DOCRPIJM 1504154633BAB III Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Banyumas

  III-1

BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

3.1 Strategi/ Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Banyumas

  Strategi pembangunan daerah Kabupaten Banyumas yang menjadi pedoman dalam

penentuan berbagai kebijakan dan program pembangunan daerah yang sesuai dengan

kemampuan keuangan daerah serta memperhatikan berbagai kebijakan dan program dari

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan atau dari Pemerintah Pusat.

  Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Banyumas menguraikan arah dan strategi

pengembangan Kabupaten Banyumas dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun sesuai dengan

RTRW Kabupaten Banyumas dengan memperhatikan hasil revisi lima tahunan RTRW tersebut.

Skenario ini mencerminkan kondisi perkembangan Kabupaten atau lingkungan strategisnya saat

RPIJM dibuat dan perkiraan lima sampai dua puluh tahun ke depan.

3.1.1 Arah Pengembangan Struktur Kabupaten Banyumas

  Arah pengembangan struktur kota menguraikan tentang pembagian kawasan-kawasan

kota, rencana struktur kota, dan rencana penggunaan lahan. Dalam menjelaskan arah

pengembangan struktur kota akan dilengkapi dengan tabel rencana penggunaan lahan serta

peta rencana struktur dan skenario pengembangan Kabupaten Banyumas.

  Arah pengembangan struktur Kabupaten Banyumas merupakan implementasi dari visi

dan misi pembangunan Kabupaten Banyumas. Visi dan misi Kabupaten Banyumas dapat

diuraikan sebagai berikut:

  A. Visi Kabupaten Banyumas mampu mewujudkan masyarakat yang sejahtera, terpenuhi pelayanan dasar secara adil dan transparan, yang didukung dengan pemerintahan yang baik dan aparat yang bersih dengan tetap mempertahankan budaya Banyumasan.

B. Misi

  1. Dalam rangka upaya mencapai visi tersebut di atas, maka misi Kabupaten Banyumas adalah:

  2. Menyelenggarakan sistem pelayanan dasar dalam bidang sosial, kesehatan, pendidikan, ketentraman dan ketertiban yang lebih cepat, adil yang dapat dijangkau

  III-2 oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan didukung oleh sistem kelembagaan manajemen yang efisien dan transparan.

  3. Mengembangkan sumber daya lokal bagi pengembangan ekonomi masyarakat melalui sistem pengelolaan yang professional, efektif dan efisien serta akuntabel, dengan didukung system dan sarana investasi yang baik.

  4. Mengembangkan jaringan kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakat (swasta) baik dalam tataran lokal, regional, nasional maupun internasional melalui penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai.

  5. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola pembangunan berkelanjutan secara efisien dan efektif.

  6. Meningkatkan kemampuan, moral dan etika kerja serta akuntabilitas aparatur pemerintah daerah dalam mengelola pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

  7. Melestarikan dan mengembangkan budaya Banyumas.

  Berakar dari visi dan misi pembangunan Kabupaten Banyumas diharapkan arah pembangunan Kabupaten Banyumas menjadi semakin terarah, jelas dan terprogram.

3.1.1.1 Rencana Struktur Kota

  Dalam pengembangan Wilayah Kabupaten Banyumas sangat dipengaruhi oleh

rencana struktur kota. Pembangunan nasional secara keseluruhan bertujuan sebagai berikut :

1. Pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan pendapatan/taraf hidup serta kesejahteraan seluruh masyarakat dan perbaikan struktur ekonomi.

  

2. Pemanfaatan ruang secara optimal dengan pengembangan potensi sumber daya alam dan

sumber daya manusia, melalui berbagai usaha. pengembangan ilmu dan teknologi yang sesuai

dengan memperhatikan konservasi lingkungan hidup.

  Konsep struktur tata ruang wilayah ditujukan pada pencapaian pemerataan dan

keseimbangan tingkat perkembangan antar daerah. Untuk perwujudan pertumbuhan yang

dikehendaki dilihat tingkat pertumbuhannya yang mempunyai faktor tingkat kemudahan bagi

masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan hidup maupun kebutuhan untuk melakukan

kegiatan usaha. Kriteria tingkat kemudahan memberi pula ukuran bagi kesempatan tumbuh

serta ukuran bagi daya tarik dengan kesempatan untuk tumbuh yang seimbang pada dasarnya

dapat dicapai pada tingkat pertumbuhan yang seimbang pula. Sejalan dengan pertumbuhan

wilayah, muncul pula simpul jasa dan distribusi yang dalam wujud fisiknya berupa kota-kota

  III-3

(kecil), sebagai lokasi kegiatan perekonomian berupa pasar dan fasilitas perdagangan serta

penyediaan jasa lainnya. Simpul-simpul yang timbul berada dalam sub koordinasi simpul yang

telah ada sebelumnya, sehingga terbentuk deretan simpul yang terikatt satu dengan lainnya

dalam hubungan fungsional pemasaran. Simpul-simpul tersebut tersusun dalam susunan

hirarki kota. Rencana struktur tata ruang Kabupaten Banyumas disusun berdasarkan beberapa

faktor antara lain:

  1. Hirarki pusat pertumbuhan

  2. Jangkauan pusat pelayanan

  3. Fungsi pusat pelayanan

  4. Jaringan transportasi

  5. Fungsi kawasan saat ini

3.1.1.2 Pembagian Wilayah Kabupaten Banyumas

  Dalam arahan kebijaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Banyumas telah ditetapkan susunan pusat pelayanan dengan tata strukturnya sebagai berikut:

 Kota Hirarki I di kota Purwokerto dan sekaligus sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN);

 Kota Hirarki III di kota Sumpiuh, Sokaraja, Banyumas, Ajibarang, Wangon dan sekaligus

sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW);

 Kota Hirarki IV yaitu Kota Pekuncen, Gumelar, Lumbir, Purwojati, Jatilawang, Rawalo,

Kebasen, Kemrajen, Tambak, Karanglewas, Kedungbanteng, Baturaden, Sumbang dan Kembaran dan sekaligus sebagai pusat kegiatan lokal (PKL).

