Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan

(1)

PENGARUH KEPRIBADIAN DENGAN PERILAKU

CARING PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP

RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI

MEDAN

SKRIPSI

OLEH RUMBUN SIRAIT

111121042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA 2013


(2)

(3)

Judul : Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan

Peneliti : Rumbun Sirait

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan USU Tahun Akademik : 2013

ABSTRAK

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara perawat berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali pasien, membuat perawat mengetahui masalah pasien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskripsi korelasi dengan sampel 100 perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non-probability sampling dengan metode accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa deskripsi dengan menggunakan tendensi sentral didapatkan gambaran minimum 40, maksimum 94, rata-rata perawat yang caring 61, median 61, dan modus 63. Uji Anova menunjukkan bahwa dari lima dimensi kepribadian hanya terdapat 3 dimensi kepribadian yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku caring perawat yaitu kepribadian extraversion (p=0,02), agreeableness (p=0,01), dan kepribadian conscientiousness (p=0,00). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pengambilan keputusan mengenai sumber daya perawat yaitu dengan melakukan tes kepribadian dalam merekrut pegawai baru dan dalam hal penempatan kerja. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan metode observasi dalam pengambilan data agar data yang diperoleh lebih objektif dan akurat dan menghindari subjektifitas responden.


(4)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan mata kuliah skipsi I. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Salbiah, S.KP. M.Kep, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal penelitian ini.


(5)

7. Setiawan, S.Kp, MNS, PHD selaku dosen yang telah melakukan uji validitas terhadap instrumen penelitian ini.

8. Dewan Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

9. Direktur Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian .

10.Teristimewa buat orang tua ku tercinta Bapak T. Sirait dan Ibu R. Br. Gultom serta anggota keluarga lainnya yang telah banyak memberikan doa, nasehat, materi dan dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.

11.Teman-teman mahasiswa Ekstensi pagi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2011 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini (Kak Rani, Kak Linda, Sri, Reni, Maria, Inri, Dini, Sondang, dll ).

12.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhususnya ilmu keperawatan.

Medan, Februari 2013


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul Halaman Pengesahan Abstrak

Prakata ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Skema ... vi

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

Bab II Tinjauan Pustaka ... 9

2.1 Konsep Caring ... 9

2.1.1 Defenisi Caring ... 11

2.1.2 Caring menurut Teori Watson ... 12

2.1.3 Pengukuran perilaku caring ... 15

2.2 Konsep Kepribadian ... 16

2.2.1 Defenisi kepribadian ... 16

2.2.2 Tipologi Kepribadian ... 17

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi perkembangan Kepribadian Manusia ... 26

2.2.4 Perubahan Kepribadian ... 27

2.2.5 Pengukuran Kepribadian ... 28

2.3 Penelitian Terdahulu ... 29

Bab III Kerangka Konseptual ... 34

3.1 Kerangkan Konsep ... 35

3.2 Defenisi Operasional ... 36

3.3 Hipotesa ... 38

BAB IV Metodologi Penelitian ... 39

4.1 Desain Penelitian ... 39

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

4.3 Populasi dan Sampel penelitian ... 40

4.4 Pertimbangan Etik ... 42

4.5 Instrumen Penelitian ... 43

4.6 Uji Validitas ... 45

4.7 Uji Reliabilitas ... 45

4.8 Pengumpulan Data ... 46


(7)

BAB V Hasil dan Pembahasan ... 49

5.1 Hasil Penelitian ... 49

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 49

5.1.2 Perilaku Caring Perawat ... 50

5.1.3 Kepribadian Perawat ... 51

5.1.4 Pengaruh Antara Kepribadian Dengan Perilaku Caring .. 52

5.2 Pembahasan ... 54

5.2.1 Kepribadian Perawat ... 54

5.2.2 Perilaku Caring Perawat ... 55

5.2.3 Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring ... 57

BAB VI Kesimpulan Dan Saran ... 62

6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Saran ... 63

Daftar Pustaka ... 65

Lampiran – Lampiran Jadwal Defenitif Penelitian ... 68

Lembar Persetujuan Responden ... 69

Instrumen Penelitian ... 70

Hasil Analisa Data... 75

Hasil Uji Reliabilitas Kepribadian ... 77

Hasil Uji Reliabilitas Caring ... 80

Lembar Konsul ... 82

Taksasi Dana ... 83

Daftar Riwayat Hidup ... 84 Master Tabel


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 36

Tabel 4.1 Distribusi populasi perawat pelaksana ... 42

di RSUPM tabel 5.1 distribusi karakteristik responden………....50

tabel 5.2 tendensi sentral perilakucaring perawat………..51

tabel 5.3 distribusi kepribadian perawat……….52


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

Judul : Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan

Peneliti : Rumbun Sirait

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan USU Tahun Akademik : 2013

ABSTRAK

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara perawat berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali pasien, membuat perawat mengetahui masalah pasien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskripsi korelasi dengan sampel 100 perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non-probability sampling dengan metode accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa deskripsi dengan menggunakan tendensi sentral didapatkan gambaran minimum 40, maksimum 94, rata-rata perawat yang caring 61, median 61, dan modus 63. Uji Anova menunjukkan bahwa dari lima dimensi kepribadian hanya terdapat 3 dimensi kepribadian yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku caring perawat yaitu kepribadian extraversion (p=0,02), agreeableness (p=0,01), dan kepribadian conscientiousness (p=0,00). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pengambilan keputusan mengenai sumber daya perawat yaitu dengan melakukan tes kepribadian dalam merekrut pegawai baru dan dalam hal penempatan kerja. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan metode observasi dalam pengambilan data agar data yang diperoleh lebih objektif dan akurat dan menghindari subjektifitas responden.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa globalisasi ini, arus informasi dari satu tempat ke tempat lain semakin cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan tanpa terhalang waktu dan jarak. Meningkatnya akses informasi dan pendidikan masyarakat akan mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat secara umum dan khususnya pengetahuan tentang kesehatan. Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan akan berpengaruh pula terhadap tuntutan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Agustin, 2002).

Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang sangat kompleks, karena bergerak dalam bidang pelayanan jasa yang melibatkan berbagai kelompok profesi dengan berbagai latar belakang pendidikan dan kehidupannya. Kelompok keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai kunci dari keberhasilan asuhan keperawatan di rumah sakit (Sumijatun, 2010). Dimana keperawatan itu sendiri adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Kusnanto,


(12)

2004). Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit. Oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin. Perawat sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena perawat memiliki jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya dan juga mempunyai kontribusi dengan kuantitas terbanyak dalam pelayanan kesehatan (Sumijatun, 2010).

Melihat besarnya peran dan kontribusi perawat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seharusnya akan membuat citra perawat menjadi baik. Namun tidak demikian dengan kenyataanya, dimana citra perawat di mata sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini adalah buruk. Hal ini terbukti dengan adanya keluhan pasien dan keluarga tentang perilaku perawat yang tidak ramah, judes, dan bersikap kasar dalam melayani pasien, dan ini merupakan isu yang berkembang di rumah sakit-rumah sakit pemerintah (Novi, 2011). Keadaan ini disebabkan oleh nilai-nilai profesionalisme perawat yang belum sepenuhnya diaplikasikan dalam kegiatan pelayanan keperawatan, termasuk perilaku caring sebagai inti keperawatan (Liu, Moke & Wong, 2006).

Caring membantu pasien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial (Sujana, 2008). Misalnya, bahwa setiap respon individu terhadap suatu masalah kesehatan adalah unik, maka dalam hal ini perawat dituntut harus mampu memahami setiap respon yang berbeda dari pasien terhadap penderitaan yang dialaminya dan perawat memberikan pelayanan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien. Hal ini menggambarkan


(13)

bahwa dalam setiap pelayanan keperawatan, perawat selalu membentuk perilaku caring.

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara perawat berfikir, merasa, dan mempunyai pengaruh dengan sesama. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali pasien, membuat perawat mengetahui masalah pasien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Caring sebagai bentuk dasar dari praktek keperawatan dan juga sebagai struktur mempunyai implikasi praktis untuk mengubah praktek keperawatan (Potter & Perry, 2009).

Perilaku caring menurut Watson harus tercermin dalam sepuluh faktor caratif (Sujana, 2008). Kesepuluh faktor tersebut dalam (Asmadi, 2008) terdiri dari membentuk dan bertindak berdasarkan sistem nilai yang altruistik dan manusiawi, menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope), mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain, membina pengaruh saling percaya dan saling bantu (helping-trust), meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan/atau memperbaiki mental, sosiokultural, dan spiritual, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia, mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis, dan dimensi spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh dan ilmiah.

