KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG MALIOBORO KARYA EKO SUSANTO PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra S-1 Program Studi Sastra Indonesia

  

KONFLIK SOSIAL

DALAM NOVEL ORANG-ORANG MALIOBORO

KARYA EKO SUSANTO

PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

  

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra S-1

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh

Maria Yuliana Kusrini

NIM: 034114045

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

  

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

   MOTTO DAN PERSEMBAHAN Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pengkotbah 3 : 11) Belajarlah melupakan hal yang tidak berguna.

  Sebaliknya, kenanglah dengan senang hati semua yang indah

  (F.P) Jangan menoleh dengan penuh kemarahan, jangan pula memandang ke depan dengan ketakutan, tetapi dengan mata terbuka pandanglah sekelilingmu. (J.T) Mengenal dan menerima kelemahan sendiri adalah kekayaan yang paling besar. (Paulina dr Mallinckrodt) Skripsi ini kupersembahkan kepada :

  • Kedua orang tuaku dan seluruh keluarga besarku
  • Semua orang yang peduli dan sangat menyayangiku ….. thanks all …

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

   Nama : Maria Yuliana Kusrini Nomor Mahasiswa : 034114045

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Konflik Sosial Dalam Novel Orang-orang Malioboro Karya Eko Susanto

Pendekatan Sosiologi Sastra

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini, yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 13 Oktober 2008 Yang menyatakan

  Maria Yuliana Kusrini

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta,

  31 Juli 2008 Penulis Maria Yuliana Kusrini

  

ABSTRAK

Kusrini, Maria Yuliana, 2008, Konflik Sosial

Dalam Novel Orang-orang Malioboro

Karya Eko Susanto

  

Pendekatan Sosiologi Sastra

  Penelitian ini menganalisis konflik sosial yang terjadi dalam novel Orang-orang

  

Malioboro karya Eko Susanto. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

  pendekatan sosiologi sastra yang bertumpuan bahwa karya sastra mencerminkan kehidupan dalam suatu masyarakat. Konflik sosial yang dibahas peneliti, merupakan cerminan kehidupan suatu kelompok masyarakat di suatu daerah, yakni Malioboro.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menganalisis tokoh dan penokohan, keadaan sosial masyarakat dalam

  Orang-orang Malioboro, dan konflik sosial yang terjadi dalam Orang-orang Malioboro.

  Hasil analisis tokoh dan penokohan, menunjukkan bahwa tokoh Ciko sebagai tokoh utamanya. Kehadiran Ciko dalam novel Orang-orang Malioboro paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku ceritanya langsung maupun sebagai pencerita dari beberapa tokoh yang lainnya. Keadaan sosial orang-orang di Malioboro juga ditunjukkan secara nyata, dan hal itu juga mempengaruhi perilaku tiap-tiap tokohnya dalam menghadapi suatu peristiwa.

  Konflik sosial yang terjadi dalam novel Orang-orang Malioboro, merupakan konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. Tiap-tiap tokoh dalam novel ini, memiliki konflik yang terjadi di lingkungan sosialnya, baik konflik yang terjadi antarindividu maupun antarkelompok. Tokoh Ciko sebagai tokoh utama sekaligus sebagai tokoh yang menceritakan tokoh-tokoh lain, juga mengalami konflik sosial, namun konflik sosial yang banyak diceritakan adalah konflik yang dialami oleh teman- teman Ciko dan konflik yang dialami oleh kelompok pedagang kakilima di Malioboro, yang juga melibatkan Ciko. Namun secara individu, tokoh Ciko diceritakan jarang terlibat konflik secara langsung dengan tokoh-tokoh yang lain.

  Konflik yang paling banyak terjadi adalah konflik antara pedagang kakilima dengan pihak-pihak lain, seperti (1) para pemilik toko, (2) pihak kecamatan, (3) pihak pamong praja. Konflik-konflik yang terjadi biasanya berhubungan dengan lokasi berjualan dan berbagai hal yang berhubungan dengan tata tertib atau izin berdagang. Konflik antara berbagai pihak ini, selalu dimenangkan oleh pihak pemerintah. Pedagang kakilima selalu menjadi pihak yang kalah dan pada akhirnya hanya dapat berlapang dada untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan para pemerintah. Berbagai konflik sosial yang terjadi memiliki beberapa tujuan yang melatarbelakangi kemunculan konflik, yakni (1) ingin mengurangi saingan, (2) memberi pelajaran pada pihak lain yang tidak disukai, (3) membalas dendam, (4) perebutan kekuasaan, (5) ingin mendapatkan penghormatan, dan (5) mempertahankan ego masing-masing pihak.

