STRATEGI GURU KELAS MENINGKATKAN MOTIVAS

STRATEGI GURU KELAS MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR
SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH
Wakidatul Muflikah
Guru Madrasah Ibtidaiyyah Bachrul Ulum
Bandongan Magelang
Muflikah50@gmail.com
abstract
This paper describes how classroom teachers can develop motivation to
learning in accordance with the students’ need. This is backed by their
complex function in many important areas as in the subjects of studies as
well as in classroom management and student counselors, compare to
those of subject teachers. Comprehensive task can provide a complete
picture of the class conditions and its every student. Such information is
vital to the cultivation of every students' motivation to learning
intrinsically.
Keywords: strategy, calssroom teacher, motivation to learn

A. Pendahuluan
Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru Dan
Dosen menjelaskan, Guru adalah pendidik yang professional dengan tugas

utama memndidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Di
tingkat pendidikan dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyyah (MI), guru
dibedakan dalam guru kelas dan mata pelajaran (bidang Studi).
Zainal dalam Nurhayati menjelaskan bahwa guru kelas artinya guru
harus dapat mengajarkan berbagai materi pelajaran. Guru tidak hanya
dituntut untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang telah ditetapkan,
tetapi guru harus menguasai dan menghayati secara mendalam semua
materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu, dalam memberikan materi
pelajaran guru mempunyai peranan dan tugas sebagai pengelola proses
belajar mengajar dikelas yang dituntut banyak inisiatif dan penuh
kreativitas. Jadi penguasan terhadap semua materi pelajaran mutlak
dimiliki oleh seorang guru sekolah dasar. Nurhayati kemudian
mendefinisikan guru bidang studi dengan guru yang mengajar mate
pelajaran tertentu sesuai kualifikasi yang dipersyaratkan.
Perbedaan dalam penguasaan materi didukung masa tatap muka
juga ada dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas yang

WAKIDATUL MUFLIKAH


diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional didsarkan pada
ruang lingkup kerja, jam kerja, uraian tugas, beban kerja guru. Guru kelas
mempunyai Beban kerja dengan mengampu paling sedikit 1 (satu)
rombongan belajar/kelas dalam satu minggu secara penuh pada satu
satuan pendidikan dasar. Beban kerja Guru bidang studi adalah
mengampu paling sedikit dua puluh empat jam tatap muka dan paling
banyak empat puluh jam tatap muka dalam 1 satu minggu pada satu atau
lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah
atau Pemerintah Daerah.
Dampak Perbedaan keduanya ternyata tidak berhenti sampai di
situ. Penelitian Nurhayati menyimpulkan ada pengaruh pada hasil
belajar, khususnya studi Matematika di sekolah dasar. Siswa yang diajar
oleh guru bidang studi lebih tinggi dibandingkan yang diajar oleh guru
kelas, dimana guru bidang studi memberikan pengajaran secara fokus
pada salah satu pelajaran saja sehingga materi yang disampaikan benar
benar secara mendetail dan guru bidang mengajarkan mata pelajaran
sesuai dengan keahliannya.
Dalam kesimpulannya, Nurhayati menemukan bahwa guru kelas

memiliki kelemahan karena mengajarkan hampir seluruh mata pelajaran
yang ada. Pikiran mereka terbagi-bagi dalam satu hari itu sehingga kurang
fokus pada salah satu pelajaran yang disampaikan, dan guru kelas
mengajarkan pelajaran secara garis besarnya saja. Oleh karena itu, Ia
menyarankan siswa yang mempunyai IQ tinggi diajar oleh guru kelas,
karena siswa yang mempunyai IQ tinggi mempunyai daya serap yang
tinggi pula. Hal tersebut sesuai dengan guru kelas yang mengajarkan
pelajaran secara garis besarnya saja, begitu juga sebaliknya siswa yang
mempunyai IQ rendah memerlukan pengarahan yang khusus karena daya
serapnya kurang. Oleh sebab itu, guru bidang studi sangat cocok mengajar
siswa IQ rendah karena guru bidang studi mengajarnya secara terperinci
sesuai bidang studi yang diajarnya.1
Nurhayati kemudian juga mengindentifikasi permasalahan yang
timbul dalam penguasaan materi studi dari guru kelas dengan mengutip
Sunhaji yang menjelaskan guru kelas mempunyai fungsi membantu
kepala sekolah dengan memimpin kelas, mengatur kegiatan yang
berhubungan dengan proses pendidikan dan pembelajaran, pengelolaan
kelas dan administrasi kelas. Selain itu, ia juga dibebani sebagai guru
pembimbing yang kegiatannya antara lain: Mengumpulkan data tentang
siswa; Menyelenggarakan bimbingan kelompok; Meneliti kemajuan dan

