Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Prestasi Akademik pada Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa
negara karena pendidikan menentukan kemajuan proses pembangunan bangsa
dalam berbagai bidang (Hanifah & Syukriy, 2001). Pendidikan juga suatu
kebutuhan seumur hidup bagi manusia. Setiap manusia membutuhkan pendidikan
sampai kapan dan dimana pun ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan
sulit berkembang dan bahkan terbelakang.
Pendidikan

pada

hakikatnya

merupakan

usaha

sadar


untuk

mengembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara
meningkatkan dan mendukung kegiatan belajar mereka. Maka, belajar adalah
kunci yang paling penting dalam setiap proses berpendidikan, sehingga tanpa
belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Dalam prosesnya, belajar
hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan upaya pendidikan. Belajar juga memiliki peran penting dalam
mempertahankan kehidupan bangsa ditengah-tengah persaingan yang ketat di
antara bangsa-bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju karena belajar (Syah,
2006).
Mahasiswa dalam konteksnya adalah kelompok dari generasi muda yang
sedang belajar atau menuntut ilmu di Perguruan Tinggi (Perti), dengan jurusan
1

Universitas Sumatera Utara

atau program tertentu. Belajar adalah aktivitas mereka. Belajar ilmu pengetahuan,
belajar berorganisasi, belajar bermasyarakat dan belajar menjadi pemimpin.
Kelompok ini juga merepresentasikan sejumlah atribut diantaranya sebagai

kelompok inti pemuda, kelompok cendekia atau golongan intelekual, calon
pemimpin masa depan, manusia idealis dan kritis karena di pundak mahasiswa
sebagian besar nasib masa depan suatu bangsa dipertaruhkan (As’ari, 2007).
Aktivitas berorganisasi adalah hal yang wajar dilakukan oleh mahasiswa.
Maslow (2009) menyebutkan bahwa aktualisasi diri merupakan kebutuhan
manusia yang berada pada level tertinggi. Aktualisasi diri adalah keadaan dimana
individu puas dan mencapai kebahagiaan dari apa yang ia lakukan. Di dalam
organisasi, mahasiswa dapat beraktualisasi dalam rangka mengembangkan diri
secara non akademik, dimana hal ini memberikan kesempatan untuk mahasiswa
demi memenuhi kebutuhannya untuk bersosial. Bersatunya peran sebagai seorang
pelajar dan organisator dalam diri mahasiswa tentu menjadi sebuah tanggung
jawab yang besar agar kedua peran tersebut dapat berjalan dengan baik. Hal ini
menjadi sangat berbeda dibandingkan mahasiswa pada umumnya yang hanya aktif
secara akademik. Mahasiswa aktivis harus melibatkan pikiran, tenaga, materi, dan
waktu untuk kegiatan organisasi yang diikutinya. Oleh karena itu, ini akan
berpengaruh pada prestasi belajar mahasiswa aktivis.
Salah satu wadah untuk meningkatkan potensi mahasiswa di Perti adalah
dengan ketersediaannya Organisasi Intra. Hal ini didasarkan oleh keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 155/U/1998
2


Universitas Sumatera Utara

tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, pada
Pasal 3 (1) dijelaskan bahwa di setiap perguruan tinggi terdapat satu organisasi
kemahasiswaan intra perguruan tinggi yang menaungi semua aktivitas
kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswaan intra ini dibentuk pada tingkat
perguruan tinggi, fakultas, dan jurusan. Selanjutnya, pada pasal 5 dijelaskan
bahwa fungsi organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi sebagai sarana dan
wadah adalah untuk pengembangan potensi mahasiswa.
Program

yang

dicanangkan

Dirjen

Dikti


Depdiknas

(Direktorat

Kelembagaan, 2006) sesuai dengan tujuan bahwa setiap perguruan tinggi adalah
untuk mempersiapkan lulusan yang berkualitas. Universitas Sumatera Utara
melakukan program yang merupakan sarana untuk mendukung peningkatan
kualitas dan kreatifitas mahasiswa di bidang penalaran dan keilmuan, bakat, minat
dan kemampuan, kesejahteraan, kepedulian sosial dan kegiatan penunjang.
Melalui wadah-wadah yang dibentuk yang dikenal dengan Unit Kegiatan
Mahasiswa