Terdapat kecenderungan bahwa perawat didalam memberikan asuhan keperawatan tidak caring pada pasien, hal ini akan berdampak pada kualitas asuhan keperawatan dan berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Rahayu (2007)


(14)

dalam penelitiannya melaporkan bahwa, asuhan keperawatan dilihat dari sisi sikap caring yang dipersepsikan perawat tampak adanya kondisi kurang positif, terlihat pada proporsi perawat yang caring dan tidak caring hampir seimbang (tidak caring 49,1 %, dan caring 51%), hasil penelitian yang sama dilaporkan oleh Musidah (2009), distribusi perawat yag caring sebesar 49,7%, dan tidak caring 50,3%.

Perilaku caring perawat terhadap pasien banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Barnum (1998) & Melleis (1997) dikutip dari Agustin (2000), menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat adalah kepribadian. Perawat di rumah sakit tentunya mempunyai kualitas kepribadian yang berbeda-beda. Perbedaan kualitas kepribadian perawat akan mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi memberikan pelayanan keperawatan (Suryawati dkk, 2006). Niven (2002) dalam Septiarini (2009) menyatakan bahwa kepribadian merupakan hal penting dalam proses interaksi dalam dunia kesehatan, karena kemampuan orang berinteraksi dengan pasien sampai batas tertentu ditentukan oleh kepribadian dan interaksi dengan pasien membutuhkan tingkat empati tertentu serta kemampuan melihat masalah dari sudut pandang pasien.

Gunarsa (2003) juga menyatakan hal yang sama dimana seorang perawat dalam pekerjaannya selalu bertemu dengan beraneka ragam kepribadian orang, yang semuanya mempunyai ciri khas masing-masing. Seorang perawat selain harus mengenal perbedaan pada pasien, teman sejawat, supervisor, instruktor, teman, dan keluarganya, harus juga mengetahui bahwa dirinya sendiri juga memiliki perbedaan dan menyadari bahwa ciri-ciri khas tertentu dapat memudahkan usaha untuk mencapai interaksi positif dengan orang lain.


(15)

Keberhasilan seorang perawat dalam membina pengaruh dengan orang lain tergantung dari pemahaman tentang sifat dan ciri-ciri kepribadian perawat sendiri.

Kepribadian merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan banyak perasaan dan perilaku (Ivancevich dkk, 2007). Kepribadian merupakan integrasi sikap/ sifat warisan maupun yang didapatkan dari lingkungan sehingga menimbulkan kesan pada orang lain (Rismawaty, 2008).

Dalam ilmu psikologi kepribadian dapat terbagi dalam beberapa dimensi menurut teori tertentu, namun teori kepribadian yang paling sering digunakan untuk mengukur performa kerja adalah Big Five Personality, sehingga pada penelitian ini menggunakan Big Five Personality yang di kembangkan oleh Costa dan Mc Crae. Dimensi kepribadian tersebut mencakup extroversion (keterbukaan terhadap lingkungan sosial dan fisik), emotional stability (stabilitas emosional), agreeableness (kesetujuan), conscientiousness (pengaturan diri), dan open to experience (keterbukaan terhadap pengalaman) (Ivancevich dkk, 2007).

Kepribadian perawat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat dengan sifat spesifik tertentu lebih caring, sebagaimana ahli psikologi telah membuktikan. Ivancevich dkk, (2007) mengatakan bahwa dalam suatu pekerjaan, jika seseorang bekerja pada keadaan yang sesuai , ia akan lebih mungkin mengalami tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi, sikap yang lebih positif, dan pengaruh antar rekan kerja yang lebih baik. Perilaku caring merupakan indikator kualitas pelayanan keperawatan, tercapainya kualitas pelayanan berpengaruh pada kepuasan klien. Pengaruh kepribadian dengan Perilaku caring perawat dalam pelayanan keperawatan masih belum jelas, dari latar belakang tersebut maka


(16)

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mempercepat tercapainya perilaku caring perawat, sehingga dapat memperbaiki kualitas pelayanan keperawatan.

Berdasarkan kajian diatas, maka peneliti menjadi tertarik melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kepribadian dengan Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RSU dr.Pirngadi Medan.


(17)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang telah diuraikan pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diteliti adalah “Apakah ada Pengaruh Antara Kepribadian dengan Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RSU dr. Pirngadi Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh antara Kepribadian dengan Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RSU dr. Pirngadi Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran perilaku caring perawat di RSU dr. Pirngadi Medan. 2. Mengetahui gambaran tipe kepribadian perawat di RSU dr. Pirngadi Medan. 3. Mengetahui pengaruh antara kepribadian extroversion dengan perilaku caring

perawat.

4. Mengetahui pengaruh antara kepribadian agreeableness dengan perilaku caring perawat.

5. Mengetahui pengaruh antara kepribadian neuroticism dengan perilaku caring perawat.

6. Mengetahui pengaruh antara kepribadian open to experience dengan perilaku caring perawat.

7. Mengetahui pengaruh antara kepribadian conscientiousness dengan perilaku caring perawat.

8. Menganalisis pengaruh antara kepribadian dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap RSU dr. Pirngadi Medan.


(18)

1.4Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat maupun memberi sumbangan bagi pihak-pihak terkait, yang meliputi:

1. Bagi Rumah Sakit

Khususnya Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, sebagai bahan masukan bagi rumah sakit tentang gambaran perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap. Informasi tentang caring perawat dan pengaruhnya dengan kepribadian. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pengambilan keputusan mengenai sumber daya perawat dan memberikan pelatihan soft skill pada perawat.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi informasi mengenai pengaruh kepribadian dengan perilaku caring seorang perawat.

3. Bagi Peneliti

Proses penelitian merupakan pengalaman belajar yang berharga untuk lebih memahami berbagai jenis dari kepribadian pada perawat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya yang menggunakan unsur tipe kepribadian.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Caring 2.1.1 Pengertian Caring

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara perawat berfikir, merasa, dan mempunyai pengaruh dengan sesama. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali pasien, membuat perawat mengetahui masalah pasien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Caring sebagai bentuk dasar dari praktek keperawatan dan juga sebagai struktur mempunyai implikasi praktis untuk mengubah praktek keperawatan (Potter & Perry, 2009).

Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada resipien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh pengaruh antara perawat dan pasien (Griffin, 1983 dikutip dari Morrison dan Burnard, 2008).

Barnum (1998) & Melleis (1997) dikutip dari Agustin (2002), menjelaskan makna secara lebih luas dari caring yang terdiri dari 5 (lima) konsep. Pertama caring as human traits, yang berarti caring merupakan kebiasaan atau sifat dari manusia berdasarkan pada kepribadian, psikologis, atau budaya. Kedua caring as moral imperactive, yang artinya caring berpengaruh dengan aspek moral yang penting sebagai esensi dari keperawatan yang menghargai martabat orang lain


(20)

sebagai manusia. Ketiga caring as affect yang dimanifestasikan dengan emosional, empati, dan mengabdi pada pekerjaan. Keempat caring an interpersonal interaction, yang artinya perawat dalam memberikan asuhan selalu berinteraksi dengan pasien dan keluarganya yang merupakan esensi dari caring. Kelima caring a therapeutic intervention, yang artinya caring merupakan terapi keperawatan (therapeutic nursing).

Caring menurut Watson (2006a) dikutip dari Potter & Perry (2009) merupakan sentral praktek keperawatan. Caring juga merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap pasien. Caring oleh Swanson (1991) dikutip dari Potter & Perry (2009) di defenisikan sebagai suatu cara pemeliharaan yang berpengaruh dengan menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki tanggung jawab. Selanjutnya Benner (1984) dikutip dari Potter & Perry (2009) menggambarkan inti dari praktek keperawatan yang baik adalah caring.

Milton Mayerof (1972) dikutip dari Morrison dan Burnard (2008) menganalisis tentang makna caring dalam pengaruh manusia, menggambarkan caring sebagai suatu proses yang memberikan kesempatan pada seseorang (baik pemberi asuhan (carer) maupun penerima asuhan) untuk pertumbuhan pribadi. Aspek utama caring dalam analisis, meliputi: pengetahuan, penggantian irama (belajar dari pengalaman), kesabaran kejujuranrasa percayakerendahan hatiharapan, dan keberanian.


(21)

2.1.2 Caring Menurut Teori Watson

Teori Jean Watson (Asmadi, 2008) yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “Human Science and Human Care”. Watson percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari perspektif humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah. Dalam praktek keperawatan Watson mengemukakan 10 faktor karatif, yaitu 10 sifat dari karakter perawat yang menjelaskan bagaimana caring dimanifestasikan sebagai esensi dan inti keperawatan. Kesepuluh faktor karatif tersebut adalah sebagai berikut:

a. Membentuk Dan Bertindak Berdasarkan Sistem Nilai Yang Altruistik Dan Manusiawi.

Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik dapat di bangun dari pengalaman, belajar, dan upaya-upaya mengembangkan sikap humanis. Pengembangan dapat ditingkatkan dalam masa pendidikan. Melalui sistem nilai ini perawat dapat merasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada pasien dan juga penilaian terhadap pandangan diri seseorang. Menurut potter dan Perry (2009) perawat harus memberikan kebaikan dan kasih sayang, bersikap membuka diri untuk mempromosikan persetujuan terapi dengan pasien.

b. Menanamkan Keyakinan Dan Harapan (Faith-Hope).

Menggambarkan peran perawat dalam mengembangkan pengaruh perawat dan pasien dalam mempromosikan kesehatan dengan membantu meningkatkan perilaku pasien dalam mencari pertolongan kesehatan. Perawat memfasilitasi pasien dalam membangkitkan perasaan optimis, harapan, dan rasa percaya dan


(22)

mengembangkan pengaruh perawat dengan pasien secara efektif. Faktor ini merupakan gabungan dari nilai humanistik dan altruistik, dan juga memfasilitasi asuhan keperawatan yang holistik kepada pasien.

c. Mengembangkan Sensitivitas Untuk Diri Sendiri Dan Orang Lain.

Perawat belajar memahami perasaan pasien sehingga lebih peka, murni, dan tampil apa adanya. Pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan dalam berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga harus mampu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka.

d. Membina Pengaruh Saling Percaya Dan Saling Bantu (Helping-Trust)

Pengaruh saling percaya akan meningkatkan dan menerima perasaan positif dan negatif. Untuk membina pengaruh saling percaya dengan pasien perawat menunjukkan sikap empati, harmonis, jujur, terbuka dan hangat serta perawat harus dapat berkomunikasi terapeutik yang baik.

e. Meningkatkan Dan Menerima Ekspresi Perasaan Positif Dan Negatif.

Perawat harus dapat menerima perasaan orang lain serta memahami perilaku mereka dan juga perawat mendengarkan segala keluhan pasien. Blais (2007) juga mengemukakan bahwa perawat harus siap untuk perasaan negatif, berbagi perasaan duka cita, cinta, dan kesedihan yang merupakan pengalaman yang penuh resiko.

f. Menggunakan Metode Pemecahan Masalah Yang Sistematis Dalam Pengambilan Keputusan.

Perawat menerapkan proses keperawatan secara sistematis, memecahkan masalah secara ilmiah dalam menyelenggarakan pelayanan yang berfokus


(23)

kepada pasien. Proses keperawatan seperti halnya proses penelitian yaitu sistematis dan terstruktur.

g. Meningkatkan Proses Belajar-Mengajar Interpersonal.

Faktor ini merupakan konsep yang penting dalam keperawatan untuk membedakan caring dan curing. Bagaimana perawat menciptakan situasi yang nyaman dalam memberikan pendidikan kesehatan. Perawat memberi informasi kepada pasien, perawat memfasilitasi proses ini dengan memberikan pendidikan kesehatan yang didesain supaya dapat memampukan pasien memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan yang mandiri, menetapkan kebutuhan personal pasien.

h. Menyediakan Lingkungan Yang Mendukung, Melindungi, Dan/Atau Memperbaiki Mental, Sosiokultural, Dan Spiritual.

Perawat harus menyadari bahwa lingkungan internal dan eksternal berpengaruh terhadap kesehatan dan kondisi penyakit pasien. Konsep yang relevan dengan lingkungan internal meliputi kepercayaan, sosial budaya, mental dan spiritual pasien. Sementara lingkungan eksternal meliputi kenyamanan, privasi, keamanan, kebersihan dan lingkungan yang estetik. Oleh karena itu Potter dan Perry (2009) menekankan bahwa perawat harus dapat menciptakan kebersamaan, keindahan, kenyamanan, kepercayaan, dan kedamaian.

i. Membantu Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia .

Perawat mmbantu memenuhi kebutuhan dasar pasien meliputi kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan kebutuhan interpersonal pasien. Dan perawat melakukannya dengan sepenuh hati.


(24)

j. Mengembangkan Faktor Kekuatan Eksistensial-Fenomenologis, dan dimensi spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh dan ilmiah. Fenomenologis menggambarkan situasi langsung yang membuat orang memahami fenomena tersebut. Watson menyadari bahwa hal ini memang sulit dimengerti. Namun hal ini akan membawa perawat untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga perawat dapat membantu seseorang untuk memahami kehidupan dan kematian dengan melibatkan kekuatan spiritual.

Clarke & Wheeler (1992) dikutip dari Basford & Slevin (2006) memandang fenomena caring pada praktik keperawatan dalam empat kategori dan tema yaitu bersikap suportif, berkomunikasi, tekanan, dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan.

Watson juga mengemukakan tujuh asumsi dasar tentang caring (Asmadi, 2008) yaitu :

a. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktekkan secara interpersonal. b. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya factor carative yang

menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.

c. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga.

d. Respon asuhan keperawatan tidak hanya menerima seseorang sebagaimana mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nanti. e. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan

kemungkinan perkembangan potensi dan memberi keleluasaan bagi seseorang untuk memilih kegiatan yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.


(25)

f. Asuhan keperawatan lebih bersifat healthgenik (menyehatkan) daripada curing (mengobati). Praktek keperawatan mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan membantu individu yang sakit.

g. Praktik caring merupakan pusat keperawatan.

2.1.3 Pengukuran Perilaku Caring

Pengukuran perilaku caring dengan mengacu pada pengembangan dari carative faktor Watson (1979) dikutip dari Poter & Perry (2009) yang mencakup membentuk sistem nilai humanistik-altruistik, menanamkan keyakinan dan harapan, mengembangkan sensitifitas untuk diri sendiri dan orang lain, membina pengaruh saling percaya dan saling bantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, memperbaiki mental dan sosiokultural, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia serta mengembangkan faktor eksistensial- fenomenologis.

2.2Konsep Kepribadian

Istilah kepribadian atau dalam bahasa inggrisnya (personality) berasal dari bahasa Yunani Kuno proposan atau persona yang berarti ”topeng” yang biasa digunakan dalam teater. Para pemain teater menggunakan topeng dan bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri karakter tertentu. Ada topeng tersenyum yang mewakili karakter gembira, topeng cemberut yang mewakili karakter marah, dan seterusnya. Ini


(26)

menjadi konsep awal dari personality, yaitu tingkah laku yang ditampakkan kepada lingkungan sosial atau kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh orang sekitarnya dalam lingkungan (Hidayat, 2009).

2.2.1 Defenisi Kepribadian

Banyak ahli yang telah merumuskan defenisi kepribadian berdasarkan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Dengan demikian akan dijumpai banyak variasi defenisi sebanyak ahli yang merumuskannya (Rismawaty, 2008).

Gordon W. Allport mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kepribadian adalah organisasi yang dinamis dalam diri seseorang sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas di dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan (Sumadi, 2005).

Menurut Dr. Sugyanto, kepribadian adalah totalitas ciri-ciri seseorang yang tergambar dalam perilaku dan tak terbatas pada reaksi orang tersebut. Sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut merupakan referensi yang membedakan dirinya dengan orang lain (Pieter dan Lumongga, 2010).

Dalam masyarakat awam, ada beberapa istilah dalam kepribadian yang seringkali dipertukarkan maknanya (Alwisol, 2004 dikutip dari Hidayat, 2009), yaitu:

1. Kepribadian : Penggambaran tingkah laku secara deskriptif tanpa memberikan penilaian .

2. Karakter : Penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun secara implisit.


(27)

3. Watak : Karakter yang telah lama dimiliki dan sampai sekarang tidak berubah.

4. Temperamen : Kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologik (ditentukan oleh genetik orang tua).

5. Sifat : Respon yang sama terhadap kelompok stimulus yang mirip dan berlangsung dalam kurun waktu yang lama.

6. Kebiasaan : Respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.

2.2.2 Tipologi Kepribadian

Tipologi kepribadian atau tipe-tipe kepribadian adalah konsep yang dikembangkan untuk membagi kepribadian dalam kategori-kategori tertentu. Beberapa rumusan mengenai tipologi kepribadian dalam (Hidayat, 2009) yang sudah dikenal, antara lain:

1. Tipologi Konstitusional

Tipologi konstitusional merupakan tipologi yang dikembangkan atas dasar jasmaniah. Dasar pemikiran yang dipakai para tokoh tipologi konstitusi adalah bahwa keadaan tubuh, baik yang tampak berupa bentuk penampilan fisik maupun yang tidak tampak, misalnya susunan saraf, otak, darah, dst menentukan ciri pribadi seseorang (Hidayat, 2009). Para ahli yang mengembangkan teori ini adalah:

A.Hipocrates Gallenus

Hippocrates dan Galenus dalam (Pieter dan Lumongga, 2010), mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.


