IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PAI (TELAAH TERHADAP HIDDEN CURRICULUM DI SMA N 1 DAN SMA N 2 GRABAG TAHUN 2018)

  

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN

MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PAI

(TELAAH TERHADAP HIDDEN CURRICULUM DI

SMA N 1 DAN SMA N 2 GRABAG TAHUN 2018)

  

Oleh:

KHUZAIMAH

NIM. 12010160057

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

  

Untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

  

ABSTRAK

  

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM

PEMBELAJARAN PAI (TELAAH TERHADAP HIDDEN CURRICULUM DI SMA N

1 DAN SMA N 2 GRABAG)

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI dalam hidden curriculum. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik Pengambilan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

  Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa; Pertama, terdapat beberapa muatan nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag seperti saling menghargai antar beda agama dan kepada yang lebih tua (orang tua, guru, dan kakak angkatan), dan memahami karakter antar teman dan memahami perbedaan waktu dan cara beribadah dari masing-masing agama. Kedua, penerapan atau implementasi dari muatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag diterapkan dengan pembiasaan dan teladan yang baik. Ketiga, hasil implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag yaitu dengan adanya saling menghargai dan memahami perbedaan yang ada di sekolah siswa menjadi lebih baik terbukti dengan tidak adanya pertengkaran dan perselisihan antar teman.

  

Kata Kunci: implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural, pembelajaran PAI, hidden

curriculum.

  ABSTRACT

  IMPLEMENTATION OF MULTICULTURAL EDUCATION VALUES IN PAI LEARNING (STUDY ON HIDDEN CURRICULUM AT SMA N 1 AND SMA N 2

  GRABAG) This study aims to determine the implementation of multicultural education values in Islamic education in the hidden curriculum. This study uses a descriptive qualitative approach. Data collection techniques through observation, interviews and documentation. The results of this study conclude that; First, there are some values of multicultural education values in PAI learning in SMA N 1 and SMA N 2 Grabag such as mutual respect between different religions and to older people (parents, teachers, and older siblings), and understanding the characters between friends and understanding differences time and manner of worship of each religion. Second, the application or implementation of the contents of the values of multicultural education in PAI learning in SMA N 1 and SMA N 2 Grabag is applied with good habituation and example. Third, the results of the implementation of the values of multicultural education in PAI learning in SMA N 1 and SMA N 2 Grabag that is with mutual respect and understanding the differences that exist in students' schools is better proven by the absence of quarrels and disputes between friends. Keywords: implementation of multicultural education values, of islamic education, hidden curriculum.

  

PRAKATA

Alhamdulillahi robbil ‟aalamiin. Washsholatu wassalaamu ‟ala sayyidil anbiyai wal

mursalin, wa‟alaa alihi washoh bihi ajmain. Segala puji atas segala rahmat Alloh SWT

  penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan

  Multikultural Dalam Pembelajaran Pai (TelaahTerhadap Hidden Curriculum di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag) Dalam penyelesaian tesis ini, penulis mendapat bantuan, motivasi dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan Jazza kumulloh khoiron katsiro kepada :

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Bapak Hammam, Ph.D selaku ketua progdi PAI Pascasarjana IAIN Salatiga.

  4. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag selaku pembimbing tesis yang telah membimbing dengan ikhlas sampai tesis selesai.

  5. Semua Dosen pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah membimbing dan memberi kemudahan selama penulis mengikuti kuliah.

  6. Teman-teman Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

  7. Kepada seluruh Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, seluruh guru PAI dan siswa-siswi SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Grabag, Magelang.

  8. Kepada keluarga tercinta yang telah memotivasi dan memberikan segala fasilitas selama ini.

  Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat untuk penulis dan juga semua pihak. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis megharap saran dan masukan yang membangun.

  Penulis Khuzaimah

  MOTTO هسفنل بحي ام هيخ لا بحي ىتح مكدحا نمؤي لا )ملسمو ررخبلا هاور(

  Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, sehingga mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. " (HR. Bukhari dan Muslim)

  

Persembahan

Tesis ini saya persembahkan untuk Ibu dan ayah ku tercinta, Ibu Salamah dan Bapak Sudir yang telah

menyayangiku tanpa batas dan pamrih, untuk adik-adik ku, Muhammad

Nasikin dan Sabilir Rosad teruslah belajar dan gapailah mimpi setinggi-

tingginya.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL…................................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN.................................................................................… iii ABSTRAK…………………….................................................................................. iv PRAKATA…………………… ……………………………………………. .. ……. v MOTTO……………………………………………………………………………... vi PERSEMBAHAN………………………………………………………………….. vii DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii TRANSLITERASI………………………………………………………………..... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................

