Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sokhai untuk Menyelesaikan Masalah Rumah Tangga di Pulau Pantar T2 752016007 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemahaman akan karakteristik manusia dan budayanya masing-masing
merupakan bagian yang tidak terpisahkan yang harus dipahami secara
komprehensif. Manusia dalam dunia ini memegang peranan yang unik, dan dapat
dipandang dari banyak segi, namun tak dapat dipungkiri bahwa manusia satu
dengan lainnya memiliki perbedaan yang sangat prinsip, salah satunya adalah
budaya. Perbedaan budaya itu bisa mengenai nilai-nilai, keyakinan, perilaku dan
lain sebagainya.1
Kebudayaan mencakup pengertian sangat luas. Kebudayaan merupakan
keseluruhan hasil kreatifitas manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi
struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga merupaan kesatuan yang
berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan. Masyarakat dan kebudayaan
merupakan perwujudan dan bentuk perilaku manusia. Masyarakat menunjukan
pada sejumlah manusia sedangkan kebudayaan menunjukan pola-pola perilaku
khas dari masyarakat tersebut. Dalam suatu kebudayaan tentunya memiliki nilai
budaya yang dimiliki setiap masyarakat dimana menurut Koentjaraningrat

1


Tri Widiarto,Psikologi Lintas Budaya: Sifat Kebudayaan dan Jiwa Masyarakat,
(Salatiga 2007), 30.

2

mengatakan bahwa nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam
alam fikiran sebagaian besar warga masyarakat mengenail hal-hal yang mereka
anggap mulia.2
Memahami manusia secara universal mengandung suatu pengertian bahwa
nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat berlaku secara universal atau yang telah
berlaku dimana saja kita berada. Salah satu nilai yang sangat umum adalah
memberikan penghargaan pada hidupnya. Masyarakat sangat menghargai hidup
dan saling menghargai antara manusia satu dengan yang lainnya yang terlihat dari
kebersamaan yang bisa diambil sebagai bagian dari suatu persamaan dari budaya
dan tradisi tersebut. Hal ini bisa dilihat dari tarian pemersatu untuk membangun
budaya damai dalam kehidupan masyarakat setempat.
Tarian dalam masyarakat telah berakar kuat dalam sebuah hubungan
kerangka kerja tentang kehidupan kolektif sehingga menambah kekuatan
komunikasinya dan bahkan memperluas makna/nilainya. Fungsi tari dipandang

dari sudut masyarakat, golongan, usia jenis kelamin dan faktor-faktor lain seperti
struktur yang berhubungan dengan agama dan para penari pendukungnya. Tari
juga sebagai suatu bentuk penguat sosial dimana sebagai suatu cara
mengungkapkan kesetiaan dan kekuatan nasional atau suku dalam kehidupan
setempat. 3

2

Koentjaraningrat, Pengantar Imu Antropologi, (Jakarta 1987), 85.
Hadi Sumandiyo. Y, Tari Liturgi: Fungsi dan Nilai Tari Dalam Masyarakat,
(Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1994), 25
3

3

Realitasnya dalam proses pembicaraan adat dalam perkawinan akan ada
pertikaian yang bisa memicu untuk terjadinya konflik dan kekerasan antar kedua
belah pihak baik dari pihak laki-laki dan perempuan untuk penentuan jumlah belis
sehingga sehingga saat sudah menemukan solusi yang tepat dari proses
perdebatan yag panjang antar kedua belah pihak maka akan diadakan tarian sokhai

sebagai tarian perdamaian untuk kedua belah pihak keluarga. Seiring dengan
berjalannya waktu perkembangan keadaan menimbulkan banyak perubahan dalam
kehidupan masyarakat seperti perubahan dalam aspek sosial, sikap dan nilai-nilai
yang ada. Keadaan ini tentu saja akan mempengaruhi pola kehidupan seseorang
sebagai individu maupun masyarakat, yang berkaitan dengan hal ini maka pada
diri individu pun membutuhkan bantuan orang lain dalam usaha untuk mengatasi
tantangan atau tuntutan yang ditimbulkan oleh perkembangan dari zaman tersebut
sehingga membutuhkan bimbingan dan konseling yang hadir sebagai upaya
masyarakat untuk membangun suatu budaya damai.4
Melihat akan realitas seperti ini penulis memiliki ketertarikan untuk
mengangkat judul ini yang berkaitan dengan sokhai untuk menyelesaikan masalah
rumah tangga di Pulau Pantar. Sokhai adalah bentuk tarian tradisional yang masih
dipertahankan kearifan lokalnya oleh masyarakat setempat, tarian ini disimbolkan
dengan keikutsertaan banyak orang dalam sebuah lingkaran baik laki-laki dan
perempuan dengan saling berpegang tangan dan menari mengikuti musik yang
dibunyikan.

