Pengaruh Aplikasi Protokol Caring Padapenerimaan Pasien Baru Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Medan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka dihubungkan dan ditelaah untuk menganalisis pengaruh
aplikasi protokol Caring pada penerimaan pasien baru terhadap perilaku Caring
perawat.Adapun pokok bahasan dalam tinjauan pustaka ini meliputi: Definisi
Caring perawat, Protokol Caring, Perilaku Caring perawat dalam praktik, cara
mengukur perilaku Caring perawat, prosedur penerimaan pasien baru, sistematik
review, dan kerangka konsep.
2.1. Definisi Caring
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan
perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi
yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Tindakan dalam perilaku Caring seharusnya
diajarkan sejak manusia lahir, masa perkembangan, masa pertumbuhan sampai
dengan meninggal. Caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakannya
dengan profesi yang lain dan mendominasi serta mempersatukan tindakantindakan keperawatan Watson (2002) dalam Dwidiyanti (2007).
9
Universitas Sumatera Utara
10
Crips dan Taylor (2001) mengatakanCaringmerupakanfenomenauniversal
yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir,merasakan dan berperilaku
dalam hubungannya dengan orang lain. Selanjutnya Potter (2009) mengatakan
bahwa Caring adalah perhatian sepenuh hati terhadap pasien. Caringadalah suatu
tindakan moral atas dasar kemanusiaan sebagai suatu cerminan perhatian,perasaan
empati dan kasih saying kepada orang lain dilakukan dengan memberikan
tindakan nyata kepedulian dengan meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan
orang tersebut. Caring adalah sentral untuk praktek keperawatan karena Caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis dimana perawat bekerja untuk
lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien
(Sartika&Nanda, 2011).
Caringberarti mengandung tiga hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian,
tanggung jawab dan dilakukan dengan ikhlas ( Kozier & Erb, 1998 ).
Selanjutnya Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa Caring
merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat
etik dan filosofis. Caring bukan semata-mata perilaku Caring adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefenisikan sebagai
tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth, 1999).
Griffin (1993) membagi konsep Caring menjadi dua bagian utama yaitu
konsep Caring yang berhubungan dengan sikap dan emosi perawat sementara
konsep Caring yang lain berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan perawat pada
waktu melakukan fungi atau tugas keperawatannya. Griffin menggambarkan
Caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang
Universitas Sumatera Utara
11
mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik. Dalam sebuah
cara emosi tertentu pada pasien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi
kegiatan menolong, membantu, dan melayani orang lain yang mempunyai
kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan interpersonal antara
perawat dengan pasien.
Watson (2007) menyatakan bahwaCaring merupakan landasan moral yang
menyeluruh,sebuah komitmen yang tertinggi dan terdalam untuk tetap
melaksanakan integritas dan menjaga hubungan dengan pasien, keluarga,
masyarakat dalam dunia keperawatan. Hsieh et al.(2005)dalam penelitiannya di
Taiwan melakukan wawancara mendalam kepada 14 orang pasien yang di rawat
inap dan menemukan enam tema tentang Caring yaitu : mendampingi selama
pasien baru masuk, perilaku yang profesional,komunikasi,empati, ketulusan hati
dan menghargai.Keenam tema ini kemudian disebut dengan “Caring code”
2.2. Protokol Caring
Protokol Caring dipertimbangkan sebagai dasar filosofi, moral, dan etik
pada keperawatan yang berhubungan dengan profesi dan keilmuannya. Protokol
ini memberikan suatu kerangka kerja, dimana pusat fenomena, seni, ilmu,
humanitas, spiritual masuk ke dalam praktik keperawatan (Watson & Foster,
2003).MenurutTonges dan Ray (2011) menjelaskan protocol Caring suatu
pendekatan untuk mengaktualisasikan teori Caring pada pelayanan kesehatan
dengan sistematis pada intervensi tindakan keperawatan,proses keperawatan dan
harapan
Universitas Sumatera Utara
12
Ada beberapa hasil penelitian dimana menguji teori Caring Watson. Baik
dengan metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Pipe et al. (2008)
menggunakan metode deskriptif untuk menggali hubungan harapan, kesejahteraan
spiritual, dan kualitas hidup pada pasien yang sedang dirawat. Delaney dan
Barrere (2008) meneliti tentang pengaruh intervensi spiritual terhadap psikososial
pada pasien jantung. Persky et al. (2008) menguji karakteristik caritas perawat
dan efektivitas praktik dalam modelnya.
Teori Watson bekerja sebagai teori Human Caring dan ilmu dan seni
Human Caring yang sudah diaplikasikan pada berbagai tempat praktik
keperawatan. Brockopp et al.(2011) menjelaskan suatu penelitian dimana
mempraktikkan model praktik dengan menggunakan teori Caring Watson. 10
faktor carractive dijelaskan dalam memberikan suatu kerangka kerja pada
aktivitas keperawatan di rumah sakit. Lukose (2011) mengembangkan suatu
model praktik dengan teori Caring Watson yang dapat digunakan perawat
pendidik dalam mengajarkan kepada staf perawat dan mahasiswa.
2.3. Teori Caring Watson
Watson (2007) menyatakan bahwa ada tujuh asumsi dasar tentang science of
Caringyaitu : 1) Caring hanya dapat didemonstrasikan dan dipraktikkan dengan
efektif hanya secara interpersonal, 2) Caring terdiri dari carative factors yang
menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan manusia, 3) Efektif Caring
meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan keluarga, 4) Respon
Caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi juga menerima
akan jadi apa dia kemudian, 5) Lingkungan Caring adalah sesuatu yang
Universitas Sumatera Utara
13
menawarkan perkembangan dari potensi yang ada, dan disaat yang sama
membiarkan seseorang untuk memilih tindakan yang terbaik bagi dirinya saat itu,
6) Caring lebih “healthogenic” daripada curing,
dan 7) Praktik Caring
merupakan sentral bagi keperawatan.
