BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1506591785bab 3 arahan kebijakan

RPJM Bidang Cipta Karya

BAB 3
ARAHAN KEBIJAKAN & RENCANA
STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG
CIPTA KARYA
3.1.

Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur
ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara

hirarkis memiliki

hubungan fungsional,

sedangkan


pola ruang adalah

distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola
ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak
huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan
ruang yaitu keharmonis antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan
dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan
sumberdaya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,
konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan
berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan
pembangunan.

Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman,


Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan
tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan
Bidang Cipta Karya.

(Kabupaten Kayong Utara)

III-1

RPJM Bidang Cipta Karya

Perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, membagi amanat
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat
penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat
pembangunan

Bidang

Pekerjaan


Umum,

serta amanat internasional. Konsep

perencanaan ini disajikan dalam gambar 2.1.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan
pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan,
reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta
green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada
masing- masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.

Sumber : Direktorat Bina Program,2014

Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional
karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi
angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen
(Kabupaten Kayong Utara)


III-2

RPJM Bidang Cipta Karya
Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan
nasional.

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan
dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas
pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka
waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada
tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”.

Dalam

penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut

dalam

pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

a.

Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan
penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan

sektor-sektor

terkait lainnya,

seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya
mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan
melalui pendekatan tanggap kebutuhan ( demand responsive approach) dan
pendekatan terpadu dengan sektor sumberdaya alam dan lingkungan hidup,
sumber daya air, serta kesehatan.

b.

Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi

diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management)
dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air
minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air
minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumbersumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.

c.

Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan
kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada
perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran

(Kabupaten Kayong Utara)

III-3

RPJM Bidang Cipta Karya
swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama

untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
d.

Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap
tahapan RPJMN, yaitu:


RPJMN ke 2 (2010-2014) : Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui
percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama
antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan
permukiman.



RPJMN ke 3 (2015-2019) :

Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh

masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan
perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dana kuntabel.

Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.


RPJMN ke 4 (2020-2024) : terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa
permukiman kumuh.

Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian
selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air
dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu.
Beberapa arahan dalam pembangunan bidang infrastruktur adalah sebagai berikut :


Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat (100% akses kepada sumber-sumber air minum)



Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung, didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan

berkelanjutan, efisien dan akuntable (kota tanpa permukiman kumuh).



Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang.



Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi.



Konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber
daya air dan pengembangan sumber daya air.



Pengembangan

infrastruktur


perdesaan,

terutama

untuk

mendukung

pembangunan pertanian.

(Kabupaten Kayong Utara)

III-4

RPJM Bidang Cipta Karya
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi peraturan
perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU No. 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.

UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas :
a. Menyusun

dan

melaksanakan

kebijakan

dan

strategi

pada

tingkat

kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c.

Menyelenggarakan
pelaksanaan

fungsi

kebijakan

operasionalisasi
kabupaten/kota

dan
dalam

koordinasi

terhadap

penyediaan

rumah,

perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan

pengawasan

dan

pengendalian

terhadap

pelaksanaan

peraturan perundang-undangan, kebijakan,strategi, serta program di bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f.

Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan
dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan
nasional.
i.

Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan
dan kawasan permukiman.

j.

Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

(Kabupaten Kayong Utara)

III-5

RPJM Bidang Cipta Karya

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu :

a. Menyusun

dan

menyediakan

basis

data

perumahan

dan

kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c.

Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturanperundang-undangan
serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan
dan permukiman bagi MBR.
f.

Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR
pada tingkat kabupaten/kota.

g. Memfasilitasi kerjasama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah
kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh
dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i.

Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Disamping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan
peningkatan

kualitas

terhadap

perumahan

kumuh

dan

permukiman

kumuh,

penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak huni
karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu
perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian,

dan

(Kabupaten Kayong Utara)

III-6

RPJM Bidang Cipta Karya
pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu
pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan bangunan
gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan
pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.
Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan
teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.
persyaratan status hak atas tanah,
mendirikan bangunan.

Persyaratan administratif meliputi

status kepemilikan bangunan gedung, dan izin

Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata

bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan
meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan
gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut :

a.

Keseimbangan,

keserasian,

dan

keselarasan

bangunan

gedung

dengan

lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan
gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya.

Disamping

itu,

sistem

penghawaan,

pencahayaan,

dan

pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
penghematan energi dalam bangunan gedung (amanat green building).
b.

Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.
Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas
bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.

c.

Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia
merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah
sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
(Kabupaten Kayong Utara)

III-7

RPJM Bidang Cipta Karya
rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah.
Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbunan sampah,
pendauranulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah.

Sedangkan kegiatan

penanganan sampah meliputi :
a.

pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,

b.

pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ketempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu,

c.

pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,

d.

pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah,

e.

pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya kembali ke lingkungan secara aman.

Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di tempat
pemrosesan

akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup tempat

pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan
mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.