  

ABSTRACT

Kusrini, Maria Yuliana, 2008, Social Conflict

In the Novel Orang-orang Malioboro

  

By Eko Susanto

Sociological Literature Approach

  The research analyzed social conflicts which were encountered in the Novel

  

Orang-orang Malioboro by Eko Susanto. The approach which was used in this novel was

  a sociological literature approach, an approach which was based on the insight that a literature work reflects the life of a community. The social conflict which was described by the writer was a reflection of the life of the community living in a community called Malioboro.

  The method which was used was the decriptiptive method. This method was used to analyze the characters as well as the characterization, the social community condition of the people in the novel, and the social conflicts which were there in the novel Orang-

  orang Malioboro

  The result of the charaters and characters analyses showed that Ciko was the main character. Ciko’s presence in the novel was the most presented both as one of the characters and the narrator. The social condition of the Malioboron people was also explicitly exhibited, and this influenced the characters’ attitude in facing any event.

  The social conflict in the novel Orang-orang Malioboro was the kind of conflict which was always happened in the Malioborons’ real life. Each character in the novel had his or her own conflict in his social environment, both between individuals as well as between groups. Ciko, as the main character and the narrator who told about other characters, also found himself in social conflicts, but the conflict which was the most often told was the conflict among Ciko’s friends and the conflict experienced by the group of street sellers in Malioboro, a group of which Ciko was also a member. But as an individual, Ciko was said as very rarely involved in a direct conflict with other characters

  The most frequently happened was the conflict between the strret-sellers against other groups, such as (1) shop-owners, (2) the district authority, and (3) the district governmental security called “pamong praja”. These conflicts were very often dealt with the location of their business, and many others which had any connection to regulation and permission to do business. These conflicts among various groups were always ended with the gorvernmental bodies as the winner. The street-sellers were always the one to be condemned, who could only be light-heated at end to obey all regulations which were set by the government. The various conflicts which happened had some objectives as the background of the emergence of the conflicts themselves: (1) to eliminate competitors, (2) to teach other disliked groups manners, (3) to revenge, (4) to seize power, (5) to get respect, and (6) to defend group’s ego.

  

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih yang dicurahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semuanya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka, dengan setulus hati penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada :

  1. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum, sebagai pembimbing I, yang dengan segenap hati telah membimbing penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

  2. Ibu Susilowati Endah Peni Adji, S.S. sebagai pembimbing II yang juga dengan setulus hati membimbing penulis dan memberi banyak masukan dan kritikan pada penulis.

  3. Pak Heri Antono, yang telah menjadi dosen akademik angkatan 2003. Terima kasih atas dorongan dan semangat yang telah diberikan pada penulis.

  4. Para dosen yang telah mengajar dan membagi ilmunya pada penulis selama penulis menyelesaikan studi di USD. Pak Rahmanto, Pak Yapi, Pak Praptomo, Pak Santosa, Pak Ari, Pak Putu, Pak Arwan, Pak Heri Mardiyanto, Pak Heri Santosa, Pak Nur, dan semua dosen yang pernah mengajar penulis, selama penulis berkuliah mulai tahun 2003.

  5. Staf Sekretariat Sastra. Maturnuwun atas bantuannya. Maaf aku sering merepotkan.

  6. Perpustakaan USD dan para karyawannya. Terima kasih atas bantuannya selama ini.

  7. Orangtuaku dan seluruh keluarga besarku... Matur sembah nuwun untuk semuanya. Akhirnya aku bisa selesaiin skripsiku.. Fiuh...satu hutangku terlunas sudah!!!

  8. Sr. Agustine Prawirodisastro, OSU. Maturnuwun atas bantuan dan dorongan yang selama ini telah diberikan pada Rini.

  9. Firla, maturtengkyu atas masukan topiknya ya!!!

  10. Irez Munyongku Sayang.... hehehe makasih ya Mun... untuk semuanya...! Kapan

  11. Cemolku chayank.... thanks untuk semangat dan semuanya ya!!! Akhirnya skripsiku selesai... Bersemangat!!! Hadapi semuanya dengan senyum... haha....

  12. Suster Martha, thanks atas pinjaman bukunya. Tuk Tuti, Lia ‘Nyonyo’, Yuni, Uchi, Prima, Melia, ‘Mamah’ en ‘Papah’nya, Desy, Firla, Helen thanks buat kebersamaan yang udah kita lalui selama ini dan semangat yang kalian bagikan untukku. Tak lupa untuk temanku yang jauh di sana, Azwar... thanks untuk doa dan semangatnya.

  13. Thanks buanget to semua rekan-rekanku yang gak bisa aku sebutkan satu persatu yang selalu mendukung dan memotivasi aku tuk selesai skripsi ini. Tidak lupa teman-temanku semua... Anak Sastra Indonesia angkatan 2003 dan semua yang kenal aku, cayo semangat!!

  Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peminat karya sastra.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...........................................................iv

HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS......................................................v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................................vi

ABSTRAK.....................................................................................................................vii

ABSTRACT...................................................................................................................viii

KATA PENGANTAR....................................................................................................ix

DAFTAR ISI...................................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

  1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................1

  1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5

  1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................5

  1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................6

  1.5 Tinjauan Pustaka............................................................................................6

  1.6 Landasan Teori...............................................................................................7

  1.6.1 Tokoh dan Penokohan..................................................................7

  1.6.2 Konflik sosial.................................................................................9

  1.6.3 Sosiologi Sastra............................................................................10

  1.7 Metode Penelitian..........................................................................................13

  1.7.1 Jenis Penelitian............................................................................13

  1.7.2 Pendekatan...................................................................................13

  1.7.3 Pengumpulan Data......................................................................14

  1.7.4 Analisis Data................................................................................14

  1.7.5 Sumber Data.................................................................................14

  BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN SERTA KEADAAN SOSIAL

DALAM NOVEL ORANG-ORANG MALIOBORO......................................17

  BAB III ANALISIS KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG MALIOBORO.....................................................50

  3.2.2.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial..........................................63

  3.2.2.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial............................59

  3.2.2 Konflik Sosial antara makabumi dan Pencopet................................59

  3.2.1.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial..........................................58

  3.2.1.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial............................55

  3.2.1 Konflik Sosial antara Jiwangga dan Massa.......................................55

  

3.2 Konflik Sosial antara individu dengan kelompok......................................55

  3.1.1.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial..........................................54

  3.1.1.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial............................50

  3.1.1 Konflik Sosial antara Bagio dan Jiwangga........................................50

  

3.1 Konflik Sosial antara Individu dengan Individu........................................50

  

2.3 Rangkuman....................................................................................................48

  

2.1 Tokoh dan Penokohan...................................................................................17

  

2.2 Keadaan Sosial...............................................................................................44

  

2.1.2.8 Tokoh Jiwangga...........................................................................42

  

2.1.2.7 Tokoh Bagio..................................................................................39

  

2.1.2.6 Tokoh Tiar....................................................................................38

  2.1.2.5 Tokoh Jon.................................................................................... 36

  2.1.2.4 Tokoh Pak Bangun......................................................................34

  

2.1.2.3 Tokoh Makabumi........................................................................32

  2.1.2.2 Tokoh Cak Tihan.........................................................................28

  

2.1.2.1 Tokoh Ciko...................................................................................19

  2.1.2 Penokohan.............................................................................................18

  2.1.1 Tokoh.....................................................................................................17

  

3.3 Konflik Sosial antara Kelompok dengan Kelompok..................................64

  dan Pemilik Toko di Malioboro...........................................................64

  3.3.1.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial............................64

  3.3.1.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial..........................................68

  3.3.2 Konflik Sosial antara Pedagang Kakilima dan Pihak Kecamatan................................................................................ 69

  3.3.2.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial.......................... 69

  3.3.2.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial........................................ 72

  3.3.3 Konflik Sosial antara Pedagang Kakilima dan Pamong Praja.............................................................................. 73

  3.3.3.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial.......................... 73

  3.3.3.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial........................................ 77

  

3.4 Rangkuman................................................................................................. 79

  BAB IV PENUTUP...................................................................................................... 81

  

4.1 Kesimpulan.................................................................................................. 81

  

4.2 Saran.............................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................85

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pada umumnya, seseorang hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam menjalankan aktivitas bermasyarakatnya tersebut, semuanya tidak selalu berjalan dengan baik. Ada kalanya, bahkan sering, seseorang dihadapkan pada suatu konflik, baik konflik dengan seseorang ataupun konflik dengan suatu kelompok. Konflik dapat ditimbulkan oleh banyak hal, misalnya saja perbedaan prinsip atau pola pikir, perbedaan kepentingan, keadaan sosial yang berlainan, dan lain sebagainya. Semakin berjejal orang berkumpul di suatu tempat, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik di sana. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia dan konflik saling berhubungan.

  Likumahuwa (2001 : 78) menganggap konflik sebagai sesuatu yang wajar dalam kehidupan umat manusia. Dari sejak penciptaan dunia ini, terutama manusia, konflik sudah mulai (konflik antara Allah Pencipta di satu pihak dengan Adam dan Hawa di pihak lain). Rasanya tidak sempurna kehidupan ini tanpa konflik. Jadi, konflik memang menyatu dengan kehidupan manusia dan merupakan salah satu unsur kelengkapannya. Namun, sangatlah ironis bahwa manusia selalu “membenci” konflik. Tidak ada seorang pun yang senang berkonflik dengan orang lain walaupun konflik itu terkadang tidak terhindarkan dan bisa dipakai sebagai salah satu cara mengungkap kebenaran.

