NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH RASULULLAH SAW SKRIPSI

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH

RASULULLAH SAW

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

NUR WAKHID AL GHUFRON

  

NIM. 12114004

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

KEMENTERIAN AGAMA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telp. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

  

MOTTO

اَمَو َناَك َنىُىِمْؤُمْلٱ اوُسِفىَيِل ةَّفٓاَك َل ْىَلَف

  

َسَفَو

هِم ِّلُك ةَق ْسِف ْمُهْىِّم ةَفِئٓاَط اىُهَّقَفَتَيِّل ىِف

   ِهيِّدلٱ اوُزِرىُيِلَو ْمُهَم ْىَق اَذِإ آىُعَجَز ْمِهْيَلِإ ْمُهَّلَعَل َنوُزَرْحَي

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

  

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa

orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk

memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”

(At-Taubah (9): 122).

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Ibunda Siti Nihayah dan adik tersayang Luvilla Salsabilla Nurunnisa, yang selalu ada, berdoa dan terus memberikan dukungan.

  2. Keluarga tercinta Pak Khadik Ubaidillah, Bulek Nurul Chasanah. Adik- adik tersayang, dek Naila Fathin Zuhrotun Niswah, dek Kayyisa Elma Mazeya, yang terus memberikan dorongan dan motivasi.

  3. Bapak ibu guru dan bapak ibu dosen yang telah membuka cakrawala keilmuan. Khususnya para Kyai yang telah mengajarkan arti kehidupan.

  4. Sahabat-sahabat yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

  5. Keluarga Besar PAI 2014, teman-teman PPL SMP Muhammadiyah Suruh, teman-teman KKN desa Klewor yang saling berbagi motivasi dalam menempuh gelar sarjana ini.

KATA PENGANTAR

  ْ ِْم يِحَّرلا ِْنَ حَّْرلاِْاللهِْم ْ سِب

  Alhamdulillahirobbil„alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

  SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan, petunjuk, dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan di dalamnya. Selain itu, penulis juga banyak memperoleh bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.

  Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

  2. Dekan FTIK IAIN Salatiga, Bapak Suwardi, M.Pd.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga, sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menempuh studi di IAIN Salatiga.

  4. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan. Serta seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah membantu seluruh proses akademik selama kuliah.

  6. Semua pihak yang terlibat dan dengan ikhlas memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

  Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan diridhoi oleh Allah SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

  Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca. Dengan keterbatasan dan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

  

ABSTRAK

  Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah

  Rasulullah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah

  dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.

  Kata kunci: nilai, pendidikan Islam, ghazwah.

  Tujuan penelitian dala skripsi ini ada tiga hal, yaitu : (1) Bagaimana sejarah terjadinya ghazwah Rasulullah?, (2) Apa nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam ghazwah Rasulullah?, (3) Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam ghazwah Rasulullah dengan pendidikan Islam saat ini?

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode library research. Karena penelitian di sini adalah kajian pustaka atau literer, maka penulis dalam mengkaji nilai-nilai pendidikan Islam dalam ghazwah Rasulullah dengan menggunakan buku-buku sirah nabawiyah maupun buku-buku tentang sejarah Islam yang menyangkut kehidupan Rasulullah.

  Hasil temuan dari penelitian ghazwah Rasulullah menunjukkan bahwa: (1) Di antara sebab terjadinya ghazwah Rasulullah adalah, (a) untuk menunjukkan eksistensi kekuasaan kaum muslimin di Madinah, (b) mempertahankan diri dari serangan pihak musuh, (c) memberikan pelajaran bagi mereka yang berkhianat dan, (d) memberikan pelajaran bagi mereka yang ingin mengganggu stabilitas keamanan. (2) Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam ghazwah Rasulullah adalah: (a) Nilai i‟tiqodiyah, (b) Nilai amaliah, (c) Nilai khuluqiyah. Nilai

  i‟tiqodiyah dalam ghazwah Rasulullah meliputi iman kepada Allah, iman

  kepada Malaikat, iman kepada Kitab, iman kepada Rasul, dan iman kepada Hari akhir. Nilai amaliah meliputi shalat, sedekah, doa, jihad, dan qishas. Nilai

