Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Prestasi Akademik pada Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating
LAMPIRAN A
UJI NORMALITAS, LINEARITAS DAN DAYA BEDA
ITEM
(2)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0 Excludeda 0 .0 Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items .717 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted ITEM1 50.77 55.835 .218 .711 ITEM2 50.95 55.967 .188 .714 ITEM3 51.14 55.071 .322 .703 ITEM4 50.97 53.767 .389 .697 ITEM5 50.80 54.949 .303 .704 ITEM6 51.05 55.583 .214 .712 ITEM7 50.76 55.780 .205 .713 ITEM8 50.94 52.320 .406 .694 ITEM9 51.31 54.802 .275 .707
(3)
ITEM14 51.49 53.889 .310 .703 ITEM15 51.41 54.022 .361 .699 ITEM16 51.16 53.105 .415 .694 ITEM17 51.52 52.212 .310 .704 ITEM18 51.22 52.901 .366 .698 ITEM19 51.20 53.232 .373 .698 ITEM20 51.48 52.737 .322 .702
Pengolahan 1
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0 Excludeda 0 .0 Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items .713 12
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
(4)
ITEM8 28.43 30.571 .276 .705 ITEM9 28.80 30.788 .297 .701 ITEM14 28.98 30.202 .320 .698 ITEM15 28.90 30.071 .403 .687 ITEM16 28.65 29.987 .392 .688 ITEM17 29.01 27.808 .399 .687 ITEM18 28.71 28.370 .480 .674 ITEM19 28.69 29.691 .388 .688 ITEM20 28.97 28.494 .398 .686
Pearson product moment table, significancy of 100 sample = r: 0,164
Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation .33354856 Most Extreme Differences Absolute .134
Positive .089
Negative -.134
Kolmogorov-Smirnov Z .848
Asymp. Sig. (2-tailed) .469 a. Test distribution is Normal.
(5)
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total N Percent N Percent N Percent IPK * AQ 40 83.3% 8 16.7% 48 100.0%
Report
IPK
AQ Mean N Std. Deviation
24 2.4800 1 .
25 2.8567 3 .28449 26 2.9800 2 .16971 27 3.2200 2 .01414 28 2.9900 3 .35384 29 3.1000 3 .32512 30 3.3600 2 .22627 31 3.2900 2 .08485 32 3.5300 3 .06083 33 3.2825 4 .21701 34 3.4725 4 .44425 35 3.4650 2 .68589 36 3.0800 4 .38166 37 3.1775 4 .43300
38 3.4700 1 .
(6)
Uji linearitas
ANOVA Table
Sum of Squares Df Mean Square F Sig. IPK *
AQ
Between Groups (Combined) 2.123 14 .152 1.298 .276 Linearity .706 1 .706 6.041 .021 Deviation from Linearity 1.417 13 .109 .933 .536
Within Groups 2.922 25 .117
Total 5.045 39
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared IPK * AQ .374 .140 .649 .421
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AQ 40 24 38 31.55 4.076
Valid N (listwise) 40
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N AQ 31.55 4.076 40 IPK 3.2015 .35966 40
(7)
Hasil penelitian - Korelasi
Correlations
AQ IPK AQ Pearson Correlation 1 .374*
Sig. (2-tailed) .017
N 40 40
IPK Pearson Correlation .374* 1 Sig. (2-tailed) .017
N 40 40
(8)
LAMPIRAN B
SKALA PENELITIAN
(9)
No :
SKALA PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
(10)
KATA PENGANTAR
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk lulus skripsi Fakultas
Psikologi USU, saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan saya
peroleh dengan adanya kerjasama dari anda dalam mengisi skala ini.
Skala ini terdiri dari 12 pernyataan yang menggambarkan diri
anda. Dalam mengisi skala ini
tidak ada jawaban benar atau salah.
Yang saya harapkan dan perlukan adalah jawaban yang paling
mendekati pendapat atau keadaan anda yang sesungguhnya. Karena itu,
saya mohon anda bersedia memberikan jawaban yang
sejujur-jujurnya
tanpa mendiskusikan dengan orang lain.
Semua jawaban akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian
ini saja.
Cara menjawab pernyataan-pernyataan tersebut akan dijelaskan
dalam petunjuk pengisian. Oleh karena itu, perhatikan terlebih dahulu
petunjuk pengisian sebelum Anda mulai mengerjakan. Bacalah setiap
pernyataan yang terlewati atau belum terisi.
Bantuan anda dalam menjawab pernyataan pada skala ini
merupakan bantuan yang sangat besar artinya bagi saya. Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Peneliti
Afif Handri Nabawi
121301010
(11)
IDENTITAS DIRI
Nama / inisial
:
L/W*
Fakultas/NIM
:
Usia
:
Unit Kegiatan Mahasiwa:
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini ada sejumlah pernyataan. Baca dan pahami
baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah
satu pilihan yang tersedia di sebelah kanan pernyataan
berdasarkan keadaan diri Anda yang sesungguhnya. Pilihan
yang tersedia yaitu :
Sangat Sesuai
: SS
Sesuai
: S
Netral/ragu-ragu
: N
Tidak Sesuai
: TS
(12)
*
lingkari jawaban yang sesuai
Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan yang paling
sesuai untuk menggambarkan keadaan diri anda.
Contoh :
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS STS
1
Saya belajar setiap malam
SS
S
N
TS STS
Jika anda ingin mengganti jawaban anda, berikan tanda = pada
jawaban yang salah dan berikan tanda silang pada kolom
jawaban yang anda anggap paling sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban:
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS STS
1
Saya belajar setiap malam
SS
S
N
TS STS
(13)
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS
STS
1
Saya mampu bertahan
dalam situasi yang sulit
SS
S
N
TS STS
2
Saya akan selalu mencari
penyebab permasalahan
dalam belajar
SS
S
N
TS STS
3
Kegagalan saya dalam
kompetisi akan membuat
saya berlatih lagi
SS
S
N
TS STS
4
Saya tidak dapat merubah
situasi ketika ada masalah
SS
S
N
TS STS
5
Saya langsung
memperbaiki kesalahan
ketika saya ditegur
SS
S
N
TS STS
6
Meskipun saya lelah, saya
akan tetap belajar
SS
S
N
TS STS
7
Saya akan tetap belajar
walaupun saya punya
banyak masalah
SS
S
N
TS STS
8
Saya tidak ingin curang
ketika ujian
SS
S
N
TS STS
9
Ketika sedang belajar, saya
memikirkan masalah lain
(14)
Membagi waktu bukanlah
hal sulit bagi saya
SS
S
N
TS STS
11
Ketika nilai saya buruk,
saya akan menyalahkan
dosen
SS
S
N
TS STS
12
Saya tidak suka bersaing
dalam proses perkuliahan
SS
S
N
TS STS
Mohon periksa kembali jawaban Anda, pastikan tidak ada pernyataan
yang belum diisi.
