MENGAPA KELOMPOK TIDAK SETUJU DIPERLAKUK

MENGAPA KELOMPOK “TIDAK SETUJU” DIPERLAKUKAN TIDAK SETARA DALAM PILKADA CALON TUNGGAL TAHUN 2015?

Why Did the “Disagree” Group in Single Candidate Local Election 2015 Treated Unequally?

Ikhsan Darmawan

Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Alamat e-mail: ikhsan_darmawan@yahoo.com

Naskah Diterima: 21 Februari 2017 Naskah Direvisi: 21 April 2017 Naskah Disetujui: 29 Mei 2017

Abstract

Single candidate local election 2015 was happened in three areas: Tasikmalaya Municipality, Blitar Municipality, and Timor Tengah Utara Municipality. In practice, not all people agree with Single Candidate Local Election 2015. In every area where it’s local election contains of single candidate, there was group of “disagree” which do not agree with Constitutional Court Decision and then they sounded their rights and legitimacy for choice of “disagree”. Nevertheless, in fact, they got different responses with the candidate or “agree” group. This article tries to answer the question: Why did the “disagree” groups not treated equally in three single candidate local elections in 2015? Theoretical framework used in this research is the consequences of electoral laws and relation between democracy and election. This research uses the qualitative approach. Data was collected by using depth interview method in all three areas combined with secondary data from internet. The research result is that the cause of the “disagree” group did not treated equally in single candidate local election is the absence of regulation that can accommodate the problems arise related with single candidate election. As response to that, all three groups of “not agree” in three areas protested the local election bodies. The conclusion of this research is that the phenomenon of not giving space to the “disagree” groups in single candidate local election caused by the regulation that not place “disagree” group as the same and equal stakeholders with candidate in local election.

Keywords: single candidate; local election; “disagree” group, discrimination, equality

Abstrak

Pilkada calon tunggal tahun 2015 terjadi di tiga daerah, yaitu Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Timor Tengah Utara. Dalam praktiknya, tidak semua pihak setuju dengan Pilkada calon tunggal tahun 2015. Di tiap daerah yang Pilkadanya terdiri dari calon tunggal, terdapat kelompok “tidak setuju” yang awalnya tidak setuju dengan putusan MK tentang Pilkada calon tunggal lalu mereka menyuarakan kesetaraan hak dan pengakuan untuk pilihan “tidak setuju”. Akan tetapi, pada kenyataannya, mereka mendapatkan perlakuan yang tidak setara dengan calon atau kelompok “setuju”. Artikel ini berusaha untuk menjawab pertanyaan: Mengapa kelompok “tidak setuju” diperlakukan tidak setara dalam Pilkada calon tunggal di tahun 2015? Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsekuensi dari aturan pemilu dan hubungan antara demokrasi dan pemilu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam di ketiga daerah disertai pengumpulan data-data sekunder dari sumber internet. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa penyebab tidak diakomodirnya kelompok “tidak setuju” di ketiga daerah yang melaksanakan Pilkada calon tunggal di tahun 2015 adalah ketiadaan aturan yang dapat mengakomodir persoalan-persoalan yang muncul terkait Pilkada calon tunggal. Sebagai reaksi dari hal itu, ketiga kelompok “tidak setuju” di ketiga daerah melakukan usaha perlawanan dan protes kepada penyelenggara Pilkada. Simpulan penelitian ini yaitu fenomena tidak diberi ruang yang sama untuk kelompok “tidak setuju” dalam Pilkada calon tunggal disebabkan oleh aturan yang tidak menempatkan kelompok “tidak setuju” sebagai pihak yang sama dan setara dengan calon kepala daerah.

Kata kunci: calon tunggal, Pilkada, kelompok “tidak setuju”, diskriminasi, kesetaraan Ikhsan Darmawan: Mengapa Kelompok “Tidak Setuju” Diperlakukan Tidak Setara

Latar Belakang

Akan tetapi, bukan berarti pilihan Pilkada Serentak tahun 2015 telah kebijakan dari KPU RI itu selalu didukung

dilaksanakan pada 9 Desember 2015 lalu di tanpa kecuali. Sebaliknya, ada orang-orang 264 daerah. Rinciannya yaitu: 8 provinsi, yang tidak setuju dan menolak pelaksanaan 242 kabupaten, dan 34 kota. Sebenarnya, Pilkada calon tunggal. Di ketiga daerah, pelaksanaan Pilkada Serentak di tahun 2015 Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Blitar, direncanakan akan digelar di 269 daerah. dan Kabupaten Timor Tengah Utara, terdapat Namun, pada saat terakhir, Pilkada di lima kelompok-kelompok masyarakat yang menolak daerah tidak dilaksanakan pada 9 Desember 2015 dan tidak setuju dengan digelarnya Pilkada dikarenakan sejumlah sebab. Lima daerah itu Calon Tunggal. adalah: Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten

Salah satu alasan penolakan mereka yaitu Fakfak di Papua, Kabupaten Simalungun dan pelaksanaan putusan MK tidak berlaku untuk

Kota Pematangsiantar di Sumatra Utara dan Pilkada Serentak 2015 melainkan Pilkada Kota Manado di Sulawesi Utara.

Serentak 2017 karena putusan itu tidak Dari jumlah total daerah yang melaksanakan dapat berlaku surut. Alasan lainnya adalah

Pilkada di atas, ada 3 (tiga) daerah yang karena KPU Kabupaten di ketiga daerah telah diikuti oleh hanya satu pasang calon dan lazim menutup tahapan Pilkada dan status pasangan disebut dengan istilah Pilkada calon tunggal. calon belum sempat diverifikasi menjadi calon, Ketiga daerah itu adalah Pilkada Kabupaten sehingga sebenarnya Pilkada di ketiga daerah Tasikmalaya, Kabupaten Blitar, Kabupaten itu belum terdapat calon kepala daerah sama Timor Tengah Utara.

sekali. Sementara itu, di dalam isi putusan MK Pilkada calon tunggal merupakan terkesankan bahwa di ketiga daerah itu sudah

pelaksanaan dari putusan MK No. 100/PUU- terdapat calon kepala daerah. XIII/2015. Putusan MK itu merupakan jawaban

Pilkada yang hanya terdiri dari satu calon dari gugatan Effendi Ghazali. Dalam gugatannya, ini menimbulkan perdebatan apakah masuk

Effendi Ghazali menggugat pasal-pasal di UU dalam kategori demokratis atau tidak. Seperti No. 8 Tahun 2015 yang mensyaratkan sebuah diungkapkan oleh McDonald dan Samples: Pilkada wajib dilaksanakan setidaknya dua “Democratic elections are about choice between pasangan calon. Dampak dari pasal-pasal di competing candidates and the issues they intend to follow if elected.” UU No. 8 Tahun 2015 adalah ditundanya 1 (Pemilu-pemilu yang pelaksanaan Pilkada di daerah yang hanya demokratis adalah mengenai pilihan di antara terdiri dari satu pasang calon. Penundaan kandidat-kandidat yang berkompetisi dan isu Pilkada menyebabkan terjadinya kekosongan yang mereka akan laksanakan jika terpilih). pejabat definitif di daerah tersebut karena Dalam pertanyaannya, McDonald dan Samples hanya dipimpin oleh pejabat sementara dan menggunakan istilah kandidat-kandidat yang juga dalam kurun waktu yang tidak sebentar.

artinya “jamak” atau lebih dari satu. Dengan Beberapa waktu sebelum keluarnya demikian, pemilu yang demokratis identik

putusan MK No. 100/PUU-XIII/2015 pada 29 dengan terdiri dari minimal dua kandidat. September 2015, di daerah-daerah yang hanya

Kelompok-kelompok yang tidak setuju terdapat satu calon dalam Pilkada-nya telah dengan Pilkada calon tunggal di ketiga daerah

dilaksanakan penundaan Pilkada menjadi di itu kemudian mentransformasikan diri mereka Pilkada Serentak selanjutnya (2017-penulis). menjadi kelompok “tidak setuju”. Karena Akan tetapi, dengan keluarnya putusan MK Pilkada di daerah mereka tetap dilaksanakan itu, KPU RI kemudian memutuskan untuk dengan satu pasang calon, kelompok “tidak membuka kembali tahapan Pilkada di ketiga 1

daerah yang terdiri dari calon tunggal yang Michael P. McDonald dan John Samples (eds.), The

Marketplace of Democracy: Normative and Empirical Issues

sebelumnya sempat diberhentikan.