  2 Di dalam sastra, dikenal tiga macam himpunan konflik dramatis. Pertama, konflik sosial, yaitu konflik antarmanusia. Perbedaan pendapat, kepentingan atau tujuan merupakan sumber terjadinya konflik semacam ini. Setiap hari kita melihat atau mengalami sendiri konflik semacam ini. Kedua, konflik batin, yaitu konflik yang terjadi di dalam diri seseorang. Ketiga, konflik elemental, yaitu konflik antara manusia dengan alam dan/atau dengan lingkungannya (Likumahuwa, 2001 : 78).

  Konflik sosial adalah pertentangan antara dua orang atau lebih ketika salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuat tidak berdaya. Suatu konflik sosial biasanya bersumber pada suatu masalah dalam masyarakat. Konflik dapat timbul karena adanya dua keinginan yang sama-sama kuat.

  Konflik sosial bisa diartikan sebagai perjuangan untuk mendapatkan nilai-nilai atau pengakuan status atau kekuasaan (Wikipedia, 2007 : 1). Menurut Nurgiyantoro (2005 : 124) konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia.

  Konflik sosial dapat ditemukan secara langsung pada tokoh Ciko dan beberapa orang temannya dalam novel Orang-orang Malioboro. Banyak pertentangan yang terjadi dan akhirnya menimbulkan konflik. Misalnya saja, konflik yang terjadi antara para pedagang kakilima yang berjualan di emperan toko kawasan Malioboro dengan para pemilik toko di Malioboro. Pemilik toko merasa terganggu dengan adanya pedagang kakilima di depan tokonya, mereka menganggap pedagang

  3 kakilima menutupi keberadaan toko dan barang dagangan mereka sehingga toko menjadi sepi dan barang dagangan mereka tidak laris terjual.

  Ada pula konflik yang terjadi antara para pamong praja dan pedagang angkringan serta pedagang kakilima. Pamong praja menggusur pedagang angkringan dari tempat yang biasa dipakai pedagang angkringan berjualan dengan alasan pedagang angkringan membuat jalanan menjadi terlihat tidak tertata rapi dan macet.

  Para pedagang angkringan yang tergusur merasa dirugikan dengan adanya penggusuran tersebut, karena tempat baru mereka bukan tempat yang strategis dan yang menjadi saingan mereka adalah penjual makanan lesehan. Para pedagang kakilima (salah satunya Ciko sebagai tokoh utamanya) juga akan merasakan dampak dari penggusuran pedagang angkringan tersebut. Mereka merasa kesusahan apabila hendak membeli makanan, karena lokasi berjualan pedagang angkringan yang baru nantinya berjauhan dari lokasi pedagang kakilima di bagian barat.

  Konflik antara pedagang kakilima dan pencopet juga terjadi dalam Orang-

  

orang Malioboro. Konflik sosial dalam Orang-orang Malioboro tidak hanya itu saja,

  masih ada konflik antara pedagang kakilima dan preman di Malioboro, konflik antara petugas keamanan Malioboro dengan pencopet, dan masih banyak konflik sosial yang terjadi lainnya. Konflik yang terjadi dalam Orang-orang Malioboro sebagian besar terjadi di Malioboro, namun ada beberapa konflik yang dialami Ciko dan teman- temannya ketika ia masih di Tanjung Karang.

  Novel yang ditulis Eko Susanto ini, menggunakan nama Ciko sebagai tokoh utamanya. Ciko diceritakan sebagai seorang laki-laki keturunan Jawa yang lahir dan

  4 besar di Tanjung Karang, Lampung. Ketika masih tinggal di Tanjung Karang, Ciko adalah seorang pemakai ganja. Banyak peristiwa buruk yang telah ia alami di Tanjung Karang. Pada akhirnya, ia pergi ke Yogyakarta dan berprofesi sebagai pedagang kakilima di Malioboro.

  Penelitian yang membahas masalah konflik sosial ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai masyarakat ke individu. Pendekatan ini menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat (Ratna, 2007 : 59). Sastra yang paling banyak dilakukan saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan ini beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari pelbagai segi struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain (Damono, 2002 : 11). Hal ini terlihat pada novel Orang-orang Malioboro yang dapat dikatakan sebagai cerminan dari kehidupan nyata masyarakat yang ada di kawasan Malioboro.

