Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Sebagai Substitusi Dedak Padi Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung (Gallus gallus Domesticus) Chapter III V

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini
berlangsung selama 3 bulan dimulai pada Desember 2016 sampai februari 2017.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC ayam
kampung sebanyak 100 ekor usia 1-12 minggu sebagai objek penelitian, pakan
konsentrat yang terdiri dari biji nangka, tepung jagung, dedak padi, tepung ikan,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil inti sawit (BIS), minyak dan tepung
mineral. Obat-obatan seperti vaksin ND dan vaksin gumboro, rhodalon untuk
membersihkan tempat pakan dan minum vitamin. Air minum yang diberikan
secara ad libitum.
Alat
Adapun alat yang digunakan adalah kandang yang terdiri dari 20 unit
dengan ukuran 70 x 80 x 70 cm, tempat pakan dan minum, timbangan untuk
menimbang pakan dan ternak, alat penerang sekaligus sebagai alat pemanas, alat
tulis, ember, alat pembersih kandang dan perlengkapan fumigasi. Mesin copper

untuk mencacah biji nangka yang telah dikeringkan, mesin grinder untuk
menghaluskan biji nangka.

13
Universitas Sumatera Utara

14

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
(RAK) non faktorial dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok.
Adapun perlakuan yang diteliti adalah sebagai berikut :
P0 = Ransum dengan 0 % tepung biji nangka + 30 % dedak padi
P1 = Ransum dengan 10 % tepung biji nangka + 20% dedak padi
P2 = Ransum dengan 20 % tepung biji nangka + 10% dedak padi
P3 = Ransum dengan 30 % tepung biji nangka + 0 % dedak padi)
Kombinasi unit perlakuan sebagai berikut :
KI
P0
P2

P4
P3

KII
P3
P2
P0
P1

KII
P3
P0
P1
P2

Model linier RAK dengan banyaknya kelompok (ulangan ) k dan banyaknya
perlakuan t adalah:

Yij=μ−αi+βj−ϵij
dimana i =1,2,…,t dan j = 1,2,…,r

Dengan:
Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
μ = mean populasi
τi = pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
βj = pengaruh aditif dari kelompok ke-j
εij = pengaruh acak dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Universitas Sumatera Utara

15

Parameter Penelitian
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum diukur setiap minggu sekali yaitu, selisih antara jumlah
ransum yang diberikan dengan sisa ransum.
Konsumsi ransum = Ransum awal(g)- ransum sisa(g)
Tinggi rendahnya tinggi rendahnya konsumsi pakan dipengaruhi faktor
eksternal yaitu ligkungan dan faktor internal atau kondisi ternak itu sendiri yang
meliputi temperatur lingkungan, palatabilitas, status fisiologi yaitu umur, jenis
kelamin dan kondisi tubuh, konsentrasi nutrien,bentuk pakan, bobot tubuh, dan

produksi (Kartadisastra,1994).
Konsumsi

pakan

seekor

ternak

perlu

diketahui

untuk

dapat

mengoptimalkan jumlah pakan yang diberikan, karena pemberian pakan yang
kurang optimal akan mengakibatkan pertumbuhan ternak yang kurang maksimal.
Tinggi rendahnya


konsumsi pakan dapat diketahui dengan menimbang berat

ransum ternak yang diberikan dikurangi sisa pakan dalam jangka waktu tertentu
dan umumnya dinyatakan atas dasar bahan keringJumlah konsumsi pakan
merupakan faktor penentu yang paling penting untuk menentukan jumlah nutrien
yang didapat oleh ternak dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi
(Sanusi, 2006).

Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan berat badan diperoleh dengan mengurangi berat badan akhir
dengan berat badan awal penelitian.
Pertambahan Bobot Badan = Bobot badan akhir(g) - bobot badan awal(g)

Universitas Sumatera Utara

16

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan bobot
hidup, bentuk dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen tubuh seperti

otot, lemak, tulang dan organ. Pertumbuhan dapat dinyatakan dengan
pertambahan bobot badan. Kenaikan bobot badan dapat terjadi karena
kemampuan ternak dalam mengubah nutrien pakan yang dikonsumsi menjadi
daging dan lemak (Soeparno,1992).

