KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA BINJAI

  Bab .5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA BINJAI

Berbagai arahan dan kebijakan di daerah tertuang dalam dokumen-dokumen perencanaan

pembangunan kabupaten/kota yang tentunya telah menampung inspirasi dari berbagai pihak serta

masyarakatnya sesuai situasi, kondisi dan isu-isu strategis yang berkembang pada masing-masing

daerah. Arahan dan kebijakan dalam dokumen perencaanaan daerah ini merupakan arahan strategi

pengembangan kota yang harus diintegrasikan guna mencapai keterpaduan rencana

pembangunan seperti yang diharapkan.

Sesuai konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun dengan

mengintegrasikan dokumen-dokumen perencanaan spasial maupun sektoral, mulai dari tingkat

pusat pada skala nasional, provinsi, hingga skala kawasan dan lingkungan di tingkat

kabupaten/kota. Sebagai dokumen perencanaan infrastruktur Bidang Cipta Karya didaerah maka

dokumen RPI2JM Kota Binjai memadukan arahan dan kebijakan strategis yang ada pada dokumen-

dokumen rencana pembangunan terkait Bidang Cipta Karya yang ada di Kota Binjai yaitu :

1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Binjai 2011-2030; 2.

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Binjai 2011-2015; 3. Perda Bangunan Gedung; 4. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air minum (RI-SPAM); 5. Strategi Sanitasi Kota; 6. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); 7. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP); dan 8. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kota (RTBL-KSK)

Gambar 5.1. Alur Singkrosisasi Acuan dan Kebijakan Rencana Pembangunan Daerah

5.1. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BINJAI

  

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Binjai

Tahun 2011-2030 ditetapkan pemerintah daerah Kota Binjai sebagai pedoman untuk: a.

  Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); b.

  Acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota; c. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunandalam wilayah kota; d.

  Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan Pemerintah, masyarakat dan swasta; e.

  Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota; dan f. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wolayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif, serta pengenaan sanksi, dan acuan dalam administrasi pertanahan. RTRW Kota Binjai disusun dengan masa rencana hingga tahun 2030 dengan tujuan untuk:

Terwujudnya kegiatan pemukiman skala besar pusat perdagangan/jasa regional, dan kota industri

skala regional dan nasional yang aman, nyaman, berkelanjutan, produktif dengan pertumbuhan

ekonomi tinggi dan meningkatkan kesejahteraan penduduk Kota Binjai.

  1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, dan 2. Mewujudkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar sub pusat pelayan kota (SPK) dan pusat-pusat pertumbuhan kota serta keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor.

5.1.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Binjai

  

Kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Binjai meliputi kebijakan dan strategi pengembangan

struktur ruang wilayah kota dan pola ruang wilayah kota. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah kota adalah meliputi: a.

  Kebijakan dan strategi pengembangan Sistem Pusat-pusat Kegiatan Pelayanan Perkotaan; b.

  Kebijakan dan strategi Sistem Prasarana Wilayah

Sedangkan kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah kota dalam RTRW Kota Binjai

meliputi: a.

  Kebijakan dan strategi Pengembangan Kawasan Lindung; b.

  Kebijakan dan strategi Pengembangan Kawasan Dudi daya; dan c. Kebijakan dan strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kota (KSK).

Arahan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota yang telah ditetapkan pemerintah

daerah Kota Binjai dalam RTRW Kota Binjai untuk Bidang Cipta Karya dapat diidentifikasi seperti

pada rincian dalam tabel berikut.

Tabel 5.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kota

  Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kota Kebijakan dan strategi pengembangan Sistem Pusat-usat Kegiatan Pelayanan Perkotaan.

  A.

  Kebijakan Pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan secara terpadu, berhirarki, dan saling berhubungan untuk mendukung penetapan Binjai oleh Pemerintah Pusat sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Mebidangro. Strategi 1.

  Membanguan kawasan industri dengan skala pelayan regional dan nasional di Kecamatan Kebijakan Binjai Utara dengan disertai pembangunan jalan dan infrastruktur penunjang kegiatan industri;

  Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kota 2. Mengembangkan pusat pusat perdagangan/jasa regional di Kota Binjai untuk melayani penduduk Kota Binjai dan kota-kota disekitarnya;

  3. Membagi wilayah kota menjadi 6 (enam) subpusat pelayana kota, selanjutnya dilakukan pembagian fungsi-fungsi kegiatan kota keseluruh subpusat pelayanan kota;

  4. Membangun pusat-pusat kegiatan pelayanan baru disetiap subpusat pelayanan kota secara sinergis dan terpadu dengan pusat-pusat kegiatan pelayanan yang sudah ada;

  5. Melengkapi prasarana dan sarana lingkungan serta fasilitas pelayananan umum disetiap hirarki pusat-puat kegiatan pelayanan; dan

  6. Mengendalikan pemanfaatan ruang disetiap hirarki pusat-pusat kegiatan pelayanan melalui pelaksanaan ketetapan peraturan zonasi dan perizinan yang konsisten, serta pengenaan sanksi terhadap pemanfaatan yang tidak sesuai dengan RTRW Kota. Kebijakan dan strategi pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah, yang meliputi : sistem jaringan B. transportasi, jaringan energi, jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, serta sistem infrastruktur perkotaan. Kebijakan Pengembangan dan peningkatan kualitas serta jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana wilayah kota yang meliputi jaringan transportasi, jaringan energi, jaringan telekomunikasi, serta jaringan sumber daya air dan penyehatan lingkungan permukiman, secara terpadu dan merata ke seluruh bagian wilayah kota untuk menunjang pertumbuhan ekonomi wilayah, pemerataan pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Strategi 1.

