Hambatan Kepesertaan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS) Ketenagakerjaan Bagi Sektor Informal

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kemiskinan terus menjadi masalah fenomena sepanjang sejarah Indonesia.
Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang
berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya
investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan,
kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus
urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat
memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas.
Sejumlah variabel dapat dipakai untuk melacak persoalan kemiskinan, dan
dari variabel ini dihasilkan serangkaian strategi dan kebijakan penanggulangan
kemiskinan yang tepat sasaran dan berkesinambungan. Dari dimensi pendidikan
misalnya, pendidikan yang rendah dipandang sebagai penyebab kemiskinan. Dari
dimensi kesehatan, rendahnya mutu kesehatan masyarakat menyebabkan terjadinya
kemiskinan. Dari dimensi ekonomi, kepemilikan alat-alat produktif yang terbatas,
penguasaan teknologi dan kurangnya keterampilan, dilihat sebagai alasan mendasar
mengapa terjadi kemiskinan. Faktor kultur dan struktural juga kerap kali dilihat
sebagai elemen penting yang menentukan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat. Tidak ada yang salah dan keliru dengan pendekatan tersebut, tetapi
dibutuhkan keterpaduan antara berbagai faktor penyebab kemiskinan yang sangat

banyak dengan indikator-indikator yang jelas, sehingga kebijakan penanggulangan
kemiskinan tidak bersifat temporer, tetapi permanen dan berkelanjutan (Sahdan,
2004).

1
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan dataBadan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan, jumlah
penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis
kemiskinan) di Indonesia per september 2016 mencapai 27,76 juta orang (10,70
persen), atau berkurang sebesar 0,25 juta orang dibandingkan dengan kondisi maret
2016 sebesar 28,01 juta orang (10,86 persen).Hasil persentase selama periode maret
2016 sampai september 2016 tingkat kemiskinan telah menurun, namun jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,15 juta orang (dari 10,34 juta
orang pada Maret 2016 menjadi 10,49 juta orang pada september 2016), sementara di
daerah perdesaan turun sebanyak 0,39 juta orang dari 17,67 juta orang pada maret
2016 menjadi 17,28 juta orang pada september 2016 (humas, 2017 di akses pada
tanggal 3 maret 2017 pukul 22.00 wib).
Istilah kesejahteraan sosial tidak merujuk pada suatu kondisi yang baku dan
tetap. Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran sejahtera atau tidak sejahtera

kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli lainnya. Pada umumnya, orang
kaya dan segala kebutuhannya tercukupi itulah yang disebut orang yang sejahtera.
Namun demikian, di lain pihak orang miskin dan segala kebutuhannya tidak
terpenuhi kadang juga dianggap justru lebih bahagia karena tidak memiliki masalah
yang pelik sebagaimana umumnya orang kaya. Artinya, kondisi sejahtera dari
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat disesuaikan dengan sudut pandang
yang dipakai.
Di Sumatera Utara sendiri berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik jumlah
penduduknya tercatat ada 12.982.204 pada tahun 2010. Dari jumlahpenduduk
tersebut angkatan kerja di Sumatera Utara pada agustus 2014 mencapai 6,27 juta
orang. Keadaan ketenagakerjaan di Sumatera Utara pada agustus 2014 menunjukkan
adanya penurunanjumlah angkatan kerja, jumlah penduduk bekerjadan jumlah

2
Universitas Sumatera Utara

pengangguran terbuka. Jumlah angkatankerja di Sumatera Utara pada agustus 2014
mencapai 6,27 juta orang atau berkurang sekitar 229 ribuorang bila dibanding
angkatan kerja agustus 2013, yaitu sebesar 6,50 juta orang. Penduduk yang bekerja
pada agustus 2014 mencapai 5,88 juta orang atau berkurang sekitar 200 ribu orang