4

Walgito Bimo. Bimbingan dan Konseling Perkawinan, ( Yogyakarta: Penerbit Andi,


2000),9.

4

Proses penyelesaian perselisihan maka tiap daerah mempunyai ciri khas
tersendiri untuk mencari penyelesaian dari akar permasalahan yang ditimbulkan.
Ciri khas yang nampak di daerah Kabupaten Alor terkhususnya yang ada di pulau
Pantar adalah menjadikan tarian adat Sokhai (Lego-Lego ) sebagai alat untuk
menyelesaikan masalah dalam sebuah ikatan pernikahan antara pihak dari lakilaki maupun pihak dari perempuan di Pulau Pantar. Permasalahan itu muncul saat
ada pembicaraan tentang harga dari sebuah moko, biasanya dalam pertemuan
pertama pihak laki-laki akan datang meminta izin untuk „masuk minta” dalam
pertemuan ini pihak perempuan akan menerima dan sekaligus menyampaikan
syarat-syarat kepada pihak dari laki-laki.
Pihak perempuan akan meminta harga moko pung dengan berisi 7 anak
panah yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki sehingga biasanya dalam
pembicaraan-pembicaraan ini bisa saja sampai bertikai dan bahkan sampai ada
makian yang keluar antara kedua belah pihak karena permasalahan jumlah dan
harga dari moko tersebut. Biasanya pihak laki-laki akan dipersilahkan pulang dulu
sementara waktu untuk berdiskusi kembali dengan rumpun keluarga guna untuk

mencari dan memberikan moko tersebut kepada pihak perempuan.5 Hal ini
menunjukan bahwa sokhai masih dijaga eksistensinya untuk digunakan sebagai
alat perdamaian untuk menyatukan dua pihak yang berseteru dalam pembahasan
adat pernikahan yakni pembahasan jumlah moko yang harus diberikan.

5

Montolalu Vn Ed, Sejarah dan Budaya Kepuluan Alor, (2012), 27.

5

Saat pertemuan kedua diadakan kembali dan pihak laki-laki masih belum
bisa memenuhi permintaan itu maka akan diberikan kesepakatan-kesepakatan
yakni biasanya dari pihak perempuan akan mengambil jalan tengah bersama dan
membuat kesepakatan bahwa pihak laki-laki jika belum bisa memenuhi harga
moko yang diminta akan diberikan kesempatan mencari moko dengan berisi 5
anak panah dengan sebutan “usaha siang” yaitu harus mengusahkan bagaimana
caranya harus mendapatkan moko itu.
Namun jika belum dapat juga akan diberikan kesempatan lagi dengan
sebutan “usaha malam” yaitu saat sudah masuk dalam proses perkawinan dan

perjalanan kehidupan berumah tangga dan mempunyai seorang anak dan anak
sulungya itu adalah perempuan maka dari kesepakatan yang ada pihak laki-laki
harus menyerahkan anak perempuan sulungnya nanti kepada pihak perempuan
dalam hal ini keluarga dari istrinya sebagai pengganti moko dari

istrinya. 6

Kesepakatan-kesepakatan ini akan terbentuk saat pihak laki-laki sudah
mengusahakan untuk mencari moko yang diminta dari pihak perempuan. Hasil
kesepakatan yang telah ada ini akan dilaksanakan dengan sebuah tradisi bersama
dikampung itu yakni “sokhai”.
Sokhai adalah sebuah tarian lego-lego yang masih menjadi sebuah
identitas masyarakat di Pulau Pantar yang dipegang untuk menyelesaikan
permasalahan dalam sebuah ikatan pernikahan. Filosofinya dalam pertunjukannya
tarian sokhai biasanya ada dalam bentuk dua lingkaran, lingkaran pertama adalah
perempuan dan lingkaran kedua disi oleh laki-laki. Mereka membentuk lingkaran
6

Montolalu Vn Ed, Sejarah dan Budaya Kepuluan Alor, (2012), 27.