(UKM),

Kemahasiswaan

Universitas

Sumatera


Utara

mengembangkan berbagai program yang dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan
kemahasiswaan baik dalam bentuk pembinaan, pengembangan kegiatan
kemahasiswaan maupun pelayanan kepada mahasiswa yang dapat diberikan
secara langsung seperti beasiswa, bantuan dana kegiatan, keperluan administrasi,
dan lainnya.
UKM mencakup bidang olahraga, keagamaan, keorganisasian dan seni,.
Saat ini, UKM yang aktif di USU adalah Suara USU (Kegiatan Pers/ Jurnalistik
3

Universitas Sumatera Utara

Mahasiswa), Kompas (Korp Pecinta Alam), Pramuka, Menwa (Resimen
Mahasiswa), PEMA (Pemerintahan Mahasiswa), yang mana termasuk dalam
UKM bidang keorganisasian; Fotografi, Teater "O", Paduan Suara, yang termasuk
dalam UKM bidang seni; Kendo, Tenis Lapangan, Futsal, Bulutangkis, Sepak
Bola, Bola Volly, Bola Basket, yang termasuk dalam UKM bidang olahraga; dan
KMK, UKMI Ad Dakwah yang termasuk dalam UKM bidang keagamaan (Biro
Kemahasiswaan & Kealumnian Universitas Sumatera Utara).

USU Society For Debating atau yang disingkat dengan USD adalah salah
satu unit kegiatan mahasiswa yang aktif di Universitas Sumatera Utara. Orientasi
utama dari kegiatan mahasiswa ini adalah debat bahasa Inggris. USD resmi
terbentuk pada tahun 2010, namun dalam perkembangannya baru saja memiliki
sekretariat dan kepengurusan organisasi dan program latihan. Tujuan utama dari
Unit Kegiatan Mahasiswa ini adalah sebagai bentuk organisasi yang dapat
mewadahi mahasiswa yang memiliki kemampuan dan minat dalam berdebat, serta
meraih prestasi di kancah lokal, regional, nasional, maupun internasional (Biro
Kemahasiswaan & Kealumnian Universitas Sumatera Utara).
Berdebat menjadi salah satu fokus utama dari USD, seperti yang disadur
dari DIKTI mengenai kegiatan debat bahasa Inggris, Lomba debat menggunakan
bahasa pengantar bahasa Inggris antarperguruan tinggi telah menjadi bagian
penting dalam kompetisi perguruan tinggi di dunia. Lomba debat ini menuntut
keterampilan berbahasa Inggris dan berargumentasi. Keterampilan berbahasa
Inggris yang baik akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi
4

Universitas Sumatera Utara

dengan masyarakat internasional. Sedangkan keterampilan atau kemahiran dalam

berargumentasi akan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk membuat
keputusan berdasarkan analisis yang logis dan faktual. Menyadari pentingnya
lomba debat bagi peningkatan kompetensi mahasiswa dan kualitas pendidikan
tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengembangkan kegiatan ini
melalui kegiatan National University Debating Championship (DIKTI, 2014)
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa secara internal organisasi, USD
mendapat tanggung jawab lebih. Tidak hanya lomba debat, namun berbagai
macam kepanitiaan juga ditempuh oleh beberapa anggota USD yang masih aktif.
Secara internal, USD harus selalu memenuhi tuntutan dari pihak Universitas
Sumatera Utara. Hal ini dikonfirmasi oleh ketua USD 2014
“Saya juga memang terkadang merasa kewalahan, seperti
anggota yang lainnya. Kami selalu mengurus beberapa acara dari
biro rektor, misalnya acara forum rektor Indonesia. Sebenarnya
bagus sih dipercaya, tapi kami juga harus mempersiapkan diri
untuk seleksi, belum lagi untuk pengurusan proposal lomba dan
mengadakan acara” (komunikasi personal)
Dengan informasi tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa bukan
hanya tuntutan dari internal saja yang menjadi tantangan bagi USD, namun juga
eksternal. Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada wakil rektor 3 Universitas
Sumatera Utara, unit kegiatan mahasiswa USD adalah salah satu UKM dengan

tanggung jawab besar dan dipercaya oleh pihak rektorat. Dibandingkan dengan
unit kegiatan mahasiswa lain, maka USD memiliki kesempatan untuk bertanding