  

Pembagian hirarki dalam pengembangan perkotaan di wilayah Kabupaten Banyumas memiliki

fungsi sebagai berikut:

A. Kota yang berfungsi sebagai Hirarki I

  

Kota yang berperan sebagai kota hirarki 1 dalam pengembangan wilayah Kabupaten

Banyumas adalah Kota Purwokerto. Selain sebagai kota utama di wilayah Kabupaten

Banyumas, dalam kerangka sistem perkotaan regional dan nasional, kota Purwokerto

merupakan salah satu pusat kegiatan Nasional.

Kota Purwokerto dalam lingkup internal merupakan pusat administrasi, perdagangan, sosial,

pendidikan sedangkan dalam lingkup eksternal merupakan salah satu pusat pertumbuhan di

bagian barat propinsi jawa tengah yang diharapkan dapat menjadi kutub pertumbuhan bagi

perkembangan wilayah baik dalam kegiatan perdagangan khususnya pemasaran hasil

pertanian maupun pendidikan tinggi.

  III-4

  B. Kota yang berfungsi sebagai Hirarki II

Dalam pengembangan wilayah Kabupaten Banyumas, kota hirarki dua tidak ada. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan tingkat perkembangan wilayah yang relatif jauh antara kota

Purwokerto sebagai hirarki I dengan kota-kota lain di wilayah Kabupaten Banyumas.

  C. Kota yang berfungsi sebagai Hirarki III

Kota yang akan dikembangkan menjadi kota hirarki tiga adalah kota-kota Sumpiuh, Sokaraja,

Banyumas, Ajibarang, Wangon, dan Karanglewas. Kota-kota ini merupakan kota kecamatan

yang mempunyai tingkat perkembangan wilayah dan tingkat konsentrasi kegiatan yang relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota di sekitarnya. Kota hirarki III ini diharapkan dapat

menjadi pusat kegiatan dan pelayanan wilayah dalam lingkup lokal yang mampu menampung

penduduk beserta aktifitasnya dalam kerangka mengurangi arus migrasi ke kota Purwokerto.

  D. Kota yang berfungsi sebagai Hirarki IV

Kota hirarki empat merupakan pusat lokal bagi kawasan pedesaan atau ibukota kecamatan

dengan skala kegiatan yang lebih kecil daripada kota hirarki diatasnya. Kota ini terutama

berfungsi sebagai pusat kegiatan perekonomian, yaitu pusat pemasaran dan distribusi input

produksi pada daerah yang bersangkutan. Kota (pusat pedesaan) ini berfungsi pula sebagai

pusat pelayanan kepada kota hirarki diatasnya.

  Wilayah Kabupaten Banyumas yang terbagi per kecamatan memiliki tata struktur hirarkhi I, hirarkhi III dan hirarkhi IV dapat lebih dijelaskan pada gambar berikut ini:

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2013

  

III-5

  III-6

3.1.1.3 Rencana Penggunaan Lahan

  Perkembangan suatu wilayah sangat terkait dengan perkembangan pengunaan lahan terbangun dan pada masa mendatang diperkirakan akan berkembang menjadi kawasan perkotaan. Sehingga dalam pengelolaannya diarahkan pada pemecahan permasalahan perkotaan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat perkotaan. Pada wilayah Kabupaten Banyumas, perkembangan kawasan terbangun ini terkonsentrasi pada sekitar koridor jalur utama wilayah dengan dominasi kegiatan non pertanian (perdagangan dan jasa komersial, permukiman dan lain- lain).

  Kondisi saat ini pemanfaatan lahan di Wilayah Kabupaten Banyumas adalah hampir setengah dari luas wilayah Kabupaten Banyumas merupakan kawasan budidaya pertanian dengan tingkat kesuburan yang cukup baik. Kondisi lahan yang subur sangat potensial untuk pemanfaatan tanah yang ada namun masih belum maksimal penggunaannya terhadap kegiatan produktif. Sebagai gambaran proporsi pola tata guna lahan Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Pola Tata Guna Lahan Kabupaten Banyumas Tahun 2007

  Sumber: Banyumas Dalam Angka Tahun 2007

No. Lahan Luas (Ha) Persentase

  1. Sawah 32.668 24,61

  2. Pekarangan/Tanah untuk bangunan 18.811 14,17

  3. Tegalan/Kebun 26.760 20,16

  4. Padang Rumput 14 0,01

  5. Rawa-rawa yang tidak ditanami 2 0,00

  6. Kolam/Empang 404 0,30

  7. Hutan rakyat 10.326 7,78

  8. Hutan negara 27.093 20,41

  9. Perkebunan 12.025 9,06

  10. Lain-lain 4.656 3,51 Jumlah 132.759 100,00

  III-7

  Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa secara umum pola tata guna lahan di Kabupaten Banyumas didominasi untuk sawah, tegalan/kebun, hutan negara dan pekarangan/tanah untuk bangunan. Luasan lahan sawah mencapai 24,61% dari luas lahan di Banyumas, luas hutan negara mencapai 20,41%, luas tegalan/kebun 20,16% dan luas bangunan/pekarangan mencapai 14,17%. Sedangkan untuk lahan yang lain seperti tambak, perkebunan dan penggunaan lainnya luasnya relatif kecil yaitu. Dari luasan penggunaan tanah tersebut sektor pertanian masih merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan.

  Guna menjaga keseimbangan ekosistem dan ketahanan pangan nasional, maka Kabupaten Banyumas dijadikan salah satu daerah produksi pangan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah, Perda tersebut diperkuat dengan adanya kesepakatan antara Bupati atau Walikota se-Jawa Tengah untuk mempertahankan lahan sawah yang produktif dari alih fungsi lahan.

