo (2012) Analisis atas Faktor- Faktor yang meyebabkan
Terkonsentrasinya Penyerapan Anggaran Belanja Di Akhir Tahun Anggaran
(Studi pada Satuan Kerja Di Wilayah KPPN Kediri).Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terkonsentrasinya penyerapan anggaran belanja di akhir
tahun anggaran disebabkan oleh Faktor perencanaan.
Halim dan Arif (2013) dalam penelitian mengenai faktor-faktor penyebab
minimnya penyerapan APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2011.
Hasil penelitian menunjukan bahwasanya masing-masing daerah Kabupaten/ Kota
di Provinsi Riau memiliki faktor-faktor yang berbeda-beda yang mengakibatkan
terjadinya minimnya penyerapan APBD tahun 2011. Walaupun ada sebagian kecil
faktor yang hampir sama namun memiliki karakteristik faktor yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara

Faktor kapasitas sumber daya manusia, faktor regulasi, faktor tender/lelang dan
faktor lambatnya pengesahan APBD tahun 2011 masih merupakan faktor-faktor
yang paling mendominasi terjadinya minimnya penyerapan APBD tahun 2011.
Purtanto

(2015)

dalam

penelitian

mengenai Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Belanja Pemerintah Daerah: Proses
Pengadaan Barang/Jasa (Studi atas Persepsi pada Pegawai Bersertifikat
Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah Kota Tegal).Hasil penelitian menunjukkan
bahwa komitmen manajemen dan perencanaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa.
Abdullah

(2015)

dalam

penelitian

mengenai

faktor-faktor

yang

mempengaruhi serapan anggaran Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Aceh).Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan anggaran
berpengaruh terhadap serapan anggaran, sisa anggaran tahun sebelumnya
berpengaruh negatif terhadap serapan anggaran, sementara waktu penetapan
anggaran tidak berpengaruh.
Fitriany

(2014)

dalam

penelitian

mengenai

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi Penumpukan Penyerapan Anggaran Di Akhir Tahun (Studi di
Kota Pekalongan tahun 2013).Penelitian kualitatif deskriptif digunakan untuk
melihat pemandangan penyerapan anggaran Pemerintah Kota Pekalongan pada
tahun 2013. Sementara kualitatif deskriptif merupakan kegiatan penelitian untuk
memberikan pandangan faktor perencanaan anggaran (X1), penerapan anggaran
(X 2), unit kerja internal (X3), SDM (X 4), dokumen

(X5), administrasi (X6),

penyerapan anggaran di akhir tahun (Y). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara

hanya variabel faktor sumber daya manusia dan dokumen yang memiliki
pengaruh signifikan.
Sulaeman , et al. (2011) Penyerapan Anggaran di Kementrian Keuangan
Indonesia dan Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi.Hasil penelitian menyatakan
perencanaan kegiatan yang baik dan menyeluruh merupakan faktor yang paling
penting yang mempengaruhi serapan anggaran di Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
Review penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1.
Review Penelitian Terdahulu
No
1.

2

Nama Peneliti
(Tahun)
Karani
(2015)

Judul

Variabel

Evaluasi
keefektifan
penyerapan
anggaran
(studi
pada
kantor
Imigrasi
kelas
I
Yogyakarta)

Dependen:
Penyerapan anggaran

Hendris Heriyanto Faktor - faktor yang
(2012)
mempengaruhi
keterlambatan
penyerapan
anggaran
belanja pada satuan kerja
di kementrian, lembaga di
wilayah
Jakarta.
FE
Universitas
Indonesia.
Jakarta.

Dependen:
Keterlambatan
penyerapan anggaran

Independen:
Perencanaan
Peraturan
Pimpinan
SDM
Koordinasi

Hasil Penelitian
Hasil
penelitian
menyatakan
keefektifan
penyerapan anggaran
pada kantor Imigrasi
kelas I Yogyakarta di
kategorikan
cukup
atau normal

Hasil penelitian ini
menyatakan
keterlambatan
penyerapan anggaran
Independen:
belanja pada satuan
Faktor perencanaan
kerja
di
wilayah
Faktor administrasi
Jakarta
disebabkan
Faktor SDM
oleh:
Faktor
Dokumen (1)Faktor Perencanaan
Pengadaan
(2)
Faktor
Faktor GU Persediaan
Administrasi
(3) Faktor SDM
(4)Faktor
Dokumen
Pengadaan
(5) Faktor Ganti Uang

Universitas Sumatera Utara

No

Nama Peneliti
(Tahun)

Judul

3

Kaharuddin
(2012)

4

Analisis Faktor-Faktor
Priatno
dan yang
Mempengaruhi
Khusaini (2013)
Penyerapan Anggaran
pada
Satuan
Kerja
Lingkup
Pembayaran
KPPN Blitar

Dependen
Penyerapan Anggaran.

Iwan
Kuswoyo
(2012)

Dependen
Penyerapan anggaran

5

Faktor - faktor yang
mempengaruhi
penyerapan
belanja
daerah di Kabupaten
Sumbawa (Studi Kasus
Belanja Dana Alokasi
Khusus
di
Bidang
Pendidikan, 2010)

Variabel

Dwi Analisis atas Faktor Faktor
yang
meyebabkan
Terkonsentrasinya
Penyerapan Anggaran
Belanja di Akhir Tahun
Anggaran (Studi pada
Satuan
Kerja
Di
Wilayah KPPN Kediri)"

Hasil Penelitian

Dependen:
Penyerapan
Daerah

Analisis
faktor
Belanja menunjukkan bahwa
terdapat 5 faktor
yang mempengaruhi
Independen:
penyerapan belanja
Regulasi
Pelaksanaan Dana
Alokasi
anggaran
Khusus
bidang
Kapasitas
SDM pendidikan
di
Penganggaran daerah
Kabupaten Sumbawa
Pengawasan
tahun anggaran 2010
yaitu faktor regulasi,
faktor pelaksanaan
anggaran,
faktor
kapasitas
sumber
daya manusia, faktor
penganggaran
daerah, dan faktor
pengawasan

Independen
Administrasi
SDM
Perencanaan
Pengadaan barang jasa.

