PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR Repository - UNAIR REPOSITORY

  SKRIPSI PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDATERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR Oleh : ARIF SYAIFURRISAL SIDOARJO

  • – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014

  SKRIPSI PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Oleh : ARIF SYAIFURRISAL

  NIM : 140911137 Menyetujui, Komisi Pembimbing Pembimbing Utama Pembimbing Serta

  Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes Agustono, Ir., M.Kes. NIP. 19591022 198601 2 001 NIP. 19570630 198601 1 001

SKRIPSI PENGARUH PENYIMPANAN PAKAN UDANG KOMERSIAL DENGAN PENAMBAHAN VOLUME AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR DAN KANDUNGAN PROTEIN KASAR

  Oleh : ARIF SYAIFURRISAL NIM : 140911137 Telah diujikan pada

  Tanggal : 21 Juli 2014 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Sudarno, Ir., M.Kes. Anggota : Dr. M. Anam Al Arif, Drh., M.P Prayogo, SPi., MP.

  

Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes.

Agustono, Ir., M.Kes.

  Surabaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Dekan,

  Prof. Dr. Hj.Sri Subekti, drh., DEA NIP. 19520517 197803 2 001

  RINGKASAN ARIF SYAIFURRISAL. Pengaruh Penyimpanan Pakan Udang Komersial Dengan Penambahan Volume Air Berbeda Terhadap Pertumbuhan Jamur Dan Kandungan Protein Kasar. Dosen Pembimbing I Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes dan Dosen Pembimbing II Agustono, Ir., M.Kes.

  Pakan berperan sangat penting pada usaha budidaya perikanan karena bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi (Suprijatna dkk., 2005). Salah satu kendala penyediaan bahan pakan dalam kegiatan budidaya adalah kerusakan bahan pakanselama penyimpanan (Suparjo, 2010). Salah satu organisme yang menyebabkan kerusakan bahan pakan adalah jamur. Laju reproduksi dan pertumbuhan organisme ini dipengaruhi oleh kadar air, temperatur dan lama penyimpanan bahan. Tingkat kontaminasi oleh jamur sebagian besar ditentukan oleh suhu penyimpanan dan ketersediaan air dan oksigen (Suparjo, 2010).

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jamur dan mengalanisa perubahan Protein Kasar (PK) akibat pengaruh penyimpanan pakan dengan penambahan volume air yang berbeda. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan dan Laboratorium Pakan Ternak Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media SDA (Sabouraud Dextrose Agar ), air steril, akuades steril dan kloramfenikol 50 µg/ml , aquades, NaOH 4% dan 40%, tablet Kjeldahl, H 2 SO 4 , asam borat, indikator Metil-merah, Brom cresol green, silika gel dan HCl.

  Hasil identifikasi jamur menunjukkan adanya lima spesies jamur yang tumbuh pada penyimpanan pakan dengan penambahan volume air berbeda, lima spesies jamur tersebut antara lain Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus candidus dan Rhizopus oryzae. Hasil analisis varian (ANAVA) yang dilakukan menunjukkan bahwa setiap perlakuan memberikan pengaruh terhadap perubahan kadar protein kasar (p<0,05). Rata-rata perubahan kadar protein kasar tertinggi terjadi pada perlakuan P3 (113,54%) dan terendah pada P2 (90.27%). Pada perlakuan P3 ditemukan empat spesies jamur antara lain Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus dan Rhizopus oryzae, sedangkan pada perlakuan P2 ditemukan dua spesies jamur Aspergillus niger dan Aspergillus flavus.

  SUMMARY ARIF SYAIFURRISAL. The Effect of Storage Commercial Shrimp Feed With Addition of Different Water Volume to Growth of Fungi and Crude Protein Content. Academic Advisor I Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes dan Academic Advisor II Agustono, Ir., M.Kes.

  Feed very important role in aquaculture because it is useful to meet the needs of nutrients necessary for growth, development and reproduction (Suprijatna et al., 2005). One of the constraints in the supply of aquaculture feed is the feed material damage during storage (Suparjo, 2010). One of the organisms that cause damage to the feed material is mildew. The rate of reproduction and growth of this organism is affected by water content, temperature and duration of storage of materials. The level of contamination by fungi are largely determined by the temperature of storage and the availability of water and oxygen (Suparjo, 2010).

  The purpose of this study is to identify and analyze changes in fungal Crude Protein (CP) due to the influence of feed storage with the addition of different volumes of water. The study was conducted at the Laboratory of The Faculty of Fisheries and Marine and Forage Laboratory Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Airlangga, Surabaya. The study design used was Completely Randomized Design (CRD) followed by Duncan's Multiple Range Test.