Konversi Ransum (Feed Conversion Ratio)
Merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan
pertambahan berat badan. FCR merupakan tolak ukur untuk menilai tingkat
efisiensi penggunaan ransum.
Konsumsi pakan (g)

Konversi pakan = Pertambahan

Bobot Badan (g)

Konversi ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan jumlah
konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang
dicapai pada minggu itu (Rasyaf, 2004)
Konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah pakan yang
dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai dalam kurun waktu

yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan
tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti
semakin baik konversi pakan tersebut (Anggorodi, 1990).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetik, umur,
berat badan, tingkat konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, palatabilitas,
dan hormon (Champbell dan Lasley, 1985).
Rataan konversi pakan untuk ayam kampung umur 10-16 minggu adalah
sebesar 3,84. Hal ini dapat disebabkan oleh Efisiensi penggunaan pakan dapat

Universitas Sumatera Utara

17

diketahui dari konversi pakan yakni jumlah pakan yang dikonsumsi untuk
mencapai pertambahan bobot badan per satu kilogram bobot badan (Purba, 1999).

Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan kandang dan peralatan
Kandang terlebih dahulu didesinfeksi dengan detergen dan rodhalon
kemudian difumigasi KMnO4 dan formalin kemudian dibiarkan selama 3 hari.

Peralatan kandang dibersihkan dan didesinfeksi sebelum digunakan.
2. Persiapan biji nangka


Dicucilah biji nangka pada air bersih yang mengalir sampai bersih dan tidak
ada yang licin lagi.



Direbuslah biji nangka pada air mendidih selama 10-15 menit untuk
menghilangkan getahnya.



Ditiriskan dan dinginkan biji nangka yang telah matang kemudian diiris tipistipis agar mudah dikeringkan.



Dijemur biji nangka di bawah sinar mata hari untuk mengeringkannya selama
3-4 hari atau sampai dirasa cukup kering. Haluskan irisan biji nangka yang

telah kering menggunakan blender/grinder sampai menjadi bubuk atau
tepung.



Di ayak menggunakan penyaring untuk memisahkan bagian tepung yang
halus dan yang kasar. Kumpulkan yang kasar kemudian di blender/grinder
lagi untuk memperoleh tepung yang halus.

Universitas Sumatera Utara

18

4. Persiapan ayam buras
Sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan,
terlebih dahulu dilakukan penimbangan agar bisa diketahui kisaran bobot badan
awal yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemilihan secara acak (random)
untuk menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing
plot yang tersedia sebanyak 4 ekor.
5. Penyusunan Ransum

Bahan pakan semuanya dibeli dari poultry shop, kecuali tepung biji
nangka, kemudian bahan–bahan tersebut disusun sesuai dengan formula ransum.
Teknik penyusunan ransum dilakukan sekali dalam satu minggu secara manual,
yaitu dengan mencampurkan bahan pakan yang telah ditimbang sesuai dengan
formulasinya.
6. Pemberian pakan
Pakan yang berikan selama penelitian adalah ransum yang telah disusun
yang tersedia secara adlibitum dan dilakukan penimbangan sebanyak 2 kali dalam
satu hari. Pakan yang sisa ditimbang untuk mengetahui jumlah konsumsi pada
berbagai perlakuan.
7. Pengambilan data
Data konsumsi ditimbang setiap hari, pertambahan bobot badan ditimbang
setiap minggu dan konversi ransum dihitung diakhir dari periode pemeliharaan.
8. Analisis Data Pengujian
Parameter dilakukan dengan analisa sidik ragam, bila perlakuan tidak
berbeda nyata (F Hitung < 0,05) atau sangat nyata (F Hitung > 0,01) dilanjutkan
dengan uji beda nyata.

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum merupakan banyaknya jumlah ransum yang dimakan
oleh ternak akan digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi
ternak. Konsumsi ransum dapat dihitung dengan pengurangan jumlah ransum
yang diberikan dengan pakan sisa pada tempat pakan. Konsumsi pakan
merupakan hal yang penting, karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
baik untuk hidup pokok maupun produksi.
Meningkatnya ransum yang dikonsumsi akan memberikan kesempatan ada
tubuh untuk meretensi zat-zat makanan yang lebih banyak, kebutuhan protein zatzat makanan yang lebih banyak, sehingga kebutuhan protein terpenuhi.
Konsumsi pakan dapat diketahui dengan menimbang berat ransum ternak
yang diberikan dikurangi sisa pakan yang dihitung setiap hari selama penelitian
(gr/ekor/hari). Rataan konsumsi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Rataan konsumsi ransum ayam kampung selama penelitian
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
Jumlah
Rataan

KI
342,71
343,21
355
333
1373,92
343,48

KII
345
345,17
345
345,71
1380,88
345,22

KIII
360,89
348,75
362,85
352,32
1424,81
356,2025

Total
1048,60
1037,13
1062,85
1031,03
4179,61

Rataan
349,53
345,71
354,28
343,67

sd
±9,90
±2,80
±8,94
±9,80

348,40

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi tertinggi terdapat pada
P2 sebesar 354,28 g/ekor/minggu sedangkan konsumsi terendah terdapat pada
P3 sebesar 343,67 g/ekor/minggu.

