EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE. docx

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM
BASED INTRODUCTION (PBI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS
TEKS EKSPOSISI PADA SISWA KELAS X MAN KOTA BATU

Oleh:
Muhammad Salim
NPM: 214.01.07.1.056

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dikemukakan tentang (1) latar belakang masalah, (2) rumusan
masalah (3) tujuan penelitian, (4) hipotesis penelitian, (5) asumsi penelitian, (6)
ruang lingkup masalah, (7) manfaat penelitian, dan (8) definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) mengeluarkan kebijakan baru yang berkaitan dengan kurikulum

pendidikan di Indonesia dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menjadi Kurikulum 2013. Kurikulum di Indonesia sudah mengalami
perkembangan sejak periode sebelum tahun 1945 hingga kurikulum 2013 yang
berlaku sekarang. Pergantian kurikulum tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di sekolah.
Kurikulum 2013 (K13) ini memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek
pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Kurikulum 2013
(K13) yang diterapkan ini masih mengalami beberapa kali revisi dan yang terbaru
merupakan revisi 2017.
Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk lebih aktif, keratif dan inovatif
dalam pembelajaran. Kurikulum 2013 juga mengembangkan pendidikan karakter
yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. Pembelajaran Bahasa
Indonesia yang digunakan dalam kurikulum 2013 merupakan pembelajaran
berbasis teks. Dimana pembelajaran berbasis teks ini mengutamakan bahasa
sebagai sarana pembentuk kemampuan berpikir manusia.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diharuskan untuk menguasai
empat komponen keterampilan berbahasa yang terdiri dari keterampilan
menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan
membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Dari empat

keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menulis berada pada tataran
tertinggi karena menulis merupakan kegiatan yang produktif dan mengahasilkan.
Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan
lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan yang teratur: mula-mula pada
masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita
belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum
memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan
suatu kesatuan, merupakan catur-tunggal.
Selanjutnya, setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan prosesproses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan
pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik
dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa pula melatih keterampilan
berpikir (Tarigan, 1980: 1, 1981: 2. Dawwon (et al), 1963: 27).
Dari pembahasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa

dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi
harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat
dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa
keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa
yang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini, ada seorang penulis yang mengatakan
bahwa “menulis dipergunakan, melaporkan/ memberitahukan, dan memengaruhi;
dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orangorang yang dapat menulis pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas,
kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan
struktur kalimat” (Morsey,1976: 122).
Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa masih memiliki beberapa kendala
ketika melakukan kegiatan menulis, dalam hal ini yaitu menulis
teks eksposisi. Teks eksposisi adalah salah satu diantara bentuk
tulisan atau karangan yang isinya berusaha untuk menjelaskan
dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat memperluas
pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian
tersebut dengan gaya penulisan yang singkat, padat serta jelas.
Siswa masih mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, gagasan dan
pikiran mereka dalam bentuk tulisan. Kendala yang dihadapi siswa anatara lain
malas, kesulitan dalam menyampaikan ide, kurangnya referensi, kesulitan dalam

pemilihan diksi, penggunaan struktur kalimat, pembelajaran yang membosankan

serta kendala-kendala lain yang dapat menghambat kegiatan menulis. Ada juga
siswa yang masih mengunakan bahasa ibu atau bahasa daerah mereka saat
kegiatan menulis.
Masalah inilah yang menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitihan
ini guna mencoba mengetahui keterampilan menulis teks eksposisi pada siswa.
Sebagai salah satu cara mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe
problem based diajukanlah model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based
Introduction (PBI) untuk meningkatkan keterampilan menulis teks eksposisi pada
siswa kelas X di SMA ANNUR BULULAWANG.
Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) merupakan salah
satu dari banyak model pembelajaran inovatif. Model ini menyajikan suatu
kondisi belajar siswa aktif serta melibatkan siswa dalam suatu pemecahan
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Dengan diterapkannya model
pembelajaran tersebut, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis teks
eksposisi pada siswa untuk lebih mudah menyampaikan ide, gagasan maupun
pikirannya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah penelitihan, antara lain:
1) Kemampuan menuangkan ide, gagasan dan pikiran masih kurang.
2) Keterampilan pemilihan diksi masih kurang.
3) Keterampilan menggunaan struktur kalimat, ejaan dan tanda baca masih
kurang.
4) Kegiatan menulis yang dianggap siswa sulit dan membosankan.

