PENGARUH KREATIVITAS KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU MI DI KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

PENGARUH KREATIVITAS KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU MI DI KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

  \ ER G

  • £

  Oleh:

  MUNIF M A L A W I NIM : 114 04 070 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  DEPARTEM EN A G A M A RI SEK O LA H T IN G G I A G A M A IS L A M N EG ER I (S T A IN ) S A L A T IG A

  Jl. S ta d io n 03 Telp. (0298) 3 2 3 706, 3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721 Website :

  Drs. Bahroni, M.Pd DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  Saudara MUNIF MA'NAWI Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  A ssa la m u 'a la ik u m . Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : MUNIF MA'NAWI

  NIM : 114 04 070 Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul :

  PENGARUH KREATIVITAS KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU DI MI KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  W a ssalam u 'alaiku m , wr, wb

  DEPARTEM EN A G A M A RI S EK O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G ER I (S T A IN ) S A L A T IG A

  J l S ta d io n 03 Telp. (0298) 3 2 3 7 0 6 ,3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721 W ebsite

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara : MUNIF MA'NAWI dengan Nomor Induk Mahasiswa :

  

114 04 070 yang berjudul : “PENGARUH KREATIVITAS KEPALA

MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU MI DI KECAMATAN

PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG”. Telah dimunaqasahkan dalam

  sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Rabu, 19 Maret 2008 M yang bertepatan dengan tanggal

11 Rabi’ul Awwal 1429 H

  dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  19 Maret 2008 M Salatiga, ------------------------------------

  11 Rabi'ul Awwal 1429 II Panitia Ujian

  DEPARTEM EN A G A M A RI S EK O LA H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G ER I (S T A IN ) S A L A T IG A

  JL S ta d io n 03 Telp. (0298) 3 2 3 7 0 6 f 3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721 Website : www.stainsalatiea.ac. id E-mail:

  

DEKLARASI

\

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 04 Maret 2008 Penulis,

  Munif Ma'nawi

  NIM: 114 04 070 MOTTO

  s O s f t . S O s Jf t' s O S S * : J J J l J U J A J C

  'Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan m engadakan baginya jalan ke luar."

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah atas segala petunjuk dan anugerah Allah SWT kita diberi kesempatan menjadi hamba-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membuka gerbang peradaban manusia menuju manusia yang beradab.

  Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan material maupun imaterial. Oleh karenanya pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terkira kepada :

  1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga 2. Bapak Kajur Tarbiyah Fatchurrahman, S.Ag.M.Pd.

  3. Drs. Bahroni, M.Pd, sebagai pembimbing dalam penyusunan skripsi ini.

  Beliau telah memberikan pikiran, tenaga, waktu ditengah kesibukannya untuk penulis.

  4. Ka. Progdi Drs. Joko Sutopo, yang di tengah kesibukannya melayani mahasiswa ektensi dengan penuh kesabaran.

  5. Bapak serta Ibu dosen semua yang membimbing penulis menyelesaikan masa studi.

  6. Bapak, Ibu, dan kakakku semua yang telah memberikan dukungan moril, materiil dan spiritual kepada penulis.

  7. Abah Likhul se keluarga, yang tidak bosan membimbing dan memberikan semangat spiritual.

  8. Pak Ari, bu Fut, Pak Kom, dan bapak ibu guru MI se Kecamatan Pringapus. Beliau-beliau turut berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini.

  9. Teman guru MI Watugajah yang rela ditinggalkan demi selesainya skripsi ini.

  10. Sahabat-sahabatku Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PC PMII Salatiga dan Komisariat Joko Tingkir tetap tangan terkepal dan maju ke muka.

  11. Teman-temanku senasib dan sepenanggungan yang tidak mungkin penulis sebut secara keseluruhan.

  Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun, hanya rangkaian kata-kata terima kasih sebesar-besarnya serta diiringi do’a semoga Allah SW T membalas semua amal kebaikan mereka.

  Dalam penyusunan skripsi ini tentu masih banyak kekurangan- kekurangan. Meskipun demikian harapan penyusun skripsi ini dapat menambah wawasan keilmuan khususnya bagi penulis serta para pembaca pada umumnya.

  Akhirnya hanya kepada Allah penulis memohon petunjuk, semoga tulisan ini bermanfaat. Am iinya robbal a ’alamin Salatiga, 04 Maret 2008

  Penulis

  Munif Ma'naw i

  NIM 11404070

  

DAFTAR ISI

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BABI

  

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara kaffah (menyeluruh). Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, tangguh, kreatif, mandiri, demokratis dan profesional pada bidangnya masing-masing.*

  1 Dalam hal ini guru, kepala madrasah bersama pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan lainnya berperan penting dalam meningkatkan kualitas dari tiap satuan pendidikan.