  Ada beberapa alasan mengapa penulis memilih novel Orang-orang

  

Malioboro karya Eko Susanto sebagai bahan penelitian. Pertama, novel ini

  mengungkapkan permasalahan yang menarik, yakni berbagai konflik sosial yang mayoritas terjadi di Malioboro, suatu tempat yang memiliki banyak keunikan dan selalu ramai dikunjungi. Kedua, Eko Susanto sebagai penulis menceritakan kejadian yang secara nyata pernah dialaminya ketika berprofesi sebagai pedagang kakilima di Malioboro melalui tokoh Ciko. Ketiga, penulis ingin mengungkapkan secara rinci konflik sosial yang ada dalam novel Orang-orang Malioboro, sekaligus

  5 mengungkapkan tokoh dan penokohan serta keadaan sosial tokoh-tokoh yang hendak dianalisis peneliti..

1.2 Rumusan Masalah

  Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

  1.2.1 Bagaimanakah tokoh dan penokohan serta keadaan sosial dalam

  Orang-orang Malioboro karya Eko Susanto?

1.2.2 Bagaimanakah konflik sosial yang ada dalam Orang-orang

  Malioboro?

1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

  1.3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan serta keadaan sosial dalam Orang-orang Malioboro karya Eko Susanto.

1.3.2 Memaparkan konflik sosial yang ada dalam novel Orang-orang Malioboro.

  6

  1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini hendaknya bermanfaat untuk : 1.4.1 menambah pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai keadaan sosial di Malioboro dan konflik sosial yang ada dan telah diceritakan dalam novel Orang-orang Malioboro

  1.4.2 menambah referensi dalam penelitian sastra Indonesia khususnya analisis novel dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra, 1.4.3 meningkatkan apresiasi sastra, melalui karya sastra yang berbentuk novel, 1.4.4 memperkaya referensi studi sosial yang membahas kehidupan sosial suatu daerah, yakni Malioboro, 1.4.5 para peneliti lain yang tertarik untuk membahas masalah sosial di

  Malioboro. Hendaknya penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi yang berguna.

  1.5 Tinjauan Pustaka Novel Orang-orang Malioboro merupakan novel pertama Eko Susanto.

  Kisah yang terdapat di dalam novel ini ditulis Eko berdasarkan pengalaman pribadinya. Sepengetahuan penulis, sampai saat ini novel Orang-orang Malioboro belum pernah diteliti. Penelitian yang secara khusus membahas konflik sosial dalam novel Orang-orang Malioboro tentunya juga belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penulis memilih topik penelitian ini untuk diteliti secara mendalam.

  7

1.6 Landasan Teori

  Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (i) tokoh dan penokohan, (ii) konflik sosial, dan (iii) sosiologi sastra.

1.6.1 Tokoh dan Penokohan

  Teori ini berfungsi untuk mengetahui keberadaan tokoh dan penokohan dalam Orang-orang Malioboro dan seberapa besar pengaruhnya pada konflik sosial yang terjadi di dalamnya.

1.6.1.1 Tokoh

  Tokoh menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007 : 165) adalah orang (- orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan oleh tindakan. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Keadaan ini justru sering berakibat kurang menguntungkan para tokoh cerita itu sendiri dilihat dari segi kewajarannya dalam bersikap dan bertindak. Tokoh cerita seolah-olah hanya sebagai corong penyampai pesan atau bahkan mungkin merupakan refleksi pikiran, sikap, pendirian, dan keinginan-keinginan pengarang (Nurgiyantoro, 2007 : 167).

  Walaupun tokoh cerita hanya sebagai tokoh ciptaan pengarang, namun harus menjadi tokoh yang hidup secara wajar, sebagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran dan perasaan (Nurgiyantoro, 2007 : 167). Tokoh cerita dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya, dibedakan

  8 menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian sekaligus berhubungan dengan tokoh lain. Tokoh tambahan adalah tokoh yang dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung (Nurgiyantoro, 2007 : 177).

1.6.1.2 Penokohan

  Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007 : 165). Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan, sebab masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan serta pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan juga menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007 : 166).

  Keadaan sosial para tokoh dalam Orang-orang Malioboro juga sangat berpengaruh penting dalam membangun terjadinya konflik. Dalam Kamus Umum

  

Bahasa Indonesia, keadaan berarti segala yang terdapat atau terjadi pada suatu

  peristiwa. Sedangkan sosial berarti berkenaan dengan masyarakat. Jadi, keadaan sosial adalah segala yang terdapat atau terjadi pada suatu peristiwa yang berkenaan dengan masyarakat (1982 : 14).

