Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus (DM)
2.1.1 Definisi
Diabetes mellitus adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh kecacatan pada sekresi insulin,
kinerja insulin atau keduanya. Insulin adalah hormon yang di produksi oleh sel
beta di pankreas yang diperlukan untuk menggunakan glukosa dari makanan yang
di cerna menjadi sumber energi. Hiperglikemia kronis pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ yang
berbeda terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.1

2.1.2 Klasifikasi diabetes mellitus
Klasifikasi diabetes menurut ADA (American Diabetes Association)
adalah :
a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Diabetes mellitus tergantung insulin)
Diabetes tipe ini disebabkan oleh destruksi sel beta di pankreas.
Tanda - tanda ketika sel beta hancur meliputi autoantibodi sel islet,
autoantibodi terhadap insulin, autoantibodi terhadap GAD (GAD65) dan
autoantibodi terhadap tirosin fosfatase IA-2 dan IA-2β. Destruksi sel beta
dapat disebabkan oleh proses imunologik maupun idiopatik.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Diabetes mellitus tak tergantung insulin)
Diabetes tipe ini diderita oleh 90-95% penderita diabetes. Individu
yang menderita resistensi insulin dan kekurangan insulin relatif tidak
memerlukan pengobatan insulin untuk bertahan hidup. Sebagian besar
pasien dengan diabetes tipe ini menderita obesitas, dan obesitas sendiri
menyebabkan resistensi insulin.
c. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pada wanita
hamil yang sebelumnya tidak menderita diabetes.



6
Universitas Sumatera Utara



7

d. Diabetes mellitus tipe lain

1. Defek genetik pada fungsi sel beta akibat mutasi di :
a. Kromosom 12, HNF-1α (MODY3)
b. Kromosom 7 , glukokinase (MODY2)
c. Kromosom 20, HNF-4α (MODY1)
d. Kromosom 13, insulin promoter factor-1 (IPF-1 ; MODY4)
e. Kromosom 17, HNF-1β (MODY5)
f. Kromosom 2, Neuro D1 (MODY 6)
2. Defek genetik pada aksi insulin
a. Resistensi insulin tipe A
b. Leprechaunism
c. Sindrom Rabson-Mendenhall
d. Lipoatrophic diabetes
3. Penyakit pada bagian eksokrin pankreas
a. Pankreatitis
b. Trauma / pankreatektomi
c. Neoplasma
d. Fibrosis kistik
e. Hemikromatosis
f. Pankreatopati fibro kalkulus
4. Endokrinopati

a. Akromegali
b. Sindrom cushing
c. Feokromositoma
d. Hipertiroidisme
e. Somatostatinoma
d. Aldosteronoma
5. Diabetes yang disebabkan obat atau bahan kimia
6. Infeksi
Rubella kongenital, CMV
7. Sindrom genetik lain :

Universitas Sumatera Utara



8

a. Sindrom Down
b. Sindrom Klinefelter
c. Sindrom Turner

d. Sindrom Wolfram’s ataksia Friedreich’s
e. Chorea Huntington
f. Porfiria
g. Sindrom Prader Willi 1

2.1.3 Gejala klinis diabetes mellitus
Gejala klinis diabetes mellitus menurut ADA (American Diabetes
Association) adalah :
a. Poliuria (peningkatan sekresi urine) banyak glukosa terkandung dalam
urine (glukosuria) karena air mengikuti glukosa yang keluar melalui urine.
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi
intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi
keluar sel mengikuti penurunan konsentrasi ke plasma yang hipertonik.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar) karena kalori dari makanan yang
dimetabolisme menjadi glukosa dalam darah tidak dapat digunakan
sepenuhnya sehingga penderita merasa selalu lapar. walaupun banyak
makan tetapi berat badan menurun.
d. Penurunan berat badan, rasa lelah dan kelemahan otot yang disebabkan
oleh glukosa darah yang tidak dapat masuk ke dalam sel untuk digunakan

sebagai energi, sehingga sel menggunakan lemak dan otot untuk
menghasilkan energi.
e. Gangguan saraf tepi (kesemutan)
f. Gangguan pengelihatan.1

