KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER 1 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

  

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL ORANG-ORANG PROYEK

KARYA AHMAD TOHARI DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XI SEMESTER 1

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

  

Oleh

Zusron Zuhdi

081224021

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2013

  

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL ORANG-ORANG PROYEK

KARYA AHMAD TOHARI DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XI SEMESTER 1

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

  

Oleh

Zusron Zuhdi

081224021

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2013

HALAMAN PERSEMBAHAN

  

Seiring rasa syukur kehadirat Allah SWT, karya ini

kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku, yang telah menjadi pahlawan bagiku:

  

Bapak Badawi

Ibu Wasiti

Adikku, yang selalu memberikan keceriaan bagiku:

  Windi Asti Putranti

Sahabat hati, yang dengan sabar mendampingiku:

B. Lisa Andika Permatasari

  MOTTO Senantiasa, Beriman

  Berdoa Berusaha Bersabar Berserah diri pada-Nya

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 12 Juli 2013 Penulis

  Zusron Zuhdi

  

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Zusron Zuhdi Nomor Mahasiswa : 081224021 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL ORANG-ORANG PROYEK

KARYA AHMAD TOHARI DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN

RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

KELAS XI SEMESTER 1

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal 12 Juli 2013 Yang menyatakan,

  Zusron Zuhdi

  

ABSTRAK

  Zuhdi, Zusron. 2013. Konflik Batin Tokoh Utama Novel Orang-orang Proyek

  Karya Ahmad Tohari dalam Tinjauan Psikologi Sastra dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi.

  Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh utama dalam novel Orang-orang

  Proyek

  karya Ahmad Tohari. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan alur, tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Orang-orang Proyek untuk mengetahui konflik batin tokoh utama dan relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 1.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengungkapkan alur, tokoh, penokohan, latar, psikologi novel, dan konflik batin tokoh utama. Langkah yang ditempuh peneliti adalah: (1) menganalisis alur, tokoh, penokohan, dan latar (2) mendeskripsikan psikologi novel berdasarkan analisis kebutuhan menurut teori Abraham Maslow, (3) mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dan (4) mendeskripsikan relevansi novel Orang-orang Proyek dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 1 yang dikaji dari segi bahasa, perkembangan psikologis, dan latar belakang budaya siswa.

  Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju, (2) tokoh Kabul merupakan tokoh utama, sedangkan tokoh tambahan dalam novel ini, yaitu Pak Tarya, Mak Sumeh, Wati, Ir. Dalkijo, Basar, Tante Ana, dan Samad, (3) konflik batin tokoh utama muncul dikarenakan tidak terpenuhinya beberapa aspek berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan akan cinta dan keberadaan, tidak terpenuhinya kebutuhan akan penghargaan, dan tidak terpenuhinya akan aktualisasi diri, (4) relevansi novel sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas

  XI semester 1 dengan mempertimbangkan a) tiga aspek penting, yaitu aspek bahasa, aspek psikologi, aspek latar belakang budaya dan b) silabus, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

  

ABSTRACT

  Zuhdi, Zusron. 2013. The Inner Conflict of Main Character in a Novel Orang-

  orang Proyek Written by Ahmad Tohari in Terms of Physcological Literatur and Its Relevance on the Literature Learning in Senior High School Grade XI Semester 1. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

  This research reviews the inner conflict of the main character in a novel entitled “Orang-Orang Proyek” written by Ahmad Tohari. The purpose of this research is to describe a plot, characters and characterization in a novel entitled

  Orang-Orang Proyek

  in order to find out the inner conflict of the main character and its relevance to the literature learning in Senior High School grade XI, semester 1. This research is a descriptive qualitative research. Descriptive method is used to reveal the plot, character, and characterization and an inner conflict of the main character. The steps which are taken by the researcher are (1) Analyzing the plot, character, characterization, and background (2) Describing the physcological novel according Abraham Maslo, (3) Describing the inner conflict of the main character based on the needs analysis of Abraham Maslow’s theory, (4) Describing the relevance of the novel “Orang-Orang Proyek” to the literature learning of Senior High School students, grade XI, semester 1 which is assessed in terms of language, psychological development, and cultural background of the students.

