DOCRPIJM 1504693889BAB IV DRAINASE PDAM

9

10

-Pipa PVC Dia, 75 mm

2000

M

109.000.000

-Pipa PVC Dia, 100 mm

3000

M

247.500.000

-Pipa PVC Dia, 150 mm


3500

M

574.000.000

-Pengadaan Pipa GI Dia

Ls

25.000.000

-Pengadaan Acesories

Ls

30.000.000

27.000.000


Pemasangan Pipa
-Pipa PVC Dia, 50 mm

1500

M

-Pipa PVC Dia, 75 mm

2000

M

46.000.000

-Pipa PVC Dia, 100 mm

3000


M

78.000.000

-Pipa PVC Dia, 150 mm

3500

M

105.000.000

Pengadaan Water Meter

300

Unit

98.000.000


Lokasi Desa Butang Baru

VI
1

Sumur Bor

1

Unit

175.000.000

2

Genset 60 Kva

1

Unit


175.000.000

3

Pompa Submersible 5 Lt/dt

1

Unit

75.000.000

4

Pompa Centrifugal 10 Lt/dt

1

Unit


65.000.000

5

IPA 5 Lt/dt

1

Unit

325.000.000

6

Reservoir 50 M3

1

Unit


120.000.000

7

Rumah Jaga dan Rumah Pompa

1

Unit

85.000.000

8

Pagar Instalasi

Ls

75.000.000


9

Pembebasan Tanah

Ls

50.000.000

10

Pengadaan Pipa
-Pipa PVC Dia, 50 mm

2000

M

54.000.000


-Pipa PVC Dia, 75 mm

2000

M

109.000.000

-Pipa PVC Dia, 100 mm

2000

-Pengadaan Acesories
11

12
VII

M


165.000.000

Ls

25.000.000

36.000.000

Pemasangan Pipa
-Pipa PVC Dia, 50 mm

2000

M

-Pipa PVC Dia, 75 mm

2000

M


46.000.000

-Pipa PVC Dia, 100 mm

2000

M

52.000.000

Pengadaan Water Meter

300

Unit

98.000.000

Lokasi Pulau Pandan

1

Pompa Centrifugal 10 Lt/dt

1

Unit

2

Pompa Submersible NC 10 Lt/dt

1

Unit

95.000.000
65.000.000

3

Genset 60 Kva

300

Ls

98.000.000

4

Pengadaan Water Meter

50.000.000

12.611.750.000

185

-Pipa PVC Dia, 50 mm

3500

M

63.000.000

-Pipa PVC Dia, 75 mm

3000

M

69.000.000

-Pipa PVC Dia, 100 mm

4000

M

104.000.000

-Pipa PVC Dia, 150 mm

3500

M

105.000.000

Lokasi Sarolangun

II
1

Gedung Labor

98.000.000

2

Pompa Submersible NC Lt/dt

1

Unit

190.000.000

3

Pompa Centrifugal 45 Lt/dt

1

Unit

120.000.000

4

Mobil Tangki Kap. 5000 Liter

2

Unit

350.000.000

1

Pengadaan Pipa

Lokasi Sarolangun

III

2

-Pipa PVC Dia, 75 mm

2500

M

136.250.000

-Pipa PVC Dia, 100 mm

3000

M

247.500.000

-Pipa PVC Dia, 150 mm

3500

M

574.000.000

-Pipa PVC Dia, 200 mm

3000

M

750.000.000

-Pipa PVC Dia, 250 mm

3500

M

1.382.500.000

-Pengadaan Pipa GI Dia

Ls

80.000.000

-Pengadaan Acesories

Ls

60.000.000

Pemasangan Pipa
-Pipa PVC Dia, 75 mm

2500

M

57.500.000

-Pipa PVC Dia, 100 mm

3000

M

78.000.000

-Pipa PVC Dia, 150 mm

3500

M

105.000.000

-Pipa PVC Dia, 200 mm

3000

M

108.000.000

-Pipa PVC Dia, 250 mm

3500

M

133.000.000

3

Pengadaan Water Meter

300

Unit

98.000.000

4

Rumah Jaga 6x6 M

1

Unit

75.000.000

5

Pembuatan Turap Intake

Ls

350.000.000

1

Pompa Centrifugal 10 Lt/dt

1

Unit

65.000.000

2

Pompa Submersible NC 10 Lt/dt

1

Unit

95.000.000

3

Genset 60 Kva

1

Unit

175.000.000

4

Pengadaan Water Meter

300

Unit

98.000.000

1

IPA 10 Lt/dt

1

Unit

650.000.000

2

Resesvoir 100 M3

1

Unit

150.000.000

3

Intake

1

Unit

75.000.000

4

Rumah Jaga dan Rumah Pompa

1

Unit

85.000.000

5

Gedung Kantor

1

Unit

60.000.000

6

Pagar Kantor

M

100.000.000

7

Pembebasan Tanah

M

50.000.000

M

40.500.000

IV

Lokasi Mandiangin

Lokasi Batang Asai

V

8

Pengadaan Pipa
-Pipa PVC Dia, 50 mm

1500

184

2.

Pembuatan IPA 10 lt/dt serta jaringan distribusi pelayanan

3.

Pembangunan intake air bersih

4.

Pengembangan jaringanAir bersih di Kecamatan Mandi Angin

5.

Pembangunan Gravitasi Air Desa di Sungai Baung.

6.

PembuatanSumur Gali di Dusun Datuk Nan Dua

7.

Pembangunan Jaringan PAM Ds. Bukit Tigo

8.

Pembangunan Jaringan PAM Siliwangi

9.

Pembangunan JaringanPAM Simpang Nibung

10. Pembangunan Pipanisasi PAM Ds. Jernih Semurung
11. Pembuatan IPA 10 lt/dt & jaringan Limbur Tembesi
12. Pembuatan IPA 5 lt/dt & jaringan Butang Baru
13. Pengembangan Jaringan Air Bersih Pulau Pandan
14. Pembuatan Sumur Bor Ds. Demang
15. Pembangunan Gravitasi Air Sei. Pangi
16. Rehab Gravitasi DS. Lubuk Bedorong
17. Gravitasi Air Bersih
18. Pembuatan Sumur Benso dan Sei. Daup Ds. Pemuncak
4.6.5.2. Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan

NO

KEGIATAN

VOL

SAT

TOTAL BIAYA
Rp

Lokasi Limbur Tembesi

I
1

IPA 10 Lt/dt

1

Unit

650.000.000

2

Genset 65 Kva

1

Unit

200.000.000

3

Pompa Submersible NC 15 Lt/dt

1

Unit

95.000.000

4

Pompa Centrifugal 15 Lt/dt

1

Unit

75.000.000

5

Pengadaan Pipa

6

-Pipa PVC Dia, 50 mm

3500

M

94.500.000

-Pipa PVC Dia, 75 mm

3000

M

163.500.000

-Pipa PVC Dia, 100 mm

4000

M

330.000.000

-Pipa PVC Dia, 150 mm

3500

M

574.000.000

-Pengadaan Accessories

Ls

35.000.000

-Pipa GI Dia 75-150 mm

Ls

40.000.000

Pemasangan Pipa

183

harus dilakukan pada sumber air baku tersebut. Apakah akan dilakukan
pengolahan lengkap atau pengolahan sederhana saja. Selain itu juga harus
mempertimbangkan kontinuitas aliran sumber selama musim kemarau.
Bangunan penyadap air teknis disesuaikan dengan sumber air baku baik
berupa mata air, danau atau sungai. Lokasi dan elevasi sumber akan
menentukan cara pengaliran apakah secara gravitasi atau dengan sistem
perpompaan, dari segi jarak, sumber yang akan dimanfaatkan juga harus
dipertimbangkan karena ini akan menyangkut aspek finansial yang harus
disediakan.
BPAB Kabupaten Sarolangun baru melayani 5,6%, sedangkan pelayanan
di kota Sarolangun mencapai 80% sehingga potensi pengembangan pelayanan
memungkinkan untuk ditingkatkan. Apalagi pada tahun 2005 Badan Pengelola
Air Bersih (BPAB) akan berubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Sako Batuah melalui Perda No. 29/2004 yang dapat berperan
dalam memberikan kontribusinya atas sumber penghasilan daerah.
Untuk menunjang peningkatan dari BPAB menjadi PDAM Kabupaten
Sarolangun, diperlukan satu konsep pemikiran kedepan yang dikelola secara
profesional dan tidak terlepas dari peran serta dan dukungan dari berbagai
pihak.
Peningkatan tersebut harus ditunjang dengan peningkatan sumber daya
manusia dengan cara pelatihan-pelatihan ataupun melakukan studi banding ke
beberapa PDAM. Di samping itu harus dilakukannya penyesuaian tarif air bagi
pelanggan karena tarif air yang dipakai sekarang masih merujuk pada saat
Kabupaten Sarolangun Bangko.

4.6.5. Sistem Prasarana yang Diusulkan
4.6.5.1. Usulan dan Prioritas Program
Adapun Usulan dan program Investasi Jangka Menengah yang diprioritaskan
adalah:
1.

Pengadaan/pemasangan Pipa PVC + Assesoris/ME di Sarolangun

182

d. Pemakaian sejam terbanyak (max. Hourly Demand)


Pemakaian sejam terbesar pada suatu jam dalam satu hari

Terdapat beberapa sumber air yang dapat digunakan dalam suatu sistem
PAM. Sumber-sumber tersebut antara lain :
a. Air hujan
b. Air permukaan : sungai, danau dan waduk
c. Air tanah : mata air, sumur bor

Masing-masing sumber air tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang
berbeda. Pemilihan sumber yang akan digunakan bergantung pada sumber air
yang ada (terdekat), kuantitas yang dibutuhkan, juga kontinuitas dari sumber
tersebut.

4.6.4.4. Rekomendasi
Mata air mempunyai kualitas yang paling baik dibandingkan sumber lainnya.
Sebagian besar termasuk golongan A, yakni air yang dapat langsung diminum.
Pengolahan yang mungkin diperlukan adalah proses desinfeksi, agar air
tersebut tetap memenuhi syarat bakteriologis saat dikonsumsi oleh konsumen.
Sisanya termasuk golongan B, yakni air baku air minum yang memerlukan
pengolahan terlebih dahulu. Akan tetapi pengolahan yang diperlukan tidak
sekompleks air permukaan, umumya terbatas pada penurunan kadar mineral,
misalnya Fe, Mn, Ca, Mg yang terdapat didalamnya.
Kontinuitas mata air terjamin hanya jika tata guna lahan disekitarnya baik
dan

pengambilannya

tidak

melampaui

kapasitas

pengisian

(recharge)

minumnya. Jika tata guna lahan disekitarnya telah rusak, maka kapasitas yang
tersedia sangat dipengaruhi oleh musim.
Sebelum menentukan sumber air baku yang dimanfaatkan perlu dilakukan
analisa teknis dan ekonomis dari semua sumber air baku yang potensial untuk
dimanfaatkan. Karena hal ini akan mempengruhi langkah selanjutnya yang

181

Pemakaian atau kebutuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti telah
disinggung

pada

uraian

terdahulu.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pemakaian/kebutuhan itu dapat dibedakan atas dua hal, yaitu :
1. Faktor-faktor sosial dan ekonomi, antara lain : populasi, besarnya kota,
iklim, tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi dan lain-lainnya.
2. Faktor teknis, yaitu keadaan sistem mandiri antara lain mengenai kualitas
dan kuantitas air, tekanan, harga, pemakaian meter, sewer facilities, dan
lain-lainnya

Pengaruh dari faktor-faktor yang pertama dapat terlihat dari pertambahan
kebutuhan dan pemakaian air dari tahun demi tahun dari suatu komunitas dan
besarnya tergantung dari kualitas atau tingkat dari perkembangan sosial
ekonomi itu sendiri.
Pemakaian air tidak sama antara satu jam dengan jam lainnya, begitu
pula antara satu hari dengan hari lainnya dalam satu bulan dan antara satu
bulan dengan bulan yang lainnya dalam satu tahun.
Perbedaan pemakaian per jam terjadi oleh karena terjadinya perbedaan
aktivitas penggunaan air dalam satu hari oleh suatu masyarakat (community.
Faktor yang sama juga menyebabkan perbedaan pemakaian harian. Perbedaan
pemakaian bulanan dalam satu tahun lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan
hidup dan keadaan iklim di suatu bagian bumi ini, seperti negara-negara dengan
4 musim setahunnya.
Ada 4 (empat) macam pengertian tentang fluktuasi pemakaian air ini :
a. Pemakaian sehari-hari rata-rata :


Pemakaian rata-rata dalam sehari



Pemakaian setahun dibagi 365 hari

b. Pemakaian sehari terbanyak (max. Day Demand)


Pemakaian terbanyak pada satu hari dalam satu tahun

c. Pemakaian sejam rata-rata :


Pemakaian rata-rata dalam satu jam, pemakaian satu hari dibagi 24 jam

180

6. Terletak di wilayah Kecamatan Mandiangin


Sungai Batang Tembesi (Air Permukaan)

7. Terletak di wilayah Kecamatan Air Hitam


Sumur Bor (Air Tanah Dalam)



Sungai Air Hitam (Air Permukaan)

8. Terletak di wilayah Kecamatan Bathin VIII


Sungai Batang Tembesi (Air Permukaan)

Penyediaan air dalam jumlah yang cukup banyak untuk kepentingan
domestik ataupun kegiatan lainnya tidak hanya mempunyai arti terpenuhinya
permintaan dan kebutuhan itu sendiri, akan tetapi lebih jauh dari itu akan
mendukung kemungkinan terbentuknya pola hidup masyarakat yang hygienis.
Bahkan penggunaan air untuk tujuan kesehatan itu pada dasarnya adalah
merupakan alasan utama pengembangan suatu sistem penyediaan air minum.
Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan
secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan
ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman dari pemakaian air.
Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil,
berbeda dengan kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik
lainnya seperti untuk mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah dan
peralatan lainnya adalah jauh lebih besar. Kebutuhan demikian berbeda pula
dari satu rumah dengan rumah lainnya, tergantung dari fasilitas air minum dan
plambing yang dipunyai.
Umumnya seiring dengan periode perencanaan akan terjadi peningkatan
kebutuhan air, yang disebabkan oleh adanya pengembangan sistem (sumber
dan distribusi), disamping akibat meningkatnya tingkat dan cara hidup
masyarakat. Di lain pihak dalam keadaan surplus air, kebutuhan air akan
berangsur-angsur meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang
memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian.

179

pembubuhan koagulan (tawas) dan desinfektan (kaporit) dilakukan di awal
sebelum melalui proses aerasi. Ini yang tidak tepat, seharusnya proses
pembubuhan koagulan dilakukan sesudah proses aerasi dan pembubuhan
desinfektan dilakukan sesudah proses filtrasi. Ini demi menjaga terjadinya
optimalisasi proses, dimana bahan kimia yang dibubuhkan bisa lebih efektif
digunakan dan sesuai tujuan pengolahan. Kendala lain di instalasi ini adalah
mulai berkurangnya media filter yang berfungsi sebagai filter (saringan).