  Materials used in this study is a medium SDA (Sabouraud Dextrose Agar), sterile water, sterile distilled water and chloramphenicol 50 ug / ml, distilled water, NaOH 4% and 40%, Kjeldahl tablets, H 2 SO 4 , boric acid, methyl-red indicator, Brom cresol green, silica gel and HCl. Fungi identification results show the presence of five species of fungus that grows on food storage with the addition of different volumes of water, five species of fungi include Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus candidus and Rhizopus oryzae . Results of Analysis of Variance (ANOVA) were conducted showed that each treatment is to give effect to changes in crude protein levels (p <0.05). Average changes in the levels of crude protein was highest in treatment P3 (113.54%) and lowest in P2 (90.27%). At P3 treatment found four species of fungi include Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus and Rhizopus oryzae, whereas the P2 treatment found two species of the fungus Aspergillus niger and Aspergillus flavus .

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui pengaruh penyimpanan pakan udang komersial dengan penambahan volume air berbeda terhadap pertumbuhan jamur dan perubahan protein kasar. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan produktifitas perikanan di Indonesia. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar –besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan ijin dan bantuan fasilitas dalam penyelesaian penelitan ini.

  Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Skripsi ini lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi serta perkembangan ilmu dan teknologi di bidang perikanan Indonesia.

  Surabaya, Juli 2014 Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

  Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

  1. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Sri Subekti B.S., DEA selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  2. Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. dan Bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku dosen pembimbing pertama dan selaku dosen pembimbing kedua yang selama ini telah memberikan arahan serta bimbingan selama penyusunan skripsi.

  3. Bapak Sudarno, Ir., M.Kes., Bapak Dr. M. Anam Al Arif, Drh., M.P dan Bapak Prayogo, SPi., MP. selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji serta memberikan masukan dan saran atas perbaikan laporan skripsi ini.

  4. Bapak Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi saya selama menempuh kuliah.

  5. Bapak/Ibu dosen dan staf pendidikan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

  6. Ayah dan ibuku yang selalu mendukung segala keputusanku.

  7. Rekan-rekan SKI FPK UNAIR 8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009.

  9. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi.

  10. Dan seluruh rakyat Indonesia yang telah mensubsidi biaya pendidikanku melalui 20% dana APBN untuk pendidikan.

  DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ............................................................................................... iv

SUMMARY .................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ vii DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

  I PENDAHULUAN ................................................................................

  1

1.1 Latar Belakang ................................................................................

  1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................

  3

1.3 Tujuan .............................................................................................

  3

1.4 Manfaat ...........................................................................................

  3 II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................

  4

2.1 Pakan Udang ....................................................................................

  4

2.1.1 Protein Kasar (PK) Pakan ......................................................

  5

2.1.2 Bahan Kering (BK) Pakan .....................................................

  5

  2.1.3 Penyimpanan Pakan 6

2.2 Jamur ................................................................................................

  7

2.2.1 Jamur pada Pakan Udang .......................................................

  III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ...............................

  14 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ...............................................

  14 3.2 Hipotesis Penelitian ...................................................................

  16 IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................

  17

4.1 Waktu dan Tempat ...........................................................................

  17

4.2 Materi Penelitian ..............................................................................

  17

4.3 Metode Penelitian ...........................................................................

  18

4.3.1 Rancangan Penelitian ............................................................

  18

4.3.2 Prosedur Kerja .......................................................................

  20 A. Penyimpanan Pakan ..........................................................

  20 B. Isolasi dan Identifikasi Jamur ...........................................

  21 C. Analisis Proksimat ............................................................

  22

4.3.3 Parameter Pengamatan ..........................................................

  23 A. Parameter Utama ..............................................................

  23

4.3.4 Analisis Data .........................................................................

  23 V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................

  24 5.1 Hasil ..................................................................................................

  24 5.1.1 Identifikasi ...............................................................................

  24 5.1.2 Analisis Proksimat ...................................................................

  35

  5.2 Pembahasan .......................................................................................

  38 VI SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................

  42

5.1 Simpulan .........................................................................................

  42

5.2 Saran ................................................................................................

  42 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

  43 LAMPIRAN .................................................................................................

  48

  DAFTAR TABEL Tabel Halaman

1. Kadar Air dan Kerusakan Pakan

  7

  2. Hasil Identifikasi Jamur pada Penyimpanan Pakan Komersial dengan Penambahan Volume Air Berbeda

  25

  3. Rata-rata kandungan berat kering pakan komersial dengan penambahan volume air berbeda 35 4. . Rata-rata nilai perubahan kandungan protein kasar pakan komersial dengan penambahan volume air berbeda

  36

  DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Aspergillus sp .............................................................................................

  30 11. Koloni Aspergillus fumigatus ..................................................................

  17. Grafik Rata-Rata Nilai Perubahan Protein Kasar pada Masing-Masing Perlakuan Pakan .................................................................

  34

  34 16. Bagian-bagian Rhizopus oryzae secara mikroskopis.. .............................

  33 15. Koloni Rhizopus oryzae ...........................................................................

  32 14. Bagian-bagian Aspergillus candidus secara mikroskopis.. ......................

  31 13. Koloni Aspergillus candidus ....................................................................

  31 12. Bagian-bagian Aspergillus fumigatus secara mikroskopis.......................