Terima Kasih Banyak
Sukses untuk kita semua
(15)
Skala TRY OUT
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS
STS
1
Saya merubah cara
berpikir ketika saya salah
SS
S
N
TS STS
2
Saya tidak peduli dengan
permasalahan organisasi
SS
S
N
TS STS
3
Saya mampu bertahan
dalam situasi yang sulit
SS
S
N
TS STS
4
Saya akan selalu mencari
penyebab permasalahan
dalam belajar
SS
S
N
TS STS
5
Kegagalan saya dalam
kompetisi akan membuat
saya berlatih lagi
SS
S
N
TS STS
6
Saya akan mencari solusi
ketika saya berselisih
dengan anggota lain
SS
S
N
TS STS
7
Saya akan evaluasi diri
ketika saya mendapatkan
IP rendah
SS
S
N
TS STS
8
Saya langsung
memperbaiki kesalahan
(16)
Saya tidak dapat merubah
situasi ketika ada masalah
SS
S
N
TS STS
10
Saya tidak akan berpikir
panjang dalam menghadapi
masalah
SS
S
N
TS STS
11
Saya mampu menghadapi
segala resiko yang menimpa
saya
SS
S
N
TS STS
12
Saya berusaha untuk
mengejar IP diatas 3.00
SS
S
N
TS STS
13
Saya tetap tenang ketika
menerima kritik dari orang
lain
SS
S
N
TS STS
14
Meskipun saya lelah, saya
akan tetap belajar
SS
S
N
TS STS
15
Saya akan tetap belajar
walaupun saya punya
banyak masalah
SS
S
N
TS STS
16
Saya tidak ingin curang
ketika ujian
SS
S
N
TS STS
17
Ketika sedang belajar, saya
memikirkan masalah lain
SS
S
N
TS STS
18
Membagi waktu bukanlah
hal sulit bagi saya
(17)
Ketika nilai saya buruk,
saya akan menyalahkan
dosen
SS
S
N
TS STS
20
Saya tidak suka bersaing
dalam proses perkuliahan
(18)
LAMPIRAN C
(19)
Responden 1 35 2,98 Perempuan 19
Responden 2 31 3,23 Perempuan 20
Responden 3 28 2,61 Perempuan 19
Responden 4 25 2,53 Perempuan 19
Responden 5 33 3,28 Perempuan 20
Responden 6 28 3,05 Perempuan 19
Responden 7 36 2,51 Perempuan 20
Responden 8 27 3,23 Perempuan 20
Responden 9 38 3,47 Perempuan 20
Responden 10 25 2,99 Perempuan 19
Responden 11 30 3,52 Perempuan 20
Responden 12 32 3,50 Perempuan 18
Responden 13 29 3,23 Perempuan 21
Responden 14 24 2,48 Perempuan 20
Responden 15 35 3,95 Laki-laki 20
Responden 16 36 3,32 Perempuan 21
Responden 17 30 3,20 Perempuan 20
Responden 18 28 3,31 Laki-laki 21
Responden 19 34 3,67 Perempuan 19
Responden 20 32 3,60 Perempuan 21
Responden 21 37 2,80 Perempuan 18
Responden 22 34 3,76 Perempuan 19
Responden 23 36 3,25 Perempuan 20
Responden 24 34 3,65 Perempuan 21
Responden 25 31 3,35 Perempuan 20
Responden 26 33 3,56 Perempuan 20
Responden 27 25 3,05 Perempuan 20
Responden 28 33 3,26 Perempuan 20
Responden 29 36 3,24 Perempuan 20
Responden 30 29 3,34 Perempuan 21
Responden 31 37 3,65 Laki-laki 20
Responden 32 37 3,44 Laki-laki 21
Responden 33 26 3,10 Perempuan 20
Responden 34 33 3,03 Perempuan 20
Responden 35 27 3,21 Laki-laki 19
Responden 36 26 2,86 Laki-laki 26
Responden 37 32 3,49 Laki-laki 20
(20)
LAMPIRAN D
DATA MENTAH
(21)
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 Sum
S1 3 3 2 3 3 3 2 4 3 4 3 2 35
S2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 2 3 31
S3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 1 3 2 28
S4 3 2 1 2 2 3 3 3 1 4 0 1 25
S5 3 3 2 3 3 4 1 3 3 4 2 2 33
S6 3 4 2 1 1 1 2 4 3 3 3 1 28
S7 4 4 3 2 3 2 2 4 2 4 4 2 36
S8 3 2 3 2 3 3 4 2 1 1 2 1 27
S9 3 3 2 4 4 4 4 2 3 2 4 3 38
S10 3 2 2 1 3 3 3 3 1 1 3 0 25
S11 3 3 4 2 2 1 2 2 3 2 4 2 30
S12 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 32
S13 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 3 29
S14 3 3 3 3 3 0 1 3 1 1 2 1 24
S15 3 4 3 1 4 4 4 4 3 1 1 3 35
S16 3 3 4 3 4 3 2 4 2 3 2 3 36
S17 3 3 3 3 3 2 1 2 3 3 2 2 30
S18 4 3 4 3 2 2 1 3 1 0 4 1 28
S19 3 3 4 3 4 3 3 3 0 3 3 2 34
S20 3 3 3 2 3 4 2 2 1 2 4 3 32
S21 4 3 4 2 3 3 4 3 1 3 3 4 37
S22 3 3 3 2 4 3 4 2 4 2 2 2 34
S23 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 4 36
S24 3 3 3 3 3 4 3 1 2 3 3 3 34
S25 3 2 4 3 3 2 1 4 2 3 2 2 31
S26 4 3 2 4 3 2 3 1 3 3 2 3 33
S27 3 3 3 2 4 1 1 4 0 2 2 0 25
S28 4 2 2 3 4 3 3 2 3 3 2 2 33
S29 3 4 4 3 3 2 3 3 2 2 3 4 36
S30 3 3 3 2 4 2 1 2 2 1 2 4 29
S31 3 4 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 37
S32 4 4 4 3 3 3 3 1 0 4 4 4 37
S33 3 2 2 4 3 2 0 2 1 2 2 3 26
S34 3 3 2 4 4 2 2 4 2 2 3 2 33
S35 3 2 4 2 3 1 2 1 2 3 2 2 27
S36 3 2 2 3 3 1 3 3 3 2 1 0 26
S37 2 4 3 1 4 1 1 1 4 3 4 4 32
S38 3 2 3 3 3 2 0 3 2 2 3 3 29
S39 4 3 4 3 4 4 4 2 2 3 3 1 37
(22)
Daftar Pustaka
Ahmadi, A. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Alfiyah, N. 2012. Hubungan Adversity Quotient Dengan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel. Yogyakarta: Jurusan Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
As’ari, D.K. 2007. Mengenal Mahasiswa dan Seputar Organisasinya. [on-line]. Diakses tanggal 1 Mei 2015
Barlianto, E.S. 2006. Kecerdasan Mengatasi Masalah Juga Perlu. http://www.tabloid-nakita.com, Diakses Tanggal 1 Mei 2015
Biro Kemahasiswaan & Kealumnian Universitas Sumatera Utara. 2010. Refleksi Kegiatan Biro Kemahasiswaan & Kealumnian (BKK) Universitas Sumatera Utara. Biro Kemahasiswaan & Kealumnian Universitas Sumatera Utara. 2010. Peraturan akademik Program Sarjana Universitas Sumatera Utara
Dani, Ronnie M. 2006.The Power of Emotional & Adversity Quotient for Teachers.
Jakarta: Hikmah.
Direktorat Kelembagaan. 2006. POLBANGMAWA (Pola Pengembangan Kemahasiswaan). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional – Republik Indonesia.
Djamarah, dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Frenty, N. 2010. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa D-IV Kebidanan FK UNS. Surakarta: Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Hanifah, Syukriy Abdullah 2001, Pengaruh Perilaku Belajajar Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Akuntansi, Media Riset Akuntansi, Auditing dan informasi,Volume 1, No 3, 63-68
Hasanah, H. 2010. Hubungan Antara Adversity Quotient Dengan Prestasi Belajar Siswa SMUN 102 Jakarta Timur. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam
(23)
Marindra, E. L. 2009. Hubungan adversity quotient dengan kecemasan menghadapi ujian nasional. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.
Naam, Sahputra. 2009. Hubungan konsep diri dengan prestasi akademik mahasiswa S1 keperawatan semester III kelas ekstensi PSIK FK USU medan (Skripsi). Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran. Diunduh tanggal 1 Mei 2015, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/14291/1/09E00579
Ngalim Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung:Rosda Karya
Nashori.2007. Pelatihan Adversity Intellegence untuk Meningkatkan Kebermaknaan Hidup Remaja Panti Asuhan. Jurnal Psikologi No.23 Thn XII Januari 2007
Santrock, J. W. 2001. Educational psychology. Boston: McGraw-Hill.
Setyaningtyas, E. 2011. Hubungan Adversity Quotient (AQ) Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Kebidanan Universitas Sebelas maret. Surakarta: D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sobur, Alex. (2006). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Stolz, P. G. 2000. Adversity quotient: Mengubah hambatan menjadi peluang. Grasindo: Jakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Syah, M. 2006. Psikologi belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Waidi, 2006. Mengapa Banyak Mahasiswa UT yang Drop Out. http://www.suara merdeka. Com
Wicaksono, Brilian Tri. 2013. Perbedaan Adversity Quotient antara Mahasiswa Pecinta Alam dengan Mahasiswa yang Tidak Mengikuti Organisasi di Universitas Negeri Malang. Skripsi, Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang
(24)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah elemen penting dalam penelitian, sebab metode penelitian membatasi penelitian dengan garis-garis yang sangat cermat untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dari penelitian dapat memiliki keilmiahan yang tinggi (Hadi, 2000). metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil penelitian. Pembahasan dalam metode penelitian meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel penelitian, metode pengambilan data, uji validitas, daya beda aitem, dan reliabilitas alat ukur, prosedur penelitian, dan metode analisa data.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara
Adversity Quotient dengan prestasi akademik anggota unit kegiatan mahasiswa USU Society for Debating
A. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel adalah suatu konsep tentang atribut ataupun sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang beraneka ragam secara kuantitatif maupun kualitatif
(25)
(Azwar, 2000). Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel bebas : Adversity Quotient
2. Variabel tergantung : Prestasi akademik.
B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Adversity Quotient: Adversity Quotient adalah kemampuan individu anggota USD untuk menghadapi tekanan serta memecahkan masalah dalam organisasi dan lingkungan akademis
Adversity Quotient akan diukur dengan menggunakan skala Adversity Quotient dari Stoltz (2000) untuk meninjau apakah individu memiliki tingkat Adversity Quotient yang tinggi atau rendah. Skala ini berdasarkan 4 dimensi adversity quotient yaitu:
a. Control (c) : kemampuan anggota USD dalam mengontrol diri dan memiliki kemampuan untuk merubah situasi sulit
b. Origin and ownership (o2) : memiliki kesadaran atas masalah yang dihadapi dan mencari sebabnya
c. Reach (r) : membatasi jangkauan permasalagan dan berpikir ke depan dalam mengambil keputusan
d. Endurance (e) : ketahanan diri dalam menghadapi dan memprediksi masalah
(26)
2. Prestasi Akademik: nilai hasil belajar dari mahasiswa yang dapat dilihat dari Indeks prestasi kumulatif Anggota USD pada periode aktif kuliah sampai akhir tahun 2015
C. POPULASI
Populasi adalah keseluruhan individu yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating. Penelitian ini menggunakan penelitian populasi yang mana semua anggota dari populasi akan menjadi subjek penelitian yaitu sebanyak 40 orang.
