Konflik sosial antar tokoh novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia : suatu pendekatan sosiologi sastra - USD Repository

  

KONFLIK SOSIAL ANTAR TOKOH NOVEL BERJUTA -

JUTA DARI DELI SATOE HIKAJAT KOELI CONTRACT

  

KARYA EMIL W. AULIA : SUATU PENDEKATAN

SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun oleh :

  Lucia Intan Suharti 061224010

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

KONFLIK SOSIAL ANTAR TOKOH NOVEL BERJUTA -

JUTA DARI DELI SATOE HIKAJAT KOELI CONTRACT

  

KARYA EMIL W. AULIA : SUATU PENDEKATAN

SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun oleh :

  Lucia Intan Suharti 061224010

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

MOTO

™ Binatang punya otak yang kecil, hanya untuk melakukan fungsi-fungsi tertentu yang sudah ditetapkan Tuhan, yang membentuk sebuah sistem.

  Binatang tak bisa memilih mereka mau melakukan sesuatu atau tidak. Mereka sekedar melakukannya. Sebaliknya, manusia punya otak begitu dahsyat, sehingga manusia bisa memilih untuk melakukan fungsi yang benar atau yang tidak benar, bahkan manusia bisa menciptakan sesuatu yang membentuk sistem baru (Agnes Jessica).

  ™ Hati manusia memikirkan jalannya, tapi Tuhanlah yang menetukan arah langkahnya (Agnes Jessica). ™ Kebanyakan tantangan dalam kehidupan memiliki solusi yang sederhana.

  Terkadang Anda hanya perlu mundur dan melihat situasinya. Pandanglah dari sudut yang berbeda untuk mendapatkan perspektif terbaik (Greg S. Reid). ™ Awalilah segala sesuatu yang ingin kamu lakukan dengan doa, keyakinan, dan ketulusan, maka kamu akan beroleh kemudahan dalam mengerjakannya dan kemenangan, serta kebahagiaan yang tak ternilai (penulis).

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Tulisan ini saya persembahkan kepada ™ Tuhan Yesus Kristus karena penyertaanNya, kasih setiaNya dan berkat yang berlimpah dariNya.

  ™ Bp. Richardus Tumpa dan Ib. Theresia Wartinah yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, serta untaian doa yang tak pernah ada habisnya.

                             

  

ABSTRAK

  Intan Suharti, Lucia. 2013. Konflik Sosial Antar Tokoh Novel Berjuta-juta dari

  Deli Satoe Hikajat Koeli Contract Karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra. Skripsi. Yogyakarta. PBSID. FKIP.

  Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji tokoh, penokohan, alur, keadaan sosial, dan konflik sosial. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, dan keadaan sosial dan (2) mendeskripsikan konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia.

  Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, dan keadaan sosial dan konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

  

Konflik Sosial Antar Tokoh Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli

Contract Karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra adalah teknik

  catat dan teknik simak. Langkah awal dari analisis adalah mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, dan keadaan sosial. Tokoh, penokohan, alur, dan keadaan sosial tersebut digunakan sebagai dasar untuk menganalisis konflik sosial.

  Dari hasil analisis menunjukkan tokoh utama dalam cerita adalah Van Den Brand dengan tokoh tambahan Jeanne, Wiryo, Tuan Asisten, Orang-orang Melayu, Tuan Breuking, Kuli-kuli Jawa (Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo), Lelaki Cina, Idenburg, O.J.H. Van Limburg Stirum, dan Bergmeijer. Alur dalam novel

  

Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koelii Contract adalah alur lurus atau

  progresif yang terdiri dari tahapan eksposisi, rangsangan, konflik, rumitan, klimaks, leraian, dan penyelesaian.Keadaan sosial novel terdapat di perkebunan tembakau di Deli. Konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract terdiri dari tiga konflik, (1) konflik sosial antara individu dengan individu, (2) konflik sosial antara individu dengan kelompok, dan (3) konflik sosial antara kelompok dengan kelompok.

  

ABSTRACT

  Intan Suharti, Lucia. 2013. The Social Conflict of Character in Emil W.Aulia’s

  Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract at Sociological Literature Approach.Thesis. Yogyakarta. PBSID. FKIP.

  Sanata Dharma University. The research is to analyze the character, plot, social situation and social conflict. The purposes are (1) to describe the character in a story, plot, social situation, and (2) to describe the social conflict novel Berjuta-juta dari Deli Satoe written by Emil W. Aulia.