3.1.2. Arahan Penataan Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 2008. RTRWN ini dijadikan sebagai pedoman untuk :
a.

Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

b.

Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c.

Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d.

Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar
wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,

e.

Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f.

Penataan ruang kawasan strategis nasional,dan

(Kabupaten Kayong Utara)

III-8

RPJM Bidang Cipta Karya
g.

Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan eksport-import atau pintu gerbang menuju
kawasan internasional; kegiatan industri dan jasa serta simpul transportasi.
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau
berpotensi sebagai simpul kedua yang mendukung PKN untuk melayani kegiatan skala
provinsi atau beberapa kabupaten, seperti : kegiatan ekspor-impor, pusat kegiatan
industri dan jasa, simpul transportasi.
Adapun Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008
tentang RTRWN disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1. Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional
PROVINSI

PKN

PKW

PKSN

Kalimantan Barat

Pontianak

Mempawah, Singkawang, Sambas,
Ketapang, Putussibau, Entikong

Paloh, Jagoibabang, Nanga
Badau, Entikong, Jasa

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan
perkotaan yang di tetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan
negara. Kabupaten Melawi tidak memiliki perbatasan darat dengan negara lain,
sehingga Kabupaten Melawi tidak memiliki pusat kegiatan strategis nasional (PKSN).
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah
wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan
negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan
berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu :
a.

pertahanan dan keamanan

(Kabupaten Kayong Utara)

III-9

RPJM Bidang Cipta Karya
b.

pertumbuhan ekonomi

c.

sosial dan budaya

d.

pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

e.

fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

RTRW KSN ditetapkan melalui Perpres. Dan sampai saat ini RTRW KSN yang sudah
ditetapkan ada 7 wilayah yakni :
a.

Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

b.

Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

c.

Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;

d.

Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Medan, Binjai, DeliSerdang, dan Karo;

e.

Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan
Infrastruktur Sela tSunda;

f.

Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan,
dan Karimun.

3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan
Strategis
Rencana pembangunan Bidang Cipta Karya
yang diinisiasi oleh Badan Pengembangan
Wilayah telah membagi Provinsi Kalimantan
Barat menjadi 2 wilayah pengembangan
strategis (WPS), yaitu WPS 20 dan WPS 21.

(Kabupaten Kayong Utara)

III-10

RPJM Bidang Cipta Karya

3.1.4. Arahan Rencana Pembangunan Kabupaten Kayong Utara
Arahan merupakan langkah untuk memecahkan permasalahan yang penting dan
mendesak untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun serta memiliki
dampak yang besar terhadap pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran. Untuk
mewujudkan Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Kayong Utara Tahun
2013 - 2018, maka Pemerintah Daerah akan melaksanakannya melalui 5 (lima) misi
yang telah disusun dan strategi-strategi pembangunan daerah dalam jangka waktu 5
(lima) tahun mendatang.

A. Arah Kebijakan Pembangunan Tahun Pertama (2014)
Arah kebijakan pembangunan tahun pertama difokuskan pada upaya untuk
mengatasi berbagai permasalahan pembangunan menahun dan mendesak untuk
segera ditangani, antara lain: transportasi, permukiman kumuh dan prasarana
lainnya. Selain itu, upaya pembenahan birokrasi pemerintahan yang lebih akuntabel
dan transparan serta penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih baik menjadi
fokus prioritas yang akan ditangani pada tahun pertama. Peningkatan kualitas
pelayanan kepada masyarakat juga didorong utuk lebih ditingkatkan melalui
pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas bagi semua lapisan
masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan publik terus diperbaiki mulai dari tingkat
desa, kecamatan, dan kabupaten serta menjamin proses pelayanan publik yang
akuntabel dan transparan.

Permasalahan pembangunan yang dihadapi Kabupaten Kayong Utara memerlukan
upaya yang menerus dan berkesinambungan didukung sumberdaya yang memadai.
Alokasi pendanaan untuk bidang infrastruktur, transportasi, permukiman, pelayanan
kesehatan dan pendidikan perlu ditingkatkan untuk memastikan penanganan
masalah

dengan

tuntas.

Disisi

lain,

upaya

untuk

mengefisienkan

belanja

pemerintahan daerah perlu terus dilakukan sehingga dapat meningkatkan kapasitas
pembiayaan

pembangunan

untuk

mengatasi

permasalahan

pembangunan

kabupaten. Upaya pembenahan sistem transportasi khususnya untuk mebuka
keterisolasian di wilayah kepulauan akan dilaksanakan secara menerus dan menjadi
prioritas dalam periode pembangunan lima tahun kedepan (2013-2018).
(Kabupaten Kayong Utara)

