DOCRPIJM 33ab62a1d0 BAB VBAB V OK

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

5.1 Potensi Pendanaan APBD

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan Bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan strategi pembiayaan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

  Proyeksi APBD dalam lima tahun kedepan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap Bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

  Dari data proyeksi APBD pada tabel 5.1, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).

  Tabungan Pemerintah atau Net Public Saving adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk Bidang Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam Bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut : Keterangan :

   Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan yang berlaku. Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran

   kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku .

  Dari analisa data pada tabel 5.1, maka NPS untuk Kabupaten Aceh Timur adalah semakin menurun seiring dengan trend total penerimaaan daerah dan semakin besarnya belanja wajib .

  Komponen APBK Realisasi

Tabel 5.1 Proyeksi Pendapatan APBK dalam 5 Tahun ke Depan n um bu ha Proyeksi

1. Pendapatan

  2. Dana Asli Daerah 44.631.278.344,00 79.260.371.581,40 104.856.210.928,00 119.693.353.960,00 113.564.667.525,00 116.403.784.213,00 119.313.878.818,00 122.296.725.788,00 125.354.143.932,00 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

rt

Pe

c. DAK b. DAU a. DBH Perimbangan 600.936.437.000,00 703.898.153.000,00 730.055.738.000,00 784.102.687.000,00 872.480.849.857,00 894.292.871.103,00 916.650.192.880,00 939.566.447.702,00 963.055.608.894,00 773.576.604.770,00 854.135.141.838,00 915.658.505.074,00 1.135.400.450.000,00 1.211.030.029.857,00 1.241.305.780.603,00 1.272.338.425.118,00 1.304.146.885.745,00 1.336.750.557.888,00 81.223.480.000,00 91.686.320.000,00 105.744.630.000,00 276.014.885.000,00 286.755.520.000,00 293.924.408.000,00 301.272.518.200,00 308.804.331.155,00 316.524.439.433,00 91.416.687.770,00 58.550.668.838,00 79.858.137.074,00 75.282.878.000,00 51.793.660.000,00 53.088.501.500,00 54.415.714.037,00 55.776.106.887,00 57.170.509.559,00 3. Lain-lain Pendapatan Sanitasi DAK 124.269.062.375,71 331.078.572.434,02 363.422.605.409,00 546.102.871.219,00 618.956.184.449,47 634.430.089.060,00 650.290.841.286,00 666.548.112.318,00 683.211.815.125,00 2.796.101.001,00 4.746.274.800,00 4.822.376.000,00 1.714.930.000,00 1.757.803.250,00 1.801.748.331,00 1.846.792.039,00 1.892.961.839,00 Minum DAK Air 2.260.825.000,00 3.017.445.000,00 4.056.005.000,00 1.375.000.000,00 1.409.375.000,00 1.444.609.375,00 1.480.724.609,00 1.517.742.724,00

TOTAL APBK 1.716.053.550.259,71 2.118.609.227.691,42 2.299.595.826.485,00 2.936.597.125.179,00 3.154.580.911.688,47 3.233.445.434.479,00 3.314.281.570.339,00 3.397.138.609.595,00 3.482.067.074.831,00

yang sah

  Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah BAB V -3

  Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR). Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No.

  30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  1. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

  2. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah;

  3. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.; 4. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah.

  Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

  Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.

  Pada bagian ini perlu dihitung DSCR daerah dalam 3-5 tahun terakhir dengan rumus sebagai berikut: Keterangan : PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum DBH = Dana Bagi Hasil DBHDR = DBH Dana Reboisasi

  Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Aceh Timur belum berniat untuk menggunakan dana Pinjaman Daerah untuk pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya, sehingga tidak perlu dihitung DSCR.

5.2 Potensi Pendanaan APBN

  Setelah APBK Aceh Timur secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus Bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBA, APBK Aceh Timur, perusahaan daerah dan masyarakat serta pihak swasta.

5.2.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber

  Dari APBN dalam 5 Tahun Terakhir Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

  Prioritas nasional yang terkait dengan Bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi.

  DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan

  DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

  5.2.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBK dalam 5 Tahun Terakhir Pemerintah Kabupaten Aceh Timur memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan Bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

  Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan Bidang Cipta Karya.