(28)

1) Melancholicus (melankolis), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.

2) Sanguinicus (sanguinis), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.

3) Flegmaticus (flegmatis), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang-orang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.

4) Cholericus (koleris), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.

B.Kretschmer

Kretschmer (Pieter dan Lumongga, 2010), ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman, mengemukakan adanya pengaruh yang erat antara tipe tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia membagi manusia dalam empat golongan menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini :

1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada lebar. Tipe watak orang yang berbentuk atletis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki kecil. Tipe watak orang yang astenis adalah schizothyme, yang


(29)

mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pendek dan kuat, perut besar. Tipe watak orang yang piknis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

4) Displastis, merupakan penyimpangan dari tipe piknis, leptosome, dan atletis. Tipe watak orang yang displatis adalah cyclothym, yang mempunyai sifat-sifat ramah, cenderung menjadi maniak depresif, mudah mengadakan kontak social atau dunia luar, mudah bergaul, mudah mendapat teman,pergaulan menyenangkan dan mudah merasakan suka dan duka orang lain.

C.Sheldon

Menurut teori Sheldon (Hidayat,2009), manusia bisa digolongkan menjadi tiga macam tipe yaitu :

1) Tipe Endomorf

Menurut Sheldon, orang yang komponen endomorf-nya tinggi, sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari endoderm) memegang peranan penting. Sheldom menyebut tipe endomorf dengan kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil.

2) Tipe Mesomorf

Dalam pandangan Sheldon, orang yang bertipe mesomorf, komponen mesomorfnya tinggi, sedangkan komponen lainnya lagi rendah. Karena itu,


(30)

bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik ketimbang yang lain-lain, misalnya: otot-ototnya dominan, pembuluh-pembuluh darah kuat, jantung juga dominan. Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara. 3) Tipe Ektomorf

Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ectomorf ini adalah organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang, yaitu kulit, sistem saraf. Kecenderungan tipe ektomorf adalah pada tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otot-otot hampir tidak tampak berkembang.

2. Tipologi Ketidak Sadaran

C.G. Jung (Sundari, 2005), seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe manusia dengan cara lain . Ia menyatakan bahwa perhatian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut extrovert dan kedalam dirinya yang disebut introvert. Jadi, menurut Jung tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :

1) Tipe Extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat. Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat-sifat : berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar sekali. Mereka mudah mempegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya. 2) Tipe Introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Adapun orang-orang yang tergolong introvert memiliki sifat-sifat kurang


(31)

pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka menyendiri, bahkan sering takut kepada orang lain.

3. Tipologi berdasarkan Prilaku Organisasi

Tipe kepribadian ini meyakini bahwa pengukuran kepribadian dapat meramalkan kinerja dan perilaku lain dalam pekerjaan. Tipe kepribadian ini terdiri dari the big five personality, locus of control, self efficacy, dan kreativitas (Ivancevich dkk, 2007).

A. Dimensi Kepribadian (The Big Five Personality )

Big five Personality merupakan pendekatan dalam psikologi kepribadian yang mengelompokkan trait kepribadian dengan analisis faktor. Pelopornya adalah Allport dan Cattell. Big five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah dominan kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor (Pervin dkk, 2010).

Kepribadian merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan banyak perasaan dan perilaku. Secara harafiah, ratusan dimensi kepribadian telah diidentifikasikan oleh psikolog dalam 100 tahun terakhir. Akan tetapi, dalam 25 tahun terakhir telah muncul kesepakatan bahwa secara umum, kepribadian manusia dapat digambarkan oleh lima dimensi atau faktor yang dikenal dengan . dimensi kepribadian ”big five” (Ivancevich dkk, 2007).

Dimensi kepribadian yang dikembangkan oleh Costa dan Mc.Cray dalam (Pervin, 2010), terdiri dari:

1) Neurotism (N), merupakan penyesuaian diri dengan ketidakstabilan emosi. Faktor ini mengenal individu yang mudah tertekan secara psikologis, ide-ide


(32)

yang tidak realistik, idaman atau dorongan yang berlebihan dan respon yang maladaptif. Adapun ciri-ciri Neurotism adalah:

a. Nilai Tinggi

Individu dengan Neurotism nilai tinggi adalah indvidu yang memiliki rasa takut yang berlebihan, gugup, emosional, tidak aman, tidak cakap.

b. Nilai rendah

Individu dengan neurotism nilai rendah adalah individu yang memiliki rasa tenang, rileks, tidak emosional, kukuh, aman, puas diri.

2) Extraversion (E), menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktivitas, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas untuk menikmati (kesenangan). Adapun ciri-ciri Extraversion adalah :

a. Nilai tinggi

Individu yang memiliki sifat Extraversion dengan nilai tinggi adalah individu yang dapat bersosialisasi, aktif, senang bercakap-cakap, berorientasi pada orang, optimis, menyukai keceriaan, dan lembut.

b. Nilai rendah

Individu yang mempunyai Extraversion dengan nilai rendah adalah individu yang memiliki sifat pendiam, menahan diri, bijaksana, tidak gembira, menyendiri, berorientasi pada tugas, dan menarik diri.

3) Opennes (O), menilai pencarian proaktif dan penghargaan terhadap pengalaman untuk dirinya sendiri, toleransi bagi dan eksplorasi terhadap yang tidak biasa.


(33)

a. Nilai tinggi

Individu yang memiliki sifat openness dengan nilai tinggi adalah individu yang mempunyai minat yang lebih besar, ingin tahu, kreatif, original, imajinatif, tidak tradisional.

b. Nilai rendah

Individu yang memiliki sifat openness dengan nilai rendah adalah individu yang konvensional, membumi, sedikit minat, tidak artistik, tidak analitis. 4) Agreeableness (A), menilai kualitas orientasi interpersonal seseorang

sepanjang kontinum dari perasaan terhadap antagonisme dalam pemikiran, perasaan dan tindakan.

a. Nilai tinggi

Individu yang digolongkan dalam sifat ini adalah individu yang mudah percaya pada orang lain, lembut, ramah, dipercaya, membantu, memaafkan, mudah dibujuk, terang-terangan.

b. Individu yang memiliki sifat agreableness dengan nilai rendah adalah idividu yang kasar, klinis, curiga, tidak kooperatif, pendendam, bengis, pemarah, manipulatif (suka manipulasi).

5) Conscientiousness (S), menilai tingkat organisasi, ketekunan, motivasi dalam perilaku berarah tujuan. Berlawanan dengan orang yang bergantung kepada orang lain dan cerewet dengan mereka yang malas dan pembangkang.

a. Nilai tinggi

Individu yang memiliki sifat conscientiousness dengan nilai tinggi adalah individu yang dapat diandalkan, terorganisir, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius, keras hati.


(34)

b. Nilai rendah

Individu yang mempunyai sifat conscientiousness dengan nilai rendah adalah individu yang tidak berjuang, tidak dapat diandalkan, malas, acuh, sembrono, lemah niat, hedonistis.

B. Locus of control

Locus of control (pusat pengendalian) menentukan tingkatan sampai dimana individu meyakini bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada mereka. Beberapa orang merasa yakin bahwa mereka mengatur dirinya sendiri dan memiliki tanggung jawab pribadi untuk apa yang terjadi terhadap diri mereka. Ketika mereka berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh usaha atau keterampilan mereka. Mereka digolongkan sebagai internal. Yang lainnya memandang diri mereka secara tak berdaya diatur oleh nasib, dikendalikan oleh kekuatan dari luar dimana, kalaupun ada, mereka hanya memiliki sedikit pengaruh. Ketika mereka berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh keberuntungan atau karena tugas tersebut merupakan tugas yang mudah. Mereka digolongkan sebagai eksternal .

C.Self efficacy

Self efficacy berpengaruh dengan keyakinan pribadi mengenai kompetensi dan kemampuan diri. Secara spesifik, hal tersebut merujuk pada keyakinan seseorang terhadap kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas secara berhasil. Individu dengan tingkat self efficacy yang tinggi sangat yakin dalam kemampuan kinerja mereka. Konsep self efficacy memasukkan tiga dimensi: besarnya, kekuatan, dan generalitas.