  The result of the analysis can be concluded that (1) A plot which is used in this novel is an advance plot (2) Kabul is the main character, while the additional characters in this novel are Pak Tarya, Mak Sumeh, Wati, Ir. Dalkijo, Basar, Tante

  Ana, and Samad

  , (3) The inner conflict in this novel appears because there is no fulfillment of some aspects such as the needs of love and existence, needs of appreciation, and there is no fulfillment in self-actualization based on a theory which is proposed by Abraham Maslow, (4) The relevance of the novel is used as the literature learning materials in Senior High school, grade XI, semester 1 with the consideration of (a) three important aspects such as language aspect, physiology aspect, cultural background aspect, and (b) syllabus, standard competence, competence standard, and lesson plan.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan ridho- Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

  

Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel “Orang-orang Proyek” Karya Ahmad

Tohari Dalam Tinjauan Psikologi Sastra dan Relevansinya pada Pembelajaran

Sastra di SMA Kelas XI Semester 1

  . Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan, nasihat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan penghargaan sebagai rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma,

  2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah,

  3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang dengan sabar dan pengertian memberikan nasihat dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelasikan skripsi ini.

  5. Seluruh dosen PBSID yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu kepada penulis.

  6. Sekretariat PBSID yang telah membantu kelancaran perkuliahan penulis.

  7. Karyawan perpustakaan USD yang telah membantu penulis untuk mendapatkan segala referensi,

  8. Orang tuaku tercinta, Badawi, S.Pd., dan Wasiti, S.Pls., yang selama ini dengan tulus mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis.

  9. Adikku tercinta, Windi Asti Putranti yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis.

  10. B. Lisa Andika Permatasari, S.Pd., yang telah memberi dukungan yang luar biasa selama penyusuan skripsi ini.

  11. Teman-teman PBSID angkatan 2008, yang selalu menjadi inspirator bagi penulis.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

  Penulis Zusron Zuhdi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

  i

  

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN

  iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

  iv

HALAMAN MOTTO

  v

  

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vii

ABSTRAK

  viii

  ABSTRACT

  ix

KATA PENGANTAR

  x

DAFTAR ISI

  xii

  DAFTAR TABEL

  xv

BAB I PENDAHULUAN

  1

  1.1 Latar Belakang Masalah

  1

  1.2 Rumusan Masalah

  3

  1.3 Tujuan Penelitian

  4

  1.4 Manfaat Penelitian

  4

  1.5 Batasan Istilah

  5

  1.6 Sistematika Penyajian

  6 BAB II LANDASAN TEORI

  8

  2.1 Penelitian Terdahulu

  8

  2.2 Kajian Pustaka

  9

  2.2.1 Unsur Intrisik Karya Sastra

  9

  2.2.1.1 Alur (plot)

  9

  2.2.1.2 Tokoh

  13

  2.2.1.3 Penokohan

  14

  2.2.1.4 Latar

  16

  2.2.2 Psikologi Sastra

  18

  2.2.3 Psikologi Abraham Maslow

  20

  2.2.3.1 Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan

  22

  2.2.3.2 Kebutuhan akan Penghargaan

  23

  2.2.3.3 Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

  23

  2.2.4 Konflik Batin

  24

  2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA

  25

  2.2.5.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

  25

  2.2.5.2 Bahan Ajar Pembelajaran Sastra di SMA

  29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  32

  3.1 Jenis Penelitian

  32

  3.2 Sumber Data

  32

  3.3 Teknik Pengumpulan Data

  33

  3.4 Teknis Analisis Data

  33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  34

  4.1 Deskripsi Data

  34

  4.2 Analisis Struktural Novel

  34

  4.2.1 Alur

  35

  4.2.2 Tokoh

  47

  4.2.3 Penokohan

  47

  4.2.4 Latar

  66

  4.3 Analisis Psikologi dalam Novel Orang-orang Proyek

  72

  4.3.1 Tidak terpenuhinya kebutuhan akan cinta dan keberadaan

  72

  4.3.2 Tidak terpenuhinya kebutuhan akan penghargaan

  74

  4.3.3 Tidak terpenuhinya kebutuhan akan aktualisasi diri

  77

  4.4 Konflik Batin Tokoh Utama

  80

  4.5 Pembahasan

  87

  4.6 Relevansi Novel sebagai Bahan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Kelas XI Semester 1

  92

  4.6.1 Aspek Bahasa

  93

  4.6.2 Aspek Psikologi

  95

  4.6.3 Aspek Latar Belakang Budaya

  97

  4.6.4 Silabus 100

  4.6.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 101

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 113

  5.1 Kesimpulan 113

  5.2 Implikasi 117

  5.3 Saran 117

DAFTAR PUSTAKA

  119

  LAMPIRAN

  121

BIODATA PENULIS

  144

  DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 SK dan KD Pembelajaran Keterampilan Berbahasa ………………… 27

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pembelajaran sastra tidak akan pernah lepas dari pembelajaran Bahasa Indonesia karena bahasa merupakan bahan pokok dari sastra. Pembelajaran dan pengajaran sastra sangat penting karena sastra mempunyai relevansi dengan masalah- masalah dunia nyata. Karya sastra sebagai wujud penggambaran dari dunia nyata bisa dijadikan ukuran bagi siapa saja untuk introspeksi, tidak terkecuali untuk dunia pendidikan dan pembelajaran. Dunia pendidikan pada saat ini sangat membutuhkan solusi yang tepat agar masalah-masalah yang ada dapat terselesaikan dengan cara yang berpendidikan. Oleh karena itu, melalui pengajaran sastra yang tepat dan bahan ajar yang menarik serta relevan, pembelajaran bahasa Indonesia dapat memberikan sumbangan dalam memecahkan masalah dalam masyarakat.