  ........……. x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi

  BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………......................................................................... 1 B. RumusanMaslah…….................................................................. .….. 4 C. Signifikansi Penelitian ........................................................................ 4 D. Kajianpustaka……. ............................................................................ 6 E. MetodePenelitian ............................................................................. 19 F. SistematikaPenulisan ……………………………………………… 22

  BAB II MUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM HIDDEN CURRICULUM A. Data Penelitian di SMA N 1 Grabag 1. Profil SMA N 1 Grabag………………………………………… 23 2. MuatanNilai-nilaiPendidikanMultikultural dalam Hidden Curriculum …………….............................…......... 25 B. Data Penelitiandi SMA N 2 Grabag 1.

  Profil SMA N 2 Grabag……….…………………………...… 27 2. MuatanNilai-nilaiPendidikanMultikultural dalam Hidden Curriculum

  ……...….…............................……….. 28

  BAB III IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM HIDDEN CURRICULUM A. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Hidden Curriculumdi SMA N 1 Grabag................................. 30 B.

  Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Hidden Curriculum di SMA N 2 Grabag............................... 34

  BAB IV HASIL IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM HIDDEN CURRICULUM A. MuatanNilai-nilaiPendidikanMultikultural dalam Hidden Curriculum di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag.................. 39 B. ImplementasiNilai-nilaiPendidikanMultikultural dalam

  C.

  HasilImplementasiNilai-nilaiPendidikanMultikulturaldalam

  Hidden Curriculum di SM

  A N 1 dan SMA 2 Grabag................…. 45

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 48 B. Saran .............................................................................................. 49 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………......………….... 50 LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS

TRANSLITERASI BAHASA ARAB

  Z a Z

  Syin Syin

  ص

  S ad S

  ض

  D ad D

  ط

  T a T

  ظ

  ع

  Sin S

  „Ain „

  غ

  Gain G

  ف

  Fa F

  ق

  Qof Q

  ك

  Kaf K

  ش

  Huruf Arab Nama Huruf Latin ا

  Alif -

  ح

  ب

  Ba B

  ت

  Ta T

  ث

  a

  ج

  Jim J

  H a H

  Zai Z

  خ

  Kha Kh

  د

  Dal D

  ذ

  al

  ر

  Ra R

  ز

  س

  Nun N

  ن

  Wau W

  و

  Ha H

  ه

  Hamzah _‟

  ء

  Ya Y

  ي

  Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harokat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: ma ta

  َت اَم :

  yamu tu

  ُت ْوَُيَ :

  DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Izin Penelitian 2. Surat Bukti telah Melakukan Penelitian 3. Pedoman Wawancara 4.

   Catatan lapangan/ Field Note 5.

  Foto/ gambar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pluralisme dan multikulturalisme adalah keniscayaan yang tak bisa ditolak di Indonesia.Indonesia adalah salah satu negara-bangsa di dunia yang meniscayakan multi-

  etnik dan agama tumbuh dalam masyarakat yang pluralis.Karena itu, pendidikan yang mengacu kepada trans-etnik dan agama harus diusung sedemikian rupa agar tercipta relasi

  1 yang dinamis dan harmonis.

  Keniscayaan pluralisme dan multikulturalisme akan dipahami dengan sehat oleh anak didik jika proses tradisi pembelajaran keagamaan dipraktikkan secara professional dan proposional. Keniscayaan pluralisme dan multikulturalisme dalam konteks pendidikan agama bagi anak didik di sekolah-sekolah dan universitas-universitas meniscayakan guru/dosen yang bersangkutan juga berasal dari agama atau setidak-tidaknya ahli agama yang sama dengan mereka. Di sini, profesionalisme dan porposionalisme guru/dosen yang mengajarkan agama sangat ditekankan.Selain aspek profesionalisme, dalam konteks pendidikan pluralism dan multikulturalisme, guru/dosen juga disarankan memiliki peralatan metodoligis yang khusus baik secara psikologis, filosofis, dan maupun sosiologis.Pendidik disarankan bagaimana bisa memadukan integralitas kaitan agama antara yang sacral-transenden dan profan-fenomena sosial/budaya.Sebab, bagaimana pun pendidikan agama merupakan suatu usaha memahami fenomena agama yang unik dan

  2 kompleks itu secara shahih.

  Multicultural education provides appropriate representation in the school curriculum to groups previously marginalized or excluded because of gender, class, race, or sexual orientation. Public schools should be places where students hear the stories of many

  different groups. The curriculum should present the perspectives of women as well as men, the poor as well as rich, and should celebrate the heroism not only of conquering 3 generals but of those who are victorious in the struggles of everyday life.

