Relevansi Migrasi dengan Dinamika Sosial

Ujian Tengah Semester Hubungan Internasional di Eropa
Nama - Hendry Samuel Pangaribuan
NPM Kelas C

Relevansi Migrasi dengan Dinamika Sosial-Ekonomi sebagai Parameter Keterlibatan dalam
Uni Eropa
Ketidakstabilan atau kurangnya kapabilitas sebuah pemerintahan

negara

dalam

mencapai kesejahteraan masyarakatnya, menjadi salah satu alasan dibalik tingginya tingkat
migrasi di negara tersebut. Berfokus pada ekonomi, perkembangan hubungan antar negara
mempermudah masyarakat untuk bermigrasi ke negara yang dirasa menyediakan kesempatan
perbaikan ekonomi, untuk mengeliminasi kemiskinan dan mencapai perkembangan umat
manusia yang berkelanjutan. Hubungan antara tingkat migrasi dan perkembangan ekonomi
menyentuh aspek remitansi, komunitas diaspora, formasi modal, dan struktur sosial, baik
pengirim maupun penerima migran.1 Menyimpulkan data dari The British Broadcasting
Corporation, kontribusi migran terhadap kondisi fiskal Benua Eropa didasari oleh tolak-ukur
kapabilitas dari sosial-ekonomi, terhadap gelombang kumulatif migran dan gross domestic

product. Penulis akan berfokus pada empat negara Benua Eropa, yakni Republik Slovenia,
Republik Ceko, Konfederasi Swiss, dan Islandia.
Perubahan alur migrasi mempengaruhi kondisi negara-negara Eropa. Setelah Bulgaria
memperketat alur migrasi, alur tersebut berubah dan salah satunya adalah melalui Croatia dan
Slovania menuju Austria, Jerman, Swiss, dan Skandinavia. 2 Slovenia mengalami kirisis
ekonomi dalam sektor keuangan publik, terutama sosial-ekonomi. Tidak sedikit migran yang
menetap di Slovenia menyebabkan penurunan drastis kesempatan kerja bagi masyarakatnya,
lemahnya daya saing masyarakat terhadap migran yang mampu memenuhi persyaratan
kapabilitas kerja di Slovenia kemudian mendukung rendahnya rasio ketenagakerjaan di
negara tersebut. Mengkombinasikan data migran Slovenia oleh UNICEF dan International
Organization for Migrant untuk Eropa, penulis menemukan peningkatan GDP per kapita
sebesar 9.004, dan peningkatan Human Development Index sebesar 0.05% di Slovenia pada
periode tahun 2000-2010, sebagai hasil dari respon Slovenia terhadap krisis migran berupa
pengurangan kuota kerja migran sebesar 24% dalam periode yang sama.
Ceko sebagai negara penerima migran mendapati keuntungan arus migran dalam
bentuk peningkatan tingkat kesuburan, yang berkontribusi positif terhadap Natural Increase
Index negara tersebut. Terbukanya Ceko bagi migran sejak tahun 2001 berdampak pada
1 Remittances Unit, World Bank, “Impact of Migration on Economic and Social Development: A Review of
Evidence and Emerging Issues,” 2010, Washington D.C., World Bank Research and Publications.
2 Jernej Zupacic, “The European Refugee and Migrant Crisis and Slovenia Response,” European Journal of

Geopolitics, 4, 2016, pg. 95-121.

Ujian Tengah Semester Hubungan Internasional di Eropa
Nama - Hendry Samuel Pangaribuan
NPM Kelas C

jumlah migran sejak tahun 2001 hingga 2007 yang peningkatannya hingga 450.000 migran. 3
Hal ini menyebabkan peningkatan pada indeks kesuburan dan jumlah penduduk, namun efek
samping dari peningkatan ini yakni semakin ketatnya persaingan dalam bursa kerja. Para
migran dari negara barat kerap kali mendapatkan akses pendidikan lebih baik di negara Ceko.
Memperhitungkan umur penduduk, rata-rata umur penduduk Ceko ialah 40 tahun, sedangkan
mayoritas migran ada pada umur 30an tahun, yang berarti penduduk Ceko lebih mendekati
penghujung umur produktif, dan memberikan kesempatan bagi migran untuk mendapatkan
pekerjaan dengan periode umur produktif yang lebih panjang. Data menunjukan bahwa pada
tahun 2002 migran dari barat dapat menempati jabatan yang sama hingga 10 tahun masa
kerja, sedangkan penduduk setempat hanya selama 8-9 tahun masa kerja pada jabatannya.4
Swiss tidak memiliki permasalah serius terkait migran, dengan memperhitungkan
penutupan akses migran sebagai respon dari krisis ekonomi Swiss pada tahun 2008.
Menganut asas protectionism, penulis beranggapan bahwa respon ini berorientasi pada
perlindungan masyarakat domestik Swiss, dalam ranah mikroekonomi, produktifitas dan