  9 Dalam penelitian ini, penulis hanya menganalisis masalah tokoh dan penokohan serta keadaan sosialnya saja. Penulis tidak menganalisis berdasarkan strukturalisme yang terdiri atas tema, alur, tokoh dan penokohan, serta latar, karena menurut penulis bagian tokoh dan penokohan serta keadaan sosiallah yang paling penting dan berperan besar pada perkembangan konflik. Sedangkan untuk bagian tema, alur dan latar sudah cukup dijelaskan dalam penggambaran dan analisis penulis.

  Menurut Nurgiyantoro (2005 : 164), tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Plot boleh saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat mempersoalkan, siapa yang diceritakan itu? Siapa yang melakukan sesuatu dan dikenai sesuatu, “sesuatu” yang dalam plot disebut sebagai peristiwa, siapa pembuat konflik, dan lain-lain adalah urusan tokoh dan penokohan.

1.6.2 Konflik Sosial

  Dalam Wikipedia (2007 : 1), konflik berasal dari dari kata kerja Latin

  

configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai

  suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) ketika salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu integrasi. Perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya adalah menyangkut kepentingan, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu

  10 masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antaranggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri (Wikipedia, 2007 : 1).

  Menurut Roberth C. North, tujuan kelompok-kelompok yang berkonflik tidak hanya mendapatkan nilai-nilai yang diinginkan tetapi juga menetralkan, melukai, atau mengurangi saingan-saingan mereka. Konflik dapat terjadi di antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, maupun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain (Sills, 1968 : 221-226). Teori ini dimaksudkan untuk mengetahui dan memperjelas mengenai apa itu konflik sosial dan keberadaan konflik sosial yang terjadi pada tiap-tiap tokoh dalam Orang-orang Malioboro.

1.6.3 Sosiologi Sastra

  Sosiologi sastra merupakan penelitian terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya dan proses-proses sosial termasuk didalamnya perubahan-perubahan sosial (Ratna, 2003 : 25). Meskipun sastra dan sosiologi adalah dua bidang yang berbeda garapan, namun dapat dikatakan saling melengkapi. Harus diakui bahwa telaah sastra dan telaah sosial memerlukan metode dan orientasi yang berbeda-beda. Sastra yang paling banyak dilakukan saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan ini beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari pelbagai segi struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain- lain (Damono, 2002 : 10-11).

  11 Sosiologi sastra merupakan suatu ilmu interdisipliner (lintas disiplin) antara sosiologi dan ilmu sastra. Pada mulanya dalam konteks sosiologi maupun ilmu sastra, sosiologi sastra merupakan suatu disiplin ilmu yang agak terabaikan. Ada kemungkinan penyebabnya karena objek penelitiannya yang dianggap unik dan eksklusif. Di samping itu, dari segi-segi hitoris, juga karena memang sosiologi sastra merupakan disiplin ilmu yang relatif baru, berbeda dengan sosiologi pendidikan yang sudah terkenal lebih dahulu (Saraswati, 2003 : 2).

  Namun, akhir-akhir ini sosiologi sastra semakin diminati banyak orang. Hal ini dapat disadari seiring dengan perubahan zaman yang memungkinkan sering terjadi interaksi antarmanusia. Kemungkinan antarmanusia merupakan aktivitas yang unik dan membutuhkan rasa keterpahaman. Sosiologi dianggap dapat membantu untuk memahami kehidupan manusia. Makin disadari bahwa kehidupan sosial manusia tidak hanya dibangun oleh serangkaian aksi dan interaksi yang sifatnya fisik, tetapi juga dibangun oleh sistem dan praktik-praktik penandaan atau simbolik (Saraswati, 2003 : 1).

  Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat, dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat. Pertama, karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketika subjek tersebut adalah anggota masyarakat. Kedua, karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat. Ketiga, medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui

  12 kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya mengandung masalah-masalah kemasyarakatan (Ratna, 2007 : 332-333).

  Menurut Ian Watt (dalam Damono, 1978 : 3), telaah suatu karya sastra dengan melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat mencakup 3 hal, yakni :

  (1) Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor- faktor sosial yang dapat mempengaruhi diri pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastra.

  (2) Sastra sebagai cermin masyarakat, sastra mungkin dapat mencerminkan keadaan masyarakat dan menampilkan fakta-fakta sosial dalam masyarakat.

  (3) Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan masyarakat bagi pembaca.

  Dari ketiga pendapat yang telah dikemukakan oleh Ian Watt di atas, penulis menggunakan teori yang kedua, yakni sastra sebagai cermin masyarakat. Teori sosiologi sastra ini dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek kemasyarakatan dalam Orang-orang Malioboro karena sastra merupakan cermin masyarakat.

  13

1.7 Metode Penelitian

  Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang akan ditempuh oleh peneliti dalam rangka mencari pemecahan masalah. Metode penelitian ini mencakup jenis penelitian, pendekatan, pengumpulan data, analisis data, dan sumber data.