  BAB V -7 Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah Tabel 5.2 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kab. Aceh Timur dalam 5 Tahun Terakhir No Sektor Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi

  2012 2013 2014 2015 2016

  

1 DAK Air Minum 2.260.825.000,00 3.017.445.000,00 4.056.005.000,00 1.375.000.000,00

  

2 DAK Sanitasi 1.222.100.000,00 2.796.101.001,00 4.746.274.800,00 4.822.376.000,00 1.714.930.000,00

Tabel 5.3 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

  No Sektor Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi 2012 2013 2014 2015 2016

  

1 Pengembangan Air Minum 226.082.500,00 301.744.500,00 405.600.500,00 1.375.000.000,00

  2 Pengembangan PLP 122.210.000,00 299.610.100,00 680.711.480,00 680.711.480,00

  

3 Pengembangan Pemukiman 22.950.000.000,00 20.400.000.000,00 20.305.000.000,00 22.688.055.000,00

  4 Penataan Bangunan dan Lingkungan Total Belanja APBK Bidang Cipta Karya

  122.210.000,00 23.475.692.600,00 21.382.455.980,00 21.192.838.100,00 24.063.055.000,00 Total Belanja APBK 749.939.945.165,60 979.402.305.584,54 1.360.519.914.809,34 1.392.468.296.974,00 3.154.580.911.688,47

  5.2.3 Perkembangan investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan Bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

  Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM Tirta Peusada Aceh Timur, indikator tersebut telah ditetapkan BP-SPAM Aceh untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

5.3 Alternatif Sumber Pendanaan

  Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Timur harus memiliki alternatif sumber pendanaan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam lima tahun ke depan.

5.3.1 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

  Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di Bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.

  Untuk Kabupaten Aceh Timur keberadaan perusahaan swasta yang bergerak di Bidang Cipta Karya belum ada namun memiliki potensi, seperti perusahaan pengelola sampah, pengelola air minum, atau pengelola limbah karena cukup menguntungkan. Sehingga pada

tabel 5.4 belum ada proyek yang dapat didanai dari dana KPS pada lima tahun kedepan, maka status data NA.Tabel 5.4 : Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan

  

Nama Deskripsi Biaya Kelayakan

Keterangan Kegiatan Kegiatan Kegiatan (Rp) Finansial (1) (2) (3) (4) (5)

  IRR = ...

NA NA NA NA NA

5.3.2 Perkembangan Kerjasama Pembangunan Cipta Karya dalam 5

  Tahun Terakhir Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost- recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

  Selama ini dalam pembiayaan infrastruktur di Kabupaten Aceh Timur belum pernah bekerja sama dengan pihak swasta atau KPS, sehingga status data pada table 5.5 pada lima tahun terakhir adalah NA untuk semua sektor Bidang Cipta Karya.

Tabel 5.5 : Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5

  Tahun Terakhir Satuan Skema

  Kegiatan Tahun Komponen Ket KPS Volume Nilai (Rp) KPS

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pengembangan Air Minum

  • … NA NA NA NA NA Pengembangan PPLP
  • … NA NA NA NA NA Pengembangan Permukiman - … NA NA NA NA NA

  Penataan Bangunan dan Lingkungan

  • … NA NA NA NA NA

5.4 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

  Satgas RPIJM daerah perlu merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang meliputi:

5.4.1 Peningkatan DDUB oleh kabupaten dan provinsi;

  Pemerintah Kabupaten Aceh Timur memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan Bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

  Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan Bidang Cipta Karya.

  Kabupaten Aceh Timur belum pernah melaksanakan program pembiayaan Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sehingga

tabel 5.6 status dana NA tetapi untuk jangka menengah akan dialokasikan sebagai dana pendamping APBN.Tabel 5.6 : Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir

  2012 2013 2014 2015 2016 No SEKTOR Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi DDUB DDUB DDUB DDUB DDUB

APBN APBN APBN APBN APBN

  

1 Pengembangan Air Minum NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA

  

2 Pengembangan PLP NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA

  

3 Pengembangan Permukiman NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA

  

4 Penataan Bangunan dan Lingkungan NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA

Total Belanja APBK Bid. Cipta Karya 122.210.000 23.475.692.600 21.382.455.980 21.192.838.100 21.680.000.000 979.402.305.585 Total Belanja APBK 749.939.945.166