  Madrasah adalah lembaga pendidikan yang semula diidentifikasikan sebagai lembaga pendidikan formal (klasikal) yang menekuni bidang agama Islam dan memasukkan bidang umum sekaligus.2 Pasca diterbitkannya Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan madrasah telah diakui sebagai sub-sistem pendidikan nasional sehingga posisi madrasah

  1 E. Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis madrasah. Departemen Agama Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2004, him 2

1 Muhammad M. Basyuni, Revitalisasi Spririt Pesantren, Gagasan, Kiprah Dan Refleksi,

  2

  menjadi sejajar dengan sekolah. Dengan demikian, madrasah ibtidaiyah adalah jalur pendidikan formal sejajar dengan sekolah dasar.3 Madrasah ibtidaiyah sebagai satuan pendidikan tidak akan menjadi bermutu baik atau unggul dengan sendirinya, melainkan melalui berbagai upaya peningkatan mutu pendidikannya. Peningkatan mutu pendidikan di madrasah ibtidaiyah hanya akan terjadi secara efektif bilamana dikelola melalui manajemen yang tepat.

  Selanjutnya faktor yang menentukan mutu pendidikan yaitu kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari keseluruhan program pendidikan di sekolah/madrasah. Dalam hal ini, tanggung jawab yang besar terletak pada guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar.

  Sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam pengelolaannya, yakni mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar secara profesional. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.

  Guru yang berkualitas ditentukan oleh tingkat pendidikan, pengalaman mengajar, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kreativitas serta keikutsertaan dalam kegiatan pendukung seperti pendidikan dan latihan, seminar, dan penelitian. Selain itu, guru yang berkualitas juga dipengaruhi oleh kompetensinya seperti kompetensi pedagogik, kompetensi

3 Departemen Agama RI, Sejarah Madrasah, Perkembangan, Dinamika, dan

  3

  kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.4 Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

  Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.

  Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Adapun kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

  Guru dalam kegiatan belajar mengajar sebagai sutradara sekaligus pelaku dalam pengajaran, sedangkan alat dan sumber pengajaran berfungsi sebagai penunjang dan pendukung terjadinya keefektifan proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, guru harus mampu memecahkan dan mencari solusi terhadap permasalahan pendidikan yang dihadapi sewaktu mengajar. Mengamati fenomena saat ini, maka kinerja guru memiliki peran yang sangat strategis dalam proses belajar mengajar.

  Kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.5 Kinerja merupakan hasil interaksi antara motivasi dengan ability (kemampuan). Orang yang tinggi ability-nya tetapi rendah motivasinya, akan menghasilkan kinerja yang rendah. Demikian halnya orang yang bermotivasi tinggi tetapi ability-

  4 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3

5 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan

  4

  nya rendah, akan menghasilkan kinerja yang rendah pula.6 Kinerja juga mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi yang tinggi.

  Peningkatan kinerja guru dimungkinkan dipengaruhi berbagai faktor, yakni sarana prasarana pendidikan, siswa, kurikulum, motivasi guru, kecerdasan intelektual guru, kecerdasan emosional guru, kecerdasan spiritual guru, manajemen pengembangan sumber daya manusia (guru), kepemimpinan kepala madrasah, kreativitas kepala kepala madrasah, kompensasi yang diterima guru, dan sebagainya. Faktor sarana prasarana pendidikan, siswa, dan kurikulum belum merupakan jaminan dapat meningkatkan kinerja guru. Hal ini karena faktor-faktor tersebut hanya merupakan instrumental input yang dapat diberdayakan oleh guru dan kepala madrasah.

  Sejalan dengan itu madrasah membutuhkan pemimpin yang mampu menggerakkan, memberi teladan, bersemangat, jujur, inovatif dan kreatif, sehingga diharapkan akan menjadi penggerak untuk mempersiapkan generasi yang berkualitas.

  Kepala madrasah sebagai pimpinan di sekolah dituntut memiliki kreativitas, kemampuan, motivasi, dan kepemimpinan yang efektif sehingga dapat menggerakkan seluruh guru sesuai peran dan fungsinya secara efektif dan efisien. Kepemimpinan mempunyai fungsi menggerakkan yang hakikatnya merupakan kegiatan manajemen untuk membuat orang lain mau

6 Ibid,

  him 137

  5

  dan suka bekeija. Menggerakkan orang lain memerlukan seni dan kemampuan dalam mempengaruhi sampai orang mau berbuat sesuai dengan tujuan organisasi. Dalam rangka menggerakkan orang untuk mencapai tujuan yang diharapkan, antara kepala madrasah yang satu dengan kepala madrasah yang lain sangat bervariasi.

