Respons Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar(Ipomoea batatasL.) Terhadap Tinggi Bedengan dan Dosis Pupuk Kandang Ayam

5

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Steenis (1978), sistematika tanaman ubi jalar adalah sebagai
berikut

:

Kingdom

:

Plantae,

Divisio

:

Spermatophyta,


Sub-divisio : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Convolvulales ,
Famili : Convolvulaceae, Genus : Ipomoea, Spesies : Ipomoea batatas L.
Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar
lumbung atau umbi. Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat
untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk umbi.
Kedalaman tanah akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15% dari seluruh
akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang
tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih aktif (Sonhaji,
2007).
Ubi jalar memiliki batang lunak, berbentuk bulat, batang ubi jalar beruasruas dan panjang satu ruas antara 1-3 cm dan setiap ruas ditumbuhi daun, akar,
dan tunas atau cabang. Panjang batang utama beragam yaitu tergantung
varietasnya, dan umumnya berkisar antara 2-3 m untuk varietas ubi jalar
merambat (Juanda dan Cahyono, 2000). Daun ubi jalar bentuknya berbeda-beda
tergantung varietasnya. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang
(Suparman, 2007).
Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3-4 cm,
berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau
ungu, menyerupai warna bunga mekar pagi (morning glory). Bunga mekar pada


Universitas Sumatera Utara

6

pagi hari, dan menutup serta layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan
oleh serangga. Biji terdapat dalam kapsul, sebanyak 1-4 biji. Biji matang
berwarna hitam, bentuknya memipih, dan keras, danbiasanyamemerlukan
pengausan

(skarifikasi)

untuk

membantu

perkecambahan(Rubatzky

dan

Yamaguchi, 1998).

Buah pada ubi jalar berkotak tiga yang terbentuk setelah terjadi
penyerbukan. Satu bulan setelah terjadi penyerbukan buah ubi jalar sudah
masak, didalam buah terdapat biji yang sangat ringan. Biji buah memiliki

kulit

yang keras yang akan digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif
untuk menghasilkan varietas ubi jalar yang baru (Juanda dan Cahyono, 2000).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab.
Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu
21-27°C. Daerah yang mendapatkan sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan
daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usahatani ubi
jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu
tanam yang baik untuk ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedangkan pada
tanah sawah waktu yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen. Tanaman ubi
jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun,
optimalnya antara 750-1500 mm/tahun(Deputi Menegristek, 2008).
Ubi jalar sangat membutuhkan udara panas, lembab dan kandungan air

tinggi. Suhu yang dibutuhkan sekitar 24-27°C dengan lama penyinaran matahari
10-12 jam sehari. Meskipun demikian tanaman ubi jalar dapat tumbuh sepanjang

Universitas Sumatera Utara

7

tahun, asalkan berada di tempat lahan yang terbuka dan tidak tergenangi air
(Suparman, 2007).
Kelembaban berpengaruh terhadap laju transpirasi. Jika kelembaban udara
lingkungan di sekitar tumbuhan tinggi maka difusi air dalam ruang udara pada
tumbuhan akan berlangsung lambat. Sebaliknya, jika kelembaban di sekitar
tumbuhan rendah, difusi air dalam ruang udara pada tumbuhan berlangsung cepat
(Lakitan, 2007).
Tanah
Hampir semua jenis tanah petanian cocok untuk membudidayakan ubi
jalar. Janis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak
mengandung bahan organik aerasi serta drainasenya baik. Pananaman ubi jalar
pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang
hama penggerek (Cylas sp.). sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah

becek atau drainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi
jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol(Deputi
Menegristek, 2008).
Tanaman ini dapat diusahakan di berbagai tempat, baik dataran rendah
maupun dataran tinggi atau pegunungan, serta di segala macam tanah. Tetapi yang
paling cocok dan potensial, dengan hasil produksi yang bagus dan tinggi adalah di
tanah pasir berlempung yang gembur dan halus. Tanah dengan pH 5,6-6,6 lebih
disukai untuk pertumbuhannya (Koswara, 2013).
Ubi jalar menyukai tanah liat berpasir remah yang berdrainase baik,
dengan aerase yang memadai. Pemadatan tanah berpengaruh buruk terhadap
bentuk dan ukuran umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Universitas Sumatera Utara

