Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

25

BAB II
PENGATURAN JASA KONSTRUKSI MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI

A. Asas dan Tujuan Jasa Konstruksi
Asas adalah sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat. Asas
juga dapat berarti suatu alam pikiran atau cita-cita ideal yang melatarbelakangi
pembentukan norma hukum, yang konkret dan bersifat umum atau abstrak. 31
Berdasarkan Pasal 2 UU Jasa Konstruksi, mengenai asas jasa konstruksi
disebutkan :
“Pengaturan jasa konstruksi berlandaskan pada asas kejujuran dan
keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan,
kemitraan, keamanan dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa,
dan negara.”
1. Asas kejujuran dan keadilan
Hakikat keadilan adalah penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan
dengan mengkajinya dengan suatu norma yang menurut pandangan subyektif
melebihi norma-norma lain. 32Asas kejujuran dan keadilan mengandung pengertian
kesadaran akan fungsinya dalam penyelenggaraan tertib jasa konstruksi serta

bertanggung jawab memenuhi berbagai kewajiban guna memperoleh haknya. 33
2. Asas manfaat

31

Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Jakarta : Sinar Grafika, 2000), hlm. 37.
Fence M. Wantu, Antinomi Penegakan Hukum oleh Hakim, Junal Vol.19 No. 3 Oktober
2007, Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, hlm. 485
33
Lihat penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
32

Universitas Sumatera Utara

26

Asas manfaat mengandung pengertian bahwa segala kegiatan jasa konstruksi
harus dilaksanakan berlandaskan pada prinsip-prinsip profesionalitas dalam
kemampuan dan tanggung jawab, efisiensi dan efektifitas yang dapat menjamin

terwujudnya nilai tambah yang optimal bagi para pihak dalam penyelenggaraan jasa
konstruksi dan bagi kepentingan nasional. 34
3. Asas keserasian
Keserasian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keharmonisan;
kesepadanan; keselarasan. Asas keserasian dalam jasa konstruksi mengandung
pengertian keharmonisan dalam interaksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa
dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk menghasilkan produk yang
berkualitas dan bermanfaat tinggi. 35
4. Asas keseimbangan
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Dalam hal ini, pengguna jasa dan penyedia
jasa haruslah memenuhi dan melaksanaan perjanjiannya yang sudah diikat dalam
kontrak kerja konstruksi yang telah disepakati.
5. Asas Kemandirian
Asas kemandirian mengandung pengertian tumbuh dan berkembangnya daya
saing jasa konstruksi nasional. 36
6. Asas keterbukaan
Asas keterbukaan mengandung pengertian ketersediaan informasi yang dapat
diakses sehingga memberikan peluang bagi para pihak, terwujudnya transparansi
dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang memungkinkan para pihak dapat

34

Penjelasan Pasal 2, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
Ibid.
36
Ibid.
35

Universitas Sumatera Utara

27

melaksanakan kewajiban secara optimal dan kepastian akan hak dan untuk
memperolehnya serta memungkinkan adanya koreksi sehingga dapat dihindari
adanya berbagai kekurangan dan penyimpangan.
7. Asas kemitraan
Asas ini mengandung pengertian hubungan kerja para pihak yang harmonis,
terbuka bersifat timbal balik, dan sinergis. 37 Dengan asas ini dapat diwujudkan
keterkaitan yang semakin erat dalam suatu kesatuan yang efisien dan efektif antar
penyedia jasa Kemitraan tersebut sekaligus memberikan peluang usaha yang

semakin besar tanpa mengabaikan kaidah efisiensi dan efektivitas seerta
kemanfaatan.
8. Asas keamanan dan keselamatan
Asas keamanan dan keselamatan mengandung pengertian terpenuhinya tertib
penyelenggaraan jasa konstruksi, keamanan lingkungan dan keselamatan kerja, serta
pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi dengan tetap memperhatikan kepentingan
umum.
Menurut Pasal 3 UU Jasa Konstruksi disebutkan pengaturan jasa `konstruksi
bertujuan untuk :
1. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk
mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil
pekerjaan konstruksi yang berkualitas;
2.

mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin
kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan
kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku;
37

Ibid.


Universitas Sumatera Utara

28

3. mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi.
Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa semua yang berkaitan dengan
asas-asas dan tujuan pengaturan jasa konstruksi tersebut ditujukan untuk kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara. Berkaitan dengan pelaksanaan jasa konstruksi
sebagai bagian dari manajemen proyek/konstruksi, maka lingkup layanan jasa
konstruksi sebagaimana Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 adalah
lingkup pelayanan jasa perencanaan, pelaksanaan, pengawasan.