  

khuluqiyah meliputi takwa, sabar, disiplin, keteladanan, berbuat baik, menepati

  janji, menghargai pendapat, mudah memaafkan, dan menjaga lingkungan. (3) Nilai- nilai pendidikan Islam dalam ghazwah Rasulullah memiliki relevansi terhadap pendidikan Islam saat ini. (a) Nilai

  i‟tiqodiyah relevan dengan pendidikan Islam

  dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada materi akidah. (b) Nilai amaliah relevan dengan pendidikan Islam dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada materi fiqh. (c) Nilai khuluqiyah relevan dengan pendidikan Islam dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada materi akidah akhlak dan tasawuf.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iv DEKLARASI ........................................................................................................ v MOTTO ................................................................................................................ vi PERSEMBAHAN. ................................................................................................ vii KATA PENGANTAR... ....................................................................................... viii ABSTRAK ............................................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian................................................................................ 6 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 7 E. Kajian Pustaka .................................................................................... 8 F. Metode Penelitian ............................................................................... 11 G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 14

  BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Nilai .................................................................................. 16 B. Pengertian Pendidikan Islam .............................................................. 16 C. Sumber Pendidikan Islam................................................................... 22 D. Tujuan Pendidikan Islam .................................................................... 26 E. Nilai-Nilai Pendidikan Islam .............................................................. 28 BAB III DESKRIPSI GHAZWAH RASULULLAH A. Izin Berperang .................................................................................... 30 B. Ghazwah Rasulullah ........................................................................... 31 1. Perang Waddan .............................................................................. 32 2. Perang Buwath............................................................................... 33 3. Perang Usyairah............................................................................. 33 4. Perang Badar Awal ........................................................................ 34 5. Perang Qarqaratul Kadar ............................................................... 34 6. Perang Badar Kubra ...................................................................... 34 7. Perang Bani Qainuqa‟.................................................................... 37 8. Perang Sawiq ................................................................................. 37 9. Perang Ghatafan ............................................................................ 38 10. Perang Burhan .............................................................................. 39 11. Perang Uhud ................................................................................. 40 12. Perang Hamraul Asad ................................................................... 42 13. Perang Bani Nadzir....................................................................... 43 14. Perang Dzatu Riqo‟ ....................................................................... 43 15. Perang Badar Akhir ...................................................................... 44 16. Perang Dumatul Jandal ................................................................. 45 17. Perang Bani Musthaliq ................................................................. 46 18. Perang Khandaq............................................................................ 47 19. Perang Bani Quraidlah ................................................................. 50 20. Perang Bani Lahyan ..................................................................... 51

  21. Perang Ghabah.............................................................................. 52 22.

  Perang Khaibar ............................................................................. 52 23. Perang Mu‟tah .............................................................................. 53 24. Penaklukan Makkah ..................................................................... 45 25. Perang Hunain .............................................................................. 56 26. Perang Thaif ................................................................................. 57 27. Perang Tabuk ................................................................................ 58

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah .......................... 62 1. Nilai I‟tiqodiyah ............................................................................ 62 2. Nilai Amaliah ................................................................................ 67 3. Nilai Khuluqiyah ........................................................................... 71 B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah Terhadap Pendidikan Islam ............................................................... 75 1. Relevansi Nilai I‟tiqodiyah ............................................................ 76 2. Relevansi Nilai Amaliah................................................................ 76 3. Relevansi Nilai Khuluqiyah .......................................................... 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................................... 79 B. Saran ................................................................................................... 80 C. Daftar Pustaka .................................................................................... 81

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu

  pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Tujuan akhir dari proses pendidikan Islam adalah terbentuknya Insan Kamil, yaitu manusia yang dapat menyelaraskan kebutuhan jasmani-ruhani, struktur kehidupan dunia-akhirat, keseimbangan pelaksanaan fungsi manusia sebagai hamba-khalifah Allah dan keseimbangan pelaksanaan trilogi hubungan manusia (Umar, 2011: 29-30).

  Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw merupakan masa pembinaan. Proses penyampaian seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim merupakan bentuk dari pendidikan (Daradjat, 2011: 27).

  Sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad telah berhasil memerankan berbagai peran yang berbeda dalam kehidupan. Ia tidak hanya seorang Nabi, melainkan juga sebagai kepala negara, pendidik, panglima perang, ahli strategi, dll. Maka banyak peneliti yang kemudian tertarik mengkaji Sejarah hidup Nabi Muhammad melalui berbagai sudut pandang yang berbeda.

