Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Kelompok Tani di Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kondisi Eksisting Penyuluh Pertanian

Menurut Pusat Bina Penyuluhan Departemen Kehutanan (2005), kinerja penyuluh
pertanian di Indonesia sangat rendah karena minimnya perhatian pemerintah
terhadap kebutuhan penyuluh, seperti tidak diberikan dana operasional penyuluh,
status penyuluh pertanian belum ditetapkan, insentif dan penghargaan tidak
diberikan, pembinaan karir (penetapan angka kredit) tidak terurus, penyusunan
program penyuluhan tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan, sarana dan
prasarana penyuluh belum memadai, kelembagaan penyuluh pertanian banyak
yang dibubarkan, perekrutan penyuluh jarang dilakukan dan banyak penyuluh
pertanian yang berumur tua. Pada sisi lain tidak ada upaya untuk pengangkatan
dan penggantian tenaga penyuluh yang telah pensiun.

Terdapat terdapat 61.124 penyuluh yang dibagi menjadi 27.476 penyuluh PNS,
20.479 THL (Tenaga Harian Lepas ) - TB (Tenaga Bantu) dan 13.169 penyuluh
swadaya di Indonesia. Untuk Provinsi Sumatera Utara terdapat 3.056 orang

penyuluh. Di Kabupaten Karo sendiri terdapat 126 orang penyuluh, 33 penyuluh
PNS dan 93 orang THL- TB. Jumlah penyuluh di Kabupaten Karo terbilang
sangat kurang melihat jumlah desa di Kabupaten Karo yang mencapai 255 desa.
(Statistik Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian, 2014)

7
Universitas Sumatera Utara

8

Kredibilitas tenaga penyuluh dimata masyarakat tani di Sumatera Utara
khususnya, sudah semakin menurun terutama 10 tahun terakhir. Untuk mencapai
keberhasilan penyuluhan perlu peningkatan kualitas, profesionalisme, motivasi
dan etos kerja tenaga penyuluh. Apalagi masih banyak tenaga penyuluh yang
berstatus honorer, menyebabkan penyebaran tenaga penyuluh kurang proporsional
dan perlu diprioritaskan untuk mengisi formasi PNS ( Inel, 2013).
Menurut Dandan (2009), tantangan yang dihadapi oleh para penyuluh pertanian
saat ini cukup berat dan kompleks, minimal ada tiga tantangan utama yang harus
dihadapi dan sekaligus untuk diatasi oleh para penyuluh diantaranya :

1. Perkembangan teknologi pertanian dan teknologi informasi
2. Perkembangan politik pembangunan pertanian
3. Perkembangan

tata

perekonomian

dunia

yang

mengarah

kepada

perdagangan bebas.
2.1.2 Fungsi dan Peran Penyuluh Pertanian

Menurut Kartosapoetra (1994) penyuluh pertanian memiliki fungsi memberikan

jalan kepada para petani untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya, fungsi
penyuluh demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran para petani agar
dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhannya.Fungsi penyuluhan yang
lainnya adalah sebagai penyampai, pengusaha dan penyesuai program nasional
dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh para petani dan disamping
itu agar program-program masyarakat petani yang lahir karena tekad baik para
petani untuk mensukseskan atau partisipasinya dalam tujuan pembangunan dapat
di perhatikan oleh pemerintah. Fungsi penyuluhan yang terakhir yaitu fungsi
pemberi pendidikan dan bimbingan yang kontinyu yang artinya penyuluh tidak

Universitas Sumatera Utara

9

akan berhenti karena yang dikehendakinya adalah keadaan pertanian yang
berkembang, lebih baik dan lebih maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Secara keseluruhan fungsi-fungsi dalam penyuluhan pertanian dirakit melalui
peran fasilitator, stabilisator dan koordinator oleh fungsi pengaturan yang
didukung oleh fungsi penelitian didalam pembangunan pertanian yang bersifat
nasional maupun regional. Fungsi-fungsi tersebut dalam sistem (kebersamaan dan

ketergantungan) untuk meningkatkan kualitas hidup fungsi pelaku utama yang
sejajar dengan kemajuan profesi lain, yaitu suatu kualilifikasi kemandirian petani
dalam pertanian yang berkelanjutan (Jarmie, 1994).
Sebagai landasan dalam melaksanakan tugas, penyuluh memiliki tugas pokok dan
fungsi pokok (UU No.16 Tahun 2006).Tugas pokok adalah melakukan kegiatan
persiapan penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian, evaluasi dan
pelaporan serta pengembangan penyuluhan pertanian.Fungsi penyuluh pertanian
adalah:
1.

Memfasilitasi proses pembelajaran petani

2.