  Hikajat Koeli Contract

  The research is using the qualitative descriptive research which is having aim of describing the character in a story, plot, social situation, and social conflict in novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract written by Emil W. Aulia. The data collection’s technics are used on the research The Social Conflict

  

of Character in Emil W.Aulia’s Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli

Contract at Sociological Literature Approach consist of note and record technic.

  The first step of the analysis is describing the character, plot, and social situation. The character, plot, and social situation are used as the base of describing the social conflict.

  The result of the analysis shows that the main character is Van Den Brand and the supporting characters are Jeanne, Wiryo, Tuan Asisten, Orang-orang Melayu, Tuan Breuking, kuli-kuli Jawa (Barkat, Salim, Kusno, and Harjo), Lelaki Cina, Idenburg, O.J.H. Van Limburg Stirum, and Bergmeijer. The plot of the novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract is going straight or progressive consist of exposition, inciting moment, conflict, complication, falling action and denouement. Social situation Novel’s consist at tobacco horticulture in Deli.

  The social conflict of novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli

  

Contract consist of three conflict are (1) social conflict among individual with

  individual, (2) social conflict among individual with group, and (3) social conflict among group with group.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat rahmat dan kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul Konflik Sosial Novel Berjuta - juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli

  

Contract Karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra yang

  diajukan untuk memenuhi salah syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, baik langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada: 1. Rohandi Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

  2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Pogram Studi PBSID yang selalu memberikan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

  3. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama yang telah mengarahkan dan membimbing dengan sabar dalam penulisan skripsi.

  4. Drs. G. Sukadi, selaku dosen pembimbing kedua yang dengan telaten membimbing dan memberikan banyak masukan selama penulisan skripsi.

  5. Seluruh dosen PBSID yang telah memberikan pengetahuan, wawasan, dan ilmu pengetahuan yang dapat menjadi bekal masa depan mahasiswa.

  6. Bapak Richardus Tumpa dan Ibu Theresia Wartinah yang telah memberikan kasih sayang, terimakasih untuk ajaran terus “berusaha, berjuang dan belajar” serta untaian doa yang tidak pernah putus untuk putra-putrinya.

  7. Anastasia Sri Sulastri, Marcellus Widiarto, Christina Herni Bekti Pratiwi, dan Lukas Sutadi, kakak - kakakku yang selalu menjadi inspirasi terbesar dan memberikan semangat untuk penulis.

  8. Bapak Paulus Masidi dan Ibu Marcia K. Haryani yang telah memberikan

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………….……. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iii

MOTO………………………………………………………………........ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………… v

PERNYATAAN PUBLIKASI................................................................... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………… vii

ABSTRAK……………………………………………………………….. viii

ABSTRACT……………………………………………………………... ix

KATA PENGANTAR………………………………………………….... x

DAFTAR ISI…………………………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..

  1 A. Latar Belakang……………………………………………………

  1 B. Rumusan Masalah………………………………………………...

  5 C. Tujuan…………………………………………………………….

  5 D. Manfaat……………………………………………………………

  5 E. Batasan Istilah…………………………………………………….

  6 F. Sistematika Penyajian…………………………………………….

  7 BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………

  9 A. Penelitian yang Relevan…………………………………………..

  9 B. Landasan Teori……………………………………………………

  10 1. Tokoh dan Penokohan………………………………………...

  10 2. Alur.………………………………………………………….

  16

  3. Pengertian Konflik Sosial……………………………………

  20 4. Pengertian Novel…………………………………………….

  22 5. Kajian Struktural…………………………………………….

  23 6. Pengertian Pendekatan Sosiologi Sastra…………………….

  24 7. Teori Konflik Sosial…………………………………………..

  26

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………...… 27

A. Jenis Penelitian…………………………………………………….

  27 B. Sumber Data……………………………………………………….

  27 C. Teknik Pengumpulan Data………………………………...………

  28 D. Teknik Analisis Data…………………………………...………….

  28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...……. 30 A. Deskripsi Data……………………………………………………..

  30 B. Analisis Data……………………………………………...……….

  30

  1. Tokoh dan Penokohan……………………...…………………

  31 2. Alur atau Plot………………………………………………….

  63 3. Keadaan Sosial………………………………………………..