4.6.4.3. Analisis Kebutuhan Program
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih di Kabupaten Sarolangun,
Propinsi Jambi terdapat beberapa sumber air potensial yang bisa dimanfaatkan
untuk pengembangan sistem PAM oleh BPAB/PDAM Kabupaten Sarolangun.
Namun kelayakan sumber air ini perlu dikaji lebih mendalam pada studi-studi
lain yang lebih spesifik. Sumber-sumber air ini terletak menyebar di berbagai
kecamatan yang masuk wilayah administratif Kabupaten Sarolangun.
Adapun sumber-sumber air ini adalah sebagai berikut :
1. Terletak di wilayah Kecamatan Batang Asai


Sungai Batang Asai (Air Permukaan)

2. Terletak di wilayah Kecamatan Limun


Sungai Batang Limun (Air Permukaan)



Sungai Batang Asai (Air Permukaan)

3. Terletak di wilayah Kecamatan Pelawan Singkut


Sungai Batang Asai (Air Permukaan)



Sungai Batang Singkut (Air Permukaan)



Sumur Bor (Air Tanah Dalam)

4. Terletak di wilayah Kecamatan Sarolangun


Sungai Batang Tembesi (Air Permukaan)

5. Terletak di wilayah Kecamatan Pauh


Sungai Batang Tembesi (Air Permukaan)



Sungai Batang Merangin (Air Permukaan)

178

dilakukan pengecekan secara berkala terhadap kualitas air tersebut. Hal ini
dapat menjadikan fungsi PAM Pelawan berjalan seperti semestinya.

7. PAM Pulau Aro mengambil sumber airnya dari air tanah dalam (sumur
bor) yang dipompakan langsung ke daerah pelayanan tanpa melalui
pengolahan apapun. Sistem ini memiliki kapasitas produksi sebesar 2,5lt/dt
dengan waktu operasional 11 jam/hari. Dengan adanya perbaikan genset,
kapasitas produksi naik menjadi 5lt/dt. Namun, pada prakteknya kapasitas ini
hanya bisa dicapai pada musim hujan, sedangkan dalam musim kering
kapasitas produksi antara 3-4lt/dt. Sistem ini tidak dilengkapi dengan
reservoar distribusi, sehingga kapasitas sumber air direncanakan berdasarkan
kebutuhan puncak (peak demand). Model yang seperti ini seharusnya hanya
diterapkan jika kapasitas sumber air yang bisa disadap cukup banyak dan
tidak bermasalah.
Distribusi ke pelanggan dilakukan tanpa pengolahan apapun, termasuk juga
desinfeksi melalui pembubuhan kaporit. Walaupun biasanya kualitas air tanah
pada umumnya cukup baik, namun kiranya perlu dilakukan pengecekan
secara berkala terhadap kualitas air tersebut. Hal ini dapat menjadikan fungsi
PAM Pelawan berjalan seperti semestinya.
Kendala yang lain di instalasi ini adalah masih banyaknya rekening air yang
nunggak dikarenakan ketidakmampuan pelanggan dalam membayar rekening
air sehingga BPAB Kabupaten Sarolangun membentuk team sweeping untuk
memutuskan saluran air.

8 PAM Bukit Suban baru dioperasikan pada bulan Maret 2003 untuk melayani
Desa Bukit Suban dan sekitarnya. Unit Bukit Suban mengambil sumber air
bakunya dari air tanah dalam (sumur bor) dengan kapasitas produksi sebesar
5lt/dt dengan waktu operasional 8 jam/hari. Sistem pengolahan di unit Bukit
Suban menggunakan sistem pengolahan aerator. Unit operasi dan unit proses
di instalasi ini adalah : Aerasi-Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi-Filtrasi. Proses

177

D. Jaringan Pipa Distribusi
Jaringan pipa distribusi menggunakan pipa PVC dengan panjang pipa
distribusi sepanjang +9km dan diameternya 50-150mm. Kendala pada
jaringan pipa distribusi adalah sering terjadi kebocoran di titik-titik
sambungan atau pada sebagian pipa yang dekat sambungan.
Kendala yang lain di instalasi ini adalah masih banyaknya rekening air yang
nunggak

dikarenakan

ketidakmampuan

pelanggan

dalam

membayar

rekening air sehingga BPAB Kabupaten Sarolangun membentuk team
sweeping untuk memutuskan saluran air.

5. PAM Limbur Tembesi mengambil sumber air bakunya dari Sungai Batang
Tembesi yang kemudian diolah pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) paket
lengkap. Instalasi di unit Limbur Tembesi memiliki kapasitas produksi 4lt/dt.
Yang

kemudian

didistribusikan

kepada

pelanggan

dengan

sistem

pemompaan.
Instalasi pengolahan air di unit Limbur Tembesi menggunakan sistem plat
baja dengan 5 buah filter didalamnya dan sistem pengolahan lengkap.
Kendala di instalasi ini adalah valve penguras sudah banyak yang rusak dan
media filtrasi sudah mulai berkurang dari segi kuantitasnya. Dengan
kapasitas produksi 4lt/dt diharapkan dapat melayani sampai ke Desa Tanjung
+6km dari Limbur Tembesi.
6 PAM Pelawan mengambil sumber airnya dari air tanah dalam (sumur bor)
menggunakan sistem pengolahan Instalasi Iron Removal (IRP) karena
kualitas airnya yang lebih jelek dibanding lainnya. Sistem ini mempunyai
kapasitas produksi 4,5lt/dt dengan waktu operasional 8 jam/hari. Sistem ini
tidak dilengkapi dengan reservoar distribusi, sehingga kapasitas sumber air
direncanakan berdasarkan kebutuhan puncak (peak demand).
Pada Instalasi Iron Removal (IRP) ini, terjadi penurunan sistem penyaringan
sehingga kualitas air kurang memenuhi syarat kimia, namun perlu kiranya

176

C. Reservoar Distribusi
Kapasitas reservoar adalah 15m3, kapasitas tersebut sangat kecil dibanding
dengan yang seharusnya sehingga tidak berfungsi secara optimal. Karena
sesungguhnya fungsi reservoar ini selain sebagai tempat cadangan air juga
sebagai

penyeimbang

aliran.

Disamping

masalah

tersebut,

sistem

pengurasan di PAM Pauh yang masih menggunakan sistem perpompaan.
Apabila musim hujan, bak penampungan (reservoar) terendam banjir.
D. Jaringan Pipa Distribusi
Kendala pada jaringan pipa distribusi adalah jangkauannya. Belum seluruh
lokasi di Pauh yang terlayani jaringan distribusi. Jaringan distribusi masih
kurang sehingga masih banyak desa yang belum terlayani oleh air bersih,
juga lemahnya pompa distribusi dikarenakan headyang ada masih rendah
sehingga pada desa-desa yang jauh (rawan air) tidak teraliri air.
4. PAM Mandiangin menggunakan sumber air berasal dari Sungai Batang
Tembesi. Instalasi pertama dibangun tahun 1995 melalui Proyek Air Bersih
Propinsi Jambi dengan kapasitas 2,5lt/d, kemudian tahun 1998 dibangun
kembali instalasi pengolahan dengan kapasitas 5lt/dt yang berasal dari dana
Proyek Air Bersih Propinsi Jambi.
A. Bangunan Intake
Bangunan intake menggunakan

intake panton (intake terapung) dengan

jarak intake ke pengolahan sekitar 500m.
B. Instalasi Pengolahan Air
Sistem pengolahan air di PAM Mandiangin menggunakan sistem paket
lengkap tetapi instalasi 2,5lt/dt saat ini sudah tidak dioperasikan.
C. Reservoar Distribusi
Di PAM mandiangin terdapat 1 (satu) buah reservoar dengan kapasitas
50m3. Kapasitas ini masih sangat kecil sehingga tidak berfungsi secara
optimal. Karena sesungguhnya fungsi reservoar ini selain sebagai tempat
cadangan air juga sebagai penyeimbang aliran.