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode atau teknik pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti (Azwar, 2000). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk item.
Skala yang digunakan pada penelitian adalah skala Likert. Skala ini merupakan model skala pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon
(27)
sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2005). Prosedur skala dengan metode Likert didasari oleh dua asumsi yaitu :
1. Setiap pernyataan sikap yang disepakati sebagai pernyataan yang
favorable (mendukung) atau yang unfavorable (tidak mendukung).
2. Jawaban dari individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.
Adapun skala yang akan digunakan yaitu skala Adversity Quotient. Skala ini digunakan untuk mengungkap tingkat Adversity Quotient dari subjek penelitian. Dalam melakukan penyusunan skala, peneliti menggunakan dimensi
adversity quotient menurut Stolz (2000) meliputi control, origin & ownership, reach dan endurance.
Setiap aspek-aspek di atas akan diuraikan ke dalam sejumlah pernyataan mendukung dan tidak mendukung, dimana subjek diberikan lima alternative pilihan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk aitem yang mendukung, pilihan SS = 4, pilihan S = 3, pilihan N = 2, pilihan TS = 1, dan pilihan STS = 0. Sedangkan untuk aitem yang tidak mendukung pilihan SS = 0, pilihan S = 1, pilihan N = 2, pilihan TS = 3, dan pilihan STS = 4. Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka semakin tinggi level adversity quotient dari subjek.
Tabel blueprint skala dan aitem adversity quotient seperti di bawah ini dikembangkan oleh Stolz (2000) dan telah diadaptasi sesuai konteks. Aitem-aitem
(28)
dalam skala adversity quotient merupakan pernyataan yang terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Tabel 2. Jumlah Item Skala Adversity Quotient
No. Dimensi Indikator Fav Unfav
Jumlah
item
bobot
1. Control a. Mengendalikan diri ketika ada masalah
b. Mencari solusi dan berpikir jangka panjang
4 1 5 25%
2. Origin and Ownership
a. Membagi waktu dengan baik b. Peduli dengan masalah yang
ada
3 2 5 25%
3. Reach a. Tidak berhenti berlatih ketika menemui kegagalan
b. Mengevaluasi diri dalam setiap permasalahan
3 2 5 25%
4. Endurance a. Bertahan dalam situasi yang sulit
b. Tetap berlatih walaupun menghadapi masalah
4 1 5 25%
(29)
Tabel 3. Blueprint Skala Adversity Quotient (sebelum uji coba)
No Dimensi Favorable Unfavorable
1 Control 1, 8, 16, 11 9
2. Origin and ownership 4, 7, 18, 2, 19
3. Reach 13,15,5 10, 17
4. Endurance 3,6, 14, 12 20
Pengklasifikasian tinggi atau rendahnya Adversity Quotient anggota USD yaitu dengan mencari mean dan standard deviasi. Setelah itu membuat rentang sebanyak tiga klasifikasi, yaitu tinggi, sedang dan rendah berdasrkan rumus:
Tabel 4. Kategorisasi norma nilai Adversity Quotient
Rentang Nilai Kategori
X < (µ-1,0ϭ) Rendah
(µ-1,0ϭ) Sedang
Tinggi
E. Validitas, Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Uji validitas pada penelitian ini didasarkan pada validitas isi yakni mengacu pada pembuatan item berdasarkan kisi-kisi (blueprint) dari aspek skala
(30)
yang akan di ukur, yang dalam penelitian ini adalah skala adversity quotient.. Peneliti juga akan merujuk pada professional judgement dalam penseleksian item untuk menghindari adanya kalimat-kalimat yang ambigu, lalu kemudian akan melakukan uji coba item (try out) kepada subjek dengan karakteristik yang sesuai dengan penelitian.
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur Atau dengan kata lain, memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2012). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan aplikasi SPSS
reliabilityanalysis sehingga didapatkan koefisien aitem total yang telah dikoreksi dan koefisien tersebut merupakan statistik daya beda aitem yang lebih akurat.
Azwar (2012) mengemukakan bahwa alat ukur yang berkualitas baik adalah alat ukur yang reliabel. Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan metode internal consistency. Pengujian reliabilitas dengan metode
internal consistency hanya memberikan satu kali pengujicobaan instrumen yang kemudian dapat di analisisis dengan menggunakn teknik alfa cronbach (Sugiyono, 2012).
(31)
G. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Pada penelitian ini, uji statistika yang digunakan adalah uji korelasi
Pearson Product Moment dengan menggunakan bantuan SPPS 17.0 for Windows Evaluation Version. Dalam melakukan metode analisis data dengan uji korelasi
Person Product Moment perlu dilakukan uji asumsi normalitas dan uji asumsi linearitas. Uji asumsi normalitas adalah uji asumsi mengenai data yang terdistribusi secara normal. Sedangkan uji asumsi linearitas adalah uji asumsi bahwa dua data yang ingin diteliti hubungannya telah memenuhi asumsi garis linear (penurunan atau kenaikan nilai variabel X diikuti oleh kenaikan atau penurunan nilai variabel Y).
H. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Hasil analisis skala Adversity Quotient menunjukkan 12 item yang memiliki daya beda tinggi dari 20 item yang diujicobakan (tryout). Koefisien korelasi bergerak dari 2,76 sampai 0,480 dengan cronbach alpha mencapai 0,713 (termasuk tinggi). Dari 20 item yang diujicobakan, maka ada 8 item yang gugur, yaitu item no 1,2, 6, 7, 10, 11, 12, 13. Untuk skala setelah uji coba akan dilakukan penomoran ulang dan untuk setiap dimensinya, terdapat 1 item unfavorable dan 2 item favorable
(32)
Tabel 5. Blueprint Skala Adversity Quotient (setelah uji coba)
No Dimensi Favorable Unfavorable
1 Control 8, 16, 9
2. Origin and ownership 4, 18, 19
3. Reach 5,15 17
4. Endurance 3, 14, 20
Setelah item diujicobakan, maka untuk skala penelitian, dilakukan penomoran ulang seperti yang dapat dilihat di tabel 6.
Tabel 6. Blueprint Skala Adversity Quotient
No Dimensi Favorable Unfavorable
Total
item
Bobot
1 Control 5,8 4 3 25%
2. Origin & ownership 2,10, 11 3 25%
3. Reach 3,7, 9 3 25%
4. Endurance 1,6, 12 3 25%
(33)
I. PROSEDUR PENELITIAN
Dalam penelitian ini, terdapat 3 tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.
1. Tahap persiapan
Peneliti membuat alat ukur berdasarkan paparan teori, dan membuat 20 aitem untuk adversity quotient. Peneliti kemudian meminta rujukan kepada dosen pembimbing yang merupakan dosen psikologi pendidikan dan beberapa dosen sebagai professional judgement
sebagai rujukan. Lalu peneliti memberikan alat ukur tersebut kepada 7 orang untuk dimintai tanggapannya dan kembali merevisi alat ukur tersebut. Peneliti juga kemudian mencari informasi mengenai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang akan dijadikan sampel tryout pada alat ukur. Setelah mendapatkan jadwal aktif masing-masing UKM, maka peneliti membuat janji untuk menyebarkan skala pada setiap anggota UKM yang berorientasi pada kompetisi yaitu marching band
USU, UKM Robotik, Merpati Putih, UKM sepak bola dan basket. Peneliti melakukan uji coba kepada 100 orang anggota UKM.