perkembangan siswa (akademik, sosial, fisik, pribadi); Mengawasi
kegiatan siswa sehari-hari; dan memberikan penerangan, serta lainnya.
Keterbatasan dalam pemberian bimbingan juga ditemukan Samisih
22

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

STRATEGI GURU KELAS MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH

dalam penelitiannya tentang peran guru kelas dalam menangani kesulitan
belajar siswa sekolah dasar melalui layanan bimbingan belajar.
keterbatasan terutama ada dalam hal yang berkaitan dengan waktu yang
kurang untuk bertatap muka dengan siswa sementara tetap masih punya
kewajiban untuk mengajar. Bimbingan siswa dalam jumlah yang cukup
banyak tidak bisa dilakukan secara intensif, dalam semua bentuk
layanannya, seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi
tertentu, dan sebagainya. Di samping itu guru juga mempunyai
keterbatasan – keterbatasan dalam memberi bimbingan terhadap murid.
Temuan lainnya bahwa guru kelas tidak terlatih untuk untuk menangani

masalah-masalah siswa yang bermacam-macam.2
Semua perbedaan tentu mempunyai dampak lain dalam
pembelajaran kelas termasuk di madrasah Ibtidaiyyah. Salah satu
dampaknya timbul dalam strategi peningkatan motivasi belajar terhadap
siswa, sebagai tugas penting guru kelas untuk mengefektifkan pengelolaan
pembelajaran dalam kelas. Tugas penting motivasi guru kelas dijelaskan
oleh Mizlawaty Hamzah. untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang
tinggi, maka peranan guru dan siswa itu sendiri sangatlah dibutuhkan,
sebab hanya seorang gurulah dan siswa itu sendiri yang mampu
menumbuhkan motivasi belajar siswa pada saat berada di dalam kelas,
serta seorang gurulah yang dapat menentukan keberhasilan program
pendidikan di Sekolah Dasar.3
B. Pengertian Motivasi Belajar
Pemahaman motivasi belajar mengharuskan pemahaman kepada
pengertian motivasi terlebih dahulu sebelum dikaitkan dengan belajar.
asal katanya dari kata motif. Motif merupakan hal yang bersifat abstrak
dan tidak bisa diamati oleh panca indra, namun keberadaannya pada
seseorang dapat disimpulkan berdasarkan kegiatan atau perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang.
Dalam setiap kegiatan seseorang aktivitas dalam rangka pencapaian

suatu tujuan, ia didorong oleh berbagai macam dorongan, baik yang berasal
dari dalam diri ataupun dorongan yang berasal dari luar diri orang itu.
Suatu atau hal yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan
itulah yang dinamakan motif.
Sardiman kemudian membatasi motif dengan daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif menjadi daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitasaktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bila daya penggerak itu
telah menjadi aktif dinamakan motivasi.4
Motivasi kemudian adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku. Suryabrata dalam Djaali mendefinisikannya

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

23

WAKIDATUL MUFLIKAH

sebagai keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.5
Usai menjelaskan tentang motivasi, Sardiman menjelaskan tentang

belajar secara terpisah. Ia memberikan pengertian tentang belajar dari
berbagai sarjana pendidikan. Whittaker mengartikan belajar sebagai
proses dimana tingkah laku diubah melalui latihan atau pengalaman. Dari
Slameto, belajar menjadi suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan dalam
interaksi dalam lingkungan. Bairae menekankan belajar berupa perubahan
tingkah laku yang relatif tetap diakibatkan oleh pengalaman dan latihan.
Definisi terkahir dikutip dari Mustofa Fahmi. Belajar yaitu ungkapan yang
menunjukkan aktifitas untuk menghasilkan perubahan tingkah laku atau
pengalaman. Sardiman kemudian menyimpulkannya sebagai usaha
penguasaan materi pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan
menuju pembentukan kepribadian seutuhnya dengan penambahan
pengetahuan.67
Oleh karena itu kemudian, ia mengartikan motivasi belajar berupa
keseluruhan daya penggerak dalam diri peserta didik yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan kegiatan belajar dan
memberikan arahan pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh peserta didik dapat tercapai.8
C. Macam-Macam Motivasi Belajar
Motivasi brgantung pada keberadaan motif. Woodworth dan Marquis