  1.7.1 Jenis Penelitian

  Penelitian ini berupa penelitian pustaka yang digunakan untuk mendapatkan data yang konkret. Penelitian pustaka dilakukan dengan menelaah pustaka yang ada kaitannya dengan objek penelitian yakni novel Orang-orang Malioboro dan yang membahas masalah konflik sosial di dalamnya.

  1.7.2 Pendekatan

  Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang oleh beberapa orang disebut pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Dalam hal ini, sosiologi sastra bertugas menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayali dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asal-usulnya, tema dan gaya yang ada dalam karya sastra, yang bersifat pribadi itu harus diubah menjadi hal-hal yang sosial sifatnya (Damono, 2002 : 11). Peneliti menggunakan pendekatan ini karena Orang-orang Malioboro merupakan salah satu karya sastra yang mencerminkan kehidupan suatu masyarakat.

  14

  1.7.3 Pengumpulan Data

  Pengumpulan data akan diperoleh dengan cara teknik catat, yaitu mencatat data yang berasal dari buku-buku maupun artikel yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan novel Orang-orang Malioboro, masalah konflik sosial, dan masalah sosiologi sastra. Peneliti mengumpulkan data yang diperoleh kemudian mencatatnya pada sebuah buku atau kertas (Sudaryanto, 1993). Teknik ini digunakan penulis untuk mencatat data-data yang menjadi bagian dari novel Orang-orang

  Malioboro dan berhubungan dengan masalah penelitian di atas.

  1.7.4 Analisis Data

  Metode yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Peneliti membuat deskripsi dengan mencatat, kemudian menganalisis dan menginterpretasikan data yang akan diteliti (Mardalis, 1990 : 26). Dengan metode ini akan dicatat data-data yang berkaitan dengan konflik sosial dalam novel Orang-orang Malioboro dengan sudut pandang sosiologi sastra. Data tersebut akan dianalisis dan diinterpretasikan. Hasil analisis dan interpretasi tersebut dideskripsikan dalam bentuk laporan penelitian.

  1.7.5 Sumber Data Sumber data terdiri atas sumber data primer dan sumber data sekunder.

  1.7.5.1 Sumber data primer Judul buku : Orang-orang Malioboro

  15 Pengarang : Eko Susanto Penerbit : Insist Press, Yogyakarta Tahun terbit : 2005 Cetakan : Pertama Tebal buku : xii + 203 hlm

1.7.5.2 Sumber data sekunder

  Sumber data sekunder berupa hasil penelitian, artikel dari internet, dan pustaka-pustaka lain yang berhubungan dengan objek penelitian ini.

1.8 Sistematika Penyajian

  Hasil penelitian ini terdiri dari empat bab, yaitu :

  Bab I berisi pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, dan sistematika penyajian.

  Bab II berisi penggambaran tentang tokoh dan penokohan serta keadaan sosial tokoh dalam novel Orang-orang Malioboro. Pada bagian ini, akan digambarkan tokoh dan penokohan serta keadaan sosial dalam Orang-orang Malioboro.

  Bab III berisi pemaparan mengenai konflik sosial yang terjadi dalam Orang-

  

orang Malioboro. Pada bab ini, akan diuraikan latar belakang terjadinya konflik

sosial dan tujuan konflik sosial yang dialami oleh tiap-tiap tokohnya.

  16 Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksudkan adalah kesimpulan tentang penggambaran tokoh dan penokohan Ciko dan tokoh yang lain, keadaan sosial, serta konflik sosial menggunakan pendekatan sosiologi sastra dalam novel Orang-orang Malioboro.

BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN SERTA KEADAAN SOSIAL ORANG-ORANG MALIOBORO Pada bagian ini akan dianalisis tokoh dan penokohan serta keadaan sosial. Hal

  ini dimaksudkan untuk mengetahui pengambaran tiap tokohnya dan keadaan sosial masyarakat (pedagang kakilima) di Malioboro. Seluruhnya akan diuraikan sebagai berikut.

2.1 Tokoh dan penokohan

2.1.1 Tokoh

  Semua novel, di dalamnya terdapat tokoh yang berfungsi membentuk cerita, tidak terkecuali dalam novel Orang-orang Malioboro. Tokoh yang ada mencakup tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama dalam Orang-orang Malioboro adalah Ciko. Ciko paling banyak diceritakan dalam novel Orang-orang Malioboro dan dapat dikatakan sebagai tokoh pencerita dari segala permasalahan yang ada, baik sebagai orang yang terlibat secara langsung dalam suatu permasalahan maupun yang tidak terlibat secara langsung.