  Rencana alokasi pemanfaatan lahan untuk pengembangan kegiatan budidaya di Kabupaten Banyumas dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek. Untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang yang optimal maka alokasi pemanfaatan ruang memperhatikan asas kelestarian, kesesuaian dan kemanfaatan. Asas kelestarian dimaksudkan agar pemanfaatan ruang tidak mengurangi nilai manfaat dimasa yang datang dengan memberikan perlindungan terhadap kualitas ruang. Asas kesesuaian bertujuan untuk memanfaatkan ruang sesuai dengan potensi yang dikandungnya sedangkan asas kemanfaatan ditujukan agar nilai manfaat ruang dapat memberikan dampak bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat secara optimal.

  Rencana penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Banyumas lebih memprioritaskan kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan wisata, pemukiman pedesaan dan perkotaan, dan kawasan peternakan. Rencana penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Banyumas sebagai berikut: a.

  Kawasan Pertanian Kawasan pertanian secara umum di bedakan menjadi beberapa bagian, yaitu: Pertanian lahan basah dan Pertanian lahan kering (tegalan, kebun dan kebun campuran).

  1) Kawasan Pertanian Lahan Basah

  Kawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan pertanian yang tersedia air secara terus menerus sepanjang tahun dan cocok untuk komoditas tanaman padi

  III-8

  dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai lahan produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air. Persebaran lahan pertanian lahan basah antara lain meliputi wilayah Kecamatan Kemranjen, Sumpiuh, Tambak, Jatilawang, serta wilayah Kecamatan Rawalo, Wangon dan Purwojati. 2)

  Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan pertanian lahan kering adalah areal pertanian yang tidak memilki ketersediaan air secara baik dan cocok untuk tanaman serta sistem pengolahan lahan kering. Tanaman yang dimaksud meliputi tanaman pangan dan hortikultura. Kawasan budidaya lahan kering antara lain di wilayah Kecamatan Kalibagor, Pekuncen, Ajibarang, Gumelar, Lumbir, Kemranjen, Sumpiuh, dan Kecamatan Tambak. 3)

  Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan/Perkebunan Kawasan perkebunan adalah kawasan pertanian yang sesuai untuk komoditas tanaman tahunan dengan memperhatikan asas-asas konservasi. Adapun yang termasuk dalam kawasan ini adalah seluruh kawasan yang sesuai untuk budidaya tanaman tahunan, termasuk kawasan yang telah dikembangkan tanaman keras, baik oleh masyarakat maupun oleh perusahaan perkebunan. Pertimbangan penetapan alokasi ruang untuk kegiatan perkebunan meliputi:  Kesesuaian lahan untuk jenis tanaman perkebunan dan tanaman tahunan  Kondisi perkebunan yang telah berkembang b. Kawasan Pertambangan

  Kawasan pertambangan merupakan kawasan yang memiliki kekayaan bahan tambang yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan lain. Kegiatan pertambangan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas secara keseluruhan layak untuk dikembangkan dengan resiko kerusakan yang relatif kecil. Kegiatan pertambangan yang rawan terhadap kerusakan lingkungan adalah penambangan sirtu di sepanjang sungai. Mengingat kawasan pertambangan merupakan kawasan yang rawan terhadap masalah lingkungan, maka pemanfaatan kawasan tambang harus memperhatikan :

   Perubahan struktur tanah dan pembuangan residu sehingga tidak menyebabkan pencemaran lingkungan  Keterlibatan penduduk sekitar

  III-9 c.

  Kawasan Pengembangan Industri Kawasan perindustrian merupakan kawasan yang secara khusus dikembangkan untuk kegiatan industri dengan integrasi sarana dan prasarana serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung. Kawasan industri diutamakan kawasan yang memiliki kondisi :  Memiliki struktur tanah yang stabil dengan erodibilitas baik  Tersedia sumber baku dan pembuangan limbah yang memadai Disamping syarat-syarat fisik juga adanya pertimbangan-pertimbangan ekonomi meliputi sumber daya alam, sumber energi, tenaga kerja, transportasi, aglomerasi, dan pasar. Berdasarkan pendekatan tersebut dan beberapa masukan analis maka yang ditetapkan sebagai rencana kawasan perindustrian di wilayah Kabupaten Banyumas adalah bagian selatan Kabupaten Banyumas yang berlokasi pada jalur transportasi nasional dan berada dalam lingkup Kecamatan Kemranjen, Sokaraja, Wangon dan Ajibarang. Industri yang dikembangkan di kabupaten Banyumas ini merupakan industri menengah dan tetap memperhatikan industri-industri kecil atau rumah tangga. Industri ini antara lain industri yang mengolah hasil pertanian maupun industri lainnya.

  d.

  Kawasan Pariwisata Kawasan wisata adalah kawasan dengan fungsi utama kegiatan pariwisata yang didukung oleh sarana dan prasarana penunjang. Pengembangan kawasan ini harus melihat potensi yang dimiliki dan menjadi daya tarik konsumen wisata. Kriteria-kriteria yang perlu diperhatikan antara lain:  Keindahan alam, panorama, potensi pertanian, dan kekayaan alam yang khas dan menarik  Kekayaan budaya, tradisi, dan adat istiadat yang bernilai tinggi dan diminati wisatawan  Peninggalan budaya dan peninggalan lain yang bernilai sejarah Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka lokasi yang cukup potensial bagi pengembangan kawasan wisata adalah di kawasan lereng Gunung Slamet yang tercakup dalam wilayah Kecamatan Baturraden, Sumbang, Cilongok untuk wisata alam dan buatan serta di Kecamatan Banyumas, kota Purwokerto dan Karanglewas untuk wisata budaya dan peninggalan sejarah.

  III-10 e.

  Kawasan Permukiman Pengembangan kawasan permukiman mendapatkan prioritas dalam menentukan penggunaan lahan. Pengembangan kawasan permukiman dilakukan untuk mengantisipasi perekembangan penduduk dan menepis kecenderungan pemanfaatan lahan yang hanya memusat pada kantong-kantong permukiman yang telah ada. Akibatnya, wilayah perdesaan sulit berkembang karena jauh dari jangkauan sarana. Kriteria fisik yang dibutuhkan untuk pembangunan kawasan permukiman adalah Kemiringan antara 0-15% atau lebih dengan pembatasan-pembatasan tertentu (KDB, teknik pengolahan tanah) dan Erodibilitas baik dan bebas banjir atau air genangan.

  f.