mengklasifikasikan motif atas tiga macam yaitu kebutuhan-kehutuhan
organik seperti kebutuhan atau dorongan untuk minum-makan, seksual,
bernafas, Motif darurat, seperti dorongan untuk menyelamatkan diri,
dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha. Motif kedua itu
telah ada sejak lahir namun timbul karena perangsang dari luar.
Karenanya dapat dipelajari serta berkembang dengan bergantung pada
perangsang dari luar. Yang terakhir adala motif objektif yang timbul karena
dorongan dalam menghadapi dunia luar baik sosial maupun non social.9
Dari sisi periodisasi, motivasi dalam meningkatkan proses belajar
ada tiga bentuk yang harus diperhatikan yaitu:
1) Motivasi jangka panjang.

Seorang murid yang belajar secara tekun guna menghadapi ulangan
umum atau ujian akhir, mempunyai motivasi jangka panjang. Setiap kali
ia selalu memaksa diri untuk dapat mengerti hal yang dijelaskan oleh
pengajarnya. Motivasi seperti ini mempunyai arti sama pentingnya dengan
inteligensi yang baik.10
2) Motivasi jangka pendek.

Motivasi jenis ini merupakan minat saat itu, yang dibutuhkan agar

24

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

STRATEGI GURU KELAS MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH

para pendengar mengerti penjelasan pengajar. Motivasi ini sangat
dipengaruhi oleh motivasi jangka panjang. Dan sebaliknya motivasi jangka
panjang memperoleh isi dari jangka pendek.
3) Kadar surut ingatan (regresi).

Yang dimaksud dengan kadar surut ingatan atau regresi adalah
proses melemahnya ingatan seseorang akan sesuatu hal. Siswa dengan
kadar surut ingatan-ingatan yang tinggi mudah lupa akan masalah yang
dijelaskan oleh pengajar. Seorang dapat memperkecil regresi siswasiswanya atau mahasiswa dengan jalan menanamkan motivasi kepada
mereka, baik motivasi jangka panjang ataupun motivasi jangka pendek.
Tetapi regresi juga dapat berkurang apabila seorang mahasiswa
mempunyai banyak kepentingan dengan hal yang diajarkan karena
kepentingan dapat memperkuat motivasi seseorang.11

Santrock kemudian membagi motivasi ekstrinsik dan intrinsik.12
Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan yang
lain. Kemunculannya sering dipengaruhi dengan insentif eksternal seperti
imbalan dan hukuman. Misalnya, siswa belajar keras dalam menghadapi
ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari
nilai baik sebagai hadiah, yaitu insentif pengerjaan tugas yang bertujuan
untuk kontrol perilaku siswa, dan informasi penguasaan keahlian.
Yang kedua adalah motivasi intrinsik, yaitu melakukan sesuatu
demi pencapaian sesuatu itu sendiri. Misal, siswa belajar menghadapi
ujian karena dia memang berminat padanya. Siswa termotivasi untuk
belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang
sesuai dengan kemampuan mereka. Motivasi kedua kembali dibagi
menjadi: 1) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan
personal. Artinya, siswa ingin percaya bahwa perbuatannya karena
kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. 2)
Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal yang terjadi ketika
siswa merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu
aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang dianggap imbang, tidak
terlalu sulit maupun mudah.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar pada mulanya adalah suatu kecenderungan
alamiah dalam diri manusia. Perkembangan kemudian tidak hanya
sekedar menjadi penyebab dan mediator belajar tetapi juga sebagai hasil
belajar itu sendiri. Semua itu terjadi karena ada factor-faktor yang
diketahui bisa mempengaruhi seseorang dalam belajar. Dalam garis
besarnya, motivasi belajar dipengaruhi dengan banyak faktor.
Oemar Hamalik kemudian menjabarkan beberapa factor motivasi
belajar sebagai berikut:

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

25

WAKIDATUL MUFLIKAH

1. Tingkat kesadaran siswa akan kebutuhan yang mendorong tingkah
laku/perbuatannya dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak
dicapai.
2. Sikap guru terhadap kelas, guru yang bersikap bijak dan selalu
merangsang siswa untuk berbuat kearah suatu tujuan yang jelas dan
bermakna bagi kelas.
3. Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu kuat maka
motivasinya lebih cenderung ke sifat ekstrinsik.
4. Suasana kelas juga berbengaruh terhadap muncul sifat tertentu pada
motivasi belajar siswa.
Sebagian yang lain mencukupkan dalam dua katogori factor, yaitu
factor anak dan lingkungan yang dijabarkan sebagai berikut;
1. Faktor anak atau individu belajar,
Yang termasuk dalam faktor ini adalah, kecerdasan, kesehatan dan
kemampuan untuk belajar, hal ini dapat mempengaruhi dalam proses
belajar mengajar. Woldkowski dan Jaynes juga mengidentifikasi bahwa
hasil pencapaian nilai rata-rata yang tinggi dan nilai prestasi ujian
tertinggi di sekolah adalah indikator utama bagi murid yang berhasil.
Penekanan yang besar pada nilai dan angka sebagai dasar tujuan
terpenting keuntungan belajar akan memberikan tekanan kepada
murid-murid untuk mencari jalan yang paling berguna sebagai cara untuk
mendapatkan pengakuan dari luar terhadap apa yang telah mereka
pelajari. Selain itu hal ini mendorong murid-murid kesebuah jalan yang
kecil dan belajar tanpa kegembiraan.
Sumadi menjabarkan faktor anak yang berpengaruh antara lain
sebagai berikut;
a. Faktor-faktor fisiologis, baik keadaan jasmani secara umum ataupun
tertentu yang berkaitan dengan pembelajaran
b. Faktor-faktor psikologis, antara lain;
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan berkeinginan
untuk selalu maju.
3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,
dan teman-teman.
4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran.13
2. Faktor lingkungan, yaitu kondisi diluar diri anak berupa lingkungan
fisik dan social
a. Lingkungan fisik besar pengaruhnya terhadap proses belajar mengajar,
seperti alat belajar, letak geografis, lingkungan, dan keadaan keluarga
26

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

STRATEGI GURU KELAS MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH

dan sebagainya. Untuk itu harus termasuk dalam perhitungan masalah
lingkungan. Lingkungan harus diciptakan dalam tujuan pendidikan.
Sumadi membaginya menjadi dua
a. Lingkungan sosial,
Lingkungan yang berkaitan dengan interaksi dengan orang lain.
faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu hadir secara langsung
maupun tidak langsung. Woldkowski dan Jaynes tiga pengaruh utama
dalam motivasi belajar selain factor anak, yaitu: budaya, keluarga,
sekolah.14
1) Budaya.
Masing-masing kelompok etnis telah menetapkan dan menyatakan
secara tidak langsung nilai-nilai yang berkenaan dengan pengetahuan,
baik dalam pengertian akademis maupun tradisional. Nilai-nilai ini
diberikan melalui beberapa cara seperti pengaruh agama, mitos dan
dongeng-dongeng dari kebudayaannya, undang- undang politik untuk
pendidikan, status gaji para guru, serta melalui beberapa harapan-harapan
orang tua yang berkenaan dengan persiapan anak-anak mereka untuk
sekolah dan peran mereka dalam hubungannya dengan sekolah.
Kebudayaan juga telah banyak menyuarakan tentang penghargaan apa
yang harus dicapai dan diharapkan bagi murid-murid yang sedang belajar.
Seperti halnya pada budaya Jepang. Masyarakat Jepang
menempatkan suatu nilai yang tinggi atas keberhasilan pendidikan
selain itu, prestasi di sekolah sangat berat kaitannya dengan kebaikan
pribadi. Bersekolah merupakan persoalan moral. Sehingga, ketika seorang
murid menyerahkan usaha kerasnya dalam mengejar pendidikan
akademisnya, hal ini tercermin secara positif dalam diri murid itu sebaik
mencerminkan keluarganya.
2) Keluarga.
Berdasarkan penelitian dan pengalami klinisnya, orang tua
berpengaruh utama dalam motivasi belajar seorang anak. Pengaruh
mereka terhadap perkembangan motivasi belajar anak-anak memberi
pengaruh yang sangat kuat dalam setiap tahap perkembangannya.
Kenyataannya, keterlibatan orang tua secara antusias adalah karakteristik
yang paling umum. Orang tua merupakan guru pertama dan paling
penting dalam kehidupan seorang anak.
3) Sekolah.
Penelitian maupun pengalaman klinis membuktikan guru-guru
yang bisa meningkatkan motivasi murid adalah mereka yang memberikan
perilaku professional yang bisa dipelajari dan memiliki karakteristik
yang sebagian besar dibawah control diri mereka. Salah satu ciri guru yang
bisa memotivasi adalah antusiasme. Para guru tersebut peduli dengan apa
Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