Universitas Sumatera Utara



9

2.1.4 Komplikasi diabetes mellitus
Komplikasi diabetes mellitus dibagi 2 yaitu komplikasi jangka pendek dan
jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara lain hipoglikemi dan
ketoasidosis. Ketoasidosis diabetik (KAD) dapat dijumpai pada saat diagnosis
pertama DM tipe 1 atau pasien lama akibat pemakaian insulin yang salah. Pada
anak dengan kontrol metabolik yang jelek, riwayat ketoasidosis diabetik
sebelumnya, masa remaja, pada anak dengan gangguan makan, keadaan sosio
ekonomi kurang dan tidak adanya asuransi kesehatan, resiko terjadi ketoasidosis
diabetik akan meningkat.16

Komplikasi jangka panjang terjadi akibat perubahan mikrovaskular seperti
retinopati, nefropati dan neuropati. Komplikasi yang paling sering ditemukan
pada pasien DM tipe 1 adalah retinopati. Faktor resiko dari retinopati adalah kadar
gula yang tidak terkontrol dan lamanya pasien menderita diabetes. Nefropati
diperkirakan dapat terjadi pada 25-45% pasien DM tipe 1 dan 20-30% akan
mengalami mikroalbuminuria subklinis. Mikroalbuminuria adalah manifestasi
paling awal dari timbulnya nefropati diabetik. Neuropati jarang ditemukan pada
anak dan remaja.16
Komplikasi jangka panjang dari diabetes adalah retinopati dengan
kemungkinan kehilangan pengelihatan. Nefropati menyebabkan gagal ginjal.
Neuropati perifer dengan resiko ulser pada kaki, amputasi dan sendi Charcot.
Neuropati otonom menyebabkan gejala pada saluran kemih, saluran cerna,
jantung, dan disfungsi seksual. Hipertensi dan kelainan metabolisme lipoprotein
sering ditemukan pada individu dengan diabetes.1

2.1.5 Diagnosis Diabetes Mellitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti dibawah
ini :
- Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

Universitas Sumatera Utara



10

- Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma
sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya
keluhan klasik.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban
75 g glukosa lebih sensitif dan speisfik dibanding dengan pemeriksaan
glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan
tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek
sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.18


2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2
target utama, yaitu :
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes.17
Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila
setelah dilakukan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai,
dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa insulin atau terapi
obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya. Diet yang baik merupakan
kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan
lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut :
- Karbohidrat : 60-70%
- Protein

: 10-15%


- Lemak

: 20-25%

Universitas Sumatera Utara



11

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres
akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.17
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi
insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah
satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi
kadar HbA1c sebanyak 0,6% dan setiap kilogram penurunan berat badan
dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup.17
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula

darah tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE
(Continuous Rhytmical, Interval, Progrssive, Endurance Training). Disesuaikan
dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang
disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang dan lain
sebagainya. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas
reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.17
Terapi farmakologis diabetes mellitus dibagi menjadi 2 yaitu terapi dengan
obat antidiabetes oral (ADO) dan insulin. Berdasarkan cara kerjanya obat
antidiabetes oral dapat dibagi menjadi 6 kelompok besar yaitu :
a. Biguanida
Metformin adalah obat yang paling sering digunakan untuk terapi lini
pertama diabetes mellitus. Selama ini metformin telah terbukti efektif dalam
menurunkan kadar gula darah, meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan
resiko kardiovaskular dan hipoglikemi. Efek reduksi glukosa dari metformin
kebanyakan melalui proses reduksi hasil glukosa hepatik seperti glukoneogenesis
dan glikogenolisis dan meningkatkan penyerapan glukosa yang di stimulasi
insulin dan glikogenesis pada otot rangka. Metformin memiliki peran penting
dalam mengaktivasi AMP-activated protein kinase (AMPK). Perlu diingat bahwa
metformin harus digunakan secara hati-hati pada pasien diabetes yang sudah tua.
Metformin tidak boleh digunakan pada pasien dengan insufisiensi ginjal kronis

atau akut dan harus dihentikan ketika level kreatinin mencapai 1.4 mg/dL (120
µmol/L) pada wanita atau 1.5 mg/dL (130 µmol/L) pada pria.19

