Kejadian Relaps Penderita Sindrom Nefrotik pada Anak Tahun 2011-2012 di RSUP H. Adam Malik Medan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Insiden sindrom nefrotik dilaporkan 2-7 anak / 100.000 / tahun, dengan
perbandingan laki-laki : perempuan adalah 2 : 1, sindrom nefrotik banyak terjadi
pada anak-anak usia 18 bulan sampai 6 tahun. Sembilan puluh persen anak
dengan sindrom nefrotik kelainan minimal akan respon terhadap pengobatan
dengan prednison yang ditandai dengan berkurangnya proteinuria (Constantinescu
et al., 2000).
Sampai saat ini penyakit SN merupakan penyakit ginjal pada anak yang
paling banyak terjadi. Insidens pada anak di bawah 16 tahun adalah 1-2 per
100.000 anak, tertinggi pada anak Asia dan Afrika-Amerika. Penelitian pada 251
anak berumur 3-15 tahun dengan SN mendapatkan 85% SN primer dan 15% SN
sekunder (Hodson et al., 2000).
Damanik (1992) menemukan 32,26% SN primer dari 6 jenis penyakit
ginjal pada anak di Bagian IKA-FK UGM/RSUP Dr. Sardjito di Yogyakarta.
Prednison masih merupakan obat utama dalam penatalaksanaan anak dengan
sindrom nefrotik. Ada beragam metode dan dosis pemberian kortikosteroid antara
lain standarisasi pemberian kortikosteroid yang dibuat oleh International Study of
Kidney Disease in Children (ISKDC) (Constantinescu et al., 2000).
Masalah dalam
penatalaksanaan anak dengan sindrom nefrotik adalah
kejadian relaps yang sering terjadi saat dosis steroid diturunkan pada fase
pemeliharaan remisi.
Risiko relaps sebesar
60-75% dengan
kemungkinan
menjadi relaps frekuen (lebih dua kali dalam enam bulan atau lebih empat kali
dalam setahun) atau relaps tidak frekuen (kurang dari dua kali dalam enam
bulan). Kadang-kadang relaps pada sindrom nefrotik tetap terjadi walaupun terapi
dengan prednison dosis inisial diperpanjang. Pada kasus anak dengan sindrom
nefrotik yang mengalami relaps, prednison digunakan sampai penderita bebas
proteinuria selama tiga hari berturut-turut dalam seminggu (Hogg et al., 2000).
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan anjuran ISKDC (International Study on Kidney Disease in
Children) pengobatan inisial sindrom nefrotik dimulai dengan pemberian
prednison dosis penuh (full dose) 60 mg/m² LPB/hari atau 2mg/kgBB/hari
(maksimal 80mg/hari), dibagi 3 dosis, untuk menginduksi remisi. Dosis prednison
dihitung sesuai dengn berat badan ideal (berat badan terhadap tinggi badan).
Prednison dosis penuh inisial diberikan selama 4 minggu. Setelah pemberian
steroid 2 minggu pertama, remisi telah terjadi pada 80% kasus, dan remisi
mencapai 94% setelah pengobatan steroid 4 minggu. Bila terjadi remisi pada 4
minggu pertama,
maka pemberian pemberian steroid dilanjutkan dengan 4
minggu kedua dengan dosis 40 mg/m²LPB/hari (2/3 dosis awal) secara alternating
(selang sehari), 1 kali sehari setelah makan pagi. Bila setelah 4 minggu
pengobatan steroid dosis penuh, tidak terjadi remisi, pasien dinyatakan resisten
steroid (Alatas et al., 2005).
Penelitian oleh Soliday dkk (1999) pada anak dengan sindrom nefrotik sensitif
steroid, penelitian ini terutama memfokuskan masalah fungsional atau klinik dan
memerlukan penelitian lebih lanjut tentang masalah kualitas hidup dilihat dari segi
psikososial yaitu perilaku terutama pada pemberian steroid jangka panjang. Pada
penelitian yang dilakukan secara prospektif dengan melihat perilaku anak setelah
pemberian steroid dosis inisial dan dosis tinggi selama relaps didapatkan masalah
serius yang berkaitan dengan perilaku cemas, depresi, dan peningkatan
agresivitas. Penelitian pada anak dengan sindrom nefrotik resisten steroid tidak
dilakukan (Soliday et al., 1999).