(Washington DC: Brookings Institution Press, 2007), 2.

Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017

calon berada di atas dari kotak setuju dan tidak setuju. Jika ingin adil dalam bersikap, sebaiknya

Permasalahan

model surat suara yang terdapat foto pasangan

Permasalahan yang menarik dari Pilkada calon sebaiknya diubah sehingga menjadi hanya calon tunggal tahun 2015 adalah ternyata di kotak bertuliskan “setuju” atau “tidak setuju” ketiga wilayah Pilkada calon tunggal tidak saja. Foto pasangan calon bisa saja hanya ada di seperti Pilkada lain pada umumnya. Calon TPS dan terpisah dari surat suara. pemilih bukan memilih orang atau pasangan

Kedua, penyelenggara Pilkada hanya calon melainkan pilihan “setuju” atau “tidak melaksanakan sosialisasi untuk pilihan “setuju”

setuju”. Di kertas surat suara terdapat foto saja kepada masyarakat setempat karena anggapan pasangan calon yang membawahi kotak mereka adalah bahwa kelompok “tidak setuju” bertuliskan “setuju” dan “tidak setuju” (lihat bukanlah calon. Sebagai contoh di Kabupaten Gambar 1).

Tasikmalaya, KPU Kabupaten Tasikmalaya hanya

Gambar 1 Contoh Surat Suara di Pilkada Kabupaten Tasikmalaya

Sumber: bbc.com

Ada kesan kuat bahwa kelompok “tidak membuat dan memasang alat peraga kampanye setuju” diperlakukan tidak setara dalam Pilkada untuk pasangan calon saja (lihat Gambar 2). calon tunggal tahun 2015. Apa maksud dari

Dalam kasus di dua daerah, yaitu Kabupaten kelompok “tidak setuju” yang diperlakukan Tasikmalaya dan Kabupaten Timor Tengah

tidak setara? Artinya, kelompok yang Utara, sebelum Pilkada 9 Desember 2015 lalu sebelumnya menolak Pilkada calon tunggal terjadi demonstrasi oleh masyarakat di kedua dan ingin mengkampanyekan pilihan “tidak daerah tersebut yang menyuarakan kesetaraan setuju” tidak diakui dan tidak diberi ruang, hak dan pengakuan untuk pilihan “tidak setuju”. perlakuan, dan kesempatan yang sama dengan Tidak hanya diakui, “pilihan tidak setuju” kelompok “setuju” saat Pilkada calon tunggal seharusnya juga dibiayai oleh negara. Apa dilaksanakan.

yang disuarakan oleh kelompok masyarakat itu

Ikhsan Darmawan: Mengapa Kelompok “Tidak Setuju” Diperlakukan Tidak Setara Ikhsan Darmawan: Mengapa Kelompok “Tidak Setuju” Diperlakukan Tidak Setara

di tiga daerah pada tahun 2015; dan manifestasi dari model referendum. 2 • Menjelaskan mengapa kelompok “tidak Di samping itu, hak untuk mendapatkan

setuju” diperlakukan tidak setara dalam perlakuan yang sama seharusnya bersifat setara

Pilkada calon tunggal tahun 2015. (non-diskriminatif) dalam konteks model

pemilihan referendum tersebut. Faktanya, di Kerangka Pemikiran

ketiga daerah Pilkada calon tunggal baik alat Sebagai pisau analisis, artikel ini peraga kampanye sampai dengan model surat menggunakan kerangka pemikiran pengaruh

suara terlihat bahwa pilihan “tidak setuju” tidak aturan pemilu alias konsekuensi politik dari diberikan perlakuan yang tidak diskriminatif.

electoral laws atau peraturan tentang pemilu.

Gambar 2

Foto Spanduk Kampanye oleh KPU di Pilkada Kabupaten Tasikmalaya

Sumber: Koleksi penulis.

Berangkat dari latar belakang permasalahan Karya terkait pengaruh aturan pemilu yang di atas, artikel ini ingin menjawab pertanyaan: paling notable adalah dari Arend Lijphart. Mengapa kelompok “tidak setuju” diperlakukan Dalam artikelnya itu, Lijphart mengemukakan tidak setara dalam Pilkada calon tunggal di bahwa aturan pemilu (khususnya sistem tahun 2015? Artikel ini berpendapat bahwa pemilu beserta variabel-variabelnya seperti perlakuan tidak setara terhadap kelompok “tidak electoral formula, district magnitude, dan ballot setuju” disebabkan oleh ketiadaan aturan yang structure) memiliki kaitan erat dengan hasil

dapat mengakomodir persoalan-persoalan yang pemilu (electoral outcome). 3 Karya Lijphart itu muncul terkait Pilkada calon tunggal.

3 Arend Lijphart. “The Political Consequences of Electoral Laws, 1945-85,” The American Political Science Review

Tujuan Penulisan

84, no. 2 (Juni 1990): 481-496. Studi lain yang sejenis

Artikel ini ditulis dengan tujuan:

lihat juga Bernard Grofman dan Arend Lijphart (Eds.),

• Memberikan gambaran mengenai Electoral Laws and Their Political Consequences, (New York:

Agathon Press Inc, 1986), Kenneth Benoit, “Duverger’s

kelompok-kelompok “tidak setuju” dalam

Law and the Study of Electoral System”, French Politics

4, (2006): 69-83, Kenneth Benoit, “Electoral Laws as Ikhsan Darmawan, “Mengantisipasi Pilkada Calon

Political Consequences: Explaining the Origins and Tunggal”, Kompas, 14 September 2016, 6.

Change of Electoral Institutions”, Annu. Rev. Polit. Sci. 10,

Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017

Penelitian terdahulu tentang Pilkada calon aspek-aspek konseptual, metodologi, dan tunggal masih sangat terbatas mengingat fenomena empiris.

Pilkada calon tunggal merupakan fenomena Karya sejenis dengan Lijphart dan Rae yang masih relatif baru di Indonesia. Penelitian dapat dilihat dari karya Blais dkk yang melihat terdahulu yang pernah ada dilakukan oleh Wafia diputuskannya dalam peraturan tentang pemilu Silvi Dhesinta. Fokus dari riset tersebut adalah yang membatasi usia minimal pemilih (yaitu 18 pada kelemahan dalam pelaksanaan Pilkada

tahun) dan hak untuk memilih dari orang yang calon tunggal Kabupaten Blitar. 8 Kelemahan itu berkebutuhan mental khusus perlu dibatasi. 5 adalah kurangnya sosialisasi mengenai tata cara Kesamaan karya Blais dkk dengan paper ini pemungutan suara. Selain itu, penelitian tersebut adalah keduanya sama-sama melihat faktor juga menganalisis mengenai tidak demokratisnya yang mempengaruhi aturan tentang pemilu.