1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang cukup bervariasi, maka masalah
yang akan dikaji dalam penelitihan ini dibatasi pada pengunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Introduction (PBI) dalam
keterampilan menulis karya ilmiah pada siswa kelas X MAN Kota Batu.
Pembatasan masalah tersebut dipilih terkait dengan permasalahan yang dialami
siswa selama proses pembelajaran menulis.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, disusunlah
rumusan masalah dalam penelitihan ini, antara lain:
1) Bagaimanakah kemampuan menulis siswa pada teks eksposisi kelas X
MAN KOTA BATU sebelum diterapkan model pembelajaran PBI?
2) Bagaimanakah kemampuan menulis siswa pada teks eksposisi kelas X

MAN KOTA BATU sesudah diterapkan model pembelajaran PBI?
3) Bagaimanakah efektivitas pembelajaran PBI dalam menulis siswa pada
pembelajaran teks eksposisi kelas X MAN KOTA BATU?
1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
1) Untuk memperoleh deskripsi objektif tentang kemampuan menulis siswa
dalam teks eksposisi kelas X MAN KOTA BATU sebelum diterapkan
model pembelajaranPBI.
2) Untuk memperoleh deskripsi objektif tentang kemampuan menulis siswa
dalam teks eksposisi kelas X MAN KOTA BATU sesudah diterapkan
model pembelajaranPBI.
3) Menguji efektivitas pembelajaran PBI dalam keterampilan menulis siswa
pada pembelajaran teks eksposisi pada siswa kelas X MAN KOTA BATU.

1.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis statistik sering dinyatakan sebagai hipotesis nol (Ho). Hipotesis nol
yaitu hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara variabel X
dan variabel Y hipotesis ini dinyatakan dalam rumus sebagai berikut bahwa
Efektivitas pembelajaran PBI dalam keterampilan menulis siswa


pada teks

eksposisi kelas X MAN KOTA BATU efektif digunakan dalam proses belajar
mengajar.
Ho: Hipotesis nol. Tidak adanya perbedaan kemampuan manulis pada
pembelajaran teks eksposisi antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran
dengan model PBI dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran tanpa
menggunakan model PBI pada siswa kelas X MAN KOTA BATU.
2

H1: Hipotesis alternatif. Ada perbedaan kemampuan menulis pada
pembelajaran teks ekposisi antara siswa yang sedang mengikuti pembelajaran
dengan medel PBI dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa

menggunakan model PBI pada siswa kelas X MAN KOTA BATU.
1.7 Asumsi Penelitian
Dalam setiap penelitian yang dilakukan perlu adanya asumsi penelitian atau
ditunjang oleh beberapa asumsi atau anggapan dasar agar penelitian tersebut
memiliki landasan yang kuat dengan pokok-pokok penelitian yang jelas dan
aspek-aspek yang tegas. Anggapan itu sendiri merupakan titik tolak pemikiran

dalam suatu penelitian yang kebenarannya tidak diragukan lagi oleh peneliti.
Anggapan dasar atau asumsi dalam penelitian ini adalah.

A. Keterampilan

menulis

adalah

salah

satu

jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa.
Banyak

ahli

telah


mengemukakan

pengertian menulis.

Menurut pendapat Saleh Abbas (2006:125), keterampilan
menulis adalah

kemampuan

mengungkapkan

gagasan,

pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui
bahasa tulis.
B. Model pembelajaran PBI dalam penelitian yang telah dilakukan dapat
meningkatkan kreativitas dan motivasi siswa dalam belajar khususnya untuk
keterampilan menulis dalam teks negosiasi.
C. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar akan dapat dilihat dari hasil yang
diperoleh dengan nilai pretes dan postes.