  Peningkatan keterpaduan inter dan intra moda transportasi darat dan Kereta Api untuk Kebijakan mengantisipasi pertumbuhan pergerakan tranportasi dari waktu ke waktu, baik pertumbuhan internal di dalam wilayah kota maupun eksternal ke luar wilayah kota pada lingkup regional dan nasional.

  2. Pengembangan sumber daya air bagi penyediaan air minum perkotaan melalui pengembangan potensi sumber-sumber daya air.

  3. Pelestarian sumber daya air permukaan dan air tanah yang ada di Kota Binjai 4.

  Pengembangan pelayanan penyediaan air minum perkotaan melalui peningkatan kapasitas instalasi pengolahan, perluasan jaringan distribusi, dan peningkatan kualitas pelayanan ke arah sistem produksi air bersih siap minum, dan efisiensi sistem penyediaan/ sistem pelayanan air minum

  5. Pengembangan sistem jaringan pengolahan limbah industri dalam rangka peningkatan penyehatan lingkungan permukiman kota.

  6. Pengembangan sistem jaringan pengolahan limbah rumah tangga dalam rangka peningkatan penyehatan lingkungan permukiman kota.

  7. Pengembangan sistem jaringan drainase air hujan, secara terpadu untuk seluruh wilayah kota dalam rangka penanggulangan banjir dan genangan, serta peningkatan penyehatan lingkungan permukiman kota.

  8. Pengendalian banjir terpadu dengan memperhatikan arah dan sistem drainase, pola daerah aliran sungai, keberadaan danau buatan, dan adanya daerah rawan banjir/genangan.

  9. Pengembangan sistem persampahan secara terpadu untuk seluruh wilayah kota dalam rangka peningkatan penyehatan lingkungan permukiman kota.

  10. Peningkatan kapasitas dan mengembangkan sistem pelayanan energi, listrik, telekomunikasi dan informasi melalui diversifikasi teknologi dan sumber, perluasan jaringan pelayanan, dan peningkatan kualitas pelayanan

Tabel 5.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kota Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kota

  A.

   Kebijakan dan strategi pengembangan Kawasan Lindung.

  Kebijakan 1.

  Pelestarian, perlindungan dan pengelolaan kawasan lindung 2. Pengembangan ruang terbuka hijau kota untuk menunjang fungsi kawasan lindung 3. Pengelolaan kawasan pertanian dan perkebunan agar dapat berfungsi sebagai resapan air dan ruang terbuka hijau kota

4. Pelestarian dan perlindungan kawasan cagar budaya yang ditetapkan dari alih fungsi

  Strategi 1.

  Memulihkan fungsi kawasan lindung yang mengalami kerusakan dengan program reboisasi, Kebijakan konservasi tanah dan air, serta upaya-upaya rehabilitasi 2. membangun kawasan yang potensial sebagai jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk garis sempadan sungai dan jalur rel kereta api

  3. Pembuatan RTH kota meliputi hutan kota, jalur hijau kota, taman kota, taman lingkungan, zona penyangga hijau (buffer zone) dan lain-lain, untuk memenuhi proporsi ruang terbuka hijau sekurang-kurangnya 30 % (tiga puluh persen) dari luas kota 4. Mempertahankan fungsi, menata, mengendalikan alih fungsi ke fungsi lain kegiatan pertanian dan perkebunan sebagai kawasan resapan air dan ruang terbuka hijau kota

  6. Mencadangkan dan mepeningkatkan persediaan lahan kota bagi pengembangan fasilitas pelayanan umum yang dikelola pemerintah melalui penyerahan sebagian dari setiap kawasan yang dikembangkan oleh pengembang kepada Pemerintah Kota Binjai untuk dijadikan areal pelayanan umum.

  6. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis.

  5. Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan wisata pantai SB, hutan kota dan sekitar waduk buatan yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan

  4. Mengendalikan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis pariwisata pantai SB, kawasan sekitar hutan kota dan kawasan sekitar waduk buatan yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan.

  3. Menyusun rencana rinci Kawasan Wisata Binjai Selatan.

  2. Melestarikan warisan budaya bangsa dengan menetapkan kawasan cagar budaya heritage di beberapa bangunan tua yang terdapat di Kota Binjai.

  Menetapkan Kawasan Pariwisata Binjai Selatan dan rencana kawasan hutan kota sebagai kawasan strategis berfungsi lindung.

  3. Peningkatan pelayanan pemerintahan kota dan identitas kota. Strategi Kebijakan 1.

  2. Pengembangan kegiatan ekonomi regional dan konomi kota unggulan sebagai penggerak utama kegiatan ekonomi kota.

  Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, dan melestarikan warisan budaya.