B. Usaha Jasa Konstruksi
1. Jenis, bentuk dan bidang usaha
Jasa konstruksi yang diatur dalam UU Jasa Konstruksi melingkupi 3 (tiga)
layanan jasa konstruksi, yaitu perencanaan pekerjaan konstruksi, pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, dan pengawasan pekerjaan konstruksi. Usaha jasa pelaksanaan
pekerjaan konstruksi memberikan layanan jasa pelaksanaan yang meliputi bidang
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan/atau tata lingkungan. Lingkup

layanan jasa pengawasan pekerjaan konstruksi dapat terdiri atas jasa pengawasan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, serta pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan
waktu dalam proses pekerjaan dan hasil pekerjaan konstruksi. Lingkup layanan jasa
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan secara terintegrasi dapat terdiri atas jasa
rancang bangun; perencanaan, pengadaan, dan pelaksanaan terima jadi atau
penyelenggaraan pekerjaan terima jadi. 38
Dibutuhkan perencanaan yang matang dari konsultan perencana agar
pembangunan berjalan sinkron dengan permintaan klien jasa konstruksi. Setelah

38

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2010), hlm. 586.

Universitas Sumatera Utara

29

perencanaan dilakukan dengan baik oleh tim leader, maka kegiatan konstruksi akan
diserahkan kepada kontraktor buat dilaksanakan sinkron dengan kesepakatan dan

ketetapan yang berlaku. 39
Para kontraktor tersebut bekerja secara tim di dalam kantor sebab tugasnya
ialah mengatur atau memanage sistem pengerjaan bangunan agar sinkron dengan
perencanaan yang telah dilakukan pihak tim leader. Sementara itu, orang-orang yang
melakukan praktik kerja bangunan di lapangan ialah tim pelaksana yang terdiri atas
mandor proyek, buruh bangunan, tukang, dan pakar bangunan yang bekerja secara
praktis dalam proses konstruksi. Mandor lapangan mendapatkan perintah buat
melakukan kegiatan konstruksi dari pelaksana dan pengawas lapangan atau sering
disebut sebagai konsultan pengawas lapangan. 40 Dengan kata lain, usaha jasa
konstruksi merupakan usaha yang mengedepankan rangkaian terpadu antara
perencanaan dengan aplikasi di lapangan dalam usaha membangun suatu rancangan
yang diminta oleh pihak pemberi tender. Pihak pemberi tender tersebut dapat berupa
instansi pemerintah atau dapat juga perusahaan partikelir dan perusahaan
perseorangan.
Terdapat dua pihak dalam layanan jasa konstruksi yang mengadakan
hubungan kerja berdasarkan hukum, yakni pengguna jasa dan penyedia jasa.
Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau
pemilik pekerjaa atau proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. 41 Penyedia
jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan


39

http://adhimakayasaputra.com/jasa-kontruksi/ (diakses pada tanggal 8 Februari 2016).
http://www.binasyifa.com/749/75/26/berbagai-macam-usaha-di-bidang-konstruksi.htm
(diakses pada tanggal 15 Februari 2016).
41
Pasal 1 ayat (4) UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
40

Universitas Sumatera Utara

30

layanan jasa konstruksi. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, pihak penyedia
jasa dapat berfungsi sebagai penyedia jasa utama dari penyedia jasa lainnya. 42
Pengguna jasa adalah yang memberikan pekerjaan yang bisa berbentuk orang
perseorangan, badan usaha maupun instansi pemerintah. Sehingga pengertian
utuhnya dari Usaha Jasa Konstruksi adalah salah satu usaha dalam sektor ekonomi
yang berhubungan dengan suatu perencanaan atau pelaksanaan dan atau pengawasan
suatu kegiatan konstruksi untuk membentuk suatu bangunan atau bentuk fisik lain

yang dalam pelaksanaan penggunaan atau pemanfaatan bangunan tersebut
menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat pemakai atau pemanfaat
bangunan tersebut, tertib pembangunannya serta kelestarian lingkungan hidup. 43
2. Persyaratan usaha, keahlian, dan keterampilan
Bentuk usaha jasa konstruksi dapat berbentuk orang perseorangan atau badan
usaha. Badan usaha dapat berupa badan hukum seperti Perseroan Terbatas dan
koperasi, selain itu dapat pula bukan badan hukum, seperti CV dan Firma. Jika badan
usaha itu usaha asing, badan usaha itu harus berbadan hukum yang dapat disamakan
dengan Perseroan Terbatas (PT).

