PEMBUATAN DAN APLIKASI MEDIA HIDROPONIK

PEMBUATAN DAN APLIKASI MEDIA HIDROPONIK SUBSTRAT
LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Kelompok 3/Golongan C
1. Muhammad Huzin A.

(131510501172)

2.Yoni Cahyono

(131510501142)

3. Marich Nur Maqsalina

(131510501146)

4. Desi Hendriyani

(131510501149)


5. Deni Rahmawati

(131510501157)

6. Lukman Huda

(131510501161)

7. Erlin Septiani

(131510501177)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

PEMBUATAN DAN APLIKASI MEDIA HIDROPONIK SUBSTRAT
LAPORAN PRAKTIKUM


Oleh :
Marich Nur Maqsalina
NIM. 131510501146
Kelompok 4/Golongan C

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar
dari pemerintah Indonesia karena peranannya yang sangat penting dalam rangka
pembangunan ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan
ekonomi bangsa. Permasalahan baru yang kini dihadapi oleh pertanian Indonesia
yang kian meresahkan yaitu semakin berkurangnya lahan untuk pertanian.
Semakin besarnya tekanan penduduk dan aktifitas pembangunan yang dilakukan

telah banyak menyita fungsi lahan pertanian untuk menghasilkan bahan
makanan yang diganti dengan pemanfaatan lain.
Fenomena ini memacu terjadinya konversi lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian baik itu untuk kompleks perumahan, kawasan industri,
kawasan perdagangan, bahkan sarana publik.

Akibatnya keadaan ini

menyebabkan kemampuan lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan makanan
bagi penduduk semakin berkurang. Berdasarkan permasalahan tersebut maka
dibutuhkan suatu usaha untuk dapat mengatasinya dan agar jumlah hasil
produksi pertanian tidak berkurang. Sistem hidroponik menjadi salah satu
alternatif pilihan untuk mengatasi masalah berkurangnya lahan pertanian.
Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan
media tanah. Tanah yang sejatinya merupakan tempat tumbuhnya tanaman dapat
digantikan dengan media selain tanah seperti pasir, arang sekam, rockwool,
kapas, kerikil, air dan lain-lain. Hidroponik menawarkan kegiatan pertanian
yang dapat dikembangkan dengan baik daerah dengan lahan yang tidak
produktif atau margin. Pertanian hidroponik mampu memberikan hasil produksi
dengan mutu yang tinggi yang dapat meningkatkan nilai jual tanaman tersebut.

Pengembangan hidroponik di Indonesia cukup prospektif mengingat beberapa
hal sebagai berikut, yaitu permintaan pasar sayuran berkualitas yang terus
meningkat, kondisi lingkungan atau iklim yang tidak menunjang, kompetisi
penggunaan lahan, dan adanya masalah degradasi tanah.

Teknik hidroponik dapat diterapkan dalam skala kecil di halaman atau
pekarangan rumah sebagai suatu hobi ataupun dalam skala besar dengan tujuan
komersial. Tanaman yang sering digunakan atau ditanam secara hidroponik yaitu
tanaman sayuran, tanaman buah-buahan dan tanaman hias. Tanaman sayuran
yang dapat digunakan seperti brokoli, sawi, kailan, bayam, kangkung, tomat,
bawang, pakchoi dan lain-lain. Tanaman buah-buahan seperti melon, tomat,
mentimun, semangka, strawberi, dan paprika. Adapun tanaman hias yang dapat
diterapkan dalam teknik hidroponik yaitu krisan, gerberra, anggrek, kaladium,
kaktus dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut memiliki nilai produksi yang
tinggi karena cukup digemari dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Hidroponik dapat dibagi menjadi dua berdasarkan media tanam yang
digunakan yaitu hidroponik subtrat dan hidraponik non-subtrat. Hidroponik
subtat merupakan budidaya tanaman dengan menggunakan media tanam non
tanah dalam bentuk padat. Media tanam hidroponik subtrat dapat berupa kerikil,
pasir, arang sekam, dan batu bata. Adapun hidroponik non-subtrat merupakan

budidaya tanaman dengan menggunakan media tanam non tanah dalam bentuk
cair berupa air. Berdasarkan uraian diatas, praktikum kali ini akan membuat dan
mengaplikasikan