1.8 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang berjudul Efektivitas Model pembelajaran kooperatif tipe PBI
dalam keterampilan menulis siswa pada teks eksposisi kelas X MAN KOTA
BATU ini memiliki ruang lingkup yang bertujuan untuk membatasi pembahasan
masalah.
1.8.1 Ruang Linkup
Adapun ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut.
1) Penggunaan pembelajaran kooperatife tipe PBI.
2) Kemampuan menulis siswa kelas X MAN KOTA BATU.
1.8.2 keterbatasan Penelitian
Agar tidak keluar dari ranah penelitian, maka peneliti memfokuskan kepada
penggunaan pembelajaran kooperatif tipe PBI dalam keterampilan menulis pada
teks eksposisi.
1.9 Definisi Operasional

Istilah operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah istilahistilah yang berhubungan dengan penelitian. Istilah-istilah tersebut nantinya akan
menjadi kata kunci penelitian ini. Istilah-istilah tersebut, antara lain:
1) Efektivitas adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,benda) yang
ikut membentuk watak,kepercayaan,atau perbuatan seseorang
2) Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang
lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
3) Karya ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi
kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan..
4) Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) merupakan salah satu
dari banyak model pembelajaran inovatif. Model ini menyajikan suatu
kondisi belajar siswa aktif serta melibatkan siswa dalam suatu pemecahan
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah.
5) Teks eksposisi adalah salah satu diantara bentuk tulisan atau
karangan yang isinya berusaha untuk menjelaskan dan
menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat memperluas
pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca
uraian tersebut dengan gaya penulisan yang singkat, padat
serta jelas.

BAB II
KAJIAN TEORETIS
2.1 Hakikat Menulis
2.1.1

Pengertian Keterampilan Menulis

Istilah menulis berasal dari kata tulis. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, tulis mengandung arti ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat
(digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis
adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan
sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat,
dan sebagainya dengan tulisan. Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah
suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya.
Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala
kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Menulis sebagai suatu
kegiatan penyampaian pesan mengandung makna bahwa menulis merupakan
salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa). Pesan adalah isi atau muatan yang
terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem
komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang
dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat
empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai
penyampai pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan
(4) pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur,
sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan
baik apabila memiliki ciriciri, antara lain bermakna, jelas, bulat dan utuh,
ekonomis, dan memenuhi kaidah gramatika. Kemampuan menulis adalah
kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan
mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Sementara itu, WJS
Poerwodarminto (1987:105) secara leksikal mengartikan bahwa menulis adalah

melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai
dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada
pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud penulis.
Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi
dan performansi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan konseptual tentang
sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan performansi merujuk pada kecakapan
menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk berbagai
tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang dikatakan terampil menulis apabila ia
memahami dan mengaplikasikan proses pegungkapan ide, gagasan, dan perasaan
dalam bahasa Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktorfaktor antara lain
ejaan dan tata bahasa, organisasi/susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan
(kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.
2.1.2

Manfaat dan Tujuan Menulis
Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat

menulis mengemukakan bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2)
menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis
menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasi.
1)

Menulis Mengasah Kecerdasan

Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak
pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspekaspek itu
meliputi (1) pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan, (2) penuangan
pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan

corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan
konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu,
seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan
mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam
berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.
2)

Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas

Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala
sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah (1) unsur mekanik tulisan yang benar seperti
pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3)
pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar
hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas
dan menarik.
3)

Menulis Menumbuhkan Keberanian

Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, termasuk
pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik.
Konsekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan
tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.
4)

Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi

Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal
yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang
disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat
menyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau
pengetahuan yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau
memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.

Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan
menyerap informasi yang diperlukannya. Untuk keperluan itu, ia mungkin akan
membaca, menyimak, mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis,
pemerolehan informasi itu dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya
dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam menulis.
Implikasinya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu serta
memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan agar
ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan
dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan
kesungguhan dalam mengumpulkan informasi serta strategi yang ditempuhnya.
Menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya (1) wawasan tentang
topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari sumber tentang
topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu
misalnya menjaring informasi, menghubunghubungkan, dan menarik simpulan,
(3) dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis, (4) akan berusaha
menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang tertulis
memungkinkan untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif,
dan (6) menulis yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan
sistematis.