  Michael H. Hart dalam bukuny

  a, “100 orang paling berpengaruh di Dunia ”, menilai Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurutnya, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa, baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Muhammad tidak hanya pemimpin religius, tetapi juga seorang pemimpin politik. Bahkan, sebagai kekuatan di balik penaklukan- penaklukan Arab, dia mungkin merupakan pemimpin politik paling berpengaruh sepanjang sejarah (Hart, 2017: 9-11).

  Pribadi Rasulullah sebagai uswatun hasanah tak pernah lekang menjadi sorotan dunia. Karena itu, beragam tulisan tentang Rasulullah terus bermunculan, baik buku-buku sirah nabawiyah, tarikh, dan penelitian- penelitian ilmiah tentang sejarah kehidupan beliau.

  Sirah Rasulullah tidak pernah lekang dan lapuk untuk menjadi bahan

  baku sejarah yang diambil manfaatnya oleh para generasi pewaris nubuwah sebagai bekal perjalanan dan penopang eksistensinya. Bagi siapapun yang mempelajari Sirah Rasulullah, akan memperoleh gambaran sejarah yang amat menakjubkan, bagaimana beliau dan para sahabatnya mampu menundukkan pesona duniawi dan mengangkat nilai-nilai kemanusiaan hingga ke suatu tingkatan yang tidak pernah disaksikan oleh lembaga sejarah dimanapun berada (Mubarakfuri, 2014: vii). Beragam peristiwa yang dilalui Nabi Muhammad mengandung hikmah dan pelajaran berharga. Khususnya perjalanan dakwah yang dihiasi berbagai tantangan, mulai dari pemboikotan hingga pada percobaan pembunuhan.

  Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri membagi masa dakwah Rasulullah menjadi dua periode. “Periode Makkah berjalan kurang lebih 13 tahun, dan periode Madinah berjalan selama 10 tahun penuh”. Periode Makkah merupakan masa-masa sulit yang dihadapi oleh Rasulullah dan umat Islam. Jumlah umat Islam yang masih sedikit, terus menerus mendapat tekanan dan siksaan dari kafir Quraisy. Hingga akhirnya datanglah perintah untuk Hijrah dari Makkah menuju Madinah (Al Mubarakfuri, 2014: 72).

  Tidak lama setelah Rasulullah tinggal di madinah, mulai terjadi peperangan-peperangan antara beliau dan kaum Quraisy serta para pendukungnya dari kabilah-kabilah Arab (As-

  Siba‟i, 2013: 86). Tercatat kurang lebih 74 kali terjadi peperangan di masa Rasulullah. Para sejarawan muslim membagi peperangan pada masa Rasulullah menjadi dua, yaitu

  

Ghazwah dan Sariyyah. Ghazwah adalah setiap peperangan yang diikuti

  Nabi, kurang lebih tercatat 27 kali. Sedangkan Sariyyah adalah peperangan kecil yang tidak diikuti Nabi, Tercatat kurang lebih terjadi 47 kali sariyyah (Abdul Jabar, tt: 9).

  Peperangan merupakan salah satu dari serangkaian kisah perjalanan dakwah Rasulullah. Peperangan yang selalu identik dengan kekerasan dan beragam hal negatif lainnya, sungguh berbeda dengan peperangan dalam Islam. Al Hasyimi menyatakan bahwa perang merupakan jalan akhir yang ditempuh tatkala gagal mencapai kesepakatan damai. Islam menyerukan untuk mengambil langkah peperangan berdasarkan sebab-sebab tertentu. Seperti jika ada sekelompok dari kaum muslimin yang dizalimi, maka mereka wajib untuk membela diri dan memerangi kezaliman (Al Hasyimi, 2009: 444). Syaikh Ramadhan Al Buthi menjelaskan keluarnya izin perang mempertahankan diri, sebagai upaya seluruh penduduk Madinah menjaga negara. Sudah barang tentu ini tidak saja khusus sahabat Muhajirin, tapi menyeluruh termasuk sahabat Anshar. Negara terdiri dari tiga unsur, tanah atau wilayah tetitorial, rakyat atau umat, dan sistem kekuasaan yang mengejawantahkan entitas umat dan mengokohkan hubungannya dengan tanah air. Saat Muhajirin dan Anshar menyatu dalam entitas warga negara Madinah maka itu berarti telah lahir negara Madinah. Izin dari Allah untuk melakukan perang adalah dalam rangka mempertahankan tiga unsur yang merupakan elemen-elemen sebuah negara (Maimun, 2015: 16).