III-11

RPJM Bidang Cipta Karya

B. Arah Kebijakan Pembangunan Tahun Kedua (2015)
Arah kebijakan pembangunan tahun kedua merupakan lanjutan dari tahun pertama
pelaksanaan RPJMD Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013-2018. Penanganan
permasalahan pembangunan yang mendesak seperti

transportasi, permukiman

kumuh dan prasarana Kabupaten lainnya terus dilaksanakan secara konsisten untuk
memastikan adanya penyelesaian yang komprehensif terhadap permasalahan
tersebut. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan
kepada masyarakat terus dilaksanakan dengan terus melakukan penyempurnaan dan
perbaikan terhadap sistem dan mekanisme pelayanan yang diberikan. Peningkatan
kapasitas

aparatur

pemerintahan

yang

profesional

dan

kredibel

serta

penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih baik terus dilakukan agar terwujud
pemerintahan daerah yang bersih dan berwibawa. Selain terus melakukan upaya
penanganan diatas, pada tahun kedua pelaksanaan RPJMD Kabupaten Kayong
Utara Tahun 2013-2018 diarahkan juga pada pengembangan budaya dalam
pembangunan daerah melalui berbagai program dan kegiatan untuk mendorong
pengembangan budaya dalam kehidupan sehari-hari. Upaya untuk mendorong
peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah perlu terus ditingkatkan
dengan

pemberdayaan

lembaga

kemasyarakatan,

pemberdayaan

gender,

peningkatan peran pemuda dan pembangunan keolahragaan yang melibatkan
masyarakat. Reformasi birokrasi secara menyeluruh akan dilaksanakan dalam semua
aspek

pemerintahan

daerah

sehingga

terjadi

percepatan

penyelenggaraan

pemerintahan yang lebih baik.

C. Arah Kebijakan Pembangunan Tahun Ketiga (2016)

Arah kebijakan pembangunan tahun ketiga dilaksanakan untuk memastikan
kesinambungan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode pembangunan
tahun pertama dan keduan dengan tetap menekankan pada perbaikan dan
penyempurnaan pelayanan pemerintahan daerah. Kebijakan pembangunan daerah
lebih menekankan pada orientasi hasil di lapangan berdasarkan upaya yang telah
dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Penanganan permasalahan pembangunan
yang mendesak seperti transportasi, permukiman kumuh dan prasarana kabupaten
lainnya harus menunjukan hasil nyata di lapangan yang dapat dirasakan masyarakat
(Kabupaten Kayong Utara)

III-12

RPJM Bidang Cipta Karya
serta adanya perkembangan yang berarti dalam penyelesaian masalah menahun.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan sudah menjadi
sistem pelayanan yang melembaga pada dinas/instansi terkait didukung unit-unit
kerja terkait. Peningkatan pemerintahan yang bersih dan berwibawa diharapkan
sudah menunjukkan hasil nyata terutama dalam penyelenggaraan pemerintahan
yang lebih efisien dan efektif. Peningkatan pelayanan publik dapat diukur secara
langsung berdasarkan tingkat kepuasan masyarakat yang memanfaatkan pelayanan
tersebut. Pengembangan budaya dalam pembangunan sudah mulai dirasakan dan
diapresiasi oleh warga masyarakat terlihat dari maraknya penyelenggaraan even
budaya dan karakter budaya yang mulai terlihat dalam kehidupan Kabupaten
Kayong Utara.

Fokus utama dalam pembangunan tahun ketiga adalah untuk terus mendorong
peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah, pemberdayaan lembaga
kemasyarakatan,

pemberdayaan

gender,

peningkatan

peran

pemuda

dan

pembangunan keolahragaan yang melibatkan masyarakat. Pelaksanaan reformasi
birokrasi terus dilaksanakan secara konsisten sehingga terjadi perubahan signifikan
dalam wajah birokrasi pemerintahan daerah Kabupaten Kayong Utara.

D. Arah Kebijakan Pembangunan Tahun Keempat (2017)

Arah kebijakan pembangunan tahun keempat adalah untuk memantapkan capaian
pembangunan yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya dengan terus
melakukan perbaikan dan penyempurnaan pada upaya-upaya yang dilakukan
pemerintah daerah. Pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pada tahun
keempat diarahkan pada upaya untuk mensinergikan capaian pembangunan di
masing-masing bidang/sektor agar terwujud pembangunan Kabupaten Kayong
Utara yang berkelanjutan secara fisik, sosial dan ekonomi. Sinergitas kebijakan,
program dan kebijakan antar bidang.

Selain

terus

melaksanakan

upaya-upaya

penanganan

masalah

infrastruktur,

penyediaan pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan, dan pengembangan
budaya , arah kebijakan pembangunan kabupaten ditekankan pada pengembangan
kawasan-kawasan
(Kabupaten Kayong Utara)

strategis

yang

memiliki

potensi

ekonomi

untuk

terus
III-13

RPJM Bidang Cipta Karya
dikembangkan secara terpadu melibatkan para pemangku kepentingan. Pemerintah
Daerah

mendorong

bagaimana

penataan

dan

revitalisasi

kawasan

dapat

meningkatkan daya saing ekonomi daerah di tingkat global dan regional. Perbaikan
terhadap berbagai masalah menahun kabupaten diharapkan turut meningkatkan
daya tarik kabupaten untuk menarik investasi yang lebih banyak.