  29 10 Bagian-bagian Aspergillus niger secara mikroskopis. ..............................

  7 2. Fusarium sp. ..............................................................................................

  28 9. Koloni Aspergillus niger ..........................................................................

  27 8. Bagain-bagian Aspergillus flavus secara mikroskopis. ..............................

  23 7. Koloni Aspergillus flavus ...........................................................................

  20 6. Diagram alir penelitian ..............................................................................

  15 5. Denah penempatan perlakuan pada (RAL) ................................................

  13 4 Kerangka Konseptual Penelitian .................................................................

  11 3. Penicillium sp. ...........................................................................................

  37

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Prosedur Analisis Proksimat ......................................................................

  50

  2. Hasil Uji Proksimat Bahan Kering (BK) dan Protein Kasar (PK) Pakan yang diberi Volume Air yang Berbeda Sebelum Perlakuan Penyimpanan .................................................................................

  51 3. Perhitungan Perubahan Protein Kasar (PK). ..............................................

  54 4. Data glukosa darah selama penelitian ........................................................

  56 5 Kunci Identifikasi Jamur ............................................................................

  59

  I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

  Pakan berperan sangat penting pada usaha budidaya perikanan karena bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi (Suprijatna dkk., 2005). Kebutuhan pakan pada usaha budidaya perikanan dapat mencapai 60-70% dari biaya produksi (Anggraeni dkk., 2010).

  Salah satu kendala penyediaan bahan pakan dalam kegiatan budidaya adalah kerusakan bahan pakanselama penyimpanan. Kerusakan bahan pakan selama penyimpanan dipengaruhi oleh interaksi kondisi bahan pakan, kondisi lingkungan dan organisme (mikroorganisme, serangga dan rodenta) perusak kualitas bahan pakan. Kerugian yang ditimbulkan selama penyimpanan akibat interaksi tadi berupa kehilangan berat, penurunan kualitas, peningkatan resiko terhadap kesehatan dan kerugian ekonomis (Suparjo, 2010).

  Penanganan pakan dan bahan baku pakan sangat penting bagi ketersediaan nutrisi pakan, sehingga penyimpanan yang tidak baik berujung pada rusaknya kandungan nutrisi. (Sihombing, 2013). Penyimpanan pakan yang baik akan memperpanjang waktu penyimpanan. (Afrianto dan Liviawaty, 2005 dalam Purbaya, 2011). Menurut (Toto dalam Sihombing, 2013) parameter gudang penyimpanan pakan yang baik adalah terhindar dari sinar matahari langsung, terhindar dari hujan dan bocor, temperatur 30 C

  C, kelembaban tidak lebih

  • – 34 dari 70%, bebas dari hama kutu dan tikus serta tidak bercampur dengan bahan
kimia seperti pupuk, pestisida atau racun tikus. Pengaturan gudang penyimpanan yang baik adalah harus memiliki catatan stok yang rapi, memiliki jarak antara dinding terhadap tumpukan atau antar tumpukan dan cukup luas untuk mengatur FIFO (First In First Out).

  Pada daerah dengan iklim tropis, kecepatan penurunan kualitas pakan berlangsung 10 kali lipat lebih cepat, hal ini disebabkan oleh tingginya curah hujan, serta kelembaban yang tinggi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan aktivitas air yang terkandung dalam pakan (Sihombing, 2013).

  Berbagai kerusakan bahan pakan yang terjadi selama penyimpanan secara umum disebabkan oleh jamur, serangga dan tikus. Salah satu organisme yang menyebabkan kerusakan bahan pakan adalah jamur. Laju reproduksi dan pertumbuhan organisme ini dipengaruhi oleh kadar air, temperatur dan lama penyimpanan bahan. Tingkat kontaminasi oleh jamur sebagian besar ditentukan oleh suhu penyimpanan dan ketersediaan air dan oksigen. Jamur dapat tumbuh pada kisaran suhu yang luas, tetapi pertumbuhan jamur akan mengalami penurunan seiring dengan penurunan suhu dan ketersediaan air. Interaksi antara suhu dan kandungan air bahan baku juga mempengaruhi tingkat kolonisasi jamur. Perubahan air bahan menjadi fase uap didorong oleh peningkatan suhu (Suparjo, 2010).

  Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti yang dijelaskan tersebut, maka dilakukan suatu penelitian untuk mengidentifikasi jamur dan analisa protein kasar (PK) akibat pengaruh penyimpanan pakan dengan penambahan volume air yang berbeda.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Jenis jamur apa saja yang tumbuh pada pakan selama penyimpanan dengan penambahan volume air berbeda?

  2. Berapa kandungan protein kasar pada pakan yang ditumbuhi jamur selama penyimpanan dengan kadar air berbeda?

  1.3 Tujuan Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu:

  1. Mengetahui Jenis jamur yang tumbuh pada penyimpanan pakan dengan penambahan volume air berbeda.

  2. Mengetahui kandungan protein kasar pada pakan yang ditumbuhi jamur pada penyimpanan dengan penambahan volume air berbeda.