  Kebijakan 1.

   Kebijakan dan strategi pengembangan Kawasan Strategis Kota (KSK).

  C.

  5. Mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak; untuk kegiatan permukiman sekitar kawasan pusat pemerintahan.

  5. Pemberian insentif bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah

  4. Mencadangkan lahan untuk pengembangan kawasan pusat pemerintahan Kota Binjai di Kecamatan Binjai Timur.

  3. Pemberian insentif bagi pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan jasa skala pelayanan regional dengan pemberian prasarana dasar secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian Kota Binjai.

  2. Mencadangkan tanah bagi pengembangan kawasan industri di Kecamatan Binjai Utara karena memiliki nilai strategis nasional sebagai bagian dari pengembangan Mebidang-Ro.

  Mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak; untuk kegiatan permukiman sekitar kawasan industri.

  4. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya di kawasan-kawasan di kawasan lindung dan cadangan ruang terbuka hijau. Strategi Kebijakan 1.

  3. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

  2. Pengembangan kegiatan budidaya secara seimbang dan serasi sesuai potensi dan daya dukung wilayah, dengan menekankan pada pengembangan sektor/subsektor unggulan yang mampu memberi nilai tambah ekonomi yang tinggi.

  Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya.

  Kebijakan 1.

   Kebijakan dan strategi pengembangan Kawasan Budidaya.

  B.

  6. Meningkatkan fungsi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah sebagai objek wisata budaya.

  Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 Tahun 2011 (analisis 2014)

Kebijakan dan strategi penataan ruang secara lengkap dijelaskan pada RTRW Kota Binjai bab II

tentang Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota.

5.1.2. Rencana Struktur Ruang

  

Rencana struktur ruang wilayah kota disusun berdasarkan kebijakan dan strategi pengembangan

sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan, serta kebijakan dan strategi pengembangan

sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi : A.

   Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan;

Meliputi pusat pelayanan kota fungsi primer, pusat pelayanan kota fungsi sekunder, sub pusat

pelayanan kota dan pusat lingkungan.

  

Sebagai penjabaran terhadap arahan lingkup lokasi perencanaan pada rencana struktur ruang

wilayah kota, Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan pada RTRW Kota Binjai dapat jelaskan melalui

tabel berikut.

Tabel 5.3. Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan pada RTRW Kota Binjai Sistem Pusat Pelayanan Kota

  Wilayah Sub pusat Pelayanan Kota Pelayanan Kota

Perencanaan Pelayanan Fungsi Pusat Lingkungan

  Fungsi Primer Kota /SPK Sekunder Kecamatan Pusat Kawasan Industri

  • SPK-A Binjai Utara dan Migas  Pusat Kegiatan Transpostasi Pusat  Pusat Kegiatan Kecamatan

  Meliputi pelayanan SPK-B Pertahanan dan Pemerintahan Binjai Timur tersier maupun pusat

Keamanan Kota

pelayanan

   Pusat Kegiatan lingkungan terdapat Pendidikan Tinggi di seluruh kelurahan Pusat Kecamatan Pusat Perdagangan dan yang ada di Kota SPK-C Perdagangan Binjai Kota Jasa Binjai dan diatur dan Jasa berdasarkan RDTR Kecamatan Pusat Kegiatan SPK-D Kota - Binjai Barat Pendidikan Tinggi

  Kecamatan

  • - SPK-E Pusat

    Binjai Selatan-1 Pelayanan Kecamatan SPK-F - Wisata Binjai Selatan-2

  Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 Tahun 2011 B .

   Rencana Sistem Jaringan Transportasi, yang meliputi; Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat; dan Rencana Jaringan Perkerataapian.

  C .

   Rencana Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan;

Merupakan rencana pengembangan sistem jaringan energi listrik ditujukan untuk menambah daya

listrik dan meningkatkan kapasitas pelayanan dalam rangka mendukung pengembangan kegiatan

sosial dan ekonomi di Kota Binjai, yaitu meliputi; a.

  Rencana Jaringan Tenaga Listrik; dan b.

  Rencana Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi D .

   Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi; Berupa jaringan tetap (telekomunikasi kabel) dan jaringan bergerak (non kabel), ditujukan untuk mendukung pengembangan kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri,

pariwisata, perumahan/permukiman, dan berbagai kegiatan fasilitas pelayanan umum kota. E.

   Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air; Terdiri atas Wilayah Sungai (WS), Sistem Jaringan Air Baku untuk air minum, Sistem Pengendalian Banjir, dan Sistem Jaringan Irigasi.

  F.

   Rencana Sistem Jaringan Infrastruktur Perkotaan; Merupakan sistem jaringan infrastruktur perkotaan meliputi : a.

  Sistem Penyediaan Air Minum; b.

  Sistem Pengelolaan Air Limbah; c. Sistem Pengolahan Persampahan; d.

  Sistem Drainase; e. Penyediaan dan pemanfaatan prasaraan dan sarana jaringan jalan pejalan kaki; f. Jalur Evakuasi Bencana; dan g.

  Sistem Proteksi Kebakar

Rencana pengembangan struktur ruang wilayah kota dan penetapan lokasinya seperti

digambarkan dalam peta sebagai berikut.