19
Universitas Sumatera Utara

20

Pemberian tepung biji nangka dalam ransum menunjukkan hasil yang tidak
nyata nyata terhadap konsumsi. Hal ini berkaitan erat dengan kandungan nutrisi
pada dedak padi yang hampir sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Kartadisastra (1994) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya konsumsi pakan
dipengaruhi faktor eksternal yaitu ligkungan dan faktor internal atau kondisi
ternak itu sendiri yang meliputi temperatur lingkungan, palatabilitas, status
fisiologi yaitu umur, jenis kelamin dan kondisi tubuh, konsentrasi nutrien,bentuk
pakan, bobot tubuh, dan produksi.
Tabel 6. Analisis ragam konsumsi ransum ayam kampung selama penelitian
SK
Kelompok
Perlakuan

DB

JK

KT

F Hitung

2
3

380,67
196,21

190,33
65,40

6,20
2,13tn

184.10
760,99

30,68
286,41

Galat
6
Total
11
Keterangan: tn = tidak nyata

F Tabel
0,05
0,01
19,33
99,33
8,94
27,91

Konsumsi pakan ternak dipengaruhi oleh kondisi ternak itu sendiri dan
kondisi lingkungan pada saat pemeliharaan sehingga mempengaruhi tingkat
konsumsi ayam kampung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanusi (2006) yang
menyatakan bahwa konsumsi pakan seekor ternak perlu diketahui untuk dapat
mengoptimalkan jumlah pakan yang diberikan, karena pemberian pakan yang
kurang optimal akan mengakibatkan pertumbuhan ternak yang kurang maksimal.
Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting untuk
menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan selanjutnya
mempengaruhi tingkat produksi

Universitas Sumatera Utara

21

Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan (PBB) mencakup pertumbuhan dalam bentuk
berat jaringan-jaringan pembangun seperti: tulang, jantung, otak, dan semua
jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pertambahan
bobot badan dapat diukur dengan cara mengurangkan bobot badan akhir dengan
bobot badan awal persatuan waktu dalam satuan gram/ekor/minggu. Penimbangan
dilakukan satu kali dalam seminggu. Rataan pertambahan bobot badan ayam
kampung selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan pertambahan bobot badan ayam kampung (g/ekor/minggu)
Perlakuan
KI
KII
KIII
Jumlah
Rataan
sd
P0
75,62
107,18
113,75 296,555
98,85 ±20,38
P1
74,06
107,81
119,37 301,245
100,41 ±23,54
P2
74,37
108,43
94,68 277,485
92,49 ±17,13
P3
73,12
108,75
120,62
302,5
100,83 ±24,71
Jumlah
297,18
432,17
448,43 1177,78
Rataan
74,29
108,04
112,10
98,14
Hasil analisa keragaman pertambahan bobot badan dapat dilihat pada
Tabel 7 yang menunjukkan bahwa substitusi dedak padi dengan tepung biji
nangka menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata terhadap pertambahan
bobot badan ayam kampung. Hal ini disebabkan konsumsi pakan yang relatif
sama dan kandungan nutrisi pakan yang sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Soeparno (1992) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering dan kandungan
nutrien pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertambahan bobot
badan ternak.