  Perang Nabi adalah perang bermoral dan terjadi karena sebab-sebab yang rasional secara hukum serta untuk tujuan agung. Islam tidak pernah memaksa penganut agama samawi yang lain untuk mengubah keyakinannya. Abu Bakar secara indah merangkum ujaran Islam tentang perang sewaktu berpesan kepada tentara Usamah bin Zaid yang hendak ke Suriah.

  “sebentar! Aku ingin berpesan kepada kalian sepuluh hal. Berperanglah dengan nama Allah dan di jalan Allah. Jangan berkhianat, melanggar janji, dan memotong-motong tubuh mayat.

  Jangan membunuh anak kecil, orang lanjut usia, dan perempuan. Jangan menebang pohon serta merusak dan membakar pohon kurma. Jangan menyembelih kibas atau unta kecuali untuk dimakan. Kalian akan melewati suatu kaum yang menyepi di biara-biara, biarkan mereka. Perangilah orang yang memerangi kalian dan berdamailah dengan orang yang berdamai dengan kalian. Jangan melampaui batas karena Allah tidak mencintai orang yang melampaui batas (Abazhah, 2014: 328-329).

  Tak satupun bangsa di dunia ini yang menandingi Islam dalam menyeru perdamaian. Perang Nabi adalah untuk mewujudkan keadilan dan menegakkan perdamaian. Jika banyak orang dari para komandan perang dan pasukan perang tidak lagi mempedulikan apapun ditengah kecamuk pertempuran kecuali ambisi untuk menteror musuh dan menghancurkannya. Bahkan mereka yang tidak ikut berperangpun terkena akibatnya. Berbeda dengan Islam yang berpesan agar tidak memerangi kecuali orang yang ikut berperang dan memperingatkan dari berbuat khianat atau kelicikan, melarang mencincang mayat, menebang pepohonan, menghancurkan bangunan, melarang membunuh wanita, anak-anak, orang-orang tua, para pendeta yang beribadah dan para petani yang bercocok tanam (Qaradhawi, 2013: 117).

  Nizhar Abazhah menyebutkan, ada tiga alasan Nabi berperang.

  

Pertama , melayani serangan musuh, seperti yang terjadi pada perang Badar,

  Uhud, dan Khandaq. Nabi meladeni perang-perang itu untuk mempertahankan diri. Kedua, memberi pelajaran terhadap musuh yang mencari masalah atau bersekongkol mengganggu kaum muslim meskipun sudah ada nota perjanjian atau kerja sama. Seperti diunjukkan melalui Perang Bani Quraizah, Khaibar, Mu‟tah, dan sejumlah penggerebekan terhadap kaum badui yang berencana menyerang kaum muslim atau yang tidak berkomitmen menjaga perjanjian dan perlindungan yang diberikan Nabi kepada mereka. Semua itu merupakan perang penertiban atau penghukuman.

  Ketiga ,menggagalkan rencana musuh yang mengancam kaum muslim,

  seperti Perang Tabuk dan sejumlah ekspedisi detasemen yang dikirim Nabi untuk mencegah suku-suku mempersiapkan penyerangan terhadap kaum muslim di Madinah (Abazhah, 2011: 271-272). Oleh karena Rasulullah datang membawa misi kebenaran. Maka kemenangan pasti selalu berpihak padanya. Misi kerasulan beliau pastilah bersifat universal yang mengandung segala aspek kebaikan dalam kehidupan manusia sehingga tidak satupun diantara nilai-nilai kebaikan yang tidak terangkut dalam misi kerasulannya, sebab beliau datang ke dunia ini sebagai Rasul terakhir (Al Sya‟rawi, 2011: 197).

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanju t tentang “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

  GHAZWAH RASULULLAH SAW”.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana sejarah terjadinya Ghazwah Rasulullah? 2.

  Apa nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Ghazwah Rasulullah? 3. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam Ghazwah

  Rasulullah dengan Pendidikan Islam saat ini? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

  1. Mengetahui sejarah terjadinya Ghazwah Rasulullah.

  2. Mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Ghazwah Rasulullah.

  3. Mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah dengan Pendidikan Islam saat ini.

D. Kegunaan Penelitian

  Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis a.