5

Universitas Sumatera Utara

mewakili pihak Universitas Sumatera Utara, sehingga selama beberapa tahun,
USD memiliki beban moral yang lebih.
“Tanggung jawab UKM USD ini.. besar. Tapi mereka bisa
menyelesaikan tugasnya. Anak-anak USD ini mampu, dan mereka
sudah sampai tingkat nasional. Lihatlah bahasa Inggris mereka,
banyak mereka tahu. makanya mereka harus tularkan ke
mahasiswa lain.” (komunikasi personal)
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud telah melaksanakan
lomba National University Debating Championship sejak tahun 2008 silam.
Kegiatan ini telah menjadi ajang positif bagi para mahasiswa di Indonesia untuk
menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam berpikir kritis, berkomunikasi dalam
Bahasa Inggris, meningkatkan kepercayaan diri, mengembangkan jejaring antar
perguruan tinggi, dan membangun rasa kesatuan dan kebanggaan terhadap

kebhinekaan bangsa (DIKTI 2014)
“Iya.. bener bang, anak USD itu ada banyak, ada yang
udah senior ada yang masih baru. Ya.. mereka itu dari banyak
fakultas. Ada banyak suku juga.” (komunikasi personal)
“Nah.. jadi setiap beberapa bulan itu ya.. kami kan ada
kompetisi.. jadi harus ikut seleksi. Biasanya seleksinya internal,
nanti kalau udah dapat orang yang lolos seleksi, ya harus ngurus
biaya ke birek.” (komunikasi personal)
“aku dulu juga pernah sih ikut kompetisi, tingkat asia. Jadi
kalau debat itu memang ada dari tingkat loka, kayak MBPO nanti,
sampai tingkat internasional. Biasanya kami selalu diundang..
eee.. atau kadang kami yang apply sendiri.” (komunikasi personal)
Berdasarkan wawancara singkat tersebut, dalam USD pada hakikatnya,
terdapat keanekaragaman (Diversity) dan kompetisi. Setiap dari anggota pada
6

Universitas Sumatera Utara

dasarnya bersaing untuk lulus pada saat seleksi, dan dinamika kelompok pada
organisasi tersebut sangat tinggi mengingat berbagai macam karakter mahasiswa

dengan budayanya sendiri. Belum lagi dengan masalah pembagian atensi kepada
prestasi akademik, serta tuntutan dari pihak universitas untuk terus meraih
prestasi. Hasilnya ada beberapa anggota yang sign out dari organisasi, dan tingkat
keaktifan yang cenderung rendah. Maka fenomena ini menarik untuk diungkap
secara faktual.
Bila ada tekanan, baik dari pihak eksternal maupun dari internal pada
mahasiswa yang menjadi anggota organisasi tersebut, maka Adversity Quotient
adalah hal yang penting untuk ditinjau ulang. Adversity quotient menurut Stolz
(2000) adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan
bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
Pada dasarnya, IQ ataupun EQ tidak menentukan suksesnya seseorang,
walaupun keduanya berperan dalam membentuk kesuksesan. Stoltz (2000)
menyatakan bahwa ada satu faktor lagi yang memiliki pengaruh luar biasa
terhadap keberhasilan seseorang, yaitu kecerdasan mengatasi masalah atau
adversity quotient (AQ). AQ seseorang dapat ditingkatkan, misalnya seorang siswa
yang memiliki AQ rendah dapat ditingkatkan menjadi seseorang mahasiswa yang
memiliki AQ tinggi. Seseorang yang memiliki AQ tinggi tidak mudah menyerah
dalam menghadapi tantangan. Mereka adalah pemikir yang selalu memikirkan
berbagai kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah membiarkan ada sesuatu


7

Universitas Sumatera Utara

yang menghalangi cita-citanya. mahasiswa yang memiliki AQ tidak pernah putus
harapan dalam menempuh pendidikan.
.Seseorang dengan AQ tinggi, akan tidak mudah menyalahkan pihak lain
atas persoalan yang dihadapinya melainkan bertanggung jawab untuk mengatasi
masalah. Mereka tidak sering mengeluh dan tidak berputus asa walau dalam
kondisi seburuk apapun. Justru sebaliknya, dengan segala keterbatasannya,
mereka mampu berpikir, bertindak dan menyiasati diri untuk maju terus.
Sebaliknya, rendahnya AQ seseorang adalah tumpulnya daya tahan hidup.
Mengeluh sepanjang hari ketika menghadapi persoalan dan sulit untuk melihat
hikmah di balik semua permasalahan.
Stoltz (2000) mengandaikan hidup ini seperti sebuah pendakian puncak
gunung. Ketika seseorang mencapai puncak gunung artinya ia telah berhasil
mengatasi kesulitan. Istilah ”mendaki gunung” dalam situasi organisasi di
universitas dapat berarti: lulus seleksi lomba debat, memperoleh nilai akademik
yang baik, menjadi juara pada suatu perlombaan, menjadi ketua dalam
organisasi, memperoleh beasiswa, dan sebagainya.
Adversity quotient berakar pada bagaimana seseorang merasakan dan
menghubungkan dengan tantangan-tantangan dalam hidup. Situasi sulit dan
tantangan dalam hidup dapat diatasi dengan adversity quotient yang baik. Karena
jika seseorang memiliki adversity quotient yang tinggi akan menjadikan
seseorang memiliki kegigihan dalam hidup dan tidak mudah menyerah.
Seseorang yang memiliki adversity quotient yang tinggi ia akan meniliki
8

