BAB VII KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN - DOCRPIJM 1503907562BAB VII

BAB VII KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN A. Kondisi Kelembagaan Kondisi kelembagaan yang ada di Kabupaten Sorong khususnya yang

  berkaitan dalam pelaksanaan dan penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) adalah instansi-instansi sebagai berikut:  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)  Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU)  Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup  Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)

1. Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sorong

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

  BAPPEDA merupakan lembaga atau instansi pemerintah yang memiliki peran sangat penting dalam perencanaan dan pengendalian pembangunan di daerah. Peran ini tercermin dalam Undang-undang No.

  25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dimana dijelaskan pada Undang-undang tersebut Bappeda memiliki tugas untuk melaksanakan musrembang daerah dan menyusun RPJM Daerah. Berdasarkan hal tersebut maka Bappeda juga memiliki peran dan fungsi yang sangat besar terhadap pelaksanaan dan penyusun RPIJM. Secara sistematis mengenai sumber daya manusia, kualitas pendidikan, serta prasarana dan sarana kerja yang ada di unit kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sorong (BAPPEDA) dapat dijelaskan pada tabel-tabel berikut:

  Tabel VII - 1

  Tabel VII - 2

  Tabel VII - 2 lanjutan

  Tabel VII – 3

b. Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU)

  Dinas PU merupakan lembaga atau instansi teknis pemerintah yang memiliki peran penting dalam pelaksanaan pembangunan khususnya dalam pembangunan fisik di daerah. Peran Dinas PU semakin besar setelah dibuatnya Undang-undang No. 32 tentang Pemerintah Daerah, dimana pada Undang-undang ini Pemerintah Daerah diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengatur daerah termasuk dalam bidang infrastruktur keciptakaryaan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan. Berkaitan dengan penyusunan RPIJM ini peran Dinas PU sangat besar, hal ini disebabkan Dinas PU merupakan dinas yang berkaitan secara langsung dalam pelaksanaan fisik yang diusulkan dalam RPIJM. Mengingat peran Dinas PU yang cukup besar, maka kesiapan dari instasi tersebut harus diperhatikan terutama yang berkaitan dengan sumber daya manusia (kualitas dan kuantitas), sarana dan prasarana serta dukungan pendanaan. Secara sistematis mengenai sumber daya manusia, kualitas pendidikan, serta prasarana dan sarana kerja yang ada di unit kerja Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU) Kabupaten Sorong) dapat dijelaskan pada Tabel-tabel berikut:

  Tabel VII - 4

  Tabel VII - 5

  Tabel VII - 5 Lanjutan

  Tabel VII - 6

c. Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup

  Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup merupakan salah lembaga atau instansi yang terkait atau berhubungan langsung dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM. Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup merupakan dinas teknis yang memiliki peran sebagai pengendali dalam pelaksanaan pembangunan fisik, peran ini khusus yang berkaitan dengan lingkungan yaitu antara lain:  Penyusunan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)  Penerbitan SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan)  Memberikan rekomendasi tentang dokumen AMDAL  Melakukan evaluasi terhadap hasil pengelolaan lingkungan Dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM di Kabupaten Sorong Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup pengendali terhadap dampak lingkungan yang akan terjadi. Mengingat peran Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup yang cukup besar, maka kesiapan dari instasi tersebut harus diperhatikan terutama yang berkaitan dengan sumber daya manusia (kualitas dan kuantitas), sarana dan prasarana serta dukungan pendanaan. Secara sistematis mengenai sumber daya manusia, kualitas pendidikan, serta prasarana dan sarana kerja yang ada di unit kerja Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Sorong dapat dijelaskan pada Tabel-tabel berikut:

  Tabel VII - 7

  Tabel VII - 8

  Tabel VII – 8 lanjutan

  Tabel VII - 9

d. Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA)

  Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) merupakan salah lembaga atau instansi yang terkait atau berhubungan langsung dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM. Dinas Pendapatan Daerah merupakan dinas teknis yang memiliki peran sebagai pengelola retribusi yang dihasilkan dari pembangunan infrastruktur bidang keciptakaryaan seperti: retribusi sampah, retribusi pengolahan air limbah serta retribusi lainnya yang berkaitan dengan infrastruktur. Mengingat peran Dinas Pendapatan Daerah yang cukup besar, maka kesiapan dari instasi tersebut harus diperhatikan terutama yang berkaitan dengan sumber daya manusia (kualitas dan kuantitas), sarana dan prasarana serta dukungan pendanaan. Secara sistematis mengenai sumber daya manusia, kualitas pendidikan, serta prasarana dan sarana kerja yang ada di unit kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sorong dapat dijelaskan pada Tabel- tabel berikut:

  Tabel VII - 10

  Tabel VII - 11

  Tabel VII - 11 lanjutan

  Tabel VII - 12

B. Masalah, Analisis dan Usulan Program

  1. Masalah yang dihadapi

  Seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya bahwa dalam penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Sorong instansi atau lembaga yang memiliki keterkaitan langsung dalam penyusunan RPIJM adalah sebanyak 4 (empat) instansi yaitu:  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)  Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU)  Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup  Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Ke empat instansi atau lembaga tersebut pada dasarnya memiliki permasalahan yang sama khususnya dalam penyusunan maupun pada saat pelaksanaan RPIJM di daerah. Adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:  Pelaksanaan tugas dan wewenang dari masing-masing instansi belum maksimal dilaksanakan.  Keterbatasan sumber daya manusia dalam pelaksanaan pembangunan fisik keciptakaryaan.  Keterbatasan sarana dan prasarana antara lain: o o

  Peralatan kantor Peralatan kerja dilapangan

  2. Analisis Permasalahan

  Dalam melakukan analisis permasalahan terhadap instansi atau lembaga pemerintah yang berhubungan langsung dengan penyusunan dan pelaksanaan RPIJM di daerah, dilakukan dengan metode analisis SWOT (Strenght, Weakness, Oppurtunity dan Threat) Dalam era otonomi dimana dituntut kemandirian daerah dalam pembangunan menonjol, maka analisis ini cukup efektif untuk digunakan. Kekuatan atau potensi maupun kelemahan yang dimiliki suatu wilayah dapat teridentifikasi.

  Adapun analisis SWOT yang dilakukan terhadap instansi atau lembaga yang berhubungan langsung dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM dapat dilihat pada matriks SWOT berikut:

  IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL Strengths ( S ) Weakneses (W )

  1. Adanya Visi dan Misi Satuan Kerja

  1. Sebahagian struktur organisasi SKPD Perangkat Daerah ( SKPD ) Bappeda belum terisi sesuai dengan kebutuhan; Kabupaten Sorong;

  2. Kinerja aparatur pelaksana belum

  2. Tersedianya Sumber Daya Manusia optimal ; ( SDM ) yang melaksanakan tugas

  3. Masih lemahnya pemahaman terhadap Bappeda; tupoksi ;

  3. Adanya Tugas Pokok dan Fungsi

  4. Masih kurangnya infrastruktur terhadap ( Tupoksi ); output kinerja berdasarkan bidang

  4. Terciptanya koordinasi lintas bidang; tugas ;

  5. Adanya uraian tugas dalam Menunjang

  5. Belum terlaksananya standar pelaporan kinerja organisasi . terhadap Jurnal kegiatan terhadap urain tugas . FAKTOR EKSTERNAL

  Opportunities ( O ) Threaths ( T )

  1. Adanya Musyawarah Perencanaan

  1. Partissipasi masyarakat dalam Pembangunan ( Musrenbang ); pembangunan melalui musrenbang

  2. Adanya dukungan data dan iformasi masih lemah; SKPD;

  2. Masíh adanya sebahagian masyarakat

  3. Tersedianya kesempatan untuk belum responsip terhadap data dan mengikuti pendidikan penjenjangan, informasi; fungsional , dan bimbingan teknis;