Pilkada dengan satu calon tersebut. Selain kerangka pemikiran di atas, artikel

Sementara itu, dalam konteks riset tentang ini juga menggunakan kerangka pemikiran pemilihan yang dilakukan dengan hanya satu calon, hubungan antara demokrasi dan pemilu. selama ini identik dengan pemilihan di negara non- Pemilu yang demokratis ditandai oleh banyak demokratik. Sebagai contoh, Pemilihan Presiden indikator. Salah satunya adalah pemilu tersebut Yaman di tahun 2012 di mana calon presiden kala

harus bebas dari praktik diskriminatif. 6 Selain itu hanya Abduradu Mansur Hadi. 9 itu, dalam mendukung pemilu demokratis harus

Kepustakaan yang menjelaskan pemilihan juga terdapat political equality atau kesetaraan dengan satu calon identik dengan yang terjadi politik di dalam pemilu. Apakah kesetaraan di China. Dalam karya Cheng Li disebutkan politik dalam pemilu itu? Robert Dahl dan bahwa dalam pemilihan di internal partai Charles Lindblom mendefinisikan kesetaraan (Partai Komunis China atau China Communist politik dalam pemilu sebagai “pilihan setiap Party), terdapat tahap di mana untuk setiap

posisi yang ingin diisi hanya terdapat satu calon saja. (2007): 363-90, Shaun Bowler, Elisabeth Carter, dan David M. 10 Meskipun demikian, belakangan Farrell, Studying Electoral Institutions and Their Consequences: ini terdapat perubahan dalam mekanisme dan Electoral Systems and Electoral Laws, ……………………: prosedur pemilihan di negara China, khususnya

CSD Working Papers, 2001. Diakses 21 Februari 2017, http:// Pemilihan Kepala Desa. 11 Akan tetapi, Kennedy

escholarship.org/uc/item/7dc5b9dg, Giovanni Capoccia, “The Political Consequences of Electoral Laws: The German System

at Fifty”, West European Politics 25, no. 3, (2002): 171-202, 7 Robert Dahl dan Charles Lindblom, Politics, Economics, William R. Clark dan Matt Golder, “Rehabilitating Duverger’s

and Welfare, (New York: Harper and Bros, 1953), dalam Theory: Testing the Mechanical and Strategic Modifying

Jonathan W. Still. “Political Equality and Election Effects of Electoral Laws”, Comparative Political Studies 39, no.

Systems”, Ethics 91, no. 3 (Apr., 1981): 375-394. 6,(2006): 679-708. 8 Wafia Silvi Dhesinta, “Calon Tunggal dalam Pemilihan

4 Douglas Rae, The Political Consequences of Electoral Laws. Umum Kepala Daerah dan Konsep Demokrasi: Analisis (Yale: Yale University Press, 1967). Analisis lebih lanjut

Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Blitar Tahun studi Lijphart dan Rae dalam kasus Amerika Latin dan

2015”, Jurnal Cita Hukum, Vol. 4 No. 1 (2016): 87-104. Karibia lihat Mark P. Jones, “The Political Consequences 9 Yemen holds presidential election with one candidate

of Electoral Laws in Latin America and the Caribbean”, http://edition.cnn.com/2012/02/21/world/meast/yemen- Electoral Studies 12, no. 1 (1993), 59-75.

elections/, (cnn.com).

10 Andre Blais, Louis Massicotte, dan Antoine Yoshinaka, Cheng Li, From Selection to Election? Experiments in the “Deciding Who Has The Right to Vote: A Comparative

Recruitment of Chinese Political Elities, China Leadership Analysis of Election Laws”, Electoral Studies 20, no. 1

Monitor, No. 26.Cheng Li, 4. (March 2001): 41-62. 11 Kevin J. O’Brien dan Rongbin Han, “Path to Democracy?:

6 Stephen J. Wayne. Is This Any Way To Run a Democratic Assesing Village Elections in China”, Journal of Election? (Los Angeles: Sage Publication, 2014), 5.

Contemporary China, 18, no. 60, (2008): 3. Ikhsan Darmawan: Mengapa Kelompok “Tidak Setuju” Diperlakukan Tidak Setara Contemporary China, 18, no. 60, (2008): 3. Ikhsan Darmawan: Mengapa Kelompok “Tidak Setuju” Diperlakukan Tidak Setara

pilihan pemilu menjadi lebih terbatas. 12 Untuk teknik pengumpulan data dilakukan Kebaruan ilmiah dari artikel ini adalah dengan tiga cara. Cara pertama adalah bahwa penelitian ini mengangkat tentang kasus pengumpulan data-data sekunder dari berita- Pilkada calon tunggal yang masih relatif baru berita online tentang Pilkada di ketiga daerah. dan juga dilihat dari perspektif penyelenggaraan Cara kedua, adalah dengan melakukan observasi pemilu, khususnya pengaturan terkait kelompok di Kabupaten Tasikmalaya. Karena dilaksanakan “tidak setuju”. Kasus Pilkada calon tunggal secara serentak, maka observasi hanya dapat di Indonesia menunjukkan bahwa pemilu dilakukan di satu daerah saja. Cara ketiga, adalah dengan satu calon tidak hanya terjadi di negara dengan melakukan wawancara mendalam kepada yang tidak demokratis, tetapi juga di negara para informan-informan terkait riset ini. Latar demokratis seperti Indonesia.

belakang informan yang diwawancarai antara lain: KPU Kabupaten, Panwas Kabupaten,

Metodologi

akademisi di daerah tersebut, pengurus partai

Artikel ini ditulis dari hasil penelitian yang politik-partai politik di masing-masing kabupaten, dilakukan dengan menggunakan pendekatan dan kelompok yang termasuk dalam kelompok kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih “tidak setuju” di tiap kabupaten. karena penulis ingin lebih menekankan pada kedalaman data.

Kelompok “Tidak Setuju” di Pilkada Metode penentuan kasus yaitu dilakukan Kabupaten Tasikmalaya

dengan metode pengambilan seluruh populasi Kelompok “tidak setuju” di Kabupaten karena pada tahun 2015 kasus Pilkada calon Tasikmalaya awalnya berasal dari orang-orang tunggal terjadi di 3 (tiga) daerah. Penelitian yang mendorong agar Pilkada Kabupaten terhadap keseluruhan populasi diharapkan Tasikmalaya hanya diikuti oleh satu pasang calon dapat mengarah kepada generalisasi sekaligus sehingga menjadi ditunda di Pilkada Serentak menggambarkan keunikan dari masing-masing 2017. Akan tetapi, dalam perkembangannya kasus.

kelompok ini tak hanya terdiri dari elit-elite Data sekunder dan primer yang telah partai politik saja, namun juga melebar sampai dikumpulkan kemudian dikategorisasi. Setelah pada kelompok masyarakat (mahasiswa). itu, data tersebut dianalisis dengan dikaitkan

Elite-elite partai politik dari kelompok ini dengan kerangka analisis yang relevan sehingga berasal dari partai politik di luar partai pengusung memperkuat jawaban atas pertanyaan penelitian. Bupati Tasikmalaya petahana (Uu Ruzhanul

Pengumpulan data dilakukan secara Ulum). Partai-partai politik dimaksud adalah bertahap dari mulai November 2015 sampai PPP (kubu Djan Faridz) dan Partai Demokrat. 13 dengan Agustus 2016 di ketiga kabupaten 13

seperti disebutkan di atas. Pengambilan data Partai politik-partai politik pengusung dan pendukung

Uu Ruzhanul Ulum dan Ade Sugiyanto (Bupati dan

pertama dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya

Wakil Bupati Tasikmalaya petahana) adalah PPP (kubu

sebelum, pada hari-H, dan setelah Pilkada

Romahurmuzy), PDI Perjuangan, Partai Golkar, PAN,

dalam kurun waktu November 2015 sampai

dan PKS. Partai Golkar hanya berstatus pendukung

awal tahun 2016. karena bermasalah dalam hal dualisme kepengurusan di

tingkat pusat kala itu antara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Wawancara dengan Erry Purwanto, salah

12 James John Kennedy, “The Face of “Grassroots seorang pengurus Partai Golkar Kabupaten Tasikmalaya Democracy” in Rural China: Real Versus Cosmetic

di Gedung DPRD Kabupaten Tasikmalaya pada tanggal 6 Elections”, Asian Survey, 42, no. 3 (2002): 456-482.