Universitas Sumatera Utara



12

b. Sulfonilurea
Sulfonilurea adalah agen lini kedua yang sering digunakan untuk pasien
diabetes mellitus tipe 2 yang tidak mengalami obesitas berat. Obat ini beraksi
langsung pada sel beta untuk menutup K+ channel ATP sensitif dan menstimulasi
sekresi insulin. Efek samping dari sulfonilurea adalah kemungkinan hipoglikemi
yang tinggi, terutama pada orang tua dengan gangguan fungsi ginjal, disfungsi
hepar dan pasien yang kecanduan alkohol. Hipoglikemi yang disebabkan oleh
sulfonilurea dapat diperparah oleh interaksi dengan berbagai obat seperti aspirin,
oksidase inhibitor, dan fenilbutazon. Sulfonilurea dapat menyebabkan kenaikan
berat badan.19
c. Thiazolidindion (TZDs)
Thiazolidindion memiliki aksi yang lebih tahan lama dalam meregulasi
hiperglikemi dibandingkan fonylureas dan metformin, dan tidak meningkatkan
resiko hipoglikemi ketika digunakan secara monoterapi. TZDs sangat manjur
ketika digunakan bersamaan dengan insulin untuk mengurangi dosis insulin yang
tinggi dan meningkatkan kontrol glikemik pada diabetes mellitus tipe 2. Tetapi,
TZDs memliki beberapa efek samping yaitu meningkatkan resiko kanker kandung
kemih, kenaikan berat badan dan retensi cairan yang menyebabkan edema.
Penggunaan obat ini harus dibatasi pada pasien yang sudah tua dengan gagal
jantung kongestif atau kelas III-IV. Rosiglitazon dan troglitazon telah ditarik dari
pasar karena resiko miokard infark yang meningkat.19
d. Penghambat α-glukosidase
Penghambat α -glukosidase seperti acarbose, voglibose dan miglitol
terbukti efektif untuk hiperglikemi postprandial. Obat ini menghambat enzim
mukosa usus (α-glucosidase) yang mengkonversi polisakarida kompleks menjadi
monosakarida sehingga mengurangi penyerapan karbohidrat. Efek samping
seperti perut kembung, diare dan flatulens selalu diperiksa setelah penggunaan
obat jenis ini. Penggunaan obat ini terbatas untuk orang tua karena efek samping
saluran pencernaan. Penggunaan secara teratur dilarang pada pasien dengan
gangguan ginjal.19

Universitas Sumatera Utara



13

e. Terapi inkretin
Inkretin adalah hormon yang menstimulasi sekresi insulin. Hormon ini di
sekresi dari sel endokrin usus, termasuk glucose-dependent insulinotropid
polypeptide (GIP) dan glucagon-like peptide-1 (GLP-1). Terapi berbasis inkretin
sangat ideal untuk manajemen diabetes mellitus tipe 2 karena efisien, tolerabilitas
yang baik, resiko yang rendah dari hipoglikemi dan penurunan berat badan. Obat
ini mempunyai efek yang positif pada kesehatan jantung, hati dan sistem saraf
pusat.19

2.2 Terapi Insulin
Insulin adalah agen anti-hiperglikemi yang paling efektif yang ditemukan
oleh Banting dan Best pada 1921. Mekanisme dibalik penurunan kadar glukosa
oleh insulin kebanyakan melalui penekanan produksi glukosa hepatik,
meningkatkan penggunaan glukosa postprandial dan meningkatkan konsumsi
lipoprotein abnormal. Terapi insulin dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan
fungsi sekresi sel beta. Insulin memiliki 4 jenis sediaan yaitu masa kerja cepat
(rapid-acting), masa kerja singkat (short-acting), masa kerja sedang (intermediateacting) dan masa kerja panjang (long-acting). Ketika perubahan gaya hidup dan
obat antidiabetik oral gagal mencapai kontrol glikemik yang memadai pada pasien
diabetes mellitus tipe 2, wajib untuk melakukan terapi insulin.19