175

Instalasi pengolahan air yang pertama adalah Instalasi Iron Removal tetapi
sekarang sudah tidak dioperasikan lagi. Sistem pengolahan yang sekarang
menggunakan sistem pengolahan lengkap. Instalasi pengolahan yang
berkapasitas 10lt/dt sudah dioperasikan pada bulan Desember 2003.
D. Jaringan Pipa Distribusi
Kendala pada jaringan pipa distribusi adalah jangkauannya. Belum seluruh
lokasi di Kecamatan Singkut yang terlayani melalui jaringan distribusi.
Pompa distribusi masih kurang apalagi headnya (tekanan pompa) masih
rendah sehingga masih banyak desa yang belum terlayani oleh air bersih.
Disamping itu masih banyak jaringan perpipaan yang terbalik misalnya dari
besar ke kecil sehingga kehilangan tekanan (minner losses).

2. PAM Pauh pertama kali dibangun tahun 1981 dengan kapasitas 2,5lt/dt
menggunakan sistem paket baja. Sumber air berasal dari Sungai Batang
Tembesi yang kemudian diolah pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) paket
dengan unit operasi dan unit proses yang lengkap. Pada tahun 2005,
rencananya akan dibangun instalasi dengan kapasitas 10lt/dt untuk dapat
melayani desa-desa yang pada saat ini belum terlayani oleh air bersih.
A. Bangunan Intake
Bangunan intake saat ini menggunakan

intake panton (intake terapung)

dengan H = 30m. Apabila akan direncanakan kapasitas 10lt/dt maka harus
ada

pengembangan

dimana

kebutuhan

akan

penyadapan

harus

ditingkatkan, maka intake baru harus dibangun.
B. Instalasi Pengolahan Air
Sistem pengolahan air di PAM Pauh menggunakan sistem paket lengkap
dengan sistem paket baja. Tetapi instalasi ini sudah banyak yang keropos
sehingga dikhawatirkan dapat terjadi kebocoran, selain itu juga plate setler
sudah banyak yang rusak. Bangunan mesin pun sudah tidak layak lagi
karena dikhawatirkan cepat roboh.

174

sebagian pipa yang dekat sambungan. di IPA Bukit Aur pipa induk dari
instalasi ke konsumen menggunakan pipa dengan diameter 100mm.
D. Instalasi Pengolahan Air
Instalasi pengolahan air di kedua IPA tersebut menggunakan sistem
pengolahan lengkap tetapi keduanya masih cukup baik.
E. Reservoar Distribusi
Bangunan reservoar yang ada di kedua IPA berjumlah 1 (satu) buah dengan
kapasitas 400m3. Apabila terjadi peningkatan kapasitas menjadi 60lt/dt maka
kapasitas bangunan reservoar juga meningkat menjadi 500m3 . Kendala
yang dihadapi di bangunan reservoar yaitu bangunan reservoar pengurasan
menggunakan sistem perpompaan, bangunan reservoar sudah banyak yang
bocor, kabel pengantar arus intake sudah banyak sambungan sehingga
dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya korsletting dan banyak valve
yang sudah rusak.
F. Jaringan Pipa Distribusi
Kendala pada jaringan pipa distribusi adalah jangkauannya. Belum seluruh
lokasi di Kecamatan Sarolangun yang terlayani melalui jaringan distribusi
karena pompa distribusi yang ada, headnya masih rendah.
2. PAM Singkut sumber airnya berasal dari air tanah dalam menggunakan
sumur bor dengan sistem pengolahan Instalasi Iron Removal (IRP). Pada tahun
2003 dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan kapasitas 10lt/dt dengan
sumber air berasal dari Sungai Batang Singkut.
A. Bangunan Intake
Bangunan intake di PAM Singkut menggunakan intake permanen beton
dengan pompa submersible non clogging 2 buah.
B. Jaringan Pipa Transmisi
Jaringan pipa transmisi di PAM Singkut menggunakan pipa PVC dengan
diameter 150mm dengan panjang sekitar 2km.
C. Instalasi Pengolahan Air

173

4.6.4.2. Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum
setiap zona pelayanan memiliki suatu sistem jaringan pelayanan yang
terpisah mulai dari sumber, instalasi pengolahan, reservoar sampai ke
jaringan pipa transmisi dan distribusi. Proses pengontrolan terhadap zonazona tersebut dilakukan melalui 1 (satu) Kantor Induk dan 8 (delapan) Kantor
Unit Pelayanan. 1. Sistem PAM Sarolangun mengambil sumber air bakunya
dari Sungai Batang Tembesi, yang kemudian diolah pada Instalasi
Pengolahan Air (IPA) paket dengan unit-unit proses yang lengkap. Di
Sarolangun terdapat 2 (dua) buah instalasi pengolahan air, yaitu IPA Bukit
Zinam dan IPA Bukit Aur. IPA Bukit Zinam mempunyai kapasitas 10lt/dt
sementara IPA Bukit Aur memiliki kapasitas 40lt/dt. Direncanakan pada tahun
2005 kedua IPA tersebut akan digabung menjadi 60lt/dt untuk dapat
memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat di Kabupaten
Sarolangun. Adapun permasalahan yang dihadapi kedua IPA tersebut adalah
A. Bangunan Intake
Bangunan intake IPA Bukit Zinam berupa intake panton (intake terapung).
Kapasitas ruang sadap pada intake ini sudah cukup layak. Sedangkan
permasalahan yang terdapat di intake adalah jembatan intake yang telah
rusak berat. Di IPA Bukit Aur bangunan intake menggunakan permanen
beton dengan pipa flexsible yang mudah bocor.
B. Pompa Intake
di IPA Bukit Zinam, pompa ini berjumlah 2 buah yang satu memiliki kapasitas
15lt/dt dan satu lagi memiliki kapasitas 10lt/dt dengan H = 30m. di IPA Bukit
Aur juga menggunakan sistem perpompaan
C. Jaringan Pipa Transmisi
Pipa transmisi di IPA Bukit Zinam, pompa ini menggunakan pipa PVC tetapi
masih ada pemakaian jenis pipa ACP dengan diameter 150mm. Kondisi
sambungan antara kedua jenis pipa tersebut kurang baik, sehingga
menyebabkan sebagian air bocor/keluar di titik-titik sambungan dan pada

172

Kebutuhan air untuk domestik dihitung berdasarkan :


Jumlah penduduk



Persentase penduduk yang dilayani



Tingkat pemakaian air

Berdasarkan kondisi eksisting sistem penyediaan air bersih di Kabupaten
Sarolangun, tingkat pelayanan air bersihnya masih rendah sehingga perlu
ditingkatkan. Oleh karena itu dalam menentukan sumber air baku yang
memungkinkan untuk pengembangan di masa yang akan datang.
Sampai tahap akhir perencanaan yaitu tahun 2014, penduduk Kabupaten
Sarolangun yang akan dilayani adalah 199. 129 orang atau 80% dari jumlah
penduduk total dengan tingkat pemakaian air sebesar 130L/orang/hari untuk
sambungan rumah dan 90L/orang/hari untuk hidran umum. Jumlah
orang/sambungan rumah adalah 5 orang, sedangkan untuk hidran umum
adalah 40 orang. Perbandingan sambungan rumah dengan hidran umum
adalah 90% : 10%.

1. Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih untuk fasilitas
perkotaan. Penentuan kebutuhan air non domestik didasarkan pada faktor
jumlah penduduk pendukung dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud.
Fasilitas perkotaan tersebut antara lain adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, perkantoran, perdagangan, rekreasi dan budaya,
olah raga, taman terbuka, industri, penginapan, rumah makan dan terminal.
Proyeksi kebutuhan air bersih untuk memenuhi sistem penyediaan air bersih
non domestik di Kabupaten Sarolangun ditentukan sebesar 20% dari
kebutuhan domestik. Hal ini didasarkan kepada kriteria Ditjen Cipta Karya,
yaitu berkisar antara 20% - 30%.

171

dari satu rumah dengan rumah lainnya, tergantung dari fasilitas air minum dan
plambing yang dipunyai.
Umumnya seiring dengan periode perencanaan akan terjadi peningkatan
kebutuhan air, yang disebabkan oleh adanya pengembangan sistem (sumber
dan distribusi), disamping akibat meningkatnya tingkat dan cara hidup
masyarakat. Di lain pihak dalam keadaan surplus air, kebutuhan air akan
berangsur-angsur meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang
memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian.
Proyeksi kebutuhan air bersih di wilayah studi ditentukan dengan
memperhitungkan beberapa faktor yang berpengaruh atau menyebabkan
bertambahnya kebutuhan air bersih. Faktor penentu tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Pertumbuhan penduduk
2. Tingkat kehidupan dan aktifitas penduduk
3. Keadaan iklim daerah setempat
4. Rencana daerah pelayanan dan kemungkinan pengembangan daerah
perluasannya
5. Kondisi sosial-ekonomi daerah setempat

Berdasarkan keadaan masyarakat dan keadaan sosial ekonomi maka dalam
memperkirakan kebutuhan air bersih di masa mendatang bagi pengembangan
sistem penyediaan air bersih di wilayah studi, pemakaian air dibagi dalam
beberapa klasifikasi, yaitu :
1. Pemakaian air untuk kebutuhan domestik (rumah tangga) dihitung
berdasarkan sambungan rumah dan hidran umum.
2. Pemakaian air untuk kebutuhan non domestik
3. Perkiraan kemungkinan kehilangan air.

Kebutuhan Air dapat dibagi menjadi :


Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga)

170

C. Karakteristik Mikrobiologi
Dalam parameter mikrobiologi hanya dicantumkan koliform tinja dan total
koliform. Sebenarnya kedua macam parameter ini hanya berupa indikator
bagi

berbagai

mikroba

yang

dapat

berupa

parasit

((protozoa,

metazoa,tungau) bakteri patogen dan virus.
D. Karakteristik Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan
kerusakan pada sel yang terpapar, kerusakan dapat berupa kematian dan
perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel
dapat ber-regenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis
dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.
Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus
jaringan tubuh. Sinar alpha sulit menembus kulit, sedangkan beta dapat
menembus kulit dan gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan
yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi luasnya
pemaparan.
Proyeksi pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sarolangun dari tahun
2004 s/d 2014 berdasarkan angka pertumbuhan penduduk sebagaimana
ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Sarolangun, yaitu sebesar 2,41%.

4.6.4.1.2. Analisis Kebutuhan Air
Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan
secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan
ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman dari pemakaian air.
Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil,
berbeda dengan kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik
lainnya seperti untuk mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah dan
peralatan lainnya adalah jauh lebih besar. Kebutuhan demikian berbeda pula

169

Beberapa unsur pokok yang bisa diidentifikasi dari karakteristik fisik air
adalah :
1. Warna (colour)
2. Kekeruhan (turbidity)
3. Rasa (taste)
4. Bau (odor)
5. Suhu (temperature)

B. Karakteristik Kimia
Kandungan unsur kimia di dalam air harus mempunyai kadar dan tingkat
konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau
makhluk hidup lainnya, pertumbuhan tanaman atau tidak membahayakan
kesehatan dalam penggunaannya di industri serta tidak menimbulkan
kerusakan pada instalasi sistem penyediaan air minum sendiri. Walaupun
demikian ada beberapa unsur tertentu, sebaliknya diperlukan/diharapkan
kehadirannya untuk penciptaan suatu kondisi air minum yang dapat
mencegah sesuatu penyakit atau kondisi kualitas yang menguntungkan.
Dalam hubungannya dengan masalah diatas, pada dasarnya unsur-unsur
kimiawi dibedakan atas 4 golongan, sebagai berikut :
1. Unsur-unsur yang bersifat racun
2. Unsur-unsur tertentu yang dapat mengganggu kesehatan
3. Unsur-unsur yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem ataupun pada
penggunaannya untuk keperluan atau aktivitas manusia
4. Unsur-unsur yang merupakan indikator pengotoran
Komposisi kimia dari air permukaan tergantung pada karakteristik daerah
tangkapan air (catchmnet area) sedangkan air tanah dipengaruhi oleh lapisan
tanah yang dilalui air. Karakteristik kimia yang berhubungan dengan evaluasi
dan kontrol kualitas air adalah :
1. Kimia Anorganik
2. Kimia Organik

168

Tabel 4.23
Kriteria Desain Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi
Uraian
Kriteria

No

1. Kota Kategori Iv (Kecil)

Jumlah penduduk antara 20.000-100.000
orang

2. Kebutuhan Domestik

130 Liter/orang/hari

3. Hidran Umum

30 Liter/orang/hari

4. Kebutuhan Non Domestik

20% dari kebutuhan domestik

5. Kehilangan Air

20% dari kebutuhan total air

6. Faktor Maksimum Hari

1,2

7. Faktor Puncak

2,0

8. Jumlah Orang per Sambungan Rumah

5 orang

(SR)

9. Jumlah Orang per Hidran Umum (HU)

40 orang

10.Jam Operasi

24 jam

11.Perbandingan SR dan HU (SR : HU)

90 : 10

12.Cakupan Pelayanan

80% (pada akhir tahun perencanaan)

Sumber : Direktorat Air Bersih, Ditjen Cipta Karya, 1994

Di Indonesia persyaratan kualitas air minum didasarkan pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/XI/1990 tanggal 3
September 1990 mengenai syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.
Kualitas air bisa ditunjukkan oleh tiga karakteristik yaitu karakteristik fisik,
kimia dan biologi. Adapun uraiannya dapat dilihat berikut ini :
A. Karakteristik Fisik
Kualiatas fisik yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya semata-mata
dengan pertimbangan segi kesehatan, akan tetapi juga menyangkut soal
kenyamanan dan dapat diterima oleh masyarakat pemakai air dan mungkin
pula menyangkut segi estetika.

167

Kendala pada jaringan pipa distribusi adalah jangkauannya. Belum seluruh
lokasi di Kecamatan Sarolangun yang terlayani melalui jaringan distribusi
karena pompa distribusi yang ada, headnya masih rendah.
A. Jaringan Pipa Distribusi
Kendala pada jaringan pipa distribusi adalah jangkauannya. Belum seluruh
lokasi di Kecamatan Singkut yang terlayani melalui jaringan distribusi.
Pompa distribusi masih kurang apalagi headnya (tekanan pompa) masih
rendah sehingga masih banyak desa yang belum terlayani oleh air bersih.
Disamping itu masih banyak jaringan perpipaan yang terbalik misalnya dari
besar ke kecil sehingga kehilangan tekanan (minner losses).
Permasalahan yang lain di instalasi ini adalah masih banyaknya rekening air
yang nunggak dikarenakan ketidakmampuan pelanggan dalam membayar
rekening air sehingga BPAB Kabupaten Sarolangun membentuk team sweeping
untuk memutuskan saluran air.