Januari 2016.

Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017

Sementara itu, PKB memilih untuk tidak keabsahan kepengurusannya. Hasilnya tercapai memihak kepada calon atau kubu manapun kesepakatan bahwa semua elit partai politik setelah gagal mencapai kesepakatan dengan Uu sama-sama tidak mencalonkan diri agar Pilkada

Ruzhanul Ulum. 14 Sedangkan, untuk kelompok Kabupaten Tasikmalaya diundur ke tahun masyarakat berasal dari Forum Komunikasi 2017. Seperti diungkapkan oleh Ikbal Nasihin: Masyarakat Kota Tasikmalaya (FKMT) yang

“Mereka juga tidak mau kayaknya rezim PPP

terus berkuasa di Tasik karena siapapun yang ini menamakan dirinya dengan Romantis

diketuai oleh Dani Safari Effendi. 15 Kelompok

menang, kalau Pak Rohimat sama Pak Uu maju, yang merupakan singkatan dari Rombongan

keliatannya teman-teman dari partai lain agak Masyarakat Tidak Setuju.

enggan. Gitu. Karena siapapun yang jadi tetap

Sebelum terjadi Pilkada calon tunggal di PPP. Karena itulah ya kan Pak Ade Ketua DPC

PDIP melobi bagaimana supaya Pilkada 2015 Kabupaten Tasikmalaya, sebenarnya sudah

ini digagalkan. Melobi kita-kita, melobi partai- banyak bakal calon bupati yang bermunculan.

partai kumpul di Restoran Permata Kota Tasik, Akan tetapi, mendekati masa pendaftaran,

semua ketua partai kumpul dan sepakat diundur para bakal calon itu kemudian tidak jadi

2017. Dan mendesak supaya Pak Rohimat tidak mencalonkan. Seperti disampaikan oleh Ikbal

mencalonkan diri. Biarlah Pak Uu saja yang Nasihin sebagai berikut: nyalon. Yang daftar. Pak Rohimat nggak perlu daftar. Akhirnya sepakat semua diundur ke

“Itu awalnya. Kita ada dua calon, dua kekuatan 2017…. Biarlah Pak Uu sama Pak Ade. Pak besar, kedua-duanya kader PPP, Pak Ketua

Ade kan ketua DPC, biarlah Pak Ade aja yang DPRD sama bupati. Karena mungkin ini juga

daftar sama Pak Uu. Biarlah nanti diputus sama apalagi ketika sekarang ini PPP lagi gamang,

KPU. Begitu juga komunikasi dengan KPU galau gitu kan karena kepengurusan pusat yang

ya udah kita undur saja. calonnya cuma satu. nggak bener gitu, akhirnya kita kan yang di

Akhirnya nggak lama ditutup pendaftaran. Hari bawah jadi tidak solid di kabupaten kota ketika

itu pleno diundur ke 2017 sebelum ada putusan kepentingan-kepentingan ini saling bertabrakan.

MK. Motivasinya ya itu, ingin kesetaraanlah.” 16 Akhirnya kejadian seperti ini dimanfaatkan oleh

partai lain bagaimana supaya diundur 2017. Seperti disebutkan sebelumnya, Bupati Tasikmalaya petahana, Uu Ruzhanul Ulum,

Menurut Ikbal, partai politik-partai politik memang tidak mendapatkan rekomendasi

lain di luar PPP terkesan tidak ingin PPP terus untuk dicalonkan oleh PPP yang mengusungnya

menduduki kursi bupati Tasikmalaya. Apalagi, di tahun 2010. Apalagi, pada akhir Oktober

dua bakal calon yang berniat maju sama-sama 2015, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan

dari PPP. Berangkat dari situ, partai politik lain putusan yang memenangkan kubu Djan Faridz

berusaha menjegal agar PPP tidak berhasil maju sebagai kasus hukum sengketa kepengurusan

karena Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum PPP yang sah. Putusan MA itu memberikan

saat itu berada di kubu PPP yang belum jelas penegasan bahwa PPP tidak akan mendukung

14 Jauh hari sebelum pendaftaran calon bupati dan Uu Ruzhanul Ulum sebagai calon Bupati wakil bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum sudah Tasikmalaya meskipun Uu merupakan kader

mendekati PKB Kabupaten Tasikmalaya untuk menjajaki

kemungkinan maju bersama di mana wakil bupati akan PPP.

berasal dari PKB. Hal itu dilakukan Uu karena PPP

Kelompok Romantis tidak menyangka mengalami masalah dualisme kepengurusan sehingga bahwa MK akan mengeluarkan Putusan MK

sangat rentan untuk tidak dapat mengajukan pasangan calon sendiri meskipun PPP memiliki jumlah kursi 16 Wawancara dengan Ikbal Nasihin, salah satu pengurus terbanyak di DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Wawancara

PPP (Kubu Djan Faridz) di Kantor PPP (Kubu Djan dengan Usman Kusmana, anggota DPRD Kabupaten

Faridz) Kabupaten Tasikmalaya, pada tanggal 6 Januari Tasikmalaya dari PKB pada tanggal 6 Januari 2016 di

Gedung DPRD Kabupaten Tasikmalaya. 17 “Pasca putusan MA, PPP tak akan usung Uu di Pilkada 15 Dani Safari Effendi adalah mahasiswa aktif S1 Ilmu

Tasikmalaya”, diakses 8 November 2015, pukul 10:23 Hukum Universitas Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya.

WIB, http://m.galamedianews.com/daerah/49796/pasca- FKMT terdiri dari mahasiswa-mahasiswa Ilmu Hukum

putusan-ma-ppp-tak-usung-uu-di-pilkada-tasikmalaya. Universitas Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya.

html.

Ikhsan Darmawan: Mengapa Kelompok “Tidak Setuju” Diperlakukan Tidak Setara

No. 100 yang substansinya tetap meminta Karena akhirnya Pilkada calon tunggal Pilkada dilaksanakan meskipun hanya diikuti tetap dilaksanakan, maka kelompok ini oleh satu pasang calon saja. Sebagai respons dari tetap beraktivitas dengan menyuarakan dan keputusan KPU RI tetap melaksanakan Pilkada mengkampanyekan pilihan “tidak setuju” sekaligus calon tunggal di Kabupaten Tasikmalaya, mendorong kesamaan perlakuan dengan pilihan kelompok Romantis melakukan beberapa “setuju”. Meskipun tidak diatur atau diakomodir kegiatan. Salah satunya adalah menyatakan dalam peraturan, baik Undang-Undang maupun penolakan terhadap pelaksanaan Pilkada Peraturan KPU, kelompok Romantis ini tetap calon tunggal. Seperti diungkapkan oleh Ikbal mengkampanyekan pilihan “tidak setuju” kepada Nasihin:

masyarakat Kabupaten Tasikmalaya. Pada tanggal “25 Oktober kalau nggak salah. Ketika simulasi.

