BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1502707452BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTAKARYA 1

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

  

3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan

Ruang Wilayah Kota Bukittinggi

3.1.1. Arahan Penataan Ruang

  Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

  1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

  2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

  3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

  4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

  5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

  6. Pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

  7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah;

  8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan

  9. Pertahanan dan keamanan Negara yang dinamis serta integrasinasional Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi:

1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:

  a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki, dengan strategi:  Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;  Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan;

   Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan

  III-1 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

   Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

  b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional, dengan strategi:

   Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;  Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;

   Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;  Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air; dan  Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

  Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang, meliputi: 2.

a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung:

  1) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup, dengan strategi: Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan

  Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. 2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, dengan strategi:

  Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;

  III-2 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  III-3

  Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

  Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya; Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;

  Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya:

  1. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya, dengan strategi: Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah; Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya; Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi; Mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional;

  Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, dan/atau landas kontinen untuk meningkatkan perekonomian nasional.

  2. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan strategi: Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana; Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak; Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; dan Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar dan metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya. Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.

c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional:

  Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional, degan strategi: Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung; Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

  III-4 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  III-5

  Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya; Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional. Dalam PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Kota Bukittinggi tidak difungsikan secara struktur pelayanan dalam lingkup Nasional, namun dari fungsi pariwisata, maka Bukittinggi termasuk sebagai salah satu tujuan Wisata Nasional, terkait dengan karakter budaya dan sejarah kota di masa lalu. Dalam konstelasi struktur perwilayahan Nasional, Bukittinggi termasuk dalam kawasan andalan Agam-Bukittinggi dan merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) bagi PKL di sekitarnya yaitu Padang Panjang, Lubuk Sikaping, Payakumbuh, dan Batusangkar. Sedangkan Bukittinggi ini dalam konstelasi Nasional berorientasi pada Pusat Kegiatan Nasional yaitu Kota Padang dan Pekanbaru. Menurut RTRWN, Kawasan Agam-Bukittinggi ini memiliki sektor unggulan pada sektor perkebunan, pariwisata dan pertanian.

  

Tabel 3. 1

Sistem Kota-Kota Berdasarkan RTRWN Nasional

Propinsi / Kawasan Andalan Sektor Unggulan Kota Dalam Kawasan PKN PKW PKL

  SUMATERA BARAT Kw.Padang Pariaman dsk Industri Perikanan Pertanian Pariwisata Padang Pariaman

  Painan Lubuk Alung Talao Kw.Agam-Bukit Tinggi

  (PLTA Kuto Panjang) Perkebunan Pariwisata Pertanian

  Bukittinggi Padang Panjang Lubuk Sikaping Payakumbuh Batusangkar

  Kota Dalam Kawasan Propinsi / Sektor Unggulan

Kawasan Andalan PKN PKW PKL

  Kw. Mentawai dsk Pertanian Muarasiberut Taileleo perikanan Kw. Solok dsk (Danau Pertambangan Sawahlunto Solok Kembar Diatas/Dibawah, Pertanian Muaro

PIP Danau Singkarak- Perkebunan Tanjung Gading

Lubuk Alung- Ketapang) Pariwisata

  Industri Sumber : PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

  Dari segi penyediaan infrastruktur kawasan, kawasan perkotaan Bukittinggi memiliki nilai ekonomis di bidang transportasi darat. Hal ini dikarenakan oleh posisi Kota Bukittinggi yang berada pada simpul transportasi regional Nasional di Pulau Sumatera. Kota Bukittinggi ini merupakan simpul poros utara-selatan dan poros barat-timur. Poros utara selatan ini berupa jalan lintas tengah (jalinteng) yang menghubungkan antara Banda Aceh hingga ke Lampung dan berpotongan dengan poros barat-timur yang berupa jalan lintas Padang-Pekanbaru. Kedua jaringan jalan ini merupakan jaringan jalan arteri primer Nasional yang secara regional memiliki nilai ekonomis Nasional.