  Rahmanto (1988: 16) memaparkan terdapat empat manfaat dari pengajaran sastra terhadap dunia pendidikan. Manfaat yang pertama adalah pengajaran sastra mampu membantu keterampilan berbahasa siswa. Kedua, melalui pengajaran sastra, siswa diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan budayanya. Ketiga, pengajaran sastra mampu mengembangkan cipta dan rasa. Keempat, pengajaran sastra mampu menunjang pembentukan watak siswa.

  Dalam kenyataannya, pengajaran sastra kurang menarik bagi siswa. Bagi siswa, bahan yang digunakan dalam pembelajaran sastra terlalu membosankan. Apakah dari materi yang disampaikan atau dari segi penyampaian materi oleh pendidik? Pembelajaran di sekolah, khususnya sastra, terkadang membuat sastra sendiri semakin ditinggalkan karena pemanfaatan bahan yang monoton dan kurang menarik bagi siswa. Ketika siswa merasa bosan dalam pembelajaran, konsentrasi belajar mereka akan semakin berkurang. Akibatnya, tujuan pembelajaran sastra tidak akan tercapai secara maksimal.

  Dalam memilih bahan pembelajaran sastra, pendidik harus mempertimbangkan relevansi bahan ajar, nilai yang terkandung dalam karya sastra itu, dan psikologi siswa. Oleh karena itu, penulis mencoba memanfaatkan bahan yang menarik, mengandung nilai kejujuran dan keteguhan, serta sesuai dengan tahap psikologi siswa. Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba menemukan relevansi novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 1.

  Penulis memilih karya sastra tersebut karena di dalamnya banyak sekali digambarkan bagaimana nilai kejujuran serta keteguhan hati diuji. Kabul, sebagai tokoh utama mampu menggambarkan bagaimana nilai-nilai kejujuran serta keteguhan hati dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang sama sekali tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dimiliki Kabul. Tindakan korupsi yang marak terjadi di lingkungan sekitarnya tidak membuatnya tertarik untuk mengikutinya. Ia justru tetap pada pendiriannya untuk selalu bersikap jujur, walaupun ia harus menemui berbagai rintangan dalam hidupnya. Perasaan (batin) dalam diri Kabul selalu mendapatkan pikiran Kabul yang konsisten terhadap prinsip yang dia pegang lagi-lagi dihadapkan oleh permasalahan yang dia hadapi. Konflik batin yang dialami Kabul tidak membuatnya goyah akan pendiriannya. Meski Kabul mendapat tentangan yang membuat perasaan batinnya diuji, dia tetap menjunjung tinggi prinsip yang dia pakai, terlihat melalui sikap jujurnya.

  Nilai-nilai dalam diri Kabul itulah yang akan diterapkan dalam diri siswa melalui pembelajaran sastra. Sebelumnya, peneliti akan menganalisis kepribadian tokoh Kabul dalam novel tersebut untuk lebih meyakinkan bahwa karakter tokoh yang diciptakan oleh Ahmad Tohari itu patut diterapkan dalam kehidupan siswa.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang ada, penulis membatasi dan merumuskan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut.

  a. Bagaimanakah unsur alur, tokoh, penokohan, dan latar yang membentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari?

  b. Bagaimanakah konflik batin tokoh utama dalam novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari? c. Bagaimanakah relevansi konflik batin tokoh utama dalam novel Orang-orang

  Proyek

  karya Ahmad Tohari dengan pembelajaran sastra di SMA Kelas XI Semester 1?

  1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

  a. Mendeskripsikan unsur alur, tokoh, penokohan, dan latar yang membentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari.

  b. Mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari.

  c. Mendeskripsikan relevansi konflik batin tokoh utama dalam novel Orang-

  orang Proyek

  karya Ahmad Tohari dengan pembelajaran sastra di SMA Kelas XI Semester 1.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan sumbangan sebagai berikut.

  a. Bagi dunia sastra, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kajian sastra, khususnya kajian sastra dari sudut psikologi.

  b. Bagi peneliti sastra, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan informasi mengenai karya sastra, khususnya novel Orang-orang

  Proyek karya Ahmad Tohari.

  c. Bagi pembelajaran sastra di SMA, khususnya yang berkaitan dengan hasil penelitian mengenai novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa bahan ajar yang relevan.