2.2 Teks ceramah
2.2.1 Pengertian teks ceramah
Ceramah adalah pidato yang bertujuan memberikan nasehat dan
petunjuk petunjuk sementara ada audiensi yang bertindah

sebagai pendengar. Ceramah dapat dilaksanakan kapan saja,
tidak ada rukun dan syaratnya, tidak ada mimbar tempat khusus
pada pelaksaannya, waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh
berdakwah, dapat dilakukan dengan cara kreatif dan inovatif
seperti (seminar, lokakarya, pelatihan, atau sarasehan). Sedangkan teks
ceramah adalah teks yng memuat paparan lisan yang disampaikan dihadapan
halayak pendengar mengenai suatu hal atau pengetahuan untuk mempengaruhi
tindakan mereka.

2.2.2 Struktur karya ilmiah
Struktur teks adalah gambaran cara sebuah teks tersebut dibangun. Sebuah
teks ceramah memiliki struktur yang jelas. Teks ceramah memiliki bagian-bagian
tertentu, yang meliputi bagian pembuka, isi, dan penutup.
2.2.2.1 Pembuka
Berupa pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan pembicara
tentang topik yang akan dibahasnya. Bagian ini sama dengan isi dalam teks
eksposisi, yang disebut dengan isu.
2.2.2.2 Isi
Berupa rangkaian argumen pembicara berkaitan dengan pendahuluan atau
tesis. Pada bagian ini dikemukakan pula sejumlah fakta yang memperkuat
argumen-argumen pembicara.
2.2.2.3 Penutup
Berupa penegasan kembali atas pernyataan-pernyataan sebelumnya

2.3

Kaidah Kebahasaan teks eksposisi
Sebagaimana jenis teks lainnya, ceramah pun memiliki karakteristik tersendiri

yang cenderung berbeda dengan teks-teks lainnya. Kaidah kebahasaan teks
eksposisi antara lain menggunakan kata istilah, kata sifat, Selain menggunakan
adjektiva, dalam teks eksposisi , seperti juga dalam teks lainnya, juga dapat kita
temukan perubahan jenis kata karena afiksasi (pengimbuhan). Dalam teks
eksposisi banyak digunakan kalimat verba, yaitu kalimat berpredikat verba.
2.4 Ciri-Ciri Teks Eksposisi
Untuk mengetahui suatu teks, karangan atau literatur tertentu itu adalah
sebuah teks eksposisi maka kita perlu mengetahu ciri ciri teks eksposisi tersebut.
Lalu, apa ciri ciri teks eksposisi itu, mari perhatikan ciri ciri teks eksposisi
berikut:

2.4.1

Menjelaskan, menerangkan ataupun menuliskan menggunakan gaya
informasi yang mengajak atau bersifat persuasif

2.4.2

Teks eksposisi pada umumnya menjelaskan tentang informasi informasi
pengetahuan yang ilmiah atau disebut ilmu pengetahuan.

2.4.3

Teks eksposisi memiliki cara penyampaian atau bentuk penyampaian yang
lugas dan juga menggunakan bahasa yang baku (Ada juga yang tidak,
seperti dalam bentuk dialog).

2.4.4

Teks eksposisi umumnya tidak memihak (ada juga yang memihak), atau
dengan kata lain tidak memaksakan secara keras ide ide tersebut kepada
pembaca atau penyimak.

2.4.5

Teks eksposisi menggunakan fakta sebagai alat kontribusi dan juga alat
konkritasi (membuat sesuatu itu dikatakan benar).

.

2.4.6

Tujuan teks eksposisi

Apabila kita bertanya tujuan teks eksposisi maka itu sama halnya bertanya
tentang apa gunanya teks eksposisi ada atau dibuat. Teks eksposisi sendiri sesuai
dengan pengertian teks eksposisi dan ciri ciri teks eksposisi, memiliki tujuan
untuk memberitahukan secara jelas dan terang kepada pembaca atau penyimak
sehingga tidak terjadi perbedaan penerimaan kepada setiap penyimak atau
setidaknya meminimalisir perbedaan penerimaan informasi yang ada.