  Kawasan Peternakan Kawasan peternakan merupakan suatu kawasan yang fungsi utama didasarkan atas pengembangan potensi ternak yang telah ada. Berdasarkan jenis ternaknya, peternakan di Kabupaten Banyumas dibedakan menjadi dua, yaitu peternakan besar dan peternakan kecil. Peternakan besar yaitu sapi potong dan sapi perah, domba. Sedangkan untuk peternakan kecil yaitu ayam ras, dan ayam kampung.

  Pendistribusian hewan ternak di Kabupaten Banyumas sudah cukup merata pada setiap kecamatan. Untuk mengembangkan peternakan dapat ditempuh melalui kerjasama antara pihak swasta dan masyarakat pada areal-areal yang memiliki ternak unggulan. Dengan adanya program tersebut diharapkan akan dapat membentuk breeding centre yang berfungsi sebagai lokomotif penggerak pertumbuhan dan perkembangan di bidang peternakan.

  g.

  Kawasan Perikanan Kawasan perikanan merupakan kawasan yang fungsi utama mengoptimalkan potensi perikanan atau agribisnis, termasuk di dalamnya usaha kecil (pengolahan), perdagangan hasil-hasil perikanan (termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana perikanan dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan.

3.1.2 Fungsi dan Peran Kabupaten Banyumas

3.1.2.1 Kedudukan Kabupaten Banyumas Dalam Perwilayahan Provinsi Jawa Tengah

  Wilayah Kabupaten Banyumas merupakan wilayah administrasi Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang terletak pada posisi yang strategis, yaitu berada pada persimpangan perhubungan

  III-11

  lintas daerah yaitu dari Jawa barat pada lintas Selatan menuju Yogyakarta, Cilacap dan daerah Pegunungan Dieng atau sebaliknya dari Jawa Barat dari lintas Utara lewat Kabupaten Tegal menuju Cilacap, daerah Pegunungan Dieng dan Yogyakarta.

  Dalam kerangka pengembangan nasional, Kabupaten Banyumas merupakan salah satu pusat pengembangan kawasan (disebut dengan kawasan Purwokerto dan sekitarnya) dengan pusat pengembangan di Kota Purwokerto serta wilayah pelayanannya meliputi beberapa kota, yaitu kota Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Sokaraja. Penetapan kawasan ini bertitik tolak dari fungsi Kota Purwokerto sebagai daerah yang memegang peranan penting di bagian barat daya Jawa Tengah serta keberadaan fasilitas yang berskala nasional seperti perguruan tinggi (Unsoed), kawasan pariwisata Baturraden, dan menjadi titik penting pertumbuhan kawasan serta perhubungan transportasi Jakarta

  • – Surabaya melalui wilayah selatan. Sektor unggulan dalam kawasan ini meliputi sektor pariwisata, pertambangan, tanaman pangan dan industri.

  3.1.2.2 Sistem Kerjasama Regional dalam Pengembangan Wilayah

  Dalam sistem kerjasama regional Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas merupakan kawasan prioritas dengan arah pengembangan sebagai berikut :  Kawasan kerjasama strategis dalam propinsi, yaitu kawasan Purwokerto dan sekitarnya sebagai kawasan yang merupakan daerah basis pertanian  Kawasan prioritas pengembangan wilayah perbatasan antarpropinsi, yaitu kawasan

  Pancimas (Pangandaran, Cilacap, dan Banyumas) antara Jawa Barat dan Jawa Tengah  Kawasan konservasi ekologis dan perlindungan terhadap bancana alam, yaitu kawasan penanganan banjir dan tanah longsor Jawa Tengah Bagian Selatan

  3.1.2.3 Pembagian Wilayah Pembangunan

  Pembagian wilayah pembangunan Kabupaten Banyumas adalah unit analisis wilayah yang disebut Wilayah Pengembangan Parsial (WPP), Sub Wilayah Pembangunan (SWP), dan Satuan Kawasan Pengembangan (SKP). Wilayah Kabupaten Bayumas merupakan satu WPP, yang akan dibagi dalam beberapa SWP dan tiap SWP akan terdiri dari beberapa SKP. SWP menggambarkan suatu wilayah yang mempunyai satu kesatuan mekanisme pengembangan, dimana pusat SWP menjadi pusat orientasi pengembangan bagi pusat yang lebih kecil. Batas

  III-12

  suatu SWP merupakan garis maya yang mencerminkan daya tarik pengembangan diantara pusat- pusat SWP.

  Kota-kota pusat pelayanan dengan Orde I dan Orde II sekaligus menjadi pusat Sub Wilayah Pembangunan (SWP), kecuali Kota Sokaraja karena kota ini berada dalam satu SWP dengan kota Purwokerto yang memiliki hirarki lebih tinggi. Sedangkan pembagian Sub Wilayah Pembangunan (SWP) di Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut: 1.

  Sub Wilayah Pembangunan (SWP) I dengan pusat pengembangan di Kota Purwokerto.

  Daerah pelayanan SWP I meliputi 12 Kecamatan; yaitu Kecamatan Patikraja, Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Kembaran, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Baturaden, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Timur, Kecamatan Purwokerto Utara, Kecamatan Purwokerto Selatan dan Kecamatan Kebasen. Potensi yang prioritas dikembangkan adalah sektor perdagangan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan, sektor persewaan dan jasa perusahaan, sedangkan sektor pendukung dari sektor prioritas adalah: sektor penggalian bahan tambang dan sektor industri.

  2. Sub Wilayah Pembangunan II dengan pusat pengembangan di Ibukota Kecamatan Ajibarang. Daerah pelayanan SWP II meliputi 4 Kecamatan; yaitu Kecamatan Gumelar, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Ajibarang, dan Kecamatan Cilongok. Potensi yang prioritas dikembangkan adalah sektor penggalian bahan tambang, sedangkan sektor pendukung adalah sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor angkutan/ komunikasi.