Mengupayakan kemudahan akses petani ke sumber informasi, teknologi dan
sumberdaya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya.

3.

Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan

petani.

4.

Membantu petani dalam menumbuh kembangkan organisasinya menjadi
organisasi yang maju.

Menurut Departemen Pertanian (2000), pendekatan utama dalam penyuluhan
pertanian sampai saat ini masih menggunakan kelompok tani dalam kegiatan

Universitas Sumatera Utara

10

penyuluhan. Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani (poktan) dilakukan
melalui pemberdayaan petani untuk merubah pola pikir petani agar mau
meningkatkan usahataninya dan meningkatkan kemampuan poktan dalam
melaksanakan fungsinya.Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui kegiatan
pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok.Kegiatan penyuluhan
melalui pendekatan kelompok dimaksudkan untuk mendorong terbentuknya

kelembagaan petani yang mampu membangun sinergi antar petani dan antar
poktan dalam rangka mencapai efisiensi usaha.Selanjutnya, dalam rangka
meningkatkan kemampuan poktan dilakukan pembinaan dan pendampingan oleh
penyuluh pertanian, dengan melaksanakan penilaian klasifikasi kemampuan
poktan secara berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi perkembangannya.
Penyuluhan berperan dalam peningkatan pengetahuan petani akan teknologi
maupun

informasi-informasi

pertanian

yang

baru

gunna

meningkatkan


kesejahteraan petani beserta keluarganya. Peran penyuluhan dalam memberikan
pengetahuan kepada petani dapat berfungsi sebagai proses penyebarluasan
informasi kepada petani, sebagai proses penerangan atau memberikan penjelasan,
sebagai proses perubahan perilaku petani (sikap, pengetahuan, dan keterampilan),
dan sebagai proses pendidikan. Penyuluhan dilakukan dengan tujan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman yang dibudidayakan petani
serta dapat mensejahterakan petani (Saadah dkk., 2011).
Peran penyuluh dalam pengembangan kapasitas managerial dan teknis kelompok
tani menurut Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (2014),
diarahkan pada :

Universitas Sumatera Utara

11

1.

Merencanakan kegiatan, diantaranya adalah :
a) merencanakan kegiatan belajar poktan
b) rencana pertemuan/ musyawarah poktan

c) rencana pemanfaatan sumber daya
d) rencana definitif kelompok ( RDK )
e) rencana definitif kebutuhan kelompok ( RDKK)

2.

Mengorganisasikan kegiatan :
a) Menumbuhkembagkan kedisipilnan kelompok
b) Mengembangkan aturan tertulis kelompok

3.

Melaksanakan kegiatan :
a)

Melaksanakan proses pembelajaran

b) Melaksanakan kerjasama penyediaan jasa pertanian
c)


Pelestarian lingkungan

d) Menerapkan kedisiplinan kelompok
e)

Melaksanakan pembagian tugas kelompok

f)

Melaksanakan dan menaati kesepakatan kelompok

g) Melaksanakan pencatatan kegiatan kelompok
h) Realisasi RDK dan RDKK

4.

i)

Melaksanakan kegiatan usaha tani bersama


j)

Melaksanakan dan mempertahankan kesinambungan produktivitas

Melakukan pengendalian dan pelaporan kegiatan :
a) Mengevaluasi kegiatan perencanaan
b) Mengevaluasi kinerja organisasi
c) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan poktan

Universitas Sumatera Utara

12

2.1.3 Kebijakan Pemerintah dalam Upaya Revitalisasi Penyuluhan
Permasalahan pokok yang dihadapi selama ini adalah rendahnya kualitas dan
kuantitas tenaga penyuluh. Untuk memperkuat tenaga penyuluhan, pemerintah
merencanakan satu desa satu penyuluh untuk seluruh desa di Indonesia. Selain itu,
Departemen Pertanian juga berupaya memperbaiki dan memfungsikan Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP), menyediakan kendaraan dinas untuk transportasi
penyuluh, serta membenahi metode dan sistem penyuluhan yang selama ini lebih

banyak berorientasi pada peningkatan produksi kepada penyuluhan yang
berorientasi kepada agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani dan
keluarganya.
Program pendidikan dan pelatihan penyuluhan yang dicanangkan oleh
Departemen Pertanian (Renstra Kementan Tahun 2015- 2019) adalah pemantapan
sistem penyuluhan pertanian, pemantapan pendidikan menengah pertanian,
revitalisasi pendidikan pertanian serta pengembangan standardisasi dan sertifikasi
profesi SDM pertanian, pemantapan sistem pelatihan pertanian, dukungan
manajemen dan dukungan teknis lainnya badan penyuluhan dan pengembangan
SDM pertanian.
Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis diantaranya adalah :
1.