6

mengelilingi “Yerget”(Mezbah). Berbentuk lingkaran karena Sokhai ini
dibaratkan sebagai sebuah cincin yang tak ada ujungnya dengan pengertian bahwa
siapapun bisa untuk masuk dalam tarian lego-lego itu. Dalam tarian ini perempuan
akan memakai gelang kaki yang terdiri dari enam gelang sedangkan laki-laki akan
memakai 6 giring-giring kecil berbentuk daun koli sebagai tali yang posisi
ikatannya hanya pada satu kaki dibagian betis. Dalam tarian ini posisi perempuan
akan di dalam dan laki-laki akan diluar. Posisi laki-laki biasanya ada satu orang
yang berdiri pada ujung lingkaran dengan memegang kelewang dengan tujuan
bahwa apapun yang terjadi perempuan akan selalu dijaga dan dilindungi oleh lakilaki. 7
Saat dalam bentuk lingkaran akan dibunyikan alat musik berupa gong
tanda bahwa tarian akan segera dimulai maka mereka akan menari dengan saling
bergandengan tangan dan biasanya tarian ini akan dinyanyikan lagu-lagu adat
dalam bentuk pantun-pantun wejangan untuk perempuan dan laki-laki yang akan
memulai sebuah ikatan perkawinan yang dilantunkan oleh salah satu tua-tua adat.
Proses selama tarian ini ada salah satu penari yang bertugas untuk mengedarkan
sopi atau tuak dengan gelas yang sama kepada para penari dengan memiliki arti
bahwa apapun yang terjadi harus bisa menjaga kebersamaan dan bersama-sama
membangun kampung dan negeri.

Saat ditengah-tengah kampung sudah dibunyikan gong maka dengan
sendirinya semua masyarakat yang ada di kampung itu akan bergegas keluar dari

7

Hasil wawancara via telepon dengan bapak waang tanggal 12 maret 2017 pukul 18.00

wita.

7

rumahnya dan berada di tengah-tengah kampung itu dan melakukan tarian legolego bersama-sama. Jika sudah ada tarian lego-lego ini maka semua permasalahan
dan pertikaian yang ada dalam ikatan pernikahan tersebut akan hilang karna
didamaikan oleh tarian lego-lego ini. Maka dari itu tarian sokhai ini adalah suatu
cara masyarakat mendamaikan kedua belah pihak yang berseteru ini. Hal ini akan
sesuai jika dikaji dengan menggunakan persepektif Indigenous Pshycology, yaitu
suatu pendekatan yang melihat pada konteks keluarga, sosial, budaya dan ekologi
yang memiliki sistem nilai, makna dan keyakinan. 8
Indigenous Counseling Indonesia merupakan konseling yang berakar dan
lahir (native) dari kearifan lokal serta dirancang untuk masyarakat dan sosial

budaya bangsa Indonesia.9 Maka dengan demikian Indigenous Psychology
menganjurkan untuk bisa menelaah pengetahuan, keterampilan dan keyakinan
yang dimiliki setiap orang tentang bagaimana dirinya dan bagaimana mereka
dapat menjalankan fungsinya dalam konteks keluarga, sosial, kultural dan
ekologis mereka dengan baik.
Melihat akan situasi tersebut maka terkadang upaya damai itu sering
menunggu

pihak

luar

sehingga

kadang-kadang

tidak

permanen


yang

mengakibatkan tidak langgengnya suatu perdamaian. Jika mau melihat dari segi
pengertian komunikasi konseling, komunikasi itu tidak hanya

melihat pada

perjumpaan fisik dengan orang lain tetapi juga hubungan yang bisa saling

8

Uichol Kim, Kuo-Shu Yang, dkk, Indigenous and Cultural Psychology, Terjemahan
Helly Prajitno Soetjipto,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 7.
9
J.D. Engel, Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer(Jakarta: Bpk Gunung Mulia,
2016), 15.