Perkembangan data menunjukkan bahwa sindrom nefrotik sensitif steroid
tidak dapat lagi disebut penyakit yang jinak karena lebih dari 50 persen penderita
mengalami
kekambuhan
yang
berulang
sehingga
memerlukan
terapi
imunosupresif jangka panjang dan sering sampai pada masa dewasa mereka. Ini
adalah penelitian yang dilakukan hanya pada anak dengan sindrom nefrotik
sensitif steroid, sedang pada jenis respon terapi lain tidak dilakukan. Hasilnya
adalah baik gejala klinik dan efek terapi membawa pengaruh pada kondisi mental
maupun psikososial, yang mempengaruhi anak, orang tua, dan perawat anak
termasuk guru bila anak telah memasuki usia sekolah (Ruth et al., 2004).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
kejadian relaps pada pasien dengan sindrom nefrotik supaya sehingga kejadian
relaps ini dapat ditangani dengan tepat. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan karena rumah sakit ini
merupakan rumah sakit pusat rujukan seluruh lapisan masyarakat, kota Medan
khususnya dan Sumatera Utara umumnya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah berapa banyak kejadian relaps pada penderita sindrom nefrotik di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan pada tahun 2011 –
2012.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum:
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak
kejadian relaps pada penderita sindrom nefrotik tahun 2011-2012 di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan.
1.3.2. Tujuan khusus:
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jumlah kasus kejadian relaps pada anak yang menderita
sindrom nefrotik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP
HAM) Medan pada tahun 2011 - 2012.
2. Mengetahui gejala klinis yang sering terjadi pada anak yang menderita
sindrom nefrotik di saat pertama datang berobat di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan pada tahun 2011 - 2012.
3. Mengetahui gambaran laboratorium pada anak yang menderita sindrom
nefrotik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM)
Medan pada tahun 2011 - 2012.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1.4.1. Peneliti:
Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis
dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan
metode yang baik dan benar.
1.4.2. Pendidikan:
Diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa informasi mengenai
terjadinya relaps pada anak dengan sindrom nefrotik.
1.4.3. Masyarakat:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang terjadinya relaps pada anak dengan sindrom nefrotik maka
dapat diketahui pemberian obat yang mana dapat mempertahankan remisi.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Insiden sindrom nefrotik dilaporkan 2-7 anak / 100.000 / tahun, dengan
perbandingan laki-laki : perempuan adalah 2 : 1, sindrom nefrotik banyak terjadi
pada anak-anak usia 18 bulan sampai 6 tahun. Sembilan puluh persen anak
dengan sindrom nefrotik kelainan minimal akan respon terhadap pengobatan
dengan prednison yang ditandai dengan berkurangnya proteinuria (Constantinescu
et al., 2000).
Sampai saat ini penyakit SN merupakan penyakit ginjal pada anak yang
paling banyak terjadi. Insidens pada anak di bawah 16 tahun adalah 1-2 per
100.000 anak, tertinggi pada anak Asia dan Afrika-Amerika. Penelitian pada 251
anak berumur 3-15 tahun dengan SN mendapatkan 85% SN primer dan 15% SN
sekunder (Hodson et al., 2000).
Damanik (1992) menemukan 32,26% SN primer dari 6 jenis penyakit
ginjal pada anak di Bagian IKA-FK UGM/RSUP Dr. Sardjito di Yogyakarta.
Prednison masih merupakan obat utama dalam penatalaksanaan anak dengan
sindrom nefrotik. Ada beragam metode dan dosis pemberian kortikosteroid antara
lain standarisasi pemberian kortikosteroid yang dibuat oleh International Study of
Kidney Disease in Children (ISKDC) (Constantinescu et al., 2000).
Masalah dalam
penatalaksanaan anak dengan sindrom nefrotik adalah
kejadian relaps yang sering terjadi saat dosis steroid diturunkan pada fase
pemeliharaan remisi.
Risiko relaps sebesar
60-75% dengan
kemungkinan
menjadi relaps frekuen (lebih dua kali dalam enam bulan atau lebih empat kali
dalam setahun) atau relaps tidak frekuen (kurang dari dua kali dalam enam
bulan). Kadang-kadang relaps pada sindrom nefrotik tetap terjadi walaupun terapi
dengan prednison dosis inisial diperpanjang. Pada kasus anak dengan sindrom
nefrotik yang mengalami relaps, prednison digunakan sampai penderita bebas
proteinuria selama tiga hari berturut-turut dalam seminggu (Hogg et al., 2000).