8

Varietas Ubi Jalar
Peningkatan konsumsi ubi jalar juga dapat dilakukan melalui promosiubi
jalar sebagai pangan fungsional dan pangan sehat. Senyawa betakaroten pada ubi
jalar kuning atau orange dan antosianin pada ubijalar ungu yang bermanfaat bagi

kesehatan perlu ditonjolkan untuk menghapus citra ubi jalar yang dianggap
sebagai makanan inferior (Ginting et al., 2011).
Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah
jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27,
jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur,
prambanan, mendut, dan kalasan. Varietas yang digolongkan sebagai varietas
unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Berdaya hasil tinggi, di atas
30 ton/hektar, berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan, rasa ubi enak dan manis,
tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.) dan penyakit kudis oleh cendawan
Elsinoe sp., kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram, keadaan serat ubi relatif
rendah (Jayanto, 2009).
Keunggulan varietas Sari adalah berumur genjah (3,5 bulan) dan tahan
hama utama ubijalar, yaitu hama boleng (Cylas formicarius). Yang tidak kalah
penting tentu saja hasil umbinya yang tinggi. Ir. St. Rahayuningsih, M.S.,
pemulianya varietas Sari mengungkapkan bahwa terus bertambahnya luas tanam
varietas Sari disebabkan oleh permintaan industri yang juga meningkat sebagai
bahan baku pembuatan saos. Rasa umbi Var Sari enak dan manis, kurang berserat
dan warna umbi kuning muda sehingga proses pewarnaan saos lebih mudah.
Keunggulan-keunggulan itulah yang mendorong harga jual varietas Sari lebih
tinggi dibandingkan ubijalar varietas lain.


Universitas Sumatera Utara

9

Keberhasilan perakitan varietas unggul tersebut tidak terlepas dari
dukungan koleksi plasma nutfah ubi jalar. Varietas unggul Sari merupakan hasil
persilangan antara varietas lokal Blitar dan varietas lokal Banyuwangi, sedangkan
varietas unggul Kidal merupakan hasil persilangan bebas dari klon Inaswang
(Balitkabi, 2015).
Varietas unggul yang telah dilepaskan oleh Balai Penelitian Kacangkacangan dan Umbi-umbian Malang diantaranya adalah Varietas Sari yang
memiliki daya hasil 30 – 35 ton/ha dan sudah teruji di lapangan sebagai varietas
unggul di Sumatera Utara tetapi belum banyak ditanam oleh petani di daerah
tersebut. Varietas lain yang baru dikeluarkan oleh Balai Penelitian ini adalah
varietas Beta 2, yang juga merupakan varietas unggul karena sifat-sifat yang
dimilikinya tetapi masih perlu diuji daya hasilnya di Sumatera Utara sehingga
dapat menjadi salah satu varietas unggul yang direkomendasikan di daerah ini
(Wandana, 2012).
Produktivitas ubi jalar di Sumatera Utara pada Tahun 2007 rata-rata
sebesar 9,662 ton/ha dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 11,069 ton/ha

(BPS Sumut, 2009), tetapi ini masih lebih rendah dari potensi hasil yang didapat
di Jawa Barat (20 ton/ha), sedangkan ditingkat penelitian, bisa memberikan hasil
25 – 40 ton/ha (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1996).
Hal ini mengindikasikan masih besarnya peluang peningkatan produktivitas ubi
jalar di Sumatera Utara. Beberapa penyebab rendahnya hasil adalah belum
menyebarnya varietas unggul dan belum tepatnya teknologi budidaya seperti
pemupukan.
Tinggi Bedengan

Universitas Sumatera Utara

10

Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah
garis kontur atau memotong lereng. Tinggi tumpukan tanah sekitar 25 – 30 cm
dengan lebar dasar sekitar 30 – 40 cm. Jarak antara guludan tergantung pada
kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah, dan erosivitas hujan. Semakin curam
lereng, semakin pendek jarak guludan; semakin peka tanah terhadap erosi
semakin pendek jarak lereng; dan semakin tinggi erosivitas hujan, semakin
pendek jarak lereng.

Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka pertamatama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm. Kalau tanah yang
dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan jarak 1 meter.
Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring, maka pada musim
hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan miringnya tanah.
Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah (Setyawan, 2000)
Pembuatan bedengan pada lahan yang sempit untuk keperluan yang
permanen atau tahunan bersifat padat karya, awalnya lahan digali hingga kedalam
30-60 cm. Meskipun ini lebih produktif, namun kurang disukai petani yang belum
merasakan manfaatnya (Reijntjes et al 1999).
Pada tanah yang miring (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah
lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Pada
tanah pasir ukuran guludan adalah lebar bawah ± 40 cm, tinggi 25-30 cm, dan
jarak antar guludan 70-100 cm. Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan,
dan ukuran panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan (Setyawan, 2000)
Pengelolaan air meliputi irigasi (penambahan suplemen), drainase
(pembuangan kelebihan air, dengan pembuatan bedengan, guludan atau

Universitas Sumatera Utara

11


pemasangan pipa-pipa drainase di dalam tanah), konservasi(perlindungan sumber
sumber air).
Hal yang paling penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah
ukuran tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung
menyebabkan terbentuknya umbi berukuran panjang dan dalam sehingga
menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat
menyebabkan

terganggunya

pertumbuhan

atau

perkembangan

ubi,

dan


memudahkan seranggan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp (Setyawan, 2000).
Dosis Pupuk Kandang Ayam
Dosis pemupukan sangat tergantung pada kebutuhan dan tingkat
kesuburan tanah. Jenis pupuk yang perlu diberikan dan tingkat kebutuhan (dosis)
hara pupuk bagi lahan tersebut. Disesuaikan dengan jenis tanaman. Analisis tanah
dapat dilakukan di Laboratorium Analisis Tanah (Wijana, 2015).
Pupuk kandang adalah sumber beberapa hara seperti nitrogen, fosfor,
kalium, dan lainnya. Bagaimanapun, nitrogen adalah salah satu hara utama bagi
sebagian besar tanaman yang dapat diperoleh dari pukan. Kekurangan kalium
pada sebagian lokasi tertentu tidak dapat dikoreksi dengan takaran umum pukan.
Kebutuhan beberapa tanaman dapat diperoleh dengan aplikasi pukan lebih besar
25 ton/ha (Hartatik dan Widowati, 2010).
Pengunaan pupuk kandang ayam berfungsi untuk memperbaiki struktur
fisik dan biologi tanah, menaikan daya serap tanah terhadap air. Pemberian pupuk
kandang berpengaruh

dalam meningkatkan Al dan menurunkan pH, hal ini

disebabkan karena bahan organik dari pupuk kandang dapat menetralisir sumber
kemasaman tanah. Pupuk kandang juga akan menyumbangkan sejumlah hara

Universitas Sumatera Utara

12

kedalam tanah yang dapat berfungsi guna menunjang pertumbuhan dan
perkembangannya, seperti N, P, K (Wulandari, 2011).
Kualitas pukan sangat berpengaruh terhadap respon tanaman. Pupuk
kandang (pukan) ayam secara umum mempunyai kelebihan dalam kecepatan
penyediaan hara, komposisi hara seperti kadar N, P, K, dan Ca dibanding pukan
sapi dan kambing (Hartatik dan Widowati, 2010).
Bila dihitung dari bobot badannya, kotoran ayam lebih besar dari
kotoranternak lainnya, dimana setiap 1.000 kg/tahun bobot ayam hidup, dapat
menghasilkan 2.140 kg/tahun kotoran kering.

Sedangkan kotoran sapi

denganbobot badan yang sama menghasilkan kotoran kering hanya

1.890

kg/tahun.Demikian pula dilihat dari segi kandungan hara yang dihasilkan dimana
tiap tonkotoran ayam terdapat 65,8 kg N, 13,7 kg P dan 12,8 kg K. Sedangkan
kotoransapi dengan bobot kotoran yang sama mengandung 22 kg N, 2,6 kg P dan
13,7 kgK. Dengan demikian dapat dikatakan pemakaian pupuk kotoran unggas
akan jauh lebih baik dari pada kotoran ternak lainya (Wulandari, 2011).

Universitas Sumatera Utara