PENGARUH SUPERVISI DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN PASIR SAKTI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

PENGARUH SUPERVISI DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI

KECAMATAN PASIR SAKTI KABUPTEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

DEDI LAZWARDI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH SUPERVISI DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI

KECAMATAN PASIR SAKTI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh

Dedi Lazwardi

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran dan pengaruh supervisi kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan mengetahui (1) Pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru. (2) Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. (3) Pengaruh supervisi kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.

Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh guru di Sekolah Menengah Pertama di Pasir Sakti yang berjumlah 60 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 86,2% ini mengandung arti bahwa semakin tinggi persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah, maka semakin baik pula kinerjanya. (2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 76% ini mengandung arti bahwa semakin tinggi persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah, maka semakin baik pula kinerjanya (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 90,2%. Mengandung arti bahwa semakin tinggi persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah dan persepsinya mengenai kepemimpinan kepala sekolah, maka semakin baik pula kinerjanya.


(3)

(4)

(5)

(6)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ` i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 9

1.3.Batasan Masalah ... 10

1.4.Rumusan Masalah ... 10

1.5.Tujuan Penelitian... 11

1.6.Manfaat Penelitian... 11

1.7.Ruang Lingkup Masalah ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1.Manajemen Pendidikan ... 13

2.2.Supervisi Kepala Sekolah... 16

2.2.1. Pengertian Supervisi ... 16

2.2.2. Pengertian Supervisi Kepala sekolah ... 17

2.2.3. Karakteristik Supervisi ... 19

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berhasil Tidakny Supervisi ... 19

2.2.5. Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran ... 20

2.2.6. Teknik-teknik supervisi ... 21

2.3.Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 24

2.3.1. Teori-teori kepemimpinan ... 24

2.3.2. Pengertian Kepemimpinan ... 26


(7)

xiv

2.4.Kinerja Guru ... 33

2.4.1. Pengertian Kinerja ... 33

2.4.2. Unsur Kerja ... 35

2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ... 36

2.4.4. Penilaian Kinerja ... 36

2.4.5. Kriteria Kinerja Guru ... 37

2.5.Supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru ... 40

2.6.Kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru ... 43

2.7.Hasil penelitian yang relefan ... 44

2.8.Kerangka Berfikir ... 45

2.9.Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

3.1.Disain Penelitian ... 49

3.2.Populasi ... 50

3.3.Sample ... 51

3.4.Tempat dan Waktu Penelitian ... 53

3.5.Definisi Variabel Penelitian ... 53

3.5.1. Definisi Konseptual ... 53

3.5.2. Definisi Operasional ... 54

3.6.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 56

3.7.Uji Validitas dan Reliabelitas Instrumen ... 58

3.7.1. Uji Validitas ... 58

3.7.1.1. Hasil Uji Validitas Supervisi Kepala Sekolah... 60

3.7.1.2. Hasil Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 61

3.7.1.3. Hasil Uji Validitas Kinerja Guru ... 61

3.7.2. Uji Reliabilitas ... 62

3.7.2.1. Hasil Uji Reliabilitas Supervisi Kepala Sekolah . 65 3.7.2.2. Hasil Uji Reliabilitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 65

3.7.2.3. Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Guru ... 66

3.8.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 66

3.8.1 Teknik Analisis Data ... 66

3.8.2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 67

3.8.3. Uji Normalitas ... 67

3.8.4. Uji Homogenitas ... 67

3.8.5. Uji Hipotesis ... 68

3.8.6. Persamaan Regresi Ganda ... 71

3.8.7. Uji Linieritas ... 73

3.8.8. Uji Signifikansi Regresi ... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 75

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 75

4.1.1. SMP Negeri 1 Pasir Sakti ... 76

4.1.2. SMP Negeri 2 Pasir Sakti ... 76


(8)

xv

4.1.4. SMP IT Pasir Sakti ... 77

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 78

4.2.1. Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 79

4.2.2. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 80

4.2.3. Variabel Kinerja Guru ... 82

4.3.Uji Prasyarat Analisis Regresi... 83

4.3.1. Uji Normalitas Data ... 83

4.3.2. Uji Homogenitas ... 85

4.3.3. Uji Linieritas ... 86

4.4.Pengujian Hipotesis ... 88

4.4.1. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru ... 89

4.4.2. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru ... 90

4.4.3. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 92

4.4.4. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru ... 93

4.5.Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

4.5.1. Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Pertama ... 95

4.5.2. Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Kedua ... 97

4.5.3. Pembahasan Hasil Analisi Hipotesis Ketiga ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1.Kesimpulan... 101

5.2.Implikasi ... 102

5.3.Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan tujuan Pendidikan Nasional yang termuat dalam UU no 20 tahun 2003 pasal 3 yakni Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan pendidikan bagi warga negaranya tidak henti-hentinya melakukan berbagai kegiatan dan menyediakan fasilitas pendukungnya termasuk memberlakukannya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen serta tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan


(10)

2 kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan.

Berdasarkan Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat 1 guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Guru merupakan komponen utama yang paling menentukan keberhasilan pendidikan karena ditangan gurulah kurikulum, sumber belajar, sarana dan prasarana serta iklim pembelajaran menjadi lebih berarti bagi kehidupan peserta didik. Ditangan guru dapat tercipta proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Akan tetapi berdasarkan berbagai kajian hasil penelitian bahwa profesionalisme guru di Indonesia masih rendah, hal ini dapat terlihat dari beberapa indikator seperti rendahnya komitmen guru terhadap profesi, kurangnya motivasi guru untuk malakukan penelitian, dan adanya beberapa perguruan tinggi yang mencetak guru asal jadi (Mulyasa, 2007 : 9).

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan profesional dan kapasitas sebagai pendidik. Selanjutnya untuk menjadi guru profesional ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Cahyono dalam Solihin (2007:11) mengemukakan bahwa kinerja mengajar yang baik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal mancakup kemampuan intelegensi, sikap, minat dan persepsi, motivasi kerja dan pengalaman kerja. Sedangkan faktor


(11)

eksternal mencakup sarana prasarana, gaya kepemimpinan kepala sekolah, supervisi, struktur tugas, intensif, suasana kerja dan lingkunagan kerja.

Kopetensi guru berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 guru harus memiliki 4 kopetensi antara lain, kopetensi padegogik, kopetensi keahlian, kopetensi sosial dan kopetensi profesional.

Kepuasan kerja bagi guru sebagai pendidik diperlukan untuk meningkatkan kinerjanya. Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan. Kepuasan kerja guru berdampak pada prestasi kerja, disiplin, kualitas kerjanya. Pada guru yang puas terhadap pekerjaannya maka kinerjanya akan meningkat kemungkinan akan berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Supervisi pendidikan didefinisikan sebagai proses pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien (Bafadal, 2004:46). Dengan adanya pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah diharapkan memberi dampak terhadap terbentuknya sikap professional guru. Sikap professional guru merupakan hal yang amat penting dalam memelihara dan meningkatkan profesionalitas guru, karena selalu berpengaruh pada perilaku dan aktivitas keseharian guru. Perilaku profesional akan lebih diwujudkan dalam diri guru apabila institusi tempat ia bekerja memberi perhatian lebih banyak pada pembinan, pembentukan, dan pengembangan sikap profesional (Pidarta, 1996:380).