dibanding agustus2013, yaitu sebesar 6,08 juta orang. Jumlah pengangguran terbuka
juga mengalami penurunan dari 419 ribu pada agustus 2013 menjadi 391 ribu pada
agustus 2014 atau berkurang sebanyak 28 ribu orang (BPS, 2017).
Kecamatan Medan Denai sendiri termasuk wilayah yang mempunyai luas
sekitar 8,85 Km2. Kecamatan Medan Denai adalah wilayah Timur Kota Medan yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang, dengan penduduknya
berjumlah 185.598 Jiwa tahun 2016 sedangkan untuk di kelurahan tegal sari mandala
III sendiri jumlah penduduknya yaitu sekitar 47.890 jiwa pada pada tahun 2016
(pemkomedan, 2014).
Struktur lapangan pekerjaan hingga februari 2014 tidak mengalami perubahan,
dimana sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan, dan sektor industri
secara berurutan masih menjadipenyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di
Indonesia. Jika dibandingkan dengan keadaan februari 2013, jumlah penduduk yang
bekerja mengalami kenaikan pada hampir semua sektor terutama di sektor jasa
kemasyarakatan sebanyak 640 ribu orang (3,59 persen), sektor perdagangansebanyak
450 ribu orang (1,77 persen), serta sektor Industri sebanyak 390 ribu orang (2,60
persen),sedangkan yang mengalami penurunan hanya sektor pertanian sebanyak 280
ribu orang (0,68persen). (Ridho syukro, 2014 di akses pada tanggal pukul).
Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja
dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan

utama, pekerja formal mencakupkategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan
3
Universitas Sumatera Utara

kategori

buruh/karyawan,

sisanya

termasukpekerja

informal.

Berdasarkan

identifikasi ini, maka pada februari 2014 sebanyak 47,5 juta orang(40,19 persen)
bekerja pada sektor formal dan 70,7 juta orang (59,81 persen) bekerja pada sektor
informal.
Oleh sebab itu kesejahteraan pekerja sektor informalperlu ditingkatkan

sehingga hal ini bisasejalan dengan keinginan pemerintah untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berpihak pada penurunan jumlah penduduk miskin dan
keluarganya. Atas dasar itu, hadirnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan
pekerja sektor informal dan keluarganyamelalui program bukan penerima upah atau
pekerja yang bekerja diluar hubungan kerja. Peningkatan kesejahteraan pekerja di
sektor informal sangat dimungkinkan karena BPJS ketenagakerjaanmemuat
layananjaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua, dan pensiun.
Pada tahun 2015 penduduk kota medan yang bekerja di sektor informal
sebanyak 14.200 jiwa yang baru mendaftarkan dirinya pada program BPJS
ketenagakerjaan. Pada tahun 2016 sebanyak 24.910 jiwa. Data terakhir yang di
peroleh sekitar 17.278 jiwa yang menjadi anggota bukan penerimah permaret 2017.
Dari hasil ini, menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang bekerja di sektor
informal yang belum mendaftar dalam program BPJS ketenagakerjaan. Hal ini di
karenakan kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai program BPJS
ketenagakerjaan bagi bukan penerimah upah membuat masyarakat tidak mengetahui
bahwa pekerja sektor informal sama seperti pekerja sektor formal yang memiliki
jaminan sosial. (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan
cabang medan).


4
Universitas Sumatera Utara

Melihat persoalan tersebut maka wajar jika warga negara,termasuk semua
pekerja menuntut untukpengesahan undang-undang terkait dengan program jaminan
sosial yang di bentuk dengan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). Sistem
jaminan nasional telahdiundangkan dalam UU Nomor 24 tahun 2011, dalam
Undang-Undang No24 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat (1)menyatakan bahwa,“BPJS
adalah badanhukum yang dibentuk untukmenyelenggarakan program jaminansosial”.
Contoh kasus kepesertaan pekerja sektor informal di Sulawesi dan Maluku
dalam program jaminan sosial ketenagakerjaan mencatatkan tren peningkatan dengan
pertumbuhan secara terbatas.Dari sisi komposisi, pekerja informal relatif berada di
posisi 10% dari total peserta program BPJS Ketenagakerjaan dalam beberapa tahun
terakhir.Kepala BPJS Ketenagakerjaan wilayah sulama kuswahyudi mengatakan,
kondisi tersebut disebabkan keterbatasan informasi pekerja informal atas manfaat
dari BPJS ketenagakerjaan jika terdaftar dalam kepesertaan.Permasalahannya sering
terbentur pula pada pembayaran iuran, tingkat kepatuhan bulanan ini jadi soal dan
memang cukup sulit diterapkan bagi pekerja informal. Pekerja informal tersebut
sebagian besar bekerja pada sektor perdagangan, ekonomi kreatif, jasa transportasi,
pertanian serta beberapa sektor lainnya dengan skala UMKM.Secara berkelanjutan