  3. Sub Wilayah Pembangunan III dengan pusat pengembangan di Ibukota Kecamatan Wangon. Daerah pelayanan SWP III meliputi 5 Kecamatan; yaitu Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Wangon, Kecamatan Lumbir, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Purwojati. Potensi yang prioritas dikembangkan adalah sektor penggalian bahan tambang dan sektor perdagangan, sedangkan sektor pendukung adalah sektor industri, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor angkutan/ komunikasi.

  4. Sub Wilayah Pembangunan IV dengan pusat pengembangan di Ibukota Kecamatan Banyumas. Daerah pelayanan SWP IV meliputi 3 Kecamatan; yaitu Kecamatan Banyumas, Kecamatan Somagede, dan Kecamatan Kalibagor. Potensi yang prioritas dikembangkan adalah sektor pertanian, sektor penggalian bahan tambang, sektor industri dan sektor

  III-13

  perdagangan, sedangkan sektor pendukungnya adalah sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor angkutan/ komunikasi.

5. Sub Wilayah Pembangunan V, dengan pusat pengembangan di Ibukota Kecamatan

  Sumpiuh. Daerah pelayanan SWP V meliputi 3 Kecamatan; yaitu Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Tambak, dan Kecamatan Kemranjen. Potensi yang prioritas dikembangkan adalah sektor pertanian dan sektor penggalian bahan tambang, sedangkan sektor pendukungnya adalah sektor industri dan sektor listrik, gas dan air bersih.

  Pusat pelayanan adalah kota yang mengemban peran sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya. Berdasarkan arahan kebijakan sistem pelayanan perkotaan di wilayah Jawa Tengah, maka kota Purwokerto diarahkan sebagai pusat pelayanan kegiatan nasional (KPPKN) dan kota Wangon dan Banyumas diarahkan sebagai kota pusat pelayanan kegiatan lokal (KPPKL). Sedangkan dalam kaitannya sebagai pusat ibukota Kabupaten Banyumas, Kota Purwokerto mempunyai fungsi sebagai berikut:

  1. Pusat Pemerintahan Daerah Tingkat Kabupaten sekaligus sebagai kota administratif dalam kabupaten

  2. Pusat perdagangan bagi wilayah sekitarnya

  3. Pusat pelayanan pendidikan

  4. Pusat pelayanan kesehatan Rencana struktur ruang di wilayah Kabupaten Banyumas yang tersusun dalam Sub

  Wilayah Pembangunan (SWP) dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.

  Fungsi Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) dan Pembagian Sub Wilayah Pembangunan (SWP) Kabupaten Banyumas No SWP SKP Kecamatan Fungsi Utama Fungsi Lahan

  1. SWP I A Purwokerto Selatan Pariwisata dan Hutan Rakyat  Pemerintahan  Perdagangan Purwokerto Barat Pariwisata dan Perdagangan  Pemerintahan  Perhubungan Purwokerto Timur Pariwisata dan Perdagangan  Pusat Pemerintahan  Perhubungan Purwokerto Utara Pariwisata  Pemerintahan  Pertanian Lahan Basah

  III-14 No SWP SKP Kecamatan Fungsi Utama Fungsi Lahan

  B Patikraja  Pemerintahan  Pertanian Lahan Kering Hutan Negara/ Rakyat dan Pertambangan C Kalibagor  Pemerintahan  Pertanian Lahan Basah Perkebunan dan Hutan Rakyat D Karanglewas  Pemerintahan  Perikanan Hutan Negara dan Pertambangan E Sokaraja  Pemerintahan  Pertanian Lahan Basah Perkebunan F Kembaran  Pemerintahan  Pertanian Lahan Basah Perkebunan G Sumbang  Pemerintahan  Hutan Negara Perkebunan, Pertanian Lahan Basah dan Peternakan H Baturaden  Pemerintahan  Pertanian Lahan Basah Hutan Rakyat dan Hutan Negara

  I Kedungbanteng  Pemerintahan  Perikanan Hutan Negara

  2. SWP II A Ajibarang  Pusat Pemerintahan  Perkebunan Hutan Rakyat dan Industri Pertambangan B Gumelar  Pemerintahan  Perkebunan Hutan Negara C Pekuncen  Pemerintahan  Hutan Negara Hutan Negara dan Peternakan D Cilongok  Pemerintahan  Hutan Negara Pariwisata dan Hutan Basah

  3. SWP III A Wangon  Pusat Pemerintahan  Perkebunan Hutan Negara dan Industri B Jatilawang  Pusat Pemerintahan  Perkebunan Peternakan dan Hutan Negara C Rawalo  Pemerintahan  Perkebunan Hutan Negara dan Pariwisata D Lumbir  Pemerintahan  Perkebunan Hutan Negara dan Peternakan E Purwojati  Pemerintahan  Perkebunan Hutan Negara

  4. SWP IV B Kebasen  Pemerintahan  Perkebunan Perikanan, Pariwisata dan Hutan Negara C Somagede  Pemerintahan  Perkebunan Hutan Negara

  5. SWP V A Sumpiuh  Pusat Pemerintahan  Perkebunan Pariwisata dan Hutan Rakyat B Kemranjen  Pemerintahan  Perkebunan Peternakan dan Hutan Rakyat C Tambak  Pemerintahan  Hutan Rakyat Perkebunan Sumber: RTRW Kabupaten Banyumas 2005-2015

  III-15

  Wilayah pembangunan Kabupaten Banyumas yang terdiri dari Pembagian Sub Wilayah Pembangunan (SWP) lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