  Dapat mendiskripsikan konsep nilai pendidikan Islam dalam

  Ghazwah Rasulullah serta relevansinya dengan pendidikan Islam saat ini.

  b.

  Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam khususnya sejarah Islam, mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Ghazwah Rasulullah.

  2. Manfaat Praktis a.

  Bagi penulis, diharapkan dapat mempermudah dalam memahami pesan-pesan berupa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

  b.

  Bagi pembaca, diharapkan menjadi tambahan informasi serta motivasi dalam mendalami serta menggali nilai-nilai yang terdapat di dalam kehidupan Rasulullah.

  c.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kemajuan dalam dunia pendidikan Islam dengan menggali nilai-nilai pendidikan Islam dalam ghazwah Rasulullah, serta mengetahui relevansinya dengan pendidikan Islam saat ini.

E. Kajian Pustaka 1.

  Penelitian terdahulu Setelah dilakukan penelusuran terkait tema yang akan diteliti, penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, antara lain: a.

  Skripsi yang ditulis oleh Anang Umar, Progam Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo tahun 2015 yang berjudul Nilai-nilai

  Keteladanan Nabi Muhammad Pada Perang Badar al-Kubra dan Relevansinya dengan Kompetensi Pendidik dalam Pendidikan Islam .

  Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa nilai keteladanan Nabi Muhammad dalam perang Badar meliputi; nilai kepribadian, nilai sosial, nilai kecerdasan, nilai motivasi, nilai memahami orang lain dan nilai ketegasan. Sedangkan relevansinya dengan kompetensi pendidikan dalam pendidikan Islam adalah; nilai kepribadian relevan dengan kompetensi kepribadian-religius, nilai sosial relevan dengan kompetensi sosial-religius, nilai kecerdasan relevan dengan kompetensi profesional-religius, nilai motivasi, nilai memahami orang lain dan nilai ketegasan relevan dengan kompetensi pedagogik- religius. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan penulis teliti. Penelitian ini menggali nilai keteladanan sedangkan penulis menggali nilai pendidikan Islam. Penelitian ini fokus dalam salah satu perang Rasulullah, yakni perang badar sedangkan penulis meneliti secara umum seluruh ghazwah Rasulullah.

  b.

  Skripsi yang ditulis oleh Inas Nur Kosmeini, Progam studi Pendidikan Agama Islam STAIN Purwokerto tahun 2015 dengan judul, Nilai-nilai

  pendidikan Akhlak Dalam Sirah Nabawiyah Pada Kitab Ar-Rahiq Al Makhtum Karya Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri .

  Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa nilai pendidikan akhlak dalam kitab tersebut di antaranya; nilai pendidikan akhlak terhadap Allah (beriman dan ikhlas), nilai pendidikan akhlak terhadap sesama manusia (adil, sabar, dermawan, dan pemaaf), serta nilai pendidikan akhlak terhadap lingkungan (memelihara serta merawat semua ciptaan Allah dengan baik). Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan penulis teliti. Penelitian ini menggali nilai pendidikan akhlak sedangkan penulis menggali nilai pendidikan Islam. Penelitian ini fokus menggali nilai pendidikan akhlak dalam kitab Ar-Rahiq Al Makhtum, sedangkan penulis meneliti nilai pendidikan Islam dalam ghazwah Rasulullah melalui beberapa kitab sirah .

  Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki perbedaan dengan beberapa penelitian terdahulu.

2. Kerangka Teori

  Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori tentang nilai. Menurut Milto Roceach dan James Bank dalam Lubis (2011: 16), nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu tindakan yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai.

  Pendidikan Islam adalah sistem pengajaran yang didasarkan pada ajaran agama Islam dengan Al- Qur‟an dan as-Sunnah sebagai sumbernya

  (Umar, 2010: 33). Umar menyebutkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam sebagaimana dalam Al- Qur‟an terdiri dari tiga pilar utama, yaitu:

  Pertama,

  I‟tiqodiyyah, yang berkaitan dengan nilai pendidikan keimanan

  atau aqidah. Kedua, Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan nilai pendidikan etika atau akhlak. Ketiga, Amaliyyah, yang berkaitan dengan nilai pendidikkan ibadah (Umar, 2010: 77).