1.5 Batasan Istilah

  a. Novel Novel adalah cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Wahyuningtyas, 2010: 47)

  b. Konflik Konflik adalah sesuatu yang dramatis, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi-aksi balasan (Wellek dan Warren via Nurgiyantoro, 2007: 122).

  c. Konflik batin (internal conflict) Konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seseorang (atau: tokoh-tokoh) cerita. Jadi, konflik batin merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia (Nurgiyantoro, 1995: 124).

  d. Alur (plot) Alur (plot) adalah kontruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan atau dialami oleh para pelaku (Luxemburg via Fananie, 1984: 149) e. Tokoh Tokoh adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam sutau karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu aeperti yang diekspresikan dalamu capan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 165) f. Penokohan

  Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones via Nurgiyantoro, 1995: 165) g. Latar

  Latar adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 206)

  h. Psikologi Psikologi adalah ilmu jiwa yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia (Atkinson via Minderop, 2010: 3) i. Psikologi Sastra

  Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra (Endraswara via Minderop, 2010: 59).

1.6 Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian dalam skripsi ini akan terbagi dalam lima bab. Bab I akan menguraikan mengenai (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah,

  (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) batasan istilah, dan (f) sistematika penyajian. Bab II menguraikan mengenai landasan teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang terdiri dari (a) penelitian terdahulu yang relevan, (b) kajian pustaka yang meliputi unsur intrinsik karya sastra, psikoanalisis Abraham Maslow, Psikologi Sastra, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Pembelajaran Sastra di SMA. Bab III adalah metodologi penelitian yang berisi (a) jenis penelitian, (b) data penelitian, (c) teknik pengumpulan data, dan (d) teknik analisis data. BAB IV berisi hasil dan pembahasan, meliputi (a) analisis alur, tokoh, penokohan, dan latar yang membentuk konflik batin tokoh utama, (b) analisis psikologi novel, (c) konflik batin tokoh utama, dan (d) relevansi novel sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. BAB V berisi tentang (a) kesimpulan, (b) implikasi, (d) dan saran. Bagian akhir skripsi ini terdapat daftar pustaka.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

  Peneliti menemukan penelitian yang serupa dan ada hubungannya dengan topik penelitian. Penelitian yang relevan dengan topik ini, yaitu penelitian Andrey Pranata (2009) dan Ardiyonsih Pramudya (2012).

  Penelitian Andrey Pranata, berjudul Novel Orang-orang Proyek Karya Ahmad

  Tohari: Analisis Sosiologi Sastra

  yang disusun pada tahun 2009. Pendekatan yang digunakan adalah sosiologi sastra dan menggunakan metode deskriptif. Hasil dari penelitian tersebut adalah analisis latar, alur, penokohan, tema, serta menguraikan nilai-nilai sosiologis yang terdapat dalam novel Orang-orang Proyek. Persoalan yang diangkat dalam novel ini adalah persoalan korupsi yang terjadi dalam pembangunan jembatan di Sungai Cibawor dan masalah percintaan yang dialami oleh Kabul dan Wati.

  Penelitian Ardiyonsih Pramudya yang berjudul Problem Sosial Novel Orang-

  orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Budaya

  yang disusun pada tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa problem sosial yang terdapat dalam novel Orang-orang Proyek adalah korupsi, kemiskinan, pelanggaran terhadap norma masyarakat, pencurian, dan permasalahan birokrasi. Kedua penelitian diatas sama-sama membahas novel Orang-orang Proyek dari segi sosiologi sastra. Berkaitan dengan penelitian ini, kedua penelitian di atas membahas novel tersebut dari segi sosiologi sastra, sedangkan peneliti membahas novel tersebut dari segi psikologi sastra. Untuk itu, kedua penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran awal bagi peneliti untuk mengembangkan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Unsur Intrinsik Karya Sastra

  Unsur intrinsik karya sastra yang digunakan dalam penelitian ini ada empat hal, yaitu, alur, tokoh, penokohan, dan latar. Empat hal tersebut nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk mengetahui hal apa saja yang menimbulkan konflik batin tokoh utama. Karena konflik batin tokoh utama akan terbentuk melalui empat hal tersebut.

2.2.1.1 Alur (plot)

  Secara sederhana alur dapat didefinisikan sebagai sebuah rangkaian cerita dalam cerkan yang menunjukkan hubungan sebab akibat (Wahyuningtyas, 2010: 4).