Prinsip inti dalam menerapkan perilaku Caring menurut Watson (2008,
dalam Watson Caring science institute, 2010) meliputi 5 hal yaitu menyatakan
tujuan, menilai pola, membiasakan arus dinamis, pengalaman tidak terhingga,
meningkatkan kreativitas. Watson (1979) menyebutkan tiga komponen utama
landasan filosofi Caring yaitu, Carative factors, Transpersonal Caring
Relationship dan Caring Moment.
2.3.1. Faktor Carative
Aplikasi asumsi dasar tentang science of Caring dapat dilihat dalam
penjabaran 10 (sepuluh) carative factor dalam Caring (clinical caritas processes)
sebagaiindikatorCaring yang jugadikemukakanoleh Watson ( 2004 ) yaitu :
Universitas Sumatera Utara
14
Tabel 2.1. FaktorCarative
No
1
Faktor Carative
Pendekatan humanistik dan altruistik
2
Menanamkan sikap penuh harapan
3
Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang
lain
4
Hubungan saling percaya dan saling
membantu
5
Meningkatkan
menerima
perasaan positif dan negatif
6
Menggunakan problemsolving
mengambil keputusan
7
Meningkatkan proses pembelajaran
dalam hubungan interpersonal
8
Menciptakan lingkungan fisik,mental,
sosiokultural dan spiritual
9
Memberi bantuan dalam pemenuhan
kebutuhan manusia
10
Terbuka
pada
ekstensial
fenomenologikal dan dimensi spiritual
penyembuhan
ekspresi
dalam
Kompetensi Caring
Mempraktikkan
kehangatan
dan
ketenangan diri dan orang lain
Perawat menjaga, mendorong, dan
menghormati keyakinan dan harapan
dan percaya kepada pasien
Perawat peduli pada kenyamanan,
pemulihan, kesejahteraan dan lebih
sensitif pada kebutuhan lain
Untuk menjamin martabat manusia
dan menjaga humanitas, perawat
membentuk kesatuan dengan jiwa
pasien
Mempromosikan
dan
menerima
ekspresi positif dan negatif sebagai
pemulihan.
Perawat sebaiknya menggunakan
semua pengetahuan, keterampilan,
empirisme, insting dan intuisinya
perawat mencari informasi pasien dan
memahami dan signifikan informasi
yang sediakan pada pasien,
Mempromosikan kualitas pelayanan
dan
pemulihan,
dukungan,
perlindungan, dan mental, fisik, sosial,
dan lingkungan spiritual yang diakui
sebagai dukungan konvensial dengan
melibatkan
kenyamanan,
privasi,
keamanan, kebersihan, dan lingkungan
estetika
Memberikan
perawatan
holistik
membantu dengan kepuasan, tidak
hanya kebutuhan fisik tetapi juga
kebutuhan psikologis–spiritual ketika
menjaga martabat manusia dikenal
sebagai kebutuhan
Mengizinkan fenomena yang tidak
dikenal, mitos, filosofi, kepercayaan
budaya, aspek metafisik perawat,
pasien dan keluarganya menyesuaikan
dalam
makna
spiritual
dalam
mengizinkan
pengobatan
dan
pemulihan
Universitas Sumatera Utara
15
2.3.2. Transpersonal Caring relationship
Watson mendefinisikan dan hubungan antar teori dalam memahami human
Caring dan spiritualitas. Ada beberapa asumsi hubungan antar teori diantaranya:
1) transpersonal Caring berada pada kesadaran dan energi pada waktu, ruang, dan
fisik, 2) hubungan transpersonal Caring mengandung arti hubungan kesatuan jiwa
ke jiwa dalam momen Caring, mewujudkan semangat antar praktisi dan pasien
dalam kesatuan yang utuh.
Hubungan transpersonal Caring dikembangkan oleh kesadaran caritas. Ini
menyampaikan untuk berfokus pada kehidupan internal dan makna subjektif. Ide
transpersonal memberikan kebaikan dan ketenangan pada momen kehadiran
dengan pemahaman momen Caring pada satu kehidupan. Ini mempengaruhi pada
perawat-pasien dan menghubungkan pada area umum sehingga momen tersebut
hidup (Watson, 2008).
2.3.3. Caring moment
Komponen utama pada teori transpersonal Caringdan kesadaran caritas
sudah menegaskan yang akan dimanifestasikan dan menjadi bagian individu yang
mengalaminya. Ini merujuk pada momen Caring. Momen Caring dalam
mengambil tempat ketika perawat yang berkaitan dengan semangat dengan
lainnya, personalitas, fisik, penyakit, perilaku yang dimunculkan. Caritas nurse
dalam momen Caring digunakan pada keterampilan, pengetahuan, sumber
(Watson, 2008).
Universitas Sumatera Utara
16
2.4. Perilaku CaringPerawat dalam Praktik
Perilaku Caringperawat adalah sikap, keterampilan, dan pengetahuan
perawat dalam pengasuhan pasien dan keluarga yang berfungsi untuk
mempengaruhi secara positif, memberi dukungan, untuk meningkatkan asuhan
keperawatan (Pryzby, 2004). Kualitas tinggal pasien di Rumah Sakit bergantung
pada interaksi yang baik antara dokter, perawat, ahli farmasi, teknisi dan pasien.
Kelompok-kelompok yang berkinerja tinggi adalah penting terhadap hasil pasien
yang baik (Griffin, 2013).