3.1.2. Arahan Pengelolaan Ruang

  Dalam arahan pengelolaan sistem pusat permukiman RTRW Pulau Sumatera, kawasan perkotaan Bukittinggi diarahkan sebagai PKW sebagai pusat pelayanan sekunder yang dibatasi perkembangannya. Kota Bukittinggi merupakan kota yang diarahkan perkembangannya dengan jenis pelayanan utama yaitu jasa pemerintahan, perkebunan, pariwisata dan pertanian. Adapun strategi perngembangan yang diarahkan untuk Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut :

  a. Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang mendorong pertumbuhan potensi perkebunan, pariwisata, dan pertanian.

  b. Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi fungsi sektor pariwisata dan pertanian.

  c. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, air limbah, drainase, dan telekomunikasi) yang memenuhi standar Nasional.

  d. Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi.

  III-6 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 e. Memantapkan aksesibilitas Kota Bukittinggi menuju Kota Padang selaku kota berfungsi PKN di Propinsi Sumatera Barat, menuju kota-kota PKW di sekitarnya (Pariaman, Payakumbuh dan Padang Sidempuan) serta menuju Kota Pekanbaru sebagai Kota PKN di Sumatera melalui peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi darat.

  f. Mengembangkan fasilitas akomodasi wisata alam berskala Internasional dengan memanfaatkan potensi keindahan alam pada kawasan andalan Agam

  • – Bukittingi.

  g. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan produktivitas masyarakat Kota Bukittinggi.

  h. Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian pemanfaatan ruang dan sumberdaya di kaw. Agam-Bukittinggi dsk.

i. Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW Kota.

  Dalam arahan pengelolaan sistem jaringan prasarana wilayah, Peran Kota Bukittinggi adalah merupakan salah satu kawasan perkotaan yang merupakan simpul transportasi wilayah di P. Sumatera. Di dalam arahan pengelolaan sistem jaringan prasarana transportasi P. Sumatera, terdapat 4 sistem jaringan jalan yang diprioritaskan pengembangannya yaitu jaringan jalan lintas timur, lintas tengah, lintas barat dan jaringan jalan pengumpan. Dari keempat sistem jaringan jalan yang diprioritaskan pengembangannya, kawasan perkotaan Bukittinggi ini dilalui oleh jaringan jalan lintas tengah dan jaringan jalan pengumpan.

  • – Jaringan jalan lintas tengah sendiri secara spasial melalui kota-kota: Bakauheni Kalianda - Bandar Lampung – Bandar Jaya - Kota Bumi - Bukit Kemuning – Blambangan Umpu – Baturaja – Muara Enim – Lahat - Lubuk Linggau – Muara Bungo – Solok –

  Bukittinggi

  • – Kotanopan – Penyabungan – Padang Sidempuan – Tarutung – Sidikalang – Kutacane – Blang Kejeren - Takengon – Geumpang – Keumala - Jantho - Seulimeum -

  Banda Aceh. Sedangkan dalam sistem jaringan jalan pengumpan yang menghubungkan lintas

  • – barat, lintas tengah dan/atau lintas timur termasuk dalam sistem jaringan jalan Padang Bukittinggi – Pekanbaru.

  Berdasarkan kriteria fungsi kota menurut RTRWN, bersama-sama dengan Kota Solok, Payakumbuh, dan Pulau Punjung, Bukittinggi diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Sebagai PKW, berdasarkan proyeksi jumlah penduduknya, Kota Bukittinggi diarahkan untuk menampung jumlah penduduk sebanyak 150.000 jiwa penduduk.

  III-7 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 Sektor utama yang menggerakan Kota Bukittinggi adalah sektor Pariwisata dimana dalam arahan pariwisata dalam tata ruang Propinsi Sumatera Barat, Kota Bukittinggi diarahkan sebagai pusat kegiatan pariwisata dalam Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) I. WPP I ini meliputi koridor Bukittinggi, Padang Panjang, Payakumbuh, Danau Maninjau, dan Lubuk Sikaping. Dalam WPP I didominasi oleh jenis obyek wisata alam pegunungan. Dalam WPP tersebut terbagi lagi pengembangan pariwisata dalam Satuan Pengembangan Pariwisata (SPP).

  Salah satu arahan sistem prasarana wilayah utama adalah arahan pengembangan sistem transportasi. Pengembangan sistem prasarana trasnportasi sesuai dengan arahan RTRWN dan RTR Pulau tetap berorientasi pada pengembangan jaringan jalan utama Lintas Tengah dan Lintas Barat serta jaringan jalan pengumpan Barat-Timur yang melintas di Propinsi Sumatera Barat. Dalam rangka menunjang sistem transportasi utama tersebut beberapa arahan pengembangan sistem transportasi yang dikembangkan berkaitan dengan Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut :

  

Tabel 3. 2

Arahan Pengembangan Sistem Transportasi

  No Ruas Jalan Usulan Pengembangan

  1. Padang-Bukittinggi

  • Pelebaran jaringan jalan menjadi 4 lajur sepanjang 75 km

  2. Bukittinggi-Panta

  • Rencana pengembangan jalan dan jembatan

  3. Bukittinggi-Solok

  • Ruas 1400-603 dan 603-1300 dilakukan pelebaran jalan

  1300-404; 404-403; 403-1100 dilakukan

  • Ruas peningkatan fungsi kelas jalan dan pelebaran jalan
  • Perencanaan pengaturan jaringan lintas angkutan barang
  • Pembatasan perijinan dan pelaksanaan jaringan lintas angkutan orang minimum dengan menggunakan bus besar.

  Sumber : RTRW Prov. Sumatera Barat.

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,

  III-8 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal. Tujuan pengembangan permukiman adalah sebagai berikut :

  1. Memenuhi Kebutuhan Pengembangan Permukiman (Prasarana Dan Sarana Dasar).

  2. Terwujudnya Permukiman Yang Layak Dalam Lingkungan Sehat, Aman, Serasi Dan Teratur.

  3. Mengarahkan Pertumbuhan Wilayah.

  4. Menunjang Kegiatan Ekonomi Melalui Kegiatan Pengembangan Permukiman. Program/ kegiatan pengembangan permukiman dapat dilakukan dengan: a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH).

  b. Penataan dan Peremajaan Kawasan.

  c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).

  d. Peningkatan kualitas permukiman.

3.1.2 Arahan wilayah pengembangan Strategis

3.1.2.1 Pusat Pelayanan Kota – Fungsi Primer

  Pusat Pelayanan Kota-Fungsi Primer akan dikembangkan di dua lokasi yaitu di Kawasan Pasar Atas dan di Kawasan Aur Kuning.

  A. Kawasan Pasar Atas Kawasan Pasar Atas adalah merupakan kawasan yang telah tumbuh dan menjadi ciri

  khas tersendiri di Kota Bukittinggi. Fungsi yang akan dikembangkan pada kawasan ini adalah fungsi-fungsi pelayanan dalam skala kota hingga regional, antara lain:

   Kawasan perdagagan dan jasa skala kota dan regional;

   Kawasan perumahan kepadatan tinggi;

   Ruang terbuka hijau skala perkotaan dalam bentuk taman kota dan jalur hijau jalan.

  B. Kawasan Aur Kuning

  Kawasan Aur Kuning adalah merupakan kawasan yang akan ditumbuhkembangkan di Kota Bukittinggi sebagai counter magnet terhadap perkembangan kegiatan yang saat ini

  III-9 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 masih terkonsentrasi di Kawasan Pasar Atas. Fungsi yang akan dikembangkan pada kawasan ini adalah fungsi-fungsi pelayanan dalam skala kota hingga regional, antara lain :

   Kawasan perdagagan dan jasa skala kota dan regional;

   Pusat pergerakan regional;

3.1.2.2 Pusat Pelayanan Kota – Fungsi Sekunder

  Penetapan pusat pelayanan kota - fungsi sekunder perlu dilakukan karena pada beberapa kawasan yang ditetapkan termasuk dalam sistem pusat perkotaan di Kota Bukittinggi, ternyata memiliki fungsi yang menjangkau seluruh kota akan tetapi apabila ditetapkan sebagai pusat pelayan kota ada perbedaan fungsi jangkauan pelayanan. Untuk pusat pelayanan kota dengan fungsi sekunder maka jangkauan pelayanannya adalah untuk skala Kota Bukittinggi. Pada Kota Bukittinggi pusat pelayanan kota-fungsi sekunder ditetapkan di Kawasan Gulai Bancah dan Kawasan Belakang Balok.

  A. Kawasan Gulai Bancah

  Kawasan Gulai Bancah merupakan kawasan pusat pemerintahan baru yang dilalui oleh dua jalan arteri (primer dan sekunder) serta memiliki keterhubungan langsung dengan kawasan pusat kota Benteng Pasar Atas. Pengembangan baru pusat perkantoran pemerintah Kota Bukittinggi pada kawasan ini menjadikan kawasan ini sebagai salah satu kawasan yang memiliki prospek pengembangan di masa mendatang.Fungsi yang telah berkembang di kawasan ini

   Kawasan Pusat pemerintahan kota

   Kawasan sosial budaya yang dengan keberadaan gedung perpustakaan Bung Hatta

   Ruang terbuka hijau berbentuk pemakaman untuk skala kota

   Kawasan perumahan kepadatan sedang beserta fasilitas pendukungnya

  B. Kawasan Belakang Balok

  Kawasan Belakang Balok merupakan kawasan yang berada pada pintu gerbang Kota Bukittinggi dari arah selatan serta terhubung langsung dengan Kawasan Pusat Kota Benteng Pasar Atas oleh jaringan jalan arteri sekunder, sehingga memiliki hubungan kuat dengan pusat kota. Saat ini Kawasan Belakang Balok telah berkembang sebagai pusat pemerintahan kota, pusat pendidikan, kesehatan, serta terdapat permukiman berikut fasilitas pendukungnya. Hal ini menunjukkan bahwa Kawasan Belakang Balok telah menjadi pusat aktifitas penduduk kota dan telah menunjukkan karakter sebagai pusat pelayanan.

  III-10 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 Dengan kondisi yang ada maka Kawasan Belakang Balok di masa mendatang memiliki peluang pengembangan sebagai pusat pelayanan sekunder sekaligus dapat berperan mengurangi beban pelayanan pusat kota sebagai kawasan yang menghasilkan tarikan yang cukup besar. Fungsi yang diarahkan pada kawasan ini adalah sebagai berikut:

   Kawasan Perkantoran Pemerintahan skala kota.

   Kawasan Pusat Pelayanan Pendidikan menengah dan tinggi serta Pusat pelayanan kesehatan skala kota.

   Kawasan Perumahan berikut fasilitas pendukungnya.  Kawasan Perdagangan dan jasa skala kota.

   Pengembangan Ruang Terbuka hijau skala kota

3.1.2.3 Sub Pusat Pelayanan Kota

  Sub Pusat Pelayanan Kota akan dikembangkan pada beberapa lokasi kawasan yaitu : Kawasan Campago Ipuh, Kawasan Garegeh dan Kawasan Ladang Cakiah.

A. Kawasan Campago Ipuh

  Kawasan Campago Ipuh merupakan kawasan pengembangan baru yang berfungsi untuk menarik perkembangan kota ke arah utara sehingga mengurangi beban pelayanan Kawasan Pusat Kota, terlebih akses dari kawasan pusat kota ke kawasan ini relatif sangat mudah. Selain itu, pengembangan pusat pemerintahan baru yang relatif tidak terlalu jauh dari kawasan ini juga akan menstimulasi perkembangan kawasan ini, yang nantinya akan diikuti dengan pengembangan pusat pelayanan umum dan sosial serta kawasan pusat olahraga.

  Dengan kondisi dan peluang pengembangan yang ada maka hal tersebut akan mendukung pengembangan kawasan sebagai sub pusat pelayanan kota di masa mendatang. Fungsi yang diarahkan pada Kawasan Campago Ipuh adalah sebaagi berikut:

   Pusat Pelayanan Umum dan Sosial, meliputi pendidikan menengah, rekreasi skala sub wilayah kota.

   Perdagangan dan Jasa Koridor skala sub wilayah kota.

   Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota.

   Perumahan berkepadatan sedang dan fasilitas pendukungnya.  Ruang Terbuka Hijau rekreasi.

  III-11 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  B. Kawasan Garegeh

  Kawasan Garegeh merupakan kawasanyang beradadi Jalan Sukarno Hatta serta terletakpada perbatasan kota dengan Kabupaten Agam di bagian timur laut Kota Bukittinggi yang merupakan pusat kegiatan permukiman perkotaan. Penetapan sub pusat pelayanan kota pada kawasan ini ditujukan sebagai orientasi bagi pusat pelayanan lingkungan yang berada di bawahnya yang tersebar pada kawasan-kawasan permukiman yang ada serta sebagai pusat pelayanan bagi hinterland Kota Bukittinggi pada bagian timur lautnya.

  Kawasan ini memiliki letak yang strategis bagi permukiman di sekitarnya sehingga diarahkan sebagai sub pusat pelayanan Kota Bukittinggi dan dapat menjadi orientasi bagi pusat-pusat lingkungan yang berada di bawahnya. Fungsi yang diarahkan pada kawasan ini adalah:

   Perdagangan dan jasa skala sub wilayah kota.

   RTH rekreasi skala sub wilayah kota.

   Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota  Pendidikan tingkat menengah dan kesehatan skala puskesmas pembantu.

   Perumahan berkepadatan sedang dan fasilitas pendukungnya.

  C. Kawasan Ladang Cakiah

  Kawasan Ladang Cakiah merupakan kawasanyang berada di Jalan Tigo Baleh serta terletak pada perbatasan kota dengan Kabupaten Agam di bagian timur Kota Bukittinggi yang merupakan pusat kegiatan permukiman perkotaan. Tidak jauh berbeda dengan Kawasan Garegeh, Penetapan sub pusat pelayanan kota pada kawasan ini ditujukan sebagai orientasi bagi pusat pelayanan lingkungan yang berada di bawahnya yang tersebar pada kawasan-kawasan permukiman yang ada serta sebagai pusat pelayanan bagi hinterland Kota Bukittinggi pada bagian timurnya. Fungsi yang akan dikembangkan di kawasan ini antara lain adalah sebagai berikut:

   Perdagangan dan jasa skala sub wilayah kota.

   RTH rekreasi skala sub wilayah kota.

   Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota

   Pendidikan tingkat menengah dan kesehatan skala puskesmas pembantu.

   Perumahan berkepadatan rendah dan fasilitas pendukungnya.

  III-12 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

3.1.2.4 Pusat Lingkungan

  Pusat pelayanan unit lingkungan dikembangkan sebagai pusat pelayanan yang menjadi orientasi kegiatan sosial budaya di tingkat lingkungan bagi permukiman yang berada di sekitarnya. Pusat pelayanan lingkungan di Kota Bukittinggi dikembangkan pada beberapa titik utama sebagai upaya untuk menarik perkembangan Kota Bukittinggi menuju ke arah selatan dan timur.

  Fungsi yang diarahkan pada pusat pelayanan unit lingkungan adalah fasilitas- fasilitas lingkungan untuk melayani kawasan perumahan antara lain:

   Pendidikan tingkat dasar;

   Kesehatan: balai pengobatan;

   Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk Taman lingkungan / olahraga lingkungan;

   Fasilitas peribadatan skala lingkungan;

   Fasilitas perdagangan skala lingkungan. Pusat Pelayanan Lingkungan akan dikembangkan pada beberapa lokasi kawasan yaitu:

  (1) Kecamatan Aur Birugo Tiga Baleh, dengan 2 pusat pelayanan lingkungan berada pada

  Kel. Pakan Labuah dan Kel. Birugo Kecamatan Guguak Panjang, dengan 2 pusat pelayanan lingkungan berada pada Kel.

  (2)

  Tarok Dipo dan Kel. Pakan Kurai

  (3) Kecamatan Mandiangin Koto Selatan, dengan 4 pusat pelayanan lingkungan berada

  pada Kel. Puhun Pintu Kabun, Kel. Campago Guguak Bulek, Kel. Pulau Anak Air, dan Kel. Kuto Selayan

3.1.3 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain :

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan III-13 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

  a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

  d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

  e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat

  III-14 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kota Bukittinggi diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman. Perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas permukiman selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bukittinggi. Tetapi belum semua kawasan perumahan dan permukiman dapat terjangkau dan terlayani sehingga diharapkan ada peran serta masyarakat dan swasta dalam mewujudkan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat dan layak huni.

  Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman tidak tertata demikian juga di wilayah Kota Bukittinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks.

  Untuk mengurangi dan menghilangkan kawasan kurang tertata, Pemerintah Kota Bukittinggi akan menata lingkungan kurang tertata berbasis komunitas dengan menciptakan kemandirian masyarakat dalam memeliharan lingkungan permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni. Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang kurang layak huni dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya. Warga masyarakat di Kota Bukittinggi sebagian besar bertempat tinggal di kawasan perkotaan, hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kurang tertata ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas dll.

  Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) perkotaan melalui pembangunan, peningkatan maupun pemeliharaan telah dilakukan selama ini. Selain itu

  III-15 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 bantuan stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan PSD, perumahan dan permukiman juga telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementrian Perumahan Rakyat RI dan Permerintah Daerah sendiri, yang diberikan kepada warga/ masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk meningkatkan kualitas PSD perkotaan dan perumahan maupun lingkungannya.

3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman

3.2.1.1 Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Permukiman

  Arah kebijakan, strategi, dan program pembangunan berdasarkan RPJPD Kota Bukittinggi tahun 2006-2025 mengacu kepada visi dan misi yang pada dasarnya merupakan kondisi yang ingin dicapai dalam jangka 20 tahun mendatang. Dengan kata lain, visi pembangunan jangka panjang adalah merupakan aspirasi dan cita-cita warga Kota Bukittinggi yang diinginkan dimasa mendatang. Visi tersebut yaitu:

  “Terwujudnya

Masyarakat Adil, Sejahtera Dan Terdidik Berlandaskan Agama Dan Budaya Dalam

Kota Yang Maju Dan Berwawasan Lingkungan”. Disini terlihat bahwa sasaran utama visi

  pembangunan ini masih tetap terwujudnya masyarakat adil dan kesejahteraan sejalan dengan tujuan utama pembangunan nasional. Sedangkan unsur yang spesifik dalam hal ini adalah bahwa perwujudan tata kehidupan yang dilandasi agama, khususnya Islam dan berbudaya Minangkabau. Sedangkan sebagai sebuah kota kondisi yang diinginkan dalam jangka panjang adalah terwujudnya Kota Bukittinggi sebagai kota dengan prasarana dan sarana yang

  

cukup serta lingkungan hidup yang baik dan menyenangkan. Untuk mewujudkan visi

  pembangunan Kota Bukittinggi tersebut, ditetapkan pula beberapa misi utama yang akan dilaksanakan dalam periode 20 tahun mendatang. Misi tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Mewujudkan masyarakat yang terdidik, berbudaya dan beradat berdasarkan Iman dan Taqwa;

  2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang professional dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance);

  3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perbaikan distribusi pendapatan;

  4. Menyediakan prasarana dan sarana perkotaan yang cukup dalam rangka mewujudkan Kota Bukittinggi sebagai kota peristirahatan yang nyaman dan menyenangkan; serta menjadikan kota yang kondusif untuk mewujudkan kota perdagangan Sumatera;

  5. Mewujudkan lingkungan hidup yang baik, bersih dan menyenangkan.

  III-16 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  

3.2.1.2 Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Kota

Bukittinggi

  Terkait dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, berdasarkan RPJPD Kota Bukittinggi tahun 2006-2025 diarahkan pada:

  1. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap perumahan dan fasilitas lingkungan permukiman yang layak huni, terutama bagi masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah;

  2. Penyediaan fasilitas dan jaringan air minum yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas;

  3. Penyediaan prasarana pembuangan air limbah yang layak;

  4. Penyediaan serta perbaikan prasarana drainase perkotaan;

  5. Pengelolaan sistem persampahan yang terpadu;

  6. Peningkatan dan pemeliharaan prasarana jalan untuk mempercepat aksesibilitas dalam kota dan antar wilayah.

  Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang belum layak huni di kelurahan tangah sawah, kelurahan sapiran dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan sarana dasarnya. Banyak ditemui sebagian dari warga masyarakat di Kota Bukittinggi bertempat tinggal di kawasan perkotaan, hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, tidak teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas dll.

3.2.1.3 Penetapan kawasan permukiman Prioritas

  Secara harfiah, kawasan prioritas dipahami sebagai kawasan yang diutamakan pembangunannya dibandingkan dengan kawasan lainnya karena pertimbangan-pertimbangan tertentu (dikembangkan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia). Selain itu, kawasan prioritas juga dipahami sebagai bagian dari suatu wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki karakteristik dan/atau persoalan khusus yang menyebabkan kawasan ini perlu untuk diprioritaskan atau diberikan perhatian khusus dalam penanganannya. Apabila ada kesalahan dalam mengantisipasi pola penanganan dan pemberian prioritas pada kawasan dengan

  III-17 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 kebutuhan khusus tersebut akan berdampak terhadap proses dan capaian tujuan pembangunan perkotaan secara keseluruhan. Berdasarkan pemahaman ini, maka yang disebut sebagai kawasan permukiman prioritas adalah kawasan permukiman yang berada di dalam kawasan perkotaan yang perlu untuk diutamakan pembangunannya karena pertimbangan- pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan yang dimaksud dapat berupa karakteristik dan/atau persoalan khusus yang menyebabkan kawasan ini perlu untuk diberikan perhatian khusus dalam penanganannya. Dasar pertimbangan dalam penentuan indikasi kawasan permukiman prioritas adalah:

  1. Arah kebijakan pembangunan dan penataan ruang. Dasar pertimbangan ini menjadi penting agar kawasan permukimanprioritas yang bersangkutan memang diarahkan pengembangannya oleh kebijakan legal yang berlaku dan disepakati bersama di Kota Bukittinggi.

  2. Kondisi eksisting kawasan permukiman di dalam kawasan perkotaan. Dasar pertimbangan ini dilihat dari kondisi eksisting baik yang sifatnya permasalahan maupun pengembangan. Kajian terhadap kondisi eksisting ini juga menjadi dasar untuk pentipologian kawasan permukiman di Kota Bukittinggi.

  3. Tujuan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kota Bukittinggi. Dasar pertimbangan ini dilihat untuk mengarahkan kriteria dan indikator yang menjadi penilaian dalam menentukan kawasan permukiman prioritas.

  Definisi Kawasan Permukiman berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasanperkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagailingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dantempat kegiatan yang mendukung perikehidupan danpenghidupan.Kawasan Permukimanmerupakan kawasan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dengan fungsi utama untuk permukiman.

  

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan

  perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

  Kawasan permukiman di Kota Bukittinggi saat ini terdiri dari perumahan lama peninggalan jaman belanda, permukiman yang dibangun oleh pihak pengembang (developer), perumahan yang dibangun oleh individu pada lahan yang telah disiapkan di Kota Bukittinggi

  III-18 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016 dan permukiman pada kawasan lindung. Sebagian lagi (dekat sempadan sungai) barak-barak tersebut memerlukan perbaikan lingkungan permukiman.

  Perumahan yang tertata dengan baik pada umumnya merupakan perumahan yang terencana yang dibangun oleh pihak pengembang (developer) dan perumahan yang dibangun oleh individu pada lahan yang telah disiapkan dalam bentuk kavling yang telah tertata dan dilengkapi dengan sarana prasarana pendukungnya. Tipologi kawasan permukiman yang berkembang ini kemudian diidentifikasi permasalahannya untuk menghasilkan daftar pendek calon kawasan permukiman prioritas yang menjadi prioritas penanganan di Kota Bukittinggi. Berdasarakan dokumen RP3KP yang telah di susun oleh Kota Bukittinggi di dapatkan beberapa kawasan prioritas perumahan dan permukiman yaitu :

  1. Kawasan Permukiman Campago Ipuah

  2. Kawasan Permukiman ATT Sawah dan Pakan Kurai

  3. Kawasan Permukiman Gulai Bancah

  4. Kawasan Permukiman Tarek Dipo dan Aur Kuning

  5. Kawasan Permukiman Pakan Labuah Penetapan kawasan prioritas berdasarkan dokumen RP3KP adalah melalui beberapa tahap analisis, survey lapangan dan standart yang telah di tetapkan, adapaun standar dalam penetapan kawasan prioritas tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

  III-19 Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

NO KRITERIA

DATA/JUSTIFIKASI

   Overlay sebaran permukiman dengan lokasi genangan

   Kepadatan bangunan antara 5-10

   Data tabular Tingkat Kepadatan bangunan Per Kelurahan  Overlay peta

   Kepadatan bangunan ≥10 rumah/Ha (padat)

  Tingkat kepadatan bangunan

  4 Kondisi Penataan Bangunan dan Lingkungan Permukiman

   Data tabular Jumlah RT miskin Per Kelurahan  Justifikasi pokjanis dan instansi terkait

  3 Kondisi Masyarakat Permasalahan sosial ekonomi masyarakat Tingkat permasalahan sosial ekonomi masyarakat

   Justifikasi pokajanis dan instansi terkait

  2 Status Lahan Kompleksitas persoalan status lahan Tingkat permasalahan status lahan

   Data tabular Tingkat Pelayanan jalan lingkungan Per Kelurahan  Justifikasi pokjanis dan instansi terkait

   Justifikasi pokjanis dan instansi terkait Tingkat ketersediaan dan pelayanan (kualitas dan kuantitas) jaringan jalan SPM tingkat aksesisbilitas 100%

  Satgas RPIJM Kota Bukittinggi Tahun 2016

  III-20

   Data tabular Tingkat Pelayanan persampahan Per Kelurahan  Justifikasi pokjanis dan instansi terkait Tingkat ketersediaan dan pelayanan (kualitas dan kuantitas) drainase SPM tingkat genangan 50%

   Data tabular Tingkat Pelayanan Air limbah Per Kelurahan  Justifikasi pokjanis dan instansi terkait Tingkat pelayanan (kualitas dan kuantitas) persampahan SPM pengangkutan sampah 70%

   Data tabular Tingkat Pelayanan Air Minum Per Kelurahan  Justifikasi pokjanis dan instansi terkait Tingkat ketersediaan dan pelayanan (kualitas dan kuantitas) sanitasi/air limbah SPM tingkat pelayanan 60%

   Sangat baik 100%

   Baik 80%

   Sedang 70%

   Buruk 50%

   Sangat buruk 40%

  Pelayanan air minum melalui SPAM dengan kebutuhan pokok minimal 150 liter/orang/hari

  1 Kuantitas dan Kualitas Pelayanan Infrastruktur Tingkat ketersediaan dan pelayanan (kualitas dan kuantitas) air minum

  INDIKATOR STANDAR SUNBER

Tabel 3.3 Keterkaitan Hubungan Kriteria dan Indikator dengan Jenis Justifikasi

   Data tabular Tingkat Pelayanan drainase Per Kelurahan  Data lokasi genangan dan banjir

NO KRITERIA

DATA/JUSTIFIKASI

   Justifikasi pokjanis dan instansi terkait

  10 Kebutuhan Terhadap Penanganan Bencana Tingkat kerawanan bencana

  Banyak pihak yang terlibat

  9 Keterlibatan Pemerintah, Masyarakat dan Swasta

  8 Keefektifan Dalam Penanganan Permasalahan Kota Menjawab kebutuhan terhadap penanganan permasalahan kota

   Justifikasi pokjanis dan instansi terkait

   Overlay Peta  Justifikasi pokjanis dan instansi terkait Pengembangan kawasan berada dalam prioritas pembangunan kota Kesesuaian dengan arahan RTRW Kota Bukittinggi  Overlay Peta