2.3 Aloksan
Aloksan menyebabkan diabetes ketika diberikan secara parenteral,
intravena, intraperitoneal atau subcutaneus. Dosis aloksan yang dibutuhkan untuk
menginduksi diabetes tergantung pada spesies hewan percobaan, cara pemberian
dan status nutrisi. Sel pankreas manusia lebih resisten terhadap aloksan
dibandingkan mencit atau tikus. Dosis yang paling sering digunakan untuk
menginduksi diabetes pada tikus adalah 65 mg/kgBB. Ketika aloksan diberikan
secara intraperitoneal atau subcutan, dosisnya harus 2-3 kali lebih besar. Dosis
intraperitoneal dibawah 150 mg/kgBB tidak akan cukup untuk menginduksi
diabetes pada mencit.20

Universitas Sumatera Utara



14

Mekanisme kerja aloksan telah dipelajari menggunakan pankreas mencit
yang di perfusi. Aloksan menyebabkan kenaikan sekresi insulin secara tiba-tiba
disebabkan oleh penyerapan yang cepat oleh sel B pada pankreas. Walaupun
aloksan menyebabkan diabetes, binatang percobaan harus diperiksa setelah
beberapa waktu untuk mengurangi efek samping dari kinerja aloksan. Banyak
binatang percobaan mati karena nekrosis sel tubular ginjal yang disebabkan oleh
penggunaan dosis aloksan yang terlalu tinggi.20

2.4 Uraian Tanaman Andaliman
Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) adalah tanaman liar dengan
rasa yang kuat seperti jeruk dan sangat terkenal di sumatera utara.9
Buah dari Zanthoxylum acanthopodium DC. Sering dikenal dalam
masyarakat batak dengan nama andaliman, tumbuh di sumatera utara dan telah
lama digunakan sebagai bumbu untuk masakan tradisional. Tanaman dari genus
Zanthoxylum biasa digunakan untuk mengatasi inflamasi dan arthritis. Tanaman
andaliman dilaporkan mempunyai aktivitas anti inflamasi dan juga mempunyai
aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol.10
Saat ini tanaman andaliman diperhitungkan menjadi sumber senyawa
aromatik dan minyak esensial. Buahnya mengandung senyawa aromatik dengan
rasa pedas yang khas. Jika dimakan meninggalkan efek menggetarkan alat
pengecap dan menyebabkan lidah terasa kebal.6

2.4.1 Klasifikasi Tanaman Andaliman
Klasifikasi tanaman andaliman adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Rutales

Family

: Rutaceae

Genus

: Zanthoxylum

Spesies

: Zanthoxylum acanthopodium DC.

Universitas Sumatera Utara



15

2.4.2 Morfologi Tanaman Andaliman
Tanaman andaliman berupa semak atau pohon kecil bercabang rendah,
tegak, tinggi mencapai 5 m, menahun. Batang, cabang dan beranak daun gasal,
panjang 5-20 cm dan lebar 3-15 cm, terdapat kelenjar minyak. Rakis bersayap,
permukaan bagian atas, bagian bawah rakis, dan anak daun berduri; 3-11 anak
daun, berbentuk jorong, ujung meruncing, tepi bergerigi halus, paling ujung
terbesar, anak daun panjang 1-7 cm, lebar 0.5-2.0 cm.6
Permukaan atas daun hijau berkilat dan permukaan bawah hijau muda atau
pucat, daun muda permukaan atas hijau dan bawah hijau kemerahan. Bunga di
ketiak, majemuk terbatas, anak payung menggarpu majemuk, kecil-kecil; dasar
bunga rata atau berbentuk kerucut; kelopak 5-7 bebas, panjang 1-2 cm, warna
kuning pucat; berkelamin dua, benang sari 5-6 duduk pada dasar bunga, kepala
sari kemerahan, putih 3-4, bakal buah apokarp, bakal buah menumpang. Buah
kotak sejati atau kapsul, bulat, diameter 2-3 ., muda hijau, tua merah; tiap buah
satu biji, kulit keras, warna hitam berkilat.6