44

Proses pendirian perusahaan jasa konstruksi pertama-tama harus mendirikan
badannya terlebih dahulu. Pendiriannya bergantung pada bentuk badan hukum yang
hendak dipilih. 45 Selanjutnya, apabila badan usaha tersebut ingin bergerak di bidang
jasa konstruksi, maka badan usaha tersebut wajib menjalani proses sertifikasi sesuai
klasifikasi dan kualifikasi usahanya, sebagaimana diatur dalam Pasal 9 UU Jasa
Konstruksi. Ketentuan ini diatur lebih lanjut dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah
42


Pasal 1 ayat (4) UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
http://triantomedia.blogspot.com/2011/01/apa-itu-usaha-jasa-konstruksi.html (diakses
pada tanggal 15 Februari 2016).
44
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 591.
45
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c0cc02c41ee2/pendirian-perusahaan-jasakonstruksi (diakses pada tanggal 15 Februari 2016).
43

Universitas Sumatera Utara

31

Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
2008 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.
Sertifikasi ini dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
(selanjutnya disebut LPJK) atau oleh asosiasi yang telah mendapat akreditasi dari
LPJK Nasional (Pasal 6 Peraturan LPJK Nomor 11 Tahun 2006 tentang Registrasi
Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi). Dalam proses sertifikasi ini dilakukan klasifikasi
dan kualifikasi keahlian badan usaha tersebut, yang kemudian dituangkan

dalam Sertifikat Badan Usaha (SBU). Setelah mendapatkan SBU, perusahaan
selanjutnya wajib melakukan proses registrasi kepada LPJK. Hal ini diatur
dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Jo. Pasal 3 Peraturan
LPJK Nomor 11 Tahun 2006.
Selain

sertifikasi

dan

registrasi

di

atas,

perusahaan

juga

perlu

mendapatkan Izin Usaha Jasa Konstruksi (selanjutnya disebut IUJK). IUJK ini
diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota tempat badan usaha tersebut
berdomisili. Syarat-syarat untuk mendapatkan IUJK ini adalah:
a. Mengajukan permohonan kepada Bupati/Walikota atau Pejabat yang ditunjuk
dengan mengisi formulir yang telah disediakan.
b. Surat permohonan tersebut dilampirkan dengan fotokopi SBU yang telah
diregistrasi oleh LPJK dan fotokopi tanda bukti pembayaran uang
administrasi IUJK. Selain itu ada dokumen-dokumen perusahaan yang perlu
dilampirkan juga, yang ditentukan oleh masing-masing daerah. 46
3. Tanggung jawab profesional

46

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c0cc02c41ee2/pendirian-perusahaan-jasakonstruksi (diakses pada tanggal 15 Februari 2016).

Universitas Sumatera Utara

32

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Berkewajiban menanggung, memikul
tanggung jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan
menanggung akibatnya. Tanggung jawab dalam pengertian kamus diterjemahkan
dengan kata “responsibility”, yang berarti:
“having the caracter of a free moral agent; capable of determining one’s
own acts: capable of deterred by consideration pf sanction or
consequences.” 47
Defenisi ini memberikan pengertian yang dititikberatkan pada:
a. harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan;
b. harus ada kesanggupan untuk memikul risiko dari suatu perbuatan.
Bila pengertian ini dianalisis lebih luas, maka akan didapati bahwa dalam
kata having the caracter itu dituntut sebagai suatu keharusan, akan adanya suatu
pertanggungan moral/karakter. 48 Apabila pengertian tanggung jawab ini dikaitkan
dengan ranah profesional, maka dalam hal ini tanggung jawab profesional
merupakan tindakan secara profesional, mematuhi hukum, menghindari konflik
kepentingan, dan menempatkan kepentingan klien di atas kepentingan sendiri.
Pasal 11 UU Jasa Konstruksi menyebutkan bahwa badan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dan orang perseorangan sebagaiana dimaksud dalam Pasal 9
harus bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya. Tanggung jawab di dalam
jasa konstruksi harus dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai dengan kaidah
keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya
dengan tetap mengutamakan kepentingan umum.
47

Burhanudi Salim, Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), hlm. 28.
48
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