  1.4 Manfaat

  Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu dapat dijadikan data untuk melakukan pencegahan penyebaran jamur yang tumbuh pada pakan selama penyimpanan di gudang budidaya. Dapat dijadikan pertimbangan untuk metode penyimpanan pakan agar tidak mengalami kerugian yang besar akibat jamur tersebut.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan Udang

  Pakan berperan sangat penting pada usaha budidaya perikanan karena bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi (Suprijatna dkk., 2005). Menurut Tangendjaja dan Wina (2008), pada budidaya perikanan secara intensif peranan pakan sangat penting karena sebagian besar biaya operasional digunakan untuk pembelian pakan, dan sebagai pengganti pakan alami, pakan buatan harus memiliki kandungan gizi lengkap yaitu sumber kalori, protein, vitamin dan mineral yang sesuai dengan jenis ikan yang dibudidayakan.

  Pakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami merupakan makanan yang tumbuh di alam tanpa campur tangan manusia secara langsung, misalnya plankton dan tumbuhan air. Sedangkan pakan buatan merupakan makanan yang dibuat dari campuran bahan- bahan alami atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu (Djarijah, 1995). Asal bahan pakan buatan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang terkandung dalam bahan pakan antara lain, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan anorganik yang dimaksud seperti kalsium, phospor, magnesium, kalium, natrium dan lain sebagainya (Kartasudjana, 2001). Dalam budidaya udang dibutuhkan pakan buatan dengan kadar protein tinggi. Menurut Balai Budidaya Air Payau Situbondo (2006) menyatakan bahwa, kebutuhan protein pada udang vannamei sebesar 32-38%.

  2.1.1 Protein Kasar (PK) Pakan

  Protein adalah senyawa organik kompleks dan merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup baik hewan maupun tumbuhan. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat (Budianto, 2009). Protein pada pakan berasal dari hewani (tepung ikan, tepung daging, tepung darah dan tepung tulang), kacang-kacangan atau leguminosa (kacang tanah, kedelai, turi, gamal dan lamtoro), bungkil (bungkil dari kelapa, kelapa sawit, kedelai, kacang, kapok, kapas dan jagung) (Hartadi dkk., 1997).

  Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau nitrogen nonprotein (non

  • –protein nitrogen / NPN). Nilai yang diperoleh dari perhitungan tersebut merupakan nilai dari apa yang disebut protein kasar (Kamal, 1994).

  2.1.2 Bahan Kering (BK) Pakan

  Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan 105°C selama beberapa waktu sehingga kadar airnya menguap, setelah pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan pengurangannya disebut persen air atau kadar air. Bahan kering dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan kering sebagian (Partial Dry Matter) dan bahan kering bebas air (Dry

  Matter ). Prinsip dari bahan kering sebagian yaitu sebagian air diuapkan sampai

  kadar air bahan maksimal mencapai 14%, sedangkan bahan kering bebas air yaitu semua air diuapkan sampai kadar bahan air 0%. Bahan kering bebas air digunakan sebagai bahan analisis proksimat lebih lanjut, untuk perhitungan pembandingan nilai nutrisi antar pakan, dan kepadatan suatu pakan. Sampel bahan pakan yang sudah dipanaskan disebut sampel bahan kering dan penguapannya dengan sampel bahan pakan tersebut disebut persen air atau kadar air (Tillman dkk, 1998).

  Interaksi suhu dan kadar air yang meningkat memacu perkembangan dan pertumbuhan kapang. Pengaruh terhadap bahan pakan adalah penurunan kualitas akibat perubahan komposisi dan serangan kapang yang makin meningkat (Suparjo, 2010).

  Tabel 1. Kadar Air dan Kerusakan Pakan Kadar Air (%) Jenis Kerusakan <8 Kerusakan oleh serangan tikus 8-14 Kerusakan oleh serangan serangga dan tikus 14-28 Kerusakan oleh serangan serangga, jamur dan tikus 20-25 Kerusakan oleh serangan serangga, jamur, bakteri, tikus Sumber: (Suparjo, 2010)

2.1.3 Penyimpanan Pakan

  . Penyimpanan pakan yang baik akan memperpanjang waktu penyimpanan. Pakan yang terkena air akan menyebabkan kandungan nutrisinya berkurang, aroma berubah, dan berjamur. Pakan yang terlalu lama terkena sinar matahari juga tidak baik karena kandungan vitamin C-nya akan rusak (Afrianto dan Liviawaty, 2005 dalam Purbaya, 2011).

  Menurut Toto (2008) dalam Sihombing (2013), parameter gudang penyimpanan pakan yang baik adalah terhindar dari sinar matahari langsung,

  o

  terhindar dari hujan dan bocor, temperatur 30

  C, kelembaban tidak lebih dari

  • – 34 70%, bebas dari hama kutu dan tikus serta tidak bercampur dengan bahan kimia seperti pupuk, pestisida atau racun tikus. Untuk layout atau desain gudang penyimpanan, yang baik adalah cukup luas untuk mengatur FIFO (First In First

  Out ). Gudang penyimpanan harus memiliki catatan stok yang rapi dan cukup jarak antara dinding terhadap tumpukan atau antar tumpukan.