Gambar 5.2. Rencana Struktur Ruang, RTRW Kota Binjai 2011-2030

  Sumber : Laporan Teknis RTRW Kota Binjai, Perda No.12 - 2011

5.1.3. Rencana Pola Ruang

  

Berdasarkan strategi dan konsep dasar dari RTRW Kota Binjai, maka rencana pemanfaatan pola

ruang Kota Binjai dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu: a.

  Kawasan Lindung seluas kurang lebih 2.718 hektar (30,12 %); dan b.

  Kawasan Budidaya seluas kurang lebih 6.306 hektar (69,88 %).

  A.

   Kawasan Lindung Kawasan Lindung yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Binjai adalah terdiri dari: a.

  Kawasan perlindungan setempat ; b.

  Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota; c. Kawasan cagar budaya; d.

  Kawasan rawan bencana alam;

Pola ruang kawasan lindung di wilayah Kota Binjai secara umum bertujuan untuk mencegah

timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang

memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, dan kawasan

lindung lainnya, serta menghindari berbagai usaha dan/atau kegiatan di kawasan rawan bencana.

Sasarannya adalah untuk:

   Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta nilai budaya dan sejarah bangsa; Mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam.

  

Strategi dan kebijakan pengembangan Kawasan Lindung telah diuraikan sebelunya pada sub bab

Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Kota Binjai. B .

   Kawasan Budidaya

Jenis-jenis pemanfaatan pola ruang yang tercakup dalam kawasan budidaya perkotaan atau

kawasan terbangun kota yang akan dikembangkan di Kota Binjai meliputi : a.

  Kawasan Perumahan; b.

  Kawasan Perdagangan dan Jasa; c. Kawasan Perkantoran; d.

  Kawasan Industri; e. Kawasan Pariwisata;

f. Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) kota; g.

  Kawasan Ruang Evakuasi Bencana; h. Kawasan peruntukan ruang bagi Sektor Informal;dan i. Kawasan peruntukan lainya (kawasan peruntukan bagi kegiatan fasilitas umum, kegiatan pertanian, kegiatan perikanan, kegiatan penambangan migas dan kegiatan pertahanan dan keamanan negara).

  

Strategi dan kebijakan pengembangan Kawasan Budidaya telah diuraikan sebelunya pada sub bab

Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Kota Binjai.

Secara rinci arahan pengembangan fungsi-fungsi kegiatan tiap wilayah di Kota Binjai dapat dilihat

pada tabel berikut.

  • Perumahan - Industri & Pergudangan - Minyak dan Gas - Perdagangan dan jasa
  • Perumahan Skala Besar - Pusat Pemerintahan - Perdagangan dan Jasa - TPA
  • Kawasan Militer - Kegiatan Transportasi (

  3 SPK-C Kecamatan Binjai Kota

  2.996 Kelurahan Puji Dadi

  Kel. Tanah Seribu Kel. Puji Dadi Kel. Rambung Barat Kel. Rambung Dalam Kel. Rambung Timur

  6 SPK-F Kecamatan Binjai Selatan-2

  2.996 Kelurahan Bhakti Karya

  Kel. Tanah Merah Kel. Bhakti Karya Kel. Binjai Estate

  5 SPK-E Kecamatan Binjai Selatan-1

  1.086 Kelurahan Bandar Sinembah

  Kel. Bandar Senembah Kel. Limau Mungkur Kel. Limau Sundai Kel. Paya Roba Kel. Suka Maju Kel. Suka Ramai

  4 SPK-D Kecamatan Binjai Barat

  412 Kelurahan Binjai

  Kel. Berengam Kel. Satria Kel. Setia Kel. Kartini Kel. Tangsi Kel. Binjai Kel. Pekan Binjai

  Terminal Terpadu)

  2.17 Kelurahan Tunggurono

  Kel. Mencerim Kel. Tunggurono Kel. Timbang Langkat Kel. Tanah Tinggi Kel. Sumber Mulyorejo Kel. Dataran Tinggi Kel. Sumber Karya

  2 SPK-B Kecamatan Binjai Timur

  2.359,12 Kelurahan Kebun Lada

  Kel. Pahlawan Kel. Jatinegara Kel. Nangka Kel. Jati Makmur Kel. Damai Kel. Kebun Lada Kel. Cengkeh Turi Kel. Jati Karya

  1 SPK-A Kecamatan Binjai Utara

  Pelayanan Kota Fungsi Pengembangan

  Pusat SPK/Subpusat

  SPK (Ha)

  Kelurahan Luas

  SPK/ Kecamatan

Tabel 5.4. Rencana Fungsi Pengembangan Tiap SPK pada RTRW Kota Binjai No.