33

Untuk melaksanakan tanggung jawab pihak-pihak konstruksi sebagai
profesional, setiap pihak harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. 49 Sebagai profesional, setiap
pihak mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut,
pihak-pihak mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka. Setiap pihak juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama
dengan sesama pihak untuk mengembangkan profesinya, memelihara kepentingan
umum dan menjalankan tanggung jawab profesinya dengan baik. 50
Profesional adalah orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang
dilakukan dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada
kepada nilai moral yang mengarahkan serta mendasari perbuatan. 51 Dapat
disimpulkan profesional yaitu orang yang menjalankan profesi sesuai dengan
keahliannya. Dalam menjalakan tugas profesi, seorang profesional harus dapat
bertindak objektif, yang artinya bebas dan rasa sentimen, benci, malu maupun rasa
malas dan enggan bertindak serta mengambil keputusan. 52
Berikut 3 hal pokok yang ada pada seorang profesional : 53
a. skill, yang artinya orang tersebut harus benar-benar ahli di bidangnya.
b. knowledge, yang artinya orang tersebut harus dapat menguasai, minimalnya
berwawasan mengenai ilmu lain yang berkaitan dengan bidangnya.
c. attitude, yang artinya bukan hanya pintar, akan tapi harus memiliki etika
yang diterapkan di dalam bidangnya.

49

https://josahulata.wordpress.com/collect/post/ (diakses pada tanggal 16 Februari 2016).
Ibid.
51
http://www.pengertianku.net/2015/05/pengertian-profesional-dann-ciri-cirinyalengkap.html (diakses pada tanggal 17 Februari 2016).
52
Ibid.
53
Ibid.
50

Universitas Sumatera Utara

34

Menurut Pasal 11 ayat 2 UU Jasa Konstruksi, tanggung jawab di dalam jasa
konstruksi harus dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai dengan kaedah keilmuan,
kepatutan, dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap
mengutamakan kepentingan umum. Mekanisme pertanggungan dimaksud dapat
dilakukan melalui antara lain sistem asuransi. Di samping itu untuk memenuhi
pertanggungjawaban kepada pengguna jasa, dikenakan sanksi administratif yang
menyangkut profesi. 54
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Konstruksi Pasal 46, 47 dan 48 mengatur mengenai ganti rugi dalam hal terjadi
kegagalan bangunan yang secara singkat berbunyi: pelaksanaan ganti rugi melalui
pihak ketiga/asuransi (Pasal 46 ayat 1), besarnya kerugian ditetapkan oleh penilai
ahli yang bersifat final dan mengikat (Pasal 47), biaya penilai ahli menjadi beban
pihak yang bersalah (Pasal 48 ayat 1) dan selama penilai ahli bertugas biaya
pendahuluan ditanggung pengguna jasa (Pasal 48 ayat 2).
Pihak perusahaan asuransi tidak begitu saja bersedia membayar klaim
asuransi tanpa menyelidiki terlebih dulu apakah peristiwa yang terjadi memang
termasuk risiko yang diasuransikan, berapa nilai kerusakan, apa kriteria yang dipakai
untuk menetapkan bahwa bangunan tersebut sudah tidak layak huni (total lost)
sehingga harus dibangun baru, misalnya. Serangkaian pertanyaan tersebut
membutuhkan jawaban yang tepat dan benar dari suatu lembaga yang kompeten dan
independen. Dengan kata lain permasalahan asuransi pun membutuhkan jasa
Forensic Engineering. 55
4. Pengembangan usaha
54

Lihat penjelasan Pasal 11 ayat 3 UU Jasa Konstruksi.
https://aariansyah.files.wordpress.com/2010/02/nazarkhan-yasin-aspek-hukum-dalampenanganan-masalah-kerus.pdf ( diakses pada tanggal 12 Februari 2016).
55

Universitas Sumatera Utara

35

Pesatnya dinamika pembangunan nasional terutama dibidang fisik, harus pula
didukung dengan semakin tumbuh dan berkembangnya usaha jasa konstruksi
nasional yang ada dan profesional. Pengembangan usaha jasa konstruksi nasional
yang semakin mantap dan profesional, diharapkan dapat menggairahkan iklim usaha
yang kompetitif dan berdaya saing sekaligus juga dapat memaksimalkan penggunaan
jasa produksi nasional oleh para pengguna jasa konstruksi. 56 Dengan semakin
banyaknya pengguna jasa konstruksi menggunakan usaha jasa konstruksi nasional,
maka secara tidak langsung telah mendukung upaya peningkatan penerimaan dan
penghematan penggunaan devisa negara, serta memberikan perluasan lapangan
usaha dan kesempatan kerja. 57
Industri konstruksi memegang peranan yang penting dalam perkembangan
perekonomian suatu negara, terutama di negara berkembang seperti di Indonesia.
Karena sektor konstruksi merupakan sektor yang paling dinamis, selain merupakan
industri yang padat karya, industri jasa konstruksi melibatkan berbagai kegiatan
usaha baik dalam industrinya sendiri maupun industri lainnya, yaitu industri bahan
bangunan, industri peralatan bangunan, industri peralatan konstruksi, lembagalembaga keuangan, perbankan dan asuransi. 58 Banyaknya industri yang terlibat
dalam kegiatan Industri Konstruksi telah menjadikan sektor konstruksi sebagai
penggerak perekonomian karena sektor Konstruksi dapat menimbulkan dampak
pengganda atau "multiplier effect" yang sangat berguna dalam pertumbuhan ekonomi
nasional. 59