Tingkat kepuasan pasien dapat dinilai dari bagaimana ia menggunakan
sistem pelayanan kesehatan pasien. Pasien merasa semakin puas saat perawat
melakukan tindakan Caring(Setiawan, 2013). Ada beberapa hal yang mendasar
bagi pasien untuk menilai perilaku perawat,yaitu bagi perawat diJepang
mendengarkan pasien berbicara pada perawat, menjelaskan apa yang akan
dilakukan dan memperlakukan pasien sebagai pribadi yang utuh adalah sikap
perawat yang Caring terhadap pasien (Mizuno & Ozawa, 2005).
Menurut Finch (2008), ada tiga hal penting dan mendasar bagi pasien
tentang perawat yang Caring, yaitu perilaku Caring diekspresikan perawat
terhadap pasien secara kekeluargaan, memperlakukan pasien secara utuh, ikhlas
dan ini diperlihatkan pada saat memenuhi kebutuhan pasien dan perduli pada
kebutuhan pasien. Valizadeh dan Zamanzadeh (2011) mengatakan pemantauan
dan tindak lanjut, ketersediaan perawat, kemampuan perawat untuk memprediksi
kebutuhan pasien, memberikan penjelasan kepada pasien adalah perilakuCaring
perawat. Perilaku Caring yang paling penting bagi pasien adalah memberi respek
Universitas Sumatera Utara
17
saat berbicara, mempunyai skill dalam melakukan tindakan dan menyebut nama
pasien.Perilaku Caring yang paling penting secara keseluruhan adalah advokasi
dan pendidikan kesehatan kepada pasien (Ani & Mandalia, 2012)
Para responden dalam penelitian Brunton dan Bearman (2000)
memberikan jawaban untuk perilaku Caring perawat bahwa memandang manusia
seutuhnya, respek, memiliki sensitivitas, berbicara dengan pasien dan memelihara
rasa percaya. Nyberg (1998) mengatakan bahwa ada lima atribut yang harus
dimiliki oleh seorang perawat agar dapat menunjukkan perilaku Caring secara
terus menerus diantaranya 1) komitmen (Commitment), perilaku Caring dimulai
pada saat seseorang tertarik kepada orang lain. Agar ketertarikan itu dapat
berkembang menjadi rasa pengertian dan kepercayaan dibutuhkan waktu dan
kesediaan dari si penerima perhatian. Berperilaku Caring tidak selalu
menyenangkan kadang dapat menyebabkan frustasi dan tidak selalu mudah,
sehingga komitmen merupakan inti dari perilakuCaring. Perilaku Caring perawat
yang tidak konsisten akan merusak kepercayaan pasien sehingga sulit baginya
untuk menerima Caring dari perawat lainnya, 2) Harga diri (Self-Worth), bagian
kedua dari atribut Caring menekankan kepada kebutuhan seorang administrator
keperawatan untuk memperoleh perasaan nilai diri, self understanding,
kepercayaan diri guna menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dan konsisten,
untuk itu perlu adanya suatu perhatian terhadap kebutuhan dirinya secara profesi
dalam bentuk reward dan promosi juga dalam kebutuhan sosialnya.
Caring dalam hal ini menggambarkan
bahwa
Konsep
seorang administrator harus
mengembangkan sebuah sense of self worth yang kuat, harus memperhatikan
Universitas Sumatera Utara
18
kehidupan pribadinya dan memahami potensi dirinya sebagai orang yang mampu
memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain melalui proses Caring, 3)
Prioritas, atribut yang ketiga adalah kemampuan perawat untuk dapat
memprioritaskan tugas, sehingga ia dapat membagikan energi dan perhatiannya
yang sama kepada semua pasiennya, 4) Keterbukaan (Openess), menjadi pribadi
yang terbuka tidak semudah mengatakannya. Keterbukaan berarti bersedia
mengungkapkan sisi kemanusiaan sendiri, pikiran, harapan, ketakutan, prioritas.
Aspek penting dari keterbukaan adalah respon umpan balik. Jika ekspresi yang
diberikan tidak menyenangkan maka keterbukaan akan ditekan tetapi jika
ekspresinya menghargai informasi yang diberikan dan nyaman dengan
penyelesaian masalah yang diberikan maka keterbukaan akan dilanjutkan, 5)
Ability to bring out Potential. Atribut terakhir dari peningkatan perilaku Caring
adalah kemampuan untuk mengeluarkan potensi yang ada. Memberikan motivasi
kepada orang lain adalah proses dasar untuk dapat mengidentifikasi potensi yang
ada pada dirinya.
2.5. Pengukuran Perilaku Caring Perawat
Perilaku Caring perawat dapat diukur dengan beberapa alat ukur atau tools
yang telah diciptakan oleh peneliti. Pengukuran perilaku Caring perawat sangat
penting dilakukan agar dapat secara terus menerus diperbaiki karena Caring
adalah inti dari keperawatan (Leininger,1998), dan juga ide moral dari
keperawatan (Watson, 2007).Pengukuran untuk perilaku Caring perawat dapat
dilakukan
dengan
mengukur
tingkat
kepuasan
pasien.Penggunaan
hasil
Universitas Sumatera Utara
19
pengukuran tingkat kepuasan pasien ini lebih sensitif hasilnya karena pasien
adalah individu yang langsung menerima perilaku Caring perawat (Rego, 2008).
Beberapa alat ukur formal yang dipakai untuk mengukur perilaku Caring
perawat berdasarkan persepsi pasien adalah kuesioner Care-Q yang digunakan
oleh (Vahid, 2010), (Mayasuki, 2005), Caring Behaviour Inventory (CBI) yang
digunakan oleh (Forough, 2007), (Ani, 2012), (Ismail 2012), Caring Assesment
Tool digunakan oleh (Duffy, 2001), Caring Profesional Scale yang digunakan
(Swanson, 2000).