Universitas Sumatera Utara

22

Tabel 8. Analisis ragam pertambahan bobot badan ayam kampung selama
penelitian
SK

DB

JK

KT

F Hitung

Kelompok
Pelakuan
galat
total

2
3
6
11

3445,74
134,15
301.39
3881,28

1722,87
44,71
50,23
1817,81

34,30
0,89tn

F Tabel
0,05
0,01
19,33
99,33
8,94
27,91

Keterangan: tn = tidak nyata

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan
ayam kampung selama penelitian adalah tidak nyata antar perlakuan (P0,P1, P2,
P3). Rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada P3 sebesar 100,83
gram/ekor/hari sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada
P2 sebesar 92,49. Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang berbeda
tidak nyata (F Hitung < 0,05) terhadap konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa
substitusi dedak padi dengan tepung biji nangka memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam kampung. Namun
kecenderungan rataan pertambahan bobot badan pada P3 (100,83) lebih tinggi bila
dibandingkan dengan P0, P2 dan P3. Dalam hal ini menunjukkan bahwa kandungan
nutrisi pada dedak padi dan tepung biji nangka dapat dicerna dan dimanfaatkan
oleh ternak dengan baik, baik untuk hidup pokok dan untuk produksi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Tillman et al., (1984) yang menyatakan bahwa
produktifitas ternak sangat dipengaruhi oleh jumlah pakan dan nutrisi yang dapat
dimanfaatkan oleh ternak. Kualitas nutrisi yang dilihat dari aspek energi yang
terkandung di dalam pakan yang dikonsumsi, tidak semuanya dimanfaatkan oleh
ternak, ada termanfaatkan, sebagian lainnya terbuang melalui feses, urin, gas
metan dan panas. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Gatenby (1986)
yang menyatakan bahwa ternak menyerap energi di dalam pakan terutama untuk

Universitas Sumatera Utara

23

hidup pokok, dan apabila masih ada kelebihan energi akan digunakan untuk
produksi, namun sebagian energi diserap di dalam tubuh akan dikonversi menjadi
panas tubuh.
Dari hasil penelitian di atas diperoleh bahwa konsumsi pada P0 lebih
tinggi dibandingkan dengan konsumsi pada P1. Sementara pada pertambahan
bobot badan ditemukan bahwa pertambahan bobot badan pada P1 lebih tinggi
daripada P0. Kecenderungan hal ini kemungkinan disebabkan oleh kadungan asam
amino yang terkandung pada tepung biji nangka lebih lengkap. Hubungan antara
konsumsi dan pertambahan bobot badan di atas tidak sesuai dengan pernyataan
Anggorodi (1994) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan yang rendah akan
menyebabkan kekurangan zat makanan yang dibutuhkan ternak dan akibatnya
akan menghambat penimbunan lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup
pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai
jaringan lemak dan daging.

Konversi Ransum
Konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk
menilai efisiensi penggunaan ransum serta kualitas ransum. Konversi ransum
adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan
bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Rasyaf (2004), menyatakan bahwa,
konversi ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan jumlah konsumsi
ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada
minggu itu. FCR dapat dicari dengan cara membagikan antara jumlah ransum
yang habis dikonsumsi oleh ayam kampung dalam jangka waktu tertentu dengan

Universitas Sumatera Utara

24

bobot hidup. Rataan koversi ransum ayam kampung dapat dilihat pada
Tabel 9 berikut:
Tabel 9. Rataan konversi ransum ayam kampung selama penelitian.
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
Jumlah
Rataan

KI
7,91
8,13
8,35
7,98
32,37
8,09

KII
5,63
5,6
5,56
5,56
22,35
5,58

KIII
5,55
5,11
6,7
5,11
22,47
5,61

Jumlah
19,09
18,84
20,61
18,65
77,19

Rataan
6,36
6,28
6,87
6,21

±sd
±1,34
±1,62
±1,40
±1,54

6,43

Hasil analisa keragaman konversi ransum dapat dilihat pada Tabel 9 yang
menunjukkan bahwa substitusi dedak padi dengan tepung biji nangka
menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata terhadap konversi ransum. Hasil
yang tidak berbeda nyata tersebut disebabkan karena penggunaan tepung biji
nangka sebagai substitusi dedak padi dalam ransum

tidak mempengaruhi

pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat
Champbell dan Lasley (1985) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi konversi ransum adalah genetik, umur, berat badan, tingkat
konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, palatabilitas, dan hormon.
Tabel 10. Analisis ragam konversi ransum ayam kampung selama penelitian
SK

DB

JK

KT

F Hitung

Kelompok
Perlakuan
Galat
total

2
3
6
11

16,53
0,79
1,01
18,34

8,26
0,26
0,16

49,09
1,58tn

F Tabel
0,05
0,01
19,33
99,33
8,94
27,91

Keteranagan : tn = berbeda tidak nyata

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa konversi ransum ayam kampung selama
penelitian adalah tidak berbeda nyata antar perlakuan (P0, P1, P2, P3). Konversi
ransum tertinggi terdapat pada P2 sebesar 6,87 sedangkan konversi ransum
terendah terdapat pada P3 sebesar 6,21. Semakin rendah nilai konversi ransum