pertumbuhan, efisiensi dalam pengeluaran sektor publik, dan keberlangsungan stabilitas
sosial-ekonomi. Pada masa krisis ekonomi 2008, pemerintah Swiss dan beberapa negara The
Organization for Economic Co-operation and Development mengaplikasikan pengetatan arus
migran, yakni i) menyesuaikan batas numerik; ii) memperkuat pasar tes pekerja; iii)
membatasi probabilitas untuk mengubah status dan pembeharuan izin; iv) menerapkan
kondisi pelengkap untuk alirat non-discretionary; dan v) mendukung pengembalian migran.5
Krisis migran di Islandia bermula dari pembaharuan pemerintahannya, yang bertujuan
pemberdayaan migran, namun tidak sesuai ekspektasi, meledaknya arus migran
menyebabkan krisis ekonomi di Islandia dalam bentuk pengangguran dan hutang warga
negara akibat tertutupnya akses perbaikan ekonomi. Ketika gerbang terhadap migran dibuka,
persentasi alur migran meningkat sebesar 7%. Sebagai penanggulangan , pemerintah Islandia
menutup arus migran dari Romania dan Bulgaria agar mengstabilkan aspek-aspek sosial
ekonomi negaranya.6 Namun kebijakan ini hanya berdampak positif pada pengurangan arus,
3 Marketa Arltova, Jitka Langhamrova, “Migration and Ageing of The Population of The Czech Republic and
The EU Countries,” Prague Economic Papers, 1, 2010, pg. 64-65.
4 Daniel Munich, “A Tumultuous Decade Employment Outcomes of Immigrants in The Czech Republic,”
Washington, DC and Geneva: Migration Policy Institute and International Labour Office, 2014.
5 Jonathan Chaloff, Jean, Jean-Christophe Dumont, dan Thomas Liebig, “The Impact of The Economic Crisis
on Migration and Labour Market Outcomes of Immigrants in OECD Countries,” Research Report OECD
(2010), International Migration Outlook, Paris, pg. 41.

6 Guðný Björk Eydal and Guðbjörg Ottósdóttir, “Immigration and The Economic Crisis: The Case of Iceland,”
Rannsóknarritgerðir, 4, 2009, pg. 17.

Ujian Tengah Semester Hubungan Internasional di Eropa
Nama - Hendry Samuel Pangaribuan
NPM Kelas C

tidak pada tingkat edukasi Islandia, dengan pada faktanya bahwa pelamar asylum per kapita
pada tahun 2015 dapat menurun hingga dibawah 5%, namun foreign-born student memiliki
askses pendidikan yang lebih baik pada periode tahun 2003-2012. 7 Penulis mengindikasikan
adanya gejala xenophobia dalam masyarakat Islandia, dimana mereka merasa terancam
secara finansial dan keamanan dari eksistensi para migran.
Mengingat hukum atau peraturan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa bersifat hampir
mengikat, setiap kebijakan atau aturan yang dikeluarkan terkait migrasi, akan berpengaruh
pada dinamika ekonomi dan politik setiap anggota negaranya. Melihat kebijakan migrasi oleh
U.E., dapat dinilai bahwa adanya mispresepsi dalam memprediksi masa depan ketika
kebijakan ini diadakan, pada faktanya negara-negara anggota – khususnya negara
berkembang – U.E. mengalami krisis, terutama dalam bidang ekonomi. Krisis dimulai dari
pengadaan Schegen Agreement yang meleluasakan perpindahan manusia antar negara
anggota, yang belum tentu memiliki kapabilitas penampungan migran.8 Swiss adalah salah

satu contoh negara Eropa yang tidak bergabung dalam U.E. dan mengalami kesuksesan
dalam mengatur migran, bahkan mengadakan perjanjian dengan U.E. terkait migran.
Perjanjian tersebut meliputi pembatasan kuantitatif migran dan mobilitas masyarakat U.E.,
dan masyarakat Swiss sendiri pun menolak hadirnya migran di negara mereka dalam jumlah
yang tinggi.9
Slovenia adalah negara dengan dinamika politik dan ekonomi yang kurang baik, dan
perlu pengadaan reformasi. Pada faktanya, sebelum bergabung dengan U.E., Slovenia
memiliki hutang pemerintah publik terhradap GDP sebesar 20%, dan sekarang menjadi
60%.10 Persentase ini menunjukan meningkatnya pendanaan tambahan dan investasi untuk
perbaikan ekonomi, yang dapat diindikasikan bahwa sektor ekonomi semakin percaya kepada
pemerintah Slovenia itu sendiri. Kemudian, pada tahun 2004 Slovenia secara resmi
bergabung dengan U.E., dengan tujuan untuk menjadi negara yang lebih stabil, memiliki
kekuatan dalam pengambilan keputusan dala hubungan internasional, mendapatkan

7 Lidia Farre dan Ryuichi Tanaka, “Refugees and Economic Migrants: Facts, Policies and Challenges,” 2016,
London, Centre for Economic and Policy Research.
8 Shubham Poddar, “European Migrant Crisis: Financial Burden or Economic Opportunity?” (2016). Social
Impact Research Experience (SIRE). 43.
9 Sergio Carrera, Elspeth Guild dan Katharina Eisele, “No Move without Free Movement: The EU-Swiss
Controversy over Quotas for Free Movement of Persons,” (2015), Brussels, Centre for European Policy Studies.