4.6.4. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.6.4.1. Analisa Kebutuhan Prasarana Air minum
4.6.4.1.1. Analisis Kondisi Pelayanan
Dalam merencanakan sistem penyediaan air bersih dibutuhkan suatu
kriteria desain. Demikian pula halnya dengan sistem penyediaan air bersih di
Kabupaten Sarolangun mempunyai beberapa kriteria desain yang dapat dilihat
pada Tabel 4.23.
Untuk menjamin air minum suatu sistem penyediaan air minum aman,
hygienis dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menyebabkan
infeksi pada pemakaian air maka haruslah terpenuhi suatu persyaratan kualitas.
Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan, juga
tidak berasa dan berbau. Dalam perencanaan/pelaksanaan fasilitas penyediaan
air minum (sumber, jaringan distribusi) harus bebas dari kemungkinan
pengotoran dan kontaminasi.

166

Bangunan intake IPA Bukit Zinam berupa intake panton (intake terapung).
Kapasitas ruang sadap pada intake ini sudah cukup layak. Sedangkan
permasalahan yang terdapat di intake adalah jembatan intake yang telah
rusak berat. Di IPA Bukit Aur bangunan intake menggunakan permanen
beton dengan pipa flexsible yang mudah bocor.
B. Pompa Intake
di IPA Bukit Zinam, pompa ini berjumlah 2 buah yang satu memiliki kapasitas
15lt/dt dan satu lagi memiliki kapasitas 10lt/dt dengan H = 30m. di IPA Bukit
Aur juga menggunakan sistem perpompaan
C. Jaringan Pipa Transmisi
Pipa transmisi di IPA Bukit Zinam, pompa ini menggunakan pipa PVC tetapi
masih ada pemakaian jenis pipa ACP dengan diameter 150mm. Kondisi
sambungan antara kedua jenis pipa tersebut kurang baik, sehingga
menyebabkan sebagian air bocor/keluar di titik-titik sambungan dan pada
sebagian pipa yang dekat sambungan. di IPA Bukit Aur pipa induk dari
instalasi ke konsumen menggunakan pipa dengan diameter 100mm.
D. Instalasi Pengolahan Air
Instalasi pengolahan air di kedua IPA tersebut menggunakan sistem
pengolahan lengkap tetapi keduanya masih cukup baik.
E. Reservoar Distribusi
Bangunan reservoar yang ada di kedua IPA berjumlah 1 (satu) buah dengan
kapasitas 400m3. Apabila terjadi peningkatan kapasitas menjadi 60lt/dt maka
kapasitas bangunan reservoar juga meningkat menjadi 500m3 . Kendala
yang dihadapi di bangunan reservoar yaitu bangunan reservoar pengurasan
menggunakan sistem perpompaan, bangunan reservoar sudah banyak yang
bocor, kabel pengantar arus intake sudah banyak sambungan sehingga
dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya korsletting dan banyak valve
yang sudah rusak.
F. Jaringan Pipa Distribusi

165

pecah/patah dan pada aksesoris pipa, terutama ditujukan untuk mengurangi
angka kebocoran.

D. Kehilangan Air
Menurut data Laporan Bulanan BPAB Kabupaten Sarolangun, bulan
Oktober 2004, dikemukan bahwa angka kehilangan air di BPAB Kabupaten
Sarolangun cukup tinggi yaitu sekitar 28,24 %. Adapun angka kehilangan air ini
berdasarkan jumlah air yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, dengan
perincian yang dapat dilihat pada tabel 4.22

No.

Tabel 4.22
Angka Kebocoran BPAB Kabupaten Sarolangun
Uraian
Jumlah Air (m3)

Persentase
(%)

1.

Air yang didistribusikan

2.

Air yang terjual

3.

Air yang tidak dapat dipertanggungjawabkan

79. 238,80

-

54. 186

-

25. 072,80

28,24

Sumber : Laporan Bulanan BPAB Kabupaten Sarolangun, Oktober 2004.

4.6.3.2. Rumusan Masalah
Berbagai faktor teknis dan non teknis dapat menjadi penyebab
rendahnya tingkat pelayanan BPAB Kabupaten Sarolangun, termasuk juga
berbagai permasalahan yang terdapat pada sistem PAM di zona-zona
pelayanan. Identifikasi sistem PAM di tiap-tiap zona pelayanan setidaknya akan
membantu kita dalam memahami inti permasalahan teknis dan memungkinkan
untuk mencoba mencari solusinya.
Di Sarolangun terdapat 2 (dua) buah instalasi pengolahan air, yaitu IPA Bukit
Zinam dan IPA Bukit Aur. IPA Bukit Zinam mempunyai kapasitas 10lt/dt
sementara IPA Bukit Aur memiliki kapasitas 40lt/dt.. Adapun permasalahan
yang dihadapi kedua IPA tersebut adalah :
A. Bangunan Intake

164

Jumlah produksi dan distribusi air minum di BPAB Kabupaten Sarolangun,
menurut Laporan Bulan Oktober 2004 dapat dilihat pada tabel 4.21

No.

Tabel 4.21
Jumlah Produksi dan Distribusi Air Minum di BPAB Kab. Sarolangun
Instalasi Pengolahan Air
Produksi (m3)
Distribusi (m3)

1. Sarolangun
2. Pelawan / P. Aro
3. Mandiangin
4. Pauh
5. Singkut
6. Limbur Tembesi
7. Bukit Suban

54. 684

47. 377

7. 086

7. 086

7. 142,40

7. 142,40

3. 348

3. 348

10. 044

10. 044

3. 124, 80

3. 124, 80

3. 348

3. 348

Jumlah
Sumber : Lap. Bulanan BPAB Kab. Sarolangun, Oktober 2004.

Jumlah kapasitas terpasang sampai dengan Oktober 2004 sebesar 102,5 lt/dtk
yang terdiri dari :


Instalasi Pengolahan Air

: 5 buah



Sumur Bor

: 1 buah



IRP

: 1 buah



Aerator

: 1 buah

C. Pipa Transmisi dan Distribusi
Umumnya pipa-pipa transmisi dan distribusi berumur sesuai dengan
tahun pembangunannya, sehingga untuk pipa-pipa tua secara teknis hidrolika
perpipaan air dalam kondisinya sudah tidak optimal lagi. Dan inipun akan
mempengaruhi juga terhadap aspek kualitas air selama berada dalam jaringan
distribusi. Dalam hal ini BPAB Kabupaten Sarolangun telah melakukan programprogram perbaikan pipa, walaupun penekanannya hanya pada pipa-pipa yang