  979.402.305.585 1.392.468.296.974 3.154.580.911.688

  Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah BAB V -12

5.4.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan sala satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

  Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Tabel 5.7 : Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

  No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Unit / Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang Cipta Karya (1) (2) (3) (4)

  1. Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

  Perencanaan Rencana Induk sistem/Master plan untuk semua sektor Bidang Cipta Karya Bidang Perencanaan

  Pembangunan Sarana dan Prasarana Bidang Program, Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang

  2. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Perencanaan DED dan pembangunan prasarana dan sarana cipta karya sektor : Bangkim, PLP : Drainase, PBL, Air minum

  Bidang Program, Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang

  3. Dinas Lingkungan Hidup Perencanaan DED dan pembangunan prasarana dan sarana cipta karya sektor : PLP : Sampah dan Limbah , PBL : Ruang Terbuka Hijau Bidang Pengelolaan sampah,

  Limbah B3 dan Peningkatan kapasitas Bidang Pengendalian, Pencemaran dan kerusakan Lingkungan

5.4.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya dan

  Tata Ruang Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan

  Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang.

Tabel 5.8 : Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Cipta Karya

  Jenis Jabatan Golongan Latar Belakang Pendidikan Kelamin Fungsiona

(orang) (orang)

  (orang) l (orang) N Unit Kerja

  P o an B PL

  I ki

  II V

  3 A T T . I pu A . I . I

  3

  • la / S ol m D S1 ng ol SM ng ol ki SM G G G re < S2 fu fu La Pe Ja Ja

  Dinas Pekerjaan Umum dan 1 136

  67 2 165

  

40

20 115

  8

  61

  1 Perumahan Rakyat Kab. Aceh Timur 2 Bappeda Kab.

  18

  43

  2

  34

  

29

  18

  38

  7 Aceh Timur 3 BLHKP Kab.

  93

  36 5 114

  

20

  35

  58

  5

  32

  2 Aceh Timur

5.5 Analisis Kelembagaan

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten yang menangani Bidang Cipta Karya.

5.5.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian Bidang Cipta Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:

  1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku?

  2. Apakah tugas dan fungsi organisasi Bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?

  3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?

  4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan Bidang Cipta Karya? Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim

  RPIJM.

5.5.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:

  1. Apakah Qanun penetapan Organisasi Pemerintah Daerah telah menguraikan tupoksi masing-masing dinas/unit kerja yang ada?

  2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait Bidang Cipta Karya yang terjadi selama ini?

  3. Apakah keorganisasian Bidang Cipta Karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 18 tahun 2016? Juga perlu dicermati apakah semua sektor Bidang Cipta Karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan serta penataan ruang sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?

  4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah yang terkait dengan Bidang Cipta Karya?

  5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan Bidang Cipta Karya?

5.5.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM Bidang Cipta Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya.

  Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

  1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di Bidang Cipta Karya?

  2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah yang terkait dengan Bidang Cipta Karya?

  3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

Tabel 5.9 : Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia

  No Instansi Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai yang Ada Jumlah Pegawai yang Diperlukan (1) (2) (3) (4) (5)

  1 Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

  SD/SLTP SMA/Sederajat Diploma III S1/Sederajat

  • S1 Teknik - S1 Ekonomi - S1 Hukum - S1 Sosial S2/S3 20 orang 115 orang 8 orang 38 orang 18 orang 1 orang 4 orang 1 orang

  (1) (2) (3) (4) (5)

  2 Bappeda SMA/Sederajat Diploma

  • D3 Teknik:
  • D3 Sekretaris - D3 Pertanian S1/Sederajat
  • S1 Teknik sipil/plano/ars
  • S1 Ekonomi - S1 Pertanian - S1 Sospol - S1 Kesehatan Masyarakat - S1 Pendidikan - S1 Hukum - S1 Kedokteran Hewan S2/S3 18 orang 0 orang 0 orang 0 orang 7 orang 24 orang 1 orang 1 orang 1 orang 2 orang 1 orang 1 orang 7 orang