29 Oktober 2015, kelompok ini melakukan Ketika simulasi itu kan kumpul dengan semua

sosialisasi pilihan “tidak setuju” di Pondok ketua semua ormas, ketua partai, dengan KPU

Pesantren Al Choeriyah, di Kampung Cibeas, Desa RI dengan Bawaslu RI bahkan DKPP pun

Cintaraja, Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya. hadir. Ya kita mempermasalahkan itu, kita

Salah satu yang melakukan sosialisasi adalah Tatang mempertanyakan ini dasar hukum calon tunggal Farhanul Hakim, mantan Bupati Tasikmalaya, itu darimana? Undang-undangnya nggak ada.

Ini jelas-jelas melanggar HAM melanggar UUD. yang merupakan Ketua DPW PPP Jawa Barat

Yang lebih parah lagi melanggar Pancasila. versi Djan Faridz. Dalam kesempatan itu, Tatang Karena sistem yang dibangun setelah munculnya

menyebutkan bahwa alasan mensosialisasikan PKPU apalagi. Kita tidak punya. Bagi yang tidak

pilihan “tidak setuju” adalah agar masyarakat diberi setuju, kita kan tidak diberi fasilitas apapun. Kita

ruang dalam memilih calon jika Pilkada Kabupaten tidak punya hak legal standing, kita juga tidak

Tasikmalaya diundur ke tahun 2017. Sosialisasi punya hak untuk mensosialisasikan tidak setuju

dengan APBD yang ada. Kita juga tidak punya itu sendiri juga dihadiri oleh Ketua Majelis Ulama

hak untuk sakasi, untuk mengontrol kecurangan 19 (MUI) Kabupaten Tasikmalaya, Abdul Baasyit.

mereka tidak punya kita.” 18

Gambar 3

Foto Spanduk Kelompok “Tidak Setuju” di Pilkada Kabupaten Tasikmalaya

Sumber: Koleksi penulis. 19 “Mantan Bupati Kampanyekan Suara Tidak Setuju”, diakses 18 Wawancara dengan Ikbal Nasihin, salah satu pengurus

8 November 2015, pukul 10:25 WIB, http://v2.rri.co.id/ PPP (Kubu Djan Faridz) di Kantor PPP (Kubu Djan Faridz)

post/berita/214082/pilkada_serentak_2015/mantan_bupati_ Kabupaten Tasikmalaya, pada tanggal 6 Januari 2016.

kampanyekan_suara_tidak_setuju_di_tasikmalaya.html.

Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017

Setelah itu, pada 1 Desember 2015 malam, model surat suara yang memilih pilihan tulisan

H. Ruhimat mengadakan rapat di rumahnya. “setuju” atau “tidak setuju”. 21 Rapat itu membahas rencana mengadakan

Deklarasi Kelompok “Tidak Setuju”. Deklarasi Kelompok “Tidak Setuju” di Pilkada direncanakan akan digelar di depan kantor Kabupaten Blitar

Bupati Tasikmalaya. 20 Seperti halnya di Kabupaten Tasikmalaya, Walaupun tidak diakomodir secara kelompok “tidak setuju” di Pilkada Kabupaten khusus seperti tertulis dalam peraturan, pada Blitar terdiri dari elite-elite partai politik yang praktiknya KPU Kabupaten Tasikmalaya berseberangan dengan kepala daerah petahana. tetap menjalankan kewajiban mereka Hanya saja, bedanya dengan di Kabupaten mensosialisasikan Pilkada dengan calon tunggal. Tasikmalaya, di Kabupaten Blitar kepala daerah Kebaruan model calon tunggal ini relatif tidak petahana yang dimaksud adalah Wakil Bupati. mudah disosialisikan. Dadan Bardan, anggota Hal ini dikarenakan Bupati Blitar petahana KPU Kabupaten Tasikmalaya divisi teknis sudah menjabat sebanyak dua periode. pemilu dan hubungan partisipasi masyarakat,

Kelompok “tidak setuju” Kabupaten Blitar mengatakan KPU Kabupaten Tasikmalaya awalnya menamakan diri mereka dengan

bekerja lebih keras mensosialisasikan Pilkada Koalisi Rakyat Blitar Berjuang. Kelompok ini calon tungal kepada masyarakat Kabupaten melakukan deklarasi pada tanggal 13 Juni 2015 Tasikmalaya. Hal ini dikarenakan masyarakat (lihat gambar 4). Koalisi Rakyat Blitar Berjuang

Gambar 4 Foto Deklarasi Kelompok Blitar Berjuang Kabupaten Blitar

Sumber: pojokpitu.com

terbiasa untuk mencoblos pilihan gambar. terdiri dari sembilan partai politik yang memiliki Sementara, Pilkada calon tunggal menggunakan

34 kursi di DPRD Kabupaten Blitar. Sembilan

20 “Polemik Pilkada Calon Tunggal di Kabupaten 21 “Polemik Pilkada Calon Tunggal di Kabupaten Tasikmalaya”, diakses 6 Desember 2015, pukul 14:20 WIB,

Tasikmalaya”, diakses 6 Desember 2015, pukul 14:20 WIB, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/ 151204_indonesia_pilkada_calontunggal.

151204_indonesia_pilkada_calontunggal.

Ikhsan Darmawan: Mengapa Kelompok “Tidak Setuju” Diperlakukan Tidak Setara Ikhsan Darmawan: Mengapa Kelompok “Tidak Setuju” Diperlakukan Tidak Setara

adanya perubahan ke arah yang lebih baik. 22 mengubah nama mereka menjadi “Forum Blitar Koordinator Koalisi Suswati yang juga Menggugat”. anggota DPRD dari Partai Golkar mengatakan,

Forum Blitar Menggugat melakukan koalisi ini dibangun atas dasar kesamaan desakan kepada KPU Kabupaten Blitar untuk pandangan dan pemikiran. Dalam koalisi ini tidak melanjutkan penyelenggaraan Pilkada semua parpol memiliki hak yang sama dalam Serentak tahun 2015. Alasannya adalah karena mengusung calon. Namun koalisi ini tetap akan ada kesan pelaksanaan itu dipaksakan tanpa membuka lebar-lebar terhadap siapapun putra mempertimbangkan situasi politik di daerah. daerah yang ingin maju sebagai calon bupati Penyelenggaraan Pilkada yang disiapkan dengan dan calon wakil bupati Blitar melalui partai waktu hanya dua bulan saja juga berpotensi

koalisi. 23 menghasilkan persoalan baru. Di samping itu,

Dalam perkembangannya, Koalisi Rakyat massa dari Forum ini menyatakan penyelenggaraan Blitar Berjuang tidak berhasil menemui Pilkada yang tidak didasari oleh Peraturan KPU mufakat mengenai siapa yang akan dicalonkan khusus calon tunggal dianggap tidak sah. 25 di Pilkada Kabupaten Blitar 2015. Karena

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ketokohan dari Wakil Bupati Blitar petahana di atas, massa Forum Blitar Menggugat yang begitu kuat dan koalisi besar tidak berhasil menolak Pilkada 2015 dan meminta kepada juga menyepakati calon, koalisi ini memutuskan Panwas Kabupaten Blitar untuk membuat untuk tidak mengajukan calon agar Pilkada rekomendasi kepada KPU Kabupaten Blitar Kabupaten Blitar tahun 2015 ditunda menjadi untuk menghentikan pelaksanaan Pilkada. Jika tahun 2017. Bahkan, sebagai salah satu cara KPU dan Panwas tetap melaksanakan Pilkada untuk membuat Wakil Bupati petahana tidak di tahun 2015, maka mereka mengancam akan

bisa memiliki waktu untuk mengajukan calon melaporkan kedua lembaga kepada DKPP. 26 boneka (dalam wujud calon perseorangan),