2. Tahap pelaksanaaan
Peneliti menyebarkan skala uji coba kepada sejumlah UKM, dan menguji daya beda item pada skala. Setelah didapatkan 12 aitem dari 20 aitem yang diujikan, maka peneliti memberikan skala tersebut kepada anggota USD yang berjumlah 40 irang. Setelah skala telah diisi
(34)
oleh anggota USD maka peneliti mengecek IPK dari anggota USD yang dapat dilihat dari direktori mahasiswa universitas sumatera utara. 3. Tahap Pengolahan Data
Setelah diperoleh data dari masing-masing subjek penelitian, maka untuk pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS
J. METODE ANALISA DATA
Azwar (2005) mengemukakan bahwa pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan dapat diinterpretasikan.
Pada penelitian ini penggunaan analisa statistik dimaksudkan untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuannya untuk melihat hubungan antara variabel bebas (Adversity Quotient) dengan variabel tergantung (prestasi akademik). Teknik statistik yang digunakan untuk membuktikan hipotesa tersebut adalah teknik korelasi pearson product moment. Hal ini dikarenakan pearson product moment biasanya dipakai untuk melukiskan hubungan dua gejala dengan skala interval (Azwar, 2005). Seluruh analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows 17.0 version. Sebelum data dianalisis dengan metode korelasional untuk melihat hubungan antara kedua variabel, maka data yang telah diperoleh terlebih dahulu harus diuji asumsi. Adapun uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu uji normalitas dan uji linieritas.
(35)
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian variabel bebas (Adversity Quotient) dan variabel tergantung (prestasi akademik) terdistribusi secara normal. Pengukuran normalitas dilakukan dengan menggunakan kolmogorov smirnov goodness of fit test dengan menggunakan
SPSS for Windows 17.0 version.. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai Z < 1.97 (Hadi, 2000).
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas (Adversity Quotient) dan variabel tergantung (prestasi akademik) memiliki hubungan yang linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan teknik Uji F dengan menggunakan SPSS for Windows 17.0 version. Jika p < 0,05 maka hubungannya antara variabel bebas dengan variable tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p > 0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier (Hadi, 2000).
(36)
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA
Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dari hasil penelitian yang diperoleh beserta pembahasannya. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian kemudian dilanjutkan dengan hasil penelitian
A.Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 40 orang anggota USD yang telah memenuhi karakteristik penelitian. Dari data tersebut dapat diambil gambaran dari segi usia dan jenis kelamin.
1. Gambaran subjek berdasarkan usia
Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh data subjek sebagai berikut:
Tabel 7. Penyebaran subjek berdasarkan usia
Usia Frekuensi (N) Persentase
18-20 32 80 %
21-23 7 17,5%
24-26 1 2,5%
(37)
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian yang berusia 18-20 tahun adalah 32 orang (80%), dan yang berusia 21-23 tahun sebanyak 7 orang (17,5%) dan yang berumur diatas 24-26 tahun sebanyak 1 orang (2,5%).
2. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian maka diperoleh data subjek sebagai berikut:
Tabel 8. Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 8 20 %
Perempuan 32 80 %
Total 40 100 %
Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8 orang (20%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 32 orang (80%).
B.Hasil Penelitian
Berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian yang meliputi uji asumsi normalitas, linearitas, hasil utama, hasil tambahan dan pembahasan penelitian
(38)
hubungan antara adversity quotient dan prestasi akademik yang telah diolah menggunakan aplikasi SPSS
1. Uji normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal. Uji normalitas sebaran dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov satu sampel. Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0.05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p < 0.05 maka sebaran data tidak normal.
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9. Hasil uji coba normalitas
Variabel Nilai z Nilai P Keterangan
Adversity quotient &
prestasi akademik
0,848 0,469 Sebaran
normal
Variabel-variable pada tabel 9 di atas memiliki nilai Z < 1.97 dan p>0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa persyaratan uji normalitas sudah terpenuhi.
2. Uji linearitas
(39)
Variabel adversity quotient dapat dikatakan memiliki hubungan yang linear terhadap variabel prestasi akademik apabila memiliki nilai p < 0.05 untuk linearity dan p > 0.05 untuk deviation from linearity. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 10. Hasil uji linearitas
Variabel Linearity Deviation from
linearity
Keterangan
Adversity quotient &
prestasi akademik
0,021 0,536 Hubungan linier
Berdasarkan tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa nilai p = 0.021 yang berarti bahwa nilai p < 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara adversity quotient dan prestasi akademik. Sesuai dengan hasil uji asumsi di atas, diperoleh bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal dan linier, sehingga dapat dilakukan pengolahan data dengan menggunakan statistik. Metode analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesa dalam penelitian ini akan menggunakan teknik analisis korelasi pearsonproduct moment
(40)
3. Hasil utama penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
adversity quotient dengan prestasi akademik. Hipotesis penelitian ini adalah “ada
hubungan antara adversity quotient dengan prestasi akademik pada anggota UKM USD”.
Untuk pengujian statistik dilakukan perumusan hipotesa statistik yaitu:
1. Ha (Hipotesa alternatif): artinya ada hubungan antara adversity quotient
dengan prestasi akademik pada anggota UKM USD
2. Ho (Hipotesa nihil) : artinya tidak ada hubungan antara adversity quotient
dengan prestasi akademik pada anggota UKM USD
Berikut ini akan dipaparkan mengenai hubungan antara adversity quotient
dengan prestasi akademik yang diperoleh dengan teknik analisis pearson product moment dengan bantuan program komputer SPSS 17.0 version forwindows.
Tabel 11. Hasil analisis pearson product moment
Analisis Pearson Correlation Keterangan
Korelasi 0,374 Berkorelasi
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.374 (korelasi lemah) Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
(41)
4. Hasil tambahan penelitian
a. Gambaran Adversity Quotient anggota USD
Gambaran Adversity quotient pada anggota USD dari hasil penelitian ini dapat dilihat dari skor mean, standar deviasi serta nilai minimum dan maksimum dari skor skala adversity quotient yang dimiliki oleh anggota USD. Berikut ini merupakan tabel yang memuat skor empirik pada subjek penelitian.
Tabel 12. Gambaran skor minimum, maksimum, mean dan standar deviasi
Adversity Quotient subjek
N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation
Adversity Quotient
40 24 38 31 4
Dari tabel 12 dapat kita ketahui skor adversity quotient dari 40 subjek penelitian diperoleh skor minimum sebesar 24, skor maksimum sebesar 28, mean sebesar 31, dan standard deviasi sebesar 4. Untuk mengelompokkan subjek ke dalam masing-masing kelompok , dibuat suatu kategorisasi skor berdasarkan norma selanjutnya menghasilkan pengkategorian skor adversity quotient.
(42)
Tabel 13. Kategori norma nilai adversity quotient
Variabel Kategorisasi Std. Deviation
Adversity quotient
X < (µ-1,0ϭ) Rendah
(µ-1,0ϭ) Sedang
Tinggi
Keterangan:
µ = Mean hipotetik skala adversity quotient
ϭ = Standar deviasi
Berdasarkan kategorisasi norma pada tabel 13 serta skor mean dan standar deviasi di atas maka diperoleh penggolongan adversity quotient serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang ada pada tabel 14:
Tabel 14. Penggolongan adversity quotient pada anggota USD
Variabel Rentang
Skor
Kategorisasi Frekuensi Persentase
Adversity quotient
X< 27 Rendah 6 15 %
27 X < 35 Sedang 24 60 %
(43)
Dari tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 6 orang (15%) anggota USD memiliki adversity quotient yang rendah, 24 orang (60%) memiliki adversity quotient yang sedang, dan 10 orang (25%) memiliki adversity quotient yang tinggi.
b. Gambaran prestasi akademik anggota USD
Perhitungan Indeks Prestasi dan Indeks Prestasi Kumulatif dilakukan oleh bagian pendidikan Fakultas. Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif dapat dikelompokkan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 15. Klasifikasi indeks prestasi akademik
NO KATEGORI INDEKS PRESTASI
AKADEMIK
1 Memuaskan 2,00 ≤x ≤ 2,75
2 Sangat Memuaskan 2,76 ≤ x ≤ 3,50
3 Cumlaude 3,51 ≤ x ≤ 4,00
Berdasarkan kategorisasi norma pada tabel 15 di atas maka diperoleh penggolongan prestasi akademik anggota USD sebagai berikut
(44)
Variabel Rentang
Skor
Kategorisasi Frekuensi (N) Persentase
Prestasi Akademik (IPK)
2,00 ≤ x ≤ 2,75
Memuaskan 6 15 %
2,76 ≤ x ≤ 3,50
Sangat memuaskan
23 60 %
3,51 ≤ x ≤ 4,00
Cumlaude 11 25 %
Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa sebanyak 6 orang (15%) anggota USD memiliki prestasi akademik yang memuaskan, 23 orang (60%) memiliki prestasi akademik yang sangat memuaskan, dan 11 orang (25%) memiliki prestasi yang sangat sangat memuaskan (predikat cumlaude).
c. Gambaran adversity quotient subjek berdasarkan usia.