Universitas Sumatera Utara

kekebalan atas ketidakmapuandirinya menghadapai masalah dan tidak akan
mudah terjebak dalam kondisi keputusasaan. Namun sebaliknya, jika seseorang
memiliki adversity quotient yang rendah maka seseorang akan mudah rapuh dan
menyerah pada keadaan. Dalam hal ini, tantangan yang dihadapi adalah memilih
waktu untuk aktif organisasi dan akademis, bersaing untuk lolos ke kompetisi,
menjalani program latihan dan menghadapi tuntutan dari universitas untuk terus
meraih prestasi yang kemudian dihiasi dengan dinamika dan latar belakang tiaptiap mahasiswa yang berbeda (Stoltz, 2000)
Selain memiliki ketangguhan dalam menghadapi tantangan organisasi,
mahasiswa hendaklah mengingat tujuan utama dalam menimba ilmu. Menurut
Naam (2009) kualitas mahasiswa dapat dilihat dari prestasi akademik yang
diperolehnya. Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan
tingkah laku ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu
yang tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar,
sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang diperoleh siswa (Sobur, 2006).
Prestasi akademik pula yang menjadi tolak ukur dari tingkat pemahaman siswa
terhadap materi tertentu yang telah diberikan setelah siswa mengalami proses
belajar pada jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk nilai (Naam,
2009).
Prestasi akademik merupakan hasil pengukuran terhadap peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran dalam periode tertentu yang dapat diukur
menggunakan instrumen yang relevan. Berdasarkan hal tersebut, maka prstasi
9

Universitas Sumatera Utara

akademik adalah hasil penilaian dari kegiatan belajar yang telah dilakukan dan
merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh dosen untuk melihat
sampai di mana kemampuan mahasiswa yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah

dicapai. Prestasi Belajar mahasiswa dapat dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) yang diperoleh mahasiswa. Namun untuk mendapatkan Prestasi Belajar
yang baik bukanlah hal yang mudah, tetapi membutuhkan usaha yang optimal.
Menurut

Ahmadi (2004), prestasi belajar sangat penting bagi setiap

mahasiswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa
yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari
luar diri (eksternal). Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
siswa, meliputi faktor jasmaniah, psikologi, dan faktor kematangan fisik maupun
psikis. Faktor jasmaniah antara lain panca indera yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan
tingkah laku. Sedangkan faktor psikologi antara lain kecerdasan, bakat, sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, dan motivasi. Faktor eksternal yang berasal dari
luar diri siswa berupa faktor sosial, budaya, lingkungan fisik, dan lingkungan
spiritual keagamaan. Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Faktor budaya meliputi adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
Fasilitas belajar meliputi ruang belajar, meja, kursi penerangan, alat tulis, dan

10

Universitas Sumatera Utara

buku-buku pelajaran. Faktor tersebut saling berinteraksi baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar.
“Kalau IPK tergantung sih.. gimana ya.. udah pasti susah
ngatur waktunya. Banyak juga kok itu senior USD yang lama
skripsinya. Aku juga kurang tahu bang gimana IPK anak USD,
tapi mereka suka ngeluh masalah tugas, masalah IP, kayak
misalnya yang dari fakultas teknik, kan mereka harus masuk lab
tiap sore kadang-kadang” (komunikasi personal)
Prestasi akademik dari anggota USD menjadi hal yang ditinjau. Menurut
Stolz (2000) ada 3 tingkatan kesulitan yaitu kesulitan pada individu, sekolah dan
prestasi, yang mana pada akhirnya setiap pelajar akan menghadapi permasalahan
dalam hal akademis (social consequences) bila pelajar tersebut tidak membenahi
dirinya ketika menghadapi tantangan. Untuk mencapai prestasi akademik yang
baik maka anggota USD harus menyelesaikan masalah dalam dirinya dahulu,
yaitu dengan mengontrol diri dan bertahan ketika menghadapi tantangan (control
& endurance). Anggota yang memiliki adviersity quotient yang tinggi dalam
organisasi menjadi terlatih untuk menghadapi tuntutan akademik. Ketika anggota
USD memiliki adversity quotient yang baik, maka mereka akan lebih mampu
dalam menghadapi kesulitan dalam konteks akademis dan mengembangkan pola
pikirnya sendiri guna penyelesaian tugas secara efektif. Keberhasilan mahasiswa
dalam bidang akademik ditandai dengan prestasi akademik yang dicapai,
ditunjukkan melalui indeks prestasi (IP) maupun indeks prestasi kumulatif (IPK).
Dalam perkuliahan mahasiswa dituntut untuk berkompetisi dalam memperoleh
prestasi akademik, yang dalam ini sebagai tolak ukurnya adalah indeks prestasi.
11