  • Pendidikan tinggi
  • Perumahan -Pusat Perdagangan dan Jasa
  • Perumahan - Perdagangan dan Jasa - Pendidikan tinggi
  • Perumahan - Kawasan Pariwisata - Kawasan Pertanian - Kawasan Perkebunan
  • Perumahan

  Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 Tahun 2011

Rencana pengembangan pola ruang wilayah kota dan penetapan lokasinya seperti digambarkan dalam peta berikut. Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 - 2011

Gambar 5.3. Peta Rencana Pola Ruang, RTRW Kota Binjai 2011-2030

5.1.4. Kawasan Strategis Kota (KSK) Kota Binjai

  

Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) kepada Kota Binjai lebih ditujukan terhadap pengaruh

aspek kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan, sedangkan yang berkaitan dengan aspek

ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk penetapan kawasan strategis

nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, diukur berdasarkan pendekatan ekternalitas, akuntabilitas,

dan efisiensi penanganan kawasan yang bersangkutan.

   Berdampak luas terhadap pengembangan regional, dan nasional;

   kegiatan yang baru dikembangkan (seperti pertokoan, bank, kantor, dsb.), yang bangunannya relatif baru;

  Kawasan pusat kota yang direncanakan ini terletak pada kawasan / lingkungan yang relatif telah terbangun, yang terdiri atas :

  Pengembangan kawasan industri dan pergudangan ini merupakan pengakomodasian terhadap pengembangan Metropolitan Mebidang-Ro, dan sekaligus upaya untuk mengarahkan perkembangan industri Kota Binjai yang lebih tertata sejak dini. Kawasan industri dan pegudangan ini dikembangkan sebagai Kawasan Industri yang diarahkan terutama untuk industri non polutif.

  Kawasan Industri di Kecamatan Binjai Utara.

  

Memiliki aksesibilitas tinggi yang didukung oleh prasarana transportasi yang memadai.

Kawasan budidaya strategis di Kota Binjai yang perlu segera didorong perkembangannya meliputi :

1.

   Memiliki peluang investasi yang menghasilkan nilai tinggi; dan

   Memiliki potensi strategis yang memberikan keuntungan dalam pengembangan pertumbuhan ekonomi kota;

   Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang terdapat dalam wilayah Kota Binjai adalah Kawasan Perkotaan Mebidangro.  Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang terdapat dalam wilayah Kota Binjai adalah Kawasan

   Memiliki potensi ekspor;

  

Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional;

   Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

   Kawasan Strategis Berkaitan dengan Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan strategis yang didorong perkembangannya karena berkaitan dengan pertumbuhan

ekonomi kota ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut :

  A.

  Peningkatan sosial budaya, terutama dalam peningkatan pelayanan publik; dan c. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  Pertumbuhan ekonomi; b.

  Andalan Perkotaan Mebidangro.  Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan pertahanan keamanan yang diperuntukan bagi kepentingan pemeliharaan dan pertahanan negara berdasarkan geosrategic nasional yang terdapat dalam wilayah Kota Binjai adalah Kawasan Brimob dan Arhanud SE-11BS di Kecamatan Binjai Timur.

Kawasan Starategis Kota (KSK) pada wilayah Kota Binjai ditetapkan dalam rangka pelaksanaan

kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan

strategis di Kota Binjai dengan maksud untuk menempatkan dan mengakomodir kepentingan-

kepentingan pembangunan Kota Binjai yang bersifat strategis yang meliputi : a.

2. Kawasan Perdagangan dan Jasa di Pusat Kota, Pusat-pusat SPK dan di koridor jalan-jalan utama kota.

  kegiatan yang merupakan lanjutan sebelumnya (seperti toko, fasilitas pendidikan,

   perumahan, dsb) yang bangunannya relatif masih terpelihara; kegiatan yang telah menurun fungsi pelayanannya (eks toko-toko lama, eks perumahan

   lama) dengan bangunan yang menurun kondisi / penampilannya. Kegiatan perdagangan koridor adalah kegiatan perdagangan dan jasa, selaras dengan kecenderungan atau trend yang ada dewasa ini, khususnya di sepanjang jalan Amir Hamzah dan jalan menuju Medan. Kendati demikian pada koridor ini masih terdapat juga kegiatan yang bukan merupakan kegiatan perdagangan dan jasa, seperti perkantoran, fasilitas sosial (rumah sakit), dan hunian. B .

   Kawasan Strategis Berkaitan dengan Aspek Sosial Budaya

Penentuan kawasan strategis yang berkaitan dengan aspek sosial budaya khususnya dalam

peningkatan pelayanan umum dan identitas kota dengan kriteria :

   Sarana peningkatan kapasitas (capacity building) terhadap aparatur pemerintah,

  Merupakan prioritas peningkatan pelayanan publik

   kelembagaan pemerintah kota.

  

Kawasan strategis yang berkaitan dengan aspek pelayanan umum dan identitas kota adalah

Rencana pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Binjai di Kecamatan Binjai Timur yang

diarahkan pada kawasan eks HGU Kebun Tebu PTPN II sekitar Kecamatan Binjai Timur Kelurahan

Tenggu Rono meliputi area seluas 90,52 Ha. C .