  Comment [.1]: Narasi Penjelasan Berdasarkan

  3.1.3 Identifikasi Wilayah Yang Dikendalikan Prioritas Kawasan Strategis Seperti : Kawasan Kumuh Perkotaan

  Identifikasi wilayah yang dikendalikan merupakan wilayah Kabupaten Banyumas yang perlu dikendalikan perkembangannya berkaitan dengan tingkat pelayanan prasarana sarana dasar dan adanya permasalahan yang disebabkan oleh kondisi fisik. Kawasan yang perlu dikendalikan antara lain:

  1. Kawasan Perbatasan Pengembangan dan penanganan kawasan perbatasan diarahkan pada penguatan kegiatan perekonomian dan pelayanan di kawasan ini sehingga dapat mengurangi ketergantungan pelayanan dan pasar pada daerah lain, selain dapat menjadi pusat pelayanan bagi wilayah di sekitarnya. Kawasan yang memerlukan penanganan khusus di Kabupaten Banyumas adalah Kecamatan Pekuncen, Lumbir, Tambak, dan Somagede. Kawasan-kawasan tersebut diarahkan pada pengembangan kegiatan pemasaran bagi produksi daerah sekitar serta peningkatan fungsi pelayanan (baik kegiatan ekonomi maupun sosial) bagi daerah sekitar.

  2. Kawasan perkotaan Kawasan perkotaan berperan sebagai pusat pelayanan dan pendukung kegiatan bagi daerah sekitarnya selain bagi wilayah kota itu sendiri baik pelayanan pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan di bidang lain. Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama non fungsi pertanian. Fungsi yang mencitrakan penggunaan lahan perkotaan dapat berupa industri, perdagangan dan jasa maupun permukiman dengan ciri perkotaan. Oleh karena itu, permukiman yang dikembangkan mengacu pada fungsi yang mendukung aktifitas non pertanian yang memiliki karakteristik pola perkembangan menyebar, kompleksitas dan mobilitas tinggi. Kawasan perkotaan Kabupaten Banyumas yang perlu mendapatkan pengendalian adalah Kota Purwokerto sebagai SWP I.

  3.1.4 Identifikasi Wilayah Yang Didorong Pertumbuhannya

  Identifikasi wilayah yang didorong pertumbuhannya menjelaskan wilayah Kabupaten Banyumas yang diarahkan sebagai lokasi baru bagi pengembangan kegiatan-kegiatan perkotaan yang mendukung strategi dan skenario pengembangan perkotaan. Kawasan yang perlu didorong pertumbuhannya antara lain:

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2013

  

III-16

  III-17 1.

  Kawasan Pertumbuhan Lambat Rencana penanganan kawasan pertumbuhan lambat diarahkan pada kawasan yang perkembangannya lebih lambat dibandingkan dengan kawasan lain di Kabupaten Banyumas.

  Kawasan ini ditandai dengan terbatasnya sarana dan prasarana transportasi yang membutuhkan penanganan sebagai berikut:  Pengembangan secara intensif potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan  Pengembangan prasarana perhubungan yang lebih dapat diandalkan  Peningkatan hubungan sosial ekonomi dengan pusat kegiatan terdekat Kawasan pertumbuhan lambat yang memerlukan penanganan khusus adalah Kecamatan Gumelar, Lumbir, Purwojati, Sumbang, Kedungbanteng, dan Kebasen. Wilayah yang termasuk tertinggal / terisolasi atau kurang berkembang dan masyarakatnya relatif terbelakang. Wilayah tersebut yang termasuk dalam kategori pertumbuhan lambat disebabkan oleh kondisi alam yang kurang menunjang untuk kegiatan dan kehidupan sehari

  • – hari. Wilayah ini terutama terdapat pada daerah Kabupaten Banyumas bagian Timur di mana masih banyak masyarakat yang hidup serba kekurangan.

  2. Kawasan rawan bencana banjir Kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase. Pada wilayah Kabupaten Banyumas kawasan perlindungan bahaya banjir terdapat pada bagian selatan Kabupaten Banyumas yang tercakup dalam wilayah Kecamatan Sumpiuh, Kemranjen, Wangon, Jatilawamg dan Tambak. Pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung di antaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus (tanaman tahunan).

  3. Kawasan rawan bencana gerakan tanah merupakan wilayah dengan kondisi permukaan tanah mudah longsor/ bergerak karena pada daerah tersebut terdapat zona tanah bergerak. Kawasan ini tertutup bagi permukiman, persawahan, kolam ikan, kegiatan pemotongan lereng, atau budidaya lain yang membahayakan keselamatan manusia dan lingkungan. Kegiatan pertanian tanaman tahunan masih dapat dilakukan. Di wilayah Kabupaten Banyumas kawasan rawan bencana gerakan tanah terdapat di beberapa wilayah, yaitu :

   Kecamatan Pekuncen, yaitu di Desa Cibangkong, Karang Kemiri dan Semedo  Kecamatan Gumelar, yaitu di Desa Samudra, Gumelar, Kedungurang, Gancang, Paningkaban, Karangkemojing, Cihonje, Cilangkap, Telaga  Kecamatan Lumbir, yaitu di Desa Dermaji, Kedung Gede, Karanggayam, Cidora, Cirahab.

  III-18

   Kecamatan Wangon, yaitu Desa Pengadegan, dan Cikakak  Kecamatan Cilongok, yaitu Desa Panusupan, Jatisaba dan Gununglurah  Kecamatan Purwojati, yaitu Desa Kaliwangi dan Kalitapen  Kecamatan Banyumas, yaitu Desa Binangun dan Karangrau  Kecamatan Somagede, yaitu Desa Kemawi, Kanding dan Tangeran  Kecamatan Kemranjen, yaitu Desa Karangsalan dan Karanggintung  Kecamatan Kebasen, yaitu Desa Tumiyang  Kecamatan Patikraja, yaitu Desa Kedungrandu dan Karangendap  Kecamatan Kedungbanteng, yaitu Desa Melung dan Baseh  Kecamatan Rawalo, yaitu Desa Tambaknegara.