(12)

4 Supervisi merupakan salah satu fungsi kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru dalam melaksanakan pengajaran. Sehubungan dengan pentingnya aktifitas supervisi sekoalah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas guru pada khususnya dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya.

Menurut Suhardan (2010: 39) Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan terhadap fisik material. Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar, pengawasan terhadap murid yang belajar dan pengawasan terhadap situasi yang menyebabkannya.

Rifai dalam Suhardan (2010: 40) mengemukakan bahwa, “Supervisi merupakan pengawasan yang lebih profesioanal dibandingkan dengan pengawasan umum karena perkembangan kemajuan pendidikan yang membutuhkannya, yaitu pengawasan akademik yang mendasarkan kepada kemampuan ilmiah. Pendekatannya bukan lagi pengawasan manajemen biasa yang bersifat in human, melainkan menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan humanistik oleh para pengawas dalam melaksanakannya, karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan pengawasan yang lebih profesional, yang menuntut kemampuan profesional dari para pengawasnya, dan bukan hanya wewenang administratif saja”.


(13)

Berdasarkan pendapat di atas maka disimpulkan bahwa kualitas supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor diduga dapat mempengarui kinerja guru.

Kepala sekolah memegang peranan penting dalam kemajuan sekolah. Kepemimpinan yang ideal adalah kepemimpinan yang menempatkan hidap sebagai pelayanan dan bukan hanya pada karir semata. Pada saat ini kita melihat betapa besarnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan, terutama dari para pemimpin pendidikan sebab melalui pendidikan akan tercipta perubahan yang positif. Spirit pelayanan ini semestinya menyerap dalam sanubari seluruh anggota masyarakat, karena pelayanan merupakan salah satu sumber kebahagiaan walaupun kita tidak akan dapat kebahagiaan itu secara langsung melainkan sebagai hasil tambahan dan nilai tambah dari pelayanan yang kita lakukan.Pelayanan yang diberikan secara ikhlas memberi kebahagiaan kepada yang dilayani dan yang melayani.

Kepemimpinan kepala sekolah yang terlalu berorientasi pada tugas pengadaan sarana dan prasarana dan kurang memperhatikan guru dalam melakukan tindakan, dapat menyebabkan guru sering melalaikan tugas sebagai pengajar dan pembentuk nilai moral. Hal ini dapat menumbuhkan sikap yang negatif dari seorang guru terhadap pekerjaannya di sekolah, sehingga pada akhirnya berimplikasi terhadap keberhasilan prestasi siswa di sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru di SMP Negeri Pasir Sakti pada bulan Agustus 2012 ditemukan bahwa masih banyak kendala atau persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi kepala


(14)

6 sekolah. Secara umum persoalan tersebut meliputi: kualitas supervisi dari kepala sekolah yang masih tergolong rendah. Padahal tujuan supervisi untuk membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan dan berusaha mencapai tujuan pendidikan itu dengan membina dan mengembangkan metode-metode dan prosedur pengajaran yang lebih baik.

Implementasi kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah terwujud dalam pelaksanaan tugas-tugasnya antara lain menyusun perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan kegiatan, mengkoordinasikan kegiatan, melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur pembelajaran dan mengadakan hubungan masyarakat. Selain itu tugas menyelenggarakan administrasi antara lain menyusun perencaan, pengorganisasian, pengarahan keuangan, penyusunan kurikulum, penanganan kesiswaan, sarana prasarana, kepegawaian.

Kinerja guru yang sudah lulus sertifikasi masih belum memuaskan. Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan oleh guru-guru di berbagai jenjang pendidikan yang belum lolos sertifikasi, dengan harapan segera mendapat sertifikasi berikut uang tunjangan profesi. Demikian temuan sementara dari hasil survei yang dilakukan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru. ”Kami baru mengolah data 16 dari 28 provinsi yang diteliti. Hasilnya ternyata kurang memuaskan (http://nasional.kompas.com/read/2009/10/07/02424962/) diakses tanggal 2 November 2012.


(15)

Berdasarkan dari hasil akhir uji kompetensi awal (UKA) guru tahun 2012 yang telah dilaksanakan pada bulan Februari 2012 lalu. Dengan nilai rata-rata 50,1 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) didaulat mendapat predikat sebagai provinsi dengan nilai rata-rata UKA tertinggi. Selanjutnya Mendikbud Mohammad Nuh membeberkan, setelah DIY, posisi 10 besar provinsi dengan nilai rata-rata tertinggi disusul oleh DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur (47,1), Jawa Tengah (45,2), Jawa Barat (44,0), Kepulauan Riau (43,8), Sumatera Barat (42,7), Papua (41,1) dan Banten (41,1).

(http://www.ujikompetensiguru.com/2012/03/pengumuman-uji-kompetensi-awal-uka-guru.htm) diakses tanggal 7 november 2012.

Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa kopetensi guru yang telah disertifikasi masih rendah ditunjukan dengan nilai rata-rata nasional adalah 50,1.

Berdasarkan dari wawancara dengan kepala SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Pasir Sakti yang dilakukan pada bulan Oktober 2012, didapat bahwa kinerja guru di lingkungan SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 masih rendah. Data ini didapat dari penilaian kinerja guru yang dilakukan kepala sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil UKA guru tahun 2012 dimana Provinsi Lampung berada di bawah 41,1.

Berdasarkan data hasil laporan kegiatan kepengawasan sekolah tahun pelajaran 2011/2012 pada tingkat SMP Negeri di Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur didapatkan informasi bahwa: (1) 65% guru kurang kurang berkreativitas dalam membuat media pembelajaran, (2) 72% guru belum mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sendiri, dan (3) 50% guru belum melaksanakan analisis hasil evaluasi.


(16)

8 Selain itu penulis juga mengamati kualitas supervisi yang dilakukan kepala sekolah masih tergolong rendah, hal ini di dukung dengan banyaknya guru yang belum memahami tujuan dari supervisi antara lain prinsip-prinsip pengembangan silabus dan RPP, guru belum mengunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan karakteristik peserta didik.

Kinerja guru atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 berisi tentang pemantapan profesional pengawas, kepala sekolah dan guru pada khususnya tingkat pendidikan dasar hendaknya dapat dijadikan momentum untuk memajukan kinerja guru.

Kinerja guru akan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh karena itu tugas kepala sekolah selaku manager adalah melakukan penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian ini penting untuk dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat motivasi bagi pimpinan kepada guru maupun bagi guru itu sendiri.

Kinerja Guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan, maupun anak didik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain,


(17)

pelaksanaan supervisi yang harus dibenahi, disiplin kerja guru masih rendah, kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi kinerja guru perlu ditingkatkan, motivasi guru untuk berprestasi masih rendah, kompetensi guru belum dikuasai menyeluruh, tingkat kepuasan kerja guru masih rendah, motivasi guru untuk meningkatkan kemampuan mengajar belum optimal.