10 Maja Brenzik, “Crisis in Slovenia: From “Gradualism to “Colonization”,” Alter Summit, European Union,
Slovenia.

Ujian Tengah Semester Hubungan Internasional di Eropa
Nama - Hendry Samuel Pangaribuan
NPM Kelas C

keuntungan ekonomi terkait adanya free trade agreement yang mempermudah aktifitas
ekonomi antar negara anggota U.E.11
Ceko bergabung dengan U.E. dengan orientasi perbaikan ekonomi, mengingat Ceko
tidak memiliki kodisi ekonomi yang baik, situasi populasi negara tersebut pun tidak berada
pada kondisi yang memadai. Ekspektasi pemerintah setelah bergabung dengan U.E. pada
tahun 2004 adalah perbaikan ekonomi, stabilisasi kondisi politik domestik negara, dan
mendapatkan posisis yang kuat dalam pengambilan keputusan.12
Islandia pada faktanya membutuhkan kerjasama ekonomi dengan negara-negara U.E.,
menimbang dari sudut pandang Teori Ekonomi Klasik, yang menyatakan bahwa untuk
meningkatkan perdagangan internasional dan kesejahteraan masyarakat, diperlukan adanya
kerjasama lintas-batas negara dalam bidang tersebut. U.E. tentu menyediakan wadah
demikian, dengan hadirnya European Free Trade Area dan European Economic Area yang
juga diikuti oleh Islandia. Terdapat beberapa alasan implisit mengapa, menurut penulis,

Islandia lebih baik untuk tidak bergabung dengan U.E., yakni kapabilitas Islandia yang
mampu bertahan dari segi pertahanan dan stabilitas politik tanpa harus bergabung dengan
U.E. Menurut sejarah dan dapat dilihat hingga sekarang, Islandia memiliki comparative
advantage dalam bidang militer dan sumber daya (hydro dan geothermal power).13
Swiss tetap menjalin beberapa kerjasama tertentu dengan U.E., yakni dalam bidang
perpindahan manusia, modal ekonomi, keamanan, perpajakan, edukasi dan aglikultur yang
diatur dalam perjanjian bilateral I dan II. Sejatinya, Swiss merasa tidak perlu adanya
kerjasama lebih dalam, dengan memperhitungkan aspek kehilangan akan hak penentuan
pendapat masyarakat (referenda) dan inisiatif penduduk, juga Swiss merasa akan tercapainya
perkembangan ekonomi yang stabil dengan perjanjian yang telah terjalin tanpa harus menjadi
bagian dari U.E.14
Menarik kesimpulan, alur dan arus migrasi memiliki dampak yang signifikan terhadap
dinamika sosial, politik dan ekonomi sebuah negara, baik positif ataupun sebaliknya.
Kebijakan alur dan arus migrasi sebuah negara dapat ditentukan baik oleh kepemerintahan itu
sendiri, maupun oleh integrasi geo-politik organisasi regional. Slovania, Ceko, Swiss dan
Islandia mengalami dampak yang berbeda, dipengaruhi oleh keterlibatan atau ketidak11 The Government Public Relations and Media Office, “Slovenia European Union Member by 1 May 2004,”
(2004).
12 Standard Eurobarometer 72, “National Report Executive Summary Czech Republic,” (2009), European
Commission.
13 Hilmarsson, “Iceland and Economic Integration: In or Outside the European Union?"

14 Elżbieta Kużelewska, “Do the Swiss Not Want to Join the European Union? Swiss Referenda on European
Integration,” Research Gate (2017): 94.

Ujian Tengah Semester Hubungan Internasional di Eropa
Nama - Hendry Samuel Pangaribuan
NPM Kelas C

terlibatannya dalam Uni Eropa, dari aspek implementasi kebijakan migrasi dan ekonomi yang
saling berhubungan. Karenanya, spektrum dari migrasi dan dampaknya terhadap dinamika
sebuah negara sangatlah luas, sebuah implementasi kebijakan dalam hubungan internasional
harus memperhatikan segala aspek yang hadir akan keberadaan sebuah negara, guna
mencapai tujuan dari kebijakan tersebut.