  3. Kawasan Perdesaan (Kawasan Agropolitan dan Kawasan Minapolitan) isu :minim air minum, listrik, akses jalan dan fasilitas kesehatan dan embrio pertumbuhan perdagangan. Keuntungan meminimalkan cost mobilitas dan pergerakan. Ketersediaan sarana produksi, seperti: bibit dan pupuk.

3.1.5 Arahan Pengembangan Penduduk dan Permukiman

  Dalam arahan pengembangan penduduk dan permukiman ini sangat terkait dengan pembagian kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan yang berdasarkan luasan wilayah dan besar jumlah penduduknya. Pengembangan penduduk dan permukiman di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.1.5.1. Kawasan Perkotaan

  Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang didominasi penduduk diluar sektor pertanian. Perkembangan kawasan perkotaan ditentukan oleh lokasi yang terkait dengan nilai aksesibilitas atau tingkat kemudahan pencapaian. Kawasan perkotaan juga berperan sebagai pusat pelayanan atau kegiatan bagi daerah sekitarnya (kawasan perdesaan) selain bagi wilayah kota itu sendiri baik pelayanan pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan di bidang lain. Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama selain fungsi pertanian. Fungsi yang mencitrakan penggunaan lahan perkotaan dapat berupa industri, perdagangan dan jasa maupun permukiman dengan ciri perkotaan. Oleh karena itu, permukiman yang dikembangkan mengacu pada fungsi yang mendukung aktifitas non pertanian yang memiliki karakteristik pola perkembangan menyebar, kompleksitas dan mobilitas tinggi.

  III-19

  Untuk membentuk profil permukiman yang mendukung aktifitas perkotaan tersebut, maka dibutuhkan kriteria-kriteria khusus diluar kriteria fisik sebagai berikut:  Kelengkapan sarana dan prasarana perkotaan  Aksesibilitas yang baik dan dekat dengan pusat-pusat kegiatan Untuk mencapai kondisi permukiman yang mendukung kegiatan perkotaan, maka dibutuhkan pengaturan pengembangan kawasan perkotaan sebagai berikut:  Melengkapi kawasan-kawasan yang tumbuh menjadi kawasan kawasan perkotaan baru dengan sarana dan prasarana yang memadai  Pengaturan ijin lokasi untuk pengembang perumahan diarahkan ke kawasan yang mulai tumbuh dengan penanganan yang agregatif

  Wilayah Kabupaten Banyumas mempunyai beberapa kawasan yang sedang dan telah berkembang menjadi kawasan perkotaan atau sebagai pusat kegiatan bagi kawasan di sekitarnya, yaitu:

   Kota Purwokerto sebagai pusat perekonomian dan pusat pemerintahan skala regional  Kota-kota kecamatan sebagai pusat pemerintahan dan pusat ekonomi lokal bagi wilayah perdesaan di sekitarnya  Desa-desa pusat kegiatan atau pelayanan desa-desa di sekitarnya yang berkembang menjadi kawasan perkotaan, atau desa-desa pusat kegiatan tertentu, misalnya kegiatan pariwisata, pusat pemasaran produksi pertanian, pusat pengembangan industri dan sebagainya.

  Berdasarkan asumsi bahwa petiap penduduk kawasan perkotaan memerlukan ruang untuk aktifitas sebesar 0,01 ha perkapita, maka pada mendatang dapat diperkirakan luas area perkotaan yang diperlukan. Perkiraan persebaran kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2013

  6. Kemranjen 6.071,00 65.785 471,19 47.119 485,26 48.526

  14. Ajibarang 6.653,26 88.437 685,45 68.545 724,64 72.464

  13. Purwojati 3.786,00 35.106 232,61 23.261 246,90 24.690

  12. Patikraja 4.323,00 49.713 365,21 36.521 393,63 39.363

  11. Banyumas 3.809,00 49.123 376,82 37.682 393,05 39.305

  10. Kalibagor 3.573,00 43.000 321,62 32.162 331,16 33.116

  9. Somagede 4.011,00 35.981 233,90 23.390 253,27 25.327

  8. Tambak 5.203,00 47.767 314,73 31.473 325,02 32.502

  7. Sumpiuh 6.001,00 57.034 383,08 38.308 409,31 40.931

  5. Kebasen 5.399,70 54.150 373,97 37.397 396,10 39.610

  III-20 Tabel 3.1 Perkiraan Persebaran Penduduk dan Penyediaan Rumah Kawasan Perkotaan di Wilayah Kabupaten Banyumas Dirinci per Kecamatan Tahun 2007 dan Tahun 2013 No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

  4. Rawalo 4.964,00 44.257 286,66 28.666 297,73 29.773

  3. Jatilawang 4.816,00 58.487 438,97 43.897 458,15 45.815

  2. Wangon 6.078,00 73.093 546,54 54.654 566,64 56.664

  1. Lumbir 10.266,00 46.744 129,55 12.956 147,32 14.732

  (Ha) Penduduk (Jiwa)

  

(Ha)

Penduduk (Jiwa) Luas

  2007 Wilayah Perkotaan Tahun 2013

Luas

  Proyeksi Jumlah Penduduk Wilayah Perkotaan Tahun

  15. Gumelar 9.394,80 51.137 205,05 20.505 231,83 23.183

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2013

  20. Baturaden 5.294,00 43.774 270,29 27.029 288,57 28.857

  26. Purwokerto Timur 842,00 64.887 842,00 64.887 842,00 66.437

  25. Purwokerto Barat 740,00 51.247 740,00 51.247 740,00 53.075

  24. Purwokerto Selatan 1.302,00 65.792 1.302,00 65.792 1.302,00 69.912

  23. Sokaraja 2.992,00 76.258 685,70 68.570 740,66 74.066

  22. Kembaran 2.665,00 66.723 598,35 59.835 641,48 64.148

  21. Sumbang 4.601,00 72.564 592,01 59.201 635,86 63.586

  19. Kedungbanteng 6.022,00 52.278 333,15 33.315 363,04 36.304

  III-21 No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

  18. Karanglewas 3.248,00 54.215 448,95 44.885 476,03 47.603

  17. Cilongok 10.534,00 115.245 828,95 82.895 903,20 90.320

  16. Pekuncen 9.269,80 65.528 358,22 35.822 374,88 37.488

  (Ha) Penduduk (Jiwa)