E. Arah Kebijakan Pembangunan Tahun kelima (2018)

Tahun kelima pelaksanaan RPJMD Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013-2018
merupakan tahap konsolidasi untuk memastikan terjadinya perubahan dan
pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah daerah sesuai dengan target
yang ditetapkan. Arah kebijakan pembangunan tahun kelima difokuskan pada
bidang/sektor yang masih perlu ditingkatkan pencapaian kinerjanya berdasarkan
hasil monitoring dan evaluasi terhadap capaian program prioritas yang telah
dilaksanakan selama 4 tahun terakhir.

Selain itu, capaian pembangunan daerah pada tahun kelima menjadi dasar
(baseline) untuk penyusunan rencana dan kebijakan pembangunan pada periode
ketiga pelaksanaan RPJPD Kabupaten Kayong Utara Tahun 2008-2025. Pelaksanaan
kebijakan, program dan kegiatan pada tahun kelima tetap diarahkan pada upaya
untuk mensinergikan capaian pembangunan di masing-masing bidang/sektor dengan
memperhatikan program-program prioritas yang perlu dipercepat pencapaian
targetnya.

Tabel 6.1 Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Berdasarkan Pilihan Strategi

No.
1.

2.

3.
4.
5.

Pilihan Strategi
Pembangunan Daerah
Pengembangan
pusat-pusat
pertumbuhan
dengan
penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi dan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan
lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya
Menciptakan sinergitas pembangunan sektoral dan wilayah
untuk meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif
secara nasional, regional maupun global
Pemberian insentif , kemudahan peraturan, perijinan dan
pelayanan publik dari Pemerintah Daerah
Peningkatan akhlak mulia dan kesalehan sosial
Peningkatan Aksesibilitas dan Mutu Pelayanan Kesehatan

(Kabupaten Kayong Utara)

Arah Kebijakan
2014

2015

2016

2017

2018













































III-14

RPJM Bidang Cipta Karya
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

14.
15.
16.

17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

26.
27.
28.

3.2.

Peningkatan Aksesibilitas Pendidikan
Peningkatan Mutu Pendidikan
Penguatan tata kelola pendidikan yang akuntabel
Mengedepankan dan memperkuat peran dan kontribusi
pelaku ekonomi kerakyatan dalam perekonomian KKU
Peningkatan kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau
Percepatan pemenuhan hak dasar
Peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dan
ketahanan daerah dalam mengurangi dampak perubahan
iklim
Pengembangan skema jaminan dan perlindungan sosial bagi
masyarakat
Peningkatan keterampilan dan kualitas tenaga kerja
Mewujudkan
Pengarustamaan
Gender
(PUG),
Pengarusutamaam Hak-hak Anak (PUHA), meningkatkan
pemberdayaan perempuan dalam pembangunan dan
mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan mandiri
Mencegah dan menangani korban kekerasan terhadap
perempuan dan anak serta perdagangan orang (trafficking)
Pengembangan kelembagaan pemerintah yang efisien dan
efektif
Pengembangan struktur organisasi dan tata laksana
pemerintahan yang akuntabel
Pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
Peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan yang
berkelanjutan
Pengembangan sistem reward and punishment dalam
pengembangan sumberdaya manusia
Peningkatan kepedulian masyarakat pada pembangunan
politik dan demokrasi
Peningkatan kapasitas dan peran partai politik dalam
pembangunan politik dan demokrasi
Peningkatan partisipasi masyarakat dan pemangku
kepentingan dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan
Pengembangan mekanisme pengaduan berbasis sistem
informasi yang real-time
Penataan dan perbaikan sarana dan prasarana pelayanan
publik yang lebih baik (cepat dan berkualitas)
Peningkatan kapasitas aparatur sebagai garda tedepan
pelayanan














































































































































































































Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Kebijakan Bidang Cipta Karya Tahun 2016 merupakan bagian dari Rencara Strategis
Bidang Cipta Karya Tahun 2015-2019. Secara singkat sasaran Renstra 2015-2019 adalah
100% akses terhadap air minum aman, 0% kawasan kumuh dan 100% akses sanitasi
layak, dan dapat digambarkan sebagai berikut :

(Kabupaten Kayong Utara)

III-15

RPJM Bidang Cipta Karya

Sedangkan program yang akan dilaksanakan dapat digambarkan sebagai berikut :

(Kabupaten Kayong Utara)

III-16

RPJM Bidang Cipta Karya

(Kabupaten Kayong Utara)

III-17

RPJM Bidang Cipta Karya

(Kabupaten Kayong Utara)

III-18

RPJM Bidang Cipta Karya
3.2.1. Strategi Sanitasi Kota (SSK)
a. Rencana Kegiatan Air Limbah
Salah satu sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada perencanaan ini
adalah praktek BABS dari 44 % menjadi 25 % pada tahun 2018 .Untuk menghitung
kebutuhan kegiatan pada akhir perencanaan maka diasumsikan bah tingkat
pertumbuhan BABS setara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yaitu 1,94 %
pertahun sehingga praktek BABS pada akhir perencanaan adalah 44 % dari prediksi
jumlah penduduk tahun 2018 yaitu 97.643 jiwa yaitu 113.591 KK .