  Sebagai landmark/ identitas kota

   Kawasan Strategis Berkaitan dengan Aspek Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Dalam strategi pengelolaan kawasan lindung, ditetapkan kriteria kawasan strategis yang berkaitan

dengan aspek lingkungan hidup dengan fungsi sebagai berikut : memberikan perlindungan lingkungan atau kawasan;

   memiliki nilai strategis memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya;

   memiliki peran ekologis dan penyelamatan lingkungan dan mengantisipasi bencana banjir;

   terdapat tuntutan politis pemerintah kota harus menyediakan ruang terbuka hijau sebesar

   30 % dari luas wilayahnya;

   memiliki peran ekonomi tinggi kalau dapat dikelola dengan baik; kebutuhan pemberian identitas kota melalui pengembangan tanaman buah rambutan

   Binjai. Kawasan strategis berkaitan dengan aspek lingkungan adalah : 1.

   Kawasan Pariwisata Alam Pantai SB (Sungai Bingei) Pengembangan pariwisata pantai SB dan sekitarnya meliputi kegiatan wisata alam menikmati pemandangan sungai, perkebunan kelapa sawit, dan danau buatan. Pengembangan pantai SB dilengkapi dengan Kolam-kolam buatan sebagai pengendali banjir, penampungan air dan sebagai wisata air.

  2. Kawasan Rencana pengembangan Bottanical Garden/ hutan kota di sekitar kawasan pusat pemerintahan dan di Kawasan Wisata pantai SB.

  Pengembangan Hutan kota berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, tangkapan air, juga berfungsi untuk memperbaiki kualitas udara dan keindahan atau landscape kota. Hutan kota dikembangkan juga sebagai obyek wisata dan pendidikan, sehingga hutan kota dapat dikembangkan sebagai ”Botanical Garden”. Hutan kota ditanami dengan tanaman keras/ tahunan yang dapat menunjang estetika kota dan pelestarian/pengembangan tanaman rambutan Binjai.

  3. Kawasan rencana pengembangan waduk-waduk buatan yang menyebar di Kota Binjai.

  

Pengembangan danau buatan sebagai kawasan rekreasi air ini adalah dalam rangka

peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) , pengendalian banjir, peningkatan resapan air kota,

dan sebagai cadangan air di musim kemarau. Pengembangan danau buatan diarahkan untuk

menunjang pengembangan taman rekreasi kota dan pendidikan aqua culture.

  Tabel 5.5.

  Kawasan Strategis Kota (KSK) berdasarkan RTRW Kota Binjai

Kawasan Strategis Kota (KSK) Sudut Kepentingan Lokasi/Batas Kawasan

  1. Kawasan Brimob dan Arhanudse SE 11BS Pertahanan dan keamanan negara

  Kecamatan Binjai Timur 2. Kawasan Industri Ekonomi Kecamatan Binjai Utara

  3. Kawasan Perdagangan dan jasa di Pusat Kota Ekonomi

   Kecamatan Binjai Utara  Koridor jalan-jalan utama kota 4. Kawasan pengembangan Pusat Pemerintahan

  Sosial Budaya Kecamatan Binjai Timur 5. Kawasan pariwisata alam "Pantai SB (Sei Bingei)"

  

Fungsi dan Daya Dukung

Lingkungan Hidup Kecamatan Binjai Selatan 6. Kawasan Bottanical Garden/ hutan kota

  

Fungsi dan Daya Dukung

Lingkungan Hidup

  7. Kawasan waduk-waduk buatan di dekat Sungai Bingai

Fungsi dan Daya Dukung

Lingkungan Hidup

   Kecamatan Binjai Utara  Sepanjang Sungai Bingai, Kec.

  Binjai Selatan Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 Tahun 2011 (analisis 2014)

  

Penetapan Kawasan Strategis pada RTRW Kota Binjai selanjutnya dituangkan dalam Peta Kawasan

Strategis Kota Binjai sebagai berikut.

  Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 - 2011

Gambar 5.4. Peta Kawasan Strategis Kota (KSK), RTRW Kota Binjai 2011-2030

5.1.5. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Binjai

  

Perwujudan atas rencana struktur ruang ,rencana pola ruang dan penetapan KSK pada RTRW Kota

Binjai dituangkan dalam Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Binjai yang terdiri dari Indikasi

Program Utama, Indikasi Sumber Pendanaan, Indikasi Pelaksana Kegiatan, dan Waktu Pelaksanaan

sebagai berikut:

  1. Indikasi program utama pemanfaatan ruang meliputi : a.

  Indikasi program utama perwujudan struktur ruang; b.

  Indikasi program utama perwujudan pola ruang.

  c.

  Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis kota 2. Indikasi sumber pendanaan terdiri dari dana Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, swasta dan masyarakat.

  3. Indikasi waktu pelaksanaan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu: a.

  Tahap pertama (tahun 2011–2016), diprioritaskan pada perencanaan dan penataan kawasan strategis; b.

  Tahap kedua (tahun 2017–2021), diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan pengembangan; c.

  Tahap ketiga (tahun 2022–2026), diprioritaskan pada pengembangan dan pemantapan; dan d.

  Tahap keempat (tahun 2027–2031), diprioritaskan pada pemantapan.

Indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksanaan kegiatan, dan waktu

pelaksanaan secara lengkap tercantum dalam Lampiran IV pada Perda RTRW Kota Binjai.

  

Sedangkan Indikasi Program Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan

struktur RTRW Kota Binjai khusunya bidang Cipta Karya dijelaskan pada Tabel 5.6

5.1.6. Arahan Peraturan Zonasi

  

Peraturan Zonasi (Zoning Regulation) adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona,

pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan ruang, dan prosedur pelaksanaan pembangunan.

Arahan Peraturan Zonasi merupakan bagian dari Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Wilayah Kota Binjai dalam RTRW. Fungsi Utama Peraturan Zonasi pada RTRW Koat Bainjai adalah: 1.

  Sebagai instrumen pengendalian pembangunan, peraturan zonasi yang lengkap dapat menjadi rujukan untuk perizinan, penerapan insentif/disinsentif, dan penertiban pemanfaatan ruang.

  2. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional, ketentuan dalam peraturan zonasi dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat operasional, karena memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro ke dalam rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci.

  3. Sebagai panduan teknis pengembangan/pemanfaatan lahan, peraturan zonasi mencakup guna lahan, intensitas pembangunan, tata bangunan, prasarana minimum, dan standar perencanaan Sedangka Tujuan Utama dan Manfaat Peraturan Zonasi adalah: Tujuan Utama:

   lokal minimum (health, safety and welfare) Melindungi atau menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu penghuni atau

  Menjamin bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan dapat mencapai standar kualitas

   pemanfaat ruang yang telah ada.

   Memelihara nilai properti

  Pusat kegiatan pariwisata adalah untuk kegiatan usaha jasa pariwisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata dan usaha sarana pariwisata serta dilarang untuk kegiatan yang merusak lingkungan serta menggangu kenyamanan dan keamanan; b. KDB paling tinggi sebesar 40% c. KLB paling tinggi sebesar 1,0 d.

  Zona ruang milik jalan adalah untuk ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan dan dilarang untuk kegiatan- kegiatan yang di luar kepentingan jalan; d. Zona ruang pengawasan jalan adalah untuk ruang terbuka yang bebas pandang dan dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan; e.

  Zona ruang manfaat jalan adalah untuk median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, lereng, ambang pengaman, trotoar, badan jalan, saluran tepi jalan , peletakan bangunan utilitas dalam tanah dan dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan; c.

  Zonasi untuk jaringan jalan terdiri dari zona ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan; b.

  Jaringan jalan a.

  Rancangan tata letak kawasan wisata pantai SB menyediakan akses bagi publik terhadap objek wisata alam. Fungsi Struktur Ruang : Jaringan transportasi

  g.

  Rancangan tata letak dan bangunan yang difungsikan sebagai pusat pariwisata harus menggunakan standar perencanaan kawasan wisata.

  KDH paling rendah sebesar 20% e. Dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang antara lain tempat promosi dan informasi, kuliner, toko-toko suvenir, sarana kesehatan, , ticketing, dan f.

  Pusat kegiatan pengembangan pariwisata a.

   Memelihara/memantapkan lingkungan dan melestarikan kualitasnya

  Arahan Peraturan Zonasi Fungsi Struktur Ruang : Pengendalian pusat pelayanan kota

  Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang Kota Fungsi dan Pemanfaatan Ruang

Tabel 5.6. Identifikasi Arahan Peraturan Zonasi berdasarkan RTRW Kota Binjai

  Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang Kota →(indikasi untuk Bidang Cipta Karya) 2. Arahan Peraturan Zonasi sekitar Jalan Arteri 3. Arahan Peraturan Zonasi sekitar Rel Kereta Api 4. Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung→(indikasi untuk Bidang Cipta Karya) 5. Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya→(indikasi untuk Bidang Cipta Karya) 6. Penataan dan Pengaturan Bangunan→(indikasi untuk Bidang Cipta Karya) 7. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) →(indikasi untuk Bidang Cipta Karya) 8. Rencana Ketinggian Bangunan Adapun rincian arahan peraturan zonasi untuk bidang Cipta Karya seperti dijelaskan pada tabel berikut :

   Mendorong pengembangan ekonomi Arahan Peraturan Zonasi yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Binjai serta yang terindikasi terhadap pembangunan sarana dan prasarana Bidang Cipta Karya adalah sebagai adalah: 1.

   Menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat

   Meningkatkan pelayanan terhadap fasilitas yang bersifat publik

   Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai

   Menyediakan aturan yang seragam di setiap zona Manfaat:

  RTH pada zona ruang milik jalan minimal 20 %; f. Dilengkapi dengan fasilitas pengaturan lalu lintas dan marka jalan; dan jaringan jalan yang merupakan lintasan angkutan barang dan angkutan umum memiliki lajur minimal 2 lajur,

  Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang Kota Fungsi dan Pemanfaatan Ruang

  Arahan Peraturan Zonasi menghindari persimpangan sebidang Fungsi Struktur Ruang : Jaringan sumber daya air

  Jaringan sungai a.

  Zonasi jaringan sungai terdiri dari zona sempadan, zona manfaat dan zona penguasaan; b. Zona sempadan sebagaimana dimaksud dalam butir a adalah untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai dan dilarang untuk membuang sampah, limbah padat dan atau cair dan mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha; c. Zona manfaat sebagaimana dimaksud dalam butir a adalah untuk mata air, sungai dan daerah sempadan yang telah dibebaskan; d.