8

menerima, menghargai serta mengakui keunikan setiap individu atau kelompok

maupun memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. 10 Sehingga
memiliki pemahaman bahwa sokhai ini sudah diciptakan oleh masyarakat sejak
dulu dalam upaya membangun budaya damai dalam sebuah ikatan pernikahan
yang ada ditempat itu. Upaya berdamai dalam bentuk tarian sokhai ini karena
adanya inisiatif dari masyarakat untuk berdamai dan bukan adanya paksaan atau
kepentingan diri sendiri.
Berdasarkan realita diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: SOKHAI Untuk Menyelesaikan Masalah Rumah tangga
di Pulau Pantar

B.

Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada titik permasalahan diatas maka rumusan masalah untuk

penelitian ini adalah bagaimana sokhai digunakan untuk menyelesaikan masalah
rumah tangga di Pulau Pantar. Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam
beberapa pertanyaan pokok penelitian yaitu : pertama, bagaimana pemaknaan dan
asal usul sokhai untuk menyelesaikan masalah rumah tangga di Pulau Pantar.
Kedua,bagaimana pelaksanaan sokhai untuk menyelesaikan masalah rumah
tangga di Pulau Pantar dikaji dari konseling pernikahan.
Rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah tertera
diatas dimaksudkan untuk mencapai tujuan penelitian. Dua pokok pertanyaan
10

J.D. Engel, Konseling Suatu Fungsi Pastoral(Salatiga: Tisara Grafika, 2007), 7.

9

penelitian yaitu pertama, mengkaji pemaknaan dan asal usul sokhai untuk
menyelesaikan masalah rumah tangga di Pulau Pantar. Kedua, mendeskripsikan
pelaksanaan sokhai untuk menyelesaikan masalah rumah tangga di Pulau Pantar
dikaji dari konseling pernikahan.

C.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan dengan hal ini dan tujuan penelitian diatas, maka manfaat

yang diharapkan dari penelitian ini adalah sekiranya dapat memberikan
sumbangsih bagi masyarakat Alor secara khususnya kepada masyarakat Pantar di
Desa Bouweli agar tetap menggunakan tarian sokhai sebagai tarian perdamaian
dan memberikan sumbangan untuk gereja agar dapat menerapkan tarian lego-lego
ini sebagai salah satu simbol perdamaian. Kemudian penelitian ini pun diharapkan
dapat memberikan sumbangsih bagi Program Studi Pascasarjana Sosiologi Agama
Universitas Kristen Satya Wacana agar bisa secara terus menerus meningkatkan
kualitasnya dengan lebih memperhatikan nilai-nilai yang ada sebagai sumber
kearifan lokal bagi pastoral masyarakat lewat budaya-budaya yang ada di daerahdaerah.

10

D.

Metode Penelitian
Mempertimbangkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak

dicapai maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Deskriptif
Analis, yaitu metode mengumpulkan data dan menyusun data. Kemudian
diusahakan adanya analisis dan interpretasi atau penafsiran data-data tersebut.11
Menurut Nazir, metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang akan
diselidiki.12
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
yaitu pendekatan penelitian yang menyajikan data bentuk kata-kata, sehingga
tidak menekankan pada angka. Pendekatan kualitatif berusaha untuk menemukan
dan mendeskripsikan makna atau data data yang teramati,sehingga penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif, yang digunakan sebagai serangkaian
kegiatan atau proses menjaring informasi, dari keadaan sewajarnya dalam
kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan suatu pemecahan masalah, baik dari
sudut pandang teoritis maupun praktiks.13

11

Winarno Surakhmad, Pengantar Penulis Ilmiah : Dasar metode Dan Teknik, (Bandung:
Tarsito,1985),139
12
Nazir Moh, Metode Penelitian,( Ghalia Indonesia,1985),63.
13
J.D.Engel, Metode Penelitian dan Teologi Kristen : Metode Penelitian Sosial dan
Teknik Pengumpulan Data, (Salatiga, 2005).