Universitas Sumatera Utara

Semakin baik penguasaan akademik mahasiswa maka prestasi yang diperoleh
pun akan baik pula.
Prestasi dapat dicapai tidak hanya sekedar pintar, yang memiliki
Intelligence Quotient dan Emotional Quotient saja, melainkan harus mampu
mengatasi/memiliki ketangguhan mental dalam menghadapi kesulitan (AQ). AQ
(Adversity Quotient) ini dikemukakan oleh Stoltz (2000). Dalam hal ini, anggota
USD cenderung harus tetap bertahan dalam menghadapi latihan dan tetap
melakukan tugas akademisnya sebagai mahasiswa.
Penelitian yang dilakukan Wicaksono (2011) terhadap mahasiswa Fakultas
Teknik Universitas Negeri Malang, membuktikan bahwa prestasi akademik
mahasiswa yang aktif dalam organisasi cenderung lebih tinggi dibandingkan
mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi. Smith dan Griffin (dalam
Montelongo, 2002) mengemukakan bahwa partisipasi mahasiswa dalam
organisasi kampus dapat meningkatkan pencapaian akademik mahasiswa tersebut.
Sejalan dengan pendapat Cooper, dkk, dimana mahasiswa yang berpartisipasi
dalam organisasi kemahasiswaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan
akademiknya (dalam Montelongo, 2002).
Kecerdasan emosi dengan AQ mengalami hubungan yang signifikan. Jika
mahasiswa memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka semakin baiklah prestasi
belajarnya dan begitu juga sebaliknya (Frenty, 2010). Begitu juga dengan AQ,
terjadi nilai yang positif dan signifikan dengan tingkat korelasi sedang antara AQ
dengan prestasi belajar. Dimana semakin tinggi tingkat kecerdasan AQ maka
12

Universitas Sumatera Utara

semakin tinggi pula tingkat prestasi yang dimilikinya dan demikian sebaliknya
(Setyaningtyas, 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas, penting adanya untuk melihat
hubungan antara Adversity Quotient dengan prestasi akademik pada anggota Unit
Kegiatan Mahasiswa USU Society For Debating

B. PERTANYAAN PENELITIAN
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu:
Adakah hubungan antara Adversity Quotient dengan prestasi akademik pada
anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
Adversity Quotient dengan prestasi akademik pada anggota Unit Kegiatan
Mahasiswa USU Society For Debating
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis.

13

Universitas Sumatera Utara

1. Manfaat teoritis
Dapat memberi sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu
psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan tentang Adversity Quotient pada
anggota organisasi
2. Manfaat praktis
a.

Kepada anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating,
diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan suatu gambaran
tentang adversity quotient yang mereka miliki.

b.

Kepada instansi pemerintah dan Universitas Sumatera Utara, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran anggota USU
Society for Debating dalam menghadapi tantangan dalam proses
belajar, seleksi dan dinamika kelompok sehingga nantinya mereka
dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghadapi
tantangan tersebut.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori

14

Universitas Sumatera Utara

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan
masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan
dengan adversity quotient.
Bab III : Metode Penelitian
Pada bab ini dijelaskan mengenai rumusan pertanyaan penelitian,
identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian,
subjek penelitian, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan,
uji coba alat ukur dan reliabilitas, prosedur pelaksanaan, serta metode
analisis data
Bab IV: Analisis data dan pembahasan
Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana gambaran serta hubungan antara 2
variabel dengan menggunakan analisis statistik. Pada bab ini juga akan
dibahas mengenai interpretasi data dan diuraikan dalam pembahasan
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dari peneliti
berdasarkan hasil penelitian dan saran bagi pihak lain berdasarka hasil
yang diperoleh.

15

Universitas Sumatera Utara