  3 Dinas Lingkungan Hidup SD/SLTP SMA/Sederajat Diploma III S1/Sederajat

  • S1 Teknik - S1 Ekonomi - S1 Hukum - S1 Pertanian - S1 Ilmu Sosial - S1 Ilmu Pemerintahan - S1 Sains S2/S3 35 orang 58 orang 5 orang 8 orang 16 orang 3 orang 1 orang 3 orang 1 orang 2 orang 2 orang
  • 5.5.4 Analisis SWOT Kelembagaan Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan Bidang Cipta Karya yang meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S- O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

  Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM Bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

a. Rekruitmen baru

  Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah

  BAB V - 19 Tabel 5.10 : Matriks Analisis SWOT Kelembagaan Faktor External Faktor Internal

PELUANG (O)

  b. Minat jadi PNS tinggi ANCAMAN (T) a. Mutasi tenaga teknis

  b. Jumlah pekerjaan semakin banyak

  c. Macam pekerjaan berteknologi tinggi KEKUATAN (S) a. Personel S.1 / S.2 / S.3 mencukupi

  b. Berusia muda

  c. Kebutuhan tenaga teknis

Strategi SO (Kuadran 1)

Rekruitment tenaga teknis sesuai kebutuhan Strategi ST (Kuadran 2)

  Dengan usia muda cepat belajar di bidang yang baru dan teknologi baru

KELEMAHAN (W)

  a. Sebagian mendekati masa pensiun

  b. Kurang pelatihan/ ketrampilan

  c. Wilayah yang luas

Strategi WO (Kuadran 3)

Pengadaan pelatihan teknis/kursus/ bekerjasama

dengan perguruan tinggi setempat

  Strategi WT (Kuadran 4) Dengan wilayah Aceh Timur yang luas lebih efisien penggunaan teknologi tinggi dalam pengelolaan pekerjaan Bidang Cipta Karya

5.6 Rencana Pengembangan Kelembagaan

  Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirimuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

5.6.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.

  Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing- masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, khususnya Bidang Cipta Karya.

  Pengembangan organisasi yang menangani bidang Cipta Karya di Kabupaten Aceh Timur untuk jangka menengah dengan melakukan strategi memantapkan organisasi yang telah ada, dengan memanfaatkan personil teknis yang sudah ada dengan meningkatan kapasitas dan di sisi lain menambah personil teknis sesuai dengan kebutuhan dan tren jumlah pekerjaan Bidang Cipta Karya yang akan muncul dan kompleksitas yang dihadapi. Strategi lainnya adalah menambah bidang atau sub bidang pada organisasi yang ada saat ini dan membentuk Unit Pengelola Teknis (UPT) untuk pengelolaan TPA dan IPLT yang untuk jangka menengah akan semakin kompleks permasalahannya.

  Sedangkan untuk Perusahaan Daerah satu-satunya yaitu PDAM Tirta Peusada dengan memantapkan organisasi yang telah ada dan meningkatkan kapasitas personilnya.

  5.6.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana Mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, maka dilakukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam Dinas/Badan ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, khususnya yang menangani Bidang Cipta Karya, sehingga tidak timbul tumpang tindih kewenangan antar Dinas/Badan yang menangani Bidang Cipta Karya.

  5.6.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya

  Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

  Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan Bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel 5.11

Tabel 5.11 Pelatihan Bidang Cipta Karya

  9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

  16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

  15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

  14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

  13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

  12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

  11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

  

10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan

Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

  8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

  No Jenis Pelatihan

  7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

  6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

  5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

  2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

  1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  17 Diklat Jabatan Fungsional

Tabel 5.12 : Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas

  Kelembagaan

  Aspek Strategi Rencana Aksi Kelembagaan (1) (2) (3)

  Reorganisasi sesuai dengan Pemantapan organisasi di setiap perkembangan kebutuhan sektor di Organisasi badan dan dinas bidang cipta karya penambahan bidang Pemantapan Standart

  Tata Laksana Operasional Prosedure pada Implemetasi SOP secara ketat setiap sektor Cipta Karya Tugas belajar bagi S1 ke jenjang S2/S3 Pelatihan dan kursus sesuai Peningkatan kapasitas SDM kebutuhan dan bidang Tenaga Penyidik PNS untuk audit

  Sumber Daya lingkungan Manusia Bidang disiplin ilmu Teknik Planologi,

  Teknik Sipil, Teknik Arsitektur, Teknik Rekruitmen baru SDM Lingkungan dan Kesehatan Lingkungan