Berdasarkan usia, gambaran adversity quotient subjek dapat dilihat pada tabel berikut ini:
(45)
Usia N Adversity quotient
Rendah Sedang Tinggi
18-20 32 6 19 7
21-23 7 0 5 2
24-26 1 1 0 0
Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa adversity quotient subjek yang berusia 18-20 tahun yang termasuk dalam kategori rendah sebanyak 6 orang, sedang 19 orang dan yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 7 orang. Sedangkan untuk adversity quotient subjek yang berusia 21-23 tahun yang termasuk dalam kategori sedang 5 orang dan yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 2 orang. Lalu yang berusia 25-26 tahun, hanya satu orang dan memiliki adversity quotient yang rendah.
d. Gambaran adversity quotient subjek berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, gambaran adversity quotient subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 18. Gambaran adversity quotient subjek berdasarkan jenis
(46)
Jenis Kelamin N Adversity quotient
Rendah Sedang Tinggi
Laki-laki 8 1 4 3
Perempuan 32 5 21 6
Dari tabel 18 tersebut juga dapat dilihat bahwa adversity quotient anggota USD yang berjenis kelamin laki-laki yang termasuk dalam kategori rendah sebanyak 1 orang, sedang 4 orang dan yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 3 orang. Sedangkan pada subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan yang termasuk dalam kategori rendah sebanyak 5 orang, sedang 21 orang dan yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 6 orang.
e. Gambaran prestasi akademik subjek berdasarkan usia.
Berdasarkan usia, gambaran prestasi akademik subjek dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini:
(47)
Usia N prestasi akademik
Memuaskan Sangat
memuaskan
cumlaude
18-20 32 5 21 6
21-23 7 0 6 1
24-26 1 0 1 0
Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa prestasi akademik subjek yang berusia 18-20 tahun yang termasuk dalam kategori memuaskan sebanyak 5 orang, sangat memuaskan 21 orang dan yang termasuk dalam kategori cumlaud sebanyak 6 orang. Sedangkan untuk prestasi akademik subjek yang berusia 20-23 tahun yang termasuk dalam kategori sangat memuaskan 6 orang dan yang termasuk dalam kategori cumlaude sebanyak 1 orang. Lalu yang berusia 24-26 tahun, hanya satu orang dan memiliki prestasi akademikyang sangat memuaskan.
f. Gambaran prestasi akademik subjek berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, gambaran prestasi akademik subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
(48)
Jenis Kelamin N Prestasi akademik
Memuaskan Sangat
memuaskan
cumlaude
Laki-laki 8 0 6 2
Perempuan 32 5 20 7
Dari tabel 20 tersebut juga dapat dilihat bahwa prestasi akademik anggota USD yang berjenis kelamin laki-laki yang termasuk dalam kategori sangat memuaskan sebanyak 6 orang dan yang termasuk dalam kategori cumlaude sebanyak 2 orang. Sedangkan pada subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan yang termasuk dalam kategori memuaskan sebanyak 5 orang, sangat memuaskan 20 orang dan yang termasuk dalam kategori cumlaude sebanyak 7 orang.
5. Pembahasan
Hasil penelitian pada 40 responden anggota USD menunjukkan adanya hubungan antara adversity quotient dengan prestasi akademik. Artinya, prestasi akademik seseorang akan dapat ditinjau dari adversity quotient seseorang karena
adversity quotient mengacu kepada kemampuan seseorang untuk mengahadapi masalah, salah satunya adalah permasalahan dalam bidang akademik. Maka dari itu hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan antara
(49)
konteks ini maka banyak hal yang berhubungan dengan prestasi akademik. Namun dapat disimpulkan bahwa adversity quotient berkontribusi dalam kesuksesan akademis. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Goleman (2001) yang menyatakan bahwa tidak hanya emotional dan intelligence quotient saja yang diperlukan oleh mahasiswa untuk mencapai prestasi yang baik, namun juga adversity quotient terutama dalam kajian menghadapi masalah dalam proses belajar dan juga berorganisasi.
Anggota USD terdiri dari individu yang memiliki variasi dari segi umur dan jenis kelamin. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa anggota USD memiliki lebih banyak anggota berjenis kelamin wanita dan 80% dari anggotanya berumur 18-20 tahun.
Sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Frenty (2010) bahwa mahasiswa akan sangat membutuhkan adversity quotient dalam menghadapi tugasnya sebagai pelajar, karena dalam proses perkuliahan akan terdapat banyak tantangan, sehingga bagaimana respon mahasiswa terdapat masalah-masalah yang ada akan sangat menentukan kesuksesannya dalam prestasi akademik.
Penelitian dari Wicaksono (2011) membuktikan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi akan memiliki adversity quotient yang tinggi. Hal ini juga dibuktikan dari penelitian dimana kebanyakan anggota USD memiliki adversity quotient yang berada pada tingkat menengah dan tinggi (campers dan climbers). Berdasarkan kategorisasi, kebanyakan anggota USD memiliki adversity quotient
(50)
anggota USD juga memiliki prestasi akademik yang sangat memuaskan yaitu 23 orang dari 40 orang (60%).
Menurut Sukmadinata (2005), prestasi belajar adalah realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Dalam organisasi, individu dilatih untuk memilki kapasitas dalam hal menghadapi masalah, baik dalam organisasi maupun akademis. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa kemampuan dan kecakapan yang dimiliki anggota USD membantu mereka dalam mendapatkan prestasi akademik yang baik.
Dalam adversity quotient, terdapat beberapa dimensi yaitu control, origin and ownership, reach dan endurance. Aspek-aspek tersebut sangat berkontribusi dalam pembentukan adversity quotient individu. Dalam skala penelitian telah disusun beberapa item yang dapat melihat bagaimana setiap aspek dari adversity quotient
akan mempengaruhi tinggi rendahnya adversity quotient yang dimiliki mahasiswa dalam berproses secara akademis maupun berdinamika dalam organisasi.
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa menurut Ahmadi (2004) dapat berasal dari internal dan eksternal. Bila dikaitkan dengan adversity quotient, maka faktor internal berperan dalam meningkatkan prestasi akademik, dimana ketika mereka menghadapi masalah, maka faktor internal yang mereka miliki, yaitu adversity quotient akan menjadi penentu respon anggota USD dalam menghadapi masalah, yang bisa saja menjadi faktor eksternal yang menghambat prestasi akademik yang baik.
(51)
Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah lingkungan dan kesempatan, serta motivasi sosial. Hal ini menjadi tolak ukur bagaimana anggota USD mendapatkan motivasi sosial dalam hal berlomba di kompetisi debat dan meraih prestasi akademik yang memuaskan. Hal ini mendukung penelitian Sukmadinata (2005) yang menyatakan bahwa kualitas yang dimiliki individu juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang baik dan mendorong individu untuk mencapai tujuan.
Dari teori yang dikemukakan oleh Stolz (2000), ada beberapa tingkatan kesulitan, yang dimana kesulitan dalam berprestasi prestasi ditentukan oleh bagaimana individu menghadapi kesulitan yang lain (kesulitan dari dalam diri inidividu maupun dalam insititusi). Dari penelitian ini dapat ditinjau bahwa ketika anggota USD memiliki adversity quotient yang sedang dan tinggi maka prestasi akademik anggota USD juga cenderung memuaskan. Hal ini sejalan dengan asumsi bahwa ketika anggota USD dapat menghadapi masalah dalam dirinya sendiri, maka kesulitan dalam hal akademis dapat diselesaikan.
(52)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disimpulkan beberapa jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini serta akan dikemukakan beberapa saran-saran bagi penelitian di masa mendatang dengan tema yang hampir sama
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi pada data, maka dapat ditarik kesimpulan berupa:
1. Ada hubungan antara adversity quotient dengan prestasi akademik pada anggota unit kegiatan mahasiswa USU Society for Debating. Adapun hubungannya termasuk kategori hubungan yang lemah.
2. Berdasarkan kategorisasi, maka kebanyakan anggota USD memiliki
adversity quotient yang berada pada tingkat sedang yaitu 24 orang dari 40 orang (60%)
3. Berdasarkan kategorisasi, maka kebanyakan anggota USD memiliki prestasi akademik yang berada pada tingkat sangat memuaskan yaitu 23 orang dari 40 orang (60%)
4. Bila ditinjau dari jenis kelamin maka adversity quotient mahasiswi lebih tinggi daripada mahasiswa, begitu juga prestasi akademiknya. Namun hal
(53)
5. Bila ditinjau dari usia maka adversity quotient maka mahasiswa yang berumur 20-21 tahun memiliki adversity quotient yang lebih baik (28 orang pada kategori sedang dan 7 orang pada kategori tinggi). Dimana hal ini juga sejalan dengan prestasi akademiknya (20 orang pada kategori sangat memuaskan dan 6 orang pada kategori cumlaude)
B. SARAN
Dari peneltian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang sudah dipaparkan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna untuk kelanjutan studi ilmiah baik mengenai adversity quotient ataupun prestasi akademik.