2.2 Jamur

  Berdasarkan struktur tubuhnya, jamur digolongkan ke dalam tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta), tetapi jika dilihat dari ada tidaknya klorofil maka jamur dikelompokkan tersendiri, tidak dijadikan satu kelompok dengan tumbuhan yang lain (Budhisma, 2013).

  Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat (tempat hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan manusia (Sumarsih, 2003).

  Jamur mendapatkan makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan organik. Bahan organik disekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul sederhana dan diserap langsung oleh hifa, oleh karena itu jamur tidak seperti organisme heterotrof lainnya yang menelan makanan kemudian mencernanya sebelum diserap (Iswanto, 2009).

  Setiap jamur memerlukan tingkat kadar air dan temperatur yang spesifik untuk perkecambahan dan perkembangan. Untuk berkembang jamur akan menghancurkan nutrien dengan bantuan aktivitas enzimnya dan menghasilkan air yang memungkinkan peningkatan kolonisasi (Suparjo, 2010).

  2.2.1 . Jamur Pada Pakan Udang

  Tingkat kontaminasi pakan oleh jamur sebagian besar ditentukan oleh suhu penyimpanan dan ketersediaan air dan oksigen. Jamur dapat tumbuh pada kisaran suhu yang luas, tetapi pertumbuhan jamur akan mengalami penurunan seiring dengan penurunan suhu dan ketersediaan air. Interaksi antara suhu dan kandungan air bahan baku juga mempengaruhi tingkat kolonisasi jamur. Perubahan air bahan menjadi fase uap didorong oleh peningkatan suhu. Akibatnya, kandungan air dan pertumbuhan jamur akan meningkat dengan meningkatnya suhu penyimpanan (Suparjo, 2010). Kontaminasi jamur yang paling banyak ditemukan pada pakan ternak di daerah tropis adalah adalah

  Aspergillus (Dhand, Joshi dan Jand, 1998). Menurut Suparjo (2010), kapang dari

  genus Aspergillus, Fusarium dan Penicillium merupakan kontaminan utama dalam pakan yang disimpan.

  A. Aspergillus sp.

  Menurut Fardiaz (1992), klasifikasi dari Aspergillus sp adalah sebagai berikut : Kingdom : Fungi Divisi : Amastigomycota Kelas : Deutromycetes Ordo : Moniliales Famili : Moniliaceae Genus : Aspergillus Spesies : Aspergillus sp.

  A spergillus sp.

  Menurut Sukma dkk. (2010), miselia kapang mulai tumbuh pada hari ke dua inkubasi berupa koloni-koloni kecil yang menyebar pada permukaan media berwarna putih kekuningan. Miselia membentuk koloni lebih luas dan kompak serta berwarna cokelat krem pada hari ke enam. Sumanti dkk.

  (2003) menyatakan spora A spergillus sp. berukuran kecil dan ringan, tahan terhadap keadaan kering, memiliki sel kaki yang tidak begitu jelas terlihat, memiliki konidia spora non septa dan membesar menjadi vesikel pada ujungnya dan membentuk sterigmata tempat tumbuhnya konidia.

  Konidia dari A spergillus sp. memiliki ukuran diameter 1,5

  • – 2,4 µm, berdinding halus, berbentuk panjang hingga elips dan striate. Secara mikrokopis, konidiofor biasanya panjang, kolumnar, tidak berwarna (hialin) dan halus sehingga menimbulkan vesikel bulat biseriate (Balajee, 2009).

  A spergillus sp.

  memiliki kemampuan untuk memproduksi aksesoris konidia (aleuroconidia) yang tumbuh tunggal dari hifa. Permukaan aleuroconidia mulus tanpa struktur yang berbentuk batang atau tonjolan yang jelas. Percobaan in vitro yang telah dilakukan menunjukkan bahwa aleuroconidia dapat dengan mudah terlepas dari hifa. Kemampuan aleuroconidia untuk berkecambah dengan cepat ke dalam jaringan hifa invasif dapat menjadi faktor yang mematikan A spergillus sp , selain dari konidia istirahat dan perkecambahan yang selanjutnya sangat penting untuk pembentukan infeksi (Deak et al., 2009).

  Gambar 1. Aspergillus sp. (Tehnologijahrane, 2014) B.

   Fusarium sp.

  Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), Fusarium sp. diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom : Mycetaceae Divisi : Amastigomycota Kelas : Deuteromycetes Ordo : Famili : Moniales Genus : Fusarium Spesies : Fusarium sp.

  Fusarium sp mempunyai 3 alat reproduksi, yaitu mikrokonidia (terdiri dari 1-2 sel), makrokonidia (3-5 septa), dan klamidospora (pembengkakan pada hifa).