  3. Perencanaan program diklat dan

  4. Adanya laporan kinerja instansi penganggaran belum terencana dengan pemerintah; baik;

  5. Tersedianya publikasi pembangunan

  4. Indikator pengukuran kinerja setiap secara periodik; SKPD belum optimal;

  5. Belum optimalnya pemanfaatan data pembangunan oleh instansi pemerintah.

  1. Faktor Internal

a. Strengths (S) Kekuatan

  Identifikasi terhadap faktor internal dan eksternal dimaksudkan utnuk pencapian visi dan misi dalam pembangunan daerah, hal ini terkait dengan bidang tugas dalam membantu Bupati di bidang perencanaan, pengendalian , dan evaluasi pembangunan daerah. Beberapa faktor internal yang ada meliputi :

  

1) Adanya Visi dan Misi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Bappeda Kabupaten Sorong; ” Menjadi Institusi Perencana Yang

  Visi pada SKPD Bappeda adalah

  Handal, Kredibel dan Secara Proaktif Ikut Berperan Dalam Penentuan Pencapaian Tujuan Pembangunan Daerah ” hal ini

  merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam mendukung rencana pembangunan sesuai dengan visi Pemerintah Kabupaten Sorong. Selanjutnya sebagai daya dukung terhadap visi tersebut diatas ditetapkan misi sebagai berikut :  Meningkatkan kualitas rencana pembangunan daerah dalam jangka panjang, menengah , dan tahunan ;  Meningkatkan koordinasi perencanaan pembangunan dengan stakeholder untuk mewujudkan integrasi, sinkronisasi, sinergi perencanaan daerah;  Mewujudkan sebagai mitra dalam perencanaan pembangunan daerah.

  

2) Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang melaksanakan

tugas Bappeda;

  Bahwa Sumber Daya Manusia ( SDM ) mempunyai posisi sentral dalam mewujudkan kinerja. Kontek ini ditentukan oleh relevansi konstribusi untuk dapat melakukan aktivitas di bidang perencanaan pembangunan. Selanjutnya sebagai daya dukung terhadap tugas Bappeda, jumlah pegawai 65 orang , dan tenaga honorer 6 orang .

  3). Adanya Tugas Pokok dan Fungsi ( Tupoksi );

  Tupoksi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisakan dari organisasi dan tatakerja guna menacapai tujuan sehingga dalam melaksanakan tugas tidak terjadi penyimpangan dan secara birokrasi dapat berjalan sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawab yang diemban guna mendukung Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten .

  4 ) Adanya laporan Kinerja Instansi Pemerintah; Pengukuran kinerja terhadap pelaksanan tugas pada setiap tahun mulai dari awal perencanaan sampai pada akhir pelaksanaan dibuatkan evaluasi terhadap pencapaian kinerja, pelaporan tersebut di sampaikan pada Bupati Kepala Daerah sebagai koordinator dalam bidang pembangunan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.

5) Adanya Uraian Tugas Dalam Menunjang Kinerja Organisasi .

  Sesuai dengan tupoksi Bappeda , dalam menunjang kinerja organisasi telah dibuatkan uraian tugas berdasarkan struktur organisasi yang ada Kepegawaian, Kasub Keuangan, dan Kasub Admistrasi Pembangunan. (2) Bidang Bidang Fisik dan Prasarana meliputi Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Perumahan dan Pemukiman, Kasubbid Pertambangan,Energi dan Lingkungan Hidup, Kasubbid Perhubungan dan Telekomunikasi. (3) Bidang Bidang Ekonomi terdiri dari Kasubbid Perdagangan dan Koperasi, Kasubbid Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan, Kasubbid Perindustrian dan Jasa. (4) Bidang Sosial Budaya meliputi Kasubbid Agama, Pendidikan,Kebudayaan, Pemuda Olahraga, Pariwisata, Kasubbid Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. (5) Bidang Litbang meliputi Kasubbid Penelitian Sumber Daya Alam, Kaubbid Penelitian Inprastruktur, Kasubbid Penelitian Sosial Ekonomi. (6) Bidang Pendataan dan Pelaoran meliputi Kausbbid Monitoring ,Evaluasi dan Pelaporan, Kasubbid Analisa Data, Kasubbid Statistik dan Pelaporan. (7) Kabid Tata Ruang meliputi Kasubbid Pengembangan Wilayah dan Kawasan, Kasubbid Tata Ruang Kota, Kasubbid Tata Guna Tanah dan Panataan Ruang.