56

H. Mohammad Amari dan Asep Mulyana, Kontrak Kerja Konstruksi Dalam Perspektif
Tindak Pidana (Semarang : Aneka Ilmu, 2010), hlm. 15.
57
Ibid.
58
A. Sutjipto, Peran Industri Konstruksi dalam Pemulihan Ekonomi (Jakarta, Tesis
Universitas Indonesia), hlm. 1.
59
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

36

Menurut Pasal 12 ayat 1 UU Jasa Konstruksi, Usaha Jasa Konstruksi
dikembangkan untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh dan efisien melalui
kemitraan yang sinergis antara usaha yang besar, menengah, dan kecil serta antara
usaha yang bersifat umum, spesialis, dan keterampilan tertentu.
Pangsa pasar bisnis usaha konstruksi dapat dibagi menjadi dua bagian,
berdasarkan kegunaan konstruksi tersebut dan kepemilikannya, yaitu : 60
a.

Proyek konstruksi digunakan untuk kepentingan umum (public project),
sistem pengadaan kontraktor dilakukan berdasarkan peraturan/perundangan
yang berlaku, seperti kebijakan pemerintah setempat (autonomy regulation),
kebijakan negara donor (loan/hibah), dan program - program yang
dikembangkan oleh organisasi non pemerintah (NGO).

b.

Pengadaan proyek konstruksi untuk kepentingan pribadi (private project).
Sebagai pemilik proyek (owner) mempunyai otoritas penuh untuk
menentukan kriteria yang digunakan untuk pengadaan kontraktor, antara lain
: Pemilik proyek (owner) bebas menentukan kontraktor dengan cara apapun,
bebas melakukan negosiasi dengan salah satu kontraktor dan dapat
membatasi kontraktor yang di undang / ditawarkan suatu pekerjaan,
pengumuman

dapat

dilakukan

secara

terbuka

(transparan)

untuk

mendapatkan penawaran kontraktor yang kompetitif.
Berdasarkan Pasal 13 UU Jasa Konstruksi, dikatakan untuk mengembangkan
usaha jasa konstruksi diperlukan dukungan dari mitra usaha melalui :
a. Perluasan dan peningkatan akses terhadap sumber pendanaan, serta
kemudahan persyaratan dalam pendanaan.

60

Andi Asnuddin, Konsep Pengembangan Kontraktor Skala Kecil, Jurnal Smartek, Volume
3.Nomor 4 (Manado: Universitas Tadulako, 2005), hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

37

b. Pengembangan jenis usaha pertanggungan untuk mengatasi risiko yang
timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi atau akibat dari kegagalan bangunan.

C. Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
Penyelenggaraan jasa konstruksi telah menjadi salah satu sektor penting dari
perekonomian nasional baik di negara-negara maju apalagi negara-negara yang
sedang berkembang seperti di Indonesia. 61Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, ketenagakerjaan dan tata pengelolaan
lingkungan serta keharusan untuk memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam
menjamin tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. 62
Industri konstruksi dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi empat bagian
berdasarkan jenis-jenis pekerjaan dan rancangan yang berbeda-beda yaitu :

63

1. Konstruksi pemukiman (residential construction)
Pada proyek pembangunan perumahan atau pemukiman (real estate)
dibedakan menjadi proyek bangunan gedung secara rinci yang didasarkan pada klase
pembangunannya bersamaan dengan penyerahan prasarana-prasarana penunjangnya.
Oleh sebab itu, memerlukan perencanaan infrastruktur dari perumahan tersebut
(jaringan transfusi, jaringan air dan fasilitas lainnya). Proyek pembangunan
pemukiman terdiri dari rumah yang sangat sederhana sampai rumah mewah, dan
rumah susun. Pengawasannya berada di bawah Sub Dinas Cipta Karya.
2. Konstruksi bangunan gedung (building construction)
61

Akhmad Suraji., Konstruksi Indonesia 2030 (Jakarta: Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Indonesia, 2007), hlm. 1.
62
Nazarkhan Yasin, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia
PustakaUtama, 2002), hlm. 11.
63
Donald S. Barie, Boyd C. Paulson JR. Terjemahan Sudinarto, Manajemen Konstruksi
Profesional jilid kedua (Jakarta : Erlangga, 1993), hlm.8.