  Makrokonidia berbentuk melengkung, panjang dengan ujung yang mengecil dan mempunyai satu atau tiga buah sekat. Mikrokonidia merupakan konidia bersel 1 atau 2, dan paling banyak dihasilkan di setiap lingkungan bahkan pada saat patogen berada dalam pembuluh inangnya. Makrokonidia mempunyai bentuk yang khas, melengkung seperti bulan sabit, terdiri dari 3-5 septa, dan biasanya dihasilkan pada permukaan tanaman yang terserang lanjut. Klamidospora memiliki dinding tebal, dihasilkan pada ujung miselium yang sudah tua atau didalam makrokonidia, terdiri dari 1-2 septa dan merupakan fase atau spora bertahan pada lingkungan yang kurang baik (Alexopoulus dan Mims, 1979).

  Jamur ini tumbuh dari spora dengan struktur yang menyerupai benang, ada yang mempunyai dinding pemisah dan ada yang tidak. Benang secara individu disebut hifa, dan massa benang yang luas disebut miselium. Miselium adalah struktur yang berpengaruh dalam absorbsi nutrisi secara terus-menerus sehingga cendawan dapat tumbuh dan pada akhirnya menghasilkan hifa yang khusus menghasilkan spora reproduktif (Saragih, 2009).

  Jamur Fusarium sp dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam media agar terutama media yang mengandung ekstrak sayuran. Tahap pertumbuhan awal miselium tidak berwarna, semakin tua warnanya akan semakin krem, hingga koloni tampak mempunyai benang. Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora yang berdinding tebal. Jamur membentuk banyak mikrokonidium bersel satu, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2,5-4 µm, makrokonidium lebih jarang, berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3,5-5,5 µm (Semangun, 2001). Gambar 2. Fusarium sp. (Benadof, 2010) C. Penicillium sp.

  Menurut Astriana (2010) Penicillium sp. diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom : Fungi Divisi : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Eorotiales Famili : Trichocomaceae Genus : Penicillium Spesies : Penicillium sp.

  Ciri morfologi Penicillium yaitu memiliki hifa bersepta, konidia, sterigma, dan konidiospora (Kurasein, 2009). Kapang Penicillium sp. mempunyai hifa bersepta, miselium bercabang, konidiospora yang muncul di atas permukaan, spora dengan sterigma yang berkelompok, dan konidia membentuk rantai (Fardiaz, 1989). Penicillium sp. pada beberapa spesies, miselium berkembang menjadi sklerotium (Pelczar, 2005).

  Kapang Penicillium sp. mempunyai hifa vegetative yang disebut dengan hifa udara (aerial hyphae). Penicillium sp. berkembang biak secara aseksual dengan membentuk spora yang dihasilkan dalam suatu kantong (askus) yang disebut askospora dan secara aseksual dengan membentuk konidiospora, yaitu spora yang dihasilkan secara berantai pada ujung suatu hifa (Pohan, 2009).

  Bentuk sel konidiospora pada kapang Penicillium sp. adalah seperti botol dengan leher panjang atau pendek, jamur ini berwarna hijau kebiruan. Penicillium sp. termasuk jamur yang tidak bersifat patogen kecuali Penicillium marneffei (Gandjar et. al., 2006).

  Ada dua macam bentuk Penicillium sp. yang dapat diamati secara makroskopis dan mikrokopis. Secara makroskopis, ciri-ciri yang dapat dilihat

  o

  adalah koloni tumbuh sekitar 4 hari pada suhu 25 C pada medium saboroud

  dextrose agar dan koloni mula-mula berwarna putih kemudian akan berwarna

  kehijauan, sedang secara mikroskopis dengan ciri-ciri yang sapat dilihat adalah hifa bersepta dan konidiofor mempunyai cabang yang disebut dengan metula, di atas metula terdapat fialid (Pohan, 2009).

  Pertumbuhan kapang Penicillium sp. dipengaruhi oleh faktor-faktor yang penting, yaitu : substrat, kelmbaban, suhu, dan pH. Penicillium sp. dapat hidup pada kelembaban yang rendah yaitu 80%. Suhu yang optimum untuk

  o

  pertumbuhannya adalah 25 C (Gandjar e.t al., 2006). Menurut penelitian

  o Indahwati (2009), pH optimum yang dihasilan oleh 25 C berkisar 3,15-4,34.

  Gambar 3. Penicillium sp. (Martens, 2005)

III KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

  Pakan merupakan salah satu aspek penting dalam setiap aktivitas budidaya akuatik. Pakan menjadi faktor produksi terbesar dan mencapai 50% atau lebih dari total biaya operasional, sehingga perlu dikelola dengan baik agar dapat digunakan secara efisien bagi kultivan. Salah aspek penting dalam pengolaan pakan adalah aspek penyimpanan (Nur, 2011). Peningkatan kadar air dalam proses penyimpanan pakan dapat menyebabkan munculnya faktor-faktor yang dapat menurunkan kualitas pakan. Menurut Suparjo (2010), kadar air pakan diatas 8-14% dapat memicu kerusakan pakan oleh serangga dan tikus. Kadar air pakan diatas 14-28% dapat memicu kerusakan pakan oleh sarangga, jamur dan tikus.