  Munculnya perbedaan dalam menggerakkan inilah yang menjadikan kineija guru menjadi berbeda-beda. Kenyataan di lapangan yang diperoleh dari hasil catatan supervisi dan monitoring evaluasi Pengawas Pendidikan

  Agama Islam (Waspendais) SD/MI di MI se Kecamatan Pringapus, bahwa ada guru MI yang bekeija seadanya karena kepala madrasah tidak transparan dalam pengelolaan keuangan sekolah. Ada sebagian guru MI yang bekerjanya terkesan santai, cenderung ogah-ogahan, dan tak punya target karena kepemimpinan kepala madrasah yang kurang memperhatikan kesejahteraannya. Ada pula guru yang melaksanakan tugas dengan baik jika sedang diperhatikan oleh kepala madrasahnya saja. Begitu juga ada guru yang sering terlambat datang untuk mengajar karena kepala madrasah tidak pernah menegurnya. Dari fenomena tersebut terlihat bahwa faktor kepemimpinan juga mempengaruhi kineija guru dalam kegiatan belajar mengajar di madrasah.

  Beranjak dari latar belakang di atas maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian mengenai : “PENGARUH KREATIVITAS KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU MI DI KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG”.

  6 B. Rumusan Masalah

  Mengacu pada latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimanakah kreativitas Kepala Madrasah Ibtidaiyah dalam mengelola madrasah di Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

  2. Bagaimanakah kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang?

  3. Adakah pengaruh kreativitas Kepala Madrasah Ibtidaiyah dalam mengelola madrasah terhadap kinerja guru MI di Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang?

  C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui kreativitas Kepala Madrasah Ibtidaiyah dalam mengelola madrasah di Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

  2. Untuk mengetahui kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang

  3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kreativitas Kepala Madrasah Ibtidaiyah dalam mengelola madrasah terhadap kinerja guru MI di Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.

  7

D. Manfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teroretis maupun praktis.

  1. Manfaat teoretis Jika penelitian ini terbukti bahwa kreativitas kepala madrasah memiliki pengaruh terhadap kinerja guru, berarti hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan teori untuk kegiatan-kegiatan penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan.

  2. Manfaat praktis Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi upaya pengembangan konsep manajemen pendidikan khususnya yang berkenaaan dengan pembinaan kepala madrasah dan guru. Dan bisa juga sebagai informasi empiris tentang pengaruh kreativitas kepala madrasah dalam mengelola madrasah.

  E. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.7

  Sesuai dengan judul penelitian “Pengaruh Kreativitas Kepala Madrasah Terhadap Kineija Guru MI Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang”, maka hipotesis yang diajukan adalah: "Ada pengaruh positif dan signifikan kreativitas kepala madrasah terhadap kinerja guru Ml di Kecamatan

  Pringapus, Kabupaten Semarang."

7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 67.

  8 F . M e to d e P e n e litia n

  Hal-hal yang perlu dipaparkan berkaitan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen atau individu yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya adalah penelitian populasi.

  Yang dimaksud populasi di sini adalah individu yang akan diselidiki, yaitu para dewan guru yang ada di MI se Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang sebanyak 20 orang yang tersebar di 4 MI di Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.

  2. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu kreativitas kepala madrasah sebagai variabel bebas atau independent variable (X) dan kineija guru sebagai variabel terikat atau dependent variable (Y).

  3. Definisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu dijelaskan beberapa istilah pokok yang menjadi variabel penelitian ini. Istilah atau kata yang perlu dijelaskan adalah: a. Pengaruh 8

  8 ibid, him. 115

  9 Yang dimaksud dengan pengaruh adalah yang ada atau yang

  timbul dari sesuatu (orang, benda dan sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan gaib.9 Yang dimaksud dengan kata "pengaruh" di sini adalah adanya kekuatan, daya atau akibat dari kreativitas kepala madrasah dalam mengelola madrasah terhadap kineija guru.

  b. Kreativitas kepala madrasah Schaeffer dalam buku berjudul Kreativitas mendefinisikan kreativitas sebagai suatu cara untuk melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda melalui mata yang segar.10

  Adapun kepala sekolah menurut Wahjosumidjo adalah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran.11 Kepala sekolah sama arti dan kedudukannya dengan kepala madrasah, bedanya adalah kalau kepala madrasah sebagai pimpinan di satuan pendidikan yang berbentuk madrasah.

