Hubungan antara persepsi popularitas dengan terbentuknya konsep diri pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POPULARITAS DENGAN TERBENTUKNYA KONSEP DIRI MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

  Program Studi Psikologi

  Disusun oleh:

  Lia Aryani Sugiarto 079114047

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Hidup Kita Tidak Ditentukan Oleh Takdir Melainkan Oleh Pola Pikir Kita Sendiri

  (Franklin D.R)

  

HIDUP adalah PROSES

HIDUP adalah BELAJAR

TANPA ada batas UMUR

TANPA ada kata TUA

  

JATUH, BERDIRI lagi . . .

KALAH, MENCOBA lagi . . .

  

GAGAL, BANGKIT lagi . . .

  

“NEVER GIVE UP”

sampai TUHAN berkata:

“WAKTUNYA PULANG”

  Kupersembahkan karya pertamaku ini untuk: Pencipta alam semesta Tuhan YME...

  Keluarga besar ku terkasih....

  Dan

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POPULARITAS

DENGAN TERBENTUKNYA KONSEP DIRI MAHASISWA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  

Lia Aryani Sugiarto

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi popularitas yang

dimiliki mahasiswa dengan terbentuknya konsep diri yang dimilikinya. Subjek penelitian adalah

mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah subjek yang digunakan dalam

penelitian adalah 70 orang yang terdiri dari 20 mahasiswa dan 50 mahasiswi. Kriteria subjek yang

digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan rentang usia 18-23 tahun. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari dua

skala pengukuran yaitu skala persepsi popularitas dan skala konsep diri. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman Correlation untuk melihat hubungan antara dua

variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi

popularitas yang dimiliki dengan terbentuknya konsep diri yang ada pada mahasiswa dengan

perolehan korelasi sebesar 0,711 (p<0,01). Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis dalam

penelitian ini diterima sehingga menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara

persepsi popularitas dengan terbentuknya konsep diri pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

  Kata kunci: persepsi popularitas, konsep diri, dan mahasiswa.

  

THE CORRELATION BETWEEN THE POPULARITY PERCEPTION

AND THE FORMING OF SELF-CONCEPT OF SANATA DHARMA

YOGYAKARTA UNIVERSITY STUDENTS

  Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  

Lia Aryani Sugiarto

ABSTRACT

This research aimed to determine the correlation of popularity to self-concept of students.

The research subjects were students of Sanata Dharma University of Yogyakarta. The number of

subjects involved in this research were 70 people, consist of 20 male students and 50 female

students. The subject criteria used in this research were students aged between 18th – 23th. The

method used the Likert Scale that contains of two measuring scale that is popularity perception

scale and self-concept scale. Data analyzed used to this research is Spearman Correlation to

determine the correlation of two variabel. The result showed that there was significant

relationship between popularity perception with self-concept of students of 0,711 (p<0,01). Based

on the data mentioned above this hypothesis was accepted. This showed us that there was a

significant correlation between popularity perception with self-concept of students.

   Key words: popularity perception, self-concept, and students.

  

PRAKATA

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa beserta dengan penuntun jalan surga atas segala anugerah, berkat, dan rahmatNya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara persepsi popularitas dengan terbentuknya konsep diri mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi) Program Studi Ilmu Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya atas segala dukungan dan kesuksesan yang telah dicapai kepada: 1) Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi,

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2) Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, S.Psi., M.Psi. (Almh) selaku mantan

  Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 3) Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M. Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak bantuan berupa motivasi, arahan, bimbingan, kritik dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 4) Ibu M.M. Nimas Eki S, M.Si., Psi. dan Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan. 5) Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan, serta kemudahan dalam memberikan perpanjangan studi untuk menyelesaikan skripsi.

  6) Semua pihak yang telah membantu peneliti atas terselesaikannya skripsi ini.

  Khususnya bagi para subjek yang telah bersedia membantu peneliti. 7) Teman-temanku selama ini angkatan 2007-2009 yang sudah membantu kuucapkan terima kasih atas kebersamaannya selama ini dalam memperjuangkan masa depan. 8) Teman-temanku di padepokan Amakusa terima kasih untuk semangat dan kebersamaannya.

  9) Kelompok bimbingan doa terima kasih atas ikatan doa yang tiada berujung yang terus mengalir.

  10) Keluarga besar saya dan seluruh kerabat dekat yang telah memberikan dukungan dan doa.

  Semoga apa yang telah dituliskan dalam skripsi ini dapat beranfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya untuk Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Yogyakarta, 20 Juni 2014 Lia Aryani Sugiarto

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi

  

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

  LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

  BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6 BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 7 A. Persepsi Popularitas ............................................................................ 7

  1. Pengertian Persepsi ....................................................................... 7

  2. Pengertian Popularitas ................................................................... 9

  3. Pengertian Persepsi Popularitas .................................................... 12

  B. Konsep Diri ......................................................................................... 17

  1. Persepsi Popularitas ...................................................................... 37

  F. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 40

  E. Subjek Penelitian ................................................................................. 39

  2. Teknik Pengambilan Sampel ......................................................... 39

  1. Populasi ......................................................................................... 38

  D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ......................................... 38

  2. Konsep Diri ................................................................................... 38

  BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 36 A. Jenis Penelitian .................................................................................... 36 B. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 36 C. Definisi Operasional ............................................................................ 37

  1. Pengertian Konsep Diri ................................................................. 17

  F. Hipotesis .............................................................................................. 35

  E. Skema Hubungan Popularitas dengan Konsep Diri Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ............................................. 34

  D. Dinamika Hubungan Popularitas dengan Konsep Diri Mahasiswa .... 31

  C. Mahasiswa ........................................................................................... 29

  4. Kualitas Konsep Diri ..................................................................... 26

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri .......................... 22

  2. Aspek-aspek Konsep Diri ............................................................. 19

  G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ................................................... 44

  2. Uji Reliabilitas .............................................................................. 44

  3. Seleksi Aitem ................................................................................ 45

  H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 46

  BAB IV. LAPORAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 48 A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 48 B. Hasil Penelitian ................................................................................... 49

  1. Uji Normalitas ............................................................................... 49

  2. Uji Linearitas ................................................................................. 50

  3. Uji Hipotesis ................................................................................. 50

  C. Deskripsi Statistik Data Penelitian ...................................................... 51

  D. Pembahasan ......................................................................................... 51

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 54 A. Kesimpulan ......................................................................................... 54 B. Saran .................................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55 LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 59

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak dalam

  sepanjang perjalanan hidup. Pada usia yang sedang bertumbuh, remaja memiliki banyak sekali permasalahan yang dialami. Salah satu diantaranya adalah proses pencarian identitas diri. Pada tahap terbentuknya identitas diri tersebut, remaja akan memiliki kebutuhan ingin diperhatikan yang tinggi.Hal tersebut disebabkan karena di usia tersebut remaja ingin semakin menggali kemampuan diri dan memiliki karakter diri yang menarik.

  Tidak hanya pada bangku sekolah menengah saja, tetapi pada remaja yang berada di jenjang perkuliahan pun memiliki kebutuhan untuk semakin mematangkan kemampuan diri. Bahkan di lingkungan perkuliahan memiliki ranah persaingan yang lebih luas. Mahasiswa lebih banyakmemiliki peluang untuk menggali dan mengasah potensi diri saat berada di tingkat universitas. Hal tersebut dikarenakan lingkup pergaulan mereka yang semakin luas dan semakin banyaknya kegiatan yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi kemampuan di dalam dirinya. Saat menjalankan perannya sebagai mahasiswa, remaja memiliki tuntutan yang lebih besar baik dari segi prestasi maupun dari segi kemampuan sosial. aktif, karena dengan eksistensi yang dimilikinya mahasiswa akan dianggap memiliki kompetensi yang baik dilingkungannya.

  Fenomena yang dijadikan sebagai latar belakang penelitian ini dijumpai di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Banyak mahasiswa populer yang memiliki konsep diri yang baik. Tidak hanya dari segi penampilan, tetapi dari perilaku dan konsep berpikir yang dimilikinya.

  Seperti contohnya mahasiswa A, dia dianggap populer oleh teman- temannya. A merupakan mahasiswi yang banyak mengikuti kegiatan di universitas. Tidak hanya kegiatan kampus saja, A juga mengikuti kegiatan di luar kampus seperti interpreneur business. Dimata teman-temannya A merupakan sosok mahasiswi yang memiliki penampilan yang unik. A memiliki penampilan yang agak sedikit tomboy dan arogan. Akan tetapi meskipun penampilannya tidak terlihat rapi, A memiliki prestasi yang bagus di kampus. A juga mampu mengimbangi kesibukannya dalam banyaknya kegiatan yang dia lakukan dengan prestasi akademik yang tidak terganggu. Pada hubungan sosialnya, A termasuk individu yang berhasil karena A termasuk mahasiswa yang loyal dalam berteman, sehingga A banyak memiliki hubungan baik denganorang lain.Pada fenomena tersebut ada hal-hal yang menarik peneliti untuk melihat lebih dalam lagi, terkait dengan persepsi popularitas yang dimiliki pada masing- masing individu, yang mana persepsi yang dimiliki tersebut dapat dijadikan sebagai suatu motivasi dalam membentuk dirinya. Peneliti ingin konsep diri yang dimiliki oleh mahasiswa yang populer, dan bagaimana mereka dapat memiliki konsep diri tersebut. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya terkait dengan popularitas karena, pada penelitian ini lebih ingin melihat peran persepsi yang dimiliki individu mampu dijadikan acuan dalam membentuk konsep diri yang positif. Sedangkan pada penelitian yang telah ada, lebih mengungkap bahwa popularitas merupakan hasil dari konsep diri yang dimiliki individu.

  Memang kebanyakan dari mereka yang populer memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dibanding dengan teman-temannya yang lain. Biasanya pada penampilannya lebih memiliki ciri yang “khas atau identik” sehingga mudah dikenali oleh lingkungan.Bahkan tidak hanya dari penampilan saja, tapi dari segi kepribadian pun cukup menarik untuk dikenali.Berdasarkan karakter yang menarik tersebut membuat peneliti ingin melihat lebih dalam lagi bagaimana konsep diri yang dimiliki oleh mereka.

  Konsep diri merupakan aspek penting dalam perkembangan kepribadian mahasiswa, dimana di dalam perkembangan kepribadian tersebut akan membentuk karakteristik pada masing-masing individu. Seperti yang dikemukakan oleh Rogers (Hall & Lindzey,1985) dalam Thalib (2010) bahwa konsep kepribadian yang paling utama adalah diri.

  Diri (self) berisi ide-ide, persepsi-persepsi dan nilai-nilai yang mencakup kesadaran tentang diri sendiri. Konsep diri merupakan representasi diri peran, dan status sosial.Melalui konsep diri yang dimiliki, individu memiliki gambaran diri yang lebih utuh dan unik. Konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan pengalaman dan interpretasi dari lingkungan, penilaian orang lain, atribut, dan perilaku diri. Pengembangan konsep diri berpengaruh terhadap perilaku yang ditampilkan, sehingga bagaimana orang lain memperlakukan dan apa yang dikatakan orang lain tentang individu akan dijadikan acuan untuk menilai diri sendiri (Shavelson dan Roger, 1982).

  Selain itu konsep diri juga dianggap sangat berpengaruh dan menjadi point penting bagi mahasiswa dalam menjalin hubungan dengan teman sebayanya. Setiap diri manusia memiliki keinginan untuk senantiasa tampil menjadi populer atau terkenal, dengan tindakan-tindakan yang dianggapnya memainkan peranan penting untuk mengaktualisasikan dirinya menjadi suatu akses diri yang dapat diterima menurut kondisi lingkungannya. Konsep diri pada dasarnya merupakan gagasan tentang diri yang bersifat subjektif, artinya persepsi individu tentang dirinya sendiri baik secara psikologis, sosial dan fisik (Brook dikutip Rahkmat, 2000). Persaingan yang muncul dalam kehidupan remaja khususnya mahasiswa merupakan salah satu bukti bahwa popularitas dianggap sangatlah penting oleh sebagian besar remaja saat ini. Pada usia remaja, terdapat rasa kebanggaan tersendiri apabila remaja mempunyai banyak teman karena remaja tersebut merasa dirinya sangat populer (Soekanto, Pada dasarnya individu yang memiliki keinginan untuk populer memiliki konsep diri yang positif, karena individu memiliki persepsi yang baik tentang popularitas, dimana ketika kita ingin meraih suatu popularitas maka individu harus memiliki manajemen diri yang baik. Tentunya manajemen diri yang baik tersebut akan menghasilkan konsep diri yang positif. Berdasarkan sumber-sumber tersebut peneliti ingin mengupas lebih dalam tentang fenomena yang terjadi pada remaja khususnya yang telah dudukdi bangku perkuliahan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara persepsi popularitas terkait dengan terbentuknya konsep diri yang dimilikinya.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pembahasan latar belakang di atas maka masalah yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah ingin melihat “Apakah ada hubunganantara persepsi tentang popularitas dengan terbentuknya konsep diri pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?”

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi tentang popularitas dengan konsep diri pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana yang bermanfaat dan sumber acuan tambahan dalam bidang psikologi, khususnya mengenai hubungan antara persepsi popularitas dengan konsep diri pada mahasiswa.

  2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang positif bagi mahasiswa maupun individu lainnya dalam memahami tentang persepsi popularitas yang dimilikinya terkait dengan terbentuknya konsep diri yang positif. Juga sekiranya mampu memberikan pemahaman tentang persepsi popularitas dalam membentuk konsep diri.

BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Popularitas

1. Persepsi

  Pada dasarnya setiap individu memiliki pola berpikir yang berbeda-beda. Pola pikir pada individu digunakan untuk menciptakan suatu pengertian atau persepsi tentang hal-hal yang pernah dialaminya. Persepsi berasal dari bahasa Latin yaitu perception (percipare) yang artinya mengambil atau menerima (Sobur, 2003). Persepsi merupakan bentuk dari cara pandang seseorang melihat suatu hal, dimana hal tersebut kemudian disimpulkan menjadi suatu pengertian yang tertanam di dalam dirinya.

  Pengertian persepsi menurut beberapa ahli:

  a) Sarwono (2002) Persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami.

  Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. b) Epstein & Rogers dalam Stenberg (2008) Persepsi adalah seperangkat proses yang dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapan- cerapan inderawi yang kita terima dari stimuli lingkungan.

  c) Shaleh (2009) Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.

  Persepsi tidak terbentuk begitu saja, melainkan melewati beberapa tahap. Walgito mengungkapkan bahwa proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu.Persepsi terbentuk dengan adanya seleksi yang dilakukan oleh individu dalam menyaring atau menyerap stimulus. Kemudian stimulus tersebut diiterpretasikan berdasarkan pengalaman yang dimiliki, prinsip yang dimiliki, dan karakteristik individu tersebut. Berdasarkan interpretasi tersebutlah maka individu akan mewujudkannya dalam bentuk tingkah laku (Rauf, Blogspot).

  Berdasarkan pengertian para ahli, maka disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses individu mencerna suatu informasi yang menyimpulkan hasil berpikirnya sesuai dengan cerapan inderawi yang dimiliki.

2. Popularitas

  Sebagai mahluk sosial setiap individu memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Masa remaja ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis, dan sosialnya. Berkaitan dengan hubungan sosial pada remaja, hampir seluruh waktu yang digunakan adalah untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Gusrini, 2005).Santrock (2003) mengatakan bahwa hubungan teman sebaya yang baik merupakan hal yang diperlukan bagi perkembangan sosial yang normal pada masa remaja.

  Remaja harus melakukan penyesuaian diri, dan keberhasilan dalam menjalin hubungan sosial dapat dilihat dari penerimaan lingkungan terhadap individu tersebut.

  Para ahli perkembangan membagi empat tipe status teman sebaya yaitu anak populer, anak diabaikan, anak ditolak, dan anak kontroversial (Santrock, 2003). Anak populer sering sekali dinominasikan sebagai kawan terbaik dan jarang dibenci oleh teman sebaya. Anak populer biasanya memiliki keterampilan sosial yang baik, mengerti cara memulai dan mempertahankan pembicaraan, peka terhadap isyarat-isyarat sosial dan emosional, dan mampu ubah.Dalampenelitian Brown & Mounts (1989), ditemukan adanya 6 struktur kelompok teman sebaya yaitu: murid yang populer (populars), murid yang tidak populer (unpopulars), murid yang gemar berolahraga ( jocks), murid yang cerdas (brains), murid pengguna obat-obatan (druggies), dan murid biasa (average).

  Gusrini (2005) mengungkapkan bahwa kata populer berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu kata populus yang berarti rakyat banyak. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata populer memiliki arti : (1). Dikenal dan disukai orang banyak; (2).

  Sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah dipahami banyak orang; (3). Disukai dan dikagumi orang banyak.

  Kesuksesan dalam dunia remaja seringkali digambarkan oleh popularitas yang berhasil dimiliki. Popularitas menunjukkan kemampuan seseorang dalam melakukan hubungan sosialnya, yaitu keberhasilan dalam membina hubungan dengan teman yang ditandai dengan penerimaan atau penolakan individu atau kelompoknya (Roosianti, 1994). Menurut Fuhrman (1990) popularitas adalah penerimaan teman sebaya dan kemudahan mendapatkan teman yang dapat meningkatkan pengaruh seseorang di dalam kelompok teman sebayanya. Popularitas adalah ukuran untuk melihat baik tidaknya seseorang di dalam hubungan sosialnya yang ditandai oleh banyak sedikitnya teman bergaul (Walgito, 1993). Setiap individu tentunya kelompoknya merupakan petunjuk bahwa individu tersebut disukai dan diterima oleh teman-teman sebayanya (Handayani, 1991 dikutip oleh Gusrini, 2005). Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut disimpulkan bahwa popularitas menunjukkan suatu keberhasilan dimana seseorang dapat diterima oleh teman sebayanya dan dapat dengan mudah membina hubungan pertemanan yang akan memperkuat kedudukannya dalam kelompok teman sebaya. Individu yang populer tidak hanya berperilaku yang sesuai dengan harapan kelompoknya, ia bahkan cenderung memiliki pengaruh terhadap kelompok.

  Popularitas merupakan salah satu bentuk gambaran dari harga diri seseorang. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (1967) dalam teorinya tentang motivasi manusia yang membedakan antara kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs) yang meliputi rasa lapar, kasih sayang (afeksi), rasa aman, harga diri, dan sebagainya. Kebutuhan harga diri yang dimiliki tersebut menjadi salah satu

  point acuan bagi tiap individu dalam setiap hal yang mereka

  lakukan.Individu memiliki kebutuhan harga diri yang ingin terpenuhi, baik dimata individu ataupun lingkungannya. Harga diri itu mengarah pada evaluasi diri yang dirancang dan dilakukan individu yang dilakukan besar berasal dari interaksi dengan lingkungan dan perlakuan orang lain terhadap dirinya (Coopersmith, 1967).

  Berdasarkan pengertian harga diri tersebut, maka kebutuhan harga diri itulah yang dianggap menjadi latar belakang terbentuknya persepsi tentang popularitas pada sebagian individu.Mereka menganggap bahwa dengan popularitas yang dimiliki, individu akan memiliki harga diri baik dan memiliki kemudahan dalam pencapaian prestasi. Dari pengertian diatas, menunjukkan bahwa popularitas memiliki makna yang cukup berarti bagi individu.

  Berdasarkan penjabaran diatas, disimpulkan bahwa popularitas merupakan kondisi dimana seseorang dikenal, disukai dan dikagumi banyak orang karena individu tersebut mampu berperilaku sesuai dengan harapan kelompoknya,danmemiliki keberhasilan dalam membina hubungan sosial dimana individu mendapatkan penerimaan dari lingkungannya, serta memiliki pengaruh dalam kelompok dimana ia berada.

3. Persepsi Popularitas

  Persepsi tentang popularitas yang dimiliki individu terbentuk berdasarkan pengalaman individu selama perjalanan hidupnya.

  Persepsi yang dimiliki terkait dengan popularitas dapat dijadikan motivasi bagi dirinya membentuk karakteristi diri.

  Fielman (1999) mengatakan bahwa presepsi merupakan proses konstruktif yang mana kita menerima stimulus yang ada dan berusaha mahasiswa akan menerima stimulus tentang popularitas yang ada dilingkungannya terkait dengan aspek-aspek popularitas seperti potensi diri, hubungan sosial, dan karakteristik diri. Tuntutan yang didapatkan dari lingkungannya membuat mahasiswa lebih berani untuk membuka dirinya akan suatu perkembangan atau perubahan, agar mahasiswa dapat diterima oleh lingkungannya.

  Morgan (1987) mengatakan bahwa persepsi mengacu pada cara kerja, suara, rasa, selera, atau bau. Dengan kata lain, persepsi dapat di definisikan sebagai hal apapun yang dialami seseorang. Persepsi tentang popularitas menjadi stimulus yang positif bagi mahasiswa, karena dengan terbentuknya persepsi tersebut maka mahasiswa menyadari bahwa mahasiswa harus memiliki konsep diri yang baik untuk bisa menjadi seperti apa yang diinginkannya.

  Rakhmat (1996) mengungkapkan persepsi adalah pengalaman

  tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) dimana melibatkan sensasi yang muncul. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.

  Berdasarkan motivasi yang melibatkan terbentuknya persepsi, individu memiliki gambaran bahwa popularitas merupakan hal yang bentuk keberhasilan individu dalam melakukan ataupun menciptakan sesuatu.

  Berdasarkan uraian diatas, maka persepsi tentang popularitas merupakan cara pandang seseorang terkait dengan apakah ia dikenal, disukai, dan dikagumi banyak orang karena mampu berperilaku sesuai dengan harapan kelompoknya, dan memiliki keberhasilan dalam membina hubungan sosial dimana individu mendapatkan penerimaan dari lingkungannya, serta memiliki pengaruh dalam kelompok dimana individu tersebut berada.

4. Aspek – Aspek Popularitas

  Beberapa aspek yang terdapat dalam popularitas menurut Fuhrman (1990) adalah:

  a) Potensi diri Potensi diri berasal dari bahasa Inggris yaitu “to potent” yang berarti kuat atau keras. Potensi diri merupakan kemampuan- kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki seseorang yang di dapat secara maksimal. Potensi diri pada dasarnya adalah kemampuan terpendam seseorang yang jika dikenali, dikembangkan, dan diaktualisasikan akan menjadi kemampuan nyata dalam kehidupan. Dengan potensi diri yang dimiliki mahasiswa akan memudahkan mereka untuk diterima oleh b) Hubungan Sosial Setiap individu tentunya membutuhkan berinteraksi dengan lingkungannya. Hubungan sosial yang baik mampu memberikan penilaian yang positif bagi individu. Seseorang yang memiliki kemampuan menjalin hubungan interpersonal yang baik akan diterima di lingkungan sosialnya, sehingga dapat membuatnya menjadi populer. Menurut Hartup dalam Steinberg (1991), remaja yang populer selain mereka yang perilakunya pantas di mata para remaja, mereka juga mempunyai penerimaan yang baik terhadap kebutuhan orang lain, mereka percaya diri tanpa menjadi sombong, ramah, ceria, bertingkah laku baik dan humoris. Orang yang populer adalah orang yang memiliki pergaulan luas, diterima, dan disukai oleh individu maupun kelompok dalam lingkungannya (Grinder, 1978: Walgito, 1980).

  c) Karakteristik Diri Scarr (1986) mengungkapkan bahwa indikator popularitas adalah daya tarik fisik, ras, jenis kelamin, dan kepribadian.

  Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya tersebut, individu mudah diterima oleh sebagian besar teman-temannya dalam suatu kelompok. Sigall & Lindzey dalam Grinder (1978) mengemukakan bahwa daya tarik fisik, kepandaian, kebaikan hati dan keramahan memiliki peran untuk menentukan popularitas seseorang. Faktor seseorang. Individu yang secara fisik menarik akan lebih populer dibandingkan dengan mereka yang tidak menarik (Kennedy, 1990).

  Akan tetapi pemahaman tersebut juga tidak dijadikan sebagai indikator utama dalam popularitas karena kondisi fisik hanya terjadi pada kondisi ekstrem (dimana individu sangat menarik dan sangat tidak menarik) dimana hubungan antara popularitas dan penampilan menarik terjadi (James Coleman, 1980 dikutip oleh Santrock, 2003).

  Aspek karakteristik diri ini lebih dominan disukai pada indikator yang berupa kepribadian. Fuhrman (1990) mengatakan bahwa kriteria popularitas adalah daya tarik fisik, keahlian, dan karakteristik personal. Ciri-ciri individu yang populer adalah menerima diri, mampu sendirian pada suatu waktu, ramah, pantas dalam perkataan, sikap, dan cara berpakaian.

  Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa popularitas merupakan kondisi dimana individu memiliki peran, eksistensi, hubungan, dan kemampuan yang baik dilingkungannya, dimana individu tidak hanya sebatas banyak mengenaldan banyak dikenal orang, tapi juga memiliki kinerja dan manajemen diri yang baik. Popularitas memiliki peran yang berbeda-beda pada tiap orang. Aspek-aspek yang terkandung dalam popularitas adalah potensi diri atau kemampuan diri yang dimiliki oleh individu, hubungan sosial yang dimiliki oleh individu yang dianggap memiliki keunikan.Aspek - aspek tersebut dianggap mampu mengukur persepsi tentang popularitas dalam diri mahasiswa.

B. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri

  Konsep diri memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia khususnya dalam perkembanganhidup mahasiswa. Melalui pemahaman terhadap konsep diri, mahasiswa dapat mengenal siapa dirinya yang sebenarnya, seperti apakah dia, dan bagaimana cara dia membentuk gambaran dirinya untuk menjadi lebih baik lagi. Konsep diri merupakan kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan, dimana hal tersebut mencakup tentang pendapat akan dirinya, pendapat tentang gambaran dirinya dimata orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang diperolehnya (Burn, 1993).

  Beberapa ahli mendefinisikan konsep diri bermacam-macam, diantaranya sebagai berikut: a. Menurut C.J. Rogers

  Konsep diri adalah merupakan gambaran tentang diri sendiri sejauh evaluasi terhadap gambaran tersebut. b. Menurut Hurlock, E.B (1994) Konsep diri merupakan kesan (image) individu mengenai karakteristik dirinya, yang mencakup karakteristik fisik, sosial, emosional, aspirasi dan achievement.

  c. Menurut William D. Brooks (1999) Konsep diri sebagai persepsi tentang diri kita yang bersifat fisik, psikologi, maupun sosial yang datang dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. Persepsi diri yang bersifat fisik meliputi penampilan, bentuk atau potongan tubuh.

  d. Menurut Berzonsky (1991) Konsep diri merupakan gabungan dari aspek fisik, psikologis, sosial, dan moral. Dimana konsep diri merupakan gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyata maupun penilaian berdasarkan harapannya.

  Berdasarkan beberapa definisi konsep diri menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri merupakan gambaran tentang diri dimana meliputi gambaran fisik, psikologis, kepribadian, hubungan sosial, peran diri yang terbentuk atau yang diinginkan karena adanya interaksi yang terjadi dengan lingkungan sekitarnya.

2. Aspek-aspek Konsep Diri

  Menurut teori perkembangan, konsep diri belum ada saat individu lahir. Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. George Herbert Mead dalam Rakhmat (1996) mengemukakan bahwa

  significant other (orang yang terpenting atau yang terdekat), konsep

  diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar dari diri sendiri melalui cermin terhadap orang lain atau pandangan orang lain terhadap diri yang merupakan interpretasi diri.

  Menurut Hardy dan Heyes (1998) konsep diri memiliki 3 (tiga) komponen yang sangat penting karena akan mempengaruhi hidup kita sejak kecil hingga sekarang, komponen tersebut antara lain:

  a. Citra diri (self image) Merupakan gambaran individu terhadap dirinya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini meliputi persepsi dan perasaan tentang penampilan, fungsi dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu (Keliat, 1992). Cara individu menilai dirinya memiliki pengaruh terhadap perilakunya.

  Sejak lahir individu sudah mampu mengembangkan dirinya, menerima stimulus dari lingkungannya, kemudian memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan individu menanggapi perubahan yang terjadi dengan respon negatif dan positif. Banyak pula diantara individu yang mendapati dirinya belum cukup ideal.

  b. Diri Ideal (ideal self) Merupakan persepsi individu tentang bagaimana harus berperilaku sesuai dengan standar, tujuan atau penilaian personal tertentu. Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai, sehingga individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi dan ideal diri.

  Aspek ini merupakan gambaran mengenai kondisi diri yang diharapkan oleh individu.

  c. Harga diri (self esteem) Harga diri adalah suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang bersifat positif atau pun negatif (Dariyo, A & Ling, 2002). Harga diri merupakan penilaian terhadap hasil yang dicapai, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri (Wong, 2004). Proses pencapaian suatu target atau tujuan dapat mempengaruhi harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering mengalami kegagalan di dalam hidupnya, maka individu tersebut cenderung memiliki harga diri yang rendah. Harga diri didapatkan dari hasil interaksi diri diri adalah rasa dicintai dan penghargaan dari orang lain. Pada usia remaja kebutuhan akan harga diri dianggap sangatlah tinggi.

  Dari tiga aspek konsep diri diatas yaitu: aspek citra diri, aspek ideal diri, dan aspek harga diri memiliki pengaruhnya masing-masing dalam perkembangan konsep diri individu. Konsep diri terbentuk seiring dengan berjalannya tugas perkembangan pada tiap individu, hal itu terjadi karena konsep diri bukanlah aspek yang di dapat sejak lahir, melainkan hasil dari proses belajar individu dari lingkungan sekitarnya. Berdasarkan dari pengalaman hidupnya, seseorang akan menetapkan konsep dirinya berdasarkan berbagai macam faktor.

  Menurut E.B. Hurlock (1994), faktor-faktor itu adalah bentuk tubuh, cacat tubuh, pakaian, nama dan julukan, intelegensi, kecerdasan, taraf aspirasi atau cita-cita, emosi, jenis atau gengsi sekolah, status sosial, ekonomi keluarga, teman-teman, dan tokoh/orang yang mempengaruhi.

  Berzonsky (1981) mengungkapkan konsep diri memiliki beberapa aspek yang dianggap mempengaruhi perkembangan konsep diri yang dimiliki oleh individu, yaitu:

  a. Aspek fisik (physical self) Merupakan penilaian individu terhadap kondisi fisik yang dimilikinya seperti tubuh, pakaian, dan atribut fisik lainnya dengan adanya penerimaan dan penolakan yang dilakukan sebelumnya.

  b. Aspek psikologi (psychological self) Merupakan penilaian individu terhadap keadaan psikis yang dimilikinya seperti rasa tanggung jawab, percaya diri, serta kemampuan dan ketidakmampuan yang dimilikinya.

  c. Aspek sosial (social self) Merupakan bentuk peranan individu dalam menjalani kehidupan sosialnya, bagaimana bentuk penilaian individu terhadap performanya dalam berinteraksi sosial.

  Dari ketiga aspek konsep diri diatas yaitu: aspek fisik, aspek psikologi, dan aspek sosial memiliki pengaruhnya masing-masing dalam perkembangan konsep diri individu.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

  Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang menurut beberapa ahli adalah (Centi, 1993): a. Orang lain

  Dalam kehidupan ini kita mendapatkan gambaran tentang diri kita melalui orang lain. Orang lain memberikan penilaian- penilaian tentang perilaku dan diri kita. Penilaian tersebutlah ynag memberikan penilaian yang baik atas perilaku kita, maka kita akan merasa senang.Begitu juga sebaliknya jika orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita.

  Tidak semua orang dianggap memiliki pengaruh bagi diri individu. Hanya beberapa saja yang dianggap memiliki kelekatan dengan kita saja. Seperti yang dikemukakan oleh George Herbert Mead dalam Rakhmat (1996) diatas bahwa significant other (orang yang terpenting atau yang terdekat), konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar dari diri sendiri melalui cermin terhadap orang lain atau pandangan orang lain terhadap diri yang merupakan interpretasi diri.

  Berdasarkan kondisi mahasiswa yang lebih cenderung banyak berinteraksi dengan orang-orang di luar keluarganya, significant

  other yang dimiliki adalah teman-teman sebaya disekitarnya.

  b. Kelompok Rujukan (Reference Group) Seperti yang dikemukakan oleh Rakhmat (1996), saat menjalin hubungan sosial dengan masyarakat, kita tidak dapat lepas dari peran kelompok. Setiap individu memiliki kelompok rujukan masing-masing. Kelompok tersebut individu mengalami proses adaptasi terkait dengan karakteristik dan ciri khas yang dimiliki oleh kelompoknya. Merton dan Kitt(1950) mengungkapkan bahwa setiap orang memerlukan kelompok rujukan (reference group) tertentu.

  Fungsi kelompok rujukan ada 2 macam, yaitu fungsi normatif dan fungsi komparatif (perbandingan). Fungsi normatif kelompok mendesak suatu standar tertentu bagi perilaku dan keyakinan/kepercayaan anggotanya. Kelompok mempunyai cukup kekuatan atas individu, sehingga mau tidak mau individu mengikuti standar tersebut. Jika norma-norma itu diserap oleh individu, maka terbentuklah nilai dalam diri individu itu, yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi tingkah laku dan kepercayaannya. Kelompok hanya dijadikan alat pembanding bagi individu untuk mengetahui apakah perilaku atau kepercayaannya sudah benar atau masih salah (Merton & Kitt, 1950).

  c. Pola asuh Figur terdekat individu sejak ia kecil adalah sosok orang tua.Sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak dapat dijadikan sebagai panutan oleh anak. Sikap positif yang diberikan oleh tua dapat membentuk konsep diri yang positif dalam diri anak. Anak akan merasa memiliki perasaan dihargai. Begitu juga sebaliknya, jika orang tua memberikan sikap yang negatif terhadap anak, anak akan cenderung akan merasa dirinya kurang d. Pengalaman Centi (1993) mengemukakan bahwa pengalaman memiliki pengaruh dalam pembentukan konsep diri seseorang. Setiap persepsi yang dimiliki oleh individu merupakan hasil dari interpretasi pengalaman yang pernah dialaminya. Pengalaman- pengalaman yang baik akan membuat individu memiliki konsep diri yang positif. Seperti contohnya individu yang baru saja mengalami kesuksesan mendapat ucapan selamat dari lingkungannya, hal tersebut akan menaikan harga diri yang dimiliki individu. Sedangkan bila individu yang mengalami kegagalan sering mendapatkan sebuah penghakiman atau cemoohan dari lingkungannya, maka akan membentuk konsep diri yang negatif. Hal tersebut muncul karena adanya rasa rendah diri yang disebabkan karena harga diri yang hancur.

  Berdasarkan pemahaman diatas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah “orang lain” yang lebih dikhususkan pada significant other (figur yang terpenting atau terdekat), “kelompok rujukan” (reference group) terkait dengan hubungan dalam suatu kelompok, pola asuh orang tua yang didapat sejak kecil, dan “pengalaman” yang pernah dialami oleh individu selama masa hidupnya. Konsep diri seseorang akan semakin peroleh dari lingkungannya. Semakin banyak hal-hal positif yang didapatkan, maka individu akan cenderung memiliki konsep diri yang positif, dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan penjabaran diatas semakin memperkuat bahwa konsep diri merupakan hasil dari proses belajar individu terhadap lingkungan dan bukan merupakan faktor bawaan sejak lahir.

4. Kualitas Konsep Diri

  Setiap individu memiliki kualitas konsep diri yang berbeda- beda. Menurut Rogers ada dua kategori kondisi konsep diri yang dimiliki oleh individu, yaitu:

  a. Konsep diri positif Konsep diri positif merupakan gambaran diri, perasaan harga diri yang positif dan penerimaan diri yang positif. Individu yang memiliki konsep diri positif dianggap sudah cukup mengenal tentang dirinya, sehingga dapat memahami setiap kondisi atau keadaan yang terjadi pada dirinya. Biasanya individu akan memiliki banyak pemikiran dan target pencapaian akan dirinya.

Dokumen yang terkait

Hubungan antara efikasi diri dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama Universitas Sanata Dharma

0 3 173

Hubungan antara persepsi mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma terhadap profesi psikolog dengan motif berprestasi - USD Repository

1 0 184

Efikasi diri pada mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang mengerjakan skripsi - USD Repository

0 0 103

Studi deskriptif konsep diri fisik : studi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 105

Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan dalam menghadapi dunia kerja pada mahasiswa semester akhir di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 132

Kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 136

Studi deskriptif kuantitatif persepsi mahasiswa mengenali nilai-nilai Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 109

Kontribusi konsep diri dan persepsi mahasiswa tentang sertifikasi guru terhadap minat menjadi guru sejarah pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 1 209

Kontribusi konsep diri dan persepsi mahasiswa tentang sertifikasi guru terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa Jurusan IPS FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 1 203

Hubungan antara kinerja dosen, ketersediaan fasilitas belajar serta motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 1 168