Akan tetapi, meskipun mendapatkan Koalisi Rakyat Blitar Berjuang mewacanakan tekanan dari Forum Blitar Menggugat, KPU di perpanjangan ketiga pendaftaran calon Kabupaten Blitar akhirnya tetap melaksanakan kepala daerah ke KPU bahwa mereka akan Pilkada Kabupaten Blitar pada 9 Desember mendaftarkan Heri Romadlon (Wakil Ketua 2015. KPU berpegangan pada prinsip bahwa DPRD Blitar dari PAN) dan Nur Fathoni mereka adalah eksekutor aturan. Pembuat (pengusaha) sebagai bakal pasangan calon aturan atau regulator adalah KPU RI.

bupati dan wakil bupati Blitar. 24 Karena Pilkada calon tunggal tetap dilaksanakan, Forum Blitar Menggugat

kemudian memutuskan untuk memperjuangkan

22 “9 Partai Deklarasi Koalisi Rakyat Blitar Berjuang”, diakses

8 Agustus 2016 pukul 20:20 WIT, ‘http://www.pojokpitu. agar pilihan “tidak setuju” bisa mengalahkan com/baca.php?idurut=8222&&top=1&&ktg=J%20 pilihan “setuju” sekaligus memperjuangkan

Mataraman&&keyrbk=Pilkada&&keyjdl=koalisi%20 kabupaten%20blitar.

25 “Forum Blitar Menggugat Pilkada Kabupaten”, diakses 8 23 “9 Partai Deklarasi Koalisi Rakyat Blitar Berjuang”, diakses

Agustus 2016 pukul 20: 20 WIT, http://www.pojokpitu. 8 Agustus 2016 pukul 20:20 WIT, ‘http://www.pojokpitu.

com/baca.php?idurut=16653&&top=1&&ktg=&&key com/baca.php?idurut=8222&&top=1&&ktg=J%20

rbk=Pilkada&&keyjdl=pilkada. Mataraman&&keyrbk=Pilkada&&keyjdl=koalisi%20 26 “Forum Blitar Menggugat Pilkada Kabupaten”, diakses 8

kabupaten%20blitar. Agustus 2016 pukul 20:20 WIT, http://www.pojokpitu. 24 Wawancara dengan Mujib, anggota DPRD Kabupaten com/baca.php?idurut=16653&&top=1&&ktg=&&key

Blitar dari Partai Gerindra, tanggal 2 September 2016 di

rbk=Pilkada&&keyjdl=pilkada.

rumah Mujib, di Kabupaten Blitar.

Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017

Pada awalnya, ada delapan partai politik Timur, pada hari Minggu 21 November 2015. 27 (minus Partai Golkar) yang menamakan diri

Menurut Komisioner KPU Hadar Nafis dengan Koalisi Era TTU Barru menyatakan Gumay, simulasi ini dilakukan agar pemilih ingin maju dalam Pilkada Kabupaten Timor tahu tata cara memilih dengan benar, Tengah Utara melawan Bupati Timor Tengah karena hanya diikuti satu pasangan calon. Utara petahana, Raymondous Sau Fernandes. “Diharapkan simulasi ini dapat dipahami dan Koalisi Era TTU Barru ini pun melakukan berjalan dengan baik. Jika ada kekurangan, itu usaha persiapan yang tidak sekedarnya. Untuk akan disempurnakan kemudian,” kata Hadar. meyakinkan diri, mereka melakukan survei Komisioner KPU ini menjelaskan, pemilih internal yang dibiayai oleh mereka sendiri. hanya perlu mencoblos salah satu pilihan, Menurut pengakuan dari Hendro Meko: “setuju” atau “tidak setuju”. “Jika dalam

“Jadi terus terang oke, waktu dari awal kita bangun perhitungannya nanti banyak yang “setuju”

koalisi ini kita sudah punya satu figur dalam hal ini maka, calon bisa menjadi kepala daerah. Begitu

calon bupati kami, satu. Anda bergabung koalisi juga sebaliknya,” ujarnya. 28 dengan kami, cuma satu usung satu. Dan mereka

Suara akan sah jika pemilih mencoblos satu siap. Jadi untuk mencari pendampingnya kita antara dua pilihan tersebut. Tapi surat suara memakai survey. Saat itu kita pakai indosurvei dari Pak Muhammad Qodari. Memang survey saat

juga sah jika di coblos pada gambar dan kolom itu..Terus terang hasilnya elektabilitas petahana

“setuju”, atau gambar dan kolom “tidak setuju”. memang di atas, ya to. Lumayan, jauh lah. “Namun suara tidak sah jika mencoblos pada

Presentasinya juga saya kurang ingat, udah ini.. gambar pasangan calon saja,” katanya. 29 Jadi gitu. Masuk lah Pak Eusebio masuk. Namun

saya bilang semua ini kan tidak ada hal yang tidak

Kelompok “Tidak Setuju” di Pilkada

mungkin, kita jangan pesimis dengan hasil survey itu ya kalau bisa kita kan kerja, kerja kan gitu. 30

Kabupaten Timor Tengah Utara

Kelompok “tidak setuju” di Kabupaten Di internal Koalisi Era TTU Barru terdapat Timor Tengah Utara seperti halnya yang terjadi dinamika antara tetap mengajukan calon atau

tidak. Akan tetapi, akhirnya koalisi Era TTU

27 “KPU Gelar Simulasi Pilkada Calon Tunggal”, diakses 8 Barru tidak berhasil mencapai mufakat untuk

Agustus 2016 pukul 20: 15 WIT, http://nasional.news.

viva.co.id/news/read/702424-kpu-gelar-simulasi-pilkada- mengajukan Eusebio bersama calon wakil Bupati

calon-tunggal-di-blitar.

mereka, yaitu Raymondous Loin. Selain alasan

28 “KPU Gelar Simulasi Pilkada Calon Tunggal”, diakses 8 hasil survei, mereka juga memiliki perhitungan Agustus 2016 pukul 20: 15 WIT, http://nasional.news. sendiri sehingga menyebabkan mereka

viva.co.id/news/read/702424-kpu-gelar-simulasi-pilkada- calon-tunggal-di-blitar.

kemudian beralih kepada keputusan untuk

29 “KPU Gelar Simulasi Pilkada Calon Tunggal”, diakses 8 30 Wawancara dengan Hendro Meko, Pengurus Partai Agustus 2016 pukul 20: 15 WIT, http://nasional.news. Nasdem Kabupaten Timor Tengah Utara, tanggal 8 viva.co.id/news/read/702424-kpu-gelar-simulasi-pilkada- Agustus 2016 di rumah Hendro Meko, di Timor Tengah calon-tunggal-di-blitar.

Utara.

Ikhsan Darmawan: Mengapa Kelompok “Tidak Setuju” Diperlakukan Tidak Setara

Gambar 5 Foto Kelompok “Tidak Setuju” Mendatangi KPU Kabupaten Timor Tengah Utara

Sumber: mediantt.com

tidak mengajukan calon kepala daerah dalam Sebagai bentuk respons dari tetap Pilkada Kabupaten Timor Tengah Utara 2015. dilaksanakannya Pilkada di tahun 2015, koalisi Tujuannya adalah agar Pilkada tahun 2015 Era TTU Barru melakukan protes ke KPU ditunda ke tahun 2017 dan mereka memiliki Kabupaten Timor Tengah Utara. Mereka persiapan lebih panjang lagi. Di samping itu, menilai bahwa tetap dilaksanakannya Pilkada Bupati petahana saat Pilkada tahun 2017 bukan di tahun 2015 adalah cacat hukum. Seperti lagi menjabat sebagai bupati sehingga berstatus diungkapkan oleh Miguel Atti Bau, Koordinator sama dengan calon yang akan mereka ajukan.