11

Tempat dan lokasi penelitian yang akan peneliti lakukan ada di daerah
Kabupaten Alor tepatnya di Pulau Pantar di desa Bouweli kelurahan Kabir,
kecamatan Pantar. Adapun penelitian yang akan peneliti lakukan dengan metode
observasi dan wawancara. Metode observasi dalam hal ini penulis akan berperan
sebagai partisipan yaitu menyamakan diri dengan orang atau masyarakat yang
akan diteliti.14 Dalam hal ini penulis bukan dari bagian wilayah tersebut tetapi
penulis akan mengamati kehidupan dari masyarakat disana. Penulis juga akan
menggunakan metode wawacara sebagai teknik untuk pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui adanya
permasalahan disana, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih dalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.15
Dalam hal untuk pemilihan sampel penelitian, peneliti akan menggunakan
Snowball. Menurut, Sugiyono Snowball yaitu teknik yang menggunakan sampel
yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian akan membesar. Untuk pengambilan
data dipakai beberapa orang untuk menjadi sumber data atau informan tetapi kalau
merasa data yang diberikan belum lengkap maka bisa dicari data tambahan
melalui orang lain juga.16

Respondensi dalam penelitian ini yaitu tua-tua adat

atau orang-orang yang mengerti adat yang mengerti tentang pemahaman Sokhai

14

W. Gulo, Metodologi Penelitian,( Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

2002,116.

15
16

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (2012), 127.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi,(2012), 127.

12

ini yang berada di Pulau Pantar atau yang berada diluar Pulau Pantar. Diharapkan
pada nantinya pemahaman ini akan dan bahkan terus berkembang.
Ketika melakukan teknik Snowball maka dilanjutkan dengan teknik
Purposive. Menurut sugiyono Purposive adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu.17 Dalam penelitian ini koresponden
adalah para tua-tua adat atau orang-orang yang mengerti akan pemahaman Sokhai
ini yang dapat membantu peneliti untuk memahami dan mengamat situasi sosial
yang akan diteliti. Dalam pengertian bahwa data tersebut dapat dikembangkan
dengan data yang didapatkan dari orang lain yang dianggap memahami tentang
Sokhai Untuk Menyelesaikan Masalah Rumah Tangga Di Pulau Pantar

E.

Rencana Sistematika Penulisan.
Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I,berisi
tentang pendahuluan, yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metode Penelitian, dan sistematika Penulisan. Untuk
itu dalam pendahuluan dapat dikemukan sebagai pengantar ke dalam suatu
kajian dari suatu penelitian. Bab II, tentang teori konflik, teori perdamaian,
dan konseling pernikahan yang meliputi pengertian tentang konflik,
pengertian

tentang perdamaian,

dan pengertian

tentang konseling

pernikahan. Bab III, tentang temuan hasil penelitan yang meliputi: 1.Lokasi

17

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, kuantitatif dan R&D, (bandung: Alfabeta,
2013) ,218-219.

13

dan gambaran penelitian. 2.Deskripsi asal usul dan pemaknaan sokhai.
3.Deskripsi pelaksanaan sokhai. Bab IV,1.Sokhai dalam perspektif
konseling pernikahan. 2.Kajian pelaksanaan sokhai dari perspektif konseling
pernikahan. Bab V,tentang kesimpulan dan saran-saran dalam kesimpulan
tersebut merupakan hasil dari suatu penelitian yang dilakukan oleh penulis
serta saran-saran yang dapat memberikan kontribusi untuk penelitian.

14

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB I

0 1 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dalihan Na Tolu untuk Menyelesaikan Masalah Orang Batak Toba di Kota Tegal dari Perspektif Konseling Multikultural T2 752015002 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sokhai untuk Menyelesaikan Masalah Rumah Tangga di Pulau Pantar

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sokhai untuk Menyelesaikan Masalah Rumah Tangga di Pulau Pantar T2 752016007 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sokhai untuk Menyelesaikan Masalah Rumah Tangga di Pulau Pantar T2 752016007 BAB IV

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sokhai untuk Menyelesaikan Masalah Rumah Tangga di Pulau Pantar T2 752016007 BAB II

0 0 33

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evidence dalam Membuktikan Adanya Kartel di Indonesia T2 BAB I

0 0 11

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Transmigrasi Lokal Pemerintah Provinsi Papua T2 BAB I

0 0 22

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu dan Citra (Image) Sekolah T2 BAB I

0 1 11

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana FKIPUKSW T2 BAB I

0 0 7