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan anjuran ISKDC (International Study on Kidney Disease in
Children) pengobatan inisial sindrom nefrotik dimulai dengan pemberian
prednison dosis penuh (full dose) 60 mg/m² LPB/hari atau 2mg/kgBB/hari
(maksimal 80mg/hari), dibagi 3 dosis, untuk menginduksi remisi. Dosis prednison
dihitung sesuai dengn berat badan ideal (berat badan terhadap tinggi badan).
Prednison dosis penuh inisial diberikan selama 4 minggu. Setelah pemberian
steroid 2 minggu pertama, remisi telah terjadi pada 80% kasus, dan remisi
mencapai 94% setelah pengobatan steroid 4 minggu. Bila terjadi remisi pada 4
minggu pertama,
maka pemberian pemberian steroid dilanjutkan dengan 4
minggu kedua dengan dosis 40 mg/m²LPB/hari (2/3 dosis awal) secara alternating
(selang sehari), 1 kali sehari setelah makan pagi. Bila setelah 4 minggu
pengobatan steroid dosis penuh, tidak terjadi remisi, pasien dinyatakan resisten
steroid (Alatas et al., 2005).
Penelitian oleh Soliday dkk (1999) pada anak dengan sindrom nefrotik sensitif
steroid, penelitian ini terutama memfokuskan masalah fungsional atau klinik dan
memerlukan penelitian lebih lanjut tentang masalah kualitas hidup dilihat dari segi
psikososial yaitu perilaku terutama pada pemberian steroid jangka panjang. Pada
penelitian yang dilakukan secara prospektif dengan melihat perilaku anak setelah
pemberian steroid dosis inisial dan dosis tinggi selama relaps didapatkan masalah
serius yang berkaitan dengan perilaku cemas, depresi, dan peningkatan
agresivitas. Penelitian pada anak dengan sindrom nefrotik resisten steroid tidak
dilakukan (Soliday et al., 1999).
Perkembangan data menunjukkan bahwa sindrom nefrotik sensitif steroid
tidak dapat lagi disebut penyakit yang jinak karena lebih dari 50 persen penderita
mengalami
kekambuhan
yang
berulang
sehingga
memerlukan
terapi
imunosupresif jangka panjang dan sering sampai pada masa dewasa mereka. Ini
adalah penelitian yang dilakukan hanya pada anak dengan sindrom nefrotik
sensitif steroid, sedang pada jenis respon terapi lain tidak dilakukan. Hasilnya
adalah baik gejala klinik dan efek terapi membawa pengaruh pada kondisi mental
maupun psikososial, yang mempengaruhi anak, orang tua, dan perawat anak
termasuk guru bila anak telah memasuki usia sekolah (Ruth et al., 2004).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
kejadian relaps pada pasien dengan sindrom nefrotik supaya sehingga kejadian
relaps ini dapat ditangani dengan tepat. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan karena rumah sakit ini
merupakan rumah sakit pusat rujukan seluruh lapisan masyarakat, kota Medan
khususnya dan Sumatera Utara umumnya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah berapa banyak kejadian relaps pada penderita sindrom nefrotik di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan pada tahun 2011 –
2012.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum:
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak
kejadian relaps pada penderita sindrom nefrotik tahun 2011-2012 di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan.
1.3.2. Tujuan khusus:
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jumlah kasus kejadian relaps pada anak yang menderita
sindrom nefrotik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP
HAM) Medan pada tahun 2011 - 2012.
2. Mengetahui gejala klinis yang sering terjadi pada anak yang menderita
sindrom nefrotik di saat pertama datang berobat di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan pada tahun 2011 - 2012.
3. Mengetahui gambaran laboratorium pada anak yang menderita sindrom
nefrotik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM)
Medan pada tahun 2011 - 2012.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1.4.1. Peneliti:
Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis
dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan
metode yang baik dan benar.
1.4.2. Pendidikan:
Diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa informasi mengenai
terjadinya relaps pada anak dengan sindrom nefrotik.
1.4.3. Masyarakat:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang terjadinya relaps pada anak dengan sindrom nefrotik maka
dapat diketahui pemberian obat yang mana dapat mempertahankan remisi.
Universitas Sumatera Utara