  Kadar air pakan diatas 20-25% dapat memicu kerusakan pakan oleh serangga, jamur, tikus, dan bakteri. Sedangkan kadar air pakan diatas 25% dapat memicu kerusakan pakan oleh bakteri, tikus, dan tumbuhnya biji.

  Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyimpaman, yakni serangga, organisme mikroskopis (bakteri dan jamur) dan perubahan deteriratif, yang akan menyebabkan kehilangan bobot, kualitas, resiko kesehatan dan ekonomis (Sutikno, 2011). Menurut Nur (2011), pakan termasuk produk yang mudah rusak, sehingga perlu disimpan dan ditangani dengan baik untuk menghindari terjadinya hilangnya nutrien tertentu, terjadinya bau tengik, dan tumbuhnya jamur atau kapang. Dampak yang ditimbulkan serangan jamur pada pakan adalah produksi racun mikotoksin oleh jamur, timbulnya panas, naiknya kelembaban (Sutikno, 2011).

  Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi jamur dan analisa PK akibat pengaruh penyimpanan dengan kadar air yang berbeda. Berikut kerangka konseptual penelitiannya.

  Faktor penting budidaya Pakan buatan

  Penyimpanan Peningkatan Kadar Air

  Serangan Serangga Serangan mikroorganisme Jamur

  Bakteri Kerusakan nutrisi pakan Kandungan Protein Kasar

  Isolasi dan Identifikasi Analisa Proksimat Analisa data

  Gambar 4. Kerangka Konseptual Penelitian Keterangan:

  : Aspek yang diteliti

  : Aspek yang tidak diteliti

3.2 Hipotesis

  Hipotesis yang diharapkan dari penelitian ini adalah : H1 : Ditemukan spesies jamur pada penyimpanan pakan dengan kadar air yang berbeda.

  H2 : Terdapat perbedaan kandungan protein kasar pada penyimpanan pakan dengan kadar air yang berbeda.

IV METODOLOGI

  4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kering Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya dan analisis proksimat di ujikan di Laboratorium Makan Ternak Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya. Waktu penelitian dilaksanakan pada April sampai Mei 2013.

  4.2 Materi Penelitian

  4.2.1 Peralatan Penelitian

  Peralatan yang digunakan untuk penyimpanan sampel yaitu plastik untuk kemasan pakan, ember, plastic sealer, sarung tangan karet dan penyemprot air.

  Peralatan yang digunakan untuk proses identifikasi jamur yaitu mikroskop cahaya, pinset, bunsen, selotip, cawan petri, gunting bedah, pisau bedah, pinset, ose, gelas ukur, object glass, dan autoklaf. Peralatan untuk analisa proksimat meliputi, cawan porselin, cruss tang, eksikator, oven, neraca analitik, labu Kjeldhal, Erlenmeyer, alat destilasi uap, alat titrasi, pemanas labu Kjeldahl, lemari asam, spatula, seperangkat alat marcam steel.

  4.2.2 Bahan Penelitian

  Bahan yang diperlukan untuk proses identifikasi jamur adalah pakan komersial yang sering digunakan pembudidaya udang vannamei, media SDA (Sabouraud Dextrose Agar), air steril, akuades steril dan kloramfenikol 50 µg/ml . Bahan yang diperlukan untuk analisa proksimat adalah antara lain aquades, NaOH 4% dan 40%, tablet Kjeldahl, H

  2 SO 4 , asam borat, indikator Metil-merah, Brom cresol green, silika gel dan HCl.

4.3 Metode Penelitian

4.3.1 Rancangan Penelitian

  Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Kusriningrum (2008) menyatakan bahwa rancangan acak lengkap disebut pula Completely Randomized Design atau Fully Randomized Design dipergunakan apabila media, alat dan bahan percobaan seragam atau dapat dianggap seragam. Rancangan Acak Lengkap hanya terdiri dari satu sumber keragaman, sehingga hasil perbedaan antar perlakuan hanya disebabkan oleh pengaruh perlakuan.

  Model matematika untuk Rancangan Acak Lengkap adalah sebagai berikut : Y ij i ij

  = µ + τ + ε Keterangan : i = 1,2,3,…..t j

  = 1,2,3,…..n Y ij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j µ = nilai tengah umum

  i = pengaruh perlakuan ke-i

  τ

  ij = pengaruh galat atau acak percobaan (kesalahan percobaan) pada

  ε (t = banyaknya perlakuan, n = banyaknya ulangan)

  Kusriningrum (2008) menyatakan bahwa ulangan adalah banyaknya kali atau frekuensi suatu macam perlakuan yang dicobakan dalam suatu percobaan.