  68

  4. Konflik Sosial…………………………………………………

  69 C. PEMBAHASAN…………………………………………………..

  74 BAB V PENUTUP………………………………………………………. 78 A. Kesimpulan………………………………………………………..

  78 B. Implikasi…………………………………………………………..

  81 C. Saran ………………………………………………………………

  81 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….

  83 LAMPIRAN………………………………………………………………

  85 BIODATA………………………………………………………………..

  88

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pemikiran, perasaan,

  pengalaman, ide-ide, gagasan, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa.

  Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa manusia menggunakan karya sastra sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan, pengalaman, pemikiran, dan sebagainya. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.

  Menurut Jakob Sumarjo dan Saini, sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, sedang yang dimaksud dengan pikiran di sini adalah pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran dan semua kegiatan manusia (1986 : 2).

  Tjahyono (1987 : 159) mengatakan sastra dibagi menjadi tiga genre, yaitu drama, puisi, dan prosa. Prosa merupakan salah satu genre sastra dibagi menjadi dua, yaitu prosa fiksi dan prosa non fiksi. Novel termasuk salah satu jenis prosa fiksi. Novel adalah cerita yang mengisahkan bagian penting dari episode kehidupan manusia dan diikuti perubahan nasib.

  Sumardjo (dalam Sayekti 1998 : 4) mengatakan, untuk dapat memahami atau menelaah karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan analisis intrinsik adalah memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat ditemukan dalam karya sastra. Tokoh, tema, latar, alur, sudut pandang, bahasa, dan amanat adalah unsur intrinsik dalam karya sastra. Lewat unsur inilah karya sastra dapat dianalisis.

  Peneliti memilih novel sebagai objek penelitiannya karena novel menyajikan kehidupan itu sendiri. Sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial, Walaupun karya sastra juga meniru alam dan kehidupan subjektivitas manusia (Wellek dan Waren dalam Semi, 1990:90).

  Sumarjo (1981: 12) mengatakan bahwa novel adalah produk masyarakat. Novel berada di masyarakat karena novel dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat. Faruk (1999:29) menyatakan bahwa novel adalah cerita tentang suatu pencarian yang tergradasi akan nilai-nilai yang otentik yang dilakukan oleh seorang hero yang promblematik dalam suatu dunia yang juga tergradasi.

  Jadi, jelas bahwa kesusastraan dapat dipelajari dari disiplin ilmu sosial juga.

  Novel di pihak lain, umumnya memiliki lebih dari satu plot: terdiri dari satu plot utama dan subplot. Plot utama berisi konflik utama yang menjadi inti persoalan yang diceritakan sepanjang karya itu, sedangkan sub- subplot adalah berupa (munculnya) konflik - konflik tambahan yang bersifat menopang, mempertegas, dan mengintensifkan konflik utama untuk sampai ke klimaks. Plot - plot tambahan atau sub-subplot tersebut berisi konflik - konflik yang mungkin tidak sama kadarnya “kepenting-annya” atau perannya terhadap plot utama. Masing-masing subplot berjalan sendiri, bahkan mungkin sekaligus dengan penyelesaian sendiri pula, namun harus tetap berkaitan satu dengan yang lain dan tetap dalam hubungannya dengan plot utama (Nurgiyantoro, 1995: 12).

  Dalam penelitian ini, peneliti terdorong untuk menganalisis konflik sosial yang terdapat dalam novel “Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli

  Contract” karya Emil W. Aulia. Salah satu novel tentang uraian keadilan

  (Millioenen uit Deli). Yang menceritakan tentang jutaan kekejaman yang terjadi di Deli, sesuatu yang bagi orang Belanda amat terlarang untuk diketahui. Perbudakan yang nyata terjadi di Deli. Dari suatu masyarakat Kristen yang berkuasa di tanah Sumatera Timur ini, telah mengantarkan kita pada kenyataan bahwa orang Belandalah yang berkuasa di sini. Di Deli, hampir tidak ada gereja, tempat beribadah, tempat memuja Tuhan. Orang- orang Kristen di Deli tidak merayakan Hari Kebangkitan atau Pantekosta.

  Hanya ada satu gereja katolik di Medan.

