KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN DAIRI

BAB KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN DAIRI

5.1. RTRW KABUPATEN DAIRI

5.1.1. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

  Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Dairi merupakan arahan perwujudan ruang yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Dairi, yaitu :

  

”Mewujudkan Wilayah Kabupaten Dairi Yang Aman, Nyaman, Produktif,

Berwawasan Lingkungan dan Berorientasi Agribisnis”

  Berdasarkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Dairi yang ingin dicapai, maka kebijakan dan strategi penataan ruang untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Dairi dapat diuraikan sebagai berikut.

A. Kebijakan struktur ruang, yaitu :

  i. Peningkatan pelayanan pusat-pusat kegiatan yang merata, berhierarki dan sinergis; ii. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana wilayah yang terpadu dan merata di seluruh wilayah.

  Peningkatan pelayanan pusat-pusat kegiatan yang merata, berhierarki dan sinergis. Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :

  • Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan;
  • Menjaga berfungsinya secara optimal pusat-pusat kegiatan yang sudah ada;
  • Mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsinya;

  • Mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru.

  Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana wilayah yang terpadu dan merata. Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :

  • • Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan

  pelayanan transportasi darat serta keterpaduan intra dan antar moda transportasi;

  • Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi;
  • • Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tidak

  terbarukan serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik secara optimal;

  • Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air, mempercepat konservasi sumber air, serta meningkatkan pengendalian daya rusak air.

B. Kebijakan Pola Ruang, yaitu :

  i. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung, yaitu :

  • • Pemeliharaan dan perwujudan Kelestarian fungsi lingkungan hidup dan

  pengembalian keseimbangan ekosistem; Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :

  • Mengusulkan pelepasan kawasan hutan lindung sesuai ketentuan perundang- undangan;
  • Mempertahankan luasan kawasan lindung, dan meningkatkan kualitas kawasan lindung;
  • Mengelola kawasan lindung untuk mendukung terwujudnya pembangunan berkelanjutan, dengan mengembalikan ekosistem kawasan lindung, memantapkan kawasan berfungsi lindung, merehabilitasi kawasan lindung yang mengalami degradasi kualitas, memberikan “reward and punishment”
dalam rangka pengendalian dan pengawasan kawasan lindung.

  • • Pecegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan

    lingkungan hidup.

  Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :

  • Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup terutama kawasan tangkapan air, sungai, danau/waduk dan mata air;
  • Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
  • Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang kedalamnya;
  • Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
  • Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi saat ini dan generasi masa depan;
  • Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya;
  • Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

  ii. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya, yaitu :

  • Perlindungan lahan pertanian terhadap alih fungsi lahan;

  Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :

  • Menetapkan kawasan yang sudah dan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian pangan yang berkelanjutan;
  • Meningkatkan produktifitas pertanian tanaman pangan.

  • • Peningkatan pengelolaan potensi daerah berbasis agribisnis, ekonomi kerakyatan

  dan kepariwisataan; Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :

  • Meningkatkan keterampilan petani, pengelolaan agribisnis melalui pemberian insentif, pengembangan kawasan strategis dan komoditas unggulan;
  • Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil dan menengah untuk mengolah hasil-hasil pertan
  • Memfasilitasi promosi usaha komoditas pertanian, usaha kecil dan menengah;  Meningkatkan kajian dan mengelola potensi pariwisata.
    • Pengalokasian ruang didasarkan pada karakteristik wilayah;

  Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu : Menetapkan kawasan budidaya dan kawasan rawan bencana sesuai dengan karakteristik alam.

  • • Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar sesuai dengan fungsi dan

  tidak melampaui daya dukung dan daya tampung; Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :

  • Menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masing-masing kawasan budidaya sesuai dengan karakteristiknya;
  • Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
  • Mengendalikan pemanfaatan di kawasan budidaya melalui mekanisme perizinan;
  • Memberikan insentif bagi kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan disinsentif
bagi kegiatan yang mengakibatkan gangguan bagi fungsi utamanya;  Melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi.

  • • Pengembangan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan

    diversifikasi produk.
    • Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :
    • Menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan sebagai strategi pengembangan wilayah dalam usaha pengembangan sistem agribisnis yang disinergikan untuk mengoptimalkan kawasan dalam pembangunan;
    • Mengembangkan kegiatan ekonomi berbasis pada sumberdaya alam dan potensi lokal;
    • Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi komoditi unggulan;
    • Mengembangkan kawasan budidaya untuk mendorong dan meningkatnya kegiatan usaha produktif.

  iii. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis, yaitu :

  • • Kebijakan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

  lingkungan hidup;

  • • Kebijakan kawasan strategis dari sudut kepentingan kepentingan pertumbuhan

  ekonomi; Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :

  • Mengembangkan kawasan agropolitan yang berkesinambungan;
  • Mengembangkan kawasan-kawasan strategis ekonomi sesuai dengan daya dukung dan potensinya.
    • Kebijakan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya;

  Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :

  • Merevitalisasi situs-situs peninggalan budaya;
  • Mengembangkan potensi-potensi bidang kebudayaan dan pariwisata dalam rangka menunjang pengembangan ekonomi wilayah.
    • • Kebijakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya

      alam.
    • • Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu mengembangkan potensi

  sumberdaya alam yang dimiliki untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat dengan melestarikan lingkungan.

  Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu memelihara keseimbangan ekosistem di sekitar kawasan strategis serta wilayah hulu yang mempengaruhinya

5.1.2. Rencana Struktur Ruang

  Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi.

  Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, sedangkan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria : 1.

  Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;

  2. Jelas, realistis, dan dapat di implementasikan dalam jangka waktu perencanaan;

  

3. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten memenuhi

  ketentuan sebagai berikut : a) Terdiri atas Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhierarki lebih tinggi yang berada di wilayah kabupaten yang kewenangan penentuannya pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi;

  b) Memuat penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL);

  c) Harus berhierarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.

  4. Dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada angka 3

  huruf a diatas dengan ketentuan sebagai berikut :

  a) Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian hari ditetapkan sebagai PKL (dengan notasi PKLp)

  b) Pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

  c) Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud huruf a diatas harus ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL.

  

5. Sistem jaringan prasarana Kabupaten dibentuk oleh sistem Jaringan Transportasi

  sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.1.2.1. Sistem Perkotaan Kabupaten Dairi

A. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) di Kabupaten Dairi

  Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); menetapkan Kota Sidikalang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan fungsi mendorong pengembangan kota-kota sentra produksi.

  Sehubungan dengan itu, sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor

  23 Tahun 2006 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sidikalang, Kota Sidikalang terdiri dari 2 (dua) Kecamatan, yaitu Kecamatan Sidikalang dan Kecamatan Sitinjo sebagai hasil pemekaran Kecamatan Sidikalang.

  Selain PKW, Kabupaten Dairi termasuk dalam pengembangan kawasan andalan Provinsi Sumatera Utara, merupakan bagian dari Pengembangan Kawasan Tapanuli dan sekitarnya dengan fokus pengembangan pada sektor perkebunan, pertambangan, perikanan laut, pertanian, industri dan pariwisata.

  Kawasan Strategis Nasional di Kabupaten Dairi meliputi 3 (tiga) kawasan, yaitu :

  • Kawasan Danau Toba dan sekitarnya di Kecamatan Silahisabun
  • • Kawasan Ekosistem Leuser di Kecamatan Tanah Pinem, Gunung Sitember,

  Silima Pungga-pungga dan Siempat Nempu Hilir; • Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di Kecamatan Tanah Pinem.

  Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Dairi terdiri dari 2 (dua) WS, yaitu :

  • • WS Toba – Asahan (Sumatera Utara – Strategis Nasional) dengan tahapan

  pengembangan I-IV/A/1; WS Toba – Asahan di Kabupaten Dairi terdiri dari 11 anak sungai yang dialirkan ke Danau Toba melalui Waduk PLTA Renun di Kecamatan Sumbul telah dimanfaatkan untuk PLTA Renun dengan Kapasitas Tenaga 2 x 41 MW atau setara dengan 82 MW.

  • • WS Alas – Singkil termasuk DAS Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam dan

    Sumatera Utara - Lintas Provinsi) dengan tahapan pengembangan I-IV/A/1.

  

B. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Utara di

Kabupaten Dairi

  Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Dairi didasari kriteria dan arahan kebijakan sistem hierarki perkotaan dengan rencana struktur pusat kegiatan sampai dengan tahun 2029 terdiri dari :

  • 1 (satu) PKN;
  • 9 (sembilan) PKW; • 40 (empat puluh) PKL.

  1 (satu) diantara 9 (sembilan) PKW di Provinsi Sumatera Utara berada di Ibukota Kabupaten Dairi, yaitu Kota Sidikalang dengan fungsi utama sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Dairi, Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan Perdagangan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.1.

  Tabel. 5.1. Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Dairi di Provinsi Sumatera Utara

  No Hierarki Kota Kabupaten Status Kota Strategi Fungsi yang Diarahkan

  1. PKW Kecamatan Sidikalang Sedang Berkembang

  Revitalisasi −

  Pusat Pemerintahan Kabupaten − Industri Pengolahan

  Hasil Pertanian − Perdagangan

  Selain itu, kebijakan struktur ruang wilayah Kabupaten Dairi yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sumatera Utara, yaitu :

  • • Menetapkan Pengembangan Jaringan Jalan Strategis Keruangan, yaitu

  Jaringan Jalan lintas tengah menghubungkan Batas Aceh – Lau Pakam – Sidikalang – Panji – Tele – Dolok Sanggul – Siborongborong – Tarutung – Sipirok – Padang Sidempuan – Siabu – Jembatan Merah – Ranjau Batu – batas Sumatera Barat

  • • Pengembangan jaringan jalan Kolektor Primer (K-1 dan K-2) menghubungkan :

  Medan – Kabanjahe – Kutabuluh – Lau Pakam – batas Aceh – Sidikalang

  • Kutabuluh – ke arah Tapak Tuan (batas Aceh) - Kabanjahe – Merek – Sumbul – Sidikalang - Panji – Tele – Dolok Sanggul – Siborong-borong
    • Pemantapan Terminal Penumpang A di Sitinjo Kabupaten Dairi;
    • Peningkatan Kapasitas Pembangkit listrik PLTA Renun;
    • Pengembangan pengelolaan Wilayah Sungai, meliputi :

  Wilayah Sungai Strategis Nasional, yaitu WS Toba – Asahan; Wilayah Sungai Lintas Provinsi, yaitu WS Alas - Singkil

  • Pengembangan pola pengelolaan Cekungan Air Tanah (CAT), yaitu • CAT Sidikalang.