27

WAKIDATUL MUFLIKAH

yang mereka ajarkan dan mengomunikasikan dengan murid-murid bahwa
apa yang sedang mereka pelajari itu penting. Namun antusiasme bukan
lahir dari gen namun dipengaruhi oleh sebuah tujuan perasaanperasaannya dan sebuah
kegembiraan
berbagi
pengetahuan,
kebanggaan
akan profesinya berhubgnan dengan peningakatan
pembelajaran siswa.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, Salahuddein dkk.
mengharapkan guru perlu menciptakan kondisi sesuatu proses yang
mengarahkan peserta didik itu melakukan aktifitas belajar. Untuk dapat
belajar yang baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula.
Memberikan motivasi kepada peserta didik, berarti menggerakkan siswa
untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.
Diantara hal yang dapat mendorong peserta didik belajar adalah :
hadiah berupa pujian, benda, uang, ataupun lainnya, juga hal lain yang
merupakan motivasi belajar, antara lain disebutkan sebagai berikut :
a) Kelengkapan alat pengajaran
b) Sikap guru yang simpatik
c) Keberhasilan dan kerapian ruangan
d) Kata-kata guru yang menyenangkan dan berwibawa
e) Kerajinan dan Ketelitian guru dalam memeriksa pekerjaan siswa
f) Kesadaran akan tujuan dan manfaat pelajaran
g) Rasa bersaing
h) Keseluruhan hubungan, dan lain sebagainya.15
Semua factor selanjutnya perlu dikelola secara seksama guna
ketepatan dalam motivasi belajar. Woldkowski dan Jaynes menegaskan
bahwa
semua kemungkinan di dunia yang paling baik bagi
pengembangan motivasi belajar adalah ketika ada keselarasan dari
semua pengaruh motivasi belajar tersebut. Jika nilai budaya bisa
menghargai usaha sebagai bagian yang diperlukan dari belajar, keluarga
serta sekolah juga memberikan dukungan persetujuan sepenuhnya dengan
penghargaan ini, maka para siswa akan tahu, menerima dan mengenali
penghargaan tersebut.
E. Strategi Guru Kelas Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama
memndidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Ciri-ciri
Profesionalitasnya diutarakan oleh Mizlawaty Hamzah antara lain; Para
guru dituntut mampu bercakap-cakap sesuai keahlian serta tugas-tugas
khusus keguruannya; ia memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab;
28