Universitas Sumatera Utara

38

Proyek

konstruksi

bangunan

gedung

mencakup

bangunan

gedung

perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan sebagainya. Apabila
dilihat dari segi biaya dan teknologi maka terdiri dari berskala rendah, menengah,
dan tinggi. Pada umumnya perencanaan untuk proyek bangunan gedung lebih
lengkap dan detail. Pada proyek-proyek pemerintah, proyek bangunan gedung ini di
bawah pengawasan dan pengelolaan Departemen Pekerjaan Umum sub Dinas Cipta
Karya.
3. Konstruksi rekayasa berat (heavy engineerting construction)
Konstruksi rekayasa berat (heavy engineering construction) pada umumnya
proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-proyek yang bersifat infrastruktur seperti
proyek bendungan, proyek jalan raya, jembatan, terowongan, jalan kereta api,
pelabuhan, dan lain-lain. Jenis proyek ini umumnya berskala besar dan
membutuhkan teknologi tinggi.
4. Konstruksi industri (industrial construction)
Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek industri
yang membutuhkan spesifikasi dan persyaratan khusus seperti kilang minyak,
industri berat/industri dasar, pertambangan, dan nuklir. Perencanaan dan
pelaksanaannya membutuhkan ketelitian, keahlian dan teknologi yang spesifik.
Proyek industri dimulai sejak timbulnya prakarsa dari pemilik untuk
membangun yang dalam proses selanjutnya akan melibatkan dan sekaligus
dipengaruhi oleh perilaku unsur seperti para konsultan, kontraktor, dan termasuk
pemiliknya lengkap. Menurut Donald S. Barrie ada 6 (enam) tahapan dasar yang
memberikan sumbangan dalam pengembangan suatu proyek mulai dari suatu
gagasan sampai menjadi suatu kenyataan, yaitu konsep dan studi kelayakan,

Universitas Sumatera Utara

39

rekayasa dan desain, pengadaan, konstruksi, memulai dan penerapan serta operasi
dan pemanfaatan. 64
Menurut Pasal 23 ayat 1 UU Jasa Konstruksi, penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi

meliputi

pengawasannya

yang

tahap

perencanaan

dan

masing-masing tahap

tahap

pelaksanaan

dilaksanakan

melalui

beserta
kegiatan

penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran. Berikut akan diuraikan tahap-tahapnya :
1. Tahap perencanaan
Berdasarkan Pasal 25 PP Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, lingkup tahap
perencanaan pekerjaan konstruksi terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu prastudi
kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum dan perencanaan teknik. 65Lalu Pasal
26 PP Penyelenggaraan Jasa Konstruksi membagi menjadi beberapa kriteria:
a. Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko tinggi
harus dilakukan prastudi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan
perencanaan teknik.
b. Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko sedang
harus dilakukan studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan
teknik.
c. Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko kecil harus
dilakukan perencanaan teknik.
2. Tahap pelaksanaan beserta pengawasannya
Tahapan selanjutnya setelah perencanaan adalah tahap melaksanakan apa
yang direncanakan sekaligus mengawasinya, apa saja yang perlu dilakukan pada
tahap ini ada diatur pada Pasal 28 dan 29 PP Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Pasal
28 PP Penyelenggaraan Konstruksi menyebutkan :
a. Lingkup tahap pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi meliputi
pelaksanaan fisik, pengawasan, uji coba, dan penyerahan hasil akhir
pekerjaan.
64

Donald S. Barrie, Boyd C. Paulson JR Terjemahan Sudinarto, Op. Cit., hlm. 18.

65

Donald S. Barrie, Boyd C. Paulson JR Terjemahan Sudinarto, Op. Cit., hlm. 19.

Universitas Sumatera Utara

40

b. Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi dilakukan berdasarkan
hasil perencanaan teknik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26.
c. Pelaksanaan beserta pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan
pengakhiran.
Pasal 29 PP Penyelenggaraan Konstruksi menyebutkan :
a. Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 harus didukung dengan ketersediaan lapangan,
dokumen, fasilitas, peralatan, dan tenaga kerja konstruksi serta
bahan/komponen bangunan yang masing-masing disesuaikan dengan
kegiatan tahapan pelaksanaan dan pengawasan.
b. Penyedia jasa wajib menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan serta
pengawasan yang meliputi hasil tahapan pekerjaan, hasil penyerahan
pertama dan hasil penyerahan akhir secara tepat biaya, tepat mutu, dan tepat
waktu.
c. Pengguna jasa wajib melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil
pelaksanaan pekerjaan beserta pengawasan secara tepat jumlah dan tepat
waktu.
d. Untuk pekerjaan tertentu uji coba wajib dilakukan atau disahkan oleh instansi
yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi oleh Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia dalam menyediakan infrastruktur bidang
pekerjaan umum harus memenuhi ketentuan UU Jasa Konstruksi dan Peraturan
Pelaksanaannya yang menyatakan bahwa penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib
mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang handal dan bermanfaat dengan
memenuhi ketentuan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, meliputi : 66
a. keteknikan, meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan,
mutu hasil pekerjaan, mutu bahan dan/atau komponen bangunan, dan mutu
peralatan sesuai dengan standar atau norma yang berlaku;
b. keamanan, keselamatan, dan kesehatan tempat kerja konstruksi sesuai dengan
peraturan perundang–undangan yang berlaku;