Koalisi Era TTU Barru:

Karena sudah ditunda tiga kali tidak ada “Di TTU itu yang ada itu pendaftar tunggal yang mendaftar, maka KPU Kabupaten Timor

sebetulnya, bukan calon tunggal. Tetapi akhir Tengah Utara memutuskan untuk menunda

dari semua itu kan ya kita sebagai negara Pilkada Kabupaten Timor Tengah Utara menjadi

hukum MK lahir seolah-olah 8 orang- 9 orang dilaksanakan di tahun 2017. Akan tetapi, sebulan di Mahkamah Konstitusi itu yang menentukan. Karena TTU ini putusan Mahkamah Konstitusi

setelah itu, MK mengelurkan putusan yang jilid pertama Edi Meol menang, yang sekarang ini

mengamanatkan agar Pilkada di Kabupaten Timor cacat hukum. Datang lagi putusan Mahkamah Tengah Utara tetap dilaksanakan di tahun 2015.

Konstitusi jilid dua mengakui calon tunggal. Ya Ditambahkan oleh Hendro Meko, dalam

ini lucu lah ya. Ibarat kalau orang bertarung, perkembangannya ada perubahan ketika

tinju itu lho tanpa lawan. Kita ibaratnya MK mengeluarkan putusan di mana Pilkada

bertarung sendiri di atas ring dan lain sebagainya di Kabupaten Timor Tengah Utara tetap setelah itu dinyatakan menang. Nah ini yang sebetulnya diharapkan kalau bisa pemilu 2017,

dilaksanakan di tahun 2015. Koalisi Era TTU 2019 itu pemerintah dan DPR RI harus melihat

Barru tidak menyangka MK akan mengeluarkan kembali itu semua dengan baik.” 32 putusan seperti itu. Menurut Hendro Meko:

Selain memprotes tetap dilaksanakannya “Kita tidak tahu bahwa ada uji materi calon tunggal Pilkada calon tunggal, koalisi Era TTU di MK. kita tidak diarahkan kesitu. Makanya

ketika pada tahap ketiga kita mendaftar, ternyata Barru melanjutkan kegiatan mereka dengan

setelah uji materi incumbent menangkan calon menyuarakan pilihan “tidak setuju” dan tunggal, di situlah kita tidak bisa berbuat apa-apa.

menuntut perlakuan yang setara dengan pilihan Positifnya ya kita tidak merasa kecewa.” 31 “setuju”. Selain dilakukan oleh para elite politik

dalam koalisi Era TTU Barru, protes terhadap

Wawancara dengan Hendro Meko, Pengurus Partai Nasdem Kabupaten Timor Tengah Utara, tanggal 8 Agustus 2016 di

32 Wawancara dengan Miguel Atti Baru, tanggal 10 Agustus rumah Hendro Meko, di Timor Tengah Utara.

2016 di rumah Miguel Atty Bau di Timor Tengah Utara.

Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017

perangkat yang ada itu di aktifkan begitu saja. antara pilihan “setuju” dan “tidak setuju” juga Padahal mestinya kan harus ada melalui tahapan seleksi kan sebagai pembukaan pendaftaran itu

dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang juga dibuka secara terbuka. Mestinya begitu. 34

menamakan diri mereka dengan “Gebrak”. Seperti diungkapkan oleh Ernesto yang juga

Perbandingan Ketiga Kasus Pilkada

merupakan Sekretaris FMN Timor Tengah

Calon Tunggal Tahun 2015

Utara: Bagaimana perbandingan antara ketiga “Kemarin pasca putusan MK, kita lebih banyak

kasus Pilkada calon tunggal Tahun 2015? Hal persoalkan terkait Peraturan KPU No. 14

Tahun 2015 itu terkait tidak terakomodirnya itu bisa dilihat dari persamaan dan perbedaan

pemilih yang berada di kelompok yang tidak

di antara ketiganya.

setuju. Di peraturan itu kan jelas bahwa yang Ada setidaknya dua persamaan di antara memilih setuju `kan difasilitasi, disediakan body

ketiga kasus. Persamaan pertama adalah host, disediakan specimen surat suara, dengan

di ketiga daerah kelompok “tidak setuju” paku yang jelas mengarah ke kolom setuju. Nah

diperlakukan tidak setara dengan kelompok pertanyaan kita waktu itu bagaimana dengan “setuju” yang notabene adalah calon dan kelompok masyarakat yang tidak setuju? terkait

itu saja, kemudian awal-awal sebelumnya kita merupakan kepala daerah atau wakil kepala

coba dekati beberapa partai politik untuk kita daerah incumbent. Persamaan kedua ialah tujuan bangun diskusi kenapa mereka tidak punya kader

awal dari kelompok “tidak setuju” adalah ingin untuk kemudian diusulkan ke KPU, didaftarkan ke KPU.” 33

Tabel 1

Ditambahkan oleh Ernezto, bahwa Pilkada

Persamaan Ketiga Kasus Pilkada Calon

Kabupaten Timor Tengah Utara juga cacat

Tunggal Tahun 2015

hukum. Pasalnya, ada kejanggalan dalam

Perlakuan

perlakuan KPU Timor Tengah Utara ketika Tujuan Awal

pelaksanaan kampanye. Menurutnya:

Indikator

Kelompok

“Tidak Setuju” “Tidak Setuju”

“oh kalau yang cacat hukum itu kita temukan -saya lupa hadirkan contoh specimen surat- kita

Ingin mengundur temukan satu specimen surat suara, itu dibagikan

Tasikmalaya Tidak diakui

Pilkada Serentak langsung oleh anggota TPS di desa Eban, di Desa

secara setara

dengan kelompok 2015 agar Ulasi, itu dia bagikan satu specimen, itu specimen

dilaksanakan di sosialisasi resmi ini. TPS ini kan dari KPU, nah

“setuju” yang

Tahun 2017 saat sosialisasi dia bawa itu satu’ contoh specimen

notabena adalah

calon incumbent

Ingin mengundur masyarakat. Dalam specimen surat suara itu

surat suara kemudian ditunjukkan kepada

Blitar

Tidak diakui

Pilkada Serentak kita temukan terlihat jelas-jelas ada paku yang

secara setara

dengan kelompok 2015 agar mengarah ke kolom ‘setuju’. nah ini ‘kan seolah-

dilaksanakan di olah ada pemaksaan bahwa Pilkada kali ini tidak

“setuju” yang

Tahun 2017 boleh ada opsi lain selain pilih setuju. makanya

notabena adalah

calon incumbent

kita anggap itu cacat hukum. Kemudian terkait dengan pengaktifan kembali BPS, Panwas dan

Ingin mengundur lain-lainnya; kan sebelumnya itu kemudian

Timor

Tidak diakui

Pilkada Serentak dinonaktifkan setelah ditemukan hanya ada satu

Tengah

secara setara

dengan kelompok 2015 agar pasangan calon yang mendaftar itu kemudian

Utara

dilaksanakan di oleh KPU di nonaktifkan melalui SK yang resmi.