Sarana dan Prasarana (Fisik) Air Limbah, yaitu :


Rencana Sistem Setempat ( On-site) : Sistem individual maupun komunal
Sistem individual dan komunal yang akan dibangun meliputi : MCK,MCK++ dan
septiktank

komunal

baik

yang

berbasis

masyarakat

maupun

berbasis

kelembagaan.
Pembangunan MCK,MCK++ dan septiktank komunal akan difokuskan pada
daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.


Rencana Sistem Terpusat (Off-site) : IPAL Kawasan skala kota.
Pembangunan sistem terpusat akan dibangun pada skala kawasan yang
diprioritaskan untuk kawasan perkotaan yang meliputi kawasan : Kawasan
bisnis/CBD,kawasan

perumahan,kawasan

pasar,kawasan

pertokoan

dan

kawasan perkantoran.
Peta 3.1. Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik-Sistem Onsite

(Kabupaten Kayong Utara)

III-19

RPJM Bidang Cipta Karya

Peta 3.2. Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah – Sistem Offsite

Kegiatan Pendukung (Non – Fisik) Air Limbah, yaitu :


Studi dan Perencanaan Teknis
Kegiatan studi dan perencaan teknis yang diperlukan dalam rangka mendukung
kegiatan fisik khususnya yang berbasis kelembagaan meliputi masterplan,studi
kelayakan,studi lingkungan dan desain rinci.kebutuhandan jenis dari studi dan
perencanaan teknis ini akan disesuaikan dengan kebutuhan atau persyaratan
yang berlaku.



Kelembagaan,Peraturan dan Komunikasi.
Kelembagaan,peraturan dan komunikasi merupakan keharusan dalam rangka
mendukung keberlanjutan program sanitasi.
Kelembagaan yang akan dibentuk berupa kelembagaan formal dan kelembagaan
yang bersifat non-formal atau berbasis masyarakat.Kelembagaan yang akan
dibentuk

berupa

UPTD

untuk

pengelola

IPLT,KSM

untuk

pengelola

MCK,MCK++.Tangki Septik Komunal dan Pembentukan Kader-kader ditingkat
kelurahan.
Peraturan atau regulasi akan mengatur pengelolaan air limbah secara
keseluruhan yang berupa Perda.

(Kabupaten Kayong Utara)

III-20

RPJM Bidang Cipta Karya
Komunikasi yang akan dilakukan berupa kampanye,sosialisai,edukasi,pemiciuan
baik secara langsung melalui Kader-kader sanitasi maupun melalui siaran
radio,televisi dan leflet.


Hitung Kebutuhan Sarana dan Prasarana untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan

sesuai

dengan

tatacara

perhitungan

volume

yang

dapat

dipertanggungjawabkan.

b. Rencana Kegiatan Persampahan
Sasaran pelayanan persampahan wilayah perkotaan dari 56 % menjadi 70 % dan
untuk wilayah perdesaan dari 14,86 % menjadi 25 % pada akhir perencanaan.
Sasaran yang lain adalah pengurangan sampah wilayah perkotaan dari sumbernya
menjadi 5 % pada akhir perencanaan. Pelayanan persampahan akan diprioritaskan
untuk daerah perkotaan, dengan uraian sebagai berikut :

-

Rencana Pengurangan Sampah (3R)
Sampah merupakan produk sampingan kegiatan dirumah tangga,kebanyakan
masyarakat beranggapan bahwa sampah merupakan benda atau barang yang
tidak berguna dan harus dibuang.perkembangan dewasa
bergeser,dimana

sampah

dapat

juga

dimanfaatkan

ini ternyata

kembali

,melalui

pendekatan yang disebut 3R (Reduse,Reuse dan Recycle).
Sampah organik seperti daun,bekas makanan

dan lain-lain dapat

dimanfaatkan kembali untuk bahan pupuk.sampah an-organik dapat dipilahpilah,

dan

kemudian

dimanfaatkan

sesuai

dengan

jenis

dan

kebutuhan.Sampah bila tidak dikelola dengan benar akan dapat merupakan
perindukan faktor penyakit,yaitu serangga dan binatang mengerat yang
berfungsi sebagai host penyakit menular.