b. Weaknesses ( W ) Kelemahan 1). Sebagaian Struktur Organisasi SKPD Belum Terisi Sesuai Dengan Kebutuhan;

  Struktur organisasi Bappeda terdiri dari Kepala yang membawahi Sekretaris, Bidang Fisik dan Prasarana, Bidang Ekonomi, Bidang Sosial Budaya, Bidang Litbang, Bidang Pendataan dan Pelaporan, serta

  Bidang Tataruang , sekretaris maupun bidang membawahi 3 ( tiga ) sub bagian/sub bidang. Dari struktur organisasi sebagimana tersebut diatas bidang sosial budaya masih terdapat satu sub bidang yang belum terisi yaitu Kasubbid Pemerintahan , Kependudukan dan Tenaga Kerja, begitu juga pada bidang libang terdapat satu sub bidang yang belum terisi yaitu kasubbid penelitian sosial ekonomi. Dari sejumlah aparatur yang ada baru sebahagian yang telah mengikuti pendidikan fungsional guna menunjang kinerja bidang tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

  Dari beban tugas yang diemban oleh Bappeda, kinerja aparatur yang ada dengan prekwensi pekerjaan yang harus dilaksanakan diperlukan kemampuan aparatur yang dapat melaksanakan dan menjalankan tupoksi guna meningkatkan pelayanan prima baik internal maupun ekternal terhadap kepentingan publik sesuai dengan tuntutan kegiatan pembangunan yang diharapkan oleh kelompok sasaran.

  3). Masih lemahnya Pemahaman Terhadap Tupoksi ;

  Pemahaman terhadap tupoksi sangat erat kaitannya dengan organisasi dan tata kerja yang akan dilaksanakan agar akselerasi organisasi yang diemban dapat berjalan secara efektif dan efisien. Tugas pokok dan fungsi terkait langsung dengan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui penetapan strategi yang dipilih.

  

4). Masih Kurangnya Infrastruktur Terhadap Output Kinerja

Berdasarkan Bidang Tugas;

  Dalam rangka meningkatkan kinerja aparat Bappeda masih terdapat kekurangan penunjang kerja, yaitu menyangkut infrastruktur kantor. Diantaranya sofware GIS, Foto udara dengan menggunakan citra stelit, printer besar guna pembuatan peta, dan sofwer simda.

  

5). Masih Terdapat Adanya Pelaporan Yang Belum Tepat Waktu.

  Pelaporan memegang peranan penting guna mengetahui dan mengikuti perkembangan dari semua kigiatan yang dilaksanakan , baik lintas sektor maupun program agar dapat diambil langkah-langkah selanjutnya sebagai alternatif pemecahan masalah. Secara umum adanya pelaporan kegiatan terhadap pelaksanaan pembangunan yang belum tepat waktu adalah dikarenakan kondisi geografis, dan aksesibilitas yang masih rendah sehingga setiap SKPD sebagai pelaksana program dilapangan diperlukan prekwensi koordinasi yang lebih efektif dan efisien.

2. Faktor Eksternal

  Identifikasi faktor eksternal adalah faktor yang merupakan peluang ( opportunity ) , dan yang merupakan ancaman ( Threats ) bagi pencapaian tujuan organisasi yang diinginkan.

a. Opportunities ( O ) Peluang

  Identifikasi terhadap unsur peluang dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1). Adanya Musyawarah Perencanaan Pembangunan ( Musrenbang );

  Musrenbang adalah merupakan bentuk perencanaan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu perencanan dari bawah keatas dan dari atas kebawah, sehingga keterlibatan masyarakat dalam bidang perencanaan nampak sekali. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pelakanaan musrenbang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat bawah yaitu Musrenbang Tingkat Desa / Kampung , Tingkat Kecamatan /Distrik , Tingkat Kabupaten, Tingkat Provinsi, dan Musrenbang Tingkat Pusat. Dengan demikian keteribatan masyarakat, Stake Holder sesuai dengan jenjang adaministrasi pemerintahan diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan sejak dari perencanaan sampai pada pelaksanaan pemangunan.