  Jadi, kreativitas kepala madrasah dalam penelitian ini dimaknai sebagai kemampuan berpikir kreatif kepala madrasah sebagai pemimpin yang mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran baru atau

  9 WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 1992, him 731.

  10 A. Dale Timpe, Kreativitas (Alih bahasa Sofyan Cikmat), Elex Media Komputindo, Jakarta, 1999, him 247.

  11 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

  

  

  

  

  

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IV ANALISIS DATA

  

   LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

   TABEL IX

  INTERVAL TENTANG KREATIVITAS KEPALA

  

  TABEL KERJA MENCARI KOEFISIEN KORELASI TABEL XVI ANTARA KREATIVITAS KEPALA MADRASAH (X)

  56 D E N G A N K IN E R J A G U R U ( Y )

  10

  gagasan baru dan sikap kreatifnya dalam melihat serta mencari berbagai alternatif penyelesaian masalah-masalah di madrasah, c. Kineija guru

  Menurut Prof. Dr. Payaman Simanjuntak Kineija adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. 12 Kineija guru dalam penelitian ini diartikan sebagai hasil pekerjaan atau prestasi keija yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuannya dalam mengelola kegiatan belajar mengajar

  4. Metode Pengumpulan Data Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dari lapangan, baik data mengenai variabel kreativitas kepala sekolah, maupun kineija guru menggunakan angket/kuesioner.

  Angket/kuesioner adalah sebuah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.13 Jenis angket yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah angket tertutup yang terdiri atas pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan, responden tinggal memilih jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya.

  

12 Payaman J. Simanjuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Lembaga Penerbit

Fakultas UI, Jakarta, 2005, him 1

13 Suharsimi Arikunto, Op Cit, him 140

  11

  5. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif dengan tekhnik persentase, yakni data yang terkumpul mula- mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis dengan teknik persentase untuk mengukur frekuensi gejala yang muncul. Selanjutnya pada analisa lanjut, penulis menggunakan teknik statistik, untuk mencari ada tidaknya pengaruh kreativitas kepala madrasah dalam mengelola madrasah terhadap kinerja guru. Untuk itu penulis gunakan teknik Statistik Product Moment.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Hasil Penelitian, Hipotesis, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan Skripsi. Bab II Landasan Teori Pada bab landasan teori ini, berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan variabel penelitian. Yaitu teori-teori mengenai kepemimpinan, khususnya tentang krearifitas kepala madrasah. Serta teori-teori yang berhubungan dengan kinerja guru.

  12,

Bab III Laporan Hasil Penelitian Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data yang berkaitan

  dengan variabel penelitian yaitu data mengenai kreativitas kepala madrasah dalam mengelola madrasah serta kinerja guru MI sekecamatan pringapus Kabupaten Semarang. Di samping laporan mengenai variabel penelitian, juga dilaporkan beberapa hal mengenai lembaga pendidikan yang dijadikan tempat penelitian, baik yang berkaitan mengenai monografi serta situasi madrasah ibtidaiyah se Kceamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.

  BAB IV Analisis Data Pada bab analisis data, akan dilakukan analisis terhadap data yang

  terkumpul, dengan pentahapan; klasifikasi data, tabulasi data, penghitungan frekuensi dan presentasi, untuk menjawab pokok masalah pertama dan kedua.

  Sementara untuk menjawab pokok masalah yang ketiga, yaitu ada tidaknya pengaruh kreativitas kepala madrasah dalam mengelola madrasah terhadap kinerja guru, digunakan analisis statistik dengan menggunakan rumus product moment.

  Bab V Penutup Mengakhiri penulisan skripsi pada bab kelima akan diuraikan

  mengenai kesimpulan akhir dari hasil penulisan, saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.

  BABU

LANDASAN TEORI

A. Kreativitas Kepala Madrasah

1. Pengertian Kreativitas

  Sebenarnya belum ada kesepakatan bersama mengenai definisi kreativitas yang baku, sehingga pengertian kreativitas bisa berbeda-beda menurut siapa yang mendefinisikannya.