-

Rencana Penangan Sampah : Pewadahan,Alat Angkut,TPS dan TPA.
Sumber sampah yang ada di Kabupaten Kayong Utara berasal dari sampah
rumah tangga, pertokoan, perkantoran, industri, fasilitas pendidikan, pasar,
jalan ,taman,serta area –area publik lainnya. Dimana sampah dikelola hanya
dari pihak pemerintah saja sementara

(Kabupaten Kayong Utara)

pengangukutan sampah masyarat
III-21

RPJM Bidang Cipta Karya
masih sangat bergantung dari pemerintah. Belum adanya kegiatan atau
upaya pengurangan timbulan sampah baik dari upaya daur ulang maupun
pemilahan sampah . Beberapa dari masyarakat melakukan pengurangan
timbulan sampah dengan melakukan pembakaran dilahan masing - masing.
Sedangkan pengelelolaan pemerintah di TPA pun masih bersifat open
dumping.

Namun dalam tahun ini telah dianggarkan untuk masterplan

persampahan dan Desain untuk pembuatan sanitary landfill yang telah
dialokasikan di Kecamatan Sukadana, Desa Pampang Harapan.

Peta 3.1. Peta Lokasi Infrastruktur Persampahan Sampai Akhir

(Kabupaten Kayong Utara)

III-22

RPJM Bidang Cipta Karya

Peta 3.2. Peta Tahapan Pengembagan Persampahan

c. Rencana Kegiatan Drainase
Rencana Pembangunan Drainase berkurangnya presentase daerah yang mengalami
genangan rutin dari 55.452 Ha menjadi 25.000 Ha, Berkurangnya presentase
rumah tangga yang tidak memiliki SPAL 99,53 % menjadi 75 % dan jumlah saluran
yang tidak berfungsi atau mampet karena sedimentasi dan limbah sampah,
Peningkatan anggaran operasional dan maintenance yang disiapkan untuk drainase
terbangun selain anggaran fisik dari Rp.450.000.000 menjadi Rp.900.000.000 dan
Bertambahnya nilai manfaat media untuk menjadi mitra pemerintah dalam
menyampaikan pesan sanitasi dalam hal ini drainase lingkungan.

Rencana Pembangunan Drainase Bangunan Pendukung perlu adanya peran serta
masyarakat dan swasta dalam management pengelolaan secara mandiri drainase
lingkungan,perlu adanya penyediaan sarana pendukung untuk pengolahan limbah
rumah

tangga

pada

permukiman

perkotaan

sebelum

dibuang

kesaluran

drainase,meningkatkan perilaku masyarakat dalam memelihara drainase lingkungan
dan dukungan masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan pembersihan drainase
sekitar lingkungan rumah.
(Kabupaten Kayong Utara)

III-23

RPJM Bidang Cipta Karya

Peta 3.3. Peta Lokasi Infrastrtuktur Drainase Exixting

d. Rencana Kegiatan PHBS Terkait Sanitasi
Program kesehatan di masyarakat menekankan pada kegiatan kampanye dan
aktivitas lainnya dengan target-target sasaran tertentu di dalam masyarakat.
Fasilitator masyarakat dan petugas kesehatan setempat seperti sanitarian/petugas
kesehatan lingkungan, PKK, kader desa dan bidan desa secara bersama-sama dapat
melakukan kegiatan promosi kesehatan. Target/sasaran kegiatan seperti ibu muda
yang mempunyai anak bayi/balita, ibu hamil, remaja putri, kelompok perempuan
dan kelompok laki-laki, karang taruna, kelompok miskin dan kelompok menengah
ke atas. Yang perlu di perhatikan adalah kemampuan membaca dari masyarakat dan
kesederhanaan pesan yang di sampaikan. Beberapa jenis kegiatan yang telah di
lakukan dalam Promosi Kesehatan di Masyarakat Kabupaten Kayong Utara yang
telah dilaksanakan oleh pihak Dinas Kesehatan , adalah dalam bentuk:
• Penyuluhan kelompok terbatas
• Penyuluhan kelompok besar (masyarakat dari semua jenis kelamin )
• Penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman/peer group education)
(Kabupaten Kayong Utara)

III-24

RPJM Bidang Cipta Karya
• Penyuluhan dengan metode demonstrasi
• Pemasangan poster
• Pembagian leaflet
• Kunjungan rumah
• Lomba kebersihan antar RT/RW/Desa
• Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan tempat-tempat umum
• Pelatihan kader, unit kesehatan

PHBS di Rumah Tangga ada 10 indikator yaitu Persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan, memberi bayi
menggunakan

ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita,

air bersih, mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun,

menggunakan jamban sehat, memberantas jentik dirumah, makan buah dan sayur
setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok didalam rumah.

Cakupan PHBS di rumah tangga Kabupaten Kayong Utara masih rendah 37,07 % jauh
dibawah target 70%. Dari 10 indikator rumah tangga masih ada 7 indikator yang masih
dibawah 60% antara lain : Persalinan tenaga kesehatan 43,65%, ASI Ekslusif 36,06%,
Penggunaan Air Bersih 31,02%, CTPS 24,99%, Jamban Sehat 19,02, Bebas Jentik
Nyamuk 25,82%, dan tidak merokok didalam rumah 20,47%.