C. Sistem Perkotaan Dairi

  Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Utara, dan dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang berbatasan, sistem perkotaan di Kabupaten Dairi dikelompokkan menjadi 4 (empat) tata jenjang (hierarki) dengan 4 (empat) Wilayah Pengembangan (WP) sebagai berikut:

i. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kota Sidikalang

  PKW Kota Sidikalang berpusat di Kota Sidikalang, termasuk dalam WP I dengan hinterland meliputi :

  • Kecamatan Sidikalang;
  • Kecamatan Sitinjo;
  • Sebagian Kecamatan Berampu;
  • Sebagian Kecamatan Siempat Nempu; • Sebagian Kecamatan Siempat Nempu Hulu.

  Fungsi utama, yaitu:

  • Ibukota Kabupaten Dairi;
  • Pusat pelayanan pemerintahan kabupaten;
  • Pusat pendidikan kabupaten dan dengan kabupaten/kota yang berbatasan;

  • • Pusat pelayanan kesehatan kabupaten dan dengan kabupaten/kota yang

  berbatasan; • Pusat pengembangan kawasan agropolitan.

  Untuk mendukung fungsi Kota Sidikalang, kegiatan utama yang dikembangkan, yaitu :

  • Kegiatan ekonomi

  Kegiatan ekonomi yang dikembangkan adalah sektor industri pengolahan pertanian, perdagangan, dan pengembangan agribisnis;

  • Kegiatan non ekonomi

  Kegiatan non ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan pemerintahan, pusat pendidikan dan kesehatan skala kabupaten dan dengan kabupaten/kota yang berbatasan.

ii. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) Kota Sumbul

  PKLp Kota Sumbul berpusat di Kota Sumbul, termasuk dalam WP II dengan hinterland meliputi :

  • Kecamatan Sumbul • Sebagian Kecamatan Pegagan Hilir • Kecamatan Silahisabungan • Sebagian Kecamatan Parbuluan

  Fungsi utama, yaitu :

  • Ibukota Kecamatan;
  • Pusat Pelayanan Pemerintahan Kecamatan;
  • Pusat Distrik Agropolitan;
  • Pusat pengembangan agribisnis perikanan;

  Untuk mendukung fungsi Kota Sumbul, kegiatan utama yang dikembangkan, yaitu :

  • Kegiatan ekonomi

  Kegiatan ekonomi yang dikembangkan sektor pertanian, perdagangan, dan pengembangan agribisnis perikanan;

  • Kegiatan non ekonomi

  Kegiatan non ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan pemerintahan Kecamatan, pendidikan kejuruan.

iii. Pusat Pengembangan Kawasan (PPK)

  • • PPK Kota Tigalingga, berpusat di Kota Tigalingga, termasuk dalam WP III

  dengan hinterland meliputi : Kecamatan Tigalingga;

  • Kecamatan Gunung Sitember;
  • Sebagian Kecamatan Pegagan Hilir;
  • Sebagian Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
  • Fungsi utama, yaitu :
    • Ibukota Kecamatan;
    • Pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan; • Pusat Distrik Agropolitan.

  Untuk mendukung fungsi Kota Tigalingga, kegiatan utama yang dikembangkan, yaitu kegiatan ekonomi sektor pertanian, perdagangan, dan pengembangan agribisnis.

  • • Kota Parongil, berpusat di Kota Parongil, termasuk dalam WP IV Kawasan

  Perkotaan Parongil, dengan hinterland meliputi :

  • Kecamatan Silima Pungga-pungga
  • Kecamatan Siempat Nempu Hilir Sebagian Kecamatan Siempat Nempu 

  Kecamatan Lae Parira

  • Fungsi Utama, yaitu:

  Ibukota Kecamatan;

  • Pusat pelayanan pemerintahan Skala Kecamatan;
  • Pusat Distrik Agropolitan.
  • Pusat Pertambangan.
  • iv. Pusat Pengembangan Lokal (PPL)
    • Kutabuluh • Silalahi •

  Berampu

  • Sigalingging • Bunturaja • Lae Parira • Silumboyah • Tiga Baru • Sopobutar • Gunung Sitember Untuk lebih jelasnya dapat melihat Tabel 5.2.

  Tabel. 5.2. Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Dairi

5.1.2.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana

  Sistem jaringan prasarana dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya, seperti energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan lingkungan.

A. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

  Rencana Sistem Transportasi Kabupaten Dairi dikembangkan sebagai bagian dari arahan sistem transportasi Nasional dan Provinsi Sumatera Utara untuk mendukung struktur ruang wilayah Kabupaten Dairi sehingga tercipta sinergitas yang hierarkis dalam pengembangannya untuk mewujudkan harmonisasi penataan ruang dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup sesuai dengan daya dukungnya.

  Rencana sistem jaringan transportasi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jaringan transportasi, yaitu :

  • Meningkatkan fungsi dan kelas jalan, yaitu jaringan jalan arteri, kolektor, dan

  lokal;

  • Membuka akses pada wilayah yang terisolasi untuk meningkatkan pemasaran

  hasil-hasil produksi pertanian melalui pembangunan jalan lingkar dalam dan lingkar luar Kota Sidikalang, serta jalan lingkar Kabupaten Dairi

  • Mengoptimalkan fungsi terminal penumpang A Sitinjo, terminal C Kota Sidikalang dan membangun terminal di pusat PKLp dan PPK.
  • Mengoptimalkan fungsi terminal agribisnis Sitinjo, sub terminal agribisnis menyatu dengan terminal C Kota Sidikalang, terminal di pusat PKLp dan PPK.
  • Mengoptimalkan fungsi Dermaga di Silahisabungan sebagai bagian dari sistem dermaga Kawasan Danau Toba.
  • Mewujudkan akses pelayanan yang merata, berjenjang dan mengarahkan

  pertumbuhan wilayah dengan tetap konsisten mempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan sumberdaya.

  Untuk mewujudkan sistem jaringan transportasi dalam melayani mobilitas orang, barang dan jasa, maka rencana sistem jaringan tranportasi Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut :

  1. Jaringan Jalan Berdasarkan Kewenangan

  a. Jaringan Jalan Nasional di Kabupaten Dairi, yaitu :

  • Kabanjahe - Kuta Buluh • Kota Buluh – Lawe Pakam • Batas Tanah Karo – Panji • Sidikalang – Kota Buluh • Jalan Sisingamangaraja (Jalan Ahmad Yani Sidikalang)
  • Jalan Tigalingga (Sidikalang)
  • Panji – Sidikalang • Jalan arah ke Medan (Sidikalang)
  • Sidikalang –- Batas NAD (Sukarame/Pakpak Bharat)
  • Jalan ke Karing

    • Panji – Batas Tapanuli Utara II (saat ini batas Kab.Samosir)

  • Jalan Runding Sidikalang

  b. Jaringan Jalan Provinsi di Kabupaten Dairi, yaitu : Jaringan Jalan Provinsi di Kabupaten Dairi. Sehubungan dengan adanya peningkatan fungsi jaringan jalan di Kabupaten Dairi, yaitu peningkatan fungsi jaringan jalan kewenangan Provinsi menjadi kewenangan Nasional, berikut ini ruas jalan di Kabupaten Dairi yang diusulkan menjadi jaringan jalan Provinsi sebagaimana pada sub bab Rencana Jaringan Jalan Kabupaten Dairi.

  2. Jaringan Jalan Berdasarkan Fungsi

  a. Jalan Arteri Primer Berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Utara, tidak ada Fungsi jaringan arteri primer di Kabupaten Dairi. Untuk itu, melalui penyusunan RTRW Kabupaten Dairi ini, jaringan jalan Nasional dan usulan jaringan jalan Provinsi di Kabupaten Dairi akan diusulkan berdasarkan fungsi dan kelasnya. b. Jalan Kolektor Primer

  • • Medan – Kabanjahe - Kuta Buluh – Lau Pakam – batas Aceh

    • Kuta Buluh – Sidikalang – ke arah Tapak Tuan (batas Aceh)

  • Kabanjahe – Merek – Sumbul – Sidikalang • Panji (antara Sumbul – Sidikalang) – Tele – Dolok Sanggul –

  Siborongborong

3. Jaringan Jalan Berdasarkan Peran Strategis

  a. Jalan Lintas Tengah : Batas Aceh – Lau Pakam – Sidikalang – Panji – Tele – Dolok Sanggul – Siborongborong – Tarutung – Sipirok – Padangsidimpuan – Siabu – Jembatan Merah – Ranjaubatu – batas Sumatera Barat (ke arah Lubuk Sikaping)

  b. Jalan Poros/Penghubung/Feeder/Strategis Provinsi Medan – Kabanjahe – Merek – Sumbul – Sidikalang – BatasAceh (ke arah Tapak Tuan) 4.

  Pengembangan Jaringan Transportasi Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

  Pengembangan Jaringan Transportasi Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP), yaitu Jalur Penyeberangan lintas Kabupaten, yaitu Ajibata – Tomok, Simanindo – Tigaras, Balige – Onan Runggu serta Nainggolan – Balige.

5. Pengembangan Sistem Angkutan Penumpang

  Pengembangan Sistem Angkutan Penumpang berdasarkan arahan-arahan tersebut diatas, rencana pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Dairi difokuskan pada pengembangan sistem transportasi darat dengan tujuan untuk membangun dan meningkatkan akses secara berkesinambungan (continuous access), sinergis dan berjenjang antar PPL, PPK, PKL, PKW hingga ke PKN sebagai inlet-outlet point Kabupaten Dairi dengan wilayah internal maupun eksternal.