“setuju” yang

Tahun 2017 Pasca putusan MK, KPU tanpa melalui suatu

notabena adalah

calon incumbent

mekanisme yang resmi, yang jelas secara lisan

Sumber: Diolah penulis.

33 Wawancara dengan Ernezto, tanggal 13 Agustus 2016 di 34 Wawancara dengan Ernezto, tanggal 13 Agustus 2016 di rumah Ernezto, di Timor Tengah Utara. rumah Ernezto, di Timor Tengah Utara.

Ikhsan Darmawan: Mengapa Kelompok “Tidak Setuju” Diperlakukan Tidak Setara Ikhsan Darmawan: Mengapa Kelompok “Tidak Setuju” Diperlakukan Tidak Setara

Tabel 2 2015 diundur ke Pilkada Serentak tahun Perbedaan Ketiga Kasus Pilkada Calon Tunggal

2017. Dalam perkembangannya, ketiganya

Tahun 2015 melanjutkan kegiatannya dengan bertujuan Kabupaten/

Penyebab

Bentuk Protes

untuk mengkampanyekan pilihan “tidak setuju”

Indikator

Terjadinya

Kelompok “TIdak

sembari meminta diberikannya perlakuan yang Setuju” setara dengan kelompok “setuju”. Calon

Pilkada

Tunggal

Sementara itu, untuk perbedaan juga paling tidak ada dua perbedaan di antara ketiga kasus. Tasikmalaya Kesepakatan – Demonstrasi

Perbedaan pertama adalah penyebab terjadinya terhadap KPUD

sama-

sama tidak

– Demonstrasi di

Pilkada calon tunggal. Dalam kasus Pilkada

mencalonkan

depan kantor

Kabupaten Tasikmalaya, penyebab terjadinya

yang

Bupati

Pilkada calon tunggal adalah kesepakatan elite

kemudian

– Memasang

politik untuk sama-sama tidak mencalonkan

rencana

spanduk dan

diri agar Pilkada diundur menjadi dilaksanakan

mengundur

alat peraga yang

tahun 2017. Meskipun demikian, akhirnya MK mengkampanyekan

Pilkada

digagalkan

tidak setuju

mengeluarkan putusan yang menggagalkan

oleh putusan

rencana mereka. Sementara itu, dalam kasus

MK

Pilkada Kabupaten Blitar, penyebab terjadinya

Blitar

Tidak ada

– Protes kepada

Pilkada calon tunggal adalah tidak adanya calon

calon yang

Panwas

yang ingin maju dalam Pilkada kecuali wakil

ingin maju

– Protes kepada

bupati petahana. Kondisi hanya satu calon

dalam

KPUD

itu kemudian diperkuat oleh putusan MK.

Pilkada

Sedangkan, untuk kasus Pilkada Kabupaten

kecuali

Timor Tengah Utara, penyebab Pilkada calon wakil bupati

petahana

tunggal adalah bakal calon kepala daerah lawan

yang

petahana tidak jadi mencalonkan agar Pilkada

kemudian

diundur ke tahun 2017. Namun kemudian,

diperkuat

rencana mereka itu digagalkan oleh putusan

putusan MK

MK.

Timor

Bakal calon

– Protes kepada

Perbedaan kedua adalah bentuk protes Tengah

kepala

Panwas

kelompok “tidak setuju”. Di Kabupaten Utara

daerah lawan – Demonstrasi ke

Tasikmalaya, bentuk protes terdiri dari

petahana

kantor KPUD

demonstrasi terhadap KPUD, demonstrasi di

tidak jadi

depan kantor Bupati, dan pemasangan spanduk mencalonkan

dan

dan alat peraga yang mengkampanyekan tidak

kemudian

setuju. Di Kabupaten Blitar, bentuk protes

digagalkan

kelompok “tidak setuju” di daerah itu dilakukan

oleh putusan

dengan protes kepada Panwas dan protes

MK

kepada KPUD setempat. Sementara itu di Sumber: Diolah penulis. Kabupaten Timor Tengah Utara, bentuk protes

kelompok “tidak setuju” dilakukan dengan Penyebab Tidak Diakomodirnya Kelompok cara protes kepada Panwas dan demonstrasi ke “Tidak Setuju” di Tiga Pilkada Calon

kantor KPUD setempat.

Tunggal Tahun 2015

Adanya kelompok “tidak setuju” yang tidak diakomodir di tiga daerah seperti diuraikan di atas kemudian menimbulkan pertanyaan yang

Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017 Politica Vol. 8 No. 1 Mei 2017

ada di dalam gambarnya, atau atau pada saat faktor apa yang menjadi penyebab hal itu simulasinya di arahkannya ke ‘setuju’ oleh TPS atau..itu ada dalam gambarnya di specimen surat

terjadi. suara itu tapi yang nggak setuju nggak di.. tidak

Ketua KPU Kabupaten Tasikmalaya ada pakunya. Hanya satu jenis. Kita bahkan misalnya mengungkapkan bahwa berbeda

sempat tanya pada orang yang bersangkutan dengan Pilkada daerah lain yang terdiri dari

melalui TPS yang sebarkan itu dia hanya bilang minimal dua pasang calon, Pilkada calon

ini jalankan perintah KPU. Nah kemudian kita tunggal termasuk yang terjadi di daerahnya

persoalkan terkait paku katanya ini rekomendasi memiliki beberapa ciri khas. Diungkapkan oleh oleh undang-undang diperbolehkan katanya. Oleh peraturan itu diperbolehkan diserahkan

Ketua KPU Kabupaten Tasikmalaya: kepada partai politik yang mengusung calon

“Pasti ada banyak hal yang berubah. Ada tunggal untuk mendesain. Kemudian diberikan empat hal yang berubah. Pertama tadi karena

pada KPU untuk KPU fasilitasi pembuatannya. calon tunggal. Orang kalau masyarakat itu kan,

Jadi waktu itu alasannya disitu.” 36 dulu kalau nyoblos pasangan calon pasti sah. Pokoknya. Sekarang tidak sah malah. Orang

Lantas, apa penyebab dari tidak harus nyoblosnya setuju atau tidak setuju. Kedua,

diakomodirnya kelompok “tidak setuju” perbedaan dari sisi kampanye. Kampanye pun

dalam Pilkada calon tunggal tahun 2015? kan, orang bagaimana akan mengkampanyekan

Jawabannya adalah karena ketiadaan aturan tidak setuju. Ternyata di KPU 2014 tidak diatur.

yang dapat mengakomodir persoalan-persoalan Ini paling tidak tantangan tersendiri juga. Yang

yang muncul terkait Pilkada calon tunggal. ketiga dalam hal masalah penyampaian sosialisasi Tidak seperti Pilkada calon tunggal tahun ke masyarakat. Tidak semudah membalikkan

telapak tangan. Yang keempat tentang persoalan 2017 yang mana aturannya ada di UU No. 10

masalah aturan kampanye yang baru ini, yang Tahun 2016, Pilkada calon tunggal tahun 2015 serentak ini. Segala macam diberi KPU. Segala

terjadi pasca keluarnya Putusan MK. Setelah macam APK, bahan sosialisasi. Sehingga keluarnya Putusan MK, tanpa melalui revisi dipandang seolah-olah ada yang menyesal dari

Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 lagi, KPU pasangan yang tadi gak daftar. Ini menarik. Ini

RI langsung bergerak melaksanakan perintah ada kayak penyesalan. Buktinya kesana. Kok

enak banget calon, nah kenapa ada bilang gak Putusan MK tersebut. Dengan demikian, maka

nyalon kemaren. 35 ketentuan hukum Pilkada calon tunggal 2015 terdapat di Peraturan KPU, bukan UU.