  Pendidikan multikultural memberikan representasi yang tepat dalam kurikulum sekolah untuk kelompok-kelompok yang sebelumnya terpinggirkan atau dikeluarkan karena gender, kelas, ras, atau orientasi seksual. Sekolah umum harus menjadi tempat di mana siswa mendengar cerita dari berbagai kelompok. Kurikulum harus menyajikan perspektif perempuan serta laki-laki, orang miskin dan juga orang kaya, dan harus merayakan kepahlawanan bukan hanya menaklukkan jenderal, tetapi juga mereka yang menang dalam perjuangan kehidupan sehari-hari.

  Multicultural education furthers the democratic principles of social

  4 justice. Pendidikan multibudaya mendukung prinsip demokrasikeadilan sosial.

  The important concern here is that this approach eschews the importance of such variables as culture, rather, emphasis is on a comparative approach that uses similar measures to compare males and females, children of different age or ethnic groups,

  5 etc. Yang menjadi perhatian penting di sini adalah bahwa pendekatan ini menjauhkan

  pentingnya variabel-variabel seperti budaya, lebih tepatnya, penekanan pada pendekatan komparatif yang menggunakan langkah-langkah serupa untuk membandingkan pria dan wanita, anak-anak dari usia yang berbeda atau kelompok etnis, dll.

  Sedangkan, Kurikulum tersembunyi ( The Hidden Curriculum)adalah kurikulum yang tidak direncanakan. Sekolah selalu berisi totalitas pelajaran-pelajaran murid yang 3 berhubungan dengan sekolah.Kurikulum mungkin dilihat sebagai seluruh rencana belajar

  Jack L. Nelson, Stuart B. Palonsky, Mary Rose McCarthy, Crtical Issues In Education 4 …,299.

  Jeanette Haynes Writer, “Unmasking, Exposing, and Confronting:Critical Race Theory, Tribal Critical

Race Theory andMulticultural Education”, International Journal of Multicultural Education, Volume 10, Number 2 (2008), 1-15. 5 yang sengaja diperuntukkan bagi anak didik di bawah tanggung jawab dan perlindungan sekolah.Meskipun demikian, anak didik mendapatkan pelajaran yang banyak tidak direncanakan, dan hal ini kemudian diketahui sebagai hidden curriculum. Fenomena yang sama pada lembaga pendidikan yang menawarkan program pendidikan, yakni pelajar- pelajar tersebut akan mendapatkan rencana, yang tidak disengaja sebagaimana halnya dengan tidak direncanakan atau belajar yang tidak direncanakan. Kemudian kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) telah menjadi suatu hal yang diterima dan secara umum telah digunakan sebagai bagian dari tulisan atau neraca ilmiah pada decade yang lalu.Hidden curriculum tidak direncanakan oleh sekolah dalam programnya dan tidak tertulis atau dibicarakan oleh guru, sehingga kurikulum ini merupakan upaya murni anak didik atas potensi dan kreativitasnya yang tentunya bisa berkonotasi negatif maupun positif.Dalam arti positif, berarti hidden curriculum memberi manfaat bagi individu anak didik, guru dan sekolah. Misalnya, anak didik memiliki cara sendiri untuk juara kelas melalui cara belajar yang dimilikinya. Sebaliknya, bisa berkonotasi negatif, artinya keberadaan hasil kurikulum ini tidak menguntungkan bagi anak didik, guru, kepala sekolah maupun orang tua. Misalnya, anak ingin menjadi juara dengan cara mencontek.

  Karenanya, hidden curriculum bisa berkonotasi negatif maupun positif, yang tentunya upaya bimbingan guru, orang tua atau pihak lain yang berwenang dapat mampu

  6 memanfaatkan kurikulum jenis ini untuk membantu anak didik secara maksimal.

  Pendidikan agama khususnya agama Islam adalah pendidikan yang secara kasat mata mengajarkan tentang akhlak atau budi pekerti siswa.Pembelajaran pendidikan agama menjadi penting karena menjadi pondasi perilaku siswa.Di tambah lagi di Indonesia yang beragam agama, suku bangsa, bahasa, dan lain sebagainya, menjadikan Indonesia multikultural.Untuk itu penting untuk menggali nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pendidikan agama Islam melalui kurikulum yang tersembunyi atau Hidden

  Curriculum .Khususnya di sekolah umum yang pembelajaran agamanya masih belum cukup banyak.

  Dari paparan semua di atas untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dari kurikulum tersembunyi di SMAN 1 dan SMAN 2Grabag,maka peneliti mengambil judul penelitian sebagai berikutImplementasi Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Agama Islam (Telaah terhadap Hidden Curriculumdi SMAN 1 SMAN 2Grabag).

B. Rumusan Masalah

  Dari judul di atas muncul beberapa rumusan masalah di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana muatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden

  Curriculum pembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2Grabag? 2.