5.1.2.3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi Listrik

  Karakteristik pengembangan sistem jaringan prasarana energi di Kabupaten Dairi adalah energi listrik, utamanya dengan menggunakan sistem interkoneksi Sumatera Bagian Utara didukung dengan sistem setempat (isolated) pada lokasi-lokasi yang relatif sulit dijangkau sistem interkoneksi. Dengan pengembangan demikian diharapkan dapat melayani kebutuhan listrik sampai ke perdesaan. Dalam sistem interkoneksi, dikembangkan jaringan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) dengan gardu induk dan gardu distribusi di Kecamatan Sidikalang, sedangkan PLTA Renun dengan kapasitas tenaga 2 x 41 MW atau setara dengan 82 MW di Kecamatan Silahisabungan.

  Rencana pengembangan jaringan SUTT sebagaimana dimaksud dalam RTRWN, diarahkan di sepanjang SUTT Sidikalang – Subulussalam. Selain itu, sebagaimana potensi sungai-sungai di Kabupaten Dairi, telah dikembangkan PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro) dengan memanfaatkan terjunan sungai-sungai yang ada di beberapa lokasi.

  Adapun rencana kebutuhan daya listrik di Kabupaten Dairi sampai dengan tahun 2029 dapat diuraikan sebagaimana pada Tabel 5.4.

  Tabel. 5.3. Rencana Kebutuhan Daya Listrik

  Keterpaduan Strategi Pembangunan Kabupaten Dairi V - 19

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) 2016 - 2020 Gambar. 5.1. Peta Struktur Ruang Wilayah

  Keterpaduan Strategi Pembangunan Kabupaten Dairi V - 20

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) 2016 - 2020 Gambar. 5.2. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Pengembangan Kabupaten Dai

5.1.2.4. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

  Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air Nasional dan Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Dairi, yaitu :

  • • Pengembangan air Danau Toba yang terletak di Dataran Tinggi di Wilayah Tengah

  Provinsi Sumatera Utara, meliputi 7 (tujuh) kabupaten dengan luas sekitar 110.260 ha.

  • Pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Air melalui pola dan rencana pengelolaan Wilayah Sungai (WS) terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu Pengembangan dan Pengelolaan WS Alas - Singkil lintas provinsi dengan Provinsi
  • • Pengembangan dan pengelolaan Sistem Jaringan Sarana dan Prasarana Sumber

  Daya Air, meliputi jaringan Irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya untuk mendukung ketahanan pangan, ketersediaan air baku, pengendalian banjir dan pengamanan pantai melalui :

  • Pemeliharaan, perbaikan, peningkatan dan pembangunan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya berdasarkan kewenangan Nasional, Provinsi dan Kabupaten di dataran tinggi serta pegunungan. Pemeliharaan, perbaikan, peningkatan dan pembangunan pengendalian daya
  • rusak air melalui pengembangan jaringan sarana dan prasarana sumber daya air berupa waduk, kanal, sarana pengamanan pantai, pemecah ombak, bantaran dan tanggul sungai, kolam retensi normalisasi alur sungai bagi pengendalian banjir dan pengamanan pantai serta sistem drainase pada kawasan permukiman maupun di pusat- pusat kegiatan .

A. Sumber-Sumber Air Baku

  Potensi sumber air baku di Kabupaten Dairi dalam konteks pengembangan Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) tidak mengalami kendala, mengingat sumber air baku yang dapat dimanfaatkan menyebar di seluruh wilayah, seperti :

  • Air permukaan seperti sungai;
  • Mata air;
  • Air tanah dangkal; • Air tanah sedang.

  Wilayah yang memerlukan upaya khusus dalam pengelolaan air baku untuk memenuhi kebutuhan air minumnya, yaitu Kota Sidikalang, Sumbul, Tigalingga dan Silima Pungga- pungga serta beberapa IKK (Ibukota Kecamatan) dan perdesaan. Khusus untuk Kota Sidikalang, memerlukan upaya khusus dalam pengelolaan air baku dalam memenuhi kebutuhan air minumnya, utamanya di kawasan Bintang, Panji Bako, Juma Takkar dan Kilometer 2 Sidikalang. Sumber air baku PDAM Tirta Nciho berasal dari mata air dan air permukaan (sungai) yang didistribusikan langsung ke pelanggan dengan menggunakan sistem gravitasi dengan pengolahan Saringan Pasir Cepat (SPC) maupun Saringan Pasir Lambat (SPL) sebelum didistribusikan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.5.

  Tabel. 5.4. Potensi dan Sumber Air Baku PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi

B. Sungai

  Wilayah Sungai (WS) telah ditetapkan secara Nasional berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M/2006, sedangkan Cekungan Air Tanah masih perlu pengkajian yang lebih seksama. Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Dairi dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :

  • WS Toba – Asahan (Sumatera Utara – Strategis Nasional)

  WS Toba – Asahan di Kabupaten Dairi terdiri dari 11 anak sungai yang dialirkan ke Danau Toba melalui Waduk PLTA Renun di Kecamatan Sumbul telah dimanfaatkan untuk PLTA Renun dengan kapasitas tenaga 2 x 41 MW atau setara dengan 82 MW.