Dengan demikian judul penelitian ini adalah Pengaruh Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1.2.1 Kepala sekolah belum menjalankan fungsi sebagai supervisor dengan baik.

1.2.2 Sebagian besar guru belum mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sendiri.

1.2.3 Guru kurang kreativitas dalam mengembangkan media pembelajarannya.

1.2.4 Sebagian guru belum melakukan analisis evaluasi.

1.2.5 Kepala SMP di Kecamatan Pasir Sakti kabupaten Lampung Timur Belum menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat.


(18)

10 1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kinerja guru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain: supervisi kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah masih rendahnya kinerja guru sekolah menegah pertama di Kecamatan Pasir Saktimaka dengan demikian permasalahan yang diajukan adalah :

1.4.1 Apakah terdapat pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru sekolah menegah pertama di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur ?

1.4.2 Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sekolah menegah pertama di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur ?

1.4.3 Apakah terdapat pengaruh supervisi kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sekolah menegah pertama Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur ?


(19)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1.5.1 Pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.

1.5.2 Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.

1.5.3 Pengaruh suprvisi kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhada kinerja guru SMP di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat secara Teoritis

Secara teoritis, kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi empirik dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya manajemen pendidikan dan pemanfaatan untuk pengembangan sumber daya manusia dalam ogranisasi belajar dibawah kepemimpinan kepala sekolah yang berhubungan dengan guru.


(20)

12 1.6.2 Manfaat secara Praktis

1.6.2.1 Memberi bahan masukan atau input bagi kepala SMP di Pasir Sakti agar mampu mengambil langkah-langkah tepat dalam upaya meningkatkan kinerja guru melalui supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru.

1.6.2.2 Memberikan informasi kepada kepala sekolah dalam mensupervisi dan mengembangkan kemampuan guru.

1.6.2.3 Memberikan informasi kepada guru tentang pentingnya kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam peleksanaan pendidikan di sekolah.

1.6.2.4 Memberikan informasi bagi lembaga pendidikan khususnya UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Pasir Sakti dan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Timur dalam upaya meningkatkan kinerja guru.

1.6.2.5 Bagi peneliti lain merupakan penambahan informasi dan memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan di FKIP Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan.

1.7 Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1.7.1 Objek dalam penelitian ini dalah kinerja guru, supervisi kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah.

1.7.2 Subjek dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah Pertama Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur


(21)

1.7.3 Penelitian ini di lakukan di Sekolah Menengah Pertama Pasir Sakti Lampung Timur, waktu penelitian di lakukan pada bulan november 2012.

1.7.4 Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Manajemen Pendidikan yakni tentang pengaruh supervisi kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan ialah proses perencanaan, peng-organisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan.

Menurut Usman, H. (2009:8) manajemen pendidkan sebagai seni dan ilmu yang mengelola sumberdaya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirituan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperuntukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Adapun secara proses, manajemen pendidikan didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untukmencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Bila


(23)

dikaji dengan pendekatan struktur atau tugasnya,maka manajemen pendidikan diartikan sebagai manajemen peserta didik, kurikulum, tenaga pendidik, dan kependidikan, keuangan, fasilitas, hubungan lembaga dengan masyarakat, pengorganisasian,ketatalaksanaan, dan supervisi pendidikan (Usman,H. 2004: 12)

Menurut Usman, H (2004: 13), manajemen pendidikan selaku rangkaian kegiatan pengelolaan dibidang pendidikan, berperan dalam:

1. Tertunjangnya suasana PBM2.

2. Tertunjangnya profesi tenaga pendidik3.

3. Tercapainya tujuan secara efektif dengan sumber daya terbatas4.

4. Tertunjangnya profesi administrator pendidikan

Secara yuridis, ruang lingkup manajemen pendidikan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah mengacu pada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Sekolah/Madrasah adalah :

1) Rencana program sekolah

2) Pelaksanaan program sekolah

3) Kepemimpinan

4) Pengawasan/evaluasi

5) Sistem informasi manajemen


(24)

16

2.2. Supervisi Kepala Sekolah 2.2.1. Pengertian Supervisi

Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision yang berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan,yaitu pimpinan terhadap hal-hal yang ada di bawahnya, yaitu yang menjadi bawahannya (Arikunto 2006 : 2).

Pada umumnya supervisi mengacu kepada usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah/ pengawas/ penilik dalam rangka membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif, sebagaimana yang dikemukakan Purwanto, (2004: 32) bahwa:

Supervisi ialah aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya guru pada khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkatkan pula prestasi belajar siswa, dan itu berarti meningkatlah kualitas lulusan sekolah itu (Arikunto 2006: 5)

Menurut Purwanto (2004: 76) mengatakan supervisi pendidikan adalah Segala bantuan dari pemimpin sekolah yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personil sekolah lainnya didalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan, berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan


(25)

keahlian dan kecakapan guru-guru seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran, dan metode-metode mengajar yang lebih baik.

Menurut Hadari Nawawi (1998: 104) adalah Pelayanan yang disediakan oleh pimpinan untuk membantu para guru agar menjadi cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan pada khususnya, sehingga mampu meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar disekolah.

Ametembun (1992 : 3) mengemukakan bahwa supervisi pendidikan merupakan perbaikan dan atau peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan kualitas mengajar guru-guru dan kualitas belajar peserta didik pada khususnya.

Berdasarkan beberapa pengertian supervisi diatas maka supervisi adalah suatu aktivitas proses pembimbingan dari pihak atasan kepada para guru dan para personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para peserta didik, untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar para peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien dengan prestasi dan mutu belajar yang semakin meningkat. Sedangkan yang melakukan aktivitas supervisi disekolah tersebut adalah kepala sekolah (supervisor).

2.2.2. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah

Menurut carter dalam Piet Sahertian dan Aleida Sahertian (2000:17), supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan


(26)

18

petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.

Menurut Jones dalam Mulyasa (2004:155), supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama pendidikan.

Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif (Purwanto, 2004:32).

Berdasarkan Permendiknas no 13 tahun2007 tentang standar kepala sekolah diantaranya ada dimensi kompentensi supervisi, supervisi memiliki 3 kompentensi antara lain merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat dan menindaklanjuti supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Jadi supervisi kepala sekolah merupakan upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.


(27)

2.2.3. Karakteristik Supervisi

Menurut Mulyasa (2004:112) Salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

b) Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

c) Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah.

d) Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru.

e) Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan.

f) Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.

g) Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.

h) Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.