beberapa

macam

media

hidroponik

subtrat

dengan

perbandingan tertentu. Tanaman yang digunakan yaitu bawang putih. Praktikum
ini sangat penting karena mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah
didapatkan pada saat kuliah secara langsung sehingga ilmu tersebut


dapat

bermanfaat dan tidak akan cepat hilang.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengerti dan memahami cara pembuatan media tanam non tanah
dalam bentuk padat untuk budidaya sistem hidroponik.
2. Mahasiswa mengerti dan memahami pemanfaatan media non tanah dalam
budidaya secara hidroponik serta mengkaji dari media yang ada terhadap
pertumbuhan.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Hidroponik merupakan teknik bertanam tanpa menggunakan media
tanah. Teknik ini mampu meningkatkan hasil tanaman per satuan luas sampai
lebih dari sepuluh kali dibandingkan dengan teknik pertanian konvensional
(Indrawati dkk, 2012). Prinsip dari hidroponik yaitu penekanan pada konsep
produksi tanaman secara berkelanjutan (Nurlaeny, 2014). Media hidroponik
subtrat tidak menggunakan air melainkan menggunakan media padat (bukan
tanah) yang dapat menyediakan air, nutrisi, oksigen dan dapat menyokong
pertumbuhan akar tanaman sehingga dapat berfungsi seperti tanah. Media
subtrat meliputi batu apung, arang sekam, serbuk gergaji, pasir, rockwoll, dan

gambut (Lingga, 2002). Media subtrat yang lainnya yaitu vermikulit, perlite, dan
leca (Lightweight Expanded Clay Aggregat) (Wahome et al., 2011).
Setiap media subtrat memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai media
tanam dalam teknik hidroponik. Kelebihan dari media subtrat, misalnya pada
arang sekam yaitu dapat menyimpan dan membuang air yang berlebih
(Perwtasari dkk, 2012). Media arang sekam juga memiliki sifat netral (tidak
memberi sumbangan nutrisi), steril, porous sehingga aerasinya baik, ringan,
mudah didapat, dan murah (Mappanganro dkk, 2011). Adapun kelemahan dari
media subtrat lainnya seperti pada pasir yaitu memiliki pori-pori besar sehingga
kurang baik menahan air. Hal ini menyebabkan kondisi suhu diatas rata-rata
pasir lebih cepat kering (Perwtasari dkk, 2012).
Unsur hara pada teknik hidroponik disediakan dalam bentuk larutan
hara yang mengandung semua unsur hara esensial yang dibutuhkan

oleh

tanaman (Catur, 2011). Nutrisi yang diberikan ke tanaman merupakan hal yang
sangat penting dalam sistem hidroponik karena keberhasilan sistem budidaya
hidroponik bergantung pada nutrisi yang diberikan (Mappanganro dkk, 2011).
Menurut Samanhudi dan Harjoko (2012), larutan nutrisi yang diberikan terdiri

atas nutrisi makro dan mikro yang dibuat dalam larutan stok A dan B. Larutan
nutrisi stok A terdiri atas unsur N, K, Ca, dan Fe. Adapun stok B terdiri atas
unsur P, Mg, S, B, Mn, Cu, Na, Mo, dan Zn.

Komposisi, konsentrasi, dan volume larutan nutrisi yang diberikan
harus diperhatikan agar sesuai dengan kebutuhan tanaman. Salah satu faktor
penting yang perlu diketahui yang berhubungan dengan larutan nutrisi pada
sistem hidroponik yaitu konsentrasi larutan nutrisi. Semakin tinggi konsentrasi
nutrisi yang diberikan maka kandungan nutrisi yang diterima oleh tanaman akan
semakin tinggi. Sebaliknya, pemberian dengan konsentrasi yang berlebihan
dapat berakibat tidak baik pada pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu,
pemilihan konsentrasi yang tepat perlu diketahui (Mappanganro dkk, 2011).
Kelebihan dari sistem hidroponik meliputi penggunaan lahan lebih
efisien, tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah, tidak ada resiko untuk
penanaman terus menerus sepanjang tahun, kuantitas dan kualitas produksi lebih
tinggi dan lebih bersih. Kelebihan yang lainnya yaitu penggunaan pupuk dan air
lebih efisien, periode tanam lebih pendek, dan pengendalian hama dan penyakit
lebih mudah. Kekurangan sistem hidroponik meliputi membutuhkan modal yang
besar. Apabila ada tanaman yang terserang patogen pada sirkulasi nutrisi maka
dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan terkena serangan

tersebut dan pada kultur substrat (Rosliani dan Sumarni, 2005). Kamrani et al.
(2013) menambahkan kelebihan dari hidroponik yaitu dapat menghasilkan
sayuran yang kualitasnya lebih baik.
Komoditas yang sering dibudidayakan dengan hidroponik adalah
komoditas hortikultura. Komoditas hortikultura memiliki umur panen yang
singkat dan morfologi yang kecil sehingga mudah dibudidayakan secara
hidroponik (Wachjar dan Anggayuhlin, 2013). Salah satu jenis tanaman
hortikultura yang dapat menggunakan sistem hidroponik adalah bawang putih.
Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak
mendatangkan keuntungan karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi
(Hilman, 1997). Wicaksono dkk (2014) menambahkan bahwa bawang putih
merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki ekonomi tinggi di
pasaran lokal maupun internasional.

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum mata kuliah Hidroponik dengan judul acara
“Pembuatan dan Aplikasi Media Hidroponik Subtrat” dilaksanakan pada Kamis,
26 Maret 2015 pukul 05.30-selesai bertempat di Laboratorium Hortikultura
Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Kompos
2. Pasir steril
3. Cocopeat
4. Arang sekam
5. Bawang putih
6. Pupuk cair
3.2.2 Alat
1. Polibag
2. Cetok
3. Timba
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan media padat dengan formulasi perbandingan sebagai berikut:
Perlakuan

Perbandingan Komposisi Media
Kompos

Pasir Steril


Arang Sekam

Cocopeat

A

1

1

1

1

B

0

2

1

1

C

1

0

2

1

D

1

1

0

2

E

2

1

1

0

2. Memasukkan media tersebut ke dalam polibag yang telah disediakan.
3. Menyiapkan bibit yang baik untuk ditanam, kemudian menghilangkan dan
membersihkan kulit umbi paling luar yang sudah kering dan sisa akar yang
masih ada. Memotong bagian ujung umbi ± 1/3 bagian.
4. Menanam umbi dengan cara membenamkan sampai ujungnya rata dengan
permukaan tanah.
5. Menyiram media dengan air bersih.
6. Melakukan pemeliharaan dan perawatan.
7. Melakukan pengamatan setiap minggu dengan parameter: tinggi tanaman,
jumlah daun, panjang akar, jumlah akar, jumlah umbi dan berat umbi.
8.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Grafik 1. Tinggi Tanaman Bawang Putih
30
25

Kel 1 U1
Kel 1 U2
kel 2 U1
kel 2 U2
kel 3 U1
kel 3 U2
kel 4 U1
kel 4 U2
kel 5 U1
kel 5 U2

20
15
10
5
0
minggu 1

minggu 2

minggu 3

minggu 4

4.1.2 Grafik 2. Jumlah Daun Bawang Putih
6
5

Kel 1 U1
Kel 1 U2
kel 2 U1
kel 2 U2
kel 3 U1
kel 3 U2
kel 4 U1
kel 4 U2
kel 5 U1
kel 5 U2

4
3
2
1
0
minggu 1

minggu 2

minggu 3

minggu 4

4.1.3 Grafik 3. Panjang Akar Bawang Putih

Panjang Akar
25
20
Panjang

15
10
5
0

4.1.4 Grafik 4. Jumlah Akar Bawang Putih

Jumlah Akar
25
20
Jumlah

15
10
5
0

4.2 Pembahasan
Istilah hidroponik berasal dari bahasa Yunani yang berarti hydro (air)
dan ponous (kerja). Sistem budidaya hidroponik merupakkan sistem bercocok
tanam yang dilakukan dengan menggunakan media tanam selain tanah, akan
tetapi menggunakan media lain seperti kompos, pasir, cocopeat, rockwool,
vermikulit, arang sekam, serbuk gergaji, dan air yang diberikan larutan hara
yang mengandung semua nutrisi essensial yang diperlukan untuk pertumbuhan

dan perkembangan tanaman secara normal. Sistem budidaya hidroponik dapat
menjadi solusi alternatif untuk efisiensi penggunaan lahan. Sistem hidroponik
juga menjadi solusi menghadapi kendala degradasi tanah di lahan pertanian yang
semakin berkurang kesuburannya. Hal ini dikarenakan kebutuhan nutrisi
tanaman pada sistem budidaya hidroponik disediakan dalam bentuk larutan hara
yang mengandung semua unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman
sehingga dapat tercapai pertumbuhan normal.
Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa perbedaan
dengan budidaya secara konvensional. Berikut merupakan tabel perbedaan
antara sistem budidaya hidroponik dengan sistem budidaya konvensional, yaitu
sebagai berikut:
Perbedaan Sistem Budidaya
Hidroponik
Konvensional
a. Pertumbuhan tanaman dapat di a. Pertumbuhan tanaman sulit di
kontrol
b. Tanaman

dapat

berproduksi

kontrol
b. Tanaman

berproduksi

dengan

dengan kualitas dan kuantitas

kualitas dan kuantitas yang rendah

yang tinggi dan bersih
c. Tanaman jarang terserang hama

dan kotor
c. Tanaman sering terserang hama

dan penyakit dan jarang ditumbuhi

dan penyakit dan sering ditumbuhi

gulma karena terlindungi
d. Pemberian air irigasi dan larutan

gulma
d. Pemberian air irigasi dan larutan

hara lebih efisien dan efektif
e. Dapat diusahakan terus menerus

hara tidak efisien dan efektif
e. Usaha
budidaya
tanaman

tanpa tergantung oleh musim
f. Dapat diterapkan pada lahan

tergantung oleh musim
f. Biasanya diterapkan pada lahan

yang sempit
g. Tanaman tumbuh

yang luas
g. Tanaman

karena

tercukupi

lebih

cepat

tumbuh

lebih

lama

kebutuhan

karena kurang tercukupi kebutuhan

nutrisinya
h. Teknis perawatan dan peralatan

nutrisinya
h. Teknis perawatan dan peralatan

yang digunakan lebih efisien
i. Lebih sedikit tenaga kerja

yang digunakan kurang efisien
i. Lebih banyak tenaga kerja

Media tanam yang bisa digunakan untuk sistem budidaya hidroponik
memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Media
tanam hidroponik memiliki beberapa persyaratan diantaranya yaitu porus, steril,
aerasi yang baik, ringan, mudah didapat dan murah. Salah satu syarat media
tanam yang baik adalah porus yaitu kemampuan media dalam menyerap air.
Tingkat porositas tanaman di setiap daerah berbeda-beda, di daerah dataran
rendah yang berudara panas, tingkat penguapannya tinggi, media harus
mampu menahan air sehingga tidak mudah kering. Media tanam hidroponik
harus memiliki sirkulasi dan ketersediaan udara (aerasi) yang baik sehingga
kebutuhan oksigen untuk respirasi tanaman dapat terpenuhi. Media

tanam

hidroponik harus steril atau terbebas dari organisme yang dapat menyebabkan
penyakit, seperti bakteri, spora, jamur dan telur siput. Media tanam hidroponik
harus ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan dimana saja.
Media tanam hidroponik juga harus mudah didapat karena agar dapat diperoleh
dengan mudah dimana saja dan dengan harga media tanam yang murah dapat
mengurangi biaya produksi tanaman.
Media yang digunakan dalam praktikum hidroponik substrat kali ini
diantaranya yaitu kompos, pasir, cocopeat, dan arang sekam. Setiap media
memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan pada
masing-masing media yaitu sebagai berikut :
a. Kompos
Kompos merupakan media tanam yang bahan dasarnya berasal dari
proses fermentasi bahan organik seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan
sampah organik. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam
adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan
sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga
menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan
oleh tanaman.
b. Pasir Steril
Kelebihan media pasir yaitu mudah diperoleh, mudah digunakan,
aerasinya cukup baik, harga tergolong sedang dan dapat dipakai berulang‐ulang

setelah dibersihkan lagi, sedangkan kekurangannya yaitu berat, porositas tinggi
sehingga perlu sering di siram untuk mencukupi kebutuhan tanaman akan air.
c. Cocopeat
Cocopeat adalah serbuk halus sabut kelapa yang dihasilkan dari proses
penghancuran sabut kelapa. Kelebihan dari cocopeat yaitu memiliki sifat mudah
menyerap dan menyimpan air, porous, dapat menahan kandungan air dan nutrisi
serta dapat menetralkan keasaman tanah. Kekurangan cocopeat adalah banyak
mengandung zat Tanin. Zat Tanin diketahui sebagai zat yang menghambat
pertumbuhan tanaman.
d. Arang sekam
Arang sekam berasal dari sekam padi yang disangrai sampai hitam
tetapi bentuknya masih utuh dan tidak sampai menjadi abu. Proses sangrai ini,
sekam menjadi arang sekaligus disterilkan, karena dengan suhu yang tinggi
benih penyakit yang tersisa akan mati. Kelebihan dari arang sekam yaitu porous,
steril, ringan, murah dan memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga
membuat media tanam ini menjadi gembur. Adapun kelemahan penggunaan
arang sekam adalah mudah hancur dan harus rajin melakukan penggantian
media tanam.
Pengamatan hidroponik subtart kali ini menggunakan beberapa
parameter diantaranya yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar dan
jumlah akar. Berikut penjelasan dari masing-masing parameter yaitu sebagai
berikut:
1. Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan praktikum menunjukkan bahwa perlakuan beberapa
macam media dengan perbandingan komposisi yang berbeda-beda berpengaruh
terhadap tinggi tanaman. Berdasarkan grafik 1, media campuran kompos, arang
sekam dan cocopeat dengan perbandingan komposisi media 1:2:1 pada
kelompok 3 ulangan ke-2 menghasilkan tinggi tanaman yang tertinggi yaitu 31,8
cm. Tinggi tanaman yang terendah yaitu 2 cm dari campuran media pasir steril,
arang sekam dan cocopeat dengan perbandingan komposisi media 2:1:1 pada
kelompok 2 ulangan ke-1. Perbedaan hasil pada setiap kelompok tersebut

dipengaruhi oleh jenis dan komposisi media yang digunakan. Komposisi media
yang terbanyak lebih mendominasinya. Penggunaan media campuran kompos,
arang sekam dan cocopeat dapat menunjang pertumbuhan tinggi tanaman. Hal
ini disebabkan semua jenis media tersebut termasuk bahan organik. Bahan-bahan
organik tersebut memiliki beberapa kelebihan seperti mampu menyimpan air dan
nutrisi dengan baik, sangat cocok untuk perkembangan perakaran, baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme yang bermanfaat, dan
kemungkinan mengandung unsur hara esensial dalam jumlah yang cukup.
Berbeda halnya dengan kelompok 2 yang menggunakan bahan organik
(arang sekam dan cocopeat) dan bahan an-organik (pasir steril). Komposisi
bahan an-organik atau pasir steril lebih mendominasi dibandingkan media
lainnya. Bahan an-organik sendiri memiliki beberapa kekurangan yaitu terlalu
cepat mengatuskan air sehingga nutrisi yang diberikan sering terbuang, kurang
baik untuk perkembangan perakaran dan bukan media yang baik untuk
perkembangan organisme yang bermanfaat. Media pasir steril memiliki tingkat
porositas yang tinggi sehingga sangat mudah meloloskan air. Hal inilah yang
menjadi permasalahan dalam penggunaan media ini. Menurut Perwtasari dkk
(2012) menyatakan bahwa media pasir memiliki pori-pori yang besar sehingga
kurang baik untuk menahan air. Hal ini menyebabkan kondisi suhu diatas ratarata pasir lebih cepat kering (Perwtasari dkk, 2012).
2. Jumlah Daun
Hasil pengamatan jumlah daun menunjukkan bahwa setiap perlakuan
menghasilkan jumlah daun yang berbeda-beda. Berdasarkan grafik 2,