  Dalam analisis cerita, alur sering juga disebut dengan plot. Sebuah urutan peristiwa yang ingin disampaikan pastilah menggunakan urutan waktu yang runtut, entah dari awal peristiwa itu terjadi maupun sebaliknya. Plot dapat diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam suatu cerita (Siti Sundari via Fananie, 2002: 93). Dapat dikatakan bahwa alur adalah suatu urutan cerita atau peristiwa yang teratur dan padu. Antara peristiwa yang satu dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dahulu dengan yang kemudian saling berhubungan dan saling terkait. Kaitan antara peristiwa tersebut hendaknya jelas, logis, dapat di awal, tengah, atau akhir (Nurgiyantoro, 1995: 142). Alur atau plot dapat diartikan sebagai jalan atau urutan cerita yang menunjukkan sebab akibat dan mewakili keseluruhan isi cerita.

1. Unsur-unsur Plot

  a) Peristiwa Dalam sebuah karya sastra pastilah ada kejadian atau peristiwa yang diangkat. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan lain (Luxemburg via Nurgiyantoro, 1995: 117). Peristiwa dapat dibedakan dalam tigal, yaitu peristiwa fungsional, peristiwa kaitan, peristiwa acuan. Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang menentukan dan atau mempengaruhi perkembengan plot. Urut-urutan peristiwa yang fungsional merupakan inti cerita sebuah karya fiksi yang bersangkutan. Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa penting dalam pengurutan penyajian cerita. Peristiwa acuan adalah peristiwa yang secara tidak langsung berpengaruh dan atau berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu pada unsure-unsur lain. Dalam hubungan ini, bukannya alur dan peristiwa penting, melainkan bagaiman suasana alam dan batin dilukiskan. b) Konflik Konflik adalah tahapan ketika suasana emosional memanas karena adanya pertentangan dua atau lebih kekuatan (Hariyanto, 2000: 39). Menurut Nurgiyantoro

  (1995: 122), konflik adalah kejadian yang tergolong penting (jadi, ia akan berupa peristiwa fungsional, utama), merupakan unsur yang esensial dalam pengambangan plot. Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek & Warren via Nurgiyantoro, 1995: 122). Dalam hal ini, konflik mengarah pada hal yang negatif. Bisa dikatakan, konflik adalah pertentangan antara dua pihak yang keduanya saling mempertahankan pendirian masing-masing. Dalam sebuah cerita, apabila tidak ada konflik akan membuat cerita tersebut menjadi monoton dan biasa-biasa saja.

  Konflik yang ada pada sebuah cerita akan membuat cerita semakin menarik dan menimbulkan rasa penasaran oleh penikmatnya. Menurut Nurgiyantoro, konflik dapat dibedakan menjadi 2, yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal adalah konflik antara satu tokoh dengan yang lain, atau antara tokoh dengan lingkungan (Baribin, 1985: 62). Sementara konflik internal adalah adalah pertentangan dan keinginan di dalam diri seorang tokoh.

  c) Klimaks Klimaks merupakan hal yang sangat penting dalam struktur plot. Apabila konflik eksternal dan konflik internal telah mencapai titik puncak maka akan menyebabkan konflik. Klimaks adalah saat konflik sudah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat itu dan saat itu merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari kejadiannya (Stanton via Nurgiyantoro, 1995: 127). Klimaks akan muncul tergantung pada konflik yang dibuat oleh pengarang.

2. Tahapan alur

  Untuk memperoleh keutuhan sebuah plot cerita, Aristoteles mengemukakan bahwa sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal, tahap tengah, tahap akhir (Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 142). Ketiga tahap tersebut perlu dikenali, terutama jika bermaksud menelaah plot karya fiksi yang bersangkutan.

  a) Tahap awal Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut dengan perkenalan. Tahap perkenalan biasanya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap berikutnya. Fungsi pokok tahap awal sebuah cerita adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan.

  b) Tahap tengah Tahap tengah cerita dapat juga disebut dengan tahap pertikaian, menampilkan pertentangan dan atau komflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan. Bagian tengah cerita merupakan bagian terpanjang dan terpenting dari sebuah karya fiksi yang bersangkutan. Pada bagian inilah cerita disajikan tokoh-tokoh memainkan peran, peristiwa penting fungsional dikisahkan, konflik berkembang semakin meruncing, menegang, dan mencapai klimaks, dan pada umumnya tema pokok, makna cerita pokok diungkapkan. c) Tahap akhir Tahap akhir sebuah cerita, atau dapat juga disebut dengan tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi, bagian ini berisi tentang kesudahan cerita, atau menyaran bagaimanakah akhir dari sebuah cerita.