2.6. Prosedur Penerimaan Pasien Baru di Ruang Rawat Inap
Prosedur merupakan tatanan atau tahapan yang harus dilalui dalam proses
kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi
tertentu sehingga kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien (Depkes
RI, 1995). Pasien yang masuk ke rumah sakit dan menjalani rawat inap adalah
pasien dengan masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian khusus, dalam
usahanya mencari perawatan, perilaku Caring perawat yang profesional sangat
diharapkan oleh pasien .
Pada penelitian Lee-hsieh (2005) menemukan bahwa pada saat pasien baru
masuk ke ruang rawat inap perilaku perawat yang tidak Caring membuat ia tidak
nyaman, seperti melakukan pengkajian dan vital sign padahal pasien belum
merasa nyaman dengan keadaannya, meminta pasien untuk berdiri diatas
timbangan untuk mengukur berat badannya dan tidak memperhatikan bahwa
pasien merasakan sakit perutnya. Menurut Watson (2004) bahwa faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
20
carative dapat dijadikan sebagai standar Caring. Dengan menerapkan factor
carative dalam uraian tugas dan dalam melakukan evaluasi terhadap perilaku
maka perawat dapat memahami bahwa Caring adalah bagian yang sangat penting
dalam pekerjaannya.
2.7. Riset
Terkait
Penerapan
Protokol
Caringdalam
Pelayanan
Keperawatan
Ada beberapa hal yang mendasar bagi pasien untuk menilai perilaku Caring
perawat, yaitu bagi perawat di Jepang mendengarkan pasien berbicara pada
perawat, menjelaskan apa yang akan dilakukan dan memperlakukan pasien
sebagai pribadi yang utuh adalah sikap perawat yang Caring terhadap pasien
(Mizuno & Ozawa, 2005). Menurut Finch (2008), ada tiga hal penting dan
mendasar bagi pasien tentang perawat yang Caring yaitu : perilaku Caring
diekspresikan perawat terhadap pasien secara kekeluargaan, memperlakukan
pasien secara tulus, iklas dan ini diperlihatkan pada saat memenuhi kebutuhan
pasien dan perduli pada kebutuhan pasien.
Valizadeh dan Zamanzadeh (2011) mengatakan pemantauan dan tindak
lanjut, ketersediaan perawat, kemampuan perawat untuk memprediksi kebutuhan
pasien, memberikan penjelasan kepada pasien adalah perilaku Caring perawat.
Perilaku Caring yang paling penting bagi pasien adalah memberi respek saat
berbicara, mempunyai skill dalam melakukan tindakan dan menyebut nama
pasien. Perilaku Caring yang paling penting secara keseluruhan adalah advokasi
dan pendidikan kesehatankepada pasien (Ani & Mandalia, 2012). Para responden
dalam penelitian Brunton dan Bearman (2000) memberikan jawaban untuk
Universitas Sumatera Utara
21
perilaku Caring perawat bahwa memandang manusia seutuhnya, respek, memiliki
sensitivitas, berbicara dengan pasien dan memelihara rasa percaya.
2.8. Landasan Teoritis
Berdasarkan uraian diatas maka teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
teori
Caring
Carative
Watson
factorbukanmerupakankumpulankeahlian/skill
sematatetapimerupakanfaktor-
faktor yang memberikankontribusinilaipadahubunganCaringbagi para perawat.
Carative
factormenggambarkancarauntukmengaplikasikan
Caring
bukanbagaimanamelakukansesuatu.
ImplementasifaktorCaringdapatmembantuperawatmelakukanperubahandarisebua
hkeahlian yang memuatkontakpromosidanbirokrasimatimenjadisebuahkeahlian
yang
memuatkontakpromosidanpengembanganpekerjaanyang
professional.
Denganmenerapkanfactor
carativedalamuraiantugasdandalammelakukanevaluasiterhadapperilakumakapera
watdapatmemahamibahwaCaringadalahbagian
yang
sangatpentingdalampekerjaannya.
Faktor-faktorcarativedapat
pula
dijadikansebagaistandarCaring,
sistem
yang
akurat,
bentukdokumentasidanalatquality assurance (Watson, 2004).
Caringbukanlahsesuatu
yang
tetapimerupakanhasildankebudayaan,
pengalamandandarihubungandengan
dapatdiajarkan,
nilai-nilai,
orang
lain.
Sikapkeperawatan
yang
Universitas Sumatera Utara
22
berhubungandenganCaringadalahkehadiran, sentuhankasihsayang, mendengarkan,
memahamiklien, Caringdalam spiritual danperawatankeluarga.
2.9. Kerangka Konsep
Protokol caring
Didasarkan pada 10 faktor carativeWatson :
1. Pembentukansistemnilaihumanistik
2. Kepercayaan-harapan
3. Pengembangansensitivitaspadadirisendiri
dan orang lain
4. Pengembangan
rasa
salingpercayadanhubungan caring
5. Promosidanpenerimaaanekspresipadaper
asaanpositifdannegatif
6. Menggunakansuatupemecahanmasalah
yang kreatif
7. Melakukanpengajaran transpersonal
yang
8. Memberikansuatulingkungan
mendukung,
melindungidanmemperbaikifisik, mental,
sosial, dan spiritual
9. Membantumemenuhikebutuhandasarden
gankepuasan
10. Mengizinkanadanyakekuataneksistensial,
fenomenologi, dan spiritual
Perilaku caring perawat
Dimensi perilaku
caring:
1. Kepastian
2. Pengetahuandankete
rampilan
3. Penghormatan
4. Hubungan
(Larrabee& Bolden,
2001)
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka dihubungkan dan ditelaah untuk menganalisis pengaruh
aplikasi protokol Caring pada penerimaan pasien baru terhadap perilaku Caring
perawat.Adapun pokok bahasan dalam tinjauan pustaka ini meliputi: Definisi
Caring perawat, Protokol Caring, Perilaku Caring perawat dalam praktik, cara
mengukur perilaku Caring perawat, prosedur penerimaan pasien baru, sistematik
review, dan kerangka konsep.