  Sejauh mana implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden

  Curriculum pembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2Grabag? 3.

  Sejauh mana hasil implementasi nilai-nilai pendidikan multicultural dalam Hidden

  Curriculum pembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag? C.

   Signifikansi Penelitian 1.

  Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Untuk menemukan sejauh mana muatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculum pembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag. b.

  Untuk menemukan sejauh mana implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculum pembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag.

  c.

  Untuk menemukan sejauh mana hasil implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculumpembelajaran PAI di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag.

2. Manfaat Penelitian a.

  Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan ilmiah untuk perkembangan pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI.

  b.

  Secara praktis

  a). Bagi peneliti 1) Memberikan pengetahuan dan wawasan baru tentang nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculumpembelajaran PAI.

  2). Dapat mengetahui upaya apa yang harus dilakukan untuk membentuk pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI.

  b). Bagi sekolah 1). Dapat meningkatkan pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI.

  2). Sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan tentang nilai-nlai penddikan multikultural dalam pembelajaran PAI.

  c). Bagi akademik 1). Dapat menambah studi ilmiah tentang nlai-nilai pendidikan multikultural

  2). Dapat berguna untuk mewujudkan nilai-nilai penddikan multikultural dalam hidden curriculumpembelajaran PAI.

D. Kajian Pustaka 1.

  Penelitian Terdahulu Berkaitan dengan judul di atas ada beberapa penelitian terdahulu yang terkait, diantaranya sebagai berikut:

  Dari artikelnya Erlan Muliadi yang berjudul Urgensi pembelajaran Agama Islam Berbasis Multikultural di Sekolah.Artikel ini menganalisis tentang pentingnya

  7 pembelajaran Agama Islam yang berbasis multicultural di sekolah.

  Artikelnya Husniyatus Salamah Zainiyati yang berjudul Pendidikan MultikulturalUpaya Membangun Keberagamaan Inklusif di Sekolah.Artikel ini membahas tentang pendidikanmultikultural sebagai upaya untuk mengajarkan

  8 perdamaian dan resolusi konflik yang terjadi pada keberagaman agama.

  Artikelnya Ali Murtadho yang berjudul Mengembangkan Pendidikan Multikultural Dalam Pembelajaran PAI.Artikel ini membahas tentang

  9 mengembangkan pendidikan multikultural dalam pembelajaran PAI.

  Artikelnya Edi Susanto yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Multikultural di Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional SMAN Pamekasan.Artikel ini membahas tentang pelaksanaan pendidikan agama berwawasan multikultural di

  10 sekolah rintisan bertaraf internasional.

  7 Erlan Muliadi, “Urgensi pembelajaran Agama Islam Berbasis Multikultural di Sekolah”, Jurnal Pendidikan Islam , Volume 1, Number 1 (Juni 2012/1433), 55-68. 8 Husniyatus Salamah Zainiyati, “Pendidikan Multikultural Upaya Membangun Keberagamaan Inklusif Di Sekolah ”, Islamica, Volume 1, Number 2( Maret 2007), 135-145. 9 Ali

  Artikelnya Nur Kholik yang berjudul Peranan Sekolah Sebagai Lembaga Pengembangan Pendidikan Multikultural.Jurnal ini membahas tentang peran sekolah baik dari segi kurikulum, guru dan juga materinya dalam pengembangan pendidikan

  11 multikultural.

  Sedangkan fokus penelitian dalam tesis ini adalah implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (telaah terhadap

  hidden curriculum ) yaitu menelaah nilai-nilai pendidikan multikultural dalam

  pembelajaran pendidikan agama Islam melalui kurikulum tersembunyi atau hidden curriculum di SMAN 1 dan SMAN 2Grabag.

2. Kerangka Teori

  Dalam menganalisis penelitian ini penulis menggunakan acuan teori dari fungsi pendidikan secara mikro dan makro.Fungsi pendidikan secara mikro adalah membantu secara sadar perkembangan jasmani dan rohani pserta didik. Sedangkan fungsi pendidikan secara makro adalah sebagai alat: 1) pengembangan pribadi; 2) pengembangan warga Negara; 3) pengembangan kebudayaan; dan 4) pengembangan bangsa. Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan masyarakat.Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang berhubungan erat dengan pembangunan. Sekolah juga nantinya akan menerima input yang pada akhirnya memberikan output berupa

  12 manusia yang bermoral bangsa sesuai dengan falsafah negaranya. a.

  Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan cultural yang ada pada para siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah. Pendidikan multikultural sekaligus juga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka. Dengan kata lain, dapat di gambarkan melalui sebuah pribahasa “sambil menyelam minum air”. Artinya selain siswa diharapkan dapat dengan mudah memahami, menguasai dan mempunyai kompetensi yang baik terhadap mata pelajaran yang diajarkan guru, siswa juga diharapkan nilai-nilai demokrasi, humanism dan pluralism di sekolah atau di luar sekolah.

  Adapun tujuan akhir pendidikan multikultural ini adalah peserta didik tidak hanya mampu memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya akan tetapi diharapkan juga bahwa para peserta didik akanmempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluralis,

  13 dan humanis.

  Multicultural education may help minority students examine inequity and the factors that prevent them from enactment of their language and cultural

  14 rights. Pendidikan multikultural dapat membantu siswa minoritas memeriksa

  ketidakadilan danfaktor-faktor yang mencegah mereka dari pengesahan bahasa dan hak budaya mereka.

13 M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural (Cross-cultural understanding untuk Demokrasi dan

  The future of multicultural education and intercultural competencies might rest on taking into account similarities across national boundaries rather than solely differences; this would lead to a more complex and less one-sided picture of

  15 intercultural encounters.

  Masa depan pendidikan multikultural dan kompetensi antarbudaya mungkin terletak pada mempertimbangkan kesamaan di seluruh perbatasan nasional bukan hanya perbedaan; ini akan mengarah pada gambaran pertemuan interkultural yang lebih kompleks dan kurang satu sisi.

  In areas like multicultural education, professionalism, and medical ethics, the basic orientation of education and learning is fundamentally different than in the 16 biomedical or clinical sciences or practice-related fields.

  Di bidang-bidang seperti multikulturalpendidikan, profesionalisme, dan medis etika, orientasi dasar pendidikandan pembelajaran pada dasarnya berbeda daripada dalam ilmu biomedis atau klinisatau bidang yang terkait dengan praktik.

  The multicultural education mentality should be provided with a school and education environment having the equality of opportunities regardless of their races, ethnicity, languages, religions, genders, cultural backgrounds,

  17 sociocultural status, and sexual orientations.

  pendidikan multikultural harus disediakandengan lingkungan sekolah dan pendidikan yang memiliki persamaan kesempatan tanpa menghiraukannyaras, etnis, bahasa, agama, jenis kelamin, latar belakang budaya, status sosial budaya, dan seksualorientasi.

  15 Fred Dervin, “Multicultural Education in Finland: Renewed Intercultural Competencies to the Rescue?”,International Journal of Multicultural Education, Volume 14, Number 3 (2012), 1-13. 16 Arno K. Kumagai, and Monica L. Lypson, “Beyond Cultural Competence: CriticalConsciousness,

Social Justice, andMulticultural Education”, Academic Medicine, Volume 84, Number 6 ( June 2009), 782-787. 17 Fatih Yılmaz, “Multiculturalism and multicultural education: Acase study of teacher candidates‟ b.

  Nilai Multikultural dalam Islam Ada banyak nilai-nilai multikultural khususnya dalam Islam.Ayat Al-

  Qur‟an yang sebagai dasar dari multikulturalisme adalah QS. Al-Hujurat ayat 13 sebagai berikut:

  َي ا ِوَّللٱ َدنِع مُكَمَركَأ َّنِإ ْاوُفَراَعَ تِل َلِئاَبَ قَو ابوُعُش مُك َنلَعَجَو ىَثنُأَو رَكَذ نِّم مُك َنقَلَخ اَّنِإ ُساَّنلٱ اَهُّ ي ٌيِبَخ ٌميِلَع َوَّللٱ َّنِإ مُك ىَقتَأ

  “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

  ” Selain ayat Al-

  Qur‟an di atas, sebuah Hadist Rasullallah juga menerangkan tentang multikultural, yaitu sebagai berikut:

  اَي َلاَقَ ف ِ يِرْشْر َّتلا ِماَّيَأ ِطَسَو ِفِ َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا ِلوُسَر َةَبْطُخ َعَِسَ ْنَم ِنَِثَّدَح َةَرْضَن ِبَِأ ْنَع ىَلَع ٍّيِمَجَعِل

  َّنلا اَهُّ يَأ َلََو ٍّيِمَجْعَأ ىَلَع ٍِّبَِرَعِل َلْضَف َلَ َلََأ ٌدِحاَو ْمُكاَبَأ َّنِإَو ٌدِحاَو ْمُكَّبَر َّنِإ َلََأ ُسا

: طوؤنرلِا بيعش يلعت دحْأ هاور(ىَوْقَّ تلاِب َّلَِإ َرَْحَْأ ىَلَع َدَوْسَأ َلََو َدَوْسَأ ىَلَع َرَْحَِْلِ َلََوٍّ يِبَرَع

) حيحص هدانسإ

  Diriwayatkan dari Abi Nadhrah, telah menceritakan kepadaku orang yang mendengar khutbah Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam di tengah hari-hari tasyriq (yaitu khutbah wada‟), maka beliau bersabda: Wahai para manusia, ingatlah sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan bapak kalian itu satu. Ingatlah, tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang ajam/ asing, dan tidak bagi orang ajam atas orang Arab, tidak bagi orang kulit merah atas kulit hitam, dan tidak bagi orang kulit hitam atas kulit merah kecuali dengan taqwa.