Pembinaan hukum dan pengelolaan informasi publik bidang pertanian

2.

Pengembangan kerjasama luar negeri untuk bidang pangan dan pertanian
dalam kerangka bilateral, regional dan multilateral

3.

Pengelolaan keuangan, perlengkapan, dan kearsipan kementerian pertanian

4.

Peningkatan kualitas kelembagaan, ketatalaksanaan dan kepegawaian

5.

Koordinasi dan pembinaan perencanaan kementerian pertanian

Universitas Sumatera Utara

13

6.

Pengembangan perstatistikan dan sistem informasi pertanian

7.

Penyelenggaraan ketatausahaan kementerian pertanian, kerumahtanggaan
dan pelaksanaan hubungan masyarakat di bidang pertanian

8.

Perlindungan varietas tanaman dan perizinan pertanian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2006 menyatakan bahwa
penyuluhan dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS),
Penyuluh Pertanian Swadaya dan/atau Penyuluh Pertanian Swasta. Hal ini juga
sebagai indikasi bahwa keterbatasan pemerintah dalam menyelenggarakan
kegiatan penyuluhan pertanian memerlukan mitra kerja yang memadai sesuai
azas-azas dalam pasal 2 Undang-Undang tersebut. Pembinaan terhadap
pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian khususnya bagi Penyuluh Pertanian
Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta selama ini dirasakan belum memiliki
arah yang jelas, juga belum didayagunakan secara optimal untuk memenuhi
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.
Salah satu kebijakan dalam upaya revitalisassi penyuluhan pertanian, tertuang
dalam Peraturan Bupati Katingan Nomor 6l Tahun 2014, tentang Kebijakan dan
Strategi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Katingan
meliputi :
1.

Memacu pengembangan kelembagaan penyuluhan pemerintah daerah,
kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha yang saling bersinergi dan
terpadu di Kabupaten, Kecamatan dan Desa/Kelurahan;

2.

Pengutamaan

prinsip

kemitraan

dalam

pengembangal

kelembagaan

penyuluhan pemerintah daerah dan kelembagaan pelaku usaha, dan
Pertanian, Perikanan Kehutanan;

Universitas Sumatera Utara

14

3.

Peningkatan fungsi dan peran kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha
pertanian, perikanan, dan kehutanan serta masyarakat dalam mendukung
penyelenggaraan penyuluhan secara partisipatif yang dapat menjamin
terlaksananya pembangunan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang
berkelanjutan;

4.

Fasilitasi kemandirian dan profesionalitas penyuluh melalui pengembangan
kompetensi profesi, lembaga sertifikasi profesi dan asosiasi profesi;

5.

Fasilitasi peningkatan peran dan fungsi penyuluh swasta dan penyuluh
swadaya untuk memenuhi kebutuhan penyuluh baik penytiluh pertanian,
penyuluh perikanan dan penyuluh kehutanan melalui pemantapan
pembinaan dan pengawasan;

6.

Pengutamaan kegiatan beroirientasi peningkatan nilai tambah dan daya
saing produk pertanian melalui keterpaduan sistem agribisnis hulu-hilir,
teknologi tepat guna dan sistem informasi berbasis teknologi informasi;

Revitalisasi yang arti harfiahnya ‘menghidupkan kembali’ maknanya bukan hanya
sekedar mengadakan/mengaktifkan kembali yang sebelumnya pernah ada.Tetapi
menyempurnakan struktur, memperbaiki mekanisme kerja, adaptasi dengan
perubahan

yang

baru,

meningkatkan

semangat

dan

komitmen

yang

tinggi.(Dandan, 2009).
Revitalisasi Penyuluhan Pertanian juga dikatakan sebagai upaya mendudukkan,
memerankan,memfungsikan dan menata kembali penyuluhan pertanian agar
terwujud satu kesatuan pengertian, satu kesatuan korps dan satu kesatuan arah
serta kebijakan ( Badan Pengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian,
2009 ).

Universitas Sumatera Utara

15

Sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K ( Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan), pemerintah berkewajiban
menyelenggarakan penyuluhan di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan
secara sekaligus. Pemerintah Pusat melalui kegiatan PRP (Pencanangan
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) mendukung penyelenggaraan
penyuluhan di provinsi dan kabupaten/kota melalui dana dekonsentrasi sejak
tahun 2005. Upaya tersebut perlu disinergikan dengan program-program
pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di provinsi dan kabupaten/kota
serta dukungan pembiayaan yang memadai dari APBD provinsi dan APBD
kabupaten/kota.
2.1.4. Pengembangan Kelompok Tani
Menurut

Badan

Informasi

Penyuluhan

Pertanian

(2001)

berