this PDF file KAJIAN HUKUM TERHADAP PERCERAIAN DENGAN ALASAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kabupaten Sigi | GAFUR | Legal Opinion 1 PB
KAJIAN HUKUM TERHADAP PERCERAIAN DENGAN
ALASAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kabupaten Sigi
ABD GAFUR / D 101 13 357
DOSEN PEMBIMBING I : Hj. Nursiah Moh. Yunus, S.H., M.H
DOSEN PEMBIMBING II : Abd. Rahman Hafid S.H., M.H
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal. Pertama Apa yang menjadi
pemicu sehingga terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. kedua, Bagaimana
upaya hukum yang dapat dilakukan apabila terjadi kekerasan dalam rumah
tangga. Tulisan ini menggunakan metode penelitian Hukum Empiris yaitu suatu
pendekatan yang menggunakan sumber-sumber data dari Pengadilan dengan staf
yang berwenang di Pengadilan Agama Donggala, guna untuk mengetahui Agama
Donggala. Perkawinan juga di jelaskan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 “ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahgia
dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa”. Pasal 1 Ayat (1) UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004 “setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikis, dan/atau penelentaraan rumah tangga, termasuk ancaman
untuk melakukan perbuatan pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Data wa wancara kepada Hakim
Pengadilan Agama Donggala yang diperoleh, menunjukan bahwa tindak
kekerasan terhadap perempuan yang ada di Wilayah Hukum Kabupaten Sigi
setiap tahunnya terus meningkat dari tahun 2008 sebanyak 60% hingga tahun
2017 semakin meningkat presentasenya dari kasus perceraian dengan alasan
kekerasan dalam rumah tangga tersebut yang ada di wilayah Hukum Kabupaten
Sigi.
Kata kunci : Perkawinan, Perceraian, Dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
I.
penglihatan
PENDAHULUAN
maupun
bentuk
perzinaan. Orang yang berkeinginan
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan salah
untuk melakukan pernikahan tapi
satu perintah agama kepada yang
belum mempunyai persiapan bekal
mampu
(fisik dan nonfisik) dianjurkan oleh
untuk
segera
melaksanakannya.
perkawinan
dapat
kemaksiatan,
baik
Karena
mengurangi
dalam
Nabi
Muhammad
SAW
untuk
berpuasa.
bentuk
1
Orang yang berpuasa akan
ribuan
tahun
telah
membuktikan
memiliki kekuatan atau penghalang
bahwa tidak selalu itu dapat dicapai
dari perbuatan tercela yang sangat
bahkan sebaliknya kandas ataupun
keji, yaitu perzinaan. Oleh karena itu,
gagal sama sekali di tengah jalan,
pengertian perkawinan dalam ajaran
karena tidak tercapainya kata sepakat
agama islam mempunyai nilai ibadah,
atau salah satu pihak sekalipun
sehingga Pasal 2 Kompilasi Hukum
perilaku kedua belah pihak yang
Islam menegaskan bahwa perkawinan
bertentangan dengan ajaran agama.2
adalah
akad
yang
sangat
kuat
Tujuan
perkawinan
untuk
(mitsqan ghalidhan) untuk mentaati
dapat melanjutkan keturunan dan
perintah Allah, dan melaksanakannya
membentuk keluarga (rumah tangga)
merupakan ibadah.1
yang bahagia dan kekal serta berguna
Perkawinan juga di jelaskan
dalam
Pasal
1
bagi kehidupan kekerabatan yang
Undang-Undang
rukun dan damai. Oleh karena itu
Nomor 1 Tahun 1974 “Ikatan lahir
maka perkawinan itu bukan semata-
batin antara seorang pria dan seorang
mata urusan dan kepentingan suami
wanita sebagai suami istri dengan
istri yang bersangkutan, melainkan
tujuan membentuk keluarga
juga
atau
termasuk
rumah tangga yang bahgia dan kekal
kepentingan
berdasarkan ketuhanan yang maha
kekerabatan. 3
esa”
urusan
dan
tua
dan
orang
Meskipun
pada
mulanya
Undang-Undang Perkawinan
sepasang suami istri dalam kehidupan
Nomor 1 Tahun 1974 bertujuan
berumah tangga yang penuh kasih
mengatur
yang
sayang seakan-akan cinta dan sayang
sempurna, bahagia dan kekal dalam
sepenuhnya antara keduannya, bila
suatu rumah tangga guna terciptanya
tidak dipelihara dengan baik maka
rasa
akan menjadi pudar dengan cobaan
pergaulan
kasih
sayang
hidup
dan
saling
mencintai. Namun kenyataan sejarah
2
umat manusia yang telah berusia
1
Zainuddin Ali, Hukum Perdata
Islam Di Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta,
2006, hal. 7
Martiman
Prodjohamidjojo,
Hukum Perkawinan Indonesia , PT. Abadi,
Jakarta, 2002, hal. 1
3
Hilman, Hukum Perkawinan Adat,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.
169
2
dan ujian yang alami oleh sepasang
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1
suami istri. Ketika rasa cinta dan
Tahun 1974 yang memuat ketentuan
sayang ini mulai pudar maka tidak
fakultatif bahwa ”Perkawinan putus
menutup kemungkinan perasaan akan
karena kematian, perceraian, dan atas
berubah menjadi kebencian.4
putusan pengadilan”.6
Putusnya perkawinan karena
Untuk
kehendak suami atau istri sekalipun
mempersukar
keduanya,
adanya
Undang
dengan
untuk melakukan perceraian, bahwa
istilah “perceraian”, yang bersumber
suami istri itu tidak akan dapat lagi
dari tidak dilaksanakannya hak dan
sebagai suami istri. Dengan alasan-
kewajiban sebagai suami atau istri
alasan untuk melakukan perceraian
sebagaimana
itu, harus melalui Pengadilan Agama
Karena
ketidakrukunan,
disebut
seharusnya
menurut
memperkecil
perceraian
memberi
atau
Undang-
batasan-batasan
hukum perkawinan yang berlaku.
bagi
Konkretnya, ketidakrukunan antara
Pengadilan
suami dan istri yang menimbulkan
lainnya. Dalam Pasal 39 Undang-
kehendak
memutuskan
Undang Nomor 1 Tahun 1974, Ayat
hubungan perkawinan dengan cara
1: perceraian hanya dapat dilakukan
perceraian.
untuk
5
Perceraian
yang
beragama
Negeri
islam
bagi
dan
agama
di depan sidang pengadilan setelah
secara
yuridis
pengadilan
yang
bersangkutan
berarti putusnya perkawinan, yang
berusaha
mengakibatkan putusnya hubungan
mendamaikan kedua belah pihak.
sebagai suami istri atau berhenti
Ayat 2: untuk melakukan perceraian
berlaki-bini (suami istri) sebagaimana
harus ada cukup alasan, bahwa antara
diartikan dalam kamus besar bahasa
suami istri itu tidak akan dapat hidup
Indonesia. Perceraian terdapat dalam
rukun sebagai suami istri.
Aulia Muthiah, Hukum Islam –
Dinamika Perkembangan Seputar Hukum
Perkawinan Dan Hukum Kewarisan, PT.
Pustaka Baru, Yogyakarta, 2017, hal. 103
5
Muhammad
Syaifuddin,
Sri
Turatmiyah, Annalisa Yahanan, Hukum
Perceraian, Sinar Grafika, Jakarta Timur,
2013, hal. 6
4
dan
tidak
Adanya
berhasil
Undang-Undang
Perkawinan tersebut, tidaklah mudah
perceraian
itu
terjadi,
perceraian
mendapat tempat tersendiri karena
6
Ibid, hal. 15
3
kenyataannya
dalam
masyarakat,
perkawinan seringkali terjadi berakhir
dengan
perceraian
yang
begitu
mudah. Juga perceraian adakalanya
terjadi karena tindakan sewenangwenang dari pihak laki-laki. 7
Rapat
paripurna
Dewan
Perwakilan Rakyat pada tanggal 14
september 2004, disahkan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004
tentang penghapusan kekerasan dalam
rumah tangga, yang terdiri dari atas
10 bab dan 56 pasal. Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 ini diharapkan
menjadi payung perlindungan hukum
bagi anggota dalam rumah tangga,
khususnya perempuan, dari segala
tindak kekerasan. 8
Kekerasan
dalam
rumah
tangga dalam Pasal 1 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2004 menyatakan:
“Setiap perbuatan terhadap
seseorang
terutama
perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan
secara
fisik,
seksual,
psikis,
dan/atau
penelentaraan rumah tangga,
termasuk ancaman untuk
melakukan
perbuatan
pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah
tangga.
tangga.
Negara
juga
berpandangan
bahwa segala kekerasan dalam rumah
tangga adalah pelanggaran hak asasi
manusia
dan
kejahatan
terhadap
martabat kemanusiaan serta bentuk
diskriminasi.9 Dalam Pasal 28 huruf
G Ayat 1 Undang-Undang Dasar
1945 menyatakan :
“setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi,
keluarga,
kehormatan,
martabat, dan harta benda
yang dibawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman
dan
perlindungan
dari
ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak
asasi”.
Korban
kekerasan
dalam
rumah tangga juga berhak untuk
mendapatkan
pelayanan
demi
pemulihan dari tenaga kesehatan,
7
Soedharyo Soimin , Hukum orang
Dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata
Barat/BW, Hukum Islam Dan Hukum Adat,
Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hal . 63-64
8
Mitrawacana.or.id/kebijakan/uuno-23-tahun-2004penghapusan-kekerasan
dalam-rumah-tangga. 26 November 2017 jam
20:06
relawan
pendamping
pendamping,
rohani.
dan/atau
Pemerintah
9
Thoznisti 87.blogspot.co.id/2013/01
perlindungan-korban-kdrt ditinjau dari .html?
m=I 26 November 2017 jam 21:06
4
mempunyai kewajiban dan tanggung
memenuhi kebutuhan hidup semakin
jawab
jelas dirasakan. Kebutuhan hidup
dalam
kekerasan
upaya
dalam
pencegahan
rumah
tangga.
yang
tidak
terpenuhi
berakibat
Sedangkan masyarakat berkewajiban
menjadi satu pokok permasalahan
untuk melakukan upaya-upaya sesuai
dalam keluarga. Hal tersebut banyak
batas
dialami oleh masyarakat yang berada
kemampuannya
mencegah
tindakan
tersebut,
serta
dalam
kekerasan
di Wilayah Kabupaten Sigi.
Masyarakat
memberikan
yang
berada
pertolongan darurat dan membantu
Wilayah Kabupaten Sigi pada era
proses
globalisasi
pengajuan
permohonan
sekarang
ini
banyak
mengalami perselisihan antara suami
perlindungan.
Kedua pasal di atas dapat
istri. Dengan adanya kemajuan ilmu
diartikan sebagai larangan adanya
pengetahuan dan teknologi menjadi
kekerasan
dalam
tangga
hal yang fatal untuk menjalani hak
khususnya
kekerasan oleh suami
dan kewajiban sebagai seorang suami
terhadap istri, karena hal ini tidak
istri. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
sesuai dengan perkawinan serta hak
teknologi menjadikan salah satu pihak
dan kewajiban suami istri. Apalagi
tidak melakukan hak dan kewajiban
menurut
sebagai
rumah
pandangan
bangsa
dan
suami
istri
sehingga
agama bahwa lembaga perkawinan
terjadinya perselisihan terus-menerus
adalah lembaga yang sakral. Namun,
dan melakukan kekerasan baik fisik
kenyataan membuktikan telah banyak
maupun nonfisik terhadap seorang
terjadi
pasangan hidup. Hal tersebut dialami
kekerasan
terhadap
oleh suami atau istri dan anak.
perempuan.
Kemajuan di era globalisasi
Seringkali
yang
menjadi
korban
saat ini, semakin banyak persoalan-
kekerasan dalam rumah tangga ialah
persoalan baru yang melanda rumah
istri atau anak sebagai korban dan
tangga yang seiring dengan kemajuan
seorang suami sebagai pelaku.
ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
Pada
kenyataanya
kasus
diri
perceraian dengan alasan kekerasan
pribadi dalam rumah tangga untuk
dalam rumah tangga yang ada di
akibatnya
tuntutan
terhadap
5
Wilayah
banyak
Sigi
begitu
Agama Donggala menunjukan bahwa
berbagai
bentuk
tindak kekerasan terhadap perempuan
Kabupaten
dengan
kekerasan yang dilakukan, kasus yang
yang
terjadi tersebut berawal dari sikap
Kabupaten Sigi setiap tahunnya terus
egois/keras
kedua
meningkat, dari tahun 2008 sebanyak
pasangan suami istri sehingga terjadi
60% hingga tahun 2017 semakin
kekerasan dalam rumah tangga.
meningkat presentasenya dari kasus
kepala
antara
ada
di
Wilayah
Hukum
perselisihan atau perbedaan
perceraian dengan alasan kekerasan
pendapat antara suami istri yang
dalam rumah tangga tersebut yang
berakibat timbulnya percecokan demi
ada di Wilayah Hukum Kabupaten
percecokan yang tidak berkesudahan,
Sigi.
selain itu masih banyak lagi yang
Kasus kekerasan dalam rumah
menjadi faktor pemicu perceraian
tangga di Wilayah Kabupaten Sigi
dengan
dalam
ternyata masih banyak yang tidak
rumah tangga sehingga membuat istri
dilaporkan, karena tingkat budaya
merasa terancam jiwanya serta tidak
hukum belum tinggi. Masyarakat
mendapatkan
yang ada di Wilayah Kabupaten Sigi
alasan
kekerasan
nafkah
baik
lahir
sangat
maupun batin.
merasa
malu
apabila
perbedaan
menceritakan kekerasan dalam rumah
pendapat antara suami istri yang
tangganya sama halnya membuka aib
berakibat timbulnya percecokan demi
dalam
percecokan yang tidak berkesudahan,
tindakan
selain itu masih banyak lagi yang
tindakan kriminal.
menjadi faktor pemicu perceraian
B. Rumusan Masalah
dengan
1. Apa
perselisihan
alasan
dan
kekerasan
dalam
keluarga
suami
yang
sendiri.
Padahal
sudah
termasuk
menjadi
rumah tangga sehingga membuat istri
sehingga
merasa terancam jiwanya serta tidak
dalam rumah tangga?
mendapatkan
nafkah
baik
lahir
maupun batin.
Data yang peroleh dari hasil
2. Upaya
dilakukan
terjadinya
hukum
pemicu
kekerasan
yang
apabila
dapat
terjadi
kekerasan dalam rumah tangga?
wawancara kepada Hakim Pengadilan
6
istri, dengan tidak tepenuhinya
kebutuhan
I.
batin
tersebut
hubungan rumah tangga menjadi
PEMBAHASAN
A. Pemicu Perceraian Sehingga
tidak rukun lagi di karenakan
Terjadinya Kekerasan Dalam
salah satunya mencari hubungan
Rumah Tangga
gelap untuk memenuhi kebutuhan
kenyataannya
batin tersebut. Maka terjadi ada
masyarakat di Wilayah Kabupaten
hubungan gelap yang dilakukan
Sigi tetap saja melakukan kekerasan
suami ataupun istri dan apabila
terhadap
mengetahui
Pada
pasangannya
sendiri.
adanya
hubungan
Padahal sudah jelas diatur dalam
gelap antara salah satu pasangan
Pasal 33 Undang-Undang Nomor 1
tersebut baik dari informasi yang
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum
didengarkan,
Islam dalam Pasal 77 Ayat (2) tetapi
langsung
maka
terjadilah
tetap saja bertolak belakang dengan
percecokan
demi
percecokan
isi peraturan tersebut, juga di jelaskan
antara
keduanya.
Sehingga
dalam Pasal 31 Ayat (1) Undang-
terjadilah tindakan kekerasan.
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
2. Kurangnya
hak dan kewaiban sebagai suami istri.
Menghormati
Pemicu
Menjalani
kekerasan
dalam
rumah
ataupun
melihat
Rasa
Saling
kehidupan
dalam
tangga di wilayah Kabupaten Sigi
berumah tangga
paling menonjol dan bertentangan
adanya saling menghormati antara
dengan
suami dan istri, pada umumnya,
peraturan
Perundang-
sangat
perlu
Undangan yaitu:
seorang suami adalah penompang
1. Tidak Terpenuhinya Kebutuhan
seluruh
keluarga.
Suami berkerja siang dan malam
Bahtin
Salah
kebutuhan
satu
pemicu
terjadinya
demi memenuhi kebutuhan hidup.
kekerasan dalam rumah tangga
Jika
ialah
terpenuhinya
menghormati suami, pada saat
kebutuhan batin antara salah satu
suami mengalami masalah dalam
pihak baik seorang suami ataupun
pekerjaan atau bisnisnya, suami
tidak
seorang
istri
kurang
7
akan
melampiaskan
kemarahannya
kepada
istri
kecemburuan seorang suami atau
istri
dan
tidak
menutup
sehingga suami menjadi ringan
kemungkinan suami atau istri juga
tangan
mengambil
melakukan
kekerasan
kesempatan
untuk
mencari kekekasih gelap untuk
terhadap istri tersebut.
dijadikan
3. Tidak Adanya Rasa Cinta
perselingkuhan
Kekerasan dalam rumah tangga
sehingga melarang untuk bergaul
bisa disebabkan tidak adanya rasa
ataupu ada hal-hal lain yang
cinta antara keduannya, serperti
diinginkan.
masyarakat
Sedangkan secara sosial yang juga
banyak terjadi adanya perjodohan
menjadi pemicu terjadinya kekerasan
tanpa
dalam rumah tangga yaitu:
kita
lihat
dalam
merasakan cinta
keduanya
terlebih
antara
dahulu.
1. Malasalah Ekonomi
Sehingga seorang suami sering
Salah
satu
pemicu
bersikap kasar dan ringan tangan
kekerasan dalam rumah tangga
terhadap istri karena tidak adanya
adalah
rasa cinta sedikitpun. Hal ini juga
kurang mapan. Karena ekonomi
menjadi pemicu kekerasan dalam
yang kurang memadai sehingga
rumah tangga.
menimbulkan
faktor
terjadinya
ekonomi
masalah
yang
dalam
4. Melarang Suami atau Istri Bergaul
rumah tangga. terkadang seorang
Di Lingkungan Sekitar ataupun Di
istri yang terlalu banyak menuntut
Masyarakat.
dalam
Melarang seorang pasangan baik
kebutuhan pribadi atau rumah
suami atau istri yang bergaul di
tangga, sedangkan penghasilan
lingkungan sekitar ataupun di
sehari-hari sangat minim, dari
masyarakat sangat menjadi hal
situlah mulai timbul pertengkaran,
yang sangat tidak di inginkan bagi
perselisihan,
seorang
Sehingga
antara suami istri yang akhirnya
berakibat timbulnya permasalahan
menimbulkan kekerasan dalam
dalam
rumah tangga.
pasangan.
keluarga.
berkaitan
hal
dengan
tersebut
besarnya
hal
untuk
dan
memenuhi
percecokan
2. Rendahnya Pendidikan
8
Pendidikan juga menjadi faktor
tersebut, maka suami yang dalam
pemicu
kedaan
terjadinya
kekerasan
mabuk
merasa
dan
terjadilah
dalam rumah tangga, Disebabkan
terganggangu
oleh kurang memahami hak dan
pemukulan terhadap istri. Hal ini
kewajiban sebagai suami istri.
juga menjadi pemicu terjadinya
kedua
perceraian karena kekerasan yang
belah
mengetahui
pihak
harus
bagaimana
cara
mengimbangi dan mengatasi sifat-
dilakukan oleh suami.
4. Berprasangka Buruk
sifat tersebut diantara keduanya.
Menjalani
Dalam
tangga tentu saling mempercayai
sebuah
rumah
tangga
kehidupan
kebanyakan suami yang memiliki
antara
sifat
keduanya mempunyai pekerjaan
egoisme
dan
cenderung
suami
berumah
istri,
menang sendiri. Maka sang istri
atau
tidak
cara
percecokan
yang
yang di sebabkan tidak saling
bersifat egoisme itu, sehingga
percaya biasa disebut dengan
sulit untuk menyatuhkan hal yang
berprasangka
berbeda.
Adanya
buta.
Rumah
dengan berprasangka buruk akan
tahu
mengatasi
bagaimana
sifat
suami
Tidak
Komonikasi
Dalam
jabatan,
apalagi
Sering
menjadi
Tangga.
3. Kecanduan
Narkoba
Dan
Mengosumsi
obat-obatan
dan
meminum alkohol menyebabkan
kurangnya
kotrol
seseorang
atau
terjadi
pertengkaran
buruk/cemburu
kita
tindakan
diinginkan.
pemicu
Minuman Keras
sering
hal
dengarkan
yang
ini
terjadinya
tidak
menjadi
perceraian
dengan alasan kekerasan dalam
rumah tangga.
5. Penghasilan Istri Lebih besar Dari
terhadap prilakunya sendiri. Hal
Suami
tersebut seringkali dilakukan oleh
Umumnya seorang istri adalah ibu
suami. Sebagai contoh ketika
rumah tangga yang mengurus
suami dalam keadaan mabuk dan
suami dan anak. Tetapi pada
ingin tidur, pasti seorang istri
kenyataannya
akan
seorang istri yang mempunyai
marah
kepada
suami
sekarang
ini
9
bisnis
dan
berkarir,
demi
7. Kondisi Psikologis Yang Tidak
membantu ekonomi kehidupan
Stabil
dalam keluarga atau memang
Salah
ingin mencari penghasilan sendiri.
terjadinya
Dalam
berumah
berkibat kekerasan dalam rumah
tangga penghasilan istri lebih
tangga yaitu psikologis yang tidak
besar dari pada suami, hal ini
stabil atau sering di sebut Stres.
dapat memicu kesenjangan dalam
Hal tersebut sering dialami oleh
menjalin hubungan rumah tangga,
suami karena tidak terpenuhinya
suami yang penghasilannya lebih
kebutuhan jasmani atau rohani
sedikit dari pada istri merasa
sehingga sudah menjadi kebiasaan
malu, sehingga suami tersebut
suami
mencari kesalahan sang istri dan
terhadap istri dikarenakan kondisi
memancing masalah agar sang
psikologis suami tidak stabil.
kehidupan
istri melakukan kesalahan, lalu
suami
melakukan
tindak
kekerasan.
satu
menjadi
pemicu
perceraian
melakukan
yang
kekerasan
B. Upaya Hukum Yang Dapat
Dilakukan
Apabila
Terjadi
Kekerasan
Dalam
Rumah
6. Kurangnya Pemahaman Terhadap
Tangga
Kerohanian (Kepercayaan atau
Pada
kenyataannya
upaya
Agama)
kekerasan dalam rumah tangga di
Pemahaman terhadap Kerohanian
Wilayah Kabupaten Sigi meskipun
sangat perlu, karena masih banyak
sudah diatur dalam Pasal 15 Undang-
yang keliru terhadap ajaran agama
Undang Nomor 23 Tahun 2004
mengenai aturan mendidik istri
Tentang
dan kepatuhan istri kepada suami.
Dalam Rumah Tangga tidaklah sesuai
Kurangnya
pemahaman
dengan isi peraturan tersebut yang
kekeliruan
tersebut
pemicu
terjadinya
atau
menjadi
kekerasan
Penghapusan
diinginkan,
Kekerasan
kejadian-kejadian
kekerasan terhadap istri yang ada di
dalam rumah tangga disebabkan
masyarakat
pendekatan
Kabupaten Sigi dikarenakan sebagian
diri
kepada
maha kuasa sangatlah minim.
yang
masyarakat
di
Wilayah
tingkat
Hukum
pemahaman
10
terhadap Hak dan Kewajiban sebagai
Donggala kepada penulis dan telah
suami istri masih sangat kurang,
mengkaji putusan tersebut bahwa
apalagi dengan hukum positif yang
penggugat dalam surat gugatannya
berlaku sekarang. sehingga apabila
tanggal 11 juli 2017 telah mengajukan
melihat,
ataupun
gugatan cerai yang telah terdaftar
mengetaui kekerasan dalam rumah
pada kepaniteraan Pengadilan Agama
tangga
yang dilakukan oleh suami
Donggala dengan Putusan Nomor
kepada istrinya masyarakat tersebut
211/Pdt.G/2017/PA Dgl. Kasus yang
hanya
tangani
mendengar,
mengabaikan
begitu
saja
oleh
Amar
Ma’ruf,
kejadian tersebut dikarenakan mereka
S.Ag.,M.H sebagai ketua Majelis,
menganggap
tersebut
Rustam, S.HI., M.H. dan Faried,
hanyalah urusan pribadi dalam rumah
S.HI., M.HI. masing-masing sebagai
tangga
melakukan
Hakim
yang
ada
Widriayani, S.H. sebagai panitera
hanyalah sebagian yang memahami
pengganti, telah menjatuhkan talak
langkah-langkah untuk melaporkan
satu Ba’in Sugraa W sebagai tergugat
kekerasan yang dialami dalam rumah
dan F sebagai penggugat .
kekerasan
mereka
kekerasan.
yang
Masyarakat
tangganya, hal tersebut berkaitan
dengan pendidikan atau pengetahuan
yang mereka pahami. 10:
Salah
Pengadilan
satu
data
Agama
putusan
Donggala
berkaitan dengan Perceraian dengan
alasan kekerasan dalam rumah tangga
yang telah diberikan oleh Hakim
sekaligus staf dari Pengadilan Agama
10
Hasil Wawancara Dengan Bapak
Rustam, S.HI., M.H Selaku Hakim Di
Pengadilan Agama Donggala. Kamis, 09
September 2017 Jam 12:30
anggota
dan
Nuniek
Sebelum menjantuhkan talak
satu Ba’in Sugraa kepada tergugat W
dan sebagai penggugat F, Hakim
terlebih
dahulu
memeriksa
dan
membuktikan dalil-dalil gugatan dari
penggugat
tersebut
dan
juga
melaksanakan ketentuan Pasal 22
Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1975, Pengadilan perlu
mendengarkan keterangan keluarga
atau orang-orang terdekat dari kedua
belah pihak sebagai saksi mengetahui
keadaan rumah tangga Penggugat dan
11
membuktikan
bersama Tergugat dalam membangun
hubungan hukum antara Penggugat
rumah tangga mereka, usaha yang
dan
telah
dilakukan kedua saksi tersebut sama
mengajukan alat bukti berupa Foto
sekali tidak membuahkan hasil atau
kopi Kutipan Akta Nikah, Nomor
tidak berhasil.
Tergugat.
Untuk
Tergugat,
Penggugat
13/13/l//2010. Disamping bukti surat
tersebut. Penggugat telah mengajukan
dua orang saksi yaitu N dan B.
Berdasarkan
hukum
di
Tergugat
Kedua saksi telah memberikan
atas,
sering
disebabkan
fakta-fakta
Penggugat
dan
bertengkar
karena
yang
Tergugat
keterangan sesuai kenyataan yang
bertempramen tinggi atau bertabiat
mereka saksikan langsung ditempat
kasar dan keras, selain itu tergugat
kejadian yang dilakukan oleh tergugat
juga
kepada
saksi
laporan mediator pada tanggal 7
tersebut juga memberikan keterangan
Agustus 2017 juga melakukan upaya
bahwa Terggugat sering melakukan
mediasi
kepada
penggugat
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
tergugat
namun
tidak
baik kekerasan berupa fisik maupun
Majelis Hakim berpendapat bahwa
psikis,berdasarkan keterangan bahwa
rumah tangga yang demikian, lebih
selama 7 bulan Penggugat tidak
baik tidak dilanjutkan dan tidak
mendapatkan nafkah lahir bathin,
dipetahankan lagi, karena mustahil
Tergugat sering mengusir penggugat
dapat mencapai tujuan perkawinan
bahkan melihat Tergugat menodong
sebagaimana
senjata kepada Penggugat, kemudian
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun
kedua
untuk
1974 Tentang Perkawinan jo, pasal 3
Tergugat
buku 1 Kompilasi Hukum Islam, dan
mengatakan kepada saksi yaitu B
putusnya perkawinan antara keduanya
menyatakan “Jangan halangi saya,
dalam kondisi seperti di atas.
penggugat.
saksi
merelainya,
Kedua
mencoba
lalu
nanti saya tembak kamu”.
saksi
tersebut
Penggugat
agar
sering
rukun
Kedua
menasehati
kembali
pencemburu.
Berdasarkan
maksud
dan
berhasil,
Pasal
1
cerai gugat yang diajukan oleh
istri (Penggugat) telah dikabulkan dan
berdasarkan
cacatan
status
12
perkawinan pada alat bukti
yang
(lima) tahun atau denda paling
banyak Rp. 15.000.000,00
(lima belas juta rupiah).
telah menunjukan bahwa perkara
perceraian antara tergugat dengan
penggugat dijatuhkan pertama kali
oleh
majelis
persidangan
hakim
dalam
Pengadilan
Agama
Donggala, sehingga Majelis Hakim
dalam
rapat
harus
permusyawaratannya
menyatakan
perkawinan
Penggugat dan Tergugat putus karena
talak
ba`in
shugraa
berdasarkan
Penjatuhan denda atau sanksi kepada
pelaku kekerasan dalam rumah tangga
sudah jelas di atur dalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004 dalam
Pasal
44
melakukan
Ayat
(1)
yang
telah
kekerasan
fisik.
Juga
diatur dalam Pasal 44 Ayat (4) yyang
melakukan kekerasan berupa psikis
menyatakan bahwa:
sumber hukum dalam Pasal 119 Ayat
(2) huruf (c) Buku I Kompilasi
Hukum Islam, menyebutkan bahwa
talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan
Agama termasuk dalam kualifikasi
talak ba`in shugraa.
Berdasarkan kekerasan dalam
rumah tangga yang telah dilakukan
suami terhadap isteri Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 dalam Pasal
44 Ayat (1) menyatakan bahwa
ketentuan
pidana
kepada
“Dalam
hal
pebuatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang dilakukan suami
terhadap isteri atau sebaliknya
yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk
menjalankan
pekerjaan
jabatan atau mata pencaharian
atau kegiatan sehari-hari,
dipidana
dengan
pidana
penjara paling lama 4 (empat
bulan atau dengan denda
paling
banyak
Rp.
5000.000,00
(lima
juta
rupiah).
Pelaku
kekerasan dalam rumah tangga dapat
III PENUTUP
di jatuhkan denda atau sanksi sebagai
A. Kesimpulan
berikut:
“Setiap orang yang melakukan
perbuatan kekerasan fisik
dalam lingkup rumah tangga
sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 huruf a dipidana
dengan penjara paling lama 5
Terjadinya perceraian dengan
alasan kekerasan dalam rumah tangga
di Wilayah Kabupaten Sigi dapat
dipicu oleh beberapa faktor baik yang
bertentangan
dengan
Peraturan
13
Pada
Perundang-Undangan maupun faktor-
kenyataannya,
upaya
faktor pemicu secara sosial. Berkaitan
kekerasan dalam rumah tangga di
dengan Hak dan Kewajiban sebagai
Wilayah Kabupaten Sigi meskipun
istri diatur dalam Pasal 33 Undang-
sudah diatur dalam Pasal 15 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan
Undang Nomor 23 Tahun 2004
Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal
Tentang
77
pada
Dalam Rumah Tangga tidaklah sesuai
kenyataannya masyarakat di Wilayah
dengan isi peraturan tersebut yang
Kabupaten Sigi tetap saja melakukan
diinginkan,
kekerasan
kekerasan terhadap istri yang ada di
Ayat
sendiri.
(2).
Namun
terhadap
Pemicu
pasangannya
kekerasan
dalam
Penghapusan
masyarakat
Kekerasan
kejadian-kejadian
di
Wilayah
Hukum
rumah tangga di wilayah Kabupaten
Kabupaten Sigi dikarenakan sebagian
Sigi paling menonjol dan bertentangan
masyarakat
dengan
Perundang-
terhadap Hak dan Kewajiban sebagai
Undangan yaitu: Tidak Terpenuhinya
suami istri masih sangat kurang,
Kebutuhan Bahtin, Kurangnya Rasa
apalagi dengan hukum positif yang
Saling Menghormati, Tidak Adanya
berlaku sekarang. sehingga apabila
Rasa Cinta, Melarang Suami atau Istri
melihat,
Bergaul
mengetaui kekerasan dalam rumah
peraturan
Di
Lingkungan
Sekitar
tangga
ataupun Di Masyarakat.
Sedangkan secara sosial yang
tingkat
pemahaman
mendengar,
ataupun
yang dilakukan oleh suami
kepada istrinya masyarakat tersebut
menjadi pemicu terjadinya kekerasan
hanya
dalam rumah tangga yaitu: Malasalah
kejadian tersebut dikarenakan mereka
Ekonomi
menganggap
Rendahnya
Pendidikan,
mengabaikan
begitu
kekerasan
saja
tersebut
Kecanduan Narkoba Dan Minuman
hanyalah urusan pribadi dalam rumah
Keras,
tangga
Berprasangka
Buruk,
mereka
yang
Penghasilan Istri Lebih besar Dari
kekerasan.
Suami,
Pemahaman
hanyalah sebagian yang memahami
Terhadap Kerohanian (Kepercayaan
langkah-langkah untuk melaporkan
atau Agama), Kondisi
kekerasan yang dialami dalam rumah
Kurangnya
Yang Tidak Stabil.
Psikologis
Masyarakat
melakukan
yang
ada
tangganya, hal tersebut berkaitan
14
dengan pendidikan atau pengetahuan
2. Di harapkan kepada
instansi-
yang mereka pahami.
instansi atau pihak-pihak yang
B. Saran
berkewajiban
1. Di harapkan kepada
yang
ada
di
instansi-
Wilayah Hukum Kabupaten Sigi
instansi atau pihak-pihak yang
terutama kepada masyarakat yang
berkewajiban
sudah
yang
ada
di
memahami
tentang
Wilayah Hukum Kabupaten Sigi,
kekerasan dalam rumah tangga
agar memberi pemahaman tentang
serta
hak dan kewajiban sebagai suami
apabila mendengar, melihat, atau
istri. Agar masyarakat di Wilayah
mengetahui terjadinya kekerasan
Kabupaten Sigi memahami lebih
dalam
dalam lagi tentang apa yang
melakukan upaya-upaya sesuai
menjadi
terjadinya
dengan batas kemampuanya yang
kekerasan dalam rumah tangga
sesuai diatur dalam Pasal 15
dan membangun lapangan kerja
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
kepada masyarakat agar tingkat
2004
kekerasan bisa berkurang dari
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
pemicu
upaya
yang
rumah
Tentang
dilakukan
tangga
wajib
Penghapusan
tahun ketahun dan bahkan tidak
terjadi lagi dalam setiap rumah
tangga.
15
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU:
Aulia Muthiah, Hukum Islam – Dinamika Perkembangan Seputar Hukum
Perka winan Dan Hukum Kewarisan, PT. Pustaka Baru, Yogyakarta, 2017
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia , PT. Abadi, Jakarta,
2002
Muhammad Syaifuddin, Sri Turatmiyah, Annalisa Yahanan, Hukum Perceraian,
Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2013
Soedharyo Soimin , Hukum orang Dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata
Barat/BW, Hukum Islam, Dan Hukum Adat, Sinar Grafika, Jakarta, 2004
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta, 2006.
B. PERATURAN UNDANG-UNDANG:
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
Kompilasi Hukum Islam
C. INTERNET/SUMBER LAIN
Mitrawacana.or.id/kebijakan/uu-no-23-tahun-2004penghapusan-kekerasan-dalamrumah-tangga 26 November 2017 jam 20:06
Thoznisti87.blogspot.co.id/2013/01/perlindungan-korban-kdrt-ditinjaudari.html?m=I26 November 2017 jam 21:06
Hasil Wawancara Dengan Bapak Rustam, S.HI., M.H Selaku Hakim Di
Pengadilan Agama Donggala. Kamis, 09 September 2017 Jam 12:30
16
BIODATA PENULIS
NAMA
: ABD GAFUR
TEMPAT TANGGAL LAHIR
: SIDONDO, 26 APRIL 1995
ALAMAT
: DESA SIDONDO III, KEC. SIGI
BIROMARU, KAB. SIGI
EMAIL
: gafurasgar26@gmail.com
NOMOR TELEPON/HP
: 082393515020
17
ALASAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kabupaten Sigi
ABD GAFUR / D 101 13 357
DOSEN PEMBIMBING I : Hj. Nursiah Moh. Yunus, S.H., M.H
DOSEN PEMBIMBING II : Abd. Rahman Hafid S.H., M.H
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal. Pertama Apa yang menjadi
pemicu sehingga terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. kedua, Bagaimana
upaya hukum yang dapat dilakukan apabila terjadi kekerasan dalam rumah
tangga. Tulisan ini menggunakan metode penelitian Hukum Empiris yaitu suatu
pendekatan yang menggunakan sumber-sumber data dari Pengadilan dengan staf
yang berwenang di Pengadilan Agama Donggala, guna untuk mengetahui Agama
Donggala. Perkawinan juga di jelaskan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 “ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahgia
dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa”. Pasal 1 Ayat (1) UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004 “setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikis, dan/atau penelentaraan rumah tangga, termasuk ancaman
untuk melakukan perbuatan pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Data wa wancara kepada Hakim
Pengadilan Agama Donggala yang diperoleh, menunjukan bahwa tindak
kekerasan terhadap perempuan yang ada di Wilayah Hukum Kabupaten Sigi
setiap tahunnya terus meningkat dari tahun 2008 sebanyak 60% hingga tahun
2017 semakin meningkat presentasenya dari kasus perceraian dengan alasan
kekerasan dalam rumah tangga tersebut yang ada di wilayah Hukum Kabupaten
Sigi.
Kata kunci : Perkawinan, Perceraian, Dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
I.
penglihatan
PENDAHULUAN
maupun
bentuk
perzinaan. Orang yang berkeinginan
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan salah
untuk melakukan pernikahan tapi
satu perintah agama kepada yang
belum mempunyai persiapan bekal
mampu
(fisik dan nonfisik) dianjurkan oleh
untuk
segera
melaksanakannya.
perkawinan
dapat
kemaksiatan,
baik
Karena
mengurangi
dalam
Nabi
Muhammad
SAW
untuk
berpuasa.
bentuk
1
Orang yang berpuasa akan
ribuan
tahun
telah
membuktikan
memiliki kekuatan atau penghalang
bahwa tidak selalu itu dapat dicapai
dari perbuatan tercela yang sangat
bahkan sebaliknya kandas ataupun
keji, yaitu perzinaan. Oleh karena itu,
gagal sama sekali di tengah jalan,
pengertian perkawinan dalam ajaran
karena tidak tercapainya kata sepakat
agama islam mempunyai nilai ibadah,
atau salah satu pihak sekalipun
sehingga Pasal 2 Kompilasi Hukum
perilaku kedua belah pihak yang
Islam menegaskan bahwa perkawinan
bertentangan dengan ajaran agama.2
adalah
akad
yang
sangat
kuat
Tujuan
perkawinan
untuk
(mitsqan ghalidhan) untuk mentaati
dapat melanjutkan keturunan dan
perintah Allah, dan melaksanakannya
membentuk keluarga (rumah tangga)
merupakan ibadah.1
yang bahagia dan kekal serta berguna
Perkawinan juga di jelaskan
dalam
Pasal
1
bagi kehidupan kekerabatan yang
Undang-Undang
rukun dan damai. Oleh karena itu
Nomor 1 Tahun 1974 “Ikatan lahir
maka perkawinan itu bukan semata-
batin antara seorang pria dan seorang
mata urusan dan kepentingan suami
wanita sebagai suami istri dengan
istri yang bersangkutan, melainkan
tujuan membentuk keluarga
juga
atau
termasuk
rumah tangga yang bahgia dan kekal
kepentingan
berdasarkan ketuhanan yang maha
kekerabatan. 3
esa”
urusan
dan
tua
dan
orang
Meskipun
pada
mulanya
Undang-Undang Perkawinan
sepasang suami istri dalam kehidupan
Nomor 1 Tahun 1974 bertujuan
berumah tangga yang penuh kasih
mengatur
yang
sayang seakan-akan cinta dan sayang
sempurna, bahagia dan kekal dalam
sepenuhnya antara keduannya, bila
suatu rumah tangga guna terciptanya
tidak dipelihara dengan baik maka
rasa
akan menjadi pudar dengan cobaan
pergaulan
kasih
sayang
hidup
dan
saling
mencintai. Namun kenyataan sejarah
2
umat manusia yang telah berusia
1
Zainuddin Ali, Hukum Perdata
Islam Di Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta,
2006, hal. 7
Martiman
Prodjohamidjojo,
Hukum Perkawinan Indonesia , PT. Abadi,
Jakarta, 2002, hal. 1
3
Hilman, Hukum Perkawinan Adat,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.
169
2
dan ujian yang alami oleh sepasang
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1
suami istri. Ketika rasa cinta dan
Tahun 1974 yang memuat ketentuan
sayang ini mulai pudar maka tidak
fakultatif bahwa ”Perkawinan putus
menutup kemungkinan perasaan akan
karena kematian, perceraian, dan atas
berubah menjadi kebencian.4
putusan pengadilan”.6
Putusnya perkawinan karena
Untuk
kehendak suami atau istri sekalipun
mempersukar
keduanya,
adanya
Undang
dengan
untuk melakukan perceraian, bahwa
istilah “perceraian”, yang bersumber
suami istri itu tidak akan dapat lagi
dari tidak dilaksanakannya hak dan
sebagai suami istri. Dengan alasan-
kewajiban sebagai suami atau istri
alasan untuk melakukan perceraian
sebagaimana
itu, harus melalui Pengadilan Agama
Karena
ketidakrukunan,
disebut
seharusnya
menurut
memperkecil
perceraian
memberi
atau
Undang-
batasan-batasan
hukum perkawinan yang berlaku.
bagi
Konkretnya, ketidakrukunan antara
Pengadilan
suami dan istri yang menimbulkan
lainnya. Dalam Pasal 39 Undang-
kehendak
memutuskan
Undang Nomor 1 Tahun 1974, Ayat
hubungan perkawinan dengan cara
1: perceraian hanya dapat dilakukan
perceraian.
untuk
5
Perceraian
yang
beragama
Negeri
islam
bagi
dan
agama
di depan sidang pengadilan setelah
secara
yuridis
pengadilan
yang
bersangkutan
berarti putusnya perkawinan, yang
berusaha
mengakibatkan putusnya hubungan
mendamaikan kedua belah pihak.
sebagai suami istri atau berhenti
Ayat 2: untuk melakukan perceraian
berlaki-bini (suami istri) sebagaimana
harus ada cukup alasan, bahwa antara
diartikan dalam kamus besar bahasa
suami istri itu tidak akan dapat hidup
Indonesia. Perceraian terdapat dalam
rukun sebagai suami istri.
Aulia Muthiah, Hukum Islam –
Dinamika Perkembangan Seputar Hukum
Perkawinan Dan Hukum Kewarisan, PT.
Pustaka Baru, Yogyakarta, 2017, hal. 103
5
Muhammad
Syaifuddin,
Sri
Turatmiyah, Annalisa Yahanan, Hukum
Perceraian, Sinar Grafika, Jakarta Timur,
2013, hal. 6
4
dan
tidak
Adanya
berhasil
Undang-Undang
Perkawinan tersebut, tidaklah mudah
perceraian
itu
terjadi,
perceraian
mendapat tempat tersendiri karena
6
Ibid, hal. 15
3
kenyataannya
dalam
masyarakat,
perkawinan seringkali terjadi berakhir
dengan
perceraian
yang
begitu
mudah. Juga perceraian adakalanya
terjadi karena tindakan sewenangwenang dari pihak laki-laki. 7
Rapat
paripurna
Dewan
Perwakilan Rakyat pada tanggal 14
september 2004, disahkan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004
tentang penghapusan kekerasan dalam
rumah tangga, yang terdiri dari atas
10 bab dan 56 pasal. Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 ini diharapkan
menjadi payung perlindungan hukum
bagi anggota dalam rumah tangga,
khususnya perempuan, dari segala
tindak kekerasan. 8
Kekerasan
dalam
rumah
tangga dalam Pasal 1 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2004 menyatakan:
“Setiap perbuatan terhadap
seseorang
terutama
perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan
secara
fisik,
seksual,
psikis,
dan/atau
penelentaraan rumah tangga,
termasuk ancaman untuk
melakukan
perbuatan
pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah
tangga.
tangga.
Negara
juga
berpandangan
bahwa segala kekerasan dalam rumah
tangga adalah pelanggaran hak asasi
manusia
dan
kejahatan
terhadap
martabat kemanusiaan serta bentuk
diskriminasi.9 Dalam Pasal 28 huruf
G Ayat 1 Undang-Undang Dasar
1945 menyatakan :
“setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi,
keluarga,
kehormatan,
martabat, dan harta benda
yang dibawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman
dan
perlindungan
dari
ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak
asasi”.
Korban
kekerasan
dalam
rumah tangga juga berhak untuk
mendapatkan
pelayanan
demi
pemulihan dari tenaga kesehatan,
7
Soedharyo Soimin , Hukum orang
Dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata
Barat/BW, Hukum Islam Dan Hukum Adat,
Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hal . 63-64
8
Mitrawacana.or.id/kebijakan/uuno-23-tahun-2004penghapusan-kekerasan
dalam-rumah-tangga. 26 November 2017 jam
20:06
relawan
pendamping
pendamping,
rohani.
dan/atau
Pemerintah
9
Thoznisti 87.blogspot.co.id/2013/01
perlindungan-korban-kdrt ditinjau dari .html?
m=I 26 November 2017 jam 21:06
4
mempunyai kewajiban dan tanggung
memenuhi kebutuhan hidup semakin
jawab
jelas dirasakan. Kebutuhan hidup
dalam
kekerasan
upaya
dalam
pencegahan
rumah
tangga.
yang
tidak
terpenuhi
berakibat
Sedangkan masyarakat berkewajiban
menjadi satu pokok permasalahan
untuk melakukan upaya-upaya sesuai
dalam keluarga. Hal tersebut banyak
batas
dialami oleh masyarakat yang berada
kemampuannya
mencegah
tindakan
tersebut,
serta
dalam
kekerasan
di Wilayah Kabupaten Sigi.
Masyarakat
memberikan
yang
berada
pertolongan darurat dan membantu
Wilayah Kabupaten Sigi pada era
proses
globalisasi
pengajuan
permohonan
sekarang
ini
banyak
mengalami perselisihan antara suami
perlindungan.
Kedua pasal di atas dapat
istri. Dengan adanya kemajuan ilmu
diartikan sebagai larangan adanya
pengetahuan dan teknologi menjadi
kekerasan
dalam
tangga
hal yang fatal untuk menjalani hak
khususnya
kekerasan oleh suami
dan kewajiban sebagai seorang suami
terhadap istri, karena hal ini tidak
istri. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
sesuai dengan perkawinan serta hak
teknologi menjadikan salah satu pihak
dan kewajiban suami istri. Apalagi
tidak melakukan hak dan kewajiban
menurut
sebagai
rumah
pandangan
bangsa
dan
suami
istri
sehingga
agama bahwa lembaga perkawinan
terjadinya perselisihan terus-menerus
adalah lembaga yang sakral. Namun,
dan melakukan kekerasan baik fisik
kenyataan membuktikan telah banyak
maupun nonfisik terhadap seorang
terjadi
pasangan hidup. Hal tersebut dialami
kekerasan
terhadap
oleh suami atau istri dan anak.
perempuan.
Kemajuan di era globalisasi
Seringkali
yang
menjadi
korban
saat ini, semakin banyak persoalan-
kekerasan dalam rumah tangga ialah
persoalan baru yang melanda rumah
istri atau anak sebagai korban dan
tangga yang seiring dengan kemajuan
seorang suami sebagai pelaku.
ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
Pada
kenyataanya
kasus
diri
perceraian dengan alasan kekerasan
pribadi dalam rumah tangga untuk
dalam rumah tangga yang ada di
akibatnya
tuntutan
terhadap
5
Wilayah
banyak
Sigi
begitu
Agama Donggala menunjukan bahwa
berbagai
bentuk
tindak kekerasan terhadap perempuan
Kabupaten
dengan
kekerasan yang dilakukan, kasus yang
yang
terjadi tersebut berawal dari sikap
Kabupaten Sigi setiap tahunnya terus
egois/keras
kedua
meningkat, dari tahun 2008 sebanyak
pasangan suami istri sehingga terjadi
60% hingga tahun 2017 semakin
kekerasan dalam rumah tangga.
meningkat presentasenya dari kasus
kepala
antara
ada
di
Wilayah
Hukum
perselisihan atau perbedaan
perceraian dengan alasan kekerasan
pendapat antara suami istri yang
dalam rumah tangga tersebut yang
berakibat timbulnya percecokan demi
ada di Wilayah Hukum Kabupaten
percecokan yang tidak berkesudahan,
Sigi.
selain itu masih banyak lagi yang
Kasus kekerasan dalam rumah
menjadi faktor pemicu perceraian
tangga di Wilayah Kabupaten Sigi
dengan
dalam
ternyata masih banyak yang tidak
rumah tangga sehingga membuat istri
dilaporkan, karena tingkat budaya
merasa terancam jiwanya serta tidak
hukum belum tinggi. Masyarakat
mendapatkan
yang ada di Wilayah Kabupaten Sigi
alasan
kekerasan
nafkah
baik
lahir
sangat
maupun batin.
merasa
malu
apabila
perbedaan
menceritakan kekerasan dalam rumah
pendapat antara suami istri yang
tangganya sama halnya membuka aib
berakibat timbulnya percecokan demi
dalam
percecokan yang tidak berkesudahan,
tindakan
selain itu masih banyak lagi yang
tindakan kriminal.
menjadi faktor pemicu perceraian
B. Rumusan Masalah
dengan
1. Apa
perselisihan
alasan
dan
kekerasan
dalam
keluarga
suami
yang
sendiri.
Padahal
sudah
termasuk
menjadi
rumah tangga sehingga membuat istri
sehingga
merasa terancam jiwanya serta tidak
dalam rumah tangga?
mendapatkan
nafkah
baik
lahir
maupun batin.
Data yang peroleh dari hasil
2. Upaya
dilakukan
terjadinya
hukum
pemicu
kekerasan
yang
apabila
dapat
terjadi
kekerasan dalam rumah tangga?
wawancara kepada Hakim Pengadilan
6
istri, dengan tidak tepenuhinya
kebutuhan
I.
batin
tersebut
hubungan rumah tangga menjadi
PEMBAHASAN
A. Pemicu Perceraian Sehingga
tidak rukun lagi di karenakan
Terjadinya Kekerasan Dalam
salah satunya mencari hubungan
Rumah Tangga
gelap untuk memenuhi kebutuhan
kenyataannya
batin tersebut. Maka terjadi ada
masyarakat di Wilayah Kabupaten
hubungan gelap yang dilakukan
Sigi tetap saja melakukan kekerasan
suami ataupun istri dan apabila
terhadap
mengetahui
Pada
pasangannya
sendiri.
adanya
hubungan
Padahal sudah jelas diatur dalam
gelap antara salah satu pasangan
Pasal 33 Undang-Undang Nomor 1
tersebut baik dari informasi yang
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum
didengarkan,
Islam dalam Pasal 77 Ayat (2) tetapi
langsung
maka
terjadilah
tetap saja bertolak belakang dengan
percecokan
demi
percecokan
isi peraturan tersebut, juga di jelaskan
antara
keduanya.
Sehingga
dalam Pasal 31 Ayat (1) Undang-
terjadilah tindakan kekerasan.
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
2. Kurangnya
hak dan kewaiban sebagai suami istri.
Menghormati
Pemicu
Menjalani
kekerasan
dalam
rumah
ataupun
melihat
Rasa
Saling
kehidupan
dalam
tangga di wilayah Kabupaten Sigi
berumah tangga
paling menonjol dan bertentangan
adanya saling menghormati antara
dengan
suami dan istri, pada umumnya,
peraturan
Perundang-
sangat
perlu
Undangan yaitu:
seorang suami adalah penompang
1. Tidak Terpenuhinya Kebutuhan
seluruh
keluarga.
Suami berkerja siang dan malam
Bahtin
Salah
kebutuhan
satu
pemicu
terjadinya
demi memenuhi kebutuhan hidup.
kekerasan dalam rumah tangga
Jika
ialah
terpenuhinya
menghormati suami, pada saat
kebutuhan batin antara salah satu
suami mengalami masalah dalam
pihak baik seorang suami ataupun
pekerjaan atau bisnisnya, suami
tidak
seorang
istri
kurang
7
akan
melampiaskan
kemarahannya
kepada
istri
kecemburuan seorang suami atau
istri
dan
tidak
menutup
sehingga suami menjadi ringan
kemungkinan suami atau istri juga
tangan
mengambil
melakukan
kekerasan
kesempatan
untuk
mencari kekekasih gelap untuk
terhadap istri tersebut.
dijadikan
3. Tidak Adanya Rasa Cinta
perselingkuhan
Kekerasan dalam rumah tangga
sehingga melarang untuk bergaul
bisa disebabkan tidak adanya rasa
ataupu ada hal-hal lain yang
cinta antara keduannya, serperti
diinginkan.
masyarakat
Sedangkan secara sosial yang juga
banyak terjadi adanya perjodohan
menjadi pemicu terjadinya kekerasan
tanpa
dalam rumah tangga yaitu:
kita
lihat
dalam
merasakan cinta
keduanya
terlebih
antara
dahulu.
1. Malasalah Ekonomi
Sehingga seorang suami sering
Salah
satu
pemicu
bersikap kasar dan ringan tangan
kekerasan dalam rumah tangga
terhadap istri karena tidak adanya
adalah
rasa cinta sedikitpun. Hal ini juga
kurang mapan. Karena ekonomi
menjadi pemicu kekerasan dalam
yang kurang memadai sehingga
rumah tangga.
menimbulkan
faktor
terjadinya
ekonomi
masalah
yang
dalam
4. Melarang Suami atau Istri Bergaul
rumah tangga. terkadang seorang
Di Lingkungan Sekitar ataupun Di
istri yang terlalu banyak menuntut
Masyarakat.
dalam
Melarang seorang pasangan baik
kebutuhan pribadi atau rumah
suami atau istri yang bergaul di
tangga, sedangkan penghasilan
lingkungan sekitar ataupun di
sehari-hari sangat minim, dari
masyarakat sangat menjadi hal
situlah mulai timbul pertengkaran,
yang sangat tidak di inginkan bagi
perselisihan,
seorang
Sehingga
antara suami istri yang akhirnya
berakibat timbulnya permasalahan
menimbulkan kekerasan dalam
dalam
rumah tangga.
pasangan.
keluarga.
berkaitan
hal
dengan
tersebut
besarnya
hal
untuk
dan
memenuhi
percecokan
2. Rendahnya Pendidikan
8
Pendidikan juga menjadi faktor
tersebut, maka suami yang dalam
pemicu
kedaan
terjadinya
kekerasan
mabuk
merasa
dan
terjadilah
dalam rumah tangga, Disebabkan
terganggangu
oleh kurang memahami hak dan
pemukulan terhadap istri. Hal ini
kewajiban sebagai suami istri.
juga menjadi pemicu terjadinya
kedua
perceraian karena kekerasan yang
belah
mengetahui
pihak
harus
bagaimana
cara
mengimbangi dan mengatasi sifat-
dilakukan oleh suami.
4. Berprasangka Buruk
sifat tersebut diantara keduanya.
Menjalani
Dalam
tangga tentu saling mempercayai
sebuah
rumah
tangga
kehidupan
kebanyakan suami yang memiliki
antara
sifat
keduanya mempunyai pekerjaan
egoisme
dan
cenderung
suami
berumah
istri,
menang sendiri. Maka sang istri
atau
tidak
cara
percecokan
yang
yang di sebabkan tidak saling
bersifat egoisme itu, sehingga
percaya biasa disebut dengan
sulit untuk menyatuhkan hal yang
berprasangka
berbeda.
Adanya
buta.
Rumah
dengan berprasangka buruk akan
tahu
mengatasi
bagaimana
sifat
suami
Tidak
Komonikasi
Dalam
jabatan,
apalagi
Sering
menjadi
Tangga.
3. Kecanduan
Narkoba
Dan
Mengosumsi
obat-obatan
dan
meminum alkohol menyebabkan
kurangnya
kotrol
seseorang
atau
terjadi
pertengkaran
buruk/cemburu
kita
tindakan
diinginkan.
pemicu
Minuman Keras
sering
hal
dengarkan
yang
ini
terjadinya
tidak
menjadi
perceraian
dengan alasan kekerasan dalam
rumah tangga.
5. Penghasilan Istri Lebih besar Dari
terhadap prilakunya sendiri. Hal
Suami
tersebut seringkali dilakukan oleh
Umumnya seorang istri adalah ibu
suami. Sebagai contoh ketika
rumah tangga yang mengurus
suami dalam keadaan mabuk dan
suami dan anak. Tetapi pada
ingin tidur, pasti seorang istri
kenyataannya
akan
seorang istri yang mempunyai
marah
kepada
suami
sekarang
ini
9
bisnis
dan
berkarir,
demi
7. Kondisi Psikologis Yang Tidak
membantu ekonomi kehidupan
Stabil
dalam keluarga atau memang
Salah
ingin mencari penghasilan sendiri.
terjadinya
Dalam
berumah
berkibat kekerasan dalam rumah
tangga penghasilan istri lebih
tangga yaitu psikologis yang tidak
besar dari pada suami, hal ini
stabil atau sering di sebut Stres.
dapat memicu kesenjangan dalam
Hal tersebut sering dialami oleh
menjalin hubungan rumah tangga,
suami karena tidak terpenuhinya
suami yang penghasilannya lebih
kebutuhan jasmani atau rohani
sedikit dari pada istri merasa
sehingga sudah menjadi kebiasaan
malu, sehingga suami tersebut
suami
mencari kesalahan sang istri dan
terhadap istri dikarenakan kondisi
memancing masalah agar sang
psikologis suami tidak stabil.
kehidupan
istri melakukan kesalahan, lalu
suami
melakukan
tindak
kekerasan.
satu
menjadi
pemicu
perceraian
melakukan
yang
kekerasan
B. Upaya Hukum Yang Dapat
Dilakukan
Apabila
Terjadi
Kekerasan
Dalam
Rumah
6. Kurangnya Pemahaman Terhadap
Tangga
Kerohanian (Kepercayaan atau
Pada
kenyataannya
upaya
Agama)
kekerasan dalam rumah tangga di
Pemahaman terhadap Kerohanian
Wilayah Kabupaten Sigi meskipun
sangat perlu, karena masih banyak
sudah diatur dalam Pasal 15 Undang-
yang keliru terhadap ajaran agama
Undang Nomor 23 Tahun 2004
mengenai aturan mendidik istri
Tentang
dan kepatuhan istri kepada suami.
Dalam Rumah Tangga tidaklah sesuai
Kurangnya
pemahaman
dengan isi peraturan tersebut yang
kekeliruan
tersebut
pemicu
terjadinya
atau
menjadi
kekerasan
Penghapusan
diinginkan,
Kekerasan
kejadian-kejadian
kekerasan terhadap istri yang ada di
dalam rumah tangga disebabkan
masyarakat
pendekatan
Kabupaten Sigi dikarenakan sebagian
diri
kepada
maha kuasa sangatlah minim.
yang
masyarakat
di
Wilayah
tingkat
Hukum
pemahaman
10
terhadap Hak dan Kewajiban sebagai
Donggala kepada penulis dan telah
suami istri masih sangat kurang,
mengkaji putusan tersebut bahwa
apalagi dengan hukum positif yang
penggugat dalam surat gugatannya
berlaku sekarang. sehingga apabila
tanggal 11 juli 2017 telah mengajukan
melihat,
ataupun
gugatan cerai yang telah terdaftar
mengetaui kekerasan dalam rumah
pada kepaniteraan Pengadilan Agama
tangga
yang dilakukan oleh suami
Donggala dengan Putusan Nomor
kepada istrinya masyarakat tersebut
211/Pdt.G/2017/PA Dgl. Kasus yang
hanya
tangani
mendengar,
mengabaikan
begitu
saja
oleh
Amar
Ma’ruf,
kejadian tersebut dikarenakan mereka
S.Ag.,M.H sebagai ketua Majelis,
menganggap
tersebut
Rustam, S.HI., M.H. dan Faried,
hanyalah urusan pribadi dalam rumah
S.HI., M.HI. masing-masing sebagai
tangga
melakukan
Hakim
yang
ada
Widriayani, S.H. sebagai panitera
hanyalah sebagian yang memahami
pengganti, telah menjatuhkan talak
langkah-langkah untuk melaporkan
satu Ba’in Sugraa W sebagai tergugat
kekerasan yang dialami dalam rumah
dan F sebagai penggugat .
kekerasan
mereka
kekerasan.
yang
Masyarakat
tangganya, hal tersebut berkaitan
dengan pendidikan atau pengetahuan
yang mereka pahami. 10:
Salah
Pengadilan
satu
data
Agama
putusan
Donggala
berkaitan dengan Perceraian dengan
alasan kekerasan dalam rumah tangga
yang telah diberikan oleh Hakim
sekaligus staf dari Pengadilan Agama
10
Hasil Wawancara Dengan Bapak
Rustam, S.HI., M.H Selaku Hakim Di
Pengadilan Agama Donggala. Kamis, 09
September 2017 Jam 12:30
anggota
dan
Nuniek
Sebelum menjantuhkan talak
satu Ba’in Sugraa kepada tergugat W
dan sebagai penggugat F, Hakim
terlebih
dahulu
memeriksa
dan
membuktikan dalil-dalil gugatan dari
penggugat
tersebut
dan
juga
melaksanakan ketentuan Pasal 22
Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1975, Pengadilan perlu
mendengarkan keterangan keluarga
atau orang-orang terdekat dari kedua
belah pihak sebagai saksi mengetahui
keadaan rumah tangga Penggugat dan
11
membuktikan
bersama Tergugat dalam membangun
hubungan hukum antara Penggugat
rumah tangga mereka, usaha yang
dan
telah
dilakukan kedua saksi tersebut sama
mengajukan alat bukti berupa Foto
sekali tidak membuahkan hasil atau
kopi Kutipan Akta Nikah, Nomor
tidak berhasil.
Tergugat.
Untuk
Tergugat,
Penggugat
13/13/l//2010. Disamping bukti surat
tersebut. Penggugat telah mengajukan
dua orang saksi yaitu N dan B.