66

http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20120418140945.pdf (diakses pada
tanggal 17 Februari 2016).

Universitas Sumatera Utara

41

c. kerlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku;
d. kata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
peraturan perundang–undangan yang berlaku;
e. manfaat untuk masyarakat sesuai dengan perencanaan kelayakan.
Pada proses penyelenggaraan konstruksi, proses pengadaan/pelelangan juga
merupakan salah satu bagian kunci yang tidak kalah pentingnya dengan kegiatan
lainnya. 67 Hal ini dikarenakan kesuksesan pada tahapan ini merupakan kegiatan awal
dari penyelenggaraan konstruksi tidak akan pernah dimulai. Selain itu lelang proyek
jasa konstruksi merupakan tahapan yang sangat penting untuk kontraktor, karena
hidup matinya perusahaan adalah tergantung dari sukses tidaknya pada tahap
lelang. 68

D. Gugatan Masyarakat
Pergaulan hidup antar manusia tidak lepas dari adanya permasalahan
hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lainya. Terlebih apabila
masalah tersebut menyangkut tentang hak-hak keperdataan orang atau badan hukum
yang pada dasarnya ingin hidup secara tenang dan damai tanpa adanya suatu masalah
yang menimpanya. 69 Interaksi sosial sesama manusia ada kalanya menyebabkan
konflik di antara mereka sehingga 1 (satu) pihak harus mempertahankan haknya dari
pihak lainnya atau memaksa pihak lain melaksanakan kewajibannya. 70

67

Soeharto Imam, Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional (Jakarta :
Erlangga, 1995), hlm. 492.
68
Wulfram I. Ervianto, Manajemen Proyek Konstruksi (Yogyakarta : Andi, 2007), hlm. 49.
69
Darwan Prinst, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata (Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 1.
70
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

42

Begitu juga dalam suatu penyelenggaraan usaha jasa konstruksi, terdapat
kemungkinan bahwa masyarakat mengalami kerugian sebagai akibat dari
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi tersebut. Karena itulah, masyarakat memiliki
hak mengajukan gugatan perwakilan. Yang dimaksud dengan hak mengajukan
gugatan perwakilan adalah hak kelompok kecil masyarakat untuk bertindak
mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas dasar kesamaan
permasalahan, faktor hukum dan ketentuan yang ditimbulkan karena kerugian atau
gangguan sebagai akibat dari kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. 71
Pembangunan proyek jasa konstruksi pada umumnya mempunyai risiko yang
lebih besar terhadap gugatan masyarakat yang tinggal di sekitar proyek tersebut.
Setiap pihak yang dirugikan sebagai akibat dari pembangunan, berhak mengajukan
gugatan kepada pengembang. Untuk itu, pengembang perlu terus menjaga hubungan
baik dengan masyarakat sekitar proyek. 72 Masyarakat harus sadar dan berinisiatif
mengawasi pembangunan proyek pekerjaan konstruksi karena Undang-Undang
memberikan hak gugat kepada masyarat atas pembangunan konstruksi.
Patut dicermati bahwa pembangunan proyek properti tidak jarang
menimbulkan biaya sosial, yaitu konflik dan perselisihan antara masyarakat di
lingkungan proyek dengan kontraktor pelaksana/pimpinan proyek. Masyarakat
merasa pembangunan proyek telah meresahkan dan mengganggu kenyamanan atau
ketenangan lingkungan karena berlangsung hingga malam hari alias 24 jam terusmenerus. Bahkan menyebabkan kerusakan rumah/bangunan akibat kerasnya getaran
tiang/fondasi proyek.