  Sedangkan objek penelitian yang akan dikaji adalah Ghazwah Rasulullah. Ghazwah secara bahasa berasal dari kata ghaza-yaghzu-

  ghazwan jamaknya ghazawatun memiliki arti pergi berperang, dan

  peperangan (Al Habsyi, 1991: 284). Sedangkan secara istilah Ghazwah adalah peperangan-peperangan yang diikuti oleh Rasulullah (Abdul Jabbar, tt: 9). Tercatat ada 27 kali peperangan yang diikuti Rasulullah, di antaranya: perang Waddan- perang Buwath- perang „Usyairah- perang Badar Awal- perang Qarqaratul Kadar- perang Badar Kubro- perang Bani

  Qainuqa‟- perang Sawiq- perang Ghatafan- perang Bahran- perang Uhud- perang Hamraul Asad- perang Bani Nadzir- perang Dzatu Riqo‟- perang Badar Akhir- perang Dumatul Jandal- perang Banu Musthaliq- perang Khandaq- perang Bani Quraidlah- perang Bani Lahyan- perang Ghabah- Perang Khaibar- perang Mu‟tah- penaklukan Makkah- perang Hunain- Perang Thaif- perang Tabuk.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Zed

  (2008: 3) mengartikan penelitian kepustakaan (library research) adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mengolah bahan penelitian. Fathoni (2006: 95-96) menambahkan bahwa penelitian pustaka dilakukan di ruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah ilmiah, dokumen, dan materi perpustakaan lainnya yang dapat dijadikan sumber rujukan dalam menyususn suatu laporan ilmiah.

  Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena menekankan analisis pada proses penyimpulan deduktif dan induktif dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian ini menghasilkan data yang berupa data deskriptif. Pendekatan ini menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga mudah dipahami (Anwar, 2006: 6).

  2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu teknik untuk memperoleh informasi dari dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dinyatakan dalam bentuk tulisan maupun lisan (Satori, 2013: 148).

  Penulis melakukan pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274) dalam hal ini penulis mengkaji dan menganalisis Ghazwah atau peperangan-peperangan yang diikuti Rasulullah.

  3. Sumber data Sumber data pada penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan sekunder.

  a.

  Sumber primer, adalah sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Sumber primer penelitian ini antara lain: 1)

  Drs. Bukhari Umar, M.Ag., Ilmu Pendidikan Islam, 2011, Jakarta: Amzah.

  2) Umar Abdul Jabbar, Khulasoh Nurul Yaqin juz 2, tt, Surabaya: Pustaka Ahmad Nabhan.

  3) Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, terjemahan oleh Kathur Suhardi, 2014, Jakarta: Pustaka Al-

  Kautsar.

  4) Dr. Nizhar Abazhah, Perang Muhammad: kisah perjuangan dan

  pertempuran , terjemahan oleh Asy‟ari Khatib, 2011, Jakarta: Zaman.

  5) Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Peperangan Rasulullah, terjemahan oleh Arbi, Nila Noer Fajariyah, 2017, Jakarta: Ummul

  Qura.

  b.

  Sumber sekunder, data yang diperoleh untuki pendukung dan memperjelas sumber primer, diantaranya: 1)

  Prof. H.M. Arifin, M.Ed. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan

  Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner , 2014, Jakarta: PT Bumi Aksara.

  2) Abdul Mun‟im al Hasyimi, Akhlak Rasul menurut Bukhari dan

  Muslim , terjemahan oleh Abdul Hayyie al-Kattani, 2009, Jakarta: Gema Insani.

  3) Michael H Hart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh Di Dunia, terjemahan oleh Ken Ndaru dan M Nurul Islam, 2017, Jakarta:

  Penerbit Noura.

  Serta Karya Ilmiah lain berupa buku-buku, jurnal penelitian dan lainnya, yang relevan dengan tema penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data

  Untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah, penulis menggunakan pendekatan Content Analysis atau metode kajian isi. Holsti dalam Moleong (2009: 220) mendefinisikan bahwa Content Analysis atau kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dilakukan secara objektif dan sistematis.

  Dalam melakukan Content Analysis ini, metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. Metode ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Arifin, 2011: 177-173).

G. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, maka disusun sistematika penelitian. Skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

  BAB I : Pendahuluan, bab ini akan menguraikan: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II : Kajian Teori, bab ini akan menguraikan tentang nilai-nilai pendidikan Islam, meliputi: pengertian nilai, pengertian pendidikan Islam, sumber-sumber pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, dan nilai-nilai pendidikan Islam.

  BAB III : Deskripsi Ghazwah Rasulullah, bab ini akan menguraikan tentang peperangan yang diikuti Rasulullah (ghazwah), meliputi: Izin berperang, latar belakang serta peristiwa yang terjadi dalam perang Waddan- perang Buwath- perang „Usyairah- perang Badar Awal- perang Qarqaratul Kadar- perang Badar Kubro- perang Bani Qainuqa‟- perang Sawiq- perang Ghatafan- perang Bahran- perang Uhud- perang Hamraul Asad- perang Bani Nadzir- perang Dzatu Riqo‟- perang Badar Akhir- perang Dumatul Jandal- perang Banu Musthaliq- perang Khandaq- perang Bani Quraidlah- perang Bani Lahyan- perang Ghabah- Perang Khaibar- perang Mu‟tah- penaklukan Makkah- perang Hunain- perang Thaif- perang Tabuk.

  BAB IV : Analisis Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah, bab ini meliputi: uraian tentang nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Ghazwah Rasulullah, dan relevansi nilai pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah dengan pendidikan Islam saat ini.

  Bab V, merupakan penutup. Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah, saran, dan kata penutup.

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Nilai Sidi Gazalba sebagaimana dikutip oleh Chabib Thoha dalam bukunya,

  menyatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Sedangkan menurut Chabib Thoha sendiri, nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sitem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti atau manusia yang meyakini (Thoha, 1996: 61).

  Nilai juga bisa diartikan sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatannya (Maslikhah, 2009: 106). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan, bahwa nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal yang melekat pada manusia yang meyakininya, sehingga prefensinya tercermin pada perilaku, sikap dan perbuatannya.

B. Pengertian Pendidikan Islam

  Untuk memaknai secara tepat arti dari pendidikan Islam, kita perlu merujuk pada pengertian pendidikan Islam secara etimologis dan terminologis.

1. Pengertian Pendidikan Islam Secara Etimologis

  Bila kita melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada bahasa Arab, karena ajaran Islam diturunkan dalam bahasa tersebut (Daradjat, 2011: 25). Di antara beberapa istilah yang digunakan untuk menunjuk pengertian pendidikan Islam diambil dari Al-

  Qur‟an maupun hadist. Istilah yang biasanya digunakan dalam menjelaskan makna pendidikan Islam mencakup tiga hal, yaitu; kata

  tarbiyah, ta‟lim, dan ta‟dib (Mujtahid, 2011: 2). Ketiga istilah inilah

  yang digunakan untuk menjelaskan pengertian pendidikan secara etimologis.

  a.

  Tarbiyah Abdurrahman An-Nahlawi sebagaimana dikutip oleh Umar

  (2011: 21-22) mengemukakan bahwa menurut kamus bahasa Arab, lafal tarbiyah berasal dari tiga kata. Pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh (Umar, 2011: 21). Makna ini dapat dilihat dalam firman Allah:

  ....

  ِ َّللَّا َدِْْع ُ٘ب ْسَٝ َلََف ِسبَّْىا ِها ٍََْ٘أ ِٜف َُ٘ب ْسَِٞى بًب ِز ٍِِْ ٌُْتَْٞتآ بٍَ َٗ “Dan suatu riba (tambahan) yang kalian berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah....

  (QS. Ar-Rum (30): 39).

  Dari situ maka dapat dikatakan, bahwa pendidikan merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual (Mujtahid, 2011: 3). Kedua, rabiya-yarba dengan wazan khafiya-

  yakhfa , yang berarti menjadi besar. Pendidikan dimaksudkan untuk

  menumbuhkan kedewasaan pola pikir, sikap, emosi serta tindakan perbuatan peserta didik. Ketiga, rabba-yarubbu dengan wazan madda-

  yamuddu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun,

  menjaga, dan memelihara. Kata tarbiyah merupakan bentuk masdar dari rabba-yurabbiy-tarbiyatan dengan

  wazan fa‟ala-yufa‟ilu-taf‟ilan.

  Kata ini ditemukan dalam Al-Quran surat Al- Isra‟ (17): 24: ....