1. Saran metodologis
a. Bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian mengenai adversity quotient
dan prestasi akademik sebaiknya meneliti mengenai seberapa besar pengaruh
adversity quotient terhadap prestasi akademik
b. Berdasarkan koefisien korelasi aitem total yang digunakan sebagai parameter, sebaiknya peneliti yang ingin membuat alat ukur adversity quotient membuat lebih banyak aitem untuk meningkatkan reliabilitas skala.
(54)
2. Saran Praktis
a.Penelitian ini pada dasarnya mengungkapkan bagaimana adversity quotient
akan berhubungan dengan prestasi akademik mahasiswa terutama pada mahasiswa yang mengikuti organisasi. Untuk instansi akademik penelitian ini dapat dijadikan informasi agar dapat dilaksanakan beberapa upaya untuk meningkatkan adversity quotient mahasiswa agar dapat membantu mahasiswa menghadapi masalah dalam perkuliahan
b.Penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk membentuk beberapa strategi-strategi pada pihak Universitas Sumatera Utara untuk semakin mengembangkan kemampuan organisasi mahasiswa agar mahasiswa terlatih dalam menghadapi masalah.
(55)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prestasi Akademik
1. Pengertian prestasi akademik
Menurut pendapat Djamarah (2002) tentang pengertian prestasi adalah “hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok”. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Dari beberapa pengertian prestasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah bukti dari suatu hasil kegiatan yang dapat dicapai baik individu maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Menurut Sobur (2006) prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar. Prestasi akademik juga dapat diartikan istilah untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan oleh
(56)
seseorang secara optimal (Naam, 2009). Menurut Chaplin (1997) mengemukakan bahwa prestasi akademik adalah suatu keberhasilan yang khusus dari seseorang dalam melaksanakan tugas akademik.
2.Faktor Internal yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
a. Faktor Kesehatan Fisik
Menurut Djamarah (2002) seseorang yang mengalami kelemahan fisik baik karena sakit maupun cacat di mana saraf sensoris dan motoriknya terganggu dapat mengakibatkan rangsangan yang diterima melalui indera tidak dapat diteruskan ke otak dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan mahasiswa tertinggal dalam pelajarannya.
b. Intelegensi
Menurut Djamarah (2002), intelegensi seseorang mempengaruhi potensi orang tersebut untuk menyelesaikan pendidikannya dan potensi itu sesuai dengan tingkatan IQ yang dimilikinya, semakin tinggi IQ seseorang maka semakin baik pula potensinya. Dengan melalui ujian saringan masuk perguruan tinggi yang demikian ketat persaingannya secara praktis sebenarnya mahasiswa sudah terseleksi dalam hal aspek intelegensinya. Namun kenyataan menunjukkan masih cukup besar kendala bagi mahasiswa untuk mendapatkan prestasi yang baik. Intelegensi bukan satu-satunya yang menentukan prestasi akademik mahasiswa.
(57)
c. Motivasi
Menurut Purwanto (2004), motivasi adalah sesuatu yang mengarahkan dan membangkitkan suatu tingkah laku pada manusia baik dari diri sendiri yakni berupa kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan maupun dari orang lain. Setiap mahasiswa memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk berprestasi.
d. Minat
Minat merupakan rasa suka dan ketertarikan terhadap sesuatu yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian melalui proses pembelajaran terhadap hal yang diminati. Menurut Djamarah (2002) minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar dalam mencapai ataupun memperoleh benda atau tujuan yang diinginkan. Timbulnya minat belajar disebabkan oleh berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.
e. Kepribadian
Pribadi yang seimbang sangat mempengaruhi proses belajar, pribadi yang seimbang dapat menciptakan kesehatan mental dan ketenangan emosi yang dapat mendorong keberhasilan dalam belajar. Menurut Purwanto (2004) tiap-tiap orang
(58)
mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda dengan orang lain. Ada orang memiliki sikap keras hati, berkemauan keras, tekun dalam segala usahanya, halus perasaannya dan sebaliknya. Sifat-sifat kepribadiannya dapat mempengaruhi sampai manakah hasil belajar yang dapat dicapai oleh orang tesebut.
f. Fisiologis
Menurut Djamarah (2002) kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpegaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan lain cara belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi memiliki kemampuan belajar yang di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi. Mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.
3. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
a. Keadaan keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh seseorang. Selain itu ada kemampuan keluarga untuk meberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting (Purwanto, 2004).
b. Guru dan cara mengajar
Faktor guru dan cara mengajarnya juga merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Bagaimana sikap dan kepribadian
(59)
guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak (Purwanto, 2004).
c. Alat-alat pelajaran
Menurut Purwanto (2004) institusi yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik oleh guru atau dosen, dan kecakapan pengajar dalam menggunakan alat-alat itu akan mempermudah dan mempercepat belajar seseorang.
d. Motivasi sosial
Jika seseorang mendapatkan motivasi sosial dari lingkungan sekitarnya, maka akan timbul keinginan dan hasrat belajar yang lebih baik Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua, guru, tetangga, sanak saudara, dan teman sebaya (Purwanto, 2004).
e. Lingkungan dan kesempatan
Menurut Purwanto (2004) anak yang berasal dari keluarga yang baik, memiliki intelegensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alat yang baik, belum tentu dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Seperti jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh sehingga cukup melelahkan untuk berangkat sekolah.
(60)
f. Kurikulum
Menurut Djamarah (2002) kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas belum guru programkan sebelumnya. Itulah sebabnya, untuk semua mata pelajaran, setiap guru memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang dipegang dan diajarkan kepada anak didik. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke program yang lebih rincidan jelas sasarannya, sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanankan.
4. Perhitungan Prestasi Akademik Mahasiswa
Prestasi akademik pada mahasiswa tergantung oleh angka indeks prestasi yang ditentukan pada setiap akhir semester. Indeks Prestasi Semester (IPS) dihitung berdasarkan jumlah beban kredit yang diambil dalam satu semester dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan jumlah beban kredit yang diambil (Universitas Sumatera Utara, 2010). IPS dapat diukur dengan menggunakan rumus:
IPS = Σ (K X N) ΣK
(61)
K = Jumlah SKS setiap mata kuliah yang tercantum dalam KRS pada semester yang bersangkutan.
N = Bobot prestasi setiap mata kuliah.
Sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang digunakan sebagai alat ukur prestasi akademik pada penelitian ini adalah indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester 1 sampai semester terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil. (Universitas Sumatera Utara, 2010). IPK dapat dihitung dengan rumus:
IPK = Σ (K X N) ΣK
K = Jumlah SKS semua mata kuliah yang dijalani mulai dari semester 1 sampai dengan yang terakhir.
N = Bobot prestasi setiap mata kuliah.
Perhitungan Indeks Prestasi dan Indeks Prestasi Kumulatif dilakukan oleh bagian pendidikan Fakultas. Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif dapat dikelompokkan dengan ketentuan sebagai berikut:
(62)
Tabel 1. Kategorisasi Indeks Prestasi Akademik
NO KATEGORI INDEKS PRESTASI
AKADEMIK
1 Memuaskan 2,00 ≤ x ≤ 2,75
2 Sangat Memuaskan 2,76 ≤ x ≤ 3,50
3 Cumlaude 3,51 ≤ x ≤ 4,00
Sumber: Buku Peraturan akademik Program Sarjana Universitas Sumatera Utara (2010)
(63)
B. Adversity Quotient
1. Pengertian Adversity quotient
Adversity quotient menurut Stolz (2000) adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. Nashori (2007) berpendapat bahwa adversity quotient
adalah kemampuan individu untuk menggunakan kecerdasannya dalam mengarahkan, mengubah cara berfikir serta perilakunya ketika menghadapi tantangan, hambatan ataupun kesulitan yang dapat menyengsarakan dirinya
Menurut bahasa, kata adversity quotient berasal dari bahasa inggris, yaitu kemalangan atau kegagalan. Dalam bahasa Indonesia, adversity quotient
bermakana kesulitan atau kemalangan yang dapat diartikan sebagai kondisi ketidakbagiaan, kesulitan maupun ketidak beruntungan. Kata adversity dalam konteks psikolo diartikan sebagai tantangan dalam kehidupan. (Reni Akbar Hawadi, 2002)
Menurut Stolz (2000), tingkat adversity quotient menentukan kesuksesan dalam menjalani kehidupan. adversity quotient diwujudkan dalam tiga bentuk yaitu:
a. Kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan
b. Ukuran dalam mengetahui respon seseorang terhadap kesulitan c. Serangkaian alat untuk memperbaiki respon seseorang dalam
(64)
Maka, dapat disimpulkan bahwa adversity quotient adalah kemampuan individu untuk dapat bertahan dalam menghadapi segala macam kesulitan sampai menemukan jalan keluar, memecahkan berbagai macam permasalahan, mereduksi hambatan dan rintangan dengan mengubah cara berfikir dan sikap terhadap kesulitan tersebut.