Untuk tahun 2013 sesuai dengan pertemuan Pengelola program PHBS puskesmas pada
tahun 2013 disepakati tidak melakukan pendataan awal PHBS Rumah tangga tetapi
pendataan PHBS RT akhir dan intervensinya. Hasil pendataan akhir PHBS RT tahun
2013 belum ada karena semua puskesmas belum mengirimkan laporan tersebut.
Adapun promosi kesehatan yang telah dilakukan diantaranya melalui media poster
dan selebaran dengan tema Waspada Demam Berdarah Dengue,

jampersal, Asi

Eksklusif. Penyuluhan masyarakat didaerah terpencil dilaksanakan di desa Matan Jaya,
Tanjung Satai dan Pelapis pada tahun 2012, penyuluhan kelompok dengan materi
Ketajaman Penglihatan dan Peningkatan Gizi di sekolah pada Tahun 2012. Poster dan
leaflet didistribusikan ke puskesmas dengan berbagai tema seperti Sayang bayi Beri ASI,
Dukung persalinan yang aman dan selamat agar ibu dan bayi sehat. Leaflet dengan
judul pengembangan kawasan tanpa rokok ditempat ibadah, pengembangan kawasan
tanpa rokok di tempat kerja, pengembangan kawasan tanpa rokok ditempat anak
(Kabupaten Kayong Utara)

III-25

RPJM Bidang Cipta Karya
bermain, pengembangan kawasan tanpa rokok di angkutan umum, pengembangan
kawasan tanpa rokok

di fasilitas pelayanan kesehatan,pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, Jampersal.

Tangan dapat terkontaminasi dengan tinja sewaktu cebok atau pada waktu
membersihkan anak setelah buang air besar. Tangan harus dicuci dengan sabun setelah
kontak dengan tinja (setelah buang air besar / setelah membersihkan kotoran bayi atau
balita), yaitu dengan menggunakan sabun, karena untuk melarutkan partikel lemak
yang mengandung kuman penyakit. Mencuci tangan sebelum makan, sebelum
menyuapi anak, sebelum menyiapkan makanan juga dapat mencegah penularan
penyakit. Tetapi harus diingat pesan terlalu banyak tidak praktis. Yang perlu diingat
dan perlu dilakukan sehingga menjadi kebiasaan ialah “Mencuci tangan dengan sabun
setelah terjadi kontak dengan tinja”.

3.2.2. Rencana Kawasan Permukiman (RKP)
Kegiatan

perumusan

indikasi

arah

pengembangan

kota,

serta

pembangunan

permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan adalah sebuah kegiatan untuk
mengidentifikasi hasil sintesa kebijakan terkait arah pengembangan kota/kabupaten
yang berimplikasi terhadap pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan
yang berkembang di dalamnya.
Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Daerah merupakan kajian atas
pengaruh kebijakan tata ruang yang ditetapkan dalam RTRW terhadap permasalahan
perumahan dan permukiman yang mungkin timbul dan kebutuhan program yang harus
dikembangkan.
Hal yang perlu dilakukan adalah menentukan pengaruh kebijakan tata ruang yang
berimplikasi terhadap permasalahan pembangunan dan perkembangan perumahan dan
permukiman yang mungkin timbul, dan program pengembangan perumahan dan
permukiman yang harus dilakukan.
Permasalahan permukiman yang dihadapi kota besar semakin kompleks. Tingginya
tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang terbentur pada kenyataan bahwa lahan di
perkotaan semakin terbatas dan nilai lahan yang semakin meningkat serta mayoritas
(Kabupaten Kayong Utara)

III-26

RPJM Bidang Cipta Karya
penduduk dari tingkat ekonomi rendah, menimbulkan permukiman-permukiman padat
di kawasan yang dianggap strategis yaitu kawasan pusat kota, industri dan perguruan
tinggi. Kebijakan dapat merupakan alat ampuh untuk mencapai tujuan perkembangan
kota. Agar dapat berfungsi dengan efektif kebijakan perlu diisi dengan arahan strategis
dan konsep alokasi ruang yang jelas untuk memecahkan masalah krusial dari berbagai
sektor.
Salah satu kebijakan yang penting dalam mencapai tujuan perkembangan kota adalah
RTRW. RTRW menyajikan definisi, rumusan dan penetapan ruang suatu sektor
seyogyanya digambarkan dulu masalah pokok yang dihadapi sektor tersebut dan
kebijakan pokok apa yang ditetapkan untuk menanggulanginya. Tanpa kejelasan
kebijakan tersebut maka penetapan ruang dan pengarahan penggunaannya akan terasa
seperti tidak berdasar dan hanya sekedar kebetulan saja. Memahami masalah dan
kebijakan yang dipilih sangat penting dalam perkembangan kota. Tanpa kejelasan
masalah, kebijakan dan program sulit diharapkan dukungan dan partisipasi masyarakat.
Disamping berbagai upaya pembangunan yang terus digiatkan, masyarakat melihat
kenyataan bahwa lahan semakin langka dan mahal untuk menampung pertambahan
penduduk dan kegiatannya, banyak sekali warga yang terpaksa tinggal di permukiman
kumuh yang tidak layak, penyediaan prasarana dan sarana kota belum memenuhi
kebutuhan,