  2). Adanya Dukungan Data dan Iformasi SKPD;

  Dukungan data dan informasi dari SKPD baik berdasarkan acuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencaaan Pembangunan Nasonal maupun Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah , maka data dan informasi yang diberikan oleh masing-masing SKPD pada Bappeda akan semakin lengkap karena terintegrasi dengan Visi dan Misi Bupati yang harus dijabarka oleh setiap SKPD, termasuk pembuatan Rencana Strategis (Renstra).

  Penjenjangan, Fungsional , dan Bimbingan Teknis;

  Kesempatan untuk mengikuti pendidikan merupakan harapan bagi setiap pegawai dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kreativitas serta meningkatkan sumber daya manusia , oleh karena itu pemerintah daerah dengan adanya program pendidikan dan pelatihan bagi aparat dalam menunjang kinerja bidang tugas merupakan suatu kebutuhan dan meningkatkan pelayanan publik sesuai dengan topoksi organisasi.

  4). Adanya laporan Knerja Istansi Pmerintah;

  Laporan Kinerja Instansi Pemerinah ( Lakip ) merupakan hasil pengukuran terhadap pelaksanaan tugas pada setiap tahun anggaran baik menyangkut tugas rutin mapun pembangunan oleh setiap SKPD , Lakip dimaksud merupakan suatu keharusan yang harus dibuat oleh setiap SKPD sebagai bentuk pentanggung jawaban dan sebagai tolok ukur hasil kinerja .

  5). Tersedianya Publikasi Pembangunan Secara Priodik;

  Publikasi pembangunan baik menyangkut pembangunan sektor, potensi dan peluang investasi yang disebar luaskan pada setiap tahun guna kepentingan instansi pemerintah, stake holder mapun institusí lainya akan membantu dalam pengambilan kebijakan dalam perencanaan pembangunan.

b. Threaths ( T ) Ancaman

  Identifikasi unsur ancaman ( T ) dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1). Partisipasi Msyarakat Dalam Pembangunan Melalui Musrenbang Masih lemah;

  Musrenbang pada dasarnya merupakan kebutuhan dalam merencanakan pembangunan yang akan diprogramkan sesuai dengan kebutuhan tuntutan kegiatan pembangunan bagi masyarakat dalam menjawab kelompok sasaran pembangnan agar berdaya guna dan berhasil guna. Kondisi saat ini pelaksanaan musrenbang terutama dari jenjang di tingkat Desa/Kampung , dan Distrik belum optimal , hal ini disebabkan karena kondisi geografis dan masih rendahnya tingkat aksesibilitas.

  2). Masíh adanya Sebahagian Masyarakat Belum Responsip Terhadap Data dan Informasi;

  Data merupaan informasi yang dapat mengungkapkan kondisi obyektif berdasarkan ruang dan waktu di berbagai sektor. Disamping itu data merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan. Hal in dapat dibuktikan perencanaan tanpa didukung olah data tidak akan menghasilkan output yang baik bahkan akan membahayakan dalam memunculkan kegiatan program karena tidak akan sesuai dengan tututan kegiatan yang dibutuhkan . Melihat kondisi saat ini masih terdapat sebahagian masyarakat belum memanfaatkan data yang sudah diolah dan dikerjakan oleh instansi yang berkompeten dalam pengolahan dan pengawaan data.

  3). Perencanaan Program Diklat dan Penganggaran Belum Terencana Dengan Baik;

  Pendidikan dan latihan bagi setiap aparat sebagai abdi negara dan abdi masyarakat merupakan kebutuhan , karena pendidikan sangat terkait dengan kualitas aparatur. Dengan demikian apabila perencanaan program diklat dan penganggaran belum terencana dengan baik akan mempengaruhi kualitas aparatur dalam meningkatkan kinerja sesuai dengan tupoksi.