  Schaeffer dalam buku berjudul Kreativitas mendefinisikan kreativitas sebagai suatu cara untuk melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda melalui mata yang segar.1 Matherly dan Goldsmith dalam buku yang sama memberikan definisi bahwa kreativitas adalah hasil gagasan yang mendatangkan perbaikan secara efisien atau efektif terhadap suatu sistem. Menurut mereka, apa yang sering kurang adalah bukan kreativitas dalam arti penciptaan gagasan, tetapi inovasi dalam arti menghasilkan tindakan yaitu melaksanakan gagasan-gagasannya itu.2

  Senada dengan kedua pendapat di atas, Rose Mini mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk menemukan suatu hubungan atau kombinasi yang baru dari konsep-konsep yang sudah ada, untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang baru dan kemampuan seseorang untuk

1 A. Dale Timpe, Kreativitas (Alih bahasa Sofyan Cikmat), Elex Media Komputindo, Jakarta, 1999, him 247.

  14

  menemukan ide-ide yang baru.3 sedangkan Esther Widhi Andangsari mendefinisika dengan pengertian yang lebih sederhana, yaitu :

  "Being creative is seeing the same things as everybody else but thinking o f something different". Menjadi kreatif adalah melihat sesuatu sama dengan

  orang lain, tetapi berpikir dari sudut pandang yang berbeda.4 Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang menghasilkan pemikiran-pemikiran baru atau gagasan baru dalam melihat serta mencari berbagai alternatif penyelesaian masalah-masalah.

  Kreativitas bukanlah sesuatu yang magis atau bakat alami yang dibawa sejak lahir. Kreativitas dapat dipelajari oleh siapapun. Pada dasarnya semua orang adalah kreatif selama bisa berpikir dengan baik. Kreatif tidak lebih dari proses berpikir dalam menghasilkan sesuatu. Menghasilkan bukan berarti dari yang tidak ada menjadi ada, tetapi bisa diartikan menghasil bentuk baru, format baru, bahan baru, dan sebagainya yang "baru". Bahkan ada yang mengatakan bahwa kreativitas adalah suatu perjalanan menemukan sesuatu yang belum ditemukan oleh orang lain.5

  Kreativitas meliputi 3 hal:6 1. Kreativitas merupakan kemampuan (ability). yaitu suatu kemampuan untuk membayangkan atau menemukan suatu hal yang baru.

  1 5

  17

  maka hal itu menjadi sia-sia saja.7 Dengan kata lain, ide tidak boleh menjadi ide semata tetapi dapat diwujudkan menjadi inovasi yang berguna dan bermanfaat. Dari uraian di atas, maka kreativitas di sini dapat dimaknai sebagai kemampuan berpikir kreatif kepala madrasah sebagai pemimpin yang mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran baru atau gagasan baru dan sikap kreatifnya dalam melihat serta mencari berbagai alternatif penyelesaian masalah-masalah di madrasah.

2. Kepemimpinan Kepala Madrasah

  Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang atau perspektif dari para ahli/peneliti. Menurut Atmosudirdjo yang dikutip Purwanto dalam bukunya yang berjudul Administrasi dan

  Supervisi Pendidikan , kepemimpinan adalah suatu seni {ari), kesanggupan {ability) atau teknik {technique) untuk membuat sekelompok orang/bawahan

  dalam organisasi formal atau para pengikut/simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya atau bahkan mungkin berkorban untuknya.8

  Sedangkan menurut Supardi kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan

  '

8 Ngalim A. Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosdakarya,

  18

  menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekeija dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.9

  George R. Terry dalam buku dengan judul Principles o f Management, memberikan definisi:

  ”Leadership is the relationship in which one person, the leader, influences other to work together willingly tasks to attain that which the leader desire. "10

  Jadi, pada kepemimpinan terdapat unsur-unsur kemampuan mempengaruhi orang lain, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.11 1

  2 Di antara jenis kepemimpinan adalah kepemimpinan pendidikan

  (qiyadah Tarbawiyah atau educative Leadership)}1 Guru adalah pemimpin

  bagi peserta didiknya, kepala madrasah adalah pemimpin bagi guru dan peserta didiknya. Hampir setiap orang adalah pemimpin di lingkungannya masing-masing. Manusia adalah khalifah di muka bumi.

  Adapun makna kepala sekolah/madrasah menurut Wahjosumidjo adalah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah/madrasah, tempat diselenggarakannya proses belajar

  9 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, him 107.

  10 George R. Terry, Principles O f Management, Ricard D. Irwin, Inc, Ontorio, 1977, him 410-411.

  11 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2001 him 49.

  12 Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis madrasah, Departemen Agama Diijen mengajar atau tempat di mana teijadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran.13 Di sini penulis mendefinisikan kepala madrasah sama kedudukannya dengan kepala sekolah.