2.2.4. Faktor Yang Mempengarui Berhasil Tidaknya Supervisi

Menurut Purwanto (2004:118) ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil supervisi antara lain:


(28)

20

a) Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah sekolah itu di kota besar, di kota kecil, atau pelosok. Dilingkungan masyarakat orang-orang kaya atau dilingkungan orang-orang yang pada umumnya kurang mampu. Dilingkungan masyarakat intelek, pedagang, atau petani dan lain-lain.

b) Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya.

c) Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang di pimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SLTP, SMU atau SMK dan sebagainya semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu.

d) Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di sekolah itu pada umumnya sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial-ekonomi, hasrat kemampuannya, dan sebagainya. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Di antara faktor-faktor yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai.

e) Kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.

2.2.5. Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pengajaran

3. Menurut Prasojo (2011: 82) mengemukakan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah antara lain adalah :

1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan mata pelajaran di sekolah/madrasah.

2. Memahami konsep, teori, teknologi, karakteristik dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan mata pelajaran di sekolah/madrasah.

3. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan mata pelajaran di sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.

4. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi peserta didik melalui bidang pengembangan mata pelajaran di sekolah/madrasah.

5. Membimbing guru dalam menyusun RPP untuk tiap bidang pengembangan mata pelajaran di sekolah/madrasah.

6. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi peserta didik pada tiap bidang pengembangan mata pelajaran di sekolah/madrasah.


(29)

7. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan mata pelajaran di sekolah/madrasah.

8. Motivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan mata pelajaran sekolah/madrasah.

2.2.6. Teknik-Teknik Supervisi

Menurut Purwanto dalam Arikunto (2006:54), secara garis besar cara atau tehnik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tehnik perseorangan dan teknik kelompok.

a) Teknik perseorangan

Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

 Mengadakan kunjungan kelas (classroom visition)

Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.

 Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)

Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti misalnya


(30)

22

sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.

 Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa.

Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya. Masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya.

 Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah. Antara lain :

Menyusun program catur wulan atau program semester. Menyusun atau membuat program ssatuan pelajaran. Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas. Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran.

Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar.

Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.


(31)

b) Teknik kelompok

Ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

 Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)

Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk didalam perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru.

 Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)

Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi guna.membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar.

 Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)

Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.

Menurut Gwynn dalam Bafadal (2004 :48-50), teknik supervisi digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan teknik kelompok. Teknik supervisi individual meliputi : 1) kunjungan kelas, 2) percakapan pribadi, 3)


(32)

24

kunjungan antarkelas, 4) penilaian sendiri. Sedang teknik supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3) laboratorium kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6) perjalanan staf, 7) diskusi panel, 8) perpustakaan profesional, 9) organisasi profesional, 10) bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar, 13) pertemuan guru.

Dari beberapa pendapat dan uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa supervisi kepala sekolah adalah proses pembinaan kepala sekolah kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar. Adapun teknik yang biasa digunakan adalah kunjungan kelas, pertemuan baik formal maupun informal serta melibatkan guru lain yang dianggap berhasil dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa teknik yang biasa digunakan kepala sekolah dalam mensupervisi gurunya, namun dalam penelitian ini hanya indikator : kunjungan kelas, semangat kerja guru, pemahaman tentang kurikulum, pengembangan metode dan evaluasi, rapat-rapat pembinaan, dan kegiatan rutin diluar mengajar yang kami teliti sedangkan indikator lain tidak kami teliti karena kurang mengungkap masalah yang kami teliti.

2.3. Kepemimpinan Kepala Sekolah 2.3.1. Teori-Teori Kepemimpinan

Konsep tentang kepemimpinan dalam dunia pendidikan tidak bisa terlepas dari konsep kepemimpinan secara umum. Konsep kepemimpinan secara umum sering dipersamakan dengan manajemen, padahal dua hal tersebut memiliki perbedaan yang cukup berarti.


(33)

Menurut AlanTucker dalam Syafarudin (2002 : 49) mengemukakan bahwa : “kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu”. Hal ini memberikan suatu perspektif bahwa seorang manajer dapat berperilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan dia mampu mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu harus menyandang jabatan manajer.

Menurut Stephen P. Robbins dalam Hermaya (2005 : 128) memberikan arti kepemimpinan sebagai berikut : “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran”. Hal ini memberikan suatu perspektif bahwa seorang manajer dapat berperilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan dia mampu mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu harus menyandang jabatan manajer.

Sedangkan menurut James M. Liphans et.al dalam Wahjosumidjo (2010:19) ada empat macam pendekatan historis mengenai analisis kepemimpinan, yaitu:

a. Pendekatan psikologis

Menurut pendekatan ini, dikatakan bahwa keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin mengunakan kewibawaan tersebut kepada bawahannya.

b. Pendekatan situasional

Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin. Keberhasilan pemimpin ditandai dengan adanya kecakapan luar biasa yang dimiliki oleh pemimpin seperti tidak kenal lelah, intuisi yang tajam, tujuan ke masa depan yang tidak sempit dan kecakapan meyakinkan yang sangat menarik.

c. Pendekatan prilaku

Pendekatan prilaku menekankan pentingnya prilaku yang dapat diamati atau yang dilakukan oleh para pemimpin dari sifat-sifat pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya.

d. Pendekatan kontingensi

Pendekatan kontingensi menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur dan memperkirakan


(34)

26

ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pemimpin dengan garis pedoman prilaku yang bermanfaat yang didasarkan pada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional.

2.3.2. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Andrew J. Dubrin dalam Tri Wibowo BS (2006 : 4) arti kepemimpinan yang sesungguhnya dapat dijelaskan dengan banyak cara. Berikut ini adalah beberapa definisinya :

1. Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan.

2. Kepemimpinan adalah cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah

3. Kepemimpinan adalah tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespon dan menimbulkan perubahan positif.

4. Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.

5. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara bawahan agar tujuan organisasional tercapai.

Menurut Stephen P. Robbins dalam buku Manajement, Seven edition yang dialih bahasa oleh T. Hermaya (2005 : 128) memberikan arti kepemimpinan sebagai berikut : “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran”.

Menurut Miftah Thoha (2006 : 5) mengartikan bahwa : “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi.”

Konsep tentang kepemimpinan dalam dunia pendidikan tidak bisa terlepas dari konsep kepemimpinan secara umum. Konsep kepemimpinan secara umum sering


(35)

dipersamakan dengan manajemen, padahal dua hal tersebut memiliki perbedaan yang cukup berarti.

Menurut Toha (2006 : 5) mengartikan bahwa : “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi.”

Berdasarkan beberapa pembahasan tentang teori kepemimpinan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.

2.3.3. Kepemimpinan Kepala Sakolah

Sejalan dengan uraian kepemimpinan di atas kepemimpinan dalam organisasi sekolah secara umum sama. Kepala Sekolah adalah pemimpin sekaligus manajer yang harus mengatur, memberi perintah sekaligus mengayomi bawahannya yaitu para guru dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul.

Wahjosumidjo (2002 : 83) mengartikan bahwa : “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.”

Sementara Rahman dkk (2006 : 106) mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (Jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah.


(36)

28

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin dan memanajemen segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.

Berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah. Rusyan T (2000) menyatakan bahwa :

Kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa. Kepemimpinan kepala sekolah harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena tanggung jawab kepala sekolah sangat penting dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para siswa, juga produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu menciptakan kegairahan kerja dan sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah digariskan sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa meningkat.”

Sebenarnya dalam mencapai tujuan bersama, pemimpin dan anggotanya mempunyai ketergantungan satu dengan yang lainnya. Setiap anggota organisasi mempunyai hak untuk memberikan sumbangan demi tercapainya tujuan organisasi. Oleh sebab itu, perlu adanya kebersamaan. Rasa kebersamaan dan rasa memiliki pada diri setiap anggota mampu menimbulkan suasana organisasi yang baik.

Menurut Supriadi (2002 : 268). Ada tujuh indikator keberhasilan seorang kepala sekolah, yaitu :

 Kepala Sekolah sebagai Manajer.

 Kepala Sekolah sebagai Pemimpin


(37)

 Kepala Sekolah sebagai Pencipta Iklim Kerja

 Kepala Sekolah sebagai Pendidik

 Kepala Sekolah sebagai Administrator

 Kepala Sekolah sebagai Penyelia

Supriadi juga mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kepribadian dan integritas serta kemampuan untuk meyakinkan dan mengarahkan orang lain, untuk mencapai tujuan sesuai dengan sasaran. Hal tersebut di atas meliputi kepribadian, kemampuan memotivasi, pengambilan keputusan, komunikasi dan pendelegasian wewenang.

Sedangkan menurut Mulyasa (2009 : 90) :

“Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.”

Pendapat tersebut di atas mengandung arti bahwa kepala sekolah dituntut untuk mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah.

Kepemimpinan khususnya di lembaga pendidikan memiliki ukuran atau standar pekerjaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah selaku pimpinan tertinggi. Menurut Mulyasa (2009 : 98) disampaikan bahwa seorang kepala sekolah harus melakukan perannya sebagai pimpinan dengan menjalankan fungsi :

Kepala sekolah sebagai educator (pendidik) Kepala sekolah sebagai manajer


(38)

30

Kepala sekolah sebagai supervisor

Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) Kepala sekolah sebagai inovator

Kepala sekolah sebagai motivator

Kepala sekolah yang mampu menjalankan fungsi-fungsi di atas dengan baik dapat dikatakan kepala sekolah memiliki kemampuan memimpin yang baik.

Jadi, dengan demikian jelas bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin agar berhasil harus menjalankan sekurang-kurangya tujuh fungsi di atas selain juga memiliki kriteria lain seperti latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Kepala sekolah selain mampu untuk memimpin, mengelola sekolah juga dituntut mampu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja sehingga dapat memotivasi guru dalam bekerja dan dapat mencegah timbulnya disintegrasi atau perpecahan dalam organisasi.

2.3.4. Gaya Kepemimpinan

2.3.4.1. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Dalam mensukseskan kepemimpinan dalam organisasi, pemimpin perlu perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan kepada pegawainya (Mulyadi dan Rivai, 2009). Gaya kepemimpinan atasan dapat mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam berprsetasi, dan akan berujung pada keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Suranta, 2002). Pemimpin perlu memikirkan gaya kepemimpinan yang paling tepat, dimana gaya kepemimpinan yang paling tepat yaitu gaya kepemimpinan yang dapat


(39)

memaksimumkan kinerja, dan mudah dalam menyesuaikan dengan segala situasi dalam organisasi (Mulyadi dan Rivai, 2009).

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang sedemikian rupa untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Sholeha dan Suzy, 1996). Sedangkan Mulyadi dan Veithzal Rivai (2009) menerangkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai sasaran organisasi.

Lebih lanjut Suranta (2002) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan bersifat lentur atau fleksibel, maksudnya adalah gaya kepemimpinan yang biasa diterapkan pemimpin dapat berubah dengan gaya kepemimpianan yang lainnya seiring dengan berubahnya situasi dan kondisi internal organisasi. Sehingga tercapai keefektifan gaya kepemimpinan, dan tercapainya tujuan organisasi.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama.

2.3.4.2. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan

Menurut Robbins (2006) terdapat empat macam gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut:


(40)

32

Adalah gaya kepemimpinan yang memicu para pengikutnya dengan memperlihatkan kemampuan heroik atau luar biasa ketika mereka mengamati perilaku tertentu pemimpin mereka

Gaya Kepemimpinan Transaksional.

Yaitu gaya kepemimpinan yang memandu atau memotivasi para pengikutnya menuju ke sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas.

Gaya Kepemimpinan Transformasional.

Ialah gaya kepemimpinan yang menginspirasi para pengikut untuk melampaui kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa dampak yang mendalam dan luar biasa pada pribadi para pengikut.

Gaya Kepemimpinan Visioner.

Merupakan gaya kepemimpinan yang mampu menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai massa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah tumbuh dan membaik.

Menurut Hersey dan Blanchard (1992) dalam Dharma dan Husaini (2008:10) ada empat gaya kepemimpinan yang efektif, adalah telling, selling, participating, dan delegating. Ciri-ciri telling (pemberitahuan): tinggi tugas dan rendah hubungan, pemimpin memberikan intruksi atau keterangan bagaimana cara mengerjakan, kapan harus selesai, dimana pekerjaan dilaksanakan dan pengawasan, komunikasi biasanya satu arah. Ciri-ciri

selling (penawaran atau penjualan): tinggi tugas dan tinggi hubungan, pemimpin menawarkan gagasannya dan bawahan diberikan kesempatan

Berdasarkan macam-macam gaya kepemimpinan diatas maka ada empat gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpianan kharismatik, gaya kepemimpinan


(41)

transaksional, gaya kepemimpinan transformasional, gaya kepemimpinan visioner.dan ada gaya kepemimpinan yang efektif yaitu telling, selling, participating, dan delegating.

Berdasarkan teori diatas maka disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan.

2.4. Kinerja Guru

2.4.1. Pegertian Kinerja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990:503) kinerja berarti sesuatu yang dicapai, prestasi diperlihatkan atau kemampuan kerja. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh lembaga administrasi negara (1992:12) merumuskan kinerja merupakan terjemahan babas dari istilah Performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil kerja.

Menurut Simamora (1997:327) kinerja adalah tingkat pencapaian standar pekerjaan. Semantara Nawawi (1998:235) menegaskan bahwa kinerja yang diistilahkan sebagai karya adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik fisik/material.

Berdasarkan pendapat diatas pengertian kinerja adalah tingkat pencapaian standar suatu pekerjaan

Menurut Ivor K. Davies (1987:35) mengatakan bahwa seorang mempunyai empat fungsi umum yang merupakan ciri pekerja seorang guru, adalah sebagai berikut:


(42)

34

a. Merencanakan

Yaitu pekerjaan seorang guru menyusun tujuan belajar.

b. Mengorgasisasikan

Yaitu pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efesien, dan ekonomis mungkin.

c. Memimpin

Yaitu pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong, dan menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka siap mewujudkan tujuan belajar.

d. Mengawasi

Yaitu pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru harus menilai dan mengatur kembali situasinya dan bukunya mengubah tujuan

Menurut Anwar (2000:86) memberikan pengertian kinerja sama dengan performance yang esensinya adalah berapa besar dan berapa jauh tugas-tugas yang telah dijabarkan telah dapat diwujudkan atau dilaksanakan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang menggambarkan pola perilaku sebagai aktualisasi dan kompetensi yang dimiliki. Dalam kajian yang berkenaan dengan profesi guru, Anwar (2000: 22) memberikan pengertian kinerja


(43)

sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar-mengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam benmtuk program semester maupun persiapan mengajar.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat dan teori kinerja guru diatas, bahwa kinerja guru adalah persiapan, pelaksanaan, dan pencapaian guru dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar dikelas.

2.4.2. Unsur Kerja

Berdasarkan pengertian diatas kinerja mengandung 3 (tiga) unsur, yaitu:

Unsur waktu, dalam arti hasil-hasil yang dicapai oleh usaha-usaha tertentu, dinilai dalam satu putaran waktu atau sering disebut periode. Ukuran periode dapat menggunakan satuan jam, hari, bulan maupun tahun.

Unsur hasil, dalam arti hasil-hasil tersebut merupakan hasil rata-rata pada akhir periode tersebut. Hal ini tidak berarti mutlak setengah periode harus memberikan hasil setengah dari keseluruhan.

Unsur metode, dalam arti seorang pegawai harus menguasai betul dan bersedia mengikuti pedoman yang telah ditentukan, yaitu metode kerja yang efektif dan efisien, ditambahkan pula dalam bekerjanya pegawai tersebut harus bekerja dengan penuh gairah dan tekun serta bukan berarti harus bekerja berlebihan.


(44)

36

2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan profesioanal dan kapasitas sebagai pendidik. Selanjutnya untuk menjadi guru profesional ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Cahyono dalam Solihin (2009:11) mengemukakan bahwa kinerja mengajar yang baik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal mancakup kemampuan intelegensi, sikap, minat dan persepsi, motivasi kerja dan pengalaman kerja. Sedangkan faktor eksternal mencakup sarana prasarana, gaya kepemimpinan kepala sekolah, supervisi kepala sekolah, struktur tugas, intensif, suasana kerja dan lingkunagan kerja.

Untuk mewujudkan kinerja guru yang profesional dalam reformasi pendidikan, secara ideal ada beberapa karakteristik citra guru yang diharapkan antara lain: 1. Guru harus memiliki semangat juang yang tinggi disertai dengan kualitas

keimanan dan ketaqwaan yang mantap.

2. Guru harus mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan IIPTEK.

3. Guru yang mempunyai kualitas kopetensi pribadi dan profesional dan memadai disertai dengan kerja yang kuat.

4. Guru yang mempunyai kualitas kesejahteraan yang memadai. 5. Guru yang mandiri, kreatif dan berwawasan masa depan.

2.4.4. Penilaian Kerja

Tugas manajer (Kepala Sekolah) terhadap guru salah satunya adalah melakukan penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini mutlak dilaksanakan untuk mengetahui


(45)

kinerja yang telah dicapai oleh guru. Apakah kinerja yang dicapai setiap guru baik, sedang, atau kurang. Penilaian ini penting bagi setiap guru dan berguna bagi sekolah dalam menetapkan kegiatannya.

Penilaian kinerja menurut Simamora (1997: 415) adalah alat yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan. Sejalan dengan pendapat Hasibuan (1999: 87) penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya.

2.4.5. Kriteria Kinerja Guru

Keberhasilan guru seseorang bisa dilihat apabila kriteria-kriteria yang ada telah tercapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah tercapai berarti pekerjaan seseorang telah dianggap memiliki kualitas kerja yang baik. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pengertian kinerja bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang terlihat dari serangkaian kemampuan yang dimiliki oleh seorang yang berprofesi guru. Kemampuan yang harus dimiliki guru telah disebutkan dalam peraturan pemerintah RI No. 19Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 yangberbunyi:

Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:


(46)

38

Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, cultural, emosional, dan intelektual

Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik. Mengembangkan kurikulum yang terkait mata pelajaran yang diampu. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

Memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.

Berkomunikasi efektif, empatik, dan santun ke peserta didik. Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar.

2. Kompetensi Kepribadian

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, social dan budaya bangsa. Penampilan yang jujur, berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

Menampilkan dirisebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.

Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.


(47)

3. Kompetensi Sosial.

Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agara, raskondisifisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga.

Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki keragaman sosial budaya.

Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan

4. Kompetensi Profesional

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang dimampu.

Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang dimampu.

Mengembangkan materi pembelajaran yang dimampu secara kreatif.

Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangakan diri.

Tugas manajer (Kepala Sekolah) terhadap guru salah satunya adalah melakukan penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini mutlak dilaksanakan untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai oleh guru. Apakah kinerja yang dicapai setiap guru baik, sedang, atau kurang. Penilaian ini penting bagi setiap guru dan berguna bagi sekolah dalam menetapkan kegiatannya.


(48)

40

Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) menjabarkan alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom precedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).

Selanjutnya Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) juga mendapat indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di kelas yaitu: (1) perencanaan program kegiatan pembelajaran, (2) pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan (3) evaluasi/penilaian pembelajaran.

2.5 Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

Salah satu fungsi kepala sekolah adalah sebagai supervisor. Dalam konteks pendidikan supervisor sebagai bantuan dari kepala sekolah dalam mengembangkan dan memajukan kepemimpinan guru dan personil sekolah lainnya untuk mencapal tujuan pendidikan. Bantuan ini menyangkut dorongan dan bimbingan.

Dalam prakteknya, sering kepala sekolah salah dalam melakukan supervisi. Bawahan hanya dilihat semata-mata dari sejauh mana ketaatannya dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh kepala sekolah. Apa sebenarnya supervisi, tujuan dan prinsip supervisi.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah membantu guru dalam perbaikan proses belajar mengajar. Sering guru mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas


(49)

mengajar, yang menyebabkan tidak sampainya pencapaian kurikulum. Untuk mengetahul sampai sejauh mana kualitas seorang guru dalam mengajar, perlu seorang kepala sekolah melakukan peninjauan langsung kedalam kelas. Jika ditemukan hambatan-hambatan, maka kepala sekolah wajib memberikan supervisi.

Pendapat di atas sejalan dengan Samani (1999 :11) yang mendefinisikan Supervisi adalah "bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situast belajar belajar-mengajar yang lebih baik".

Menurut Soemanto, (1984 : 67) menyatakan supervisi adalah segala usaha dan petugas sekolah dalam mernimpin guru-guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi pengajaran.

Berdasarkan pendapat di atas tentang pengertian supervisi adalah fokus aktivitas yang dilakukan kepala sekolah sebagai supervisor yaitu harus dapat memberikan rangsangan, mengkoordinir tugas-tugas dan selalu membimbing guru secara terus-menerus agar lebih baik mengajar.