2.1. Definisi Caring
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan
perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi
yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Tindakan dalam perilaku Caring seharusnya
diajarkan sejak manusia lahir, masa perkembangan, masa pertumbuhan sampai
dengan meninggal. Caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakannya
dengan profesi yang lain dan mendominasi serta mempersatukan tindakantindakan keperawatan Watson (2002) dalam Dwidiyanti (2007).
9
Universitas Sumatera Utara
10
Crips dan Taylor (2001) mengatakanCaringmerupakanfenomenauniversal
yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir,merasakan dan berperilaku
dalam hubungannya dengan orang lain. Selanjutnya Potter (2009) mengatakan
bahwa Caring adalah perhatian sepenuh hati terhadap pasien. Caringadalah suatu
tindakan moral atas dasar kemanusiaan sebagai suatu cerminan perhatian,perasaan
empati dan kasih saying kepada orang lain dilakukan dengan memberikan
tindakan nyata kepedulian dengan meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan
orang tersebut. Caring adalah sentral untuk praktek keperawatan karena Caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis dimana perawat bekerja untuk
lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien
(Sartika&Nanda, 2011).
Caringberarti mengandung tiga hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian,
tanggung jawab dan dilakukan dengan ikhlas ( Kozier & Erb, 1998 ).
Selanjutnya Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa Caring
merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat
etik dan filosofis. Caring bukan semata-mata perilaku Caring adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefenisikan sebagai
tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth, 1999).
Griffin (1993) membagi konsep Caring menjadi dua bagian utama yaitu
konsep Caring yang berhubungan dengan sikap dan emosi perawat sementara
konsep Caring yang lain berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan perawat pada
waktu melakukan fungi atau tugas keperawatannya. Griffin menggambarkan
Caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang
Universitas Sumatera Utara
11
mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik. Dalam sebuah
cara emosi tertentu pada pasien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi
kegiatan menolong, membantu, dan melayani orang lain yang mempunyai
kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan interpersonal antara
perawat dengan pasien.
Watson (2007) menyatakan bahwaCaring merupakan landasan moral yang
menyeluruh,sebuah komitmen yang tertinggi dan terdalam untuk tetap
melaksanakan integritas dan menjaga hubungan dengan pasien, keluarga,
masyarakat dalam dunia keperawatan. Hsieh et al.(2005)dalam penelitiannya di
Taiwan melakukan wawancara mendalam kepada 14 orang pasien yang di rawat
inap dan menemukan enam tema tentang Caring yaitu : mendampingi selama
pasien baru masuk, perilaku yang profesional,komunikasi,empati, ketulusan hati
dan menghargai.Keenam tema ini kemudian disebut dengan “Caring code”
2.2. Protokol Caring
Protokol Caring dipertimbangkan sebagai dasar filosofi, moral, dan etik
pada keperawatan yang berhubungan dengan profesi dan keilmuannya. Protokol
ini memberikan suatu kerangka kerja, dimana pusat fenomena, seni, ilmu,
humanitas, spiritual masuk ke dalam praktik keperawatan (Watson & Foster,
2003).MenurutTonges dan Ray (2011) menjelaskan protocol Caring suatu
pendekatan untuk mengaktualisasikan teori Caring pada pelayanan kesehatan
dengan sistematis pada intervensi tindakan keperawatan,proses keperawatan dan
harapan
Universitas Sumatera Utara
12
Ada beberapa hasil penelitian dimana menguji teori Caring Watson. Baik
dengan metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Pipe et al. (2008)
menggunakan metode deskriptif untuk menggali hubungan harapan, kesejahteraan
spiritual, dan kualitas hidup pada pasien yang sedang dirawat. Delaney dan
Barrere (2008) meneliti tentang pengaruh intervensi spiritual terhadap psikososial
pada pasien jantung. Persky et al. (2008) menguji karakteristik caritas perawat
dan efektivitas praktik dalam modelnya.
Teori Watson bekerja sebagai teori Human Caring dan ilmu dan seni
Human Caring yang sudah diaplikasikan pada berbagai tempat praktik
keperawatan. Brockopp et al.(2011) menjelaskan suatu penelitian dimana
mempraktikkan model praktik dengan menggunakan teori Caring Watson. 10
faktor carractive dijelaskan dalam memberikan suatu kerangka kerja pada
aktivitas keperawatan di rumah sakit. Lukose (2011) mengembangkan suatu
model praktik dengan teori Caring Watson yang dapat digunakan perawat
pendidik dalam mengajarkan kepada staf perawat dan mahasiswa.
2.3. Teori Caring Watson
Watson (2007) menyatakan bahwa ada tujuh asumsi dasar tentang science of
Caringyaitu : 1) Caring hanya dapat didemonstrasikan dan dipraktikkan dengan
efektif hanya secara interpersonal, 2) Caring terdiri dari carative factors yang
menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan manusia, 3) Efektif Caring
meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan keluarga, 4) Respon
Caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi juga menerima
akan jadi apa dia kemudian, 5) Lingkungan Caring adalah sesuatu yang
Universitas Sumatera Utara
13
menawarkan perkembangan dari potensi yang ada, dan disaat yang sama
membiarkan seseorang untuk memilih tindakan yang terbaik bagi dirinya saat itu,
6) Caring lebih “healthogenic” daripada curing,
dan 7) Praktik Caring
merupakan sentral bagi keperawatan.