  Beliau menambahkan bahwa kata “memimpin” dalam praktik organisasi mengandung konotasi: menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan, dan sebagainya.

  Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala madrasah adalah kemampuan dan seni kepala madrasah dalam menggerakkan, mengarahkan, mempengaruhi, membimbing, membina, dan mendorong orang lain (guru, karyawan, peserta didik, orang tua peserta didik, dan warga sekolah/madrasah lainnya) agar mau dan mampu bekeija atau berperan serta dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekolah.

  Tugas-tugas pokok kepala madrasah/sekol ah mencakup:

  a. Bidang akademik yang berkenaan dengan proses belajar mengajar di dalam dan luar kelas.

  b. Bidang ketatausahaan dan keuangan sekolah c. Bidang kesiswaan.

  d. Bidang personalia.

  e. Bidang gedung dan perlengkapan sekolah.

  19

13 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

  20 f. Bidang peralatan pelajaran.

  g. Bidang hubungan sekolah dan masyarakat.14 Sebagai tokoh kunci, kepala madrasah merupakan pemimpin tertinggi di madrasah dan pemegang tanggung jawab tunggal atas semua kegiatan madrasah. Untuk itu agar berhasil dalam kepemimpinannya, kepala madrasah sebagai pemimpin harus menjiwai dan senantiasa menerapkan konsep filosofis kepemimpinan pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulado, IngMadyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.15.

  Sifat dan kepribadian pemimpin yang menerapkan filosofi kepemimpinan Ki Hajar Dewantara ternyata sesuai dengan ciri-ciri manajer atau pemimpin kreatif yang dikemukakan Badawy. Disebutkan oleh beliau bahwa pada umumnya manajer atau pemimpin kreatif adalah orang yang penuh gairah, memancarkan antusiasme yang menular (Ing Ngarso Sung

  Tulodo ), memberi semangat kepada orang-orang yang dipimpinnya serta

  memberi hidup kepada lingkungannya (Ing Madya Mangun Karso), dan memiliki kepribadian dan emosi yang baik, memberi kebebasan luas, memberi kepercayaan penuh kepada orang-orangnya (Tut Wuri Handayani), dan mau menanggung resiko jika teijadi kesalahan dan kegagalan dari bawahan dalam melaksanakan tugasnya.16

  Di samping itu dalam paradigma baru pendekatan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM), kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin harus

  

14 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan kelas Sebagai Lembaga

Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta, 1985, him 91

  15 Kartini Kartono, Op Cit, him 285

  21

  kreatif. Maksudnya bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala madrasah harus berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dilakukan agar para tenaga kependidikan dapat memahami apa-apa yang disampaikan oleh kepala madrasah sebagai pemimpin, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi misi madrasah/sekolah.17 1

  8 Untuk mengenali para individu kreatif dapat dilihat dari segi sifat dan mempelajari pola keija atau perilakunya. Dalam segi sifat, para individu kreatif pada umumnya bersifat merangsang diri sendiri, bebas, sensitif, berorientasi kepada sasaran, dan mampu mengarahkan upaya mereka sendiri.

  Mereka juga lebih terbuka dan fleksibel secara emosional jika dibandingkan dengan orang-orang yang kurang kreatif. Sedangkan dari pola keija dan perilakunya, orang-orang kreatif memiliki ciri keberanian untuk berbeda dengan orang lain dan memiliki dedikasi kepada jam keija yang panjang serta senang keija keras. Biasanya perilaku orang-orang kreatif meliputi: keuletan, penuh semangat, mampu menampung banyak gagasan, lebih menyukai sesuatu yang kompleks, rumit, dan menantang.1*'

17 Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis madrasah, Departemen Agama Diijen

  Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2004, him 6-

  22 Sedangkan menurut Robin Rooks untuk mengenali beberapa sifat yang

  tampaknya sangat berhubungan dengan kreativitas, sedikitnya ada tiga aspek yang paling penting yaitu :19

  1. Keluwesan (fleksibilitas), yang merupakan kemampuan untuk mengatasi kekakuan. Sementara sebagian besar orang memecahkan masalah dengan menggunakan jalur-jalur lama yang telah dikenal, orang kreatif dapat dengan cepat dan berhasil mendekati suatu masalah dari sudut pandang yang sepenuhnya berbeda. Pandangan segar ini menolak jawaban-jawaban yang telah terpola serta kesimpulan-kesimpulan yang terlalu dini

  (prematur). Suatu organisasi yang biasanya membuat keputusan yang

  kaku dan tidak luwes akan mendapatkan para karyawannya menghasilkan pemecahan-pemecahan umum yang tidak kreatif atau tidak ada pemecahan sama sekali. Penerapan coba-coba secara tekun hingga ke titik yang lebih menyukai intuisi daripada logika adalah bagian dari proses kreatif.