(35)

D.Kreativitas

Kreativitas merupakan ciri kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk meloloskan diri dari pemikiran kaku dan menghasilkan ide yang baru dan berguna. Kreativitas menghasilkan inovasi dan inovasi merupakan sumber kehidupan dari sejumlah perusahaan.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian Manusia

Sumber utama dalam perkembangan kepribadian adalah pembawaan dan lingkungan, dimana keduanya saling berinteraksi dan akan menghasilkan suatu struktur diri yang merupakan faktor penentu dalam kepribadian (Pieter dan lumongga, 2010).

a. Pembawaan

Artinya bahwa pembentukan kepribadian itu merupakan hasil warisan genetis dari kedua orang tua. Warisan genetis yang khas yaitu fungsi intelektual dari otak yang menghasilkan suatu jaringan komunikasi yang akan menentukan kemampuan (potensi diri) seseorang, seperti pola pikir, penalaran, fantasi, pengalaman ataupun pemecahan masalah bagi seseorang dalam melakukan aktivitas ataupun kegiatan perilaku seseorang.

b. Lingkungan

Artinya lingkungan juga merupakan faktor penentu dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian seseorang. Adapun faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh dengan kepribadian adalah lingkungan fisik, psikis, dan sosiokultural.


(36)

c. Stuktur Diri

Yang paling fundamental dalam berfungsinya struktur diri yaitu asumsi-asumsi yang dibuat individu itu sendiri mengenai dirinya sendiri dengan lingkungan. Asumsi-asumsi itu berdasarkan hasil proses pembelajaran yang terdiri dari : 1. Asumsi realitas, yaitu pandangan seseorang mengenai segala sesuatu yang

ada di lingkungan, seperti pikiran atau pandangan mengenai dunia sekitarnya.

2. Asumsi kemungkinan, adalah pandangan seseorang mengenai segala sesuatu yang akan terjadi, seperti perubahan, kesempatan mengembangkan diri, ataupun memperoleh kemajuan sosial.

3. Asumsi nilai, adalah pandangan individu tentang segala sesuatu yang seharusnya, pandangan benar atau salah, baik atau buruk, diterima atau ditolak masyarakat.

2.2.4 Perubahan Kepribadian

Kepribadian pada dasarnya akan mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan fisik dan mental. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kepribadian (Hidayat, 2009) adalah:

1. Faktor fisik : gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat terlarang dan gangguan organik (kecelakaan atau sakit).

2. Faktor lingkungan sosial budaya : krisis politik, ekonomi, keamanan yang menyebabkan cemas, stress, dan masalah sosial.

3. Faktor diri sendiri : tekanan emosional (frustasi berkepanjangan), proses identifikasi atau imitas (meniru).


(37)

2.2.5 Pengukuran Kepribadian

Ada berbagai alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur kepribadian big five, diantaranya NEO-PI-R, HPI, PCI, NEO FFI, AB5C, CPI, Big Five factor Maker, dll. Berbagai inventori tersebut dalam penggunaannya perlu ijin khusus dari penciptanya. Sebagai konsekwensinya instrumen-instrumen tersebut tidak dapat digunakan secara bebas oleh ilmuwan lain. Selain itu, juga tidak memungkinkan orang lain untuk mengembangkan maupun merevisinya. Mengingat hal tersebut Goldberg mempelopori adanya bank item mengenai inventori kepribadian yang di publikasikan dalam Internasional Personality Item Pool (IPIP) website. IPIP website merupakan suatu usaha secara internasional untuk mengembangkan sebuah set inventori kepribadian yang berasal dari item-item domain publik dan skala tersebut dapat digunakan untuk tujuan ilmiah ataupun tujuan komersil (Mastuti, 2005).

Item – item dalam IPIP telah dibandingkan dengan target berbagai inventory kepribadian yang sudah baku, diantaranya dengan Big Five faktor Maker, NEO-PI-R, AB5C, 16 PF, CPI, MPQ, dll. Salah satu yang dibandingkan dengan NEO-PI-R dari 30 faset yang ada item-item dalam ipip mempunyai koefisien alpha 0,64 sampai 0,88. Sementara itu dari item NEO-PI-R yang asli mempunyai koefisien alpha mulai 0,61 sampai 0,84. Hal ini menunjukkan bahwa item-item dalam IPIP mempunyai reliabilitas yang cukup baik. Sementara itu korelasi antara IPIP dan NEO-PI-R mulai 0,51 sampai 0,77 (Mastuti, 2005).


(38)

2.3 Penelitian Terdahulu

Sumbayak (2009) dengan judul skripsi ”Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan”. Penelitian ini menggunakan metode analisis faktor dan analisis jalur satu persamaan jalur. Sehingga dari analisis faktor diperoleh hasil bahwa variabel tipe kepribadian big five personality yang dominan adalah Neurotism, agreeableness dan conscientiousness. Dan di analisis lanjut dengan menggunakan metode analisis jalur satu persamaan jalur, dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tipe kepribadian Neuroticsm, Agreeableness dan conscientiouness secara bersamaan memberi pengaruh sebesar 58,6% terhadap coping stress, dan tipe kepribadian extraversion memberi pengaruh sebesar 20,4% terhadap koping stress (emotion focused coping).

Yana (2005) dengan judul skripsi “Pengaruh Antara tipe Kepribadian Introvert/Ekstrovert Dengan Rasa Malu Pada Remaja Akhir Yang Mendapat Keringanan Tidak Membayar SPP di SMA Ar.Rahman Medan”. Penelitian ini menggunakan metode analsisis regresi linier berganda. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara tipe kepribadian introvert/ekstrovert dengan rasa malu pada remaja akhir dengan nilai korelasi 0,534. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa semakin introvert kepribadian yang dimiliki individu, maka semakin kecil rasa malu yang dialami, sebaliknya semakin ekstrovert tipe kepribadian individu maka rasa malu yang dialami akan semakin besar.


(39)

Gambar 2.1 Secara ringkas tentang teori kepribadian di atas dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Tipologi Konstitusional

A.Hipocrates Gallenus

No Tipe kepribadian Karakteristik individu

1 Melankolis selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.

2 Sanguinis selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.

3 Flegmatis sifatnya lamban dan pemalas,

wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.

4 Koleris bertubuh besar dan kuat, namun

penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.

B. Kretschmer

No Tipe kepribadian Karakteristik Individu

1 Atletis ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada lebar. Tipe watak orang yang berbentuk atletis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

2 Astenis ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki kecil. Tipe watak orang yang astenis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

3 Piknis ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pendek dan kuat, perut besar. Tipe watak orang yang piknis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme,


(40)

menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

4 Displatis ramah, cenderung menjadi maniak depresif, mudah mengadakan kontak sosial atau dunia luar, mudah bergaul, mudah mendapat teman, pergaulan menyenangkan dan mudah merasakan suka dan duka orang lain.

C. Sheldon

No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu

1 Endomorf kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil.

2 Mesomorf Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara.

3 Ektomorf tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otot-otot hampir tidak tampak berkembang.

2. Tipologi Ketidaksadaran

No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu

1 Extrovert sifat-sifat : berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar sekali. Mereka mudah mempegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya.

2 Introvert

sifat-sifat: kurang pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka menyendiri, bahkan sering takut kepada orang lain.


(41)

3. Tipologi Berdasarkan Perilaku Organisasi

A.The Big Five Personality

1 Neurotism a. Nilai Tinggi

indvidu yang memiliki rasa takut yang berlebihan, gugup, emosional, tidak aman, tidak cakap, hypocodriacal.

b. Nilai rendah

individu yang memiliki rasa tenang, rileks, tidak emosional, kukuh, aman, puas diri. 2 Extraversion a. Nilai tinggi

individu yang dapat bersosialisasi, aktif, senang bercakap-cakap, berorientasi pada orang, optimis, menyukai keceriaan, dan lembut.

b. Nilai rendah

Individu yang memiliki sifat pendiam, menahan diri, bijaksana, tidak gembira, menyendiri, berorientasi pada tugas, dan menarik diri.

3 Opennes to experience

a. Nilai tinggi

Individu yang mempunyai minat yang lebih besar, ingin tahu, kreatif, original, imajinatif, tidak tradisional.

b. Nilai rendah

Individu yang konvensional, membumi, sedikit minat, tidak artistik, tidak analitis. 4 Agreeableness a. Nilai tinggi

Individu yang mudah percaya pada orang lain, lembut, ramah, dipercaya, membantu, memaafkan, mudah dibujuk, terang-terangan.

b. Individu yang kasar, klinis, curiga, tidak kooperatif, pendendam, bengis, pemarah, manipulatif (suka manipulasi).

5 Conscientiousness a. Nilai tinggi

Individu yang dapat diandalkan, terorganisir, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius, keras hati.

b. Nilai rendah

Individu yang tidak berjuang, tidak dapat diandalkan, malas, acuh, sembrono, lemah niat, hedonistis.