  Nilai-nilai multikultural dalam Islam di antaranya adalah sebagai berikut: 1). Tauhid (mengesakan Tuhan), pandangan hidup manusia bertujuan untuk merealsasikan konsep keesaan Tuhan dalam hubungan antarsesama manusia.

  Tuhan merupakan sumber utama bagi umat manusia, karenanya sesama manusia adalah bersaudara (ukhuwah basyariyah).

  2). Ummah (Hidup bersama), semua orang memiliki akses yang sama untuk tinggal di jagat raya ini, saling berdampingan, dan mengikat hubungan sosial dalam sebuah kelompok, komunitas, masyarakat, atau bangsa. 3). Rahmah (kasih sayang), yakni perwujudan sifat-sifat Tuhan Yang Maha

  Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia yang diciptakan oleh Tuhan untuk berinteraksi satu sama lain atas dasar semangat saling mengasihi dan peduli. 4). Al-musawah, taqwa (egalitarianism), bahwa semua manusia adalah bersaudara dan mendapat perlakuan yang sama di hadapan Allah SWT. meskpun berbeda jenis kelamin, gender, ras, warna kulit, dan agama. Nilai-nilai multikultural di atas untuk selanjutnya bisa diterapkan oleh semua orang khususnya pada siswa di sekolah. Adapun penerapan dari nilai-nilai multicultural di antaranya adalah sebagai berikut:

  

1). Ta‟aruf, ih san (saling mengenal dan berbuat baik), yaitu kesadaran dan

  keinginan untuk tinggal bersama berdampingan dengan yang lain yang berbeda budaya, etnis, dan agama, agar dicapai wawasan sosial yang luas, saling bekerja sama, saling memberi dan menerima, serta siap berkurban.

  

2). Tafahum (saling memahami), kesadaran bahwa nilai-nilai mereka dan kita

  adalah berbeda. Bahwa kita bisa melengkapi satu sama lain dan memberikan kontribusi pada hubungan yang dinamis terhadap pihak lain. Sahabat yang sejati adalah partner dialog yang senantiasa memperlihatkan komitmen mereka untuk mencapai platform yang sama, memahami perbedaan, persamaan dan

  3).Takrim (saling menghormati), saling menghormati merupakan nilai-nilai unifersal yang ada dalam semua agama dan budaya di mana kita dapat mempersiapkan diri kita untuk mendengarkan pendapat dan perpektif yang berbeda, juga untuk menghormati nama baik (kemuliaan) dari berbagai individu maupun kelompok.

  

4). Fastabiq al-khairat, (berlomba kebaikan) persamaan dalam perbedaan dapat

  mendukung terjalinya komunikasi dan kompetisi antar individu dan kelompok untuk memperoleh harga diri dan mutu yang lebih tingi pada semua aspek keidupan sosial.

  

5). Amanah (saling mempercayai), untuk menjaga sikap saling mempercayai

dalam hubungan antarsesama manusia.

  6). usnu al-z on (berpikir positif), agar dapat memiliki sikap berfikir positif

  berarti harus lah awas dalam menghakimi seseorang/sesuatu dan berusaha untuk mencari klarifikasi dari sumber atau tangan pertama.

  

7). Tasamuh, toleransi,artinya menerima kebebasan beragama dan berekspresi

serta menghormati perbedaan dan keragaman dalam agama, budaya, dan etnis.

  

8). „Afw, magfirah, (pemberian/permohonan ampunan), memberi maaf berarti

  melupakan semua bentuk penyiksaan, kejahatan, dan perbuatan salah yang dilakukan oleh seseorang baik secara suka atau tidak. Pemberian ampunan berarti dua hal, yakni memaafkan pada saat kita punya kekuatan untuk membalas dendam, dan meminta maaf saat kita tak punya kekuatan untuk membalas.

  9).

  S ulh (perdamaian atau rekonsiliasi), yakni jalan yang terpilih untuk

  mengumpulkan konsep kebenaran, ampunan, dan keadilan, setelah kekerasan terjadi.