program sosialisasi maupun edukasi terus digulirkan melalui pelibatan sejumlah
asosiasi pekerja informal sesuai sektor agar lebih efektif (amri nur rahmat, 2016).
Pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum terdaftar sebagai
peserta BPJSKetenagakerjaan. Selain dari kurangnya informasi mengenai pentingnya
BPJS Ketenagakerjaan masyarakat juga mempunyai keterbatasan dalam pembayaran
iuaran bagi sektor informal, mengingat penghasilan yang di dapatkan oleh sektor
informal itu tidak selalu tetap.Meskipun dalam tatarannasional telah menerapkan
Undang-UndangNo 3 Tahun 1992 tentang Jaminan SosialTenaga Kerja, namun

5
Universitas Sumatera Utara

belum seluruhnya masyarakatmampu mengakses program tersebut.Bahkan pekerja
sektor informal sebagaimayoritas dalam ketenagakerjaan Indonesia baru mampu
mengakses pada tahun2006, setelah adanya PERMEN No 40 Tahun 2006. Pada
PERMEN No 40 tahun2006, yang menyatakan bahwa pekerja diluar hubungan kerja
mendapatkan hakmendapatkan jaminan sosial tenaga kerja.dalam pelaksanaan suatu
kebijakanmaka diperlukan instrument yang jelas sertatujuan yang ingin dicapai. Oleh
karenaitu informasi mengenai suatu program perlu diketahuioleh masyarakat,
sehingga sistemyang di bentuk dapat mengenai sasaran.

Pelaksanaan jaminan sosial nasional, perlu dilihat dari berbagaidimensi sosial,
budaya, pendidikan, latarbelakang ekonomi sehingga dalampenerapan program
jaminan sosial nasional dapat berjalan dengan baik dan tidak tumpang tindih dengan
program yanglain.Berdasarkanlatar belakang yang telah diuraikan penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mendalam dan hasilnya akan disampaikan dalam skripsi
dengan judul ”Hambatan Kepesertaan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
(BPJS) Ketenagakerjaan Bagi Sektor Informal Di Kecamatan Medan Denai
Kota Medan”.

1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:’’Apa Sajakah Hambatan Kepesertaan
BPJS Ketenagakerjaan Bagi Sektor Informal?”.

6
Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk Mengetahui

Hambatan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Bagi Sektor Informal di Kecamatan
Medan Denai Kota Medan.
1.3.2 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka :
1. Pengembangan referensi penanganan dan pembuatan kebijakan yang
dilakukan pemerintah terkait peningkatan pekerja sektor informal untuk bisa
tercakup secara keseluruhan dalam program BPJS ketenagakerjaan.
2. Pengembangan konsep dan teori yang berhubungan dengan jaminan sosial
kepada tenaga kerja sektor informal.
3. Mengubah pemikiran masyarakat khususnya para pekerja sektor informal
yang belum terdaftar sebagai peserta jaminan sosial untuk bisa mengikuti
program BPJS ketenagakerjaan.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas :
BAB I

:PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.


BAB II

:TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan teori yang berkaitan dengan
masalah dan objek yang di teliti, kerangka pemikiran dan
definisi konseptual.

7
Universitas Sumatera Utara

BAB III

:METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi
penelitian, sampel penelitian, teknik pengumpulan data, serta
teknik analisis data.

BAB IV


:DESKRIPSI LOKASI PENELIITIAN
Bab ini berikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum
lokasi penelitian.

BAB V

:ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil
penelitian beserta analisinya.

BAB IV

:PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran sehubungan
dengan penelitian yang akan dilakukan.

8
Universitas Sumatera Utara