(42)

B. locus of control

No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu

1 External Individu yang memandang dirinya tak berdaya diatur oleh nasib, dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Ketika mereka bekerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh keberuntungan atau karena tugas tersebut adalah tugas yang mudah.

2 Internal Individu yang yakin bahwa mereka

mengatur dirinya sendiri dan memiliki tanggung jawab pribadi terhadap diri mereka.

C. Self Efficacy

Individu yang mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kompetensi dan kemampuan diri sendiri.

D.Kreativitas

Kreativitas merupakan ciri kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk meloloskan diri dari pemikiran kaku dan menghasilkan ide yang baru dan berguna. Kreativitas menghasilkan inovasi dan inovasi merupakan sumber kehidupan dari sejumlah perusahaan.


(43)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pengaruh Kepribadian dengan Perilaku Caring Perawat. Dimana Caring sebagai inti dari keperawatan merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. Caring membantu pasien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat tersebut adalah kepribadian. Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:


(44)

Kerangka Konsep

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Skema 3.1

Karakteristik Caratif Caring:

1. Humanistik altruistik

2. Menanamkan keyakinan dan harapan

3. Mengembangkan sensitivitas diri dan orang lain.

4. Membina pengaruh saling percaya 5. Meningkatkan dan menerima

ekspresi perasaan positif dan negatif.

6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis.

7. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.

8. Menyediakan lingkungan yang mendukung.

9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia .

10. Mengembangkan faktor kekuatan

eksistensial-fenomenologis. Dimensi Kepribadian:

1.Extraversion 2.Agreeableness 3.Neuroticism

4.Open to experience 5.Conscientiousness


(45)

3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Independen Kepribadian Kepribadian adalah segala corak

perilaku dan sifat yang khas yang ada pada diri seseorang yang membedakan antara individu dengan individu lainnya, baik yang di dapatkan dari lingkungan maupun herediter. Menggunakan kuesioner yang terdiri dari 30 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif dengan pilihan

jawaban sangat sesuai (SS): 4, sesuai (S):3, tidak sesuai (TS): 2, dan sangat tidak sesuai (STS): 1. Pilihan jawaban negatif: SS nilai 1, S nilai 2, TS nilai 3, dan STS nilai 4.

a. Extraversion b.Agreeableness c.neuroticism d.Open to

experience

e.Conscientiousness

Nominal

a. Extroversion Merupakan sifat kepribadian yang terbuka terhadap lingkungan sosial, suka bergaul, berkelompok, suka mencari kesenangan dan aktif. Menggunakan kuesioner dengan jumlah pernyataan 8 item yang terdiri dari 6 pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif.

Dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing

jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.

Nominal

b.Neuroticism Merupakan sifat kepribadian yang dapat mengontrol emosi atau kestabilan Menggunakan kuesioner dengan jumlah pernyataan 8 item yang terdiri dari 6 pernyataan

Dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing

jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.


(46)

emosinya dan cenderung bersifat tenang.

positif dan 2 pernyataan negatif. c. Agreeablene ss Merupakan sifat kepribadian yang mudah setuju pada orang lain, mudah percaya dan ramah. Menggunakan kuesioner dengan jumlah pernyataan 8 item yang terdiri dari 6 pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif.

Dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai. Nominal d.Conscientio usnes Merupakan sifat kepribadian yang tekun, disiplin dan tepat waktu. Menggunakan kuesioner dengan jumlah pernyataan 8 item yang terdiri dari 6 pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif.

Dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.

Nominal

e. Open to

experience Merupakan sifat kepribadian yang tidak monoton, ingin tahu, dan terbuka terhadap pengalaman. Menggunakan kuesioner dengan jumlah pernyataan 8 item yang terdiri dari 6 pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif.

Dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.

Nominal

2 Perilaku caring Semua tindakan yang dilakukan perawat kepada klien yang mencerminka n aktivitas caring. Menggunakan kuesioner yang terdiri dari 19 pernyataan. Dengan Pilihan Jawaban positif yaitu: Sangat Sering : 4

Sering : 3 Kadang – Kadang : 2 Tidak Pernah:1


(47)

Pilihan jawaban negatif: SS nilai 1, S nilai 2, TS nilai 3, dan STS nilai 4.

3.3 Hipotesa

1. Ada pengaruh antara kepribadian extroversion dengan perilaku caring perawat. 2. Ada pengaruh antara kepribadian agreeableness dengan perilaku caring

perawat.

3. Ada pengaruh antara kepribadian neuroticism dengan perilaku caring perawat. 4. Ada pengaruh antara kepribadian open to experience dengan dengan perilaku

caring perawat.


(48)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan (Desain) Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional karena variabel independent dan dependent diukur dan dikumpulkan satu kali saja dalam satu kali waktu atau dalam waktu bersamaan (Setiadi, 2007) sehingga pada penelitian ini tidak terdapat follow up. Penelitian ini menggunakan data primer yang langsung diperoleh dari perawat. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner tentang karakteristik responden, dimensi kepribadian dan karakteristik perilaku caring perawat.

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai Oktober 2012 di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan (RSUP) yang terletak di jalan Prof. HM. Yamin. SH. No 47. Alasan peneliti memilih RSUPM sebagai tempat penelitian adalah karena RSUPM merupakan salah satu rumah sakit rujukan di kota Medan, memiliki populasi perawat yang sangat banyak, sebagai salah satu rumah sakit tempat pendidikan dan oleh karena mudah dijangkau oleh peneliti. Ruangan yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah instalasi rawat inap (IRNA) dengan pertimbangan bahwa kontak perawat klien dilakukan selama 24 jam penuh secara berkesinambungan, sehingga memungkinkan perilaku caring perawat terhadap pasien lebih besar.


(49)

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004 dikutip dari Hidayat, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah 246 perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan tahun 2012.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti ( Arikunto, 2006). Tehnik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Non-probability sampling dengan cara accidental sampling. Accidental sampling merupakan cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu (Hidayat, 2007).

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di ruang rawat inap , bersedia menjadi responden, dan hadir pada saat penelitian. Sedangkan Kriteria eksklusinya yaitu perawat yang bekerja di ruangan intensive dan perawat yang tidak bersedia menjadi responden. Polit dan Hungler (1993) dalam Setiadi (2007), menyatakan bahwa semakin besar sampel yang dipergunakan maka semakin baik dan representatif hasil yang akan diperoleh.

Adapun besarnya sampel menurut rumus yang dikutip dari Nursalam (2008) adalah sebagai berikut :

�= �.�

.. ��(� − �) + ..


(50)

Keterangan :

n = Perkiraan besar sampel N = Perkiraan besar populasi

Z = Nilai standar normal untuk a = 0,05 (1,96)

P = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50 % q = 1-P ( 100 % - p)

d = Tingkat kesalahan yang dipilih ( d = 0,01) � = ��� (�,��)

(,)(,)

(�,��)� (��� − �) + (�,��)� (�,�)(�,�)

= ��� (�,����)(�,��)

(�,����)(���) + (�,����)(�,��)

=���,����

�,����

=��,�

= 70 responden

Berdasarkan formula diatas jumlah sampel minimal adalah 70 responden digenapkan menjadi 100 responden untuk menghindari non respon rate. Dari 100 responden akan diambil secara proportional tiap ruang dari 22 ruangan dengan memakai rumus sebagai berikut:

��= ��

��

Keterangan :

ni = Jumlah sampel tiap ruang n = Jumlah sampel seluruhnya Ni = Jumlah populasi tiap ruang N = Jumlah populasi seluruhnya


(51)

Tabel 4.1

Distribusi Populasi Perawat Pelaksana Di RSUPM No Nama Ruangan Jumlah Populasi Tiap

Ruangan (Ni)

Jumlah Sampel Tiap Ruangan (ni)

1 Raflesia 19 8

2 Vip I(Anggrek 1) 15 6

3 Vip II (Anggrek 2) 11 4

4 Plus A (Mawar 1) 10 4

5 Plus B (Mawar 2) 5 2

6 E.Terpadu 10 4

7 R.XV (Dahlia 1) 14 6

8 R. XVII (Dahlia 2) 10 4

9 R. THT 11 4

10 Lantai V 5 2

11 Lantai VI 15 6

12 Lantai VII 10 4

13 Lantai VIII 11 4

14 R. III (Melati 1) 15 6

15 R. Neurologi (Melati 2)

8 4

16 R. VII/VIII (Melati 3)

12 5

17 R. IX (Kenanga 1) 11 4

18 R. XIV (Asoka 2) 14 6

19 R. XVIII

(Flamboyan)

12 5

20 R. XXI (Asoka 1) 13 5

21 R. XXIII (Matahari) 7 3

22 RRG 8 4

Jumlah 246 orang 100 orang

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini, pertimbangan etik penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.