  • WS Alas – Singkil termasuk DAS Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara - Lintas Provinsi).

C. Jaringan Irigasi

  Rencana pengembangan sistem irigasi di Kabupaten Dairi, yaitu peningkatan Sistem Irigasi sederhana menjadi semi teknis, semi teknis menjadi teknis, dimana sumber air yang dominan adalah sungai disamping mata air, air tanah ataupun air hujan. Irigasi dimanfaatkan untuk pertanian tanaman pangan lahan basah yang menyebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Dairi.

5.1.2.5. Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya

A. Persampahan

  Secara umum cara pembuangan sampah dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu Pertama adalah pembuangan secara individual, seperti membuang sampah secara individu dengan metode dan cara tersendiri; Kedua adalah dengan membuang sampah secara kolektif yang dikelola oleh pemerintah atau swasta. Cara pembuangan sampah di Kabupaten Dairi diarahkan secara kolektif dengan menyediakan tempat sampah, selanjutnya dibuang pada tempat/lokasi (TPS) yang telah disediakan sebelum diangkut ke TPA.

  Untuk menunjang sistem pembuangan sampah secara kolektif, perlu direncanakan sistem pengumpulan sementara sampah sebelum dibuang ke TPA. Sistem pengumpulan saat ini menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping) dengan lokasi TPA khusus pada satu lokasi yang letaknya diluar kawasan permukiman.

  Pelayanan persampahan di Kota-kota dan IKK di Kabupaten Dairi termasuk dalam kategori penanganan yang prioritas untuk diantisipasi, mengingat pelayanan ini termasuk pelayanan utama dari aspek penyediaan prasarana dan sarana dasar perkotaan.

  Pengelolaan persampahan ini terkait erat dengan luas dan jangkauan layanan, karakteristik manajemen persampahan, kondisi fisik TPA, prasarana dan sarananya serta partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan persampahan yang ada. Secara umum, tingkat pelayanan sampah di Kabupaten Dairi masih sangat terbatas, karena belum tersedianya sarana dan prasarana sistem pengelolaan persampahan.

  Khusus Kota Sidikalang, telah disediakan beberapa tong sampah di tempat-tempat strategis dalam kota, seperti di pusat pasar, pertokoan, perkantoran, permukiman penduduk di Perkotaan. Sedangkan pada daerah yang belum terlayani, sampah dikelola secara individu, yaitu dengan cara mengumpulkan sampah pada suatu tempat dan kemudian dibakar atau ditimbun.TPA Sidiangkat merupakan satu-satunya TPA sampah di Kabupaten Dairi dengan luas areal 4 ha di 2 lokasi TPA yang melayani persampahan dengan menggunakan sistem open dumping dimana sampah hanya dibuang/ditimbun tanpa dilakukan penutupan dengan tanah. Saat ini kondisinya masih dapat digunakan secara terbatas. Dengan menggunakan sistem pengolahan ini dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan, tempat berkembangnya faktor penyakit seperti lalat dan tikus, menimbulkan bau, pencemaran terhadap air permukaan maupun air tanah dan rawan terhadap bahaya kebakaran sehingga TPA ini perlu penataan, pembenahan dan relokasi. Pengelolaan sampah di Kabupaten Dairi saat ini menggunakan konsep buang, bakar, gali dan tutup dengan pola pengumpulan sebagai berikut :

  • Pengumpulan sampah rumah tangga;
  • Pengumpulan sampah di Pusat Kota dan disepanjang jalan-jalan lingkungan;
  • Pengumpulan sampah dari pasar-pasar kota.

  Cakupan pelayanan meliputi :

Tabel 5.5 Cakupan Pelayanan Sarana dan Prasarana Persampahan

  Kecamatan Cakupan Pelayanan

  Sidikalang, Sumbul, Luas areal pelayanan Kota Sidikalang seluas 414 Ha termasuk Tingga Lingga didalamnya areal Pasar Kota Sidikalang seluas 7 Ha dengan jumlah pelanggan rumah tangga 4.300 KK, pelanggan non perumahan 385 unit.

  11 Kecamatan Belum dapat dilayani Lainnya

  Tabel. 5.6. Sarana dan Prasarana Persampahan Sistem jaringan Persampahan meliputi :

  • • Penempatan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan

  akhir sampah dengan sistem pelayanannya bersifat pembagian wilayah pelayanan;

  • • Tempat penampungan sementara secara terpusat pada tiap unit-unit lingkungan

  dan pusat kegiatan pelayanan;

  • • Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan

  khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah; Persampahan di Kabupaten Dairi terdiri atas sampah rumah tangga; sampah sejenis sampah rumah tangga; dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

  Rencana Pengelolaan Persampahan di wilayah Perkotaan meliputi :

  • • Penempatan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan

  akhir sampah dengan sistem pelayanannya bersifat pembagian wilayah pelayanan;

  • • Tempat Penampungan Sementara (TPS) secara terpusat pada tiap unit-unit

  lingkungan dan pusat kegiatan pelayanan;

  • • Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan

  khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah.

  Perencanaan sistem persampahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

  • • Perencanaan harus sudah memperhitungkan limbah sampah yang akan terjadi baik

  pada masa sekarang maupun masa yang akan datang;

  • Harus direncanakan fasilitas pembuangan sampah pada tapak yang direncanakan;
  • >Pembuangan sampah ke TPA harus dapat segera dilakukan tanpa menimbulkan bahaya sanitasi lingkungan, dan masing-masing persil menyediakan TPS berupa tempat-tempat sampah sebagai tempat pembuangan sampah sement
  • • Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat pembuangan sampah

    terakhir ke suatu tempat yang jauh dari lingkungan tempat tinggal.

  Rencana sistem Persampahan, khususnya lokasi tempat pembuangan akhir sebagai pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebaiknya terdapat di luar pusat perkotaan dan sistem pelayanannya bersifat pembagian wilayah pelayanan. Rencana pengembangan lokasi TPA di Kabupaten Dairi diarahkan di TPA Sidiangkat.

  Dalam Pembangunan TPA maka kriteria yang harus dipenuhi antara lain :

  Rencana sistem jaringan persampahan juga didukung dengan adanya pengembangan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) secara terpusat pada tiap unit-unit lingkungan.

  • Kondisi geologi
    • Tidak berlokasi di zona holocene fault;
    • Tidak boleh di zona bahaya geologi.

  • Kondisi hidrogeologi
    • Tidak boleh mempunyai muka air tanah < 3 m;
    • Tidak boleh keluasan tanah lebih besar 10 – 6 cm/det;
    • Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran;
    • Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut diatas, maka harus diadakan masukan teknologi.

  • Kemiringan zona harus kurang dari 20 %.
  • • Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode

    ulang 25 tahun.
  • >Harus memenuhi syarat AMDAL yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang ber
  • Teknologi penanganannya ramah lingkungan
  • Untuk menghindari perembesan lindi terhadap air tanah perlu dilakukan
  • Pemilahan sampah yang dilaksanakan pada sumber sampah
  • Efisiensi dalam pengangkutan sampah
  • • Teknologi pengolahan sampah yang mengacu pada : prioritas kepada pengolahan

  sampah organik seperti proses Bio fertilized, memaksimalkan sistem 3 R (reuse, recycle, reduce)

  • Pengolahan sampah menjadi sumber energi baru perlu dikembangkan
  • • Posisi sanitary landfill harus dibawah air tanah karena dapat menimbulkan polusi

  air yang menyebabkan bau, uap zat kimia beracun, bahan organik dan anorganik beracun serta bibit penyakit

  • • Pembangunan perumahan yang membangun 80 rumah harus menyediakan

  Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), alat pengmupul, sedangkan pengangkutan dan pembuangan akhir sampah bergabung dengan yang sudah ada.

  Paradigma Persampahan

  Perkiraan Timbulan sampah dan rencana kebutuhan sarana persampahan dapat dilihat pada Tabel 5.7. dan Tabel 5.8 dan Gambar 5.3.

  Tabel. 5.7. Rencana Timbulan Sampah di Kabupaten Dairi Tahun 2010 - 2030 Tabel. 5.8. Rencana Kebutuhan Sarana Persampahan di Kabupaten Dairi

  Tahun 2010-2030

Gambar 5.3 .3. Skema Pembuangan Sampah di Kabupaten ten Dairi B.

B. Air Bersih Air Bersih Air Bersih

  B.

  Keadaan Geografis Kabupaten Dairi umumnya lapisan tanah ditutupi batuan tuff yang Keadaan Geografis Kabupaten Dairi umumnya lapisan tanah ditutupi batuan tuff yang Keadaan Geografis Kabupaten Dairi umumnya lapisan tanah ditutupi batuan tuff yang sangat padu dan terletak pada topografi yang sangat variatif (berbukit-bukit) sehingga sangat padu dan terletak pada topografi yang sangat variatif (berbukit-bukit) sehingga sangat padu dan terletak pada topografi yang sangat variatif (berbukit-bukit) sehingga sumber mata air artesis maupun sumur dangkal sangat sulit ditemukan. sumber mata air artesis maupun sumur dangkal sangat sulit ditemukan. sumber mata air artesis maupun sumur dangkal sangat sulit ditemukan. Sumber air yang digunakan masyarakat umumnya berasal dari : Sumber air yang digunakan masyarakat umumnya berasal dari : Sumber air yang digunakan masyarakat umumnya berasal dari :