  Sedangkan tokoh tambahannya ada banyak, tokoh-tokoh ini merupakan tokoh yang bertugas membantu dan mendukung tokoh utamanya. Tokoh-tokoh tambahan yang ada dalam Orang-orang Malioboro adalah Cak Tihan, Pak Bangun, Jon, Makabumi, Udin, Dani, Mas Ipung, Rony, Irin, Tiar, Mbak Minah, Mbak Lasem, Jiwangga, Ismet, Kasdi Pratama, Jack, Adi Gemplo, Bagio, Budi, Hidir, Agus Acin, Richard, Mamak, Kharis, Andreas, Jaladri, Bapak Ciko, Ibu Ciko, Tokyo/Tukiyo, Gema Ratri, Ira Marlina, Hany Windaru, Kemala, Agus Gendheng, Mbah Jemi, para pemilik toko di Malioboro, para pamong praja, orang-orang kecamatan, preman, dan pencopet.

  Semua tokoh tambahan tersebut mempunyai peranan masing-masing, baik sebagai tokoh yang berfungsi menyampaikan pikiran dan perasaan tokoh utamanya maupun yang secara langsung kurang mendukung keberadaan tokoh utamanya. Cak Tihan, Makabumi, Pak Bangun, Jon, Tiar, Bagio, dan Jiwangga merupakan tokoh tambahan yang akan dianalisis penulis. Penulis memilih tokoh-tokoh tambahan tersebut karena tokoh-tokoh tambahan tersebut sangat mendukung keberadaan Ciko sebagai tokoh utamanya dan berperan cukup penting pada konflik yang terjadi dalam

  

Orang-orang Malioboro. Pengenalan tokoh-tokoh akan dibahas lebih lanjut dalam

penokohan masing-masing tokoh.

2.1.2 Penokohan

  Penokohan merupakan proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita. Penggambaran penokohan dapat dilakukan dengan memunculkan kebiasaan tokoh, sifat tokoh, sekaligus sifatnya yang terlihat dalam lakuan fisik (tindakan dan ujaran) dan lakuan rohani (renungan atau pikiran).

  Berikut ini akan diuraikan penokohan tokoh utama dalam Orang-orang

  

Malioboro, yakni Ciko dan beberapa tokoh tambahan yakni, Cak Tihan, Makabumi,

Pak Bangun, Jon, Tiar, Bagio, dan Jiwangga.

2.1.2.1 Ciko

  Ciko adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Ia putra keturunan Jawa yang lahir dan dibesarkan di Tanjung Karang, Lampung. Ayahnya pensiunan BUMN dan ibunya membuka warung di rumah mereka.

  (1) Ciko, orangtuanya Jawa, asli Kulon Progo, yang ditugaskan pada sebuah perusahaan jawatan di Tanjung Karang. ( Susanto, 2005 : 21)

  (2) Aku anak pertama dan adikku enam, tiga lelaki dan empat perempuan dalam sebuah rumah tangga sederhana, dan dua di antaranya telah berkeluarga. (Susanto, 2005 : 52)

  (3) Bapakku, dia telah pensiun beberapa tahun yang lalu dari sebuah perusahaan jawatan yang telah lama menjelma menjadi BUMN.

  Dulu dia bekerja sebagai POLSUSKA, polisi khusus kereta api. (Susanto, 2005 : 52)

  Ciko yang terlahir dari keluarga sederhana, memiliki orang tua yang lengkap dan sangat menyayanginya. Ibunya lembut dan selalu menjaga Ciko sejak kecil. Ayah Ciko pendiam dan sangat disegani anak-anaknya. Selain itu, ayah Ciko termasuk ayah yang sangat memperhatikan keinginan anak-anaknya.

Dokumen yang terkait

KONFLIK BATIN TOKOH BASRI DALAM NOVEL KETIKA LAMPU BERWARNA MERAH KARYA HAMSAD RANGKUTI (ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA) Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 1 93

PROSES PERJUANGAN KELAS DALAM NOVEL KABUT DAN MIMPI KARYA BUDI SARDJONO SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

1 3 102

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan daerah

0 4 167

GAYA HIDUP POSMODERN TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL MATA MATAHARI KARYA ANA MARYAM SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 108

SIKAP TOKOH SUBALI TERHADAP ADAT ISTIADAT DI BALI DALAM NOVEL TIBA-TIBA MALAM KARYA PUTU WIJAYA SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra S-1 Program Studi Sastra Indonesia

0 0 75

TEKANAN BATIN TOKOH PANCE DALAM NOVEL TOPENG JERO KETUT KARYA SUNARYONO BASUKI KS TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 71

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

0 0 191

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 139

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

0 0 97

PERILAKU NEGATIF DALAM NOVEL PECUN MAHAKAM KARYA YATIE ASFAN LUBIS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 2 83