Prinsip inti dalam menerapkan perilaku Caring menurut Watson (2008,
dalam Watson Caring science institute, 2010) meliputi 5 hal yaitu menyatakan
tujuan, menilai pola, membiasakan arus dinamis, pengalaman tidak terhingga,
meningkatkan kreativitas. Watson (1979) menyebutkan tiga komponen utama
landasan filosofi Caring yaitu, Carative factors, Transpersonal Caring
Relationship dan Caring Moment.
2.3.1. Faktor Carative
Aplikasi asumsi dasar tentang science of Caring dapat dilihat dalam
penjabaran 10 (sepuluh) carative factor dalam Caring (clinical caritas processes)
sebagaiindikatorCaring yang jugadikemukakanoleh Watson ( 2004 ) yaitu :
Universitas Sumatera Utara
14
Tabel 2.1. FaktorCarative
No
1
Faktor Carative
Pendekatan humanistik dan altruistik
2
Menanamkan sikap penuh harapan
3
Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang
lain
4
Hubungan saling percaya dan saling
membantu
5
Meningkatkan
menerima
perasaan positif dan negatif
6
Menggunakan problemsolving
mengambil keputusan
7
Meningkatkan proses pembelajaran
dalam hubungan interpersonal
8
Menciptakan lingkungan fisik,mental,
sosiokultural dan spiritual
9
Memberi bantuan dalam pemenuhan
kebutuhan manusia
10
Terbuka
pada
ekstensial
fenomenologikal dan dimensi spiritual
penyembuhan
ekspresi
dalam
Kompetensi Caring
Mempraktikkan
kehangatan
dan
ketenangan diri dan orang lain
Perawat menjaga, mendorong, dan
menghormati keyakinan dan harapan
dan percaya kepada pasien
Perawat peduli pada kenyamanan,
pemulihan, kesejahteraan dan lebih
sensitif pada kebutuhan lain
Untuk menjamin martabat manusia
dan menjaga humanitas, perawat
membentuk kesatuan dengan jiwa
pasien
Mempromosikan
dan
menerima
ekspresi positif dan negatif sebagai
pemulihan.
Perawat sebaiknya menggunakan
semua pengetahuan, keterampilan,
empirisme, insting dan intuisinya
perawat mencari informasi pasien dan
memahami dan signifikan informasi
yang sediakan pada pasien,
Mempromosikan kualitas pelayanan
dan
pemulihan,
dukungan,
perlindungan, dan mental, fisik, sosial,
dan lingkungan spiritual yang diakui
sebagai dukungan konvensial dengan
melibatkan
kenyamanan,
privasi,
keamanan, kebersihan, dan lingkungan
estetika
Memberikan
perawatan
holistik
membantu dengan kepuasan, tidak
hanya kebutuhan fisik tetapi juga
kebutuhan psikologis–spiritual ketika
menjaga martabat manusia dikenal
sebagai kebutuhan
Mengizinkan fenomena yang tidak
dikenal, mitos, filosofi, kepercayaan
budaya, aspek metafisik perawat,
pasien dan keluarganya menyesuaikan
dalam
makna
spiritual
dalam
mengizinkan
pengobatan
dan
pemulihan
Universitas Sumatera Utara
15
2.3.2. Transpersonal Caring relationship
Watson mendefinisikan dan hubungan antar teori dalam memahami human
Caring dan spiritualitas. Ada beberapa asumsi hubungan antar teori diantaranya:
1) transpersonal Caring berada pada kesadaran dan energi pada waktu, ruang, dan
fisik, 2) hubungan transpersonal Caring mengandung arti hubungan kesatuan jiwa
ke jiwa dalam momen Caring, mewujudkan semangat antar praktisi dan pasien
dalam kesatuan yang utuh.
Hubungan transpersonal Caring dikembangkan oleh kesadaran caritas. Ini
menyampaikan untuk berfokus pada kehidupan internal dan makna subjektif. Ide
transpersonal memberikan kebaikan dan ketenangan pada momen kehadiran
dengan pemahaman momen Caring pada satu kehidupan. Ini mempengaruhi pada
perawat-pasien dan menghubungkan pada area umum sehingga momen tersebut
hidup (Watson, 2008).
2.3.3. Caring moment
Komponen utama pada teori transpersonal Caringdan kesadaran caritas
sudah menegaskan yang akan dimanifestasikan dan menjadi bagian individu yang
mengalaminya. Ini merujuk pada momen Caring. Momen Caring dalam
mengambil tempat ketika perawat yang berkaitan dengan semangat dengan
lainnya, personalitas, fisik, penyakit, perilaku yang dimunculkan. Caritas nurse
dalam momen Caring digunakan pada keterampilan, pengetahuan, sumber
(Watson, 2008).
Universitas Sumatera Utara
16
2.4. Perilaku CaringPerawat dalam Praktik
Perilaku Caringperawat adalah sikap, keterampilan, dan pengetahuan
perawat dalam pengasuhan pasien dan keluarga yang berfungsi untuk
mempengaruhi secara positif, memberi dukungan, untuk meningkatkan asuhan
keperawatan (Pryzby, 2004). Kualitas tinggal pasien di Rumah Sakit bergantung
pada interaksi yang baik antara dokter, perawat, ahli farmasi, teknisi dan pasien.
Kelompok-kelompok yang berkinerja tinggi adalah penting terhadap hasil pasien
yang baik (Griffin, 2013).