Independen:
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengadaan barang jasa
Faktor internal lainnya

Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa
komunikasi, sumber
daya, disposisi/sikap
dan struktur birokrasi
berpengaruh
terhadap
implementasi
kebijakan
pengelolaan barang
milik daerah
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
terkonsentrasinya
penyerapan anggaran
belanja di akhir
tahun
anggaran
disebabkan
oleh
faktor perencanaan

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Lanjutan
No
6

7

Nama Peneliti
(Tahun)
Halim, et al.
(2012)

Purtanto (2015)

Judul

Variabel

Hasil Penelitian

Identifikasi faktor-faktor
penyebab
minimnya
penyerapan
Anggaran pendapatan
dan belanja daerah
(APBD)
Kabupaten/kota
di
provinsi riau tahun 2011

Dependen :
Minimnya
Penyerapan
Anggaran
Pendapatan
dam Belanja Daerah
(APBD)

Hasil penelitian
menunjukan
bahwasannya
masing-masing
daerah
kabupaten/kota Di
Provinsi
Riau
memiliki
faktor
faktor
yang berbeda-beda
yang mengakibatkan
terjadinya minimnya
penyerapan
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
(APBD)
tahun
2011
kompetensi
sumber daya manusia
tidak
berpengaruh
positif, dan pengaruh
lingkungan eksternal
kurang
signifikan
terhadap penyerapan
anggaran
terkait
pengadaan
barang/jasa

Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Penyerapan Anggaran
Belanja Pemerintah
Daerah:
Proses
Pengadaan
Barang/Jasa
(Studi
atas Persepsi pada
Pegawai Bersertifikat
Pengadaan
Barang/Jasa
di
Pemerintah
Kota
Tegal).

Independen :
SDM
Regulasi Politik
Tender/lelang
Komitmen organisasi.

Dependen
Hasil
penelitian
Penyerapan
Anggaran menunjukkan bahwa
Belanja Pemerintah
komitmen
manajemen
dan
Independen
perencanaan
Komitmen Manajemen
berpengaruh positif
Perencanaan
dan
signifikan
Kompetensi SDM
terhadap penyerapan
Monitoring/ Evaluasi
anggaran, monitoring
dan
evaluasi
berpengaruh positif
namun
kurang
signifikan,
kompetensi sumber
daya manusia tidak
berpengaruh positif,
dan pengaruh

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Lanjutan
No

Nama Peneliti
(Tahun)

Judul

Variabel

Hasil Penelitian
lingkungan eksternal
kurang
signifikan
terhadap penyerapan
anggaran
terkait
pengadaan
barang/jasa

8

Syukri Abdullah
Dan
Romaidon
(2015)

9

Fitriany,
(2014)

10

Faktor - faktor yang
mempengaruhi
serapan
anggaran
pemerintah daerah
studi pada pemerintah
daerah
kabupaten/kota
di
aceh

Nur Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
penumpukan
penyerapan anggaran di
akhir tahun (studi di
Kota Pekalongan tahun
2013)

Sulaeman, et al. Penyerapan Anggaran
(2011)
di
Kementrian
Keuangan Indonesia dan
Faktor
faktor
yang
mempengaruhi

Dependen:
Serapan Anggaran

Hasil penelitian ini
mengindikasikan
bahwa besaran sisa
Independen:
anggaran
tahun
Waktu
Penetapan sebelumnya memiliki
Anggaran
dampak
negatif
SILPA
terhadap
serapan
Perubahan Anggaran
anggaran
pada
pemerintah daerah
kabupaten/kota
di
Aceh pada tahun
berikutnya
Dependen
Hasil
penelitian
Penyerapan Anggaran di menunjukkan bahwa
Akhir Tahun
hanya variabel faktor
sumber daya manusia
Independen
dan dokumen yang
Perencanan
memiliki pengaruh
Penerapan Unit Kerja signifikan
Internal
SDM
Dokumen Administrasi
Dependen
Serapan anggaran
Independen
Perencanaan
StrukturalKebijakan
Otoritas Anggaran

Perencanaan
kegiatan yang baik
dan menyeluruh
merupakan
faktor
yang paling penting
yang mempengaruhi
serapan anggaran di
Kementerian
Keuangan Republik
Indonesia

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Dengan Perubahan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 15

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Dengan Perubahan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Dengan Perubahan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Dengan Perubahan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 4 20

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran dengan Kualitas SDM Sebagai Variabel Intervening di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat

0 0 17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran dengan Kualitas SDM Sebagai Variabel Intervening di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran dengan Kualitas SDM Sebagai Variabel Intervening di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat

0 1 7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran dengan Kualitas SDM Sebagai Variabel Intervening di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat Chapter III VI

0 1 56

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran dengan Kualitas SDM Sebagai Variabel Intervening di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat

1 8 4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran dengan Kualitas SDM Sebagai Variabel Intervening di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat

0 0 14