163

4.6.3. Permasalahan yang Dihadapi
4.6.3.1. Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS)
Air Minum
Berbagai faktor teknis dan non teknis dapat menjadi penyebab
rendahnya tingkat pelayanan BPAB Kabupaten Sarolangun, termasuk juga
berbagai permasalahan yang terdapat pada sistem PAM di zona-zona
pelayanan. Identifikasi sistem PAM di tiap-tiap zona pelayanan setidaknya akan
membantu kita dalam memahami inti permasalahan teknis dan memungkinkan
untuk mencoba mencari solusinya
A. Daerah Pelayanan
Cakupan daerah pelayanan sistem penyediaan air bersih oleh BPAB
Kabupaten Sarolangun belum dapat mencapai seluruh kecamatan yang berada
dalam wilayah administrasi Kabupaten Sarolangun. Hal ini dapat dimengerti
karena luas wilayah Kabupaten Sarolangun yang sangat luas. Daerah
pelayanan umumnya baru mencakup wilayah ibukota kecamatan saja. Itupun
pelayanannya masih sangat minim dibandingkan terhadap coverage people
yang harus dilayani yaitu sekitar 5,6 %. Namun usaha untuk dapat melayani
keseluruhan wilayah senantiasa dilakukan oleh pihaak BPAB Kabupaten
Sarolangun dengan meningkatkan kapasitas sumber dan daerah pelayanan.
Tabel 4.20
Daerah Pelayanan Menurut Instalasi Pengolahan Air Dan Kapasitas Reservoir
No.
Instalasi
Daerah Pelayanan
Sistem
Kapasitas
Pengolahan Air
Pengaliran
Reservoir (m3)
1
2
3
4
5
6
7

Sarolangun
Pulau Aro
Mandiangin
Pauh
Singkut
Limbur Tembesi
Bukit Suban
Jumlah

Kecamatan Sarolangun
Desa Pulau Aro
Kecamatan Mandiangin
Kecamatan Pauh
Meliputi 3 Desa
Meliputi 2 Desa
Desa Bukit Suban

Pompa
Pompa
Pompa
Pompa
Pompa
Pompa
Pompa

400
50
15
100
565

Sumber : Data Primer, Lap. Bulanan BPAB Kab. Sarolangun, Oktober 2004

B. Produksi dan air minum

162

pertanggungjawaban, seperti Kepala Bagian. keikutsertaan Kepala Bagian
lainnya hanya sebatas pada pos-pos biaya dan investasi, bukan pada
pencapaian sasaran, sehingga pusat pertanggung jawaban tidak mengetahui
sampai dimana target yang harus dicapai, sehingga tidak bisa memotivasi
untuk meningkatkan laba PDAM secara keseluruhan.
E. Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Pedoman

Operasi

dan Pemeliharaan

(OP) pada BPAB

Kabupaten

Sarolangun dapat mengacu kepada pedoman OP yang dikeluarkan oleh
Departemen Teknis (Departemen Pekerjaan Umum) maupun konsultan yang
terlibat langsung dalam pembangunan sarana air bersih di Kabupaten
Sarolangun.
Pedoman operasi dan pemeliharaan ditekankan pada masalah teknik operasi
meliputi pedoman OP untuk instalasi sumber seperti intake, sumur bor,
pompa dan lainnya, begitu juga untuk pengolahan, bagaimana bentuk
pengolahan dan dosis pembubuhan yang harus dilakukan, selanjutnya juga
untuk transmisi dan distribusi.
Yang menjadi masalah, apakah seluruh pedoman yang ada telah diketahui
dan diterapkan dengan sesungguhnya dalam operasi pemeliharaan BPAB,
terutama untuk petugas operasional lapangan, yang setiap saat melakukan
tugas operasional produksi dan distribusi.
4. Kondisi Peralatan dan Ruangan Kantor
Lokasi kantor BPAB Kabupaten Sarolangun cukup strategis dengan letaknya
yang dekat dengan pusat keramaian, sehingga lebih efektif dalam
pengontrolan jaringan distribusi. Kondisi ini akan lebih baik jika saja PDAM
didukung oleh peralatan dan sarana kantor yang memadai, seperti misalnya
kendaraan operasional lapangan, komputer di tiap kantor unit pelayanan,
peralatan laboratorium pengukuran kualitas air.

161

Akurat : Laporan harus menyajikan informasi yang dapat diandalkan
kecermatannya.
Tepat waktu : Laporan harus disiapkan/disajikan tepat pada waktu yang
diperlukan atau segera setelah berakhirnya periode laporan.
Agar laporan dapat bermanfaat sebagaimana dikehendaki, maka setiap
jenjang manajemen yang menerima laporan, hendaknya mengkaji laporan
yang dimaksud dan mendapatkan penjelasan lebih lanjut terhadap hal-hal
menyimpang dari rencana/anggaran dan yang diragukan.
Hal demikian dimaksudkan agar pelaksanaan fungsi pengawasan oleh
atasan dalam rangka mewujudkan fungsi pengendalian manajemen yang
sehat dapat berjalan secara efektif.
D. Sistem dan Prosedur Penganggaran
Anggaran BPAB disusun semestinya sebagai penjabaran atau pelaksanaan
dari Rencana Strategis yang mencakup rumusan dan tujuan yang hendak
dicapai dalam jangka 5 tahun mendatang, sehingga BPAB sangat perlu
menyusun rencana jangka panjang/menengah, atau program master plan.
Untuk tujuan penyusunan program jangka panjang/menengah, perlu dikaji
proses penyusunan

anggaran BPAB Kabupaten Sarolangun, yang

dikoordinir oleh Kepala Bagian Pembukuan dengan membentuk suatu tim
anggaran yang terdiri dari pejabat dan staf di lingkungan BPAB, yang terdiri
dari Direksi, Kepala Bagian yang terkait dengan penyusunan anggaran.
Dalam proses penyusunan, jangan sampai terjadi kondisi yang lebih
menekankan kepada fungsi dan bukan kepada pusat pertanggungjawaban,
sehingga tanggung jawab pencapaian anggaran seluruhnya berada di
puncak direksi, tidak didistribusikan kepada tingkat-tingkat organisasi yang
ada.

Proses penyusunan anggaran BPAB, sebisa mungkin sesuai dengan
pedoman yang ada pada SK Mendagri No. 16 Tahun 1991. Seringkali terjadi
penyusunan anggaran disusun secara manual tanpa melibatkan pusat

160

B. Sistem dan Prosedur Pencatatan Akuntansi
Sistem dan prosedur pencatatan akuntansi dapat dilakukan secara
komputerisasi dengan penggunaan software “SKA” (Sistem Komputer
Akuntansi), serta dalam pembuatan rekening air dengan menggunakan
Billing Program. Namun dalam penerapan sistem informasi akuntansi masih
diperlukan beberapa sistem manual, seperti dalam pembuatan bukti
transaksi, bukti pengeluaran dan beberapa prosedur lainnya seperti
pembuatan buku besar, buku pembantu dan lain sebagainya.
Pencatatan akuntansi dilakukan oleh bagian akuntansi (pembukuan) dan
harus dipertanggungjawabkan setiap tahun dalam bentuk laporan keuangan
(neraca dan laba rugi) yang telah diaudit oleh BPKP Perwakilan Jambi.
C. Sistem Pelaporan
Sistem pelaporan BPAB Kabupaten Sarolangun juga sebaiknya berpedoman
kepada KepMendagri No. 16 Tahun 1991, yang merupakan laporan
manajemen yang secara umum terdiri dari Laporan Harian, Laporan Bulanan
dan Laporan Tahunan yang masing-masignya terdiri dari 4 buah laporan
yang dibuat secara harian, 19 buah laporan dibuat secara bulanan dan 5
buah laporan yang dibuat secara tahunan.
Laporan merupakan media penyampaian informasi kepada pihak-pihak lain
yang berkepentingan terhadap operasi perusahaan, oleh karena itu laporan
harus disajikan semikian rupa agar memenuhi kegunaan secara efektif untuk
kepentingan analisa, pengendalian dan pengambilan keputusan.
ada beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan
laporan PDAM yakni :
Lengkap : Laporan harus menyajikan informasi yang lengkap mengenai hasil
kegiatan periode berjalan yang disajikan secara komparatif dengan periode
yang lalu dengan angka anggaran dan selisih.