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

STRATEGI GURU KELAS MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH

wawasan sosial yang luas; kepribadian yang baik, berakhlakul karimah;
dan pengakuan dari masyarakat dan atau Negara.16
Kapasitas yang luas dari pengelola kelas hingga pembimbing siswa
bisa memberikan gambaran lengkap tentang kondisi kelas beserta
siswanya bagi guru kelas. Senjaya dalam Samisih menyebutkan, sebagai
pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki
pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.17 Peran itu bisa
menjadi dasar untuk pengembangan motivasi belajar tiap siswa. Perhatian
itu didasari dengan kondisi masing-masing siswa dan menyesuaikannya
dengan situasi perkembangan sekolah.
Dalam hubungan ini, guru harus berusaha agar siswa memiliki
minat belajar yang tinggi. Motivasi intrinsik ini menonjolkan dorongan
belajar yang berasal dari dalam dirinya sendiri, sehingga ia berbuat untuk
memenuhi kebutuhan itu. Guru kelas kemudian
harus berusaha
membangkitkan semangat untuk mencapai hasil yang tinggi dan bukan
hanya sekedar berhasil. Siswa bisa terdorong untuk berupaya keras yang
mencapai hasil yang tinggi karena keinginan diri sendiri.
Dari hasil penelitian Hoover dalam Oemar Hamalik, Hamzah
menjelaskan beberapa prinsip bagi guru dalam mengembangkan motivasi
belajar. Diantaranya adalah sebagai berikut;18
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman.
b. Para siswa membutuhkan psikologis yang bersifat dasar yang perlu
mendapat kepuasan.
c. Dorongan yang muncul dari dalam (Intrinsik), lebih efektif
dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar (Ekstrinsik),
dalam menggerakkan motivasi belajar siswa.
d. Tindakan-tindakan atau respons siswa yang sesuai dengan tujuan,
perlu diberikan penguatan untuk memantapkan hasil belajar.
e. Motivasi mudah menular kepada orang lain.
f. Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa.
g. Minat siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan oleh
diri sendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang
dibebankan oleh orang lain.
h. Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari
luar kadangkadang diperlukan untuk merangsang minat belajar siswa.
i. Penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
j. Minat khusus yang dimiliki siswa akan sangat bermanfaat dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa manakala dihubungkan dengan
Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

29

WAKIDATUL MUFLIKAH

materi pelajaran yang akan disampaikan.
k. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat siswa yang
tergolong lamban, ternyata kurang bermanfaat untuk siswa yang
tergolong cepat belajar.
l. Tidak semua kecemasan berdampak negativ terhadap motivasi belajat
siswa.
m. Keadaan psikologis yang serius seperti kecemasan dan emosi yang
berat dapat menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar.
n. Tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikerjakan akan menyebabkan
frustasi kepada siswa, bahkan dapat mengakibatkan munculnya efekefek negativ, seperti munculnya perbuatan-perbuatan menyimpang
(misalnya menyontek atau mencontoh).
o. Setiap siswa memiliki kadar emosi yang berbeda.
p. Pengaruh kelompok sebaya pada umumnya lebih efektif dibandingkan
pengaruh orang dewasa dalam membangkitkan motivasi belajar siswa
bagi para remaja.
q. Motivasi berhubungan dengan peningkatan kreativitas.
Guru kelas kelas dalam meningkatkan motivasi belajar secara
intrinsik bisa melakukan hal-hal sebahgai berikut :
1. Menunjukan dari kegiatan belajar yang akan dilaksanakan sehubungan
dengan tujuan dan materi pelajaran.
2. Membesarkan hati siswa dengan menerangkan, bahwa mereka pasti
akan berhasil, apabila mau berusaha dengan sungguh-sungguh.
3. Memberikan penjelasan dengan cara yang menarik dan mudah
dipahami siswa, apapun metode yang digunakan sesuai dengan
pilihannya.
4. Bersifat simpatik dan tidak menakutkan.
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya.
6. Memberikan kesempatan untuk menjawab atau memecahkan masalah
yang dianjurkan teman.
7. Mempergunakan alat dengan cara yang tepat, sehingga siswa lebih
memahami pelajaran.
8. Bersifat adil dalam memberikan kesempatan, memberikan tugas,
meminta bantuan, menghakimi suatu perkara, memberikan pujian,
memberikan larangan, memberikan sangsi, memberikan bantuan dan
menilai pekerjaan siswa.
9. Segera memberikan atas tugas pelajaran yang telah dikumpulkan dan
segera pula membagikan kepada siswa.
10. Memberikan kesempatan untuk menanyakan, jika terdapat kesalahan
30