Tingkat kepuasan pasien dapat dinilai dari bagaimana ia menggunakan
sistem pelayanan kesehatan pasien. Pasien merasa semakin puas saat perawat
melakukan tindakan Caring(Setiawan, 2013). Ada beberapa hal yang mendasar
bagi pasien untuk menilai perilaku perawat,yaitu bagi perawat diJepang
mendengarkan pasien berbicara pada perawat, menjelaskan apa yang akan
dilakukan dan memperlakukan pasien sebagai pribadi yang utuh adalah sikap
perawat yang Caring terhadap pasien (Mizuno & Ozawa, 2005).
Menurut Finch (2008), ada tiga hal penting dan mendasar bagi pasien
tentang perawat yang Caring, yaitu perilaku Caring diekspresikan perawat
terhadap pasien secara kekeluargaan, memperlakukan pasien secara utuh, ikhlas
dan ini diperlihatkan pada saat memenuhi kebutuhan pasien dan perduli pada
kebutuhan pasien. Valizadeh dan Zamanzadeh (2011) mengatakan pemantauan
dan tindak lanjut, ketersediaan perawat, kemampuan perawat untuk memprediksi
kebutuhan pasien, memberikan penjelasan kepada pasien adalah perilakuCaring
perawat. Perilaku Caring yang paling penting bagi pasien adalah memberi respek
Universitas Sumatera Utara
17
saat berbicara, mempunyai skill dalam melakukan tindakan dan menyebut nama
pasien.Perilaku Caring yang paling penting secara keseluruhan adalah advokasi
dan pendidikan kesehatan kepada pasien (Ani & Mandalia, 2012)
Para responden dalam penelitian Brunton dan Bearman (2000)
memberikan jawaban untuk perilaku Caring perawat bahwa memandang manusia
seutuhnya, respek, memiliki sensitivitas, berbicara dengan pasien dan memelihara
rasa percaya. Nyberg (1998) mengatakan bahwa ada lima atribut yang harus
dimiliki oleh seorang perawat agar dapat menunjukkan perilaku Caring secara
terus menerus diantaranya 1) komitmen (Commitment), perilaku Caring dimulai
pada saat seseorang tertarik kepada orang lain. Agar ketertarikan itu dapat
berkembang menjadi rasa pengertian dan kepercayaan dibutuhkan waktu dan
kesediaan dari si penerima perhatian. Berperilaku Caring tidak selalu
menyenangkan kadang dapat menyebabkan frustasi dan tidak selalu mudah,
sehingga komitmen merupakan inti dari perilakuCaring. Perilaku Caring perawat
yang tidak konsisten akan merusak kepercayaan pasien sehingga sulit baginya
untuk menerima Caring dari perawat lainnya, 2) Harga diri (Self-Worth), bagian
kedua dari atribut Caring menekankan kepada kebutuhan seorang administrator
keperawatan untuk memperoleh perasaan nilai diri, self understanding,
kepercayaan diri guna menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dan konsisten,
untuk itu perlu adanya suatu perhatian terhadap kebutuhan dirinya secara profesi
dalam bentuk reward dan promosi juga dalam kebutuhan sosialnya.
Caring dalam hal ini menggambarkan
bahwa
Konsep
seorang administrator harus
mengembangkan sebuah sense of self worth yang kuat, harus memperhatikan
Universitas Sumatera Utara
18
kehidupan pribadinya dan memahami potensi dirinya sebagai orang yang mampu
memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain melalui proses Caring, 3)
Prioritas, atribut yang ketiga adalah kemampuan perawat untuk dapat
memprioritaskan tugas, sehingga ia dapat membagikan energi dan perhatiannya
yang sama kepada semua pasiennya, 4) Keterbukaan (Openess), menjadi pribadi
yang terbuka tidak semudah mengatakannya. Keterbukaan berarti bersedia
mengungkapkan sisi kemanusiaan sendiri, pikiran, harapan, ketakutan, prioritas.
Aspek penting dari keterbukaan adalah respon umpan balik. Jika ekspresi yang
diberikan tidak menyenangkan maka keterbukaan akan ditekan tetapi jika
ekspresinya menghargai informasi yang diberikan dan nyaman dengan
penyelesaian masalah yang diberikan maka keterbukaan akan dilanjutkan, 5)
Ability to bring out Potential. Atribut terakhir dari peningkatan perilaku Caring
adalah kemampuan untuk mengeluarkan potensi yang ada. Memberikan motivasi
kepada orang lain adalah proses dasar untuk dapat mengidentifikasi potensi yang
ada pada dirinya.
2.5. Pengukuran Perilaku Caring Perawat
Perilaku Caring perawat dapat diukur dengan beberapa alat ukur atau tools
yang telah diciptakan oleh peneliti. Pengukuran perilaku Caring perawat sangat
penting dilakukan agar dapat secara terus menerus diperbaiki karena Caring
adalah inti dari keperawatan (Leininger,1998), dan juga ide moral dari
keperawatan (Watson, 2007).Pengukuran untuk perilaku Caring perawat dapat
dilakukan
dengan
mengukur
tingkat
kepuasan
pasien.Penggunaan
hasil
Universitas Sumatera Utara
19
pengukuran tingkat kepuasan pasien ini lebih sensitif hasilnya karena pasien
adalah individu yang langsung menerima perilaku Caring perawat (Rego, 2008).
Beberapa alat ukur formal yang dipakai untuk mengukur perilaku Caring
perawat berdasarkan persepsi pasien adalah kuesioner Care-Q yang digunakan
oleh (Vahid, 2010), (Mayasuki, 2005), Caring Behaviour Inventory (CBI) yang
digunakan oleh (Forough, 2007), (Ani, 2012), (Ismail 2012), Caring Assesment
Tool digunakan oleh (Duffy, 2001), Caring Profesional Scale yang digunakan
(Swanson, 2000).