Sementara pihak kontraktor bersikukuh melanjutkan

pembangunan karena sudah mengantongi izin-izin dari instansi terkait.
71

http://qotadahamran.blogspot.co.id/ (diakses pada tanggal 18 Februari 2016).
http://eddyleks.blog.kontan.co.id/2015/02/13/permasalahan-hukum-pada-pengembanganproperti-campuran-bagian-ii/ (diakses pada tanggal 19 Februari 2016).
72

Universitas Sumatera Utara

43

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman (selanjutnya disebut UU Perumahan dan Pemukiman) serta Pasal 5 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
mengamanatkan untuk menikmati suasana lingkungan yang layak, teratur, baik,
aman dan tenang merupakan hak setiap orang. Tapi di sisi yang lain, setiap orang
atau badan yang berkepentingan juga diberi wewenang membangun rumah atau
perumahan di lingkungan tertentu sekalipun bisa berdampak pada masalah
kenyamanan atau ketenangan lingkungan sesuai syarat-syarat yang ditentukan,
demikian ditegaskan Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) UU Perumahan dan
Pemukiman. Tetapi Pasal 29 dan Pasal 38 UU Jasa Konstruksi telah memberi
peluang bagi masyarakat yang dirugikan atas kegiatan pekerjaan konstruksi untuk
mengajukan gugatan hukum ke pengadilan.
Peran masyarakat dalam jasa konstruksi telah ditegaskan dalam Pasal 29 dan
30 UU Jasa Konstruksi, antara lain :
1. Masyarakat berhak melakukan pengawasan untuk mewujudkan ketertiban
pelaksanaan jasa konstribusi.
2. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara langsung
akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
3. Menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang pelaksanaan
jasa konstruksi.
4. Turut mencegah terjadinya pekerja konstruksi yang membahayakan kepentingan
umum.
Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
berhak mengajukan gugatan ke pengadilan secara:
a.

Orang perseorangan
Gugatan jenis ini sering disebut dengan legal standing, yaitu

keadaan

dimana seseorang atau suatu pihak ditentukan memenuhi syarat dan oleh

Universitas Sumatera Utara

44

karena itu mempunyai hak untuk mengajukan permohonan perselisihan atau
sengketa atau perkara di depan pengadilan.
b.

Kelompok orang dengan pemberian kuasa
Gugatan jenis ini disebut juga class action, merupakan suatu cara pengajuan
gugatan dalam mana satu orang atau lebih yang mewakili dari sekelompok
masyarakat dalam jumlah tertentu (relatif cukup besar sebagai class
members) yang mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri mereka sendiri
dan sekaligus juga bertindak untuk dan atas namanya dari suatu kelompok
tertentu yang memiliki kesamaan pandangan, persoalan hukum, fakta hukum
dan dasar hukum. 73

c.

Kelompok orang tidak dengan kuasa melalui gugatan perwakilan
Sekelompok orang yang tidak diberi kuasa tetapi melalui gugatan perwakilan
mengajukan gugatan karena dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan,
faktor hukum dan ketentuan yang ditimbulkan karena kerugian atau
gangguan sebagai akibat dari kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Maka dari itu, masyarakat dan pihak pelaksana pekerjaan konstruksi

memiliki kewajiban untuk saling menghormati haknya. Beragam celah dapat
dilakukan oleh oknum di lapangan dengan memanfaatkan keawaman dan
ketidaktahuan masyarakat atas hak-haknya untuk menikmati lingkungan yang
nyaman dan tenang demi terlaksananya pekerjaan pembangunan secepat dan
seefisien mungkin. Untuk menghindari biaya sosial yang mungkin timbul sebagai
ekses pekerjaan pembangunan, setiap pelaksana pembangunan harus melaksanakan
pekerjaan sesuai izin yang diterbitkan pemerintah setempat. Diperlukan kesadaran

73

http://www.pkh.komisiyudisial.go.id/id/files/Materi/TUN01/TUN01_Harry_Aspek.pdf
(diakses pada tanggal 18 Februari 2016).

Universitas Sumatera Utara

45

dan inisiatif masyarakat secara kolektif untuk mencermati proses pekerjaan
pembangunan dengan memberdayakan peran RT/RW sehingga hak masyarakat
dapat dinikmati bersama. 74

74

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20149/masalah-gangguan-lingkungansebagai-ekses-pembangunan-proyek (diakses pada tanggal 19 Februari 2016).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Penghentian Proyek Pembangunan Monerel Jakarta (Analisis Pasal 25 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi)

0 9 0

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

8 61 101

Analisis Terhadap Tanggung Jawab Penyelenggara Jasa Transportasi Go-Jek Ditinjau Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 1

PERTANGGUNGJAWABAN PIHAK-PIHAK DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI TERKAIT KEGAGALAN KONSTRUKSI BANGUNAN YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG J.

0 1 1

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 6

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 1

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 17

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 5