Relevan : Laporan harus berisikan informasi-informasi penting yang dengan
tepat dapat memenuhi kebutuhan manajemen.

159

Tabel 4.19
Rangkuman Sistem dan Prosedur Akuntansi menurut Kepmendagri No.16 Th1991
No.
I

Prosedur Pokok
Pembacaan Meter dan Rekening

II

Sambungan Baru

III

Penagihan

IV

Gaji

V

Pengelolaan Barang

VI

Aktiva Tetap

VII

Kas Kecil

Prosedur Pendukung
1. Pembacaan Meter
2. Pembuatan Rekening
3. Pembuatan Rekening Air
1. Pemasangan Sambungan Baru
2. Pencabutan Meter
3. Pemutusan Sambungan
4. Pengaduan Langganan
1. Penagihan dilapangan
2. Penagihan melalui Bank
3. Penagihan Loket Kas
4. Penerimaan Kasi Kas
5. Cek yang dikembalikan
6. Pelaporan Rekening Air
1. Penggajian
2. Pembayaran Lembur
3. Potongan Gaji
4. Pelepasan Pegawai
1. Pengelolaan Barang Persediaan
2. Batas Pesanan dan Banyaknya Pesanan
3. Pembelian
4. Penerimaan Barang
5. Pengeluaran Barang
6. Pengeluaran Barang Bekas
7. Pengembalian Barang Bekas
8. Pengembalian ke Supplier
1. Pembelian Aktiva Tetap
2. Proses Kontrak Pekerjaan
3. Perubahan Order Pekerjaan
4. Penerimaan dan Pengeluaran
Barang Inventaris
5. Pengembalian Barang ke gudang
6. Pemeliharaan Aktiva Tetap
7. Asuransi Aktiva Tetap
8. Aktiva Tetap Hibah
9. Penghentian Pemakaian Aktiva tetap
1. Pembayaran dari Kas Kecil
2. Pengisian Kembali Kas Kecil
3. Penyiapan & pembayaran dengan cek
4. Rekonsiliasi Bank

Langkah/Kegiatan
9 Kegiatan
14 Kegiatan
4 Kegiatan
19 Kegiatan
5 Kegiatan
14 Kegiatan
15 Kegiatan
3 Kegiatan
3 Kegiatan
3 Kegiatan
8 Kegiatan
2 Kegiatan
7 Kegiatan
3 Kegiatan
7 Kegiatan
6 Kegiatan
7 Kegiatan
1 Kegiatan
1 Kegiatan
21 Kegiatan
12 Kegiatan
8 Kegiatan
8 Kegiatan
15 Kegiatan
14 Kegiatan
13 Kegiatan
8 Kegiatan
4 Kegiatan
7 Kegiatan
9 Kegiatan
7 Kegiatan
7 Kegiatan
5 Kegiatan
6 Kegiatan
2 Kegiatan
3 Kegiatan
7 Kegiatan
10 Kegiatan

Sumber : Buku Pedoman Sistem Akuntansi 1991

158

menambah wacana organisasi, serta tidak menghambat kelancaran tugas
operasional perusahaan secara keseluruhan.
Pelaksanaan tugas dikoordinasikan dengan baik oleh setiap tingkatan
organisasi dalam manajemen mulai dari koordinator tugas, sampai
manajemen puncak, untuk setiap tugas yang ada sesuai dengan job
description, dengan melibatkan bagian terkait dengan tugas tersebut
walaupun tidak diatur dalam uraian tugas.
Suasana kerja juga dalam kondisi yang baik, terutama dalam disiplin
kehadiran karyawan. Kadang kala dalam suasana non formil para karyawan
mendiskusikan pula hal-hal yang terkait dengan pelayanan air bersih.
3. Alat-Alat Bantu Manajemen
Alat bantu manajemen sangat berpengaruh dalam pelaksanaan tugas yang
baik, terutama tugas operasional yang harus dilakukan setiap harinya secara
rutin dan berkesinambungan yang meliputi :
 Sistem dan prosedur akuntansi
 Sistem dan produser pencatatan akuntansi
 Sistem pelaporan
 Sistem dan prosedur penganggaran
 Pedoman operasi dan pemeliharaan

A. Sistem dan Prosedur Akuntansi
Sistem dan prosedur akuntansi PDAM Kabupaten Sarolangun sebaiknya
mengacu kepada SK Mendagri No. 16 Tahun 1991 tentang Pedoman Sistem
Akuntansi PDAM. Sistem dan prosedur akuntansi tersebut memuat 7
prosedur pokok dan 38 prosedur pendukung serta 297 langkah/kegiatan yang
mengatur setiap kegiatan yang ada pada PDAM.
Dalam pelaksanaanya tidak semua sistem dan prosedur tersebut dapat
dilaksanakan oleh PDAM, terutama pada beberapa prosedur pendukung dan
kegiatan-kegiatan yang kadang-kadang tidak relevan dan bersifat konservatif.

157

ini, sebagai upaya untuk mengenali kelemahan atau kekuatan yang ada,
sehingga dapat disusun suatu rencana agar kelemahan tersebut dapat diatasi
atau dieliminir seminimal mungkin.
Dalam menilai kondisi manajemen BPAB Kabupaten Sarolangun, maka
perlu meninjau efektivitas atas kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


Struktur organisasi dan uraian tugas



Koordinasi dan suasana kerja



Alat-alat bantu manajemen meliputi :





Sistem dan prosedur akuntansi



Sistem dan produser pencatatan akuntansi



Sistem pelaporan



Sistem dan prosedur penganggaran



Pedoman operasi dan pemeliharaan

Kondisi peralatan dan ruangan kantor

1. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Struktur Organisasi BPAB Kabupaten Sarolangun terdiri dari Kepala, Kasi
Teknik, Kasi Adm/Keuangan yang didukung oleh staf-staf bidang dan
pelaksana harian.
Untuk setiap unit pelayanan ditangani oleh satu orang Kepala Unit yang
dibantu dengan beberapa karyawan. Struktur organisasi ini sifatnya masih
sementara sebelum disyahkan oleh Bupati Kabupaten Sarolangun.
Struktur organisasi sudah seharusnya dilampiri dengan uraian tugas untuk
setiap jabatan yang ada, meliputi atasan, wewenang, tanggung jawab dan
uraian tugas, mulai dari Kepala PDAM sampai dengan Kasi dan Pelaksana
Harian.
2. Koordinasi dan Suasana Kerja
Uraian tugas yang disusun bersifat koordinatif secara internal pada masingmasing bagian pekerjaan dan telah dapat dilaksanakan dengan baik,
walaupun terjadi perbedaan pandangan yang relatif minim dan akan

156

induk dan juga sebagian meteran pelanggan kondisi pembacaan meterannya
kurang akurat.
Current Ratio dijabarkan sebagai perbandingan antara aktiva lancar dengan
passiva lancar, hal ini merupakan ukuran umum yang dipakai, yaitu
kemampuan PDAM untuk membayar utangnya bila telah jatuh tempo. Ratio
ini menunjukkan margin yang telah dimiliki oleh PDAM untuk memperkecil
aktiva lancarnya sebelum mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek.
Bila hasil analisa menunjukkan current ratio PDAM yang rendah, hal ini
berarti PDAM tersebut berada dalam keadaan kekurangan likuiditas yang
menyebabkan tertundanya pembayaran utang terhadap kreditur.
6. Analisa Ratio Keuntungan
Keberhasilan suatu PDAM dalam jangka panjang tergatung kepada dana
yang dapat dihasilkan untuk investasi kemb