2.6. Prosedur Penerimaan Pasien Baru di Ruang Rawat Inap
Prosedur merupakan tatanan atau tahapan yang harus dilalui dalam proses
kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi
tertentu sehingga kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien (Depkes
RI, 1995). Pasien yang masuk ke rumah sakit dan menjalani rawat inap adalah
pasien dengan masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian khusus, dalam
usahanya mencari perawatan, perilaku Caring perawat yang profesional sangat
diharapkan oleh pasien .
Pada penelitian Lee-hsieh (2005) menemukan bahwa pada saat pasien baru
masuk ke ruang rawat inap perilaku perawat yang tidak Caring membuat ia tidak
nyaman, seperti melakukan pengkajian dan vital sign padahal pasien belum
merasa nyaman dengan keadaannya, meminta pasien untuk berdiri diatas
timbangan untuk mengukur berat badannya dan tidak memperhatikan bahwa
pasien merasakan sakit perutnya. Menurut Watson (2004) bahwa faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
20
carative dapat dijadikan sebagai standar Caring. Dengan menerapkan factor
carative dalam uraian tugas dan dalam melakukan evaluasi terhadap perilaku
maka perawat dapat memahami bahwa Caring adalah bagian yang sangat penting
dalam pekerjaannya.
2.7. Riset
Terkait
Penerapan
Protokol
Caringdalam
Pelayanan
Keperawatan
Ada beberapa hal yang mendasar bagi pasien untuk menilai perilaku Caring
perawat, yaitu bagi perawat di Jepang mendengarkan pasien berbicara pada
perawat, menjelaskan apa yang akan dilakukan dan memperlakukan pasien
sebagai pribadi yang utuh adalah sikap perawat yang Caring terhadap pasien
(Mizuno & Ozawa, 2005). Menurut Finch (2008), ada tiga hal penting dan
mendasar bagi pasien tentang perawat yang Caring yaitu : perilaku Caring
diekspresikan perawat terhadap pasien secara kekeluargaan, memperlakukan
pasien secara tulus, iklas dan ini diperlihatkan pada saat memenuhi kebutuhan
pasien dan perduli pada kebutuhan pasien.
Valizadeh dan Zamanzadeh (2011) mengatakan pemantauan dan tindak
lanjut, ketersediaan perawat, kemampuan perawat untuk memprediksi kebutuhan
pasien, memberikan penjelasan kepada pasien adalah perilaku Caring perawat.
Perilaku Caring yang paling penting bagi pasien adalah memberi respek saat
berbicara, mempunyai skill dalam melakukan tindakan dan menyebut nama
pasien. Perilaku Caring yang paling penting secara keseluruhan adalah advokasi
dan pendidikan kesehatankepada pasien (Ani & Mandalia, 2012). Para responden
dalam penelitian Brunton dan Bearman (2000) memberikan jawaban untuk
Universitas Sumatera Utara
21
perilaku Caring perawat bahwa memandang manusia seutuhnya, respek, memiliki
sensitivitas, berbicara dengan pasien dan memelihara rasa percaya.
2.8. Landasan Teoritis
Berdasarkan uraian diatas maka teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
teori
Caring
Carative
Watson
factorbukanmerupakankumpulankeahlian/skill
sematatetapimerupakanfaktor-
faktor yang memberikankontribusinilaipadahubunganCaringbagi para perawat.
Carative
factormenggambarkancarauntukmengaplikasikan
Caring
bukanbagaimanamelakukansesuatu.
ImplementasifaktorCaringdapatmembantuperawatmelakukanperubahandarisebua
hkeahlian yang memuatkontakpromosidanbirokrasimatimenjadisebuahkeahlian
yang
memuatkontakpromosidanpengembanganpekerjaanyang
professional.
Denganmenerapkanfactor
carativedalamuraiantugasdandalammelakukanevaluasiterhadapperilakumakapera
watdapatmemahamibahwaCaringadalahbagian
yang
sangatpentingdalampekerjaannya.
Faktor-faktorcarativedapat
pula
dijadikansebagaistandarCaring,
sistem
yang
akurat,
bentukdokumentasidanalatquality assurance (Watson, 2004).
Caringbukanlahsesuatu
yang
tetapimerupakanhasildankebudayaan,
pengalamandandarihubungandengan
dapatdiajarkan,
nilai-nilai,
orang
lain.
Sikapkeperawatan
yang
Universitas Sumatera Utara
22
berhubungandenganCaringadalahkehadiran, sentuhankasihsayang, mendengarkan,
memahamiklien, Caringdalam spiritual danperawatankeluarga.
2.9. Kerangka Konsep
Protokol caring
Didasarkan pada 10 faktor carativeWatson :
1. Pembentukansistemnilaihumanistik
2. Kepercayaan-harapan
3. Pengembangansensitivitaspadadirisendiri
dan orang lain
4. Pengembangan
rasa
salingpercayadanhubungan caring
5. Promosidanpenerimaaanekspresipadaper
asaanpositifdannegatif
6. Menggunakansuatupemecahanmasalah
yang kreatif
7. Melakukanpengajaran transpersonal
yang
8. Memberikansuatulingkungan
mendukung,
melindungidanmemperbaikifisik, mental,
sosial, dan spiritual
9. Membantumemenuhikebutuhandasarden
gankepuasan
10. Mengizinkanadanyakekuataneksistensial,
fenomenologi, dan spiritual
Perilaku caring perawat
Dimensi perilaku
caring:
1. Kepastian
2. Pengetahuandankete
rampilan
3. Penghormatan
4. Hubungan
(Larrabee& Bolden,
2001)
Universitas Sumatera Utara