(52)

Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian yaitu :

1. Self Determination

Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.

2. Informed Consent

Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan.

3. Anonimity

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut. 4. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang ditujukan kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.

Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti menggunakan tiga kuesioner sebagai berikut:


(53)

1. Data demografi, dipergunakan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang terdiri dari nama (inisial), usia, jenis kelamin, dan pendidikan dalam bentuk chek list, yang dipergunakan sebagai kuesioner pembuka.

2. Dimensi kepribadian, dipergunakan untuk mengidentifikasi dimensi kepribadian. Pernyataan-pernyataan pada kuesioner ini merupakan modifikasi dari Internasional Personality Item Pool (IPIP) website dan dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing kepribadian. Aspek dalam kepribadian big five terdiri dari lima faktor besar yaitu extraversion, neuroticism, agreeableenes, conscientiousness dan opennes to experience. Jumlah pernyataan sebanyak 40 item yang terdiri dari 26 pernyataan positif dan 14 pernyataan negatif. Untuk pernyataan positif pilihan jawabannya yaitu sangat sesuai = 4, sesuai = 3, tidak sesuai = 2, sangat tidak sesuai = 1 dan untuk pernyataan negatif penilaian bergerak dari angka 1 sampai 4. Adapun komposisi pernyataan tiap-tiap komponen adalah extraversion 8 item no 1-8 (no 1-6 pernyataan positif dan no 7-8 pernyataan negatif), agreeableness 8 item ( no 9-14 pernyataan positif dan no 15-16 pernyataan negatif), neuroticism 8 item ( no 17-22 pernyataan negatif dan no 23-24 pernyataan positif), open to experience 8 item ( no 25-30 pernyataan positif dan no 31-32 pernyataan negatif), dan conscientiousness 8 item ( no 33-38 pernyataan positif dan no 39-40 pernyataan negatif). Format jawaban menggunakan skala likert. Dalam menjawab kuesioner, responden diminta untuk men chek list pernyataan yang sesuai dengan dirinya .

3. Karakteristik perilaku caring, dipergunakan untuk mengukur perilaku caring perawat dalam bentuk kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri dengan


(54)

mengacu pada tinjauan pustaka. Kuesioner yang digunakan berisi 19 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yaitu sangat sering = 4, sering = 3, kadang-kadang = 2, dan tidak pernah = 1. Dengan demikian skor yang diperoleh paling tinggi adalah 76 dan skor terendah adalah 19. Hasil analisa univariat untuk perilaku caring ditampilkan dalam bentuk tendensi sentral. Dalam menjawab kuesioner, responden diminta untuk men chek list pernyataan sesuai dengan tindakan yang sering di lakukannya.

4.6 Validitas dan Realibilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel yaitu perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Responden yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas tersebut diluar sampel untuk penelitian. Uji validitas yang dilakukan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan validitas isi, yaitu peneliti melakukan validitas kepada orang yang ahli di bidang topik penelitian ini. Selain itu juga dilakukan uji validitas dengan menggunakan rumus pearson product moment. Uji validitas dengan pearson product moment, membandingkan antara r hitung yang didapat dengan r tabel. Pernyataan dikatakan valid bila nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Hasil perhitungan dari uji validitas big five personality didapatkan hasil bahwa terdapat 3 item yang gugur dari 40 item yang ada, sehingga banyaknya butir item yang valid sebesar 37 item. Peneliti sengaja memakai item


(55)

valid tanpa mengganti item yang gugur karena iten-item tersebut dirasa sudah mewakili masing-masing indikator yang diukur. Untuk validitas instrument perilaku caring peneliti melakukan validitas terhadap orang yang ahli dibidangnya.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen cukup dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data serta memberikan hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas menggunakan rumus cronbach alpha. Uji reliabilitas dilakukan pada 30 orang yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel penelitian di tempat yang sama. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Beck, 2004). Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner kepribadian didapatkan nilai sebesar 0,825 dan hasil uji reliabilitas untuk kuesioner perilaku caring didapatkan nilai sebesar 0,786.

4.7 Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada institusi pendidikan program S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian permohonan izin tersebut di kirim ke tempat dimana penelitian dilaksanankan yaitu Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Setelah mendapatkan izin dari pihak rumah sakit, peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Responden diberi kesempatan membaca surat persetujuan sebelum mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu di beri penjelasan dan menandatangani informed consent sebagai tanda persetujuan menjadi responden penelitian. Responden menjawab pernyataan yang terdapat pada lembaran


(56)

kuesioner sesui dengan petunjuk pada masing-masing bagian. Peneliti mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dialami/dirasakan/dilakukan oleh responden dan harus diisi sendiri. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya.

4.8 Pengolahan dan Analisa Data 4.8.1 Pengolahan Data

4.8.2 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi. Setelah semua tahap diselesaikan, dilanjutkan dengan analisa univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmojo, 2010) . Pada penelitian ini yang dibahas secara univariat adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, dimensi kepribadian dan perilaku caring perawat. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Dengan menggunakan perangkat lunak komputer.


(57)

2. Analisa Bivariat

Analisa data bivariat yang dilakukan antara variabel independen dan variabel dependen dilakukan dengan Anova. Analisis varian digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai variabel tak bebas (variabel yang dipengaruhi) dengan pengaruh variabel terkontrol (Supranto, 2004). Untuk dapat menggunakan uji statistic Anova harus dapat dipenuhi beberapa asumsi yaitu varian homogen, setiap kelompok independen, data berdistribusi normal dan jenis data yang dihubungkan adalah numeric dan kategori (> 2 kelompok) (Wahyuni, 2007). Analisa uji bivariat ini akan ditampilkan dalam bentuk tabel korelasi dimana dalam tabel ini akan ditampilkan seberapa besar korelasi atau pengaruh antara variabel independen (dimensi kepribadian) dengan variabel dependen (perilaku caring), selain itu juga akan ditampilkan apakah pengaruh yang terjadi memiliki kemaknaan atau tidak.

Untuk melihat hasil kemaknaan penghitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05 (5%). Bila nilai p value alpha < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna ( ada pengaruh), dan apabila nilai p value > 0,05, berarti hasil perhitungan tidak bermakna ( tidak signifikan atau tidak ada pengaruh).


(58)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai pengaruh antara kepribadian dengan perilaku caring perawat di ruang rawat inap melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 10 Oktober sampai 10 November 2012 terhadap 100 responden di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskriptif karakteristik responden, kepribadian perawat, perilaku caring perawat dan pengaruh kepribadian dengan perilaku caring perawat.

1. Hasil Penelitian

1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik demografi responden dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin dan pendidikan. Deskripsi karakteristik responden pada perawat pelaksana ruang rawat inap dapat dilihat dalam tabel berikut.


(59)

Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi Dan Persentase Karakteristik Responden Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan (N=100)

No Karakteristik Frekwensi Persentase

1 Usia a. 23-26 b. 27-30 c. 31-34 d. 35-38 e. 39-42 f. 43-46 g. 47-50 h. 51-54 6 23 24 11 10 11 12 3 6 % 23% 24% 11% 10% 11% 12% 3% 2 3 Jenis kelamin a. laki-laki b. Perempuan Pendidikan a. D3 b. D4 c. S1 d. SPK 11 89 64 4 31 1 11% 89% 64% 4% 31% 1%

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok usia 31-34 tahun yaitu sebanyak 24 responden (24%), mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu 89 orang (89%) sedangkan jika dilihat dari tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan D3 keperawatan yaitu 64 orang (64%) .

1.2 Perilaku Caring Perawat

Perilaku caring perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan sepuluh faktor caratif caring oleh Watson yang terdiri dari membentuk dan bertindak berdasarkan sistem nilai yang altruistik dan manusiawi, menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope), mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain, membina pengaruh saling percaya dan saling bantu


(60)

(helping-trust), meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan/atau memperbaiki mental, sosiokultural, dan spiritual, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia, mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis, dan dimensi spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh dan ilmiah.

Hasil analisa data berdasarkan kuisioner yang diisi oleh 100 perawat pelaksana menunjukkan bahwa maksimum perawat yang berperilaku caring sebanyak 94 dan minimum 40 sedangkan rata-rata perawat yang berperilaku caring 61, nilai tengah antara perawat yang caring dan tidak caring 61 dan jumlah terbanyak perawat yang caring yaitu 63 meskipun demikian terdapat jarak antara perawat yang caring dan tidak caring yaitu sebanyak 8.

Tabel 5.2 Tendensi Sentral Perilaku Caring Perawat Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan (N=100).