2.2.1.2 Tokoh

  Menurut Sumardjo (1986: 144), tokoh adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam plot. Tokoh dalam sebuah cerita merupakan objek yang menjalankan sebuah cerita.

  Pada dasarnya tokoh dibagai menjadi dua jenis yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap peristiwa di dalam suatu peristiwa (Stanton via Santoso, 2010: 7). Dalam sebuah cerita, tokoh menjadi pemeran utama yang mewakili topik yang diangkat. Tugas pokok tokoh dalam cerkan adalah melaksanakan atau membawa tema cerita menuju ke sasaran tertentu. Oleh karena itu, cerita tanpa pelaku sulit menggiring masalah ke tujuan yang ingin dicapai (Santoso, 2010: 6). Abrams mengemukakan, tokoh adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang diakukan dalam tindakan.

  Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi dua, tokoh utama dan tokoh tambahan. Menurut Nurgiyantoro (1995: 176-178), tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Di lain pihak, kehadiran tokoh tambahan lebih sedikit dibandingkan dengan tokoh utama.

2.2.1.3 Penokohan

  Penokohan adalah sifat dan sikap para pelaku cerita. Menurut Sumardjo (1986: 63), sebagian besar tokoh-tokoh karya fiksi adalah tokoh rekaan. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk menaikkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot, dan tema. Hubungan tokoh dengan aspek lain dalam sebuah karya sastra tidak bisa dipisahkan. Istilah tokoh menunjuk pada orang (pelaku cerita), sedangkan watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang ditafsirkan oleh pembaca. Jones (dalam Nurgiyantoro, 1995: 165) menyebutkan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

  Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995: 165) adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Untuk menilai karakter tokoh dapat dilihat dari apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan (Abrams via Fananie, 2002: 87).

  Dalam menentukan karakteristik sebuah tokoh, penulis sastra harus memperhatikan kewajaran watak tokoh tersebut. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar, sewajar bagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran dan perasaan (Nurgiyantoro, 1995: 167).

1. Teknik Pelukisan Tokoh

  Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya: pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal yang berhubungan dengan jati diri tokoh

  • – dapat dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, yaitu teknik penjelasan, ekspositori

  (expository) dan teknik dramatik (dramatic). (Abrams via nurgiyantoro, 1995: 194).

  Sebenarnya para ahli menyebut kedua teknik tersebut dengan sebutan mereka sendiri. Contoh, Abrams menyebut kedua teknik tersebut dengan sebutan teknik uraian

  (telling)

  dan teknik ragaan (showing) tapi pada dasarnya mempunyai pengertian dan esensi yang sama. Dalam penokohan, kedua cara itu yang paling dominan digunakan oleh para pengarang tergantung pada selera pengarang dan penceritaan.

  (a) Teknik Ekspositori

  Dalam hal ini pelukisan tokoh cerita dihadirkan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbeli-belit, melainkan begitu saja dan langsung diberikan deskripsi kehadirannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya (Nurgiyantoro, 1995: 195). Cara ini cukup efektif dan ekonomis. Pengarang dengan cepat dan singkat dapat mendeskripsikan kehadiran tokoh ceritanya. Contoh dari metode ekspositori dapat dilihat dari penggalan novel Katak Hendak Jadi Lembu berikut ini.

  Bapaknya yang masih senang duduk di atas kursi rotan itu jadi menteri di kantor kabupaten patih Sumedang. Ia sudah lebih dari separuh baya–sudah masuk bilangan orang tua, tua umur -tetapi bedanya masih muda rupanya. Bahkan hatinya pun sekali- kali belum boleh dikatakan “tua” lagi, jauh dari itu. Barang dimana ada keramaiandi Sumedang atau di desa-desa yang tiada jauh benar dari kota itu, hamper ia selalu kelihatan. Istimewa dalam adat kawin, yang diramaikan dengan permaianan seperti tari menari, tayuban, dan lain-lain, seakan-akan dialah yang jadi tontonan! Sampai pagi mau ngibing, dengan tiada berhenti-hentinya. Hampir disegala perkara dia selalu di atas dan terkemuka …. Rupanya dan cakapnya. Memang dia pantang kerendahan, perkataannya pantang dipatahkan. Meskipun ia hanya berpangkat manteri kabupaten dan “semah” pula di negeri Sumedang, tetapi hidupnya tak dapat dikatakan berkekurangan. Rumahnya bagus, lebih daripada sederhana.

  Terlihat dari contoh di atas, mulai kalimat pertama cerita telah mengarah pada deskripsi kehadiran tokoh.

  (b) Teknik Dramatik

  Penampilan tokoh cerita, dalam teknik dramatic, artinya mirip dengan yang ditampilkan dalam drama, dilkukan secara tak langsung (Nurgiyantoro, 1995: 198).