Universitas Sumatera Utara

25

maka semakin efektif penggunaan ransum tersebut sebagai pakan ternak.
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata
(F Hitung < 0,05) terhadap konversi ransum. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian dedak padi dan tepung biji nangka tidak memberikan pengaruh yang
tidak nyata terhadap konversi ransum ayam kampung. Namun kecenderungan
konversi ransum pada P3 (6,21) lebih rendah bila dibandingkan dengan P0, P2 dan
P3. Dalam hal ini menunjukkan bahwa pemberian P3 sebagai pakan ternak ayam
kampung lebih efektif bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1990), yang menyatakan bahwa konversi
ransum adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan
pertambahan bobot badan yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi
pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan tingkat efisiensi
penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik
konversi pakan tersebut. Perlakuan yang diberikan menunjukkan bahwa konversi
ransum yang diberikan tergolong efisien yaitu 3,55 sesuai dengan pernyataan
menurut Purba (1999) rataan konversi pakan untuk ayam kampung umur 10-16
minggu adalah sebesar 3,84. Hal ini dapat disebabkan oleh efisiensi penggunaan
pakan dapat diketahui dari konversi pakan yakni jumlah pakan yang dikonsumsi
untuk mencapai pertambahan bobot badan per satu kilogram bobot badan. Dari
hasil penelitian ditemukan bahwa P2 merupakan konsumsi tertinggi sementara P0
berada diurutan kedua, sementara dalam pertambahan bobot badan P2 lebih tinggi
jika dibandingkan dengan P0. Konversi ransum adalah hasil bagi antara konsumsi
dengan pertambahan bobot badan. Besar konsumsi ransum dan pertambahan
bobot badan menentukan konversi pakan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Universitas Sumatera Utara

26

Martawidjaja (1998), yang menyatakan bahwa pakan yang berkualitas baik dapat
menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan
semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi minimal namun menghasilkan
pertambahan bobot badan yang tinggi.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Untuk melihat rekapitulasi hasil penelitian

pemanfaatan tepung biji

nangka sebagai substitusi dedak padi dalam ransum terhadap performans ayam
kampung ( konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum)
dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
Tabel 11. Rekapitulasi hasil penelitian
Rataan parameter
Perlakuan
P0
P1
P2
P3

Konsumsi Pakan
(g/ekor/hari)
349,53
345,71
354,28
343,67

PBB (g/ekor/hari)

Konversi Pakan

98,85
100,41
92,49
100,83

3,53
3,44
3,83
3,40

Berdasarkan hasil rekapitulasi diatas diperoleh bahwa substitusi dedak
padi dengan tepung biji nangka dalam ransum memberikan pengaruh yang tidak
nyata terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum pada
ayam kampung.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemanfaatan tepung biji nangka mampu menggantikan pemberian dedak
padi dalam ransum terhadap performans ayam kampung bila ditinjau dari segi
konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.

Saran
Disarankan kepada peternak untuk menggunakan tepung biji nangka
untuk menggantikan dedak padi dalam ransum ayam kampung.

27
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Usaha Pemanfaatan Ampas Sagu Fermentasi dalam Ransum Ayam Kampung (Gallus domesticus) Umur 12 Minggu

4 80 64

Fenotipe Dan Genotipe Ayam Hutan Merah (Gallus gallus gallus) Dan Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) Di Watutela Dan Ngatabaru Sulawesi Tengah

1 10 264

Fenotipe Dan Genotipe Ayam Hutan Merah (Gallus gallus gallus) Dan Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) Di Watutela Dan Ngatabaru Sulawesi Tengah

0 4 127

Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Sebagai Substitusi Dedak Padi Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung (Gallus gallus Domesticus)

0 0 10

Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Sebagai Substitusi Dedak Padi Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung (Gallus gallus Domesticus)

0 0 2

Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Sebagai Substitusi Dedak Padi Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung (Gallus gallus Domesticus)

0 0 3

Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Sebagai Substitusi Dedak Padi Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung (Gallus gallus Domesticus)

1 4 9

Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Sebagai Substitusi Dedak Padi Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung (Gallus gallus Domesticus)

0 0 3

Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Sebagai Substitusi Dedak Padi Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung (Gallus gallus Domesticus)

0 0 12

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DALAM RANSUM AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU

0 0 12