  ا ًسِٞغَص ِّٜبََّٞب َز بَََم بََََُْٖح ْزا ِّة َز “....Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil”

  (QS. Al- Isra‟ (17): 24). Dari ketiga asal kata di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan terdiri dari empat unsur, yaitu: pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa; kedua, mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya; keempat, proses ini dilaksanakan secara bertahap (Umar, 2011: 23). Pendidikan dengan pemaknaan seperti ini dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan pendampingan kepada anak (peserta didik) menuju pengembangan pribadi yang lebih baik.

  b.

  Ta‟lim Istilah lain dari pendidikan adalah

  ta‟lim, merupakan masdar

  dari kata

  „allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. Penunjukan kata ta‟lim pada pengertian pendidikan sesuai dengan firman Allah:

  َهبَقَف َٚيَع ِءبََْسَأِب ُِّٜ٘ئِبَّْأ ِتَنِئ َلَََْىا ٌَُْٖض َسَع ٌَُّث بََّٖيُم َءبََْسَ ْلْا ًََدآ ٌََّيَع َٗ

  ِء َلَُؤَٕ َِِٞقِدبَص ٌُْتُْْم ُِْإ “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda- benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malai kat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama- nama benda itu jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar”. (QS. Al-Baqarah (1): 31).

  Berdasarkan pengertian di atas, kata

  ta‟lim memiliki

  pengertian yang sempit. Pengertian

  ta‟lim hanya sebatas proses

  pentransferan seperangkat nilai yang disampaikan. Ia hanya terbatas pada penguasaan nilai yang ditransfer secara afektif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada domain afektif (Mufron, 2015: 6). Maka pengertian

  ta‟lim, lebih dekat pada penambahan wawasan

  sebatas pengetahuan, menjadikan seseorang yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.

  c.

  Ta‟dib Kata

  ta‟dib mengacu pada pengetahuan („ilm), pengajaran (ta‟lim), dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Oelh karena itu, ta‟dib

  dianggap merupakan istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam Islam. Dari sini dapat dipahami bahwa Naquib melihat

  ta‟dib sebagai sebuah sistem Islam yang di

  dalamnya terdapat tiga sub sistem; pengetahuan, pengajaran, dan pengasuhan (Mufron, 2015: 7). Dalam Al- Qur‟an, lafadz ta‟dib memang tidak ditemukan, akan tetapi lafadz tersebut diambil dari sebuah hadist Nabi:

  ِْٜبِْٝدْأَت ََِسْحَأَف ِّٜبَز َِْٜبَّدَأ “Tuhanku telah mendidikku sehingga menjadi baik pendidikanku"

  Dari hadist tersebut dapat dipahami bahwa

  ta‟dib adalah

  pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya (Umar, 2011: 26). Ketiga kata bahasa Arab yang digunakan untuk memberikan pengertian pendidikan secara etimologis tersebut, merupakan kata yang saling berkaitan erat. Dari situ tersirat, bahwa pendidikan adalah sebuah proses, yang diawali dengan pemberian pengetahuan

  (ta‟lim),

  melakukan bimbingan dan pendampingan (tarbiyah), hingga pada pembentukan karakter

  (ta‟dib) yang dilakukan secara terus-menerus sehingga terwujud insan kamil.

2. Pengertian Pendidikan Islam secara Terminologis

  Melalui perspektif dan pendekatan terminologis, konsep pendidikan Islam digali dari pendapat para ahli dan pakar pendidikan.

  Kata Islam yang menjadi imbuhan pada kata pendidikan menunjukkan warna, model, bentuk, dan ciri bagi pendidikan, yaitu pendidikan bernuansa Islam atau pendidikan yang Islami (Mujtahid, 2011: 16).

  Para ahli pendidikan Islam telah memformulasikan definisi pendidikan Islam, di antaranya: a.

  Al Syaibany yang dikutip oleh Ali Mufron mengemukakan, bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat (Mufron, 2015: 12).

  b.

  Muhammad Fadhil Al Jamaly dikutip oleh Ali Mufron mendefinisikan, pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan (Mufron, 2015: 12).

  c.

  Ahmad D. Marimba menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama atau insan kamil (Marimba, 1989: 19).

  d.

  Ahmad Tafsir mengungkapkan bahwa pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Tafsir, 1992: 32).

  e.