pada

kelompok 5 ulangan ke-2 dengan perlakuan media campuran kompos, pasir
steril dan arang sekam (2:1:1) menghasilkan jumlah daun terbanyak, sedangkan
pada kelompok 4 ulangan ke-2 dengan perlakuan media campuran kompos,
pasir steril dan cocopeat (1:1:2) menghasilkan jumlah daun paling sedikit.
Adapun pada perlakuan kelompok 3 ulangan ke1 dan kelompok 4 ulangan ke 1
mengalami penurunan jumlah daun pada minggu ke-3. Hal ini disebabkan
karena daun pada kedua perlakuan tersebut layu. Penggunaan media kompos,
pasir steril dan arang sekam mendukung pertumbuhan daun pada tanaman

bawang putih. Jumlah media kompos yang lebih banyak akan mempengaruhi
terhadap pertumbuhan tanaman sebagai bahan asupan dasar dalam proses
pembentukan sel- sel baru bagi tanaman. Semakin baik kemampuan tanah dalam
mengikat air dan menjerap hara, maka tanah tersebut akan semakin baik dalam
memberikan tunjangan bagi pertumbuhan tanaman. Salah satu indikator bagi
pertumbuhan tanaman yang baik adalah perkembangan daun tanaman yang baik
pula. Menurut Surtinah (2013) menyatakan bahwa media kompos dapat
menahan air dalam jumlah yang cukup, dan dapat memperkaya mikroba

yang

bermanfaat.
3. Panjang Akar
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa panjang akar dari
setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Berdasarkan grafik 3,
pada kelompok 3 ulangan ke-2 dengan perlakuan media campuran kompos,
arang sekam dan cocopeat (1:2:1) menghasilkan panjang akar yang terpanjang,
sedangkan pada kelompok 5 ulangan ke-2 dengan perlakuan media campuran
kompos, pasir steril dan arang sekam (2:1:1) menghasilkan panjang akar yang
terpendek. Apabila dirata-rata, panjang akar tertinggi yaitu pada kelompok 4
dengan perlakuan media campuran kompos, pasir steril, dan cocopeat (1:1:2).
Penggunaan media campuran kompos, pasir steril dan cocopeat dapat
mendukung perakaran tanaman berkembang lebih luas karena media ini
mempunyai struktur yang gembur serta mempunyai daya menyimpan air yang
baik pula sehingga akar lebih leluasa untuk berkembang ke segala arah.
Campuran media tanam tersebut juga memiliki porositas atau pori-pori media
tanam yang baik pula. Menurut Kusuma dkk (2012) memaparkan bahwa faktor
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan akar adalah adanya ruang pori-pori
media tanam. Pori-pori media tanam merupakan ruang yang dapat ditembus akar
dan berisi udara untuk respirasi akar. Panjang akar dapat meningkat disebabkan
oleh pori-pori pada media tanam yang baik sehingga menyebabkan adanya ruang
yang dapat ditembus oleh akar.
4. Jumlah Akar

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah akar pada setiap
perlakuan memiliki jumlah yang berbeda-beda antara satu sama lain.
Berdasarkan grafik 4, pada kelompok 1 ulangan ke-2 dengan perlakuan media
campuran kompos, arang sekam, pasir steril dan cocopeat (1:1:1:1)
menghasilkan jumlah akar terbanyak, sedangkan pada kelompok 2 ulangan ke-1
dengan perlakuan