  2. Ketekunan, yang dapat mengatasi stagnasi dengan menggunakan berbagai strategi untuk mengupayakan hipotesis-hipotesis baru dan aneh. Bila unsur-unsur sebuah masalah telah dikenal tetapi membutuhkan pemecahan baru, pengaturan kembali mental atau pengkombinasian kembali unsur- unsur tersebut mungkin akan membantu keberhasilan.

  3. Kemampuan menggabungkan kembali unsur-unsur untuk mencapai wawasan baru. Kemampuan menggabungkan ini kelihatannya sangat

  23

  penting. Menggunakan informasi yang telah dikumpulkan oleh orang- orang lain atau orang itu sendiri dan menggabungkannya dalam cara yang seluruhnya baru dapat menghasilkan wawasan-wawasan yang membuka bidang pikiran yang sama sekali baru.

  Menurut Schaffer dengan mengetahui dan memahami sifat-sifat dan kebiasaan orang-orang atau manajer kreatif, dapat menggunakannya sebagai sebuah alat lain dalam memperbaiki kineija dan meningkatkan hasil. Hal ini karena para manajer kreatif pada umumnya adalah seorang pemimpin yang memiliki gaya situasional sehingga dapat memilih dengan tepat gaya kepemimpinan partisipatif, otokratis atau santai bergantung pada keadaan dan individu yang terlibat. Tetapi manajer kreatif lebih menyukai gaya partisipatif.20

  Menurut Mulyasa, kreativitas kepala madrasah sebagai pemimpin akan tercermin dari sifat dan kemampuannya dalam menjalankan perannya sebagai inovator di madrasah. Kepala madrasah sebagai inovator akan tercermin dari kemampuannya mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai gagasan pembaharuan di madrasah. Gagasan baru untuk kemajuan pembelajaran di sekolah misalnya adanya moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dapat

  24

  dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator), yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik/' Seni dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar mau melakukan kehendak pemimpin tersebut menurut penulis dapat dipersepsikan ke dalam salah satu wujud kreativitas kepemimpinan kepala madrasah. Misalnya dalam menggerakkan para guru atau stafnya, kepala madrasah perlu belajar dari apa yang pernah dilakukan orang lain, kemudian menggunakan hal-hal yang berdampak positif dan menghindari yang berdampak negatif.

  Perbuatan meniru dengan cepat praktik-praktik pemimpin yang sukses juga merupakan salah satu metode dalam kreativitas. Metode kreativitas yang utama menurut Himes adalah duplikasi, perluasan, inovasi, dan sintesis. Dalam praktiknya seringkah metode-metode tersebut digabung.22 Adapun tahap-tahap kreatifitas adalah exploring, inventing, choosing dan

  implementing.

  23 Ciri-ciri perilaku pemimpin kreatif menurut Badawy antara lain:24 a. Bersedia menerima resiko yang diambil bawahan.

  b. Merasa puas dengan gagasan-gagasan yang setengah dikembangkan sebuah gagasan.

  c. Bersedia untuk mengulur peraturan perusahaan.

  d. Mampu membuat keputusan dengan cepat e. Pendengar yang baik. 21 Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis madrasah. Departemen Agama Dirjen

  Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2004, him 62 ^2 Ibid, him 89 23 f. Jangan hidup di atas kesalahan, artinya bersedia memulai dengan yang ada sekarang dan bekeija untuk masa depan yang lebih baik.

  g. Menyukai pekerjaanya.

  Sedangkan menurut Sung Yang dalam bukunya Prof. Dr. Hasan Langgulung, bahwa individu yang memiliki potensi kreatif ciri-cirinya adalah: a. Hasrat ingin bisa yang cukup besar.

  b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.

  c. Keinginan untuk menemukan dan meneliti.

  d. Cenderung menyukai tugas yang berat dan sulit.

  e. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.

  f. Memiliki dedikasi yang bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas.

  g. Berfikir fleksibel.

  h. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi yang lebih banyak. i. Kemampuan membat analisis dan sintesis. j. Meimiliki semangat bertanya dan meneliti. k. Memiliki daya abstraks yang cukup banyak. l. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.25

  Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka kreativitas kepala madrasah dalam skripsi ini adalah kepala madrasah yang memiliki sifat,

  25

3. Indikator Kreativitas Kepala Madrasah

25 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Fakultas Keguruan dan

  26

  perilaku, dan kemampuan berpikir kreatif yang dapat diketahui dari ciri- cirinya sebagai berikut: 1) Memiliki sikap menghargai dan mau menanggung resiko. 2) Pendengar yang baik dan tenang dengan ide yang belum sempurna. 3) Mampu menanggapi dan membuat keputusan cepat. 4) Mempunyai dedikasi yang tinggi dan menyukai pekerjaan.