Perilaku Caring Mean Median Modus Std. Deviation

Minimum Maksimum

61 61 63 8 40 94

1.3 Kepribadian Perawat

Kepribadian perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan diidentifikasi dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuisioner. Kuisioner ini terdiri dari beberapa dimensi yaitu kepribadian extraversion, agreeableness, neurotism, open to experience dan conscientiousness.


(61)

responden memiliki tipe kepribadian consientiousness dan extraversion dimana masing – masing jumlahnya adalah 49 responden (49%) dan 20 responden (20%) sedangkan yang lainnya yaitu neuroticism 13 responden (13%), agreeableness 9 responden (9%), dan openness to experience 5 responden (5%). Sisanya 4% berkepribadian kombinasi yang berarti tidak adanya kepribadian yang dominan karena adanya skor yang sama antara dua kepribadian yang lain, yaitu agreeableness dan open to experience sebanyak 4 orang.

Tabel 5.3 Distribusi Frekwensi Kepribadian Perawat Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan (N=100).

Tipe Kepribadian Frekwensi Persentase

1. Extraversion 2. Agreeableness 3. Neuroticism 4. Open to experience 5. Conscientiousness

6. agreeableness dan open to experience 20 9 13 5 49 4 20% 9% 13% 5% 49% 4%

Total 100 100%

1.4Pengaruh Antara Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat

Untuk mengetahui adanya pengaruh antara kepribadian dengan perilaku caring perawat dilakukan uji Anova . Hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Pengaruh Kepribadian Dengan Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan (N=100)

Variabel Sum of

square

df Mean square

Sig.

1 2

Extraversion Perilaku caring

perawat

1442.503 12 120.209 .016

Agreeableness 1460.728 11 132.793 .009

Neuroticism 2097.477 14 149.820 .143

Open to experience 1027.147 13 79.011 .212

Conscientiousness 1982.877 10 198.288 .000

Berdasarkan tabel 5.4 dilihat bahwa dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara tipe kepribadian extraversion dengan perilaku caring


(62)

perawat. Hasil yang di dapat dari perhitungan dengan menggunakan uji Anova didapatkan nilai significance p = 0,016. Oleh karena nilai p < 0,05 yang menjelaskan bahwa Ho ditolak, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan diantara kedua variabel.

Tabel 5.4 juga menunjukkan bahwa di dalam penelitian terdapat adanya pengaruh antara tipe kepribadian agreeableness dengan perilaku caring perawat. Hasil yang di dapat dari perhitungan dengan menggunakan uji Anova didapatkan nilai significance p = 0,009. Oleh karena nilai p < 0,05 yang menjelaskan bahwa Ho ditolak, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat adanya pengaruh yang signifikan diantara kedua variabel.

Berdasarkan tabel 5.4 juga dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara tipe kepribadian neuroticism dengan perilaku caring perawat. Hasil yang di dapat dari perhitungan dengan menggunakan uji Anova didapatkan nilai significance p = 0,143. Oleh karena nilai p > 0,05 yang menjelaskan bahwa Ho diterima, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan diantara kedua variabel.

Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa dilihat bahwa dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara tipe kepribadian open to experience dengan perilaku caring perawat. Hasil yang di dapat dari perhitungan dengan menggunakan uji Anova didapatkan nilai significance p = 0,212. Oleh karena nilai p > 0,05 yang menjelaskan bahwa Ho diterima, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan diantara kedua variabel.

Tabel 5.4 juga memperlihatkan bahwa adanya pengaruh antara tipe kepribadian conscientiousness dengan perilaku caring perawat. Hasil yang di


(63)

dapat dari perhitungan dengan menggunakan uji Anova didapatkan nilai significance p = 0,000. Oleh karena nilai p < 0,05 yang menjelaskan bahwa Ho ditolak, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan diantara kedua variabel.

Berdasarkan keterangan diatas, kepribadian yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perilaku caring perawat pelaksana adalah kepribadian extraversion (0,033<0,05), kepribadian neuroticism (0,009<0,05) dan conscientiousness (0,010 < 0,05).

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang pengaruh kepribadian dengan perilaku caring perawat di ruang rawat inap rumah sakit umum dr. pirngadi medan.

2.1 Kepribadian Perawat

Berdasarkan penelitian ini di dapatkan hasil bahwa dari 100 perawat terdapat 49 perawat (49%) yang memiliki kepribadian conscientiousness, 20 perawat (20%) kepribadian extraversion, agreeableness sebanyak 9 perawat (9%), Neuroticism 13 perwat (13%) dan open to experience 5 perawat (5%). Sisanya 4 perawat (4%) berkepribadiaan kombinasi yang berarti tidak adanya kepribadian yang dominan karena adanya skor yang sama antara dua kepribadian, yaitu antara agreeableness dan open to experience sebanyak 4 orang.


(64)

Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa tipe kepribadian yang dimiliki perawat bervariasi. Hal ini sesuai dengan teori Purwanto yaitu setiap individu memiliki kepribadian yang khas yang membedakan dirinya dengan individu lain, begitu pula halnya dengan perawat, mereka memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda yang menurut teori big five personality dapat dibedakan atas lima tipe yaitu kepribadian conscientiousness, extraversion, agreeableness, Neuroticism, dan open to experience.

Menurut Weller (2005) kepribadian merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan, begitu pula halnya pada perawat. Mereka memiliki tipe kepribadiannya masing-masing yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka termasuk perilaku caring perawat terhadap pasien.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2007) terhadap 18 responden yaitu Perawat Bedah Di Ruang Rawat Inap Gladiol Rumah Sakit Umum dr. Soetomo Surabaya.

2.2 Perilaku Caring Perawat

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa maksimum perawat yang berperilaku caring sebanyak 94 dan minimum 40 sedangkan rata-rata perawat yang berperilaku caring 61, nilai tengah antara perawat yang caring dan tidak caring 61 dan jumlah terbanyak perawat yang caring yaitu 63 meskipun demikian terdapat jarak antara perawat yang caring dan tidak caring yaitu sebanyak 8.Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Perawat Di


(65)

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan tergolong perawat yang mengaplikasikan perilaku caring terhadap pasien.

Hasil penelitian ini di dukung oleh hasil penelitian dari Agustini (2007) yang menyatakan bahwa lebih dari separuh responden (51%) bersikap caring dan 49 responden yang belum bersikap caring. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku caring perawat masih perlu ditingkatkan.

Caring merupakan esensi dari praktek keperawatan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Caring dapat mempengaruhi kehidupan seseorang secara bermakna, dan memicu eksistensi yang lebih memuaskan. Caring merupakan suatu proses yang memberikan kesempatan pada seseorang, baik pemberi asuhan maupun penerima asuhan untuk pertumbuhan pribadi (Morison & Burnard, 2009).

Watson dengan teori of human care mempertegas bahwa caring sebagai jenis pengaruh dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi klien sebagai manusia. Bentuk pengaruh perawat dan klien adalah pengaruh yang wajib dipertanggungjawabkan secara professional (Tomey & Aligood, 2006). Aspek utama perilaku caring menurut Watson tercermin dalam sepuluh caratif faktor yaitu membentuk dan bertindak berdasarkan sistem nilai yang altruistik dan manusiawi, menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope), mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain, membina pengaruh saling percaya dan saling bantu (helping-trust), meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan/atau memperbaiki mental, sosiokultural, dan


(1)

Lampiran7

TASAKSI DANA

No Uraian Biaya

1. Fotokopi sumber-sumber/referensi skripsi Rp 100.000,- 2 Biaya print sumber penelitian dari internet Rp 60.000,- 3. Biaya penyusunan dan print proposal penelitian Rp 150.000,- 4. Biaya konsumsi sidang proposal Rp 150.000,- 5. Biaya izin administrasi penelitian Rp 270.000,-

6. Fotokopi kuesioner Rp 100.000,-

7. Transportasi Rp 100.000,-

8. Cendera mata Rp 120.000,-

9 Penggandaan proposal penelitian 3 buah Rp 60.000,- 10. Biaya print skripsi penelitian Rp 80.000,- 11. Penggandaan skripsi penelitian 3 buah Rp 100.000,- 12. Biaya konsumsi presentasi sidang akhir Rp 100.000,-

13. Biaya tak terduga Rp 100.000,-


(2)

Lampiran 8

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Rumbun Sirait

Tempat Tanggal Lahir : Ajibata, 20 Mei 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Pembangunan No.3

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1998 - 2003 : SD Negeri 094150 Parapat 2. Tahun 2003 - 2005 : SLTP Negeri 2 Parapat

3. Tahun 2005 – 2007 : SMA St.Laurensius Bintang timur P.Siantar

4. Tahun 2007 – 2010 : D – III di Akademi Perawatan Darmo Medan


(3)

(4)

(5)

(6)