2.Dimensi – dimensi Adversity Quotient
Adversity quotient secara umum dapat diungkap melalui empat dimensi yang oleh Stoltz (2000) dikenal dengan CO2RE, meliputi:
a. Control (C)
Dimensi ini mempertanyakan tentang seberapa besar kendali yang individu rasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Individu yang memiliki skor control yang tinggi merasakan kendali yang lebih besar atas peristiwa-peristiwa dalam hidup daripada yang skor control-nya lebih rendah. Mereka yang memiliki AQ yang lebih tinggi cenderung melakukan pendakian, sementara orang-orang yang AQ nya lebih rendah cenderung berkemah atau berhenti. Sedangkan individu yang memiliki skor rendah pada dimensi control merasa bahwa peristiwa-peristiwa buruk berada di luar kendali dan hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk mencegahnya atau membatasi kerugiannya. Individu yang rendah kemampuan pengendaliannya sering menjadi tidak berdaya saat menghadapi kesulitan.
(65)
b. Origin dan Ownership (O2)
Dimensi ini mempertanyakan dua hal yaitu siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan dan sampai sejauh manakah seseorang mengakui akibat-akibat kesulitan itu. Dimensi origin berkaitan dengan rasa bersalah. Individu yang skor origin-nya rendah cenderung menempatkan rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi. Dalam banyak hal, mereka melihat dirinya sendiri sebagai satu-satunya penyebab atau asal usul (origin) kesulitan tersebut. Sedangkan individu yang skor origin-nya tinggi cenderung menganggap sumber kesulitan berasal dari orang lain atau dari luar. Individu yang skor ownership-nya tinggi akan mengakui akibat dari suatu perbuatan, bertanggungjawab terhadap kesulitan dan mampu belajar dari kesalahan. Sedangkan individu yang skor ownership-nya rendah cenderung tidak mengakui masalah dan menuding orang lain.
c. Reach (R)
Dimensi ini mempertanyakan sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan seseorang. Individu yang skor reach -nya rendah cenderung membuat kesulitan merembes ke segi-segi lain dari kehidupan. Sedangkan individu yang skor reach-nya tinggi cenderung membatasi jangkauan masalahnya pada peristiwa yang sedang dihadapi.
(66)
d. Endurance (E)
Dimensi ini mempertanyakan berapa lamakah kesulitan akan berlangsung dan berapa lamakah penyebab kesulitan itu akan berlangsung. Individu yang skor endurance-nya rendah menganggap kesulitan dan/atau penyebab-penyebabnya akan berlangsung lama dan menganggap peristiwa positif sebagai sesuatu yang bersifat sementara. Sedangkan Individu yang skor endurance-nya tinggi menganggap kesulitan dan penyebab-penyebabnya sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu dan kecil kemungkinan terjadi lagi.
1. Faktor Pembentuk Adversity Quotient
Faktor pembentuk adversity quotient menurut Stolz (2000) adalah sebagai berikut:
a. Daya Saing
Stolz (2000) berpendapat bahwa adversity quotient yang rendah disebabkan karena tidak adanya daya saing ketika menghadapi kesulitan, sehingga kehilangan kemampuan untuk menciptakan peluang dalam kesulitan yang dihadapi.
b. Produktivitas
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara kinerja individu dengan respon yang diberikan
(67)
ketika menghadapi kesulitan. Artinya, respon konstruktif yang diberikan seseorang dalam kesulitan akan membantu meningkatkan kinerja dan produktivitas yang tinggi.
c. Motivasi
Stolz (2000) menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai motivasi yang kuat akan menciptakan peluang dalam kesulitan, artinya seseorang dengan motivasi yang kuat akan berupaya menyelesaikan masalah dengan menggunakan kapasitas diri serta segenap kemampuan.
d. Mengambil resiko
Seseorang dengan adversity quotient yang tinggi akan lebih berani dalam mengambil resiko dan terus berkembangan dalam zona ketidaknyamanan. Hal ini akan membuat respon terhadap masalah menjadi lebih konstruktif
e. Perbaikan
Seseorang dengan adversity quotient tinggi senantiasa berupaya mengatasi kesulitan dengan langkah konkrit, yaitu dengan melakukan perbaikan dalam berbagai aspek agar kesulitan tersebut tidak menjangkau bidang-bidang yang lain dalam kehidupan
(68)
Orang yang merespon masalah dengan baik, akan lebih mudah untuk tetap bertahan dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi masalah baru
g. Belajar
Orang-orang yang merespon seara optimis akan banyak belajar dan lebih berprestasi dibandingkan anak yang berpola pikir pesimistik.
2. Tiga Tingkatan kesulitan
Stolz (2000) mengklasifikasikan tantangan atau kesulitan menjadi tiga dan menggambarkan ketiganya dalam bentuk piramida:
Gambar 1. Tiga Tingkatan Kesulitan (Stolz (2000): hal.51)
Stolz menyatakan bahwa kesulitan pada individu menjadi hal yang paling utama dan mendasar untuk ditinjau, dari segi biologis dan psikologis individu, dan bagaimana kualitas individu menambah atau mengurangi intensitas kesulitan. Lalu Sekolah dan institusi pendidikan menjadi tantangan yang didapatkan dari
(69)
lingkungan sampai pada akhirnya bagaimana pelajar pada umumnya mendapatkan kesulitan pada prestasinya disebabkan dua kesulitan sebelumnya. Untuk mengatasi kesulitan dalam prestasi maka kesulitan di tingkat institusi pendidikan dan individu harus dihadapi terlebih dahulu.
3. Karakter Manusia Berdasarkan Tinggi Rendahnya Adversity Quotient
Dengan menganalogikan pada pendakian gunung, Stoltz (2000) membagi orang-orang dalam pendakian itu dalam tiga golongan, yaitu quitter, camper dan
climber.
a. Quitter
Quitter adalah orang yang berhenti dan tidak mencoba untuk mendaki. Mereka adalah orang yang memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti. Mereka menolak kesempatan untuk mendaki. Mereka mengabaikan, menutupi atau meninggalkan dorongan inti yang manusiawi untuk mendaki dan dengan demikian juga meninggalkan banyak hal yang ditawarkan oleh kehidupan.
b. Camper
Camper adalah orang-orang yang pergi untuk mendaki tetapi tidak seberapa jauh mereka berhenti dan memilih untuk menetap di situ dan tidak meneruskan pendakiannya karena telah merasa nyaman, aman dan mungkin takut akan hal yang terjadi jika mereka terus mendaki. Orang tipe
(70)
ini akan puas pada suatu keadaan dan tidak mencoba untuk terus berkembang.
c. Climber
Climber merupakan orang-orang yang seumur hidup digunakan untuk mendaki. Mereka selalu terus menerus maju dengan memikirkan kemungkinan-kemungkinan serta tidak membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental dan hambatan lainnya menghalangi pendakiannya. Dalam konteks, orang tipe ini akan mengembangkan dirinya seiring dengan masalah yang ada dan terus belajar dari masalah.
C. Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating
USU Society For Debating (USD) adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa yang aktif di Universitas Sumatera Utara. Orientasi utama dari kegiatan mahasiswa ini adalah debat bahasa Inggris. USD resmi terbentuk pada tahun 2010, namun dalam perkembangannya baru saja memiliki secretariat dan kepengurusan organisasi dan program latihan. Tujuan utama dari Unit Kegiatan Mahasiswa ini adalah sebagai bentuk organisasi yang dapat mewadahi mahasiswa yang memiliki kemampuan dan minat dalam berdebat, serta meraih prestasi di kancah lokal, regional, nasional, maupun internasional.
USD dipimpin oleh seorang ketua yang disebut sebagai president. Dibantu oleh sekretaris dan bendahara, ketiga orang ini disebut sebagai pengurus utama. Kemudian dalam internal USD sendiri ada 5 departemen yang masing-masing
(71)
berperan dalam kegiatan pelatihan debat dan pengembangan organisasi secara keseluruhan. Secara struktur, USD juga memiliki advisor yang memberikan arahan dan nasihat pada setiap acara yang akan diselenggarakan USD.