  5) Bersifat fleksibel atau luwes 6) Mampu berpikir lancar dan orisinil.

  7) Inovatif. 8) Memiliki inisiatif yang baik. 9) Imajinatif, dan banyak gagasan .

  10) Memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi.

  B .

  Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja

  Menurut Prof. Dr. Payaman Simanjuntak, kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.26 Kinerja dalam pengertian performance, yaitu :

  "A summary measure the quantity and quality o f contributions made by an individuals or group to the production purposes o f the work unit and organization. "27

  

26 Payaman J. Simanjuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Lembaga Penerbit

Fakultas UI, Jakarta, 2005, him. 1.

  27 Shcermerhom, John R., Manajing organizational Behavior, by John Wiley & sons,

  27 Manajemen kinerja (performance management) adalah keseluruhan

  kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kineija perusahaan atau organisasi, termasuk kineija masing-masing individu dan kelompok kerja di 28 perusahaan tersebut.

  Karen Seeker dan Joe B. Wilson memberikan gambaran tentang proses manajemen kineija dengan apa yang disebut dengan siklus manajemen kineija, yang terdiri dari tiga fase yakni Perencanaan, Pembinaan dan Evaluasi.

  Perencanaan merupakan fase pendefinisian dan pembahasan peran, tanggung jawab, dan ekpektasi yang terukur. Perencanaan tadi membawa pada fase pembinaan, di mana guru dibimbing dan dikembangkan untuk mendorong atau mengarahkan upaya mereka melalui dukungan, umpan balik, dan penghargaan. Kemudian dalam fase evaluasi, kineija guru dikaji dan dibandingkan dengan ekspektasi yang telah ditetapkan dalam rencana kineija.

  Rencana terus dikembangkan, siklus terus berulang, dan guru, kepala sekolah, dan staf administrasi, serta organisasi terus belajar dan tumbuh.2

  8 Perencanaa kineija merupakan tahap awal dari manajemen kineija, mulai dengan merumuskan visi dan misi perusahaan atau organisasi, perumusan tugas pokok dan struktur organisasi, sasaran dan fungsi-fungsi unit-unit organisasi, hingga uraian jabatan, sasaran kineija dan rencana tindakan kineija setiap orang di masing-masing unit organisasi.30 28 Payaman J. Simanjuntak, Op Cit, him. 1.

  29

  29

  28 Pembinaan pekerja dapat dilakukan melalui peningkatan kebugaran

  dan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, membangun motivasi dan etos keija, memberikan dukungan organisasi dan dukungan manajemen.31 3

  2 Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau sekelompok orang atau unit- unit keija dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kineija atau tujuan yang ditetapkan lebih dulu. Evaluasi kineija disebut juga

  performance evaluation atau performance appratiare. Kata appratiare berasal

  dari kata Latin yang berarti memberikan nilai atau harga. Dengan demikian, evaluasi kineija berarti memberi nilai atas pekeijaan yang dilakukan oleh seseorang dan untuk itu diberikan imbalan, kompensasi atau penghargaan.

2. Kinerja Guru

  Suatu hal yang paling lazim dibahas dalam suatu sekolah yang berhubungan dengan guru adalah kineija guru, yaitu bagaimana seorang guru melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan atau tugas pokoknya, kepentingan dan jabatan dalam sekolah tersebut, guru adalah orang yang keijanya mengajar atau memberi pelajaran di sekolah/kelas. Secara lebih luas guru berarti orang yang bekeija dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.33 Senada dengan itu, Zakiyah Daradjat

  31 Ibid, him 102.

  32 Ibid, him, 103.

  

33 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan kelas Sebagai Lembaga menyatakan guru adalah pendidik profesional, karena guru itu telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk mendidik anak-anak.,4 Guru memiliki status dan tugas yang amat sulit, karena pekerjaannya adalah membuat anak didik memahami. To make one understand is the most

  

difficult. Membuat sesorang mengerti adalah pekerjaan yang paling sulit.3

  4