  10). Islah atau resolusi konflik, perilaku ini menekankan pada kekuatan hubungan

  antara dimensi psikologis dan kehidupan politik masyarakat melalui kesaksian bahwa penderitaan individu atau kelompok tentulah akan tumbuh dengan cepat bilamana kita dapat memahami, mengampuni, dan menyelesaikan konflik.

  Selain itu muatan nilai multikultural dalam Islam memiliki tujuan adalah sebagai berikut:

  1).

  S ilah, salam(perdamaian), yakni membangun perdamaian, menjaga perdamaian, dan membuat perdamaian.

  2). Layyin ( lemah lembut atau budaya anti-kekerasan), yakni perilaku, perkataan,

  sikap, perbuatan, serta berbagai struktur dan sistem yang memelihara dan menjaga fisik, mental, sosial, dan lingkungan menjadi aman dan damai.

  3).

  „Adl (keadilan), keseimbangan sosial yang memuat rasa peduli, saling berbagi,

  serta sikap moderat dalam merespon perbedaan, jujur, dan terbuka dalam

  18 sejala sudut pandang atau perbuatan.

  c.

   Hidden Curriculum (kurikulum tersembunyi)

  Istilah hidden curriculum menunjuk kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh didalamnya berlangsungnya pengajaran dan pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau mendorong atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hidden curriculum menunjuk pada praktek dan hasil persekolahan yang tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah, namun merupakan bagian

  19

  yang tidak teratur dan efektif mengenai pengalaman sekolah. Di dalam praktek pendidikan yang dibicarakan secara sempit, hidden curriculum meliputi pengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuan, hubungan guru dengan peserta didik, aturan atau prosedur kelas, isi buku teks secara implisit, perbedaan peranan peserta didik menurut jenis kelamin dan struktur kenaikan kelas. Dalam pembicaraan, hidden curriculum secara lebih luas berkaitan dengan hasil pendidikan yang meliputi sosialisasi politik, kepercayaan, kepatuhan, pelajaran tentang nilai dan adat budaya, pengembangan sikap terhadap kekuasaan dan penguatan perbedaan kelas. Dengan kata lan, merupakan apa saja yang ada

  20 hubungannya dan mempengaruhi pelaksanaan kurikulum dan pendidikan. Selain pengertian di atas tentang hidden curriculum banyak para ahli kurikulum yang mengajukan konsepsi maupun pengertian hidden curriculum, diantaranya sebagai berikut: 1).

  Dreeben memfokuskan pada “apa yang dipelajari di sekolah” sebagai suatu fungsi struktur sosial kelas dan latihan otoritas guru.

  2). Kohlberg mengidentifikasikan hidden curriculum sebagai hal yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peranan guru dalam mentransformasikan standar moral. 3). Henry cenderung pada hubungan antara siswa dengan guru, aturan untuk mengatur hubungan tersebut dan peranan aturan ini dalam mendidik untuk kepatuhan

  (decolitas) .

  4). Kritisi sosial seperti Goodman, Friendenberg, Reiner dan Illich menggunakan konsepsi hidden curriculum sebagai aturan untuk mengidentifikasikan dan menjelaskan penguatan sekolah mengenai struktur kelas dan norma sosial tertentu.

21 Di dalam praktek pendidikan yang dibicarakan secara sempit, hidden curriculum

  meliputi pengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuan, hubungan guru dengan peserta didik, aturan atau prosedur kelas, isi buku teks secara implisit, perbedaan peranan peserta didik menurut jenis kelamin dan struktur kenaikan kelas. Dalam pembicaraan,

  hidden curriculum

  secara lebih luas berkaitan dengan hasil pendidikan yang meliputi sosialisasi politik, kepercayaan, kepatuhan, pelajaran tentang nilai dan adat budaya, pengembangan sikap terhadap kekuasaan dan penguatan perbedaan kelas. Dengan kata lain, merupakan apa saja yang ada hubungannya dan mempengaruhi pelaksanaan

  22 kurikulum dan pendidikan.

  One of the most important contribution to curriculum thinking in the last few decades has been clarification of what is knonw as the hiddn curriculum. From a theoretical viewpoint ,we may talk about theplanned curriculum,which is the object of intentional and formal curriculum planning procedures, and the hidden curriculum wich is not ordinarily addressed through regular curriculum planning but which nevertheless

  

23

influences what and how student learn.

  Salah satu kontribusi paling penting bagi pemikiran kurikulum dalam beberapa dekade terakhir adalah klarifikasi tentang apa yang disebut kurikulum tersembunyi. Dari sudut pandang teoritis, kita dapat berbicara tentang kurikulum yang direncanakan, yang merupakan objek prosedur perencanaan kurikulum yang disengaja dan formal, dan kurikulum tersembunyi yang biasanya tidak dibahas melalui perencanaan kurikulum reguler tetapi yang mempengaruhi apa dan bagaimana siswa belajar.

  Hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) dapat dipandang sebagai alat (vehicle)

  untuk pertumbuhan moral peserta didik.Hidden curriculum dapat menggambarkan suasana adil, memberikan semua perubahan untuk ikut serta dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan untuk pencapaian hasil belajar secara wajar.Kurikulum semacam ini dapat dikatakan mempunyai nilai lebh daripada kurikulum formal (resmi secara terencana) dan ikut memberi pengaruh dan menentukan makna harga diri para peserta didik.Saran yang diajukan terhadap kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) adalah agar menciptakan situasi atau keadaan yang konsisten dan serasi dengan idealnya kurikulum formal.

  Agar kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dapat menjadi konsisten dengan kurikulum formal terprogram maka pengembangan kurikulum harus menguji konsekuensi sifat khusus dengan tiga kategori sebagai berikut: a.

  Organisasional, meliputi masalah waktu, fasilitas dan bahan.

  b.

  Interpersonal, adalah terjadinya hubungan antara guru dengan peserta didik, guru dengan para administrator sekolah, guru dengan orang tua peserta didik, serta peserta didik dengan peserta didik.

  c.

  Institusional, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan (policy), prosedur pengarahan, acara ritual, struktur sosial, kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan peserta didik dan masyarakat.

24 The foregoing analysis of differences in schoolwork in contrasting social class

  contexts suggests the following conclusion: the “hidden curriculum” of schoolwork is tacit preparation for relating to the process of production in a particular way. Differing curricular, pedagogical, and pupil evaluation practices emphasize different cognitive and behavioral skills in each social setting and thus contribute to the development in the children of certain potential relationships to physical and symbolic capital, to authority, and to the process of work. School experience, in the sample of schools discussed here, differed qualitatively by social class.

  25 Analisis sebelumnya tentang perbedaan dalam tugas sekolah dalam

  konteks kelas sosial yang berbeda menunjukkan kesimpulan berikut: "kurikulum tersembunyi" dari pekerjaan sekolah adalah persiapan diam-diam untuk berhubungan dengan proses produksi dengan cara tertentu. Praktek evaluasi kurikuler, pedagogis, dan murid yang berbeda menekankan kemampuan kognitif dan perilaku yang berbeda dalam setiap lingkungan sosial dan dengan demikian berkontribusi pada perkembangan pada anak-anak dari hubungan potensial tertentu dengan modal fisik dan simbolik, kepada otoritas, dan untuk proses kerja. Pengalaman sekolah, dalam sampel sekolah yang dibahas di sini, berbeda secara kualitatif oleh kelas sosial.

  Yet little attention has been paid to theteaching about citizenship which already takes place - not in the formalcurriculum (as represented in syllabuses, lesson plans and attainment tests) -in the hidden curriculum, i.e. the "unstated norms, values, and beliefsembedded in and transmitted to students through the underlying rules thatstructure the routines and social relationships in school and classroom

  26 life" .

  Namun sedikit perhatian telah diberikan kepadamengajar tentang kewarganegaraan yang sudah terjadi - tidak dalam bentuk formalkurikulum (seperti yang diwakili dalam silabus, rencana pelajaran dan tes pencapaian) -dalam kurikulum tersembunyi, yaitu "norma, nilai, dan keyakinan yang tidak dinyatakan"tertanam dan ditransmisikan ke siswamelalui aturan yang mendasari itu struktur rutinitas dan hubungan sosial di sekolah dan kehidupan kelas ”.

  d.

  Aspek Hidden Curriculum Glatthorn menyatakan bahwa ada dua aspek dalam hidden curriculum, yaitu aspek yang relatif tetap dan aspek yang dapat berubah.Hal yang dimaksud dengan aspek relatif tetap adalah ideologi, keyakinan, nilai budaya masyarakat yang memengaruhi sekolah dalam arti bahwa budaya masyarakat yang menetapkan pengetahuan mana yang perlu diwariskan dan mana yang tidak perlu diwariskan pada generasi mendatang suatu bangsa.Sistem pengelolaan sekolah, ruang kelas, aturan yang diterapkan, pola pengelompokan peserta didik, kesemuanya berpengaruh pada diri peserta didik.Aspek yang dapat berubah meliputi variabel organisasi sistem sosial dan kebudayaan.Variabel organisasi meliputi bagaimana guru mengelola kelas, bagaimana pelajaran diberikan, bagaimana sistem kenaikan kelas (promosi) dilakukan.Sistem sosial meliputi bagaimana pola hubungan sosial guru dengan guru; guru dengan kepala sekolah; guru dengan peserta didik; dan guru dengan staf sekolah lainnya.