Selain itu, apalagi tujuan teks eksposisi? Tujuan lainnya adalah agar
karangan tersebut dapat membuat pembaca tertarik untuk terus membaca
karangan tersebut (mendukung bentuk teks lain seperti argumentatif, dan banyak
lagi).

Tujuan teks eksposisi adalah untuk memaparkan atau menjelaskan infomasiinformasi tertentu sehingga pengetahuan para pembaca bertambah.

2.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Introduction (PBI)

2.5.1 Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif mempunyai pengertian bahwa sikap siswa atau
perilaku bersama yang kadang-kadang harus diperhatikan guru atau membantu
antara sesama, dalam struktur kerjasama yang teratur di dalam kelompoknya yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang keberhasilan kerjanya sangat dipengaruhi
oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran
kooperatif juga dapat diartikan sebagai sebagai struktur tugas bersama dalam
suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Selain itu pembelajaran
kooperatif juga sering diartikan sebagai suatu motif kerjasama, yang setiap
individunya dihadapkan pada preposisi dan pilihan yang harus diikuti apakah
memilih bekerja bersama-sama, berkompetisi, atau individu. Pembelajarn
kooperatif adalah suatu proses yang membutuhkan partisipasi dan kerjasama
dalam kelompok(Isjoni, 2011:43-44).
Pembelajaran kooperatif mengerjakan suatu bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai proses belajar bersama-sama,
saling membantu antara yang satu dengan yang lain dalam belajar dan
memastikan setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah
ditentukan sebelumnya (Johnson dan Johnson dalam Isjoni, 2011:45)
Pembelajaran kooperatif telah lama dikenal, pada saat itu guru mendorong
siswa untuk bekerja sama dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam kelas

seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching)Slavin (dalam
Isjoni, 2011:44).
Beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan strategi kooperatif merupakan suatu strategi yang
menempatkan siswa belajar dalam suatukelompok yang memiliki anggota 4-6
siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin dan latar belakang yang
berbeda-beda. Pembelajaran harus menekankan pada kerjasama dalam kelompok
agar dapat mencapai tujuan yang sama. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif
sangat perlu dilakukan pada saat proses pembelajaran, yaitu untukmenghargai
pendapat dari orang lain, mendorong siswa untuk bisa berpartisipasi, berani
bertanya saat proses pembelajaran, mendorong teman untuk memberikan
pertanyaan,giliran dalammengambil dan berbagi tugas.
Cooperative learning menyediakan banyak contoh yang perlu dilakukan
para siswa antara lain (Isjoni, 2011:25).
1) Siswa dilibatkan dalam mendefinisikan, menyaring, dan memperkuat sikapsikap, kemampuan, dan tingkah laku dalam partisipasi sosial.
2) Respect terhadap orang lain, memperlakukan orang lain dengan penuh
pertimbangan

kemanusiaan,

dan

memberikan

semangat

penggunaan

pemikiran rasional ketika mereka bekerja sama dalam mencapai tujuan
bersama.
3) Berpartisipasi dalam melakukan tindakan kompromi, negosiasi, kerja sama,
konsensus dalam melakukan penataan aturan mayoritas ketika bekerja sama

untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka, dan membantu meyakinkan bahwa
setiap anggota kelompok tugasnya adalah untuk belajar. Ketika mereka
berusaha untuk mempelajari isi dengan kemampuan yang diharapkan dan
menemukan bagaimana mereka harus memecahkan konflik, menangani
berbagai masalah, dan membuat pilihan-pilihan untuk mereflesikan situasisituasi pribadi dan sosial yang mungkin mereka temukan dalam situasi ini.
Beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif (Isjoni, 2011:20)
1) Setiap anggota yang telah dibagi memiliki peran
2) Terjadi proses interaksi langsung antar sesama siswa
3) Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab atas proses belajar
dengan teman-teman kelompoknya
4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok
5) Guru hanya melakukan interaksi kepada setiap kelompok pada saat
diperlukan
Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai
setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting (Isjoni, 2012:27-28)
1) Hasil belajar akademik
Dalam pembelajaran kooperatif mencakup beberapa tujuan sosial salah
satunya memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting

lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu
siswa dalam memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini
telah

menunjukkan

model

struktur

penghargaan

kooperatif

dapat

meningkatkan nilai siwa pada pembelajaran akademik dan perubahan norma
yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain dapat memberi perubahan
norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat
memberi keuntungan, baik kepada siswa kelompok bawah maupun kelompok
atas yang bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,
suku,

budaya,

kelas

sosial,

kemampuan

dan

ketidakmampuannya.

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari latar belakang dan
untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan
melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu
sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketika pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilanketerampilan sosial sangat penting dimiliki oleh siswa, sebab saat ini masih
banyak anak muda yang kurang dalam keterampilan sosial.

2.5.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki langkah-langkah sebagai
berikutFase 1 yaitu menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa dalam belajar, Fase 2 yaitu menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan, Fase 3 yaitu mengatur siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien, Fase 4
yaitu membimbing kelompok bekerja dan belajar , Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada sat mereka mengerjakan tugas, Fase 5 yaitu evaluasi, Guru
memberikan evaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok mereka,
Fase 6 yaitu memberikan penghargaan, Guru mencari cara bagaimana untuk
mengahrgai hasil belajar individu maupun hasil belajar kelompok.
2.5.3 Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning
Menurut Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2012:25) mengatakan bahwa
keunggulan model pembelajaran Cooperative learning sebagai berikut, (1) Saling
ketergantungan yang positif, (2) Adanya pengakuan dan merespon perbedaan
individu, (3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4)
Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan,(5) Terjalinnya hubungan yang
hangat dan bersahabat antara siswa dan guru, (6) Memiliki banyak kesempatan
untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
2.5.4 Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Learning
Menurut Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2012:24) mengatakan bahwa
kelemahan model pembelajaran cooperative learning sebagai berikut

1)

Sebelum proses belajar mengajar guru harus mempersiapkan pembelajaran
secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran

2)

dan waktu.
Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

3)

dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
Ketika proses kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderugan
topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yag
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan

4)

siswa yang lainmenjadi pasif.

2.5.5

Pengertian Model Problem Based Instruction ( PBI )

Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan
paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Dalam pemrolehan informasi
dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana
mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi
masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi
argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau
kolaborasi dalam pemecahan masalah. Dengan kata lain model pembelajaran ini
mengangkat satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan
menarik. Peserta didik diharapkan dapat belajar memecahkan masalah tersebut
secara adil dan obyektif.
Peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat
ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian

masalah. Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa,
bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal,
kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja
dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.
2.5.6

Ciri-ciri Model Problem Based Instruction (PBI)

Terdapat 3 ciri utama dari PBI yaitu :
1) PBI merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam
implementasi PBI ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBI
tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBI siswa aktif
berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan.
2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBI
menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.
Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses
berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan
melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.Untuk
mengimplementasikan PBI, guru perlu memilih bahan pelajaran yang
memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut
bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain, misalnya dari

peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga
atau dari peristiwa kemasyarakatan.
Model PBI merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dengan
masalah nyata, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Dengan
demikian siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan keterampilan
yang lebih tinggi. Anies (2003 : 1) mengemukakan bahwa model PBL merupakan
suatu metode instruksional yang mempunyai ciri-ciri penggunaan masalah nyata
sebagai sebagai konteks siswa yang mempelajari cara berpikir kritis serta
keterampilan dalam memecahkan masalah.
Lebih lanjut, Gallow (2003 : 1) menjelaskan bahwa PBI meletakkan asumsi dasar
pada permasalahan yang berbentuk narasi, kasus, atau dunia nyata yang
membutuhkan keahlian. Masalah tersebut tidak dapat didekati dengan solusi final
sebagai suatu yang salah atau benar, tetapi menekankan pada solusi bijak yang
didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Masalah yang menjadi pijakan proses belajar dalam pendekatan ini diambil
pada masalah nyata yang siswa dapat melihat, merasakan dan secara geografis
dekat dengan mereka. Dalam hal ini, masalah tidak serta merta ditentukan oleh
guru. Masalah – meskipun guru sebagai manager utama pembelajaran memiliki
kewenangan menentukan topik masalah tetapi secara otoriter menentukan sendiri
secara paksa.
2.5.7