Sahertian, (2000:56) mengemukakan sepuluh tujuan kongkrit dari supervisi pendidikan, yaitu membantu guru-guru dalam (1) Melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, (2) Membimbing pengalaman belajar murid-murid, (3)Menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, (4) Menggunakan metode-metode dan alat-alat pelajaran, (5) Memenuhi kebutuhan belajar murid, (6)


(50)

42

Menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru, (7) Membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. (8) Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya, (9) Agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat , dan (10) Agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.

Berdasarkan penjelasan supervisi di atas maka yang menjadi indikator persepsi guru terhadap supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini adalah-. (1). Pengertian supervisi serta pengetahuan tentang keteramplian seorang supervisor yang meliputi, a) Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan, b) Keterampilan dalam proses kelompok, c) Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan, d) Keterarnpilandan mengatur personalia sekolah dan e) Keterampilan dalam evaluasi. (2). Tujuan supervisi, yang meliputi, a) Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah, b) Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah, c) Mengembangkan seluruh staf di sekolah. (3). Fungsi Supervisi, yang meliputi, a) Mengkoordinasi semua usaha sekolah, b) Mernperlengkap kepemimpinan sekolah, c) Memperluas pengalaman guru-guru, d) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, e) Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus, f) Menganalisis situasi belajar mengajar, g) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf.


(51)

2.6 Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Mulyasa (2004:25) mengemukakan:

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien.

Di samping itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak semakin maju, sehingga menuntut penguasaan secara profesional. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya.

Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga


(52)

44

kinerja guru selalu terjaga. Selain dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru juga dipengaruhi oleh iklim sekolah. Iklim sekolah adalah suasana bekerja, belajar, berkomunikasi, dan bergaul dalam organisasi pendidikan (Pidarta, 1996:176).

Dengan terciptanya iklim sekolah yang kondusif, maka guru akan merasa nyaman dalam bekerja dan terpacu untuk bekerja lebih baik. Hal tersebut mencerminkan bahwa suasana sekolah yang kondusif sangat mendukung peningkatan kreativitas dan kinerja guru.

2.7. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut di kemukakan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah

1. Romlah, Pascasarjana STIE Pasundan Bandung (Tesis, 2010), Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kompetensi dan Motivasi terhadap Kinerja Guru SMPN 1 Margahayu Kabupaten Bandung. Hasil penelitiannya adalah Kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru sebesar 79,4 %.

2. Sutopo Slamet, Pasca Unsud, (Tesis, 2007), Analisis Kepemimpinan, Kecerdasan Emosi, Kedisiplinan dan Kompetensi terhadap Kinerja Guru SMPN 8 Purworejo hasil penelitian kepemimpinan, kecerdasan emosi, kedisiplinan, dan kompetensi secara bersama mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru sebesar 86,7 %


(53)

3. Yati Ruhayati, H. Yudha M. Saputra, Ahmad Hamidi, Jurnal Penelitian Vol.10 No.2 Oktober 2009 kontribusi layanan supervisi, kepemimpinan kepala sekolah, dan fasilitas pembelajaran terhadap kinerja guru pendidikan jasmani SMPN se Kota Cimahi. Hasil penelitian ini adalah layanan supervisi mempunyai kontribusi sebesar 73,45%, kepemimpinan kepala sekolah sebesar 31,36%, dan fasilitas pembelajaran sebesar 33,2~1o.

2.8. Kerangka Berpikir

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya yakni kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka kinerja guru perlu ditingkatkan. Oleh karena itu diperlukan peran dari kepala sekolah untuk mendorong bawahannya guru-gurunya supaya berkinerja lebih tinggi lagi. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Jika kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik melaksanakan supervisi pendidikan secara efektif dan profesional maka logikanya pemberian supervisi oleh kepala sekolah akan meningkatkan kinerja guru.

Terkait dengan bagaimana pengaruh supervisi dalam mengubah kinerja (perilaku) guru dalam mengajar, dikemukakan bahwa melalui supervisi akademik diharapkan kualitas pengajaran, komitmen dan kemauan atau motivasi guru juga


(54)

46

akan meningkat, maka dapat diduga bahwa supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi dan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Disamping itu Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.

Kepala sekolah yang memimpinnya dipersepsikan baik atau positif oleh guru-guru akan ditanggapi dan disikapi positif oleh para guru dengan menjalankan tugas sepenuh hati. Sebaliknya kepala sekolah yang kepemimpinannya dipersepsikan tidak baik sehingga tidak bisa diterima oleh guru-guru, akan ditanggapi dan disikapi negatif oleh para guru dengan menjalankan tugas tidak sepenuh hati. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat diduga bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru.

Supervisi akademik secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap kinerja guru. Ini berarti melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses pembelajaran, diharapkan kinerja guru akan semakin meningkat. Dalam melaksanakan supervisi akademik, seorang supervisor sangat didukung oleh hubungan dan komukasi secara harmonis dengan guru, baik secara lisan maupun tertulis. Dengan pengawasan terhadap guru, pembinaan dan bimbingan akan mudah disampaikan sehingga akan berpengaruh pada perilaku guru dalam proses pembelajaran dengan harapan kinerja guru akan semakin meningkat.


(55)

Kinerja guru juga merupakan keterlibatan mental dan emosional guru dalam situasi kelompok dalam pengelolaan sekolah, sehingga timbul dorongan atau motivasi untuk memberikan kontribusi yang berperan dalam pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan.

Artinya semakin baik supervisi akademik kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah dengan guru maka akan makin tinggi kinerja guru dalam proses pembelajaran. Pengaruh antar variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.1 sehingga dapat digambarkan konstelasinya antar variabel-variabel sebagai berikut.

Berdasarkan teori-teori diatas dapat dikemukakan bahwa terdapat pengaruh antara supervisi kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.

Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Y : Kinerja Guru X1 : Supervisi

Kepala Sekolah

X2 : Kepemimpinan Kepala Sekolah

X1,Y

X2,Y


(56)

48

Keterangan :

1) Pengaruh X1 terhadap Y

2) Pengaruh X2 terhadap Y

3) Pengaruh X1,2 terhadap Y

2.9. Hipotesis

Hipotesis itu sendiri pada hakekatnya adalah jawaban sementara atau dugaan jawaban dari masalah, dan karenanya perlu diuji kebenarannya. Menurut Arikunto (2006 : 67) hipotesis dapat diartikan sebagai “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis merupakan anggapan dasar yang kemudian membuat suatu teori yang masih diuji kebenarannya.

Berdasarkan kajian terori dan penelitian yang relevan serta kerangka pikir maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

2.9.1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur

2.9.2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur

2.9.3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara supervisi dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto. Karena dalam penelitian ini diperoleh adalah data dari peristiwa yang sudah berlangsung, tanpa diberikan perlakuan apapun. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendikatan kuantitatif, artinya semua informasi atau data diwujudkan dalam bentuk angka dan dianalisis secara statistik

Sukmadinata, N.S (2006: 55) menyatakan penelitian ex post facto (ex post facto research) meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian ekspos fakto dilakukan terhadap program, kegiatan yang telah berlangsung atau telah terjadi. Penelitian ekspost fakto tidak ada pengontrolan variabel dan biasannya tidak ada pra tes.

Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang bertujuan menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variabel bebas yang secara keseluruhan sudah terjadi.

Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau treatment tidak dilakukan pada saat penelitian


(1)

102

pula kinerjanya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah, semakin rendah pula kinerjanya. 5.1.3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah

dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Mengandung arti bahwa semakin tinggi persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah dan persepsinya mengenai kepemimpinan kepala sekolah, maka semakin baik pula kinerjanya.

5.2. Implikasi

Berdasarkan dari kesimpulan diatas diketahui bahwa variabel bebas yang diteliti baik secara parsial maupun secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel terikatnya. Penelitian ini telah memperkuat beberapa teori bahwa kinerja guru sebagai variabel terikat dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh berbagai variasi dai variabel bebas yaitu supervisi kepala sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan meningkatkan supervisi kepala sekolah dan kepemipinan kepala sekolah.

5.2.1. Implikasi yang Berkenaan dengan Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi kepala sekolah perlu dilaksanakan oleh kepala sekolah sehingga dapat berperan dalam nmeningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah hendaknya melakukan pembenahan secara terus-menerus untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Pelaksanaan supervisi kepala sekolah terhadap guru akan meningkatkan kualitas kinerjanya. Sehingga untuk mencapai


(2)

kinerja guru yang tinggi, maka supervisi kepala sekolah tidak dapat dipisahkan dengan kinerja.

5.2.2. Implikasi yang Berkenaan dengan Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan hasil penelitian ini persepsi guru atas kepemimpinan kepala sekolah memberikan sumbangan yang positif terhadap peningkatan kinerja guru. Sehingga persepsi guru atas kepemimpinan kepala sekolah harus menjadi bagian dari kinerja guru.

Berdasarkan hal tersebut, kepala sekolah harus melakukan peningkatan kompetensinya. Kepala sekolah hendaknya dinamis dan kreatif dalam memimpin sekolah, sehingga guru memiliki persepsi yang baik tentang kepemimpinannya.

5.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian seperti diuraikan diatas, maka diajukan beberapa saran kepada:

5.3.1. Guru

Kepada guru hendaknya meningkatkan kinerjanya dengan tidak hanya ada pengawasan dari kepala sekolah melainkan dengan keinginan dari dalam diri sendiri.

5.3.2. Kepala Sekolah

Kepada kepala sekolah hendaknya melakukan supervisi kelas secara berkala dan teratur dengan pendikatan personal. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan


(3)

104

jarak antara kepala sekolah dengan guru. Sehingga guru mimiliki sikap yang positif terhadap kepala sekolah.

Kepala sekolah hendaknya miningkatkan kualitas kepemimpinannya untuk memberikan pengaruh yang positif kepada bawahannya, sehingga seluruh warga sekolah merasa nyaman berada di lingkungan sekolah.

5.3.3. UPT Dinas Pendidikan

Melakukan pembenahan sistem perencanaan rekrutmen kepala sekolah dan memberikan pelatiahan kepemimpinan kepala sekolah yang lebih baik untuk menjamin kualitas yang baik .


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1988. Metode Penelitian Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta Algifari. 1997. Analisis Regresi, Kasus dan Solusi. Yogyakarta :BPFE Anoraga,

Pandji. 1998.Psikologi Kerja. Jakarta :RinekaCipta

Ametembun, N.A., 1992, Supervisi Pendidikan Penuntun Para Penilik Pengawas dan Guru-guru. Bandung: Suri

Anwar, Idochi & Yayat Hidayat Amir. 2000. Administrasi Pendidikan, Teori, Konsep & Issu. Bandung : Bumi Siliwangi

Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta : Rajawali Press

---. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.

---,2006. Dasar Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta As’ad,Moh. 1995. Psikologi Industri.Yogyakarta. Liberty

Bafadal, Ibrahim. 2004, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Bumi Aksara

Davies, Ivor K.1987, Pengelolanan Belajar, Terj dari The Manajement Learning oleh Sudarsono Sudirdjo, Jakarta, Rajawali Press

Hadi, Sutrisno. 2002. Metodologi Research. Yogyakarta : Penerbit ANDI

Handoko, Hani. 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:BPFE.

---, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara

Hasibuan, Malayu SP. 1999. Organisasi dan Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara Irianto, Agus . (2009). Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana.


(5)

106

Koencaraningrat, 1991. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta . Gramedia Kurniati, Laeli. 2007. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja

Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Purbalingga. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Manulang. 2001. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Mulyasa, E, 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosda karya

---, 2006, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, Bandung : ROSDA. ---,2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja

Rosda karya

---, 2009, Penelitian Tindakan Madrasah, Meningkatkan Produktivitas Madrasah, Bandung : ROSDA

Nawawi, Hadari, 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia : Untuk Bisnis Yang Kompetitif. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Prasojo, Diat, Lantip, Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Gava Media. Yogyakarta.

Pidarta, Made. 1996. Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Purwanto, M. Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Rahayu, Sri retno Pudji. 2005. Pengaruh Persepsi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi terhadap Kinerja Guru SMK Negeri Bisnis Manajemen di kota Semarang. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang.

Rahman dkk, 2006. Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor. Alqaprint.

Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi kedua. Raja Grafindo. Jakarta

Sahertian, Piet A. dan Ida Aleida Sahertian, 2000. Supervisi pendidikan dalam rangka inservice Education. Jakarta : Rineka Cipta

Sedarmayanti, 2000. Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara Sholeha, Euis. dan Suzy. 1996. Kepemimpinan Yang Efektif, Tinjauan dan

Implementasinya Bagi Pencapaian Tujuan Organisasi. Jurnal Gema Stikubank. Hal: 45-56.


(6)

Singgih, Santoso. 2000. SPSS Mengolah Data Statitik Secara Profesional. Jakarta : Media Komputindo

Simamora, Henry, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. Edisi Kedua.STIE : YKPN

Solihin, Ismail. 2009. Pengantar Manajemen. Erlangga, Jakarta Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional. Alfabeta. Bandung

Sukmadinata, Syaodih Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Supriadi, Dedi, 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta : AdiCitra Karya Nusa

Sugiyono, 2005. Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta,

Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Suranta, Sri. 2002. Dampak Motivasi Karyawan Pada Hubungan Antara Gaya

Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan Perusahaan Bisnis. Jurnal Empirika. Vol 15. No 2. Hal: 116-138.

Syafaruddin, 2002, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Jakarta, Grasindo

Tabrani Rusyan dkk. (2000) Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru, Cianjur: CV. Dinamika Karya Cipta

Tilaar, H. AR. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perpektif Abad 21. Magelang : Tera Indonesia

Thoha, Miftah, 2006. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar danAplikasinya. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Wahjosumidjo, 2002. Kepemimpinan kepala sekolah : tinjauan teoritik dan permasalahannya. Jakarta. Rayagrafindo Persada