  Dalam hal ini, pengarang tidak mendeskripsikan secara langsung tokoh yang ditampilkan. Pengarang menampilkan tokoh melalui berbagai aktivitas yang dilakukan. Teknik ini tidak langsung mencakup karakterisasi melalui dialog-apa yang dikatakan penutur, jati diri tokoh, nada suara, penekanan dialeg, kualitas mental tokoh, dan kosa kata tokoh.

  Latar, dalam sebuah prosa tidak dapat ditingglkan, karena latar berfungsi sebagai penggambaran sebuah peristiwa itu dilukiskan atau terjadi. Biasanya, latar mengarah kepada tempat kejadian atau dimana peristiwa itu terjadi. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995: 216) menyatakan, latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa itu terjadi. Latar dibedakan atas tiga hal, yaitu:

  1. Latar Tempat Menurut Nurgiyantoro (1995: 227), latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar tempat dimaksukkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita. Penggunaan latar tempat adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata. Latar tempat dalam sebuah novel biasanya meliputi berbagai lokasi. Terlepas dari itu, tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan fungsional (Nurgiyantoro, 1995: 228).

  2. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan “kapan” peristiwa itu terjadi. Masalah waktu dalam karya naratif, menurut Genette (dalam Nurgiyantoro, 1995: 231) dapat bermakna ganda. Latar waktu menyaran pada waktu penceritaan dan waktu penulisan cerita, selain itu, menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita. Kejelasan waktu yang diceritakan sangat penting dalam sebuah cerita. Karena tanpa kejelasan urutan waktu, pembaca tidak akan memahami jalannya cerita.

  Waktu yang dijadikan latar dalam cerita harus wajar, sesuai dengan perkembangan waktu sejarah yang menjadi acuannya. Masalah waktu dalam karya fiksi juga sering dihubungkan dengan lamanya waktu yang dipergunakan dalam cerita (Nurgiyantoro, 1995: 232). Latar waktu harus juga dikaitkan dengan latar tempat dan sosial. Keadaan suatu yang diceritakan harus mengacu pada waktu tertentu karena tempat itu akan berubah sejalan dengan perubahan waktu.

  3. Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi

  (Nurgiyantoro, 1995: 233). Tata cara lehidupan sosial masyarakt mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang kompleks, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Selain itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas. Latar sosial berperan menentukan apakah sebuah latar, khususnya latar tempat, menjadi khas.

2.2.2 Psikologi Sastra

  Pada hakikatnya ilmu sastra dapat dikaitkan atau dapat didekati dengan ilmu ilmu lain. Feminis, sosiologi, poskolonial, psikologi adalah beberapa pendekatan yang bisa diterapkan untuk menelaah sebuah karya sastra. Sastra mempunyai sifat komplek dan imajintif, karena sastra adalah hasil imajinasi pengarangnya. Maka proses pemikiran dari pengarang yang melahirkan sebuah karya sastra erat kaitannya dengan kejiwaan pengarang. Melihat hal itu, salah satu pendekatan yang bisa digunakan untuk menelaah karya sastra adalah psikoanalisis atau psikologi sastra.

  Psikologi sastra bukan hanya meneliti mengenai hasil karya sastra seseorang namun sekaligus juga meneliti aspek kejiwaan dari pengarang karya sastra tersebut.

  Psikologi berasal dari kata Yunani, psyche, yang mempunyai pengertian jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi psikologi berarti ilmu jiwa yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia (Atkinson via Minderop, 2010: 3). Pada dasarnya psikologi sastra dibangun atas dasar-dasar asumsi genesis, dalam kaitannya dengan asal-usul karya, artinya, psikologi sastra dianalisis dalam kaitannya dengan psike dengan aspek-aspek kejiwaan pengarang (Minderop, 2010;52). Dalam psikologi sastra tidak akan bisa lepas dengan aspek kejiwaan pengarang. Pengarang sebagai ‘dalang’ dari sebuah karya sastra sangat mempengaruhi hasil karya sastra tersebut.

  Kejiwaan pengarang mampu membuat suatu karya sastra menjadi baik untuk dinikmati atau tidak, karena kejiwaan orang tidak mungkin bisa sama atau stabil.

  Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sangat indah, karena dapat memahami sisi kedalaman manusia (Endraswara via Minderop, 2010: 59).

  Untuk penerapan psikologis sebagai salah satu cara menganalisis sebuah karya sastra, peneliti diharapkan terlebih dahulu mengetahui sedikit mengenai ilmu psikologis. Abrams menyatakan, sebelum dilakuakan telaah bagaimana hubungan antara kepribadian pengarang dan karya sastra, terdapat beberapa unsur yang perlu diketahui. Pertama, Kita perlu mengamati si pengarang untuk menjelaskan karyanya.