  (Ha) Penduduk (Jiwa) Luas

  2007 Wilayah Perkotaan Tahun 2013 Luas

  Proyeksi Jumlah Penduduk Wilayah Perkotaan Tahun

  27. Purwokerto Utara 901,00 48.291 901,00 48.291 901,00 51.235 Jumlah 132.759,56 1.576.047 13265,97 1178305 13868,73 1.242.777 Sumber: Bappeda Kabupaten Banyumas Tahun 2008

  III-22

  Berdasarkan tabel di atas dapat diperkirakan penyediaan dan penyebaran kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Banyumas yang membutuhkan areal seluas 11.726,02 ha pada tahun 2007 dan naik menjadi 12.447,77 ha pada tahun 2013. Wilayah perkotaan terbesar adalah kota Purwokerto yang meliputi 4 wilayah kecamatan, sedangkan wilayah perkotaan terkecil berada di Kecamatan Gumelar.

3.1.5.2. Kawasan Perdesaan

  Kawasan perdesaan adalah kawasan dengan fungsi utama pertanian dengan karakteristik kegiatan yang sentralistik, tradisi dan budaya yang kental berciri pedesaan. Kendala utama pengembangan kawasan permukiman perdesaan adalah adanya kecenderungan permukiman yang terpusat sehingga terisolasi.

  Pemusatan permukiman perdesaan menyebabkan penurunan kawasan perdesaan. Penurunan tersebut disebabkan perubahan status wilayah dari wilayah pedesaan ke perkotaan. Untuk mengantisipasi keberadaan fungsi permukiman perdesaan maka dibutuhkan pengembangan kawasan permukiman yang mampu terbuka bagi pusat-pusat kegiatan sekitarnya.

  Pengaturan permukiman perdesaan yang kondusif dilakukan dengan pengaturan sebagai berikut:  Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar terutama pada simpul-simpul kegiatan (nodes).

   Membuka hubungan pusat-pusat kegiatan dengan kantong-kantong permukiman perdesaan.  Menciptakan pola permukiman yang mampu menampung kegiatan pengolahan pertanian baik berupa kerajinan, industri kecil, maupun pariwisata.

  Penyebaran dan penyediaan kawasan perdesaan di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada Tabel berikut:

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2013

  7. Sumpiuh 6.001,00 57.034 5.617,92 18.726 5.591,69 18.639

  14. Ajibarang 6.653,26 88.437 5.967,81 19.893 5.928,62 19.762

  13. Purwojati 3.786,00 35.106 3.553,39 11.845 3.539,10 11.797

  12. Patikraja 4.323,00 49.713 3.957,79 13.193 3.929,37 13.098

  11. Banyumas 3.809,00 49.123 3.432,18 11.441 3.415,95 11.386

  10. Kalibagor 3.573,00 43.000 3.251,38 10.838 3.241,84 10.806

  9. Somagede 4.011,00 35.981 3.777,10 12.590 3.757,73 12.526

  8. Tambak 5.203,00 47.767 4.888,27 16.294 4.877,98 16.260

  6. Kemranjen 6.071,00 65.785 5.599,81 18.666 5.585,74 18.619

  III-23 Tabel 3.2 Perkiraan Persebaran Penduduk dan Penyediaan Rumah Kawasan Perdesaan di Wilayah Kabupaten Banyumas Dirinci per Kecamatan Tahun 2007 dan Tahun 2013 No Kecamatan Luas Wilayah

  5. Kebasen 5.399,70 54.150 5.025,73 16.752 5003,60 16.679

  4. Rawalo 4.964,00 44.257 4.677,34 15.591 4.666,27 15.554

  3. Jatilawang 4.816,00 58.487 4.377,07 14.590 4.357,85 14.526

  2. Wangon 6.078,00 73.093 5.531,46 18.438 5.511,36 18.371

  1. Lumbir 10.266,00 46.744 10.136,44 33.788 10.118,68 33.729

  Luas (Ha) Penduduk (Jiwa) Luas (Ha) Penduduk (Jiwa)

  Wilayah Perdesaan Tahun 2007 Wilayah Perdesaan Tahun 2013

  (Ha) Proyeksi Jumlah Penduduk

  15. Gumelar 9.394,80 51.137 9.189,75 30.633 9.162,97 30.543

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2013

  21. Sumbang 4.601,00 72.564 4.008,99 13.363 3.965,14 13.217

  27. Purwokerto Utara 901,00 48.291 - - Jumlah 132.759,56 1.576.047 119493,72 398313 118890,8 396302

  26. Purwokerto Timur 842,00 64.887 - -

  25. Purwokerto Barat 740,00 51.247 - -

  24. Purwokerto Selatan 1.302,00 65.792 - -

  23. Sokaraja 2.992,00 76.258 2.306,30 7.688 2.251,34 7.504

  22. Kembaran 2.665,00 66.723 2.066,65 6.889 2.023,52 6.745

  20. Baturaden 5.294,00 43.774 5.023,71 16.746 5.005,43 16.685

  III-24 No Kecamatan Luas Wilayah

  19. Kedungbanteng 6.022,00 52.278 5.688,85 18.963 5.658,96 18.863

  18. Karanglewas 3.248,00 54.215 2.799,15 9.331 2.771,97 9.240

  17. Cilongok 10.534,00 115.245 9.705,05 32.350 9.630,80 32.103

  16. Pekuncen 9.269,80 65.528 8.911,58 29.705 8.894,92 29.650

  

Luas (Ha) Penduduk

(Jiwa) Luas (Ha) Penduduk (Jiwa)

  

Wilayah Perdesaan

Tahun 2007

Wilayah Perdesaan Tahun 2013

  (Ha) Proyeksi Jumlah Penduduk

  Sumber: Bappeda Kabupaten Banyumas Tahun 2008

  III-25