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

STRATEGI GURU KELAS MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH

yang tidak dipahami.
11. Memberikan kesempataan untuk ikut serta memecahkan masalah
bersama, misal: rencana sinau wisata atau silaturrahmi.
12. Mengatur ruangan kelas sedemikian rupa sehingga siswa merasa betah
belajar, bersih, rapi, dan sebagainya.
13. Bersedia minta maaf dan memaafkan.
14. Belajar tepat pada waktunya.
15. Merapikan dan menjaga kebersihan pakaian.
16. Menyesuaikan bahan pelajaran dengan tingkat kemampuan siswa.
17. Memberikan tugas dan pelajaran rumah dan memeriksanya.19
Dalam mata pelajaran, Hamzah dari Fathurrohman dan Sutikno
menyarankan guru kelas juga dapat melengkapi dengan pemberian motivasi
berupa; (1) Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik, (2) Hadiah,
(3) Saingan/Kompetisi, (4) Pujian, (5) Hukuman, (6) Membangkitkan
dorongan kepada peserta didik untuk belajar, (7) Membentuk kebiasaan
belajar yang baik, (8) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik
secara individual maupun kelompok, (9) Menggunakan metode yang
bervariasi dan (10) Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta
harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.20
F. Penutup
Guru kelas merupakan komponen penting dalam pengembangan
minat dan motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Ia
berperan aktif dan menempatkan dirinya sebagai tenaga profesional.
Dalam arti khusus dapat dikatakan setiap guru harus bertanggung jawab
untuk membawa para siswanya ke araah kedewasaan dengan memberikan
motivasi belajar Guru kelas berperan penting dalam peningkatan motivasi
belajar siswa dari dalam dirinya sendiri. Sebab motivasi belajar siswa
dapat meningkat jika guru kelas sering memberikan rangsangan dari luar.
Motivasi belajar intrinsic itu dikembangkan dengan mengombinasikan
fungsi guru kelas dalam mata pelajaran, pengelolaan kelas dan bimbingan
siswa.
Catatan Akhir

1 Nurhayati, “Perbedaan Pengaruh Fungsi Guru (Guru Bidang Studi Dengan Guru
Kelas) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Tingkat IQ Siswa,” Jurnal
Formatif 4(2): 140-149, 2014.
2 Samisih, “Peran Guru Kelas Dalam Menangani Kesulitan Belajar Siswa Sekolah
Dasar Melalui Layanan Bimbingan Belajar,” Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, Vol. 1
No. 1 Juli 2014, h. 58-68
3 Mizlawaty Hamzah, “Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Ips Kelas V Sdn 5 Telaga Kabupaten Gorontalo,”
http://kim.ung.ac.id/index.php/ KIMFIP/article/viewFile/4154/4130
4 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali
Press, 2011), h.73
5 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 101

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

31

WAKIDATUL MUFLIKAH

6Sardiman, Interaksi …, h. 20
7Ibid.
8Ibid, h. 20
9 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres. 1987) h.72
10Ad. Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: PT Gramedia, 2006 ), h.1
11Ibid.
12 John W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group,
2007), h. 156
13Sardiman, Interaksi …, h.221.
14 R.J. Wlodkowski, dan J.H. Jaynes, Motivasi Belajar, (Jakarta : Cerdas Pustaka,
2004), h. 89-90
15 Mahfudh Shalahuddin dkk.,Metodologi Pendidikan Agama, (Surabaya: Bina
Ilmu, 1987), h. 30
16 Hamzah, “Peran …”
17 Samisih, “Peran…”
18 Hamzah, “Peran …”
19 Ibid, hal, 32.
20 Hamzah,” Peran…”

Daftar Pustaka
Ad. Rooijakkers. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: PT Gramedia, 2006 .
Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
John W.Santrock. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group,
2007.
Mahfudh Shalahuddin dkk. Metodologi Pendidikan Agama. Surabaya:
Bina Ilmu, 1987.
Mizlawaty Hamzah. “Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas V Sdn 5 Telaga Kabupaten
Gorontalo.”
http://kim.ung.ac.id/index.php/
KIMFIP/article/viewFile/4154/4130
Nurhayati. “Perbedaan Pengaruh Fungsi Guru (Guru Bidang Studi Dengan
Guru Kelas) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari
Tingkat IQ Siswa.” Jurnal Formatif 4(2): 140-149, 2014.
R.J. Wlodkowski, dan J.H. Jaynes. Motivasi Belajar. Jakarta : Cerdas
Pustaka, 2004.
Samisih. “Peran Guru Kelas Dalam Menangani Kesulitan Belajar Siswa
Sekolah Dasar Melalui Layanan Bimbingan Belajar.” Jurnal Ilmiah
Mitra Swara Ganesha, Vol. 1 No. 1 Juli 2014, h. 58-68
Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar., Jakarta:
Rajawali Press, 2011.
Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. Jakarta Rajawali Pres. 1987.

32

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016