media campuran pasir steril, arang sekam dan cocopeat

(2:1:1) menghasilkan jumlah akar paling sedikit. Penggunaan media campuran
kompos, arang sekam, pasir steril dan cocopeat dapat menunjang pertumbuhan
akar sehingga jumlah akar yang dihasilkan lebih banyak. Komposisi semua
media yang seimbang yaitu 1:1:1:1 menyebabkan peran dari setiap media dapat
berjalan dengan optimal. Menurut Yosepa dkk (2012), media tanam berfungsi
sebagai tempat berpijak tanaman agar dapat melekatkan akarnya dengan baik.
Supaya pertumbuhan akar sempurna, media tanam harus didukung oleh drainase
dan aerasi yang memadai. Drainase yang lancar menjadikan akar-akar tanaman
lebih leluasa bernapas sehingga lebih optimal dalam menyerap unsur-unsur hara
yang dibutuhkan. Aerasi yang memadai juga sangat dibutuhkan oleh akar untuk
bernapas sehingga asupan oksigen dapat tercukupi.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sistem budidaya hidroponik adalah teknik bercocok tanam yang dilakukan
dengan menggunakan media tanam selain tanah yang diberikan nutrisi dalam
bentuk larutan hara untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara
normal.
2. Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki perbedaan yang sekaligus
menjadi kelebihannya dibandingkan dengan budidaya secara konvensional.
3. Media yang digunakan dalam praktikum hidroponik substrat kali ini meliputi
kompos, pasir, cocopeat, dan arang sekam diman setiap media memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
4. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa parameter dari setiap perlakuan
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Setiap perlakuan dengan campuran
media dan komposisi tertentu memiliki keunggulan dan kelemahan dari setiap
parameter yang diuji.
5.2 Saran
Praktikum hidroponik subtrat sudah berjalan dengan lancar. Namun,
untuk semua praktikan lebih memperhatikan jumlah air dalam penyiraman agar
tidak akan terjadi kembali tanaman yang mati atau membusuk akibat kelebihan
air.

DAFTAR PUSTAKA
Catur, W. 2011. Effects of Different Hydroponics Systems and Growing Media
on the Vegetative Growth, Yield and Cut Flower Quality of Gypsophila
(Gypsophila paniculata L.). Agrovigor, 4(1): 21-28.
Hilman, Y., A. Hidayat, dan Suwandi. 1997. Budidaya Bawang Putih di Dataran
Tinggi. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Indrawati, R., D. Indradewa, S.N.H. Utami. 2012. Pengaruh Komposisi Media
dan Kadar Nutrisi Hidroponik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill.). Hidroponik, 2(1): 1-11.
Kamrani, M.H., H. Khoshvaghti, dan H. Hosseinniya. 2013. Effects of Salinity
and Hydroponic Growth Media on Growth Parameters in Tomato
(Lycopersicon esculentum Mill.). Agronomy and Plant Production,
4(10): 2694-2698.
Kusuma, A.H., M. Izzati, dan E. Saptiningsih. 2013. Pengaruh Penambahan
Arang Dan Abu Sekam Dengan Proporsi Yang Berbeda Terhadap
Permeabilitas Dan Porositas Tanah Liat Serta Pertumbuhan Kacang
Hijau (Vigna radiata L). Anatomi dan Fisiologi, 21(1): 1-9.
Lingga, P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Mappanganro, N., E.L. Sengin, dan Baharuddin. 2011. Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Stroberi pada Berbagai Jenis dan Konsentrasi Pupuk
Organik Cair dan Urine Sapi dengan Sistem Hidroponik Irigasi Tetes.
BIOMA, 2(13): 21-30.
Nurlaeny, N. 2014. Teknologi Media Tanam dan Sistem Hidroponik. Bandung:
Unpad Press.
Perwtasari, B., M. Tripatmasari, dan C. Wasonowati. 2012. Pengaruh Media
Tanam dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi
(Brassica juncea L.) dengan Sistem Hidroponik. Agrivigor, 5(1): 14-25.
Rosliani,R dan N. Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem
Hidroponik. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Samanhudi dan Harjoko. 2012. Pengaturan Komposisi Nutrisi dan Media Dalam
Budidaya Tanaman Tomat dengan Sistem Hidroponik. Biologi, 1(12): 110.

Surtinah. 2013. Pengujian Kandungan Unsur Hara Dalam Kompos Yang Berasal
Dari Serasah Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata).
Pertanian, 11(1): 16-25.
Wahome, P.K., T.O. Oseni, M.T. Masarirambi, dan V.D. Shongwe. 2011. Effects
of Different Hydroponics Systems and Growing Media on the
Vegetative Growth, Yield and Cut Flower Quality of Gypsophila
(Gypsophila paniculata L.). Agricultural Science, 7(6): 692-698.
Wicaksono,M.I., M. Rahayu, dan Samanhudi. 2014. Pengaruh Pemberian
Mikoriza dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Bawang Putih.
Ilmu-Ilmu Pertanian, 29(1): 35-43.
Yosepa, T., C. Siregar., dan E. Gusmayanti. 2012. Pengaruh Penggunaan Jenis Media

Terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp(hibrida). Agronomi,
2(12): 1-8.