TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER
(Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :
AVI NELA VITRINA
NIM : 21413013
FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017

i

ii

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER

(Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :
AVI NELA VITRINA
NIM : 21413013
FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017

iii

NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal


: Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan
dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama

: Avi Nela Vitrina

NIM

: 21413013

Judul

: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM
BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener

Kabupaten Purworejo)

dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 11 September 2017
Pembimbing

Evi Ariyani, S.H., M.H.
NIP. 19731117200003 2002

iv

KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Nakula Sadewa V No. 09 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga
Website: www.Fakultas Syari‟ah..ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id


PENGESAHAN
Skripsi Berjudul
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER
(Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo)
Avi Nela Vitrina
NIM: 21413013
Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin tanggal 25
September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana dalam Hukum (S.H.).
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang

: Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc, M.A.

Sekertaris Sidang

: Ahmad Mifdlol M, Lc, M.S.I.

Penguji I


: Dr. Nafis Irkhami, M. Ag., M.A.

Penguji II

: Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si.

Salatiga, 25 September 2017
Dekan Fakultas Syariah

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag
NIP. 19670115 199803 2 002

v

PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Avi Nela Vitria


NIM

: 21413013

Jurusan

: Hukum Ekonomi Syari‟ah

Fakultas

: Syari‟ah

Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM
BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener
Kabupaten Purworejo)

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.


Salatiga,11 September 2017
Yang menyatakan

Avi Nela Vitria
NIM: 21413013

vi

MOTTO

    

padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

vii

PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
 Bapak ibukku tercinta yang senantiasa mendo‟akan dan

memberikan dukungan.
 Kakak-kakak dan teman-temaku yang selalu mendukung,
mendo'akan dan memberikan segalanya, baik moral maupun
spritual bagi kelancaran studi, semoga Allah senantiasa
meridhoinya.
 Dosen pembimbingku yang setia dan sabar dalammemberikan
arahan sampai dengan selesainya penyusunan skripsi ini, serta
teman-teman mahasiswa IAIN Salatiga.
 Almamater IAIN Salatiga dan teman-teman S1 Hukum
Ekonomi Syariah semuanya.

viii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam
penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih

kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syar‟iah IAIN Salatiga
dan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan
dan pengarahan untuk selalu melakukan yang terbaik.
3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah
IAIN Salatiga dan selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan saya dalam
menyusun sekripsi ini.
4. Ibu Lutfiana Zahriani, S. H., M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN
Salatiga.
5. Pihak kepala Desa Benowo Bpk Aris Wantoro , serta masyarakat Desa
Benowo yang sudah mengizinkan dan meluangkan waktu untuk penelian.
6. Keluarga tercinta Ibuk ,bapak, saudara yang tak henti-hentinya selalu
mendoakan dan memberikan semangat.

ix

7. Terimakasih kepada teman-teman tercinta Diana, Anida, Nurul, Umi, Ratna,
Yuliana serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,

terimakasih banyak untuk pertemanannya selama ini dan sukses selalu untuk
kalian semua.
8. Seluruh jajaran Akademi Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas
Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuannya terimakasih banyak telah
banyak membantu penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis
dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan
maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penlis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik dari
segi materi ataupun skripsi. Sehingga saran, dan kritik serta perbaikan yang
membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan hati. Semoga
skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balsan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa

mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amiin.

x

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan sekripsi ini maaih jauh dari
sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisisnya,
sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan sekripsi ini, sehingga mudah dipahami.
Akhirnya penulis berharap semoga sekripsi ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, 11 September 2017

Penulis.
Avi Nela Vitrina

xi

ABSTRAK
Vitrina, Avi Nela.2017. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Barter”
Sekripsi. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Fakultas Syariah.Institut
Agama Islam Negri Salatiga.
Pembimbing: Evi Ariyani, S.H,.M.H
Kata Kunci : Jual Beli Barter, Hukum Islam
Barter merupakan proses pertukaran barang dengan barang yang
dilakukan oleh masyarakat dengan cara menukarkan barang yang satu
dengan barang yang lain. mereka berperan sebagai penjual
namun
pembayarannya tidak menggunakan uang, melainkan menggunakan barang.
Transaksi barter masih di terapkan di Desa Benowo Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo. Setiap harinya mereka melakukan transaksi barter
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun masalah yang tertuang
dalam sekripsi ini yaitu Bagaimana sistem barter yang terjadi di Desa
Benowo Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Bagaimana tinjauan hukum
Islam terhadap sistem Barter di Desa Benowo Kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo
Penelitan ini menggunakan jenis penelitin Diskriptif Analitis , dalam
pengumpulan data yang digunakan peneitian yaitu Observasi, Wawancara dan
Dokumentasi. Hasil dari Observasi,Wawancara dan Dokumentasi, kemudian
diolah dengan cara menelaah data, menata, membagi menjadi satuan-satuan
sehingga dapat dikelola yang akhirnya dapat ditemukan makna yang
sebenarnya. Lokasi penelitian ini mengambil tempat di Desa Benowo
Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo yang terletak didekat pegunungan
gunung Kunir Kabupaten purworejo Jawa tengah.
Hasil penelitian di Desa Benowo kecamatan Bener Kabupaten
Purworejo sistem barter yang terjadi pada prinsip saling tolong menolong,di
lakukan dengan tukar menukar barang dengan barang yang berbeda jenis dan
saling memberi sesama warga masyarakat Desa Benowo Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo. Praktik barter yang dilakukan masyarakat adalah
sudah memenuhi rukun dan syarat sahnya dalam melakukan barter, barter
yang dilakukan masyarakat sudah termasuk memenuhi syarat dan rukun
tersebut sudah sesuai dengan Hukum Islam, masyarakat sudah saling
mengerti bagaimana transaksi barter yang di perbolehkan dan yang tidak di
perbolehkan.

xii

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
HALAMAN LOGO ............................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ..................................................................................... iv
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATAPENGANTAR ......................................................................................... x
ABSTRAK .......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Runusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................. 4
D. Penegasan Istilah ....................................................................................... 5
E. Metode Penelitian ..................................................................................... 6
F.

Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 7

G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian jual Beli ............................................................................. 12
B. Pengertian Barter................................................................................. 23
C. Rukun Barter ....................................................................................... 28
D. Syarat Barter........................................................................................ 29
E. Dasar hukum Barter ............................................................................ 29
BAB III TRANSAKSI BARTER DI DESA BENOWO
A. Gambaran lokasi Penelitian....................................................................... 35

xiii

1. Sejarah Desa Benowo ............................................................. 35
2. Letak geografis Desa Benowo ................................................ 36
3. Struktur Organisasi kepala Desa Benowo ............................... 36
4. Keadaan social ........................................................................ 37
B. Praktik barter ............................................................................................. 42
C. Akad transaksi jual beli barter .................................................................. 48
D. Faktor penyebab masyarakat menggunakan Barter .................................. 51
E. Jumlah masyarakat yang menggunakan Barter ......................................... 52
BAB IV TRANSAKSI BARTER DI DESA BENOWO KECAMATAN
BENER KABUPATEN PURWOREJO
A. Analisis Rukun dan Syarat barter dalam Hukum Islam ............................ 53

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 61
B. Saran.......................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS

xiv

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Jual beli merupakan sebuah transaksi yang dilakukan setiap
manusia, baik didalam maupun diluar negri. Di Indonesia memiliki
berbagai macam bentuk jual beli, dimulai dari jual beli menggunakan
kartu atau biasa disebut dengan credit card, lalu jual beli menggunakan
uang yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, hingga
jual beli yang sangat tradisional yaitu jual beli yang berbentuk barter
(barang dengan barang). Barter sendiri merupakan kegiatan tukar menukar
barang yang terjadi tanpa perantara uang. Barter bisa disebut sebagai salah
satu bentuk awal perdagangan. Pada masa itu barter menjadi pilihan
populer dalam transaksi perdangan, karena sistem ini tidak membutuhkan
uang untuk memperoleh barang yang di inginannya, selain itu nilai barang
yang diperoleh terkadang bisa lebih besar di bandingkan barang yang
diberikan. Namun dalam perkembangan zaman teknologi semakin
canggih, barter mulai di tinggalkan masyarakat karena sistem barter ini di
nilai tidak efektif dalam tarnsaksi perdagangan. Tetapi pada kenyataannya
di era moderen ini sistem barter masih ada di desa Benowo kecamatan
Bener kabupaten purworejo.Adapun dibeberapa negara di dunia, ada yang
masih menggunakan sistem barter, seperti halnya di Indonesia.Namun
tidak semua masyarakat di Indonesia menggunakan sistem barter tetapi

1

hanya sebagian kecil yang menggunakan sistem barter. Selama zaman
kuno, sistem barter adalah fenomena lokal yang melibatkan orang-orang di
lokasi yang sama. Barter tersebut masih ada di pedesaan yang sedikit
penduduknya. Biasanya di daerah pedalaman, seperti di wilayah Magelang
hanya beberapa desa saja yang masih menggunakan barter. Pada masa ini
timbul benda-benda yang selalu dipakai dalam pertukaran, kesulitan yang
dialami oleh manusia dalam barter antara lain, menurut Agustianto dalam
buku percikan pemikiran ekonomi Islam sistem barter banyak menghadapi
kendala-kendala itu antara lain :

1. Kesulitan menemukan orang yang diinginkan
2. Sulit akan menentukan nilai barang yang akan ditukar terhadap barang
yang akan diinginkan.
3. Sulit menentukan orang yang mau menukarkan barangnya dengan jasa
yang dimiliki atau sebaliknya.
4. Sulit menemukan barang yang akan ditukarkan pada saat yang cepat
sesuai dengan yang diinginkan. Artinya untuk memperoleh barang
yang diinginkan, memerlukan waktu yang terkadang relatif lebih
lama.
5. Karena banyaknya kendala yang di hadapi oleh suatu barter mulai
ditinggalkan manusia. Manusia beralih pada media uang sebagai alat
tukar.

2

Barter adalah kegiatan tukar-menukar barang yang terjadi tanpa
perantaraan uang. Tahap selanjutnya menghadapkan manusia pada
kenyataan bahwa apa yang diproduksi sendiri tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak
dapat dihasilkan sendiri mereka mencari dari orang yang mau
menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang lain yang
dibutuhkannya. Akibatnya barter, yaitu barang ditukar dengan barang.
Pada masa ini timbul benda-benda yang selalu dipakai dalam pertukaran.
Kesulitan yang dialami oleh manusia dalam barter adalah kesulitan
\mempertemukan orang-orang yang saling membutuhkan dalam waktu
bersamaan. Kesulitan itu telah mendorong manusia untuk menciptakan
kemudahan dalam hal pertukaran, dengan menetapkan benda-benda
tertentu sebagai alat tukar. Sampai sekarang barter masih dipergunakaan
pada saat terjadi krisis ekonomi di mana nilai mata uang mengalami
devaluasi akibat hiperinflasi. (https://id.wikipedia.org/wiki/Barter di
unduh 7 juni pukul 22.01). Masyarakat lebih memilih menggunakan
sistem barter ketiaka terjadi kerisis ekonomi, tidak hanya kerisis ekonomi
barter digunakan oleh masyarakat dalam setiap harinya apa yang dia
punya maka masyarakat memilih menggunakan sistem barter. Maka
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Tinjauan Hukum Islam
terhadap sistem Barter.

3

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah sistem barter yang terjadi di desa Benowo Bener
Purworejo?
2. Bagaimakah tinjauan hukum Islam terhadap sistem barter di desa
Benowo Bener Purworejo?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem barter di Desa Benowo
Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem
barter di desa Benowo kecamatan Bener kabupaten Purworejo.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Dapat menambah wawasan dan keilmuan dtentang jual beli barter
dalam perspektif hukum islam. Menjadi bahan rujukan untuk peneitian
selanjutnya .
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini hususnya dalam masyarakat lebih
mengerti tentang sistem pertukaran dengan baik, dan yang memang di
perbolehkan dalam al-Qur‟an, Hadis, serta pemerintah. Dalam
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan masyarakat dalam melakukan transaksi barter. Selain itu

4

dapat menambah pengalaman dan pengetahuan bagi lembaga lain
tentang transaksi barter dalam perspektif hukum Islam.
E. Penegasaan istilah
1. Barter
Barter adalah kegiatan tukar-menukar barang yang terjadi tanpa
perantara uang tahap selanjutnya menghadapkan manusia. Bahwa
kenyataan apa yang di produksi sendiri tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhannya, untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat di
hasilkan sendiri mereka mencari dari orang yang mau menukar barang
yang dimilikinnya dengan barang lain yang di butuhkannya. akibat
barter, yaitu barang ditukar dengan barang.
2. Hukum islam
Hukum Islam yaitu rangkaian kata “Hukum” dan kata “Islam”
untuk mengetahui arti hukum Islam perlu diketahui lebih dahulu arti
kata hukum. Hukum yaitu seperangkat peraturan tentang tingkah laku
manusia yang diakui sekelompok masyarakat itu berlaku dan mengikat
untuk seluruh anggotanya. Hukum Islam artinya seperangkat peraturan
berdasarkan wahyu Allah dan sunah Rasul tentang tingkah laku
manusia yang diakui dan diyakini serta mengikat untuk semua yang
beragama Islam. (Syarifudin, 1997:4-5).

5

F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan nanti adalah penelitian diskriptif
analitis, yaitu suatu metode yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau
sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
(sugiono,2009:29)
Penelitian ini adalah usaha untuk mengetahui secara mendalami
bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan jual beli barter
di desa Benowo Kecamatan Bener Kabupatrn Purworejo, kami sebagai
peneliti memilih metode diskriptis analitis karena dipilih karena
dipandang cocok untuk mendeskripsikan bagaimana sistem barter di
desa Benowo kecamatan Bener Kabupaten Purworejo
2.

Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti disini yakni untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Maka peneliti disini di harapkan harus
hadir dan dapat terlibat secara langsung dalam aktifitas barter di desa
Benowo Bener Purworejo khususnya dalam memperoleh data-data dan
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

3.

Lokasi penelitian
Adapun lokasi penelitian bertempat di Desa Benowo Bener
Purworejo Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut yakni

6

karena lokasi tersebut

Di daerah lereng gunung, hanya di desa

Benowo yang ada barter.
4.

Sumber data
Dalam penelitian ini sumber data yang di pakai meliputi data
primer dan data sekunder.
a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi
yang dicari (Azwar, 2001:91). Sumber data primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sumber informasi yang di ambil dari
beberapa masyarakat saja yang berasal dari desa Benowo Bener
Purworejo.
b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya
(Azwar, 2001:91). Sumber data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini diantara dengan menggunakan seperti, buku-buku,
foto, hasil penelitian dll yang berkaitan dengan penelitian tentang
barter.

5. Metode pengumpulan data
Sesuai dari sumber data di atas, maka metode pengumpulan data
yang di gunakan peneliti meliputi sebagai berikut:
a. Wawancara, sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang
pertanyaanya ditunjukan oleh peneleti kepada subyek peneliti
7

untuk dijawab. Wawancara dilakukan secara mendalam karena
peneliti menggunakan dasar penelitian, maka pengumpulan data
dengan wawancara secara mendalam dianggap paling tepat karena
dimungkinkan mendapat informasi secara diteliti. Wawancara
mendalam dilakukan secara langsung terhadap informan yang
berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh
peneliti sebelumnya.
b. Observasi, merupakan pengamatan yang di lakukan secara
langsung pada objek yang diteliti dan dimungkinkan untuk
memberi penelitian pada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini
peneliti akan mengunjungi dan mendata orang-orang yang
melakukan sistem barter.
c. Dokumentsi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau Variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 231). Dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam
penelitian ini meliputi foto-foto jual beli dengan sistem barter.
6. Analisis data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan me
nyajikan sebagai temuan bagi orang lain (Muhadjir, 1989:171).
Kegiatan analisis data ini dilakukan dengan menelaah data, menata,

8

membagi menjadi satuan-satuan sehingga dapat dikelola yang akhirnya
dapat ditemukan makna yang sebenarnya sesuai dengan rumusan
masalah yang telah ditentukan (Saekan, 2010: 91).
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis secara
kualitatif dengan cara menjelaskan secara jelas dan mendalam.
Mengumpulkan informasi dari masyarakat mengenai sistem barter.
7.

Pengecekan keabsahan data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realiblitas) menurut versi
positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan
pradigmanya sendiri (Moleong,2011:321) dan untuk mendapatkan data
yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data.
Triangulasi

adalah teknik

pemeriksaan

keabsahan

data

yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan orang umum dan apa yang dikatakannya
secara pribadi, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan (Moleong, 2011:330).
8.

Tahap-tahap penelitian
Dalam penelitian kulitatif ini peneliti akan melakukan berbagai
tahapan antara lain:
a.

Observasi, teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan
pengamatan data secara langsung atau tanpa alat. Terhadap

9

gejala-gejala subyek yang diselidiki baik pengamatan itu
dilakukan didalam situasi sebenarnya maupun dilakukan didalam
situasi buatan, yang husus diadakan. (Burhan,2013: 26) Dalam
penelitian ini peneliti akan mengunjungi dan mendata orangorang yang melakukan sistem barter.
b.

Pengumpulan data, adalah proses pengumpulan data yang
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara.

c.

Pembahasan, merupakan proses analisis data-data yang di
peroleh dari observasi dan wawancara.

d.

Laporan, merupakan sebuah bentuk dokumen atau penyajian yang

e. berisi tentang fakta suatu keadaan atau kegiatan.
G. Sistemmatika penulisan
Dalam penulisan ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang
rinciannya sebagai berikut:
BAB1: PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA yang meliputi: pengertian jual beli, syarat
dan rukun jual beli, jenis-jenis jual beli yang di larang, Dasar Hukum Jual
beli, Pengertian barter, Rukun barter, syarat Barter, Dasar Hukum Barter.
BAB III: Berisi Gambaran lokasi Penelitian di desa Benowo Bener
Purworejo. Praktik barter yang dilakukan Masyarakat, akad transaksi
barter yang dilakukan Masyarakat Desa Benowo, faktor-faktor penyebab

10

Masyarakat Desa Benowo Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo masih
menggunakan transaksi barter. Jumlah Masyarakat yang menggunakan
sistem barter.
BAB IV:PEMBAHASAN. Tinjauan Hukum Islam di Desa Benowo
Kecamatan Bener. Meliputi: Analisis Rukun dan syarat Barter dalam
hukum Islam.
BAB V: PENUTUP. Meliputi kesimpulan dan saran.

11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian jual beli
Jual beli merupakan usaha yang baik untuk mencari rizki, menjual
meneurut bahasa artinya memberikan sesuatu karena ada pemberian
(imbalan yang tertentu). Menurut istilah artinya pemberian harta karena
menerima harta dengan ikrar penyerahan dan jawab penerimaan (ijabqabul) dengan cara yang diizinkan. (Moh, Rifa‟I, 2005:183)
Menurut bahasa jual beli adalah memberikan sesuatu karena ada
pemberian (imbalan yang tertentu). Sedangkan menurut istilah adalah
pemberian harta karena menerima harta dengan ikrar penyerahan dan
jawab penerimaan dengan cara ijab qabul. ( Moh.Rifa‟I ,2005:183)
Menurut

pengertian syari‟at, yang dimaksud dengan jual beli

adalah: “ pertukaran harta atas saling rela”. Atau memindahkan milik
dengan ganti yang dapat di benarkan” ( yaitu berupa alat tukar yang sah).
Dapat disimpulkan bahwa jual beli itu dapat terjadi dengan cara:
1. Pertukaran harta antara dua belah pihak atas dasar saling rela
2. Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa
alat tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan. (chairuman
pasaribu, 2004:33)
Jual-beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai‟ dalam bahasa
Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asy12

syira‟ (beli). Dengan demikian, kata al-bai‟berarti jual-beli, secara
terminologi, terdapat beberapa definisi jual-beli yang dikemukakan Ulama
Fiqih, sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi ini adalah
sama, yaitu tukar-menukar barang dengan cara tertentu atau tukar-menukar
sesuatu dengan yang sepadan menurut cara yang dibenarkan. (berupa alat
tukar yang sah). (Gemala, 2005:101)
Supaya usaha jual beli itu berlangsung menurut cara yang
dihalalkan, harus mengikuti ketentuan yang telah ditentukan. Ketentuan
yang dimaksud berkenan dengan rukun dan syarat dan terhindar dari halhal yang dilarang. (Syarifudin, 2003:194)
Batasan pengertian jual beli adalah suatu perjanjian dengan nama
pihak yang satu mengikat dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan,
dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan”. (Evi
Ariyani,2012:29)
1. Syarat dan rukun jual-beli
Adapun syarat dan rukun jual beli disini adalah:
1) Penjual dan pembeli
Syarat dari penjual dan pembeli adalah sama dengan
syarat subyek akad pada umumnya. antara penjual dan pembeli
memiliki akad yang sah (jelas).
2) Uang dan benda yang dibeli

13

Syarat yaitu Suci. Barang najis tidak sah dijual dan tidak
boleh dijadikan uang untuk dibelikan, seperti kulit binatang
atau bangkai yang belum dimasak. Hal ini berdasarkan hadits
Nabi Muhammad SAW. Dari jabir bin Abdulah:
Rasulullah SAW berkata, sesungguhnya allah dan
Rasulnya telah mengharamkan menjual arak dan bangkai, ya
Rasulullah? Karena lemak itu berguna buat cat perahu, buat
minyak kulit, dan minyak lampu.‟‟jawab beliau, “tidak boleh,
semua itu haram, celakalah orang yahudi tatkala Allah
mengharamkan lemak bangkai, mereka hancurkan lemak itu
menjadi minyak, kemudian kemudian mereka jual minyaknya,
lalu mereka makan uangnya.”(Sepakat ahli hadits)
Barang yang boleh di perjual belikan adaa lima syarat
yaitu suci, bermanfaat,milik penjual, bias diserahkan, diketahui
keadaanya.
Barang yang najis atau tidak ada manfaatnya tidak
boleh dijual belikan (sepertiketerangan di atas). Jual beli harus
milik sendiri atau yang dikuasakan kepadanya, jadi miliknya
sendiri atu milik oarng lain yang telah di kuasakan, dan untuk
dirinya

sendiri

atau

untuk

orang

lain

yang

telah

menguasakannya. (Moh. Rifa‟i, 2005:184-185)
Persyaratan sifat dalam jual beli itu diperbolehkan.
Oleh karena itu, jika sifat yang disyaratkan itu memang ada

14

maka jual beli sah, dan jika tidak ada maka tidak sah.
Misalnya, pembeli buku mensyaratkan hendaknya buku itu
kertasnya

kuning,

atau

pembeli

rumah

mensyaratkan

hendaknya pintu rumah akan dibelinya itu terbuat dari besi,
dan sebagainnya.
Persyaratan manfaat khusus dalam jual beli juga
diperbolehkan, misalnya penjual hewan yang akan dijualnya
kesalah satu tempat, atau penjual rumah mensyaratkan ia
mendiami rumah yang akan dijualnya selama satu bulan, atau
pembeli baju mensyaratkan ia dalam menjahit bajunya
tersebut, atau pembeli kayu bakar mensyaratkan kepada
Rasulullah saw, biasa menaiki untanya terlebih dahulu,
padahal untanya tersebut telah di jual kepada beliau.
3) Syarat tidak disahnnya jual beli ada beberapa macam antara lain:
i.Menggabungkan dua syarat dalam jual beli, misalnya, pembeli
kayu bakar mensyaratkan bisa memecah kayu bakar sekaligus
membawanya, karena Rasulullah bersabda:” Dua syarat dalam
satu jual beli itu tidak halal. ( HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
ii.Mensyaratkan sesuatu yang merusak inti jual beli itu sendiri,
misalnya penjual kambing mensyaratkan kepada pembeli bahwa
meminjamkan

sesuatu

kepadanya,

atau

menjual

sesuatu

kepadanya, karena Rasulullah SAW. bersabda: “ tidak halal

15

menjual apa yang tidak ada disisimu”. (HR.Abu Daud dan AtTirmidzi).
iii. Syarat batil yang biasa mensahkan jual belinya sah, Rasulullah
saw bersabda: Barang siapa mensyaratkan persyaratan yang tidak
ada dalam kitabullah maka batil”, kendati seratus persyaratan”.
(HR.Abu Daud dan Al-Hadis Rukun jual beli).
Menurut Madzhab Syafi‟i syarat orang melakukan akad
melipiti dua hal, yaitu:
1. Faham, yaitu baligh dan berakal, baik agamanya dan hartanya.
Maka tidak sah akad jual belinya anak kecil meski pun telah
diuji, begitu pula orang gila dan orang yang dicegah bertasyaruf
karena dia bodoh.
2. Tidak ada pemaksaan dengan jalan yang tidak benar maka tidak
sah akad orang yang dipaksa pada barangnya tanpa hak.
Berdasarkan firman allah (QS An-Nisa[4]:29)

        
            

   

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara

kamu.

dan

janganlah

kamu

membunuh

dirimu

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
16

larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan
membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti
membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.
Islam, untuk orang yang membeli mushaf, kitab-kitab hadits
dan atshar salaf, serta kitab-kitab fikih yang didalamnya terdapat
bacaan al-qur‟an dan hadis secara atsar salaf, agar tidak dapat
penghinaan kepada itu semua, maka tidak sah bagi orang kafir
membeli hamba sahaya, menurut pendapat yang kuat.
Kehendak pembeli bukan orang kafir yang diperangi atau orang
yang memerangi, hal ini berlaku jual beli alat-alat perang, seperti
pedang, tombak, dan sebagainnya. Karena senjata itu dapat
memperkuat orang-orang yang diperangi sehingga biasa jadi
mengalahkan

orang-orang

mukmin,

atau

digunakan

untuk

mempersenjatai diri mereka guna memerangi kita suatu saat.
(Wiroso,2005:31).
2. Rukun jual beli.
Rukun yang pokok dalam akad ( perjanjian) jual beli itu adalah
ijab-qabul yaitu ucapan penerimaan di pihak lain. (Syarifuddin,
2003:195).
Menurut HR. Ibnu Majah dengan sanad Hasan Dalam
pelaksanaan jual beli ada lima rukun yang harus dipenuhi seperti
dibawah ini:

17

a. Penjual,

ia

harus

memiliki

barang

yang

dijualnya

atau

mendapatkan izin untuk menjualnya , dan sehat akalnya.
b. Pembeli, ia disyaratkan diperbolehkan bertindak dalam arti ia
bukan orang yang kurang wa ras, atau bukan anak kecil yang tidak
mempunyai ijin untuk membeli.
c. Barang yang dijual, barang yang dijual harus merupakan yang hal
yang diperbolehkan dijual, bersih, bisa diserahkan kepada pembeli,
dan bisa diketahui pembeli meskipun dengan ciri-cirinya.
d. Bahasa akad, yaitu penyerahan (ijab) dan penerima (qabul) dengan
perkataan, misalnya, pembeli berkata “aku jual barang ini
kepadamu”,

kemudian

penjual

memberikan

pakaian

yang

dimaksud kepada pembeli.
e. Kerelaan kedua belah pihak, penjual dan pembeli tidak sah dengan
ketidak relaan salah satu dari dua pihak, karena Rasulullah saw.
bersabda, sesungguhnya jual beli itu dengan kerelaan.
Rukun jual beli menurut Hanafiah adalah ijab dan qabul yang
menunjukkan sikap saling tukar menukar, atau saling memberi. Atau
dengan redaksi yang lain, ijab qabul adalah perbuatan yang menunjukan
kesediaan dua pihak untuk menyerahkan milik masing-masing kepada
pihak lain, dengan menggunakan perkataan atau perbuatan (Muslich,
2010: 179-186).

18

Rukun jual beli di kalangan fuqaha, terdapat perbedaan mengenai
rukun jual beli. Menurut fuqaha kalangan hanafiyah, rukun jual beli adalah
ijab dan qabul. (Huda,2011:55)
3. Jenis-Jenis Jual Beli yang Dilarang
Rasulullah saw melarang sejumlah jul beli, karena di dalamnya
terdapat gharar yang membuat manusia memakan harta orang lain secara
batil, dan pemusuhan diantara kaum muslimin. Diantara jenis-jenis jual
beli yang beliau larang adalah sebagai berikut.
a. Jual Beli Barang yang belum diterima
Seorang muslim tidak boleh membeli suatu barang kemudian
menjualnya, padahal ia belum menerima barang dagangnya tersebut,
karena dalil-dalil berikut ini.
Sabda Rasulullah SAW: “ jika engkau membeli sesuatu barang
kemudian menjualnya, padahal hingga engkau menerimanya”. (HR.
Ahmad dan Ath-Thabrani).
Sabda Rasulullah SAW: Barang siapa membeli makanan, ia jangan
menjualnya hingga engkau menerimanya”. (HR. Al-Bukhari).
Abdullah bin Al-Abbas r.a. Berkata,”Aku tidak menghitung sesuatu
kecuali dengan semisalnya”. (HR. Al-Bukhari).
b.

jual beli seorang muslim dari muslim lainya.
Seorang muslim tidak boleh jika saudara seagamanya
telah membeli suatu barang seharga lima ribu rupiah, misalnya,
19

kemudian ia berkata kepada penjualnya, mintalah kembali barang
itu dan batalkan jual belinya, karena aku akan membelinya
darimu seharga enam ribu” karena Rasulullah SAW bersabda :
“janganlah sebagaian dari kalian menjual diatas jual beli
sebagaian lainnya”. (HR.Mutafaq Alaih). Ada beberapa jual beli
Seorang muslim dari muslim lainnya antara lain:
1) Jual Beli Najasy disini menerangkan bahwa seorang muslim
tidak boleh menawar suatu barang dengan harga tertentu,
padahal ia tidak ingin membelinya, namun ia berbuat seperti
itu agar diikuti para penawar lainnya kemudian pembeli
tertarik membeli barang tersebut. Seorang muslim juga tidak
boleh berkata kepada pembeli yang ingin membeli suatu
barang, “Barang ini dibeli dengan harga sekian”. Ia berkata
bohong untuk menipu pembeli tersebut, Ia bersekongkol
dengan penjual atau tidak, karena Abdullah bin Umar r.a.
berkata, bahwa “ Rasulullah saw melarang jual beli Najsy”.
Dan karena Rasulullah saw bersabda: “janganlah kalian saling
melakukan jual beli Najsy”. (HR.Muttafaq Alaih)
2) Jual beli dua barang dalam Satu Akad adalah Seorang Muslim
tidak boleh melangsungkan dua jual beli dalam satu akad,
namun ia harus melangsungkan keduannya sendiri-sendiri,
karena didalamnya terdapat tidak jelasan yang membuat orang
muslim lain tersakiti, atau memakan hartanya dengan tidak

20

benar. Dua jual beli dengan satu akad mempunyai banyak
bentuk, misalnya, penjual berkat kepada kepada pembeli.
“ Aku jual barang ini kepadamu seharga sepuluh ribu kontan,
atau lima belas ribu sampai tertentu (kredit)”. Setelah itu,
akad jual beli dilangsungkan dan penjual tidak menjelaskan
jual beli manakah (kontan atau kredit) yang ia kehendaki.
Contoh lain, misalnya penjual berkata kepada pembeli, “Aku
jual rumah ini seharga sekian dengan syarat engkau
menjualnya lagi kepadaku dengan harga sekian dan sekian “.
Contoh lain misalnya, menjual salah satu dari dua barang
yang berbeda seharga satu dinar dan akad pun dilangsungkan,
namun pembeli tidak tau barang manakah yang telah ia beli.
Jual beli seperti diatas dilarang karena diriwayatkan bahwa
Rasulullah saw melarang dua jual beli dalam satu akad”.
(Nawawi , 2012: 75-79).
4. Dasar Hukum Jual Beli
Para ulama‟ mujtahid sepakat bahwa jual beli dihalalkan,
sedangkan riba diharamkan. Para imam madzhab sepakat bahwa jual
beli itu dianggap sah jika dilakukan oleh orang yang sudah balig,
berakal, kemauan sendiri, dan berhak membelanjakan hartanya. Oleh
karena itu jual beli tidak sah jika dilakukan oleh orang gila. (Muhamad
al-alamah, 2014:204)
Ada macam jual beli yang diperbolehkan antara lain:

21

a. Transaksi jual beli tanpa sighat (ijab qabul)
Transaksi jul beli seperti di supermarket tidak dapat sighat
ijab Kabul dari kedua pihak maka hukumnya sah dan
diperbolehkan. (Maaimun,2014:2)
Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Alqur‟an, sunnah dan ijma‟ para ulama . Dilihat dari aspek hukum,
jual beli hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh
syara‟.

Adapun

dasar

hukum

dari

Alqur‟an

antara

lain

(Muslich,2010:177-179). Surat Al-Baqarah (2) ayat 275:

    

Artinya: padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
1) Surat Al-Baqarah ayat 275
Jual beli disyariatkan oleh dalil-dalil Al-Quran,
sunahkanperkataan, serta sunnah dalam Al- Baqarah ayat 275

        

         
           

           
       
22

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.

5. Pembatalan dalam jual beli
Dalam sistem jual beli bila tidak ada kecocokan dapat dibatalkan
(iqalah) dan hal ini disunahkan jika salah satu dari pembeli dan
penjual memintanya, karena Rasulullah saw besabda: “ Barang siapa
menerima pembatalan jual beli orang muslim, allah menerima
pembatalannya pada hari kiamat”. (HR.Al-Baihaqi).
Sedangkan macam hukum-hukumnya terbagi menjadi sebagai
berikut:
a. Dipersilahkan, yaitu apakah iqalah itu pembatalan jual beli
pertama, sedang Imam Maliki berpendapat bahwa iqalah adalah
pembatalan jual beli pertama, sedangkan imam Maliki berpendapat
bahwa iqalah adalah jual beli baru.
b. Pembatalan (iqalah) diperbolehakan jika barang tersebut memiliki
kerusakan.

23

c. Tidak boleh ada kenaikan atau pengurangan harga pada iqalah. Jika
terjadi kenaikan atau pengurangan harga maka iqalah tidak
diperbolehkan.
Pembatalan dalam jual beli itu merupakan perilaku ekonomi yang
mengarah pada kondisi yang membangun agar dalam jual beli tidak
ada yang dikecewakan, baik pada penjual maupun pembeli. ( Ismai
Nawawi, 2017:83)
B. Pengertian Barter
Menurut Istialah jual beli barter adalah menukar barang dengan
barang ( barter) atau barang dengan jalan melepaskan hak milik dari satu
pihak kepada pihak kepada pihak lain dengan dasar saling rela. Dalam
bahasa arab barter disebut muqayadoh.
Barter merupakan sebagai sebuah kegiatan dagang yang dilakukan
dengan cara mempertukarkan barang yang satu dengan barang yang lain.
Jadi dalam barter terjadi proses jual beli namun penbayarannya tidak
menggunakan uang, melainkan menggunakan barang.
Perjanjian tukar menukar adalah suatu perjanjian, dengan ke dua
belah pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang
secara bertimbal balikkan sebagai suatu barang lainnya.
Definisi tersebut selanjutnnya dijelaskan oleh Salim (2007: 418-419)
sebagai berikut:
Barang dalam definisi ini adalah setiap barang material yang boleh
dimanfaatkan, bukan karena hajat atau kebutuhan mendesak,
misalnya, emas, perak, gandum, syair semacam gandum yang dibuat
bir, kurma, garam, mobi, perabotan, obat-obatan, dan lain-lain.
24

Barter dalam prespektif hukum islam jika salah satu pihak tidak
dirugikan maka hukum jual belinnya sah. Perdagangan barter menurut
ulama ahli fikih dan pakar mendefinisikan secara berbeda-beda bergantung
pada sudut pandangnya masing-masing.
Menurut Syarah Al-Mumti dalam Ismail Nawawi (2012:75) dikukakan
definisi yang komprehensif bahwa jual beli adalah tukar-menukar barang
meskipun masih dalam jaminan atau manfaat jasa yang di perbolehkan,
seperti jalan melintas di rumah dengan salah satu yang sepadan dari
keduannya, dari yang bersifat permanen tanpa unsur riba maupun
pinjaman.
Yang menjadi obyek muamalah dalam islam mempunyai bidang yang
amat luas sehingga al-Qur‟an dan sunah Mayoritas lebih banyak. Dalam
hal ini diantaranya adalah tukar-menukar, jual beli, pinjam-meminjam,
upah mengupah bersyariat dalam usaha dan lain-lain.
Pengertian Arti harfiah dari sharf adalah penambahan, penukaran,
penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual-beli. Sharf

adalah

perjanjian jual-beli satu Valuta lainnya.
Barter merupakan salah satu bentuk awal perdagangan. Sistem ini
menfasiitasi pertukaran barang dan jasa saat manusia belum menemukan
uang. Sejarah barter dapat ditelusuri kembali hingga tahun 6000 SM.
Diyakini bahwa sistem barter diperkenalkan oleh suku-suku Mesopotamia.
Sistem ini kemudian diadopsi oleh orang Fenisia yang menukarkan
barang-barang mereka kepada orang-orang di kota-kota lain yang terletak
25

diseberang lautan. Sebuah sistem

yang lebih baik dari

barter

dikembangkan di Babilonia.
Berbagai barang pernah digunakan sebagai standar barter semisal
tengkorak manusia. Item lain yang populer digunakan untuk pertukaran
adalah garam. Dahulu, garam dianggap sebagai barang berharga. Bahkan
gaji tentara Romawi di bayar menggunakan garam.
Kelemahan utama dari barter adalah tidak adanya kriteria standar
untuk menentukan nilai barang dan jasa yang rawan mengakibatkan
perselisihan serta bentrokan.
Kesulitan tersebut bisa diatasi dengan penemuan uang, meskipun
sistem barter tetap hidup dalam berbagai bentuk. Orang- orang Eropa
mulai menjelajah samudra selama Abad Pertengahan utuk kemudian
menukarkan barang-barang yang mereka bawa seperti bulu binatang dan
kerajinan dengan parfum dan sutra. Pada awalnya, orang-orang kolonial
Amerika tidak punya cukup uang untuk berbisnis sehingga menggunakan
bartersebagai bantuan. Sistem barter juga mewarnai sejarah tahun-tahun
awal Universitas Oxford dan Universitas Harvard.
Pada masa itu, siswa membayar uang kuliah dengan bahan makanan,
kayu bakar, atau ternak.Barter kembali populer selama Depresi Besar pada
tahun 1930-an akibat terjadi kelangkaan uang. Perlu dicatat pula bahwa
Adolf Hitler menggunakan sistem barter untuk mengumpulkan uang
sebagai dana perang. Hitler terlibat dalam perdagangan barter dengan
Yunani, Swedia, dan Rusia.

26

Pasca Perang Dunia II, rakyat Jerman juga terpaksa melakukan barter
akibat mata uang Jerman yang kehilangan nilai. Sistem barter telah
digunakan di seluruh dunia selama berabad-abad.
Penemuan uang tidak lantas mematikan sistem ini. Saat krisis moneter,
misalnya, banyak orang kembali melirik barter karena fluktuasi nilai mata
uang yang tidak menentu. (www.amazine.co/21678/sistem-barter-sejarahperdagangan-barter-dari-berbagai-masa/ di unduh 7 juni pukul 09.00)
Menurut Ibnu Qadamah dalam Ismail Nawawi (2012:75), perdagangan
adalah pertukaran harta dengan harta untuk menjadikan miliknya. Nawawi
(1956:130) menyatakan jual beli adalah pemilikan harta benda secara tukar
menukar

yang

sesuai

dengan

ketentuan

syariah.

Pendapat

lain

dikemukakan oleh Al-Hasani dalam Ismail Nawawi (tt: 133 jilid V), ia
mengemukakan pendapat Hanafiyah. Jual beli adalah pertukaran harta
dengan harta dalam konteks harta yang memiliki manfaat serta terdapat
kecenderungan manusia untuk menggunakan ungkapan (Sighag ijab
qobul).
Perdagangan atau jual beli secara bahasa (lughatan) berasal dari
bahasa arab al-bai‟, at-tijarah, al-mubadalah artinya mengambil,
memberikan sesuatu atau barter‟. Secara istilah (syariah) ulama ahli fikih
dan pakar mendefinisikan secara berbeda berbeda-beda bergantung pada
sudut pandangnya masing-masing.
Menurut syarh Al- Mumti dalam salim (2007:418-419) dikemukakan
definisi yang komperhesif bahwa perdagangan adalah tukar menukar

27

barang meskipun masih dalam jaminan atau manfaat jasa yang
diperbolehkan, seperti jalan melintas dirumah dengan salah satu yang
sepadan dari keduanya, dari yang bersifat permanen tanpa unsur riba
maupun piutang atau pinjaman.
Definisi tersebut selanjutnya dijelaskan oleh Salim dalam Ismail
Nawawi (2012:75) sebagai berikut.
1.

Barang dalam definisi ini adalah setiap barang material yang boleh
dimanfaatkan, bukan karena hajat atau kebutuhan mendesak,
misalnya, emas, perak, gandum, sya‟ir semacam gandum yang dibuat
bir, kurma, garam mobil, perabot, obat-obatan, dan lain-lain.

2.

Kata meskipun dalam jaminan maksudnya adalah akad kadang kala
terjadi pada barang tertentu, atau barang yang dalam masih
tanggungan (dhama) di tangan orang lain. Apabila dikatakan, saya
menjual buku ini dengan harga Rp. 10.000,00 ini namanya menjual
barang tertentu dengan barang atau uang yang masih dalam
tanggungan dengan barang yang masih menjadi tanggungan orang
lain.

3.

Dimaksud manfaat jasa yang diperbolehkan dengan menukar harta
benda dengan manfaat yang diperbolehkan, seperti menjual jalan
dirumah,

oleh

karena

itu

pengecualian

barang-barang

yang

diharamkan memanfaatkan, seruling dan alat musik lainnya.
Kata riba, berarti riba tidak disebut jual beli. Ada unsur tukar
menukar, karena allah telah menjadikan riba bagian dari jual beli.

28

Bagian Sesuatu bukan berarti esensi bahwa pinjaman tidak bisa
disebut dengan jual beli.
Islam pada perinsipnya membolehkan terjadinya pertukaran barang
dengan barang (barter). Namun, dalam pelaksanaannya bila tidak
memperhatikan ketentuan syariat dapat menjadi barter yang mengandung
unsur riba. Para ahli fiqih Islam telah membahas masalah riba dan jenis
barang ribawi dengan panjang lebar dalam kitab-kitab mereka.
Dengan perikatan benda (al-iltizam bi al-„Ain) dimaksudkan suatu
hubungan hukum yang objeknya adalah benda tertentu untuk dipindah
milikan, baik bendanya sendiri atau manfaatnya, atau untuk diserahkan
kepada orang lain. (Syamsul Anwar,2017:53)
C. Rukun Barter
1. Penjual, orang yang menawarkan barang yang dijualnya dengan
memiliki nilai harga dan memiliki akad yang sah kepada kedua belah
pihak.
2. Pembeli, orang yang ditawarkan

untuk membeli barang kepada

penjual untuk ditukarnya barang tersebut.
3. Sama-sama sebagai penjual antara kedua belah pihak
4. Barang yang dipertukar, benda yang akan ditukarkan harus jelas tidak
ghoror.
5.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

PERILAKU SEKSUAL KAUM GAY DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Kasus pada Komunitas Gay di Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 3 129

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 119

PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL (Studi Kasus di KUA Kuwarasan Kabupaten Kebumen) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 106

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 150

PERNIKAHAN DI DEPAN JENAZAH ORANG TUA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 130

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENYIMPANGAN HAK NASABAH (Studi Kasus Baitul Maal Wat Tamwil Bina Insani Pringapus Ungaran) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 120