2.4.3 Mekanisme Tanaman Andaliman
Andaliman dapat digunakan sebagai insektisida untuk menghambat
pertumbuhan

serangga

Sitophilus

zeamais.29

Andaliman

juga

dapat

mempengaruhi perkembangan binatang pengerat, tumbuhan ini memiliki efek
antiinflamasi yang dapat menghambat sintesis prostaglandidn.30 Ekstrak kasar
buah andaliman ini juga memiliki aktivitas fisiologi aktif sebagai antioksidan dan
antimikroba yang potensial.11
Dalam tanaman andaliman terkandung senyawa terpenoid, fenolik dan
steroid. Diantara senyawa tersebut, terpenoid memiliki efek antioksidan dan
antimirkoba, Sedangkan fenolik merupakan komponen bioaktif yang memiliki
sifat toksik terhadap hewan pemangsa.12
Buah buahan dan biji tanaman andaliman digunakan untuk mengobati
demam, dispepsia dan mengusir cacing gelang. Minyak esensial dari tanaman
andaliman digunakan sebagai obat diare, antiseptik dan deodoran.13

Universitas Sumatera Utara



Buah

andaliman

berpotensi

16

sebagai

inhibitor α -glukosidase

dan

antioksidan. Ekstrak etanol buah andaliman memiliki aktivitas yang paling baik
sebagai antioksidan. Hasil identifikasi dengan IR dan UV-Vis menunjukkan
bahwa senyawa aktif utama yang berpotensi sebagai inhibitor α-glukosidase dan
antioksidan diduga merupakan senyawa flavonoid golongan auron dan flavanon.22
α-glukosidase inhibitor menghambat enzim mukosa usus (α-glucosidase) yang
mengkonversi

polisakarida

kompleks

menjadi

monosakarida

sehingga

mengurangi penyerapan karbohidrat.19

2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang disari mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak
dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein. Senyawa aktif yang terdapat dalam
simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid
dan lain –lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia,
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat akan lebih mudah.26

2.6 Metode Ekstraksi
Ada beberapa metode ekstraksi yaitu :
2.6.1 Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu
(terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.26
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri
dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

Universitas Sumatera Utara



17

sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh
perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.26

2.6.2 Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
Selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.26
b. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus. Sampel dibungkus dengan kertas saring
sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.26
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50°C.26
d. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C)
selama waktu tertentu (15-20 menit).26
e. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air.26

2.7 Pengaturan Kadar Glukosa Dalam Darah
Hormon yang bekerja dalam mengatur kadar glukosa dalam darah adalah
insulin dan glukagon, kedua hormon ini bekerja secara antagonis. Kadar
keseimbangan metabolisme glukosa darah pada manusia sekitar 90 mg%. Sel beta
pankreas melepaskan insulin ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah >120

Universitas Sumatera Utara



18

mg%. Tujuan dilepaskannya insulin adalah untuk menurunkan konsentrasi
glukosa dengan cara meningkatkan ambilan glukosa oleh hati dan menyimpannya
sebagai glikogen. Ketika kadar glukosa darah menurun

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

3 91 49

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Limpa Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

1 107 58

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Perkembangan Struktur Kraniofacial Fetus Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

2 104 74

Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxyllum Acanthopodium) Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Fertilitas Dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus Musculus)

5 106 5

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1

4 33 87

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1

1 1 13

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1

0 1 2

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1

2 2 5

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1

0 1 3

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1 Appendix

0 0 32