Tujuan Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
PBI tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi

sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi PBI dimaksudkan untuk membantu

siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar otonom
dan mandiri. Banyak masalah yang ada di lingkungan siswa.
Dengan PBI dapat meningkatkan kepekaan siswa dengan situasi
lingkungan. Kepekaan tersebut bukan hanya diwujudkan dalam perasaan tetapi
ada langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan mereka untuk memberikan
solusi bagi masalah tersebut.
Dalam hubungannya dengan mata pelajaran IPS aspek PKn di sekolah,guru harus
mampu melakukan analisis SKKD, dan menentukan KD / Indikator mana yang
paling tepat digunakan PBI.Indikator-indikator yang memberikan peluang
munculnya masalah-masalah dan memerlukan penyelesaian, serta membutuhkan
kemampuan berpikir ilmiah adalah indicator indikator yang lebih tepat digunakan
PBI. Jadi, Tujuan PBI adalah sebagai berikut:
1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Kerjasama
yang dilakukan dalam PBI, mendorong munculnya berbagi keterampilan
inkuiri dan dialog dengan demikian akan berkembang keterampilan sosial
dan berpikir.
2) Permodelan Peranan Orang Dewasa yang autentik.
3) Pembelajar Otonom dan Mandiri.

2.5.8

Strategi (langkah-langkah/sintaks) Pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI)
Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :

1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan
sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.
2) Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang telah dipilih.
3) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,
tugas, jadwal, dll.)
4) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,
pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah
5) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya.
6) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
7) Kesimpulan/Penutup.
2.5.5 Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI)
 Kelebihan
1) Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar2)
3)
4)
5)

benar diserapnya dengan baik.
Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Siswa berperan aktif dalam KBM.
Siswa lebih memahami konsep teks berita yg diajarkan sebab mereka

sendiri yang menemukan konsep tersebut.
6) Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut
keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi.
7) Pembelajaran lebih bermakna.
8) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran teks berita sebab masalah
yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari.

9) Menjadikan siswa lebih mandiri.
10) Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima
pendapat orang lain.
11) Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan
pendapat.

1)
2)
3)
4)
5)
6)

Kelemahan
Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
Membutuhkan banyak waktu dan dana.
Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
Membutuhkan waktu yang banyak.
Tidak setiap materi bahasa indonesia dapat diajarkan dengan PBI.
Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk
siswa yang terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran,

dll.
7) Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.
8) Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30
siswa perkelas.

BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dikemukakan tentang (1) rancangan penelitan, (2) populasi dan
sampel penelitian, (3) variabel penelitian, (4) instrumen penelitian, dan (5) teknik
analisis data.
3.1 Rancangan Penelitain
Rancangan penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang
disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam penelitiannya. Dengan demikian untuk
mencapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu memperoleh data yang

objektif tentang efektivitas pembelajaran kooperatife tipe PBI terhadap menulis
teks ekposisi siswa kelas x MAN KOTA BATU. maka penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan rancangan eksperimen kuasi. Penelitian kuantitatif
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang dilandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2011:8).
Penelitian kuantitatif mempunyai orientasi, analisis penarikan kesimpulan
dengan formula statistik. Penelitian ini bertujuan menghitung data sehingga
hasilnya mendekati objektif.Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimen dengan prates dan postes, design ini terdapat pretes sebelum diberikan
perlakuan. Pretes adalah jenis tes kemampuan yang dilakukan sebelum peserta
didik mengalami proses belajar dalam suatu pemebelajaran. Pretes dimasudkan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik berkenaan dengan kompetensi atau
bahan ajar yang akan dipelajarinya. Informasi yang diperoleh dari pemberian
pretes dapat dimanfaatkan untuk menentukan kebijakan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Rancangan penelitian ini, secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Rancangan penelitian
Keterangan
O₁ : Nilai pretes (sebelum diberi pembelajaran dengan menggunakan media
O₁XO₂
kartu)
O₂
kartu)

: Nilai Postes (sesudah diberi pembelajaran dengan menggunakan media

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya
orang saja, melainkan obyek dan benda-benda alam yang lainnya. Populasi bukan
hanya jumlah yang ada pada obyek/subyekyang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut (Sugiyono,
2017:117). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X MAN KOTA BATU.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang ada, apabila populasi yang terdapat besar dan peneliti tidak
mungkin dapat mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan
oleh waktu(Sugiyono, 2017:118). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X MAN KOTA BATU. Keterbatasan waktu dan jumlah populasi kelas X yang
lebih dari 100, maka fokus penelitian ini hanya pada kemampuan menulis teks
eksposisi dengan menggunakan pembelajaran kooperatife tipe PBI kelas X IPS 3
sebagai kelas eksperimen dan X IPS 1 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa
masing-masing 32 siswa.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu atribut sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dapat dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan
beberapa variabel penelitian yaitu.
3.3.1 Variabel Bebas

Variabel

bebas

(independent

variabel)

merupakan

variabel

yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Variabel bebas yang akan diteliti pengaruhnya pada penelitian
ini adalah pembelajaran koopeatife tipe PBI.

3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat ( dependent variabel ) disebut juga dengan variabel respon
(output). Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Penelitian ini mengukur satu variabel terikat
sebagai dampak variabel bebas. Variabel terikat yang diukur sebagai akibat
perbedaan perlakuan variabel bebas adalah hasil kemampuan menulis siswa pada
teks eksposisi melalui media pembelajaran kooperatif tipe PBI pada kelas X MAN
KOTA BATU.
3.4 Data dan Instrumen Penelitian
3.4.1 Data Penelitian
Data yang terdapat dalam penelitian ini meliputi data untuk kelas
eksperimen. Masing-masing data tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
1) Mengenai data efektivitas pembelajaraan kooperatife tipe PBI dalam teks
eksposisi
2) Data mengenai kemampuan keterampilan menulis dalam teks eksposisi
siswa dengan menggunakan pembelajaran koperatif tipe PBI.
3) Data mengenai kemampuan keterampilan menulis dalam teks eksposisi
tanpa menerapkanpembelajaran PBI.
4) Data mengenai perbedaan kemampuan berbicara siswa yang menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe PBI dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe PBI.

3.4.2 instrume penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes, dalam hal ini tes yang digunakan adalah tes tulis
berupa tes menulis teks eksposisi. Instrumen penelitian ini digunakan untuk
memberikan pretes dan postes untuk mengetahui kemampuan eksposisi teks
eksposisi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe PBI.
3.5 Teknik penelitian
Teknik penelitian meliputi : (1) Teknik Pengumpulan data, dan (2) Teknik
analisis data
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tes yang digunakan
adalah bentuk tes kemampuan menulis yang dilakukan pretes dan postes. Pretes
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam keterampilan
menulis tanpa menggunakan pembelajaran PBI, sedangkan postes dilakukan
untuk mengukur kemampuan menulis anak dengan menggunakan pembelajaran
PBI.
3.5.2 Teknik Ananlisis Data
Analisis data adalah suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

DAFTAR RUJUKAN
Tarigan, Henry guntur. 2008. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.

Iskandarwassid, dan Dadang Sunendar. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Wahyuni, Sri dan Abd.Syukur Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Refika Aditama.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung:Yrama Widya
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Celeban Timur UH III/548
Yogyakarta 5516: Pustaka Pelajar
Isjoni, 2012. Cooperative Learning. Jl.Gegerkalong Hilir No.84 Bandung 40153:
Alfabeta
Priyatni, Endah Tri, Titik H. 2013. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA. Kelas
X. Jakarta: Bumi Aksara.

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

ANALISIS HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP DITINJAU DARI SKILL ARGUMENTASI ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DI LABORATORIUM NYATA DAN MAYA

4 85 57

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

6 62 67

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62