Berdasarkan
hukum
di
Tergugat
Kedua saksi telah memberikan
atas,
sering
disebabkan
fakta-fakta
Penggugat
dan
bertengkar
karena
yang
Tergugat
keterangan sesuai kenyataan yang
bertempramen tinggi atau bertabiat
mereka saksikan langsung ditempat
kasar dan keras, selain itu tergugat
kejadian yang dilakukan oleh tergugat
juga
kepada
saksi
laporan mediator pada tanggal 7
tersebut juga memberikan keterangan
Agustus 2017 juga melakukan upaya
bahwa Terggugat sering melakukan
mediasi
kepada
penggugat
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
tergugat
namun
tidak
baik kekerasan berupa fisik maupun
Majelis Hakim berpendapat bahwa
psikis,berdasarkan keterangan bahwa
rumah tangga yang demikian, lebih
selama 7 bulan Penggugat tidak
baik tidak dilanjutkan dan tidak
mendapatkan nafkah lahir bathin,
dipetahankan lagi, karena mustahil
Tergugat sering mengusir penggugat
dapat mencapai tujuan perkawinan
bahkan melihat Tergugat menodong
sebagaimana
senjata kepada Penggugat, kemudian
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun
kedua
untuk
1974 Tentang Perkawinan jo, pasal 3
Tergugat
buku 1 Kompilasi Hukum Islam, dan
mengatakan kepada saksi yaitu B
putusnya perkawinan antara keduanya
menyatakan “Jangan halangi saya,
dalam kondisi seperti di atas.
penggugat.
saksi
merelainya,
Kedua
mencoba
lalu
nanti saya tembak kamu”.
saksi
tersebut
Penggugat
agar
sering
rukun
Kedua
menasehati
kembali
pencemburu.
Berdasarkan
maksud
dan
berhasil,
Pasal
1
cerai gugat yang diajukan oleh
istri (Penggugat) telah dikabulkan dan
berdasarkan
cacatan
status
12
perkawinan pada alat bukti
yang
(lima) tahun atau denda paling
banyak Rp. 15.000.000,00
(lima belas juta rupiah).
telah menunjukan bahwa perkara
perceraian antara tergugat dengan
penggugat dijatuhkan pertama kali
oleh
majelis
persidangan
hakim
dalam
Pengadilan
Agama
Donggala, sehingga Majelis Hakim
dalam
rapat
harus
permusyawaratannya
menyatakan
perkawinan
Penggugat dan Tergugat putus karena
talak
ba`in
shugraa
berdasarkan
Penjatuhan denda atau sanksi kepada
pelaku kekerasan dalam rumah tangga
sudah jelas di atur dalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004 dalam
Pasal
44
melakukan
Ayat
(1)
yang
telah
kekerasan
fisik.
Juga
diatur dalam Pasal 44 Ayat (4) yyang
melakukan kekerasan berupa psikis
menyatakan bahwa:
sumber hukum dalam Pasal 119 Ayat
(2) huruf (c) Buku I Kompilasi
Hukum Islam, menyebutkan bahwa
talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan
Agama termasuk dalam kualifikasi
talak ba`in shugraa.
Berdasarkan kekerasan dalam
rumah tangga yang telah dilakukan
suami terhadap isteri Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 dalam Pasal
44 Ayat (1) menyatakan bahwa
ketentuan
pidana
kepada
“Dalam
hal
pebuatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang dilakukan suami
terhadap isteri atau sebaliknya
yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk
menjalankan
pekerjaan
jabatan atau mata pencaharian
atau kegiatan sehari-hari,
dipidana
dengan
pidana
penjara paling lama 4 (empat
bulan atau dengan denda
paling
banyak
Rp.
5000.000,00
(lima
juta
rupiah).
Pelaku
kekerasan dalam rumah tangga dapat
III PENUTUP
di jatuhkan denda atau sanksi sebagai
A. Kesimpulan
berikut:
“Setiap orang yang melakukan
perbuatan kekerasan fisik
dalam lingkup rumah tangga
sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 huruf a dipidana
dengan penjara paling lama 5
Terjadinya perceraian dengan
alasan kekerasan dalam rumah tangga
di Wilayah Kabupaten Sigi dapat
dipicu oleh beberapa faktor baik yang
bertentangan
dengan
Peraturan
13
Pada
Perundang-Undangan maupun faktor-
kenyataannya,
upaya
faktor pemicu secara sosial. Berkaitan
kekerasan dalam rumah tangga di
dengan Hak dan Kewajiban sebagai
Wilayah Kabupaten Sigi meskipun
istri diatur dalam Pasal 33 Undang-
sudah diatur dalam Pasal 15 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan
Undang Nomor 23 Tahun 2004
Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal
Tentang
77
pada
Dalam Rumah Tangga tidaklah sesuai
kenyataannya masyarakat di Wilayah
dengan isi peraturan tersebut yang
Kabupaten Sigi tetap saja melakukan
diinginkan,
kekerasan
kekerasan terhadap istri yang ada di
Ayat
sendiri.
(2).
Namun
terhadap
Pemicu
pasangannya
kekerasan
dalam
Penghapusan
masyarakat
Kekerasan
kejadian-kejadian
di
Wilayah
Hukum
rumah tangga di wilayah Kabupaten
Kabupaten Sigi dikarenakan sebagian
Sigi paling menonjol dan bertentangan
masyarakat
dengan
Perundang-
terhadap Hak dan Kewajiban sebagai
Undangan yaitu: Tidak Terpenuhinya
suami istri masih sangat kurang,
Kebutuhan Bahtin, Kurangnya Rasa
apalagi dengan hukum positif yang
Saling Menghormati, Tidak Adanya
berlaku sekarang. sehingga apabila
Rasa Cinta, Melarang Suami atau Istri
melihat,
Bergaul
mengetaui kekerasan dalam rumah
peraturan
Di
Lingkungan
Sekitar
tangga
ataupun Di Masyarakat.
Sedangkan secara sosial yang
tingkat
pemahaman
mendengar,
ataupun
yang dilakukan oleh suami
kepada istrinya masyarakat tersebut
menjadi pemicu terjadinya kekerasan
hanya
dalam rumah tangga yaitu: Malasalah
kejadian tersebut dikarenakan mereka
Ekonomi
menganggap
Rendahnya
Pendidikan,
mengabaikan
begitu
kekerasan
saja
tersebut
Kecanduan Narkoba Dan Minuman
hanyalah urusan pribadi dalam rumah
Keras,
tangga
Berprasangka
Buruk,
mereka
yang
Penghasilan Istri Lebih besar Dari
kekerasan.
Suami,
Pemahaman
hanyalah sebagian yang memahami
Terhadap Kerohanian (Kepercayaan
langkah-langkah untuk melaporkan
atau Agama), Kondisi
kekerasan yang dialami dalam rumah
Kurangnya
Yang Tidak Stabil.
Psikologis
Masyarakat
melakukan
yang
ada
tangganya, hal tersebut berkaitan
14
dengan pendidikan atau pengetahuan
2. Di harapkan kepada
instansi-
yang mereka pahami.
instansi atau pihak-pihak yang
B. Saran
berkewajiban
1. Di harapkan kepada
yang
ada
di
instansi-
Wilayah Hukum Kabupaten Sigi
instansi atau pihak-pihak yang
terutama kepada masyarakat yang
berkewajiban
sudah
yang
ada
di
memahami
tentang
Wilayah Hukum Kabupaten Sigi,
kekerasan dalam rumah tangga
agar memberi pemahaman tentang
serta
hak dan kewajiban sebagai suami
apabila mendengar, melihat, atau
istri. Agar masyarakat di Wilayah
mengetahui terjadinya kekerasan
Kabupaten Sigi memahami lebih
dalam
dalam lagi tentang apa yang
melakukan upaya-upaya sesuai
menjadi
terjadinya
dengan batas kemampuanya yang
kekerasan dalam rumah tangga
sesuai diatur dalam Pasal 15
dan membangun lapangan kerja
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
kepada masyarakat agar tingkat
2004
kekerasan bisa berkurang dari
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
pemicu
upaya
yang
rumah
Tentang
dilakukan
tangga
wajib
Penghapusan
tahun ketahun dan bahkan tidak
terjadi lagi dalam setiap rumah
tangga.
15
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU:
Aulia Muthiah, Hukum Islam – Dinamika Perkembangan Seputar Hukum
Perka winan Dan Hukum Kewarisan, PT. Pustaka Baru, Yogyakarta, 2017
Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia , PT. Abadi, Jakarta,
2002
Muhammad Syaifuddin, Sri Turatmiyah, Annalisa Yahanan, Hukum Perceraian,
Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2013
Soedharyo Soimin , Hukum orang Dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata
Barat/BW, Hukum Islam, Dan Hukum Adat, Sinar Grafika, Jakarta, 2004
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta, 2006.
B. PERATURAN UNDANG-UNDANG:
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
Kompilasi Hukum Islam
C. INTERNET/SUMBER LAIN
Mitrawacana.or.id/kebijakan/uu-no-23-tahun-2004penghapusan-kekerasan-dalamrumah-tangga 26 November 2017 jam 20:06
Thoznisti87.blogspot.co.id/2013/01/perlindungan-korban-kdrt-ditinjaudari.html?m=I26 November 2017 jam 21:06
Hasil Wawancara Dengan Bapak Rustam, S.HI., M.H Selaku Hakim Di
Pengadilan Agama Donggala. Kamis, 09 September 2017 Jam 12:30
16
BIODATA PENULIS
NAMA
: ABD GAFUR
TEMPAT TANGGAL LAHIR
: SIDONDO, 26 APRIL 1995
ALAMAT
: DESA SIDONDO III, KEC. SIGI
BIROMARU, KAB. SIGI
: gafurasgar26@gmail.com
NOMOR TELEPON/HP
: 082393515020
17