dan

beberapa

kegiatan

belum

mendukung

pembangunan

yang

berkelanjutan.
Berdasarkan UU No.26/2007, pengertian penataan ruang tidak terbatas pada dimensi
perencanaan tata ruang (proses penyusunan rencana tata ruang), tetapi termasuk pula
dimensi pemanfaatan ruang (wujud operasionalisasi rencana tata ruang/pelaksanaan
pembangunan) dan pengendalian pemanfaatan ruang (mekanisme perizinan dan
penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan rencana tata
ruangnya).
Kaitan antara pembangunan perumahan dan permukiman dengan penataan ruang
adalah sebagai berikut :


Rencana Tata Ruang Wilayah – sebagai hasil perencanaan tata ruang – merupakan
landasan pembangunan sektoral. Dengan kata lain setiap pembangunan sektoral
yang berbasis ruang perlu mengacu pada rencana tata ruang yang berlaku. Hal ini
dimaksudkan agar terjadi sinergi dan efisiensi pembangunan, sekaligus menghindari

(Kabupaten Kayong Utara)

III-27

RPJM Bidang Cipta Karya
kemungkinan

terjadinya

konflik

pemanfaatan

ruang

antar

sektor

yang

berkepentingan dan dampak merugikan pada masyarakat luas.


Dalam Rencana tata ruang Kawasan Perkotaan diatur alokasi pemanfaatan ruang
untuk berbagai penggunaan (perumahan, perkantoran, perdagangan, ruang terbuka
hijau, industri, sempadan sugai, dsb) berdasarkan prinsip-prinsip keadilan,
keseimbangan, keserasian, keterbukaan, dan efisiensi agar tercipta kualitas
permukiman yang layak huni (livable environment).



Untuk Kawasan Perkotaan, alokasi ruang untuk perumahan dan permukiman
merupakan yang terbesar dibandingkan dengan alokasi penggunaan lainnya. Seperti
yang ditegaskan

dalam Kebijakan

dan

Strategi Nasional

Perumahan

dan

Permukiman (KSNPP) bahwa perumahan dan permukiman tidak dapat terpisahkan
dari ruang yang harus dimanfaatkannya. Lingkup pembangunan perumahan dan
permukiman senantiasa mencakup aspek penataan ruang dan aspek penyediaan
prasarana dan sarana lingkungan.
Pada pelaksanaannya, beberapa masalah biasanya timbul pada proses pemanfaatan
ruang. Issue dan tantangan dalam penataan ruang yang terkait dengan pembangunan
perumahan dan permukiman antara lain :


Pemanfaatan lahan perumahan dan permukiman belum sepenuhnya mengacu pada
RTRW, dan masih berorientasi pada pengembangan yang bersifat horizontal
(contoh : kasus kota metropolitan dan kota besar), sehingga cenderung
menciptakan urban sprawling (pembangunan yang tidak terpola dengan baik) dan
inefisiensi pelayanan prasarana dan sarana.



Pemanfaatan lahan perumahan dan permukiman belum memberikan rasa keadilan
kepada penduduk berpenghasilan rendah sehingga selalu tersingkir ke luar kota dan
jauh dari tempat kerja.



Pemanfaatan ruang untuk perumahan dan permukiman belum serasi dengan
pengembangan kawasan fungsional lainnya atau dengan program sektor/fasilitas
pendukung lainnya.



Ketidakseimbangan pembangunan desa – kota serta meningkatnya urbanisasi yang
mengakibatkan permukiman kumuh dan berkembangnya masalah sosial di kawasan
perkotaan.

(Kabupaten Kayong Utara)

III-28

RPJM Bidang Cipta Karya


Kebutuhan lahan untuk permukiman semakin meningkat seiring dengan terus
meningkatnya jumlah penduduk. Data menunjukkan jumlah penduduk perkotaan di
Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup pesat dari 464.534 (2000),
menjadi 521.568 (2008) dengan laju pertumbuhan penduduk kota rata-rata 1,46%
(2000-2008).



Tingginya laju pertumbuhan penduduk ini akan menimbulkan kebutuhan lahan
perumahan dan permukiman yang sangat besar, sementara kemampuan Pemerintah
sangat terbatas. Apabila pembangunan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat
atau swasta tidak dikendalikan pengembangannya, maka akan menimbulkan
masalah besar yang mengancam kawasan pelestarian alam (kawasan lindung).



Tantangan terbesar dalam penataan ruang serta pembangunan perumahan dan
permukiman adalah bagaimana memberdayakan peran masyarakat agar mampu
memenuhi kebutuhan perumahannya sendiri yang sehat, aman, serasi, dan produktif
tanpa merusak lingkungan hidup dan merugikan masyarakat luas.

(Kabupaten Kayong Utara)

III-29