  Kondisi saat ini yang dihadapi dalam program diklat dan penganggaran adalah karena masih terbatasnnya dana, sehingga diperlukan seleksi dalam artian mengunakan skala prioritas.

  

4). Indikator Pengukuran Kinerja Setiap SKPD Belum Optimal;

  Outcome kinerja SKPD sangat erat kaitannya dengan pencapaian target program kerja yang dilaksanakan baik secara fisik maupun fungsional sesuai dengan tupoksi. Kondisi saat ini pengukuran kinerja dilaksanakan melalui Lakip dari masing-masing SKPD .

  5). Belum Optimalnya Pemanfaatan Data Pembangunan Oleh Instansi Pemerintah.

  Data merupakan sumber pendukung utama dalam perencanaan pembangunan di berbagai sektor guna mencapai sasaran yang diinginkan baik secara fisik maupun fungsional. Kondisi saat ini masih terdapat sebahagian SKPD belum optimal dalam pengolahan dan pengawasan data.

3. Usulan Program

  Beberapa usulan program untuk pelaksanaan dan penyelenggaraan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) dari masing- masing instansi atau lembaga adalah sebagai berikut: a. Optimalisasi Pelaksanaan Fungsi Organisasi, terdiri dari:

   Melakukan perencanaan dan pengendalian pembangunan di daerah (Bappeda).  Melaksanakan pembangunan fisik sesuai dengan program yang telah ditetapkan (Dinas PU).  Melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pengelolaan lingkungan hasil dari pembangunan fisik (Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup)  Melaksanakan penarikan retribusi terhadap objek-objek prasarana yang ada seperti : retribusi sampah dll.

  b. Ketatalaksanaan Penyelenggaraan RPIJM di daerah.

   Penyiapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk setiap sektor pembangunan.

   Menyiapkan Peraturan Daerah (Perda) yang berkaitan dengan: o o Retibusi o Pengelolaan lingkungan Pengawasan dan pengendalian pembangunan.

  c. Peningkatan Sumber Daya Manusia  Mengikuti Bimbingan Teknik bidang PU  Mengikuti Pelatihan-pelatihan  Keikutsertaan pada kursus-kursus  Mengikuti Pelatihan Bidang Keuangan  Mengikuti Pelatihan Bidang Lingkungan

  d. Peningkatan Prasarana dan Sarana Kerja, meliputi:  Pengadaan peralatan  Penambahan personil bidang teknik

C. Usulan Sistem Prosedur Antar Instansi

  1. Kedudukan, Fungsi dan Tugas dalam Pelaksanaan RPIJM

  Kedudukan, fungsi dan tugas masing-masing instansi atau lembaga yang berhubungan langsung dengan penyusuna RPIJM terdapat pada lampiran Surat Keputusan Bupati Sorong.

  2. Diagram Hubungan Antar Instansi

  Diagram hubungan antara instansi atau lembaga untuk pelaksanaan dan pengelolaan serta pengembangan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Sorong, dapat dilihat pada gambar diagram berikut:

  3. Format Umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan.

  Format umum rencana tindakan peningkatan kelembagaan di Kabupaten Sorong yang berhubungan dengan penyusunan dan pelaksanaan RPIJM dapat dilihat pada Tabel-tabel berikut, secara berurutan adalah: a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

  b. Dinas Pekerjaan Umum (DPU)

  c. Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup

  d. Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)

  Tabel VII - 13

  Tabel VII - 14

  Tabel VII - 15

  Tabel VII - 16

  Tabel VII - 17 PU

  Tabel VII - 18 PU

  Tabel VII – 19 PU

  Tabel VII - 20 PU

  Tabel VII - 21

  Tabel VII - 22

  Tabel VII - 23

  Tabel VII - 24

  Tabel VII - 25

  Tabel VII - 26

  Tabel VII - 27

  Tabel VII - 28

  Tabel VII - 29

  Tabel VII - 30