Untuk mengadakan kegiatan dan mengikuti perlombaan, adalah hal yang wajar USD selalu berintegrasi dengan pihak rektorat, dan selalu berkoordinasi dalam setiap kegiatan. USD juga sering diberikan amanah dalam mengatur acara ataupun turut ikut serta dalam berbagai kepanitiaan.
Berdebat menjadi salah satu fokus utama dari USD, seperti yang disadur dari DIKTI mengenai kegiatan debat bahasa Inggris, Lomba debat menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris antarperguruan tinggi telah menjadi bagian penting dalam kompetisi perguruan tinggi di dunia. Lomba debat ini menuntut keterampilan berbahasa Inggris dan berargumentasi. Keterampilan berbahasa Inggris yang baik akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi dengan masyarakat internasional. Sedangkan keterampilan atau kemahiran dalam berargumentasi akan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk membuat keputusan berdasarkan analisis yang logis dan faktual.
D.Hubungan antara Adversity Quotient dengan Prestasi Akademik Pada
UKM USU Society for Debating
Anggota USD, berdasarkan beberapa pernyataan sebelumnya, menerima tantangan yang relatif lebih besar dan lebih intens daripada UKM lain di USU. Hal ini dapat ditinjau dari beberapa aspek, yang pertama adalah proses seleksi
(72)
yang ketat sebelum mengikuti lomba, baik untuk lokal maupun internasional. Anggota yang baru saja mengikuti UKM ini tentu saja tidak mudah untuk langsung mengikuti lomba. Belum lagi mereka harus bersabar dalam menghadapi senior yang cenderung lebih mampu dalam berdebat karena pengalaman. Yang kedua, Maslow (2009) menyatakan bahwa setiap individu pada dasarnya akan selalu bersaing untuk mencapai aktulisasi dirinya. Sehingga masalah yang dihadapi anggota salah satunya adalah tingginya persaingan untuk dapat berpartisipasi dan aktualisasi diri dalam lomba.
Menurut Sobur (2006) prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar. Salah satu aspek dari adversity quotient adalah belajar (Stolz, 2000). Hal ini menegaskan bahwa untuk memiliki adversity quotient yang baik seseorang harus belajar dan memenuhi tuntutan untuk memperkaya pengetahuan.
Setiap mahasiswa pada dasarnya merasa tertekan dengan tuntutan akademik. Apa yang terjadi pada anggota USD adalah kesulitan mereka dalam membagi perhatian mereka dalam mengikuti lomba dan tetap mengejar tuntutan akademis. Padahal prestasi akademik adalah indikator baku atas prestasi mahasiswa, dan pada dasarnya mahasiswa mengikuti perkuliahan demi meraih
(73)
prestasi yang baik. Namun dengan keikutsertaan dalam UKM ini, dan dengan intensitas lomba yang ada, maka adversity quotient yang merupakan kemampuan dalam menghadapi masalah akan sangat dibutuhkan.
Menurut stolz (2000) ada 3 golongan orang yang memiliki adversity quotient. Anggota USD yang tergolong quitter adalah mereka yang beranggapan bahwa berdebat dan berorganisasi itu rumit, membingungkan, dan bikin pusing saja. Ketika mereka menemukan sedikit kesulitan dalam menyelesaikan masalah mereka menyerah dan berhenti tanpa dibarengi usaha sedikitpun. Hal ini akan berpengaruh pada saat mereka menemukan kesulitan dalam membagi waktu dan mempelajari hal baru dalam perkuliahan. Pada saat menghadapi kesulitan mereka akan cenderung lepas kontrol dan masalah tersebut menjadi suatu kesulitan di aspek kehidupan individu tersebut. Ketahanan (endurance) mereka juga cenderung rendah dan selalu ingin menyerah ketika diberikan tugas ataupun menghadapi ujian.
Anggota USD yang tergolong camper adalah mereka yang tak mau mengambil risiko yang terlalu besar dan merasa puas dengan kondisi atau keadaan yang telah dicapainya saat ini. Ia pun kerap mengabaikan kemungkinan-kemungkinan yang akan didapat. Orang tipe ini cepat puas atau selalu merasa cukup berada di posisi tengah. Orang camper merasa cukup senang dengan ilusinya sendiri tentang apa yang sudah ada, dan mengorbankan kemungkinan untuk melihat atau mengalami apa yang masih mungkin terjadi. Mereka tidak memaksimalkan usahanya walaupun peluang dan kesempatannya ada. Tidak ada
(74)
usaha untuk lebih giat belajar. Dalam organisasi debat, siswa camper tidak berusaha semaksimal mungkin, mereka berusaha sekedarnya saja. Mereka berpandangan bahwa tidak perlu menjadi juara, yang penting jadi anggota organisasi, tidak perlu meraih banyak prestasi. Prestasi akademik pun tidaklah perlu menjadi yang terbaik bagi mereka. Mereka tidak memberikan usaha maksimal ketika mengerjakan tugas dan ketika menghadapi ujian. Mereka juga menganggap bahwa IPK adalah sesuatu yang relatif dan tidak menjadi indicator kesuksesan seseorang.
Tipe climber adalah mereka yang mempunyai tujuan atau target. Untuk mencapai tujuan itu, ia mampu mengusahakan dengan ulet dan gigih. Tak hanya itu, ia juga memiliki keberanian dan disiplin yang tinggi. Lalu ditengah organisasi, mereka yang bertipe climber juga merasa tertantang dalam materi perkuliahan dan berusaha membagi waktu. Ibarat orang bertekad mendaki gunung sampai puncak, ia akan terus mencoba sampai yakin berada di puncak gunung. Bila ada masalah, maka mereka yang bertipe ini akan mengontrol agar masalah tersebut tidak mempengaruhi aspek kehidupan mereka yang lain, dan mereka memiliki ketahanan yang baik ketika menghadapi tantangan. Tipe inilah yang tergolong memiliki AQ yang baik.
(75)
D. Hipotesis
Dalam penelitian ini diajukan satu hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
(1)
Angkatan 2012 ”Psikompak” yang selalu menemani dan mewarnai hari-hariku di kampus. Aku bangga menjadi salah satu dari kalian. Kita kuat, kita kompak, dan cerita kita tidak akan lekang sampai tua nanti.
Segenap keluarga Fakultas Psikologi USU, yang menjadi rumahku, yang menjadi tempatku belajar dan menjadi kuat. Terimakasih untuk segala dukungan dan apresiasi. Sungguh pengalaman hidup yang tak terlupakan.
Semoga segala kebaikan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis dengan segala kerendahan hari mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun kesempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, pada dunia edukasi dan para pembaca pada umumnya
11 Januari 2016
(2)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pertanyaan penelitian ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 14
E. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Akademik ... 16
B. Adversity Quotient ... 24
C. Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating ... 31
D. Hubungan antara Adversity Quotient dengan Prestasi Akademik UKM USD ... 33
E. Hipotesis. ... 36
(3)
B. Definisi Operasional ... 38
C. Populasi ... 39
D. Metode Pengumpulan Data ... 39
E. Validitas, Uji Daya Beda, dan Reliabilitas ... 43
F. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 44
G. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 44
H. Prosedur Penelitian ... 46
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 49
B. Hasil Penelitian ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN
(4)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Katergorisasi Indeks Prestasi Akademik 23 Tabel 2 Jumlah Item Skala Adversity Quotient 41 Tabel 3 Blueprint Skala Adversity Quotient (sebelum uji coba) 42 Tabel 4 Kategorisasi norma nilai Adversity Quotient 42 Tabel 5 Blueprint Skala Adversity Quotient (setelah uji coba) 45 Tabel 6 Blueprint Skala Adversity Quotient 45 Tabel 7 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia 49 Tabel 8 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 50
Tabel 9 Hasil Uji Normalitas 51
Tabel 10 Hasil Uji Linearitas 52
Tabel 11 Hasil Analisis Pearson Product Moment 53 Tabel 12 Gambaran Skor Minimum, Maksimum, Mean Subjek 54 Tabel 13 Kategorisasi Norma Nilai Adversity Quotient 55 Tabel 14 Penggolongan Adversity Quotient pada Anggota USD 55 Tabel 15 Klasifikasi Indeks Prestasi Akademik 56 Tabel 16 Penggolongan Prestasi Akademik Anggota USD 57 Tabel 17 Gambaran Adversity Quotient subjek berdasarkan usia 58 Tabel 18 Gambaran AQsubjek berdasarkan jenis kelamin 59 Tabel 19 Gambaran prestasi akademiksubjek berdasarkan usia 60
(5)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Tiga Tingkatan Kesulitan (Stolz, 2000) 29
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A Uji Normalitas, Linearitas dan daya beda item 70
Lampiran B Skala Penelitian 77
Lampiran C Gambaran Subjek Penelitian 87