  Federer (1974) dalam Kusriningrum (2008) menyatakan hubungan antara perlakuan dan ulangan adalah : t (n-1)

  ≥ 15 Keterangan : t = banyaknya perlakuan; n = banyaknya ulangan

  Rancangan percobaan ini terdiri atas lima perlakuan yaitu P0, P1, P2, P3, dan P4 yang diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 20 satuan percobaan, yaitu: P

  0.1 , P 0.2 , P 0.3 , P 0.4 , P 1.1 , P 1.2 , P 1.3 , P

1.4 , P

2.1 , P 2.2 , P 2.3 , P 2.4 , P 3.1 , P 3.2 , P 3.3 , P 3.4 , P 4.1 ,

  P

  4.2 , P 4.3 dan P 4.4 .

  Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang menunjukkan bahwa BK pakan 90,95%. Untuk meningkatkan kadar air pakan sampai pada kondisi kadar air yang yang cocok untuk pertumbuhan jamur, dalam penelitian ini dilakukan perlakuan sebagai berikut: P : Campuran 100 gr Pakan + 0 ml air P : Campuran 100 gr Pakan + 5 ml air.

1 P 2 : Campuran 100 gr Pakan + 10 ml air.

  P 3 : Campuran 100 gr Pakan + 15 ml air. P 4 : Campuran 100 gr Pakan + 20ml air.

  Penempatan perlakuan-perlakuan ke dalam tempat percobaan setelah dilakukan pengacakan sebagaimana tergambar pada denah berikut (Gambar 4).

  P

  2.1 P

  4.2 P

  0.1 P

  1.4 P

  3.1 P

  1.3 P

  4.4 P

  2.2 P

  0.3 P

  3.3 P

  0.2 P

  1.2 P

  4.3 P

  3.2 P

  2.3 P

  1.1 P

  4.1 P

  2.4 P

  0.4 P

  3.4 Gambar 5. Denah penempatan perlakuan pada (RAL)

  Keterangan: P

  

1.1 artinya perlakuan P

1 ulangan 1 dst.

4.3.2 Prosedur Kerja

  Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu a) penyimpanan pakan dengan penambahan air berbeda b.) isolasi dan identifikasi jamur pada pakan c.) analisis proksimat kandungan PK pakan. Langkah-langkah penelitian ini sebagai berikut:

  A. Penyimpanan Pakan Tiap sampel pakan terlebih dahulu dipastikan dalam kondisi fisik yang baik dan steril, kemudian setiap sampel perlakuan diisi pakan udang seberat

  100gr. Pakan ditingkatkan kuantitas airnya dengan lima dosis yang berbeda

  o

  dengan empat kali pengulangan, suhu ruangan diatur pada suhu 25

  C, kemudian disimpan dalam kemasan plastik selama 4 hari. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa pakan yang disimpan dengan kadar air yang telah dinaikkan diatas 10% akan ditumbuhi jamur pada hari ke 4. B. Isolasi dan Identifikasi Jamur Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) merupakan media yang digunakan utuk mengisolasi jamur. Tahap awal dari persiapan media ini adalah sterilisasi peralatan yang akan digunakan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan atau menghilangkan semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak (Idafi, 2009).

  Sebelum dilakukan proses isolasi jamur, pakan yang telah ditumbuhi jamur terlebih dahulu di homogenkan dengan dilakukan pengadukan sampai merata dan penggerusan. Menurut Marlia (2014), bagian batch yang diambil sampelnya untuk pengujian harus mewakili batch tersebut.

  Jamur diisolasi menggunakan pinset dan kemudian ditanam pada media

  o

Dokumen yang terkait

PENGARUH FERMENTASI SINGKONG (Manihot utilissima) DENGAN Saccharomyces cerevisiae PADA DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TEPUNG SINGKONG

0 5 2

EVALUASI PENAMBAHAN UREA PADA FERMENTASI KULIT KOPI (Coffea robusta) TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR

0 4 1

PENGARUH PEMBERIAN CHITOSAN DARI KULIT UDANG DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR PROTEIN TAHU

1 7 21

PENGARUH PEMBERIAN CHITOSAN DARI KULIT UDANG DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR PROTEIN TAHU

0 4 1

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN KECERNAAN SERAT KASAR KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

3 59 48

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK BOKASHI YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum )

0 0 9

PENAMBAHAN ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM PAKAN BUATAN PASTA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN FEED CONVERTION RATIO BELUT ( Monopterus albus ) DENGAN SISTEM RESIRKULASI Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 77

SKRIPSI PEMBERIAN ENZIM DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP KANDUNGAN BAHAN KERING, PROTEIN KASAR, DAN LEMAK KASAR PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 73

KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PADA TEPUNG DAUN TALAS YANG DIFERMENTASI DENGAN PROBIOTIK SEBAGAI BAHAN PAKAN IKAN

0 0 15

PENGARUH VARIASI DOSIS DAN FREKUENSI PEMBERIAN PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA MORTALITAS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 103