  Telaah dilakukan terhadap eksponen yang memisahkan dan menjelaskan kualitas khusus suatu karya sastra melalui referensi kualitas nalar, kehidupan, dan lingkungan si pengarang. Kedua, kita perlu mengamati si pengarang terlepas dari karyanya, caranya, kita amati biografi pengarang untuk merekonstruksi si pengarang dari sisi kehidupannya dan menggunakan karyanya sebagai rekaman kehidupan dan perwatakan. Ketiga, kita perlu membaca suatu karya sastra untuk menemukan cerminan kepribadian si pengarang di dalam karya tersebut.

  Terkait dengan hubungan antara sastra dan psikologi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, suatu karya sastra harus merefleksikan kekuatan, kekaryaan, dan kepakaran penciptanya. Kedua, karya sastra harus memiliki keistimewaan dalam hal gaya dan perasaan pengarang. Ketiga, masalah gaya, struktur dan tema karya sastra harus saling terkait dengan elemen-elemen yang mencerminkan pikiran dan perasaan individu, tercakup didalamnya:pesan utama, permintaan, gelora jiwa, kesenangan dan ketidaksenangan yang memberikan kesinambungan dan hubungan terhadap kepribadian.

2.2.3 Psikologi Abraham Maslow Teori yang ditemukan Maslow ini terkenal dengan sebutan teori kepribadian.

  Namun, Maslow menyebutnya dengan teori holistik-dinamis karena teori ini menganggap bahwa keseluruhan dari seseorang terus-menerus termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan bahwa orang mempunyai potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis, yaitu aktualisasi diri. Kaitannya dengan dunia psikologi, menurut Maslow psikologis haruslah manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi haruslah mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku yang tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran (Walgito, 2010: 91). Maslow melandasi teori kepribadiannya dengan motivasi sebagai penggerak tingkah laku manusia. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam individu sebagai hasil kesatuan terpadu yang memiliki tujuan atau keinginan tertentu, yaitu mewujudkan kebutuhan-kebutuhan manusiawi sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan tidak sadar.

  Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia memiliki tingkatan, tingkatan kebutuhan manusia yang dimaksud, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Naisaban, 2004: 278—279). Kebutuhan dasar dan universal tersebut jika disusun tampak sebagai berikut.

  1. Kebutuhan akan aktualisasi diri

  2. Kebutuhan akan penghargaan

  3. Kebutuhan akan cinta dan keberadaan

  4. Kebutuhan akan keamanan

  5. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan yang ada di bawah, pemuasnya lebih mendesak daripada kebutuhan yang ada di atasnya. Konsep hierarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan yang ada di bawah harus terpenuhi paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di atasnya menjadi hal yang memotivasi (Feist & Feist, 2010: 331). Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kebutuhan dasar manusia menurut Maslow yang akan diuraikan berkaitan dengan konflik batin tokoh utama, yaitu kebutuhan akan cinta dan keberadaan, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ketiga kebutuhan ini berkaitan erat dalam membentuk konflik batin tokoh utama.

2.2.3.1 Kebutuhan akan cinta dan keberadaan

  Pada tahun 1970 Maslow berpendapat, orang akan membutuhkan cinta dan keberadaan, seperti keinginan untuk berteman; keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak; kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan masyarakat, atau Negara (via Feist & Feist, 2010: 333).

Dokumen yang terkait

KONFLIK BATIN TOKOH KABUL DALAM NOVEL ORANG-ORANG KONFLIK BATIN TOKOH KABUL DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 0 11

PENDAHULUAN KONFLIK BATIN TOKOH KABUL DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 1 33

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MUNAJAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY : TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MUNAJAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY : TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

1 3 11

TEKANAN BATIN TOKOH PANCE DALAM NOVEL TOPENG JERO KETUT KARYA SUNARYONO BASUKI KS TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 71

STRUKTUR NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI SERTA IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Dae

0 0 112

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM ENAM CERPEN PADA KUMPULAN CERPEN CERITA PENDEK TENTANG CERITA CINTA PENDEK KARYA DJENAR MAESA AYU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program

0 0 128

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG MALIOBORO KARYA EKO SUSANTO PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra S-1 Program Studi Sastra Indonesia

0 0 99

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL CATATAN BUAT EMAK KARYA AHMAD TOHARI SERTA IMPLEMENTASI ASPEK TOKOH DAN ASPEK TEMA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendi

0 3 145

PERASAAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RADIT DAN JANI KARYA RIO RINALDO SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 79

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

0 0 138