PERTANGGUNGJAWABAN PIHAK-PIHAK DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI TERKAIT KEGAGALAN KONSTRUKSI BANGUNAN YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG J.
ABSTRAK
Pembangunan gedung serta berbagai fasilitas umum di Indonesia
terus mengalami peningkatan, hal ini mendorong Pemerintah untuk
mampu bekerja dengan cepat memenuhi segala kebutuhan masyarakat
akan bangunan. Dalam Proses pengerjaannya dibutuhkan bantuan dari
pihak-pihak yang mahir dan bergerak di bidang jasa kontruksi untuk
menyelesaikan pembangunan gedung dan berbagai fasilitas umum di
Indonesia.Kerjasama dapat dilakukan antara pihak Pemerintah sebagai
pengguna jasa dan pihak swasta sebagai penyedia jasa. Hasil
kesepakatan dituangkan dalam sebuah kontrak kerja konstruksi yang
memiliki kekuatan hukum mengikat bagi kedua belah pihak. Meskipun
kontrak telah dibuat, berbagai resiko seperti kegagalan konstruksi
bangunan maupun kegagalan bangunan dapat saja terjadi dan merugikan
pihak-pihak tertentu. Tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah
untuk menunjukkan bentuk pertanggungjawaban para pihak dalam
kegiatan konstruksi baik pemerintah maupun perusahaan penyedia jasa
dalam peristiwa kegagalan konstruksi bangunan yang merupakan proyek
milik pemerintah, serta mengetahui faktor-faktor penghambat penegakan
hukum terhadap para pigak dalam pekerjaan konstrusksi ketika terjadi
suatu kegagalan konstruksi bangunan yang menyebabkan hilangnya
nyawa orang lain.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah yuridis
normatif yaitu menekankan pada norma hukum, disamping juga menelaah
kaidah-kaidah hukum yang berlaku di masyarakat, terutama UndangUndang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan Kitab UndangUndang Hukum Pidana. Pengumpulan data untuk penulisan ini dilakukan
melalui studi kepustakaan terhadap bahan-bahan hukum yang relevan
dan studi lapangan yang dilakukan melalui wawancara.
Pertanggungjawaban dalam kegagalan konstruksi bangunan
dapat berupa pertanggungjawaban secara perdata, administrasi dan
pidana. Pertanggungjawaban secara perdata tidak dapat menghentikan
proses hukum yang sedang berlangsung jika diketahui dalam peristiwa
kegagalan pekerjaan konstruksi tersebut terdapat unsur pidana
didalamnya. Pertanggungjawaban pidana akan melihat kepada pihak yang
bersalah dan tidak terbatas hanya pada satu pihak saja, sehingga jika
dalam proses penyelidikan dan penyidikan terbukti bukan hanya pihak
penyedia jasa namun pihak pengguna jasa pun memiliki kesalahan
berupa kelalaian, masing-masing harus bertanggungjawab sesuai dengan
kesalahannya. Pemaksimalan fungsi dan peran dari penilai ahli akan
sangat membantu dalam penyelesaian kasus kegagalan konstruksi
bangunan yang terjadi di Indonesia.
iv
Pembangunan gedung serta berbagai fasilitas umum di Indonesia
terus mengalami peningkatan, hal ini mendorong Pemerintah untuk
mampu bekerja dengan cepat memenuhi segala kebutuhan masyarakat
akan bangunan. Dalam Proses pengerjaannya dibutuhkan bantuan dari
pihak-pihak yang mahir dan bergerak di bidang jasa kontruksi untuk
menyelesaikan pembangunan gedung dan berbagai fasilitas umum di
Indonesia.Kerjasama dapat dilakukan antara pihak Pemerintah sebagai
pengguna jasa dan pihak swasta sebagai penyedia jasa. Hasil
kesepakatan dituangkan dalam sebuah kontrak kerja konstruksi yang
memiliki kekuatan hukum mengikat bagi kedua belah pihak. Meskipun
kontrak telah dibuat, berbagai resiko seperti kegagalan konstruksi
bangunan maupun kegagalan bangunan dapat saja terjadi dan merugikan
pihak-pihak tertentu. Tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah
untuk menunjukkan bentuk pertanggungjawaban para pihak dalam
kegiatan konstruksi baik pemerintah maupun perusahaan penyedia jasa
dalam peristiwa kegagalan konstruksi bangunan yang merupakan proyek
milik pemerintah, serta mengetahui faktor-faktor penghambat penegakan
hukum terhadap para pigak dalam pekerjaan konstrusksi ketika terjadi
suatu kegagalan konstruksi bangunan yang menyebabkan hilangnya
nyawa orang lain.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah yuridis
normatif yaitu menekankan pada norma hukum, disamping juga menelaah
kaidah-kaidah hukum yang berlaku di masyarakat, terutama UndangUndang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan Kitab UndangUndang Hukum Pidana. Pengumpulan data untuk penulisan ini dilakukan
melalui studi kepustakaan terhadap bahan-bahan hukum yang relevan
dan studi lapangan yang dilakukan melalui wawancara.
Pertanggungjawaban dalam kegagalan konstruksi bangunan
dapat berupa pertanggungjawaban secara perdata, administrasi dan
pidana. Pertanggungjawaban secara perdata tidak dapat menghentikan
proses hukum yang sedang berlangsung jika diketahui dalam peristiwa
kegagalan pekerjaan konstruksi tersebut terdapat unsur pidana
didalamnya. Pertanggungjawaban pidana akan melihat kepada pihak yang
bersalah dan tidak terbatas hanya pada satu pihak saja, sehingga jika
dalam proses penyelidikan dan penyidikan terbukti bukan hanya pihak
penyedia jasa namun pihak pengguna jasa pun memiliki kesalahan
berupa kelalaian, masing-masing harus bertanggungjawab sesuai dengan
kesalahannya. Pemaksimalan fungsi dan peran dari penilai ahli akan
sangat membantu dalam penyelesaian kasus kegagalan konstruksi
bangunan yang terjadi di Indonesia.
iv