  Zona penguasaan sebagaimana dimaksud dalam butir a adalah untuk dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau daerah sempadan yang tidak dibebaskan; e.

  Pemanfaatan lahan di daerah sempadan adalah untuk kegiatan-kegiatan budidaya pertanian dan kegiatan budidaya lainnya yang tidak mengganggu fungsi perlindungan aliran sungai; f.

  Zona penguasaan sebagaimana dimaksud dalam butir a persentase luas ruang terbuka hijau minimal 15 %; g.

  Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan adalah sekurang- kurangnya 10 m (untuk sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m); 15 m (untuk sungai yang mempunyai kedalaman antara 3 m sampai dengan 20 m); dan 30 m (untuk sungai yang mempunyai kedalaman meksimum lebih dari 20 m, adalah dari tepi sungai;

  Fungsi Struktur Ruang : Jaringan prasarana dan sarana perkotaan Zonasi untuk sistem penyediaan air minum (spam); a. zonasi penyediaan air minum terdiri dari zona unit air baku; zona unit produksi; zona unit distribusi; zona unit pelayanan dan zona unit pengelolaan; b. zona unit air baku adalah untuk bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya; c. zona unit produksi adalah untuk prasarana dan sarana pengolahan air baku menjadi air minum; d. zona unit distribusi adalah untuk sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan; e. zona unit pelayanan adalah untuk sambungan rumah, hidran umum, dan hidran kebakaran; f. zona unit pengelolaan adalah untuk pengelolaan teknis yang meliputi kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi dan pengelolaan nonteknis yang meliputi administrasi dan pelayanan; g. persentase luas lahan terbangun pada zona unit air baku maksimal sebesar 20 %; h. persentase luas lahan terbangun pada zona unit produksi maksimal sebesar 40 %; i. persentase luas lahan terbangun pada zona unit distribusi maksimal sebesar 20 %; j. unit produksi terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum; k. limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah terbuka; l. unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan jaminan kontinuitas pengaliran 24 jam per hari; m. untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran umum harus dipasang alat ukur berupa meter air yang wajib ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang. Zonasi untuk sistem jaringan drainase a. zona jaringan drainase terdiri dari zona manfaat dan zona bebas; b. zona manfaat adalah untuk penyaluran air dan dapat diletakkan pada zona manfaat jalan; c. zona bebas di sekitar jaringan drainase dibebaskan dari kegiatan yang dapat mengganggu kelancaran penyaluran air; d. pemeliharan dan pengembangan jaringan drainase dilakukan selaras dengan pemeliharaan dan pengembangan atas ruang milik jalan.

  Zonasi untuk sistem pengelolaan limbah; a. zona limbah domestik terpusat terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga; b. zona ruang manfaat adalah untuk bangunan atau instalasi pengolahan limbah; c. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu fungsi pengolahan

  Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang Kota Fungsi dan

  Arahan Peraturan Zonasi Pemanfaatan Ruang limbah hingga jarak 10 m sekeliling ruang manfaat; d. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 10 %; e. pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah tangkapan air/ resapan air baku; f. perumahan dengan kepadatan rendah hingga sedang, setiap rumah wajib dilengkapi dengan system pembuangan air limbah setempat atau individual yang berjarak minimal 10 m dari sumur; g. perumahan dengan kepadatan tinggi, wajib dilengkapi dengan system pembuangan air limbah terpusat atau komunal, dengan skala pelayanan satu lingkungan, hingga satu kelurahan serta memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan SPAM serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat; h. sistem pengolahan limbah domestic pada kawasan dapat berupa IPAL system konvensional atau alamiah dan pada bangunan tinggi berupa IPAL dengan teknologi modern.

  Zonasi untuk zona TPS terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga; a. Tempat zona ruang manfaat adalah untuk penampungan sampah dan tempat peralatan angkutan b. penampungan sampah; sementara (TPS); zona ruang penyanggah dilarang untuk kegiatan yang mengganggu penampungan dan

  c.

  pengangkutan sampah sampai sejarak 10m dari sekeliling zona ruang manfaat; persentase luas lahan terbangun sebesar 10 %;

  d.

  dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang pemilahan, gudang, e. tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container dan pagar tembok keliling; luas lahan minimal 100 m2 untuk melayani penduduk pendukung 2500 jiwa (1 RW).

  f.

  Tempat Pengolahan

  

a. zona TPST terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;

  Sampah Terpadu

  b. zona ruang manfaat adalah untuk kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,

  (TPST) pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah;

  c. zona ruang penyanggah dilarang untuk kegiatan yang mengganggu pemrosesan sampah

  sampai sejarak 10 m;

  d. persentase luas lahan terbangun sebesar 10 %;

  2

  e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang pemilahan ( 30 m ),

  2

  2

  pengomposan sampah organik ( 200 m ), gudang ( 100 m ), tempat pemindah sampah yang

  2

  dilengkapi dengan landasan container (60 m ) dan pagar tembok keliling;

  2 f. luas lahan minimal 300 m untuk melayani penduduk pendukung 30.000 jiwa (1 kelurahan).