  • Air hujan yang ditampung secara individu dan berkelompok; Air hujan yang ditampung secara individu dan berkelompok; Air hujan yang ditampung secara individu dan berkelompok;
  • Mata air, umumnya jauh dari permukiman penduduk; Mata air, umumnya jauh dari permukiman penduduk; Mata air, umumnya jauh dari permukiman penduduk;
  • >Air permukaan, seperti sungai dan saluran irigasi; Air permukaan, seperti sungai dan saluran irigasi; Air permukaan, seperti sungai dan saluran irig
  • Perpipaan yang disalurkan melalui Hidran Umum (HU) dan MCK; Perpipaan yang disalurkan melalui Hidran Umum (HU) dan MCK; Perpipaan yang disalurkan melalui Hidran Umum (HU) dan MCK;
  • • Sebagian dilayani PDAM Tirta Nciho melalui Sambungan Rumah dan Hidran Sebagian dilayani PDAM Tirta Nciho melalui Sambungan Rumah dan Hidran Sebagian dilayani PDAM Tirta Nciho melalui Sambungan Rumah dan Hidran

    Umum. Umum. Umum.

  Pemerintah Kabupaten Dairi telah berupaya membangun sarana dan prasarana air Pemerintah Kabupaten Dairi telah berupaya membangun sarana dan prasarana air Pemerintah Kabupaten Dairi telah berupaya membangun sarana dan prasarana air bersih mulai dari Kota-kota, Ibukota Kecamatan dan Perdesaan di Kabupaten Dairi bersih mulai dari Kota-kota, Ibukota Kecamatan dan Perdesaan di Kabupaten Dairi bersih mulai dari Kota-kota, Ibukota Kecamatan dan Perdesaan di Kabupaten Dairi dengan skala prioritas daerah yang padat penduduk dan rawan air bersih melalui dengan skala prioritas daerah yang padat penduduk dan rawan air bersih melalui dengan skala prioritas daerah yang padat penduduk dan rawan air bersih melalui pembangunan penampungan air hujan, perlindungan mata air, sumur dangkal, sambungan perpipaan dan Hidran Umum.

  Di beberapa daerah pelayanan sudah ada sarana air bersih yang dikelola oleh masyarakat setempat secara tradisional melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan, namun realitasnya sebagian besar pengguna sarana air bersih belum mampu melaksanakan pengelolaan sehingga sarana yang dibangun tidak terpelihara.

  Mencermati kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Dairi telah membentuk institusi pengelola yang diutamakan bagi daerah-daerah yang tidak mampu melaksanakan pengelolaan secara swakelola oleh masyarakat setempat. Cakupan pelayanan air minum Perkotaan di Kabupaten Dairi baru mencapai 34% yang meliputi sistem perpipaan sekitar 32% dan sistem non perpipaan yang terlindungi sekitar 2%. Diperkirakan masih terdapat masyarakat miskin di perkotaan yang belum terlayani air minum baik dengan sistem perpipaan maupun sistem non perpipaan yang terlindungi sebanyak 1.000 jiwa. Cakupan pelayanan air minum perdesaan di Kabupaten Dairi terdapat 13 unit, derngan cakupan pelayanan sekitar 9% dari seluruh penduduk perdesaan yang meliputi sistem perpiaan sekitar 8% dan sistem non perpiaan yang terlindungi sekitar 1%. Masih terdapat IKK rawan air minum dan desa rawan air minum.

  Wilayah pelayanan PDAM Tirta Nciho saat ini telah berkembang ke beberapa kecamatan, utamanya IKK dan Perdesaan di sekitar IKK. IKK yang pada saat ini telah mendapatkan akses jaringan air minum sejumlah 8 (delapan) IKK termasuk Kota Sidikalang, sedangkan untuk wilayah pelayanan pada tingkat perdesaan, akses jaringan hanya terdapat di sekitar wilayah pelayanan Kota Sidikalang dan IKK lainnya sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.9.

  Tabel. 5.9. Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi Berdasarkan Tabel 5.9. menggambarkan bahwa persentase pelayanan air minum di Kota-kota maupun IKK di Kabupaten Dairi masih sangat rendah. Khusus untuk Kota Sidikalang dan wilayah sekitarnya pada saat ini hanya mampu menjangkau setengah dari jumlah pelanggan.

  Dengan demikian, Sistem Penyelenggaraan Air Minum (SPAM) di Kabupaten Dairi belum mampu memenuhi kriteria penyelenggaraan air minum sebagaimana ditargetkan Pemerintah maupun pencapaian yang diharapkan tercapai pada MDGs. Rendahnya jumlah pelanggan PDAM Tirta Nciho dalam wilayah pelayanan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu :

  • Terbatasnya akses ke jaringan air minum;
  • Produksi air minum tidak mencukupi;
  • • Unit produksi (IPA) tidak mampu meningkatkan kapasitas produksi dan tidak

  tersedia reservoir untuk cadangan air minum yang juga dapat berfungsi sebagai sarana pengatur kontinuitas distribusi;

  • • Kualitas produksi sangat rendah, sehingga mengakibatkan menurunnya minat

  masyarakat untuk berlangganan; dan

  • • Jaringan perpipaan tidak memadai, tingkat kehilangan air sangat besar sehingga

    sulit melakukan ekspansi distribusi.