  Pada awal abad XX haraga seorang manusia Indonesia tidak lebih mahal dari seekor sapi. Perdagangan manusia benar-benar terjadi (dan diiklankan) pada masa itu. Berlomba-lomba para makelar memasang advertensi mencari dan menyalurkan tenaga kerja untuk mengurus pohon di sebuah perkebunan. Bukan sembarang pohon, tapi konon pohon berdaun uang. Orang pun berbondong-bondong pergi ke tanah yang bernama Deli itu.

  Sampai di sana, bukan pohon uang yang ditemukan tetapi para tuan kebun Belanda yang menjadikan mereka kuli kontrak.

  Perbudakan terjadi di balik rimbunnya daun-daun tembakau. Tak banyak yang tahu bahwa tembakau Deli yang terkenal di seluruh dunia, akarnya telah menyerap keringat, air mata, dan darah para kuli. Kolusi terjadi antara para penguasa daerah dengan tuan kebun. Poenale Sanctie menjadi tameng yang melegalkan kekejaman mereka. Tak ada hukum yang melindungi para kuli. Sampai seorang advokat mengungkapkan perbudakan yang keji di dalam sebuah tulisan berjudul Millioenen uit Deli. Sebuah tulisan yang menggemparkan negeri Belanda pada tehun 1902.

  Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract menarik untuk diteliti karena bahasanya yang lugas dan mudah dipahami. Selain itu terdapat konflik-konflik sosial dalam perbudakan di Deli meliputi konflik antara kuli dengan kuli, konflik kuli dengan tuan asistennya, konflik antara tuan tanah dengan orang-orang melayu, konflik antara lelaki cina dengan kuli-kuli Jawa, dan konflik-konflik juga kekejaman para penguasa daerah dengan tuan kebun. Pesan moral yang ingin disampaikan juga sangat bermanfaat untuk pembaca dan mudah ditemukan.

  Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih menggunakan pendekatan sosiologi sastra untuk mendukung penelitiannya yang menaganalisis konflik sosial dalam sebuah novel. Pendekatan sosiologi sastra tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat terlepas dari realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat (Wiyatmi,2006:97). Menurut (Atar Semi, 1989:46), Pendekatan sosiologi sastra ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui sastra, pengarang mengungkapkan tentang suka duka kehidupan masyarakat yang mereka ketahui dengan sejelas-jelasnya.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah tokoh, penokohan, dan alur serta keadaan sosial novel

  Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia ?

  2. Bagaimanakah konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat

  Koeli Contract karya Emil W. Aulia ? C.

   Tujuan

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Mendeskripsikan tokoh, penokohan, dan alur serta keadaan sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia.

  2. Mendeskripsikan konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia.

  D. Manfaat

  Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Manfaat yang ingin dicapai peneliti melalui penelitian tersebut antara lain:

  1. Penelitian ini dapat menambah koleksi penelitian dalam bidang kajian sastra, yaitu tentang konflik sosial dalam novel.

  2. Bagi guru Bahasa Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam pengajaran kesusastraan.

  3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang ingin meneliti konflik sosial khususnya konflik sosial dalam novel.

  4. Peneliti juga berharap agar penelitian mengenai sastra khususnya tentang konflik sosial dalam novel dapat dikembangkan dan dilanjutkan oleh para peneliti yang lain.

E. Batasan Istilah

  Agar tercapai kesamaan persepsi sebagai usaha dalam memahami penelitian ini, terdapat beberapa istilah berikut ini yang perlu untuk diketahui: a. Konflik Sosial

  Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya (http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik).

  b.

  Novel    “Novel adalah suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang isinya hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan pokok-pokok saja” (Santosa dan Wahyuningtyas, 2010: 46).

  c.

  Tokoh    “Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan mempunyai kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan” (Nurgiyantoro, 1995: 165).

  d. Penokohan Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165).

  e. Alur Alur itu merupakan rangkaian kejadian dan perbuatan, rangkaian hal yang dikerjakan atau diderita oleh tokoh dalam prosa fiksi (Hudson dalam Tjahyono, 1987 : 107).

  f. Pendekatan Sosiologi Sastra Pendekatan sosiologi sastra adalah suatu pendekatan yang bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat (Atar, 1989: 46).

F. Sistematika Penyajian

  Skripsi ini menggunakan sistematika penyajian, diawali dengan pendahuluan, kajian teori, dan metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kemudian penutup. Penelitian ini disajikan dan dibahas menjadi lima bab sebagai berikut: Bab satu merupakan pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika. Bab dua merupakan kajian teori terdiri dari penelitian yang relevan dan landasan teori. Bab tiga merupakan metodologi penelitian terdiri atas jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab empat merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Bab lima merupakan penutup terdiri dari kesimpulan, implikasi, dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Ada tiga penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa

  penelitian tentang Konflik Sosial Antar Tokoh NovelBerjuta-juta dari Deli

  Satoe Hikajat Koeli Contract” karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan

  Sosiologi Sastra masih relevan untuk dilaksanakan, yaitu yang pertama penelitian yang dilakukan oleh Maria Yulia Kusrini pada tahun 2008 dengan judul Konflik Sosial Novel Orang-Orang Malioboro Karya Eko Susanto

  suatu Tinjauan Sosiologi Sastra . Tujuan dari penelitian ini adalah

  mendeskripsikan konflik soaial yang merupakan cerminan kehidupan suatu kelompok masyarakat di suatu daerah, yaitu Malioboro.

  Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Tri Sakti Murti Astuti pada tahun 2010, Universitas Muhamadiyah Surakarta dengan judul Aspek Sosial

  dalam Kumpulan Cerpen “Protes” karya Putu Wijaya:Tinjauan Sosiologi Sastra . Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kajian struktur

  dalam kumpulan cerpen “Protes” karya Putu Wijaya dan memaparkan aspek sosial yang terkandung dalam kumpulan cerpen “Protes”.

  Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuti pada tahun 2011, Universitas Negeri Malang dengan judul Konflik Politik dan Sosial dalam Novel De Wints Karya Afifah Afra (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra).

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konflik politik dan konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat pada novel De Wints. Konflik politik yang terjadi meliputi perebutan kekuasaan, kapitalisme, dan motif ekonomi. Sedangkan konflik sosial meliputi permintaan kenaikan harga sewa tanah oleh pribumi dan perbedaan kelas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah deskripsi konflik politik yang terjadi dalam novel De Wints. Konflik tersebut meliputi perebutan kekuasaan antara pihak Belanda dan kaum pribumi dalam menjalankan perekonomian terutama di pabrik gula, kapitalisme yaitu kepemilikan modal, dan motif ekonomi yang menjadi dorongan terjadinya konflik politik. Selain itu konflik sosial yang berupa permintaan kenaikan sewa tanah oleh para pribumi yang tanahnya disewa oleh pihak pabrik (didominasi orang Belanda) dan perbedaan kelas sosial masyarakat baik antara pribumi dengan Belanda maupun antarpribumi itu sendiri.

B. Landasan Teori 1. Tokoh dan Penokohan

  Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi (Wiyatmi, 2006: 30). Menurut Abram melalui Nurgiyantoro (1995: 165) tokoh cerita adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan dalam berapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Dilihat dari segi peran dan tingkat pentingnya, terdapat tokoh utama dan tokoh sampingan. Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan mendominasi sebagian besar cerita. Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 1995: 176).

  Jika dilihat dari fungsi peranan tokoh, terdapat tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Menurut Altenbern dan Lewis melalui Nurgiyantoro (1995: 178) tokoh protagnis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, niai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik. Berdasarkan perwatakannya terdapat tokoh sederhana dan tokoh kompleks atau tokoh bulat. Tokoh sederhana (simple atau flat character) adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak tertentu saja. Sifat dan tingkah laku tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak saja (Nurgiyantoro, 1995: 182-182). Tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex atau round character) adalah tokoh yang memiliki dan diungkapkan berbagai sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam bahkan mungkin bertentangan dan sulit diduga. Oleh karena itu, perwatakannya pun pada umumnya sulit dideskripsikan secara tepat. Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan (Abrams melalui Nurgiyantoro, 1995: 183).

  Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan terdapat tokoh statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi (Altenbernd dan Lewis melalui Nurgiyantoro, 1995: 188). Tokoh statis memiliki sifat dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita.

  Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam maupun yang lain dan kesemuanya itu akan mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya (Nurgiyantoro, 1995: 188).

  Berdasarkan pencerminannya terdapat tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal (typical character) adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualias pekerjaannya atau kebangsaannya (Altenbernd dan Lewis melalui Nurgiyantoro, 1995: 190). Tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan, atau penunjukkan kepada orang, atau sekelompok orang yang terikat dalam sebuah lembaga atau seorang individu sebagai bagian dari sebuah lembaga, yang ada di dunia nyata. Tokoh netral (neutral

  character) adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia

  benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi (Nurgiyantoro, 1995: 191).

  Masalah penokohan daam sebuah karya tidak semata-mata hanya berhubungan dengan masalah pemilihan jenis dan perwatakan para tokoh cerita saja, melainkan bagaimana melukiskan kehadiran dan penghadirannya secara tepat sehingga mampu menciptakan dan mendukung tujuan artistik karya yang bersangkutan. Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya atau lengkapnya: pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh dapat dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, yaitu teknik ekspositori atau pelukisan secara langsung dan teknik dramatik atau pelukisan secara tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995: 194).

  a. Teknik Ekspositori Teknik ekspositori yang sering juga disebut sebagai teknik analitis, pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan seara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit- belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya (Nurgiyantoro, 1995: 195). b. Teknik Dramatik Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilan dalam drama, dilakukan secara tidak langsung.

  Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 1995: 198). Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik yang meliputi.

  1) Teknik Cakapan Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. 2) Teknik Tingkah Laku

  Teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku, dalam banyak dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya. 3) Teknik Pikiran dan Perasaan

  Bagaimana keadaan dan jalan pikiran serta perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang (sering) dipikir dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat kediriannya juga.

  4) Teknik Arus Kesadaran Teknik arus kesadaran (stream of consciousness) berkaitan erat dengan teknik pikiran dan perasaan. Abrams melalui

  Nurgiyantoro menyatakan bahwa arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak (1995: 206).

  a) Teknik Reaksi Tokoh Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap, tingkah laku orang lain, dan sebagainya berupa rangsang dari luar diri tokoh yang bersangkutan. Bagaimana reaksi tokoh terhadap hal-hal tersebut dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya.

  b) Teknik Reaksi Tokoh Lain Reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain. c) Teknik Pelukisan Latar Suasana latar (tempat) sekitar tokoh juga sering dipakai untuk melukiskan kediriannya.

  d) Teknik Pelukisan Fisik Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak, pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya, bibir tipis menyaran pada sifat ceriwis dan bawel, rambut lurus menyaran pada sifat tidak mau mengalah, dan sebagainya.

2. Alur

  Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Hal itu beralasan sebab kejelasan plot, kejelasan tentang kaitan antarperistiwa yang dikisahkan secara linear akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Plot memang mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya peristiwa-peristiwa yang susul-menyusul namun ia lebih dari sekedar jalan cerita itu sendiri (Nurgiyantoro, 1995: 111). Agar menjadi sebuah plot, peristiwa-peristiwa itu haruslah disiasati secara kreatif, sehingga hasil pengolahan dan penyiasatan itu sendiri merupakan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan (Nurgiyantoro, 1995: 113).

  Luxemburg mengemukakan alur pada dasarnya merupakan deretan peristiwa dalam hubungan logik dan kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku (Wiyatmi, 2006: 49). Brooks menuturkan alur atau plot adalah struktur yang terdapat dalam fiksi atau drama (Tarigan, 1984: 126). Stanton juga mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau yang menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Nurgiyantoro, 1995: 113). Pernyataan Stanton juga didukung pernyataan Kenny bahwa plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat (Nurgiyantoro, 1995: 113).

  Nurgiyantoro (1995: 153-163) membedakan alur atau plot berdasarkan urutan waktu, jumlah, dan kepadatan. Berdasarkan kriteria urutan waktu alur atau plot dibedakan menjadi:

  a. Lurus atau progresif Plot dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama diikuti peristiwa oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa- peristiwa yang kemudian. Atau, secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan, konfliks), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). b. Sorot balik atau flash-back Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal

  (yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika), melainkan mungkin dari tahap tengah, atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap cerita dikisahkan. Karya yang berplot jenis ini, dengan demikian langsung menyuguhkan adegan-adegan konflik, bahkan barangkali konflik yang telah meruncing, padahal pembaca belum lagi dibawa masuk mengetahui situasi dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik dan pertentangan itu, yang kesemuanya itu dikisahkan justru sesudah peristiwa-peristiwa yang secara kronologis terjadi sesudahnya.

  c. Campuran Secara garis besar plot sebuah karya sastra progresif, tetapi di dalamnya, betapapun kadar kejadiannya, sering terdapat adegan-adegan sorot-balik. Demikian pula sebaliknya, hal itu disebabkan jika yang demikian terjadi, pembaca akan sangat sulit, untuk tidak dikatakan tidak bisa, mengikuti cerita yang dikisahkan yang secara terus menerus dilakukan secara mundur. Pengkategorian plot sebuah karya sastra ke dalam progresif atau flash-back, sebenarnya lebih didasarkan pada nama yang lebih menonjol. Hal itu disebabkan pada kenyataannya sebuah cerita umumnya akan mengandung keduanya, atau berplot campuran: progresif-regresif.

  Karya sastra yang lengkap mengandung cerita, pada umumnya mengandung delapan bagian alur, yaitu: eksposisi, rangsangan, konflik, rumitan, klimaks, leraian, dan penyelesaian (Hariyanto, 2000: 38). Uraiannya sebagai berikut: 1) Eksposisi

  Eksposisi atau paparan adalah bagian karya sastra yang berisi keterangan mengenai tokoh serta latar. Biasanya eksposisi terletak pada bagian awal karya tersebut. Dalam tahapan ini pengarang memperkenalkan para tokoh, menjelaskan tempat peristiwa, memberikan gambaran peristiwa yang terjadi. 2) Rangsangan

  Rangsanagan adalah bagian alur ketika muncul kekuatan, kehendak, kemauan, sikap, pandangan yang saling bertentangan.

  Bentuknya berupa yang segera terjadi setelah bagian eksposisi terakhir serta memulai timbul konflik.

  3) Konflik Konflik atau tikaian adalah tahapan ketika suasana emosional memanas karena adanya pertentangan dua atau lebih kekuatan.

  Pertentangan atau konflik tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat: manusia dengan alam, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan dirinya sendiri, dan manusia dengan penciptanya.

  4) Rumitan Rumitan atau komplikasi merupakan tahapan ketika suasana semakin panas karena konflik semakin mendekati puncaknya.

  5) Klimaks Klimaks atau titik puncak cerita. Bagian ini merupakan tahapan ketika pertentangan yang terjadi mencapai titik optimalnya.

  Peristiwa dalam tahap ini merupakan pengubah nasib tokoh. Bagian ini, terutama dipandang dari segi tanggapan emosional pembaca, menimbulkan puncak ketegangan. 6) Leraian

  Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks dan krisis, merupakan peristiwa yang menunjukkan perkembangan lakuan ke arah selesaian. Dalam tahap ini kadar pertentangan mereda.

  7) Penyelesaian Penyelesaian merupakan bagian akhir alur cerita. Dalam tahap ini biasanya rahasia atau kesalahpahaman yang bertalian dengan alur cerita terjelaskan.

3. Pengertian Konflik Sosial Konflik sosial (social conflict), yaitu konflik antar manusia.

  Perbedaan pendapat, kepentingan atau tujuan merupakan sumber terjadinya konflik semacam ini. Setiap hari kita melihat atau mengalami sendiri konflik semacam ini (Likumahua, 2001:82).

  Konflik merupakan satu elemen yang sangat vital di dalam karya sastra. Di samping menggambarkan konflik, karya sastra juga terkadang membahas solusi dari konflik tersebut bagaimana pengarang, melalui tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa di dalam karyanya menyelesaikan konflik dan mengungkapkan efeknya terhadap penyelesaian seluruh masalah yang dibahas dalam karya tersebut (= resolution atau

  denouement) . Jadi suatu karya sastra membentuk, membahas, dan

  menyelesaikan konflik sebagai suatu cermin kehidupan nyata manusia yang dapat diambil manfaat dan kemungkinan mengalami konflik yang sama (Likumahua, 2001:83).

  Menurut (Nurgiyantoro, 1995 : 122) Konflik (conflict), yang

  notabene adalah kejadian yang tergolong penting (jadi ia akan berupa

  peristiwa fungsional yang utama atau kernel), merupakan unsur esensial dalam pengembangan plot. Pengembangan plot sebuah karya naratif akan dipengaruhi untuk tidak dikatakan: ditentukan oleh wujud dan isi konflik, bangunan konflik yang ditampilkan. Kemampuan pengarang untuk memilih dan membangun konflik melalui berbagai peristiwa (baik aksi maupun kejadian) akan sangat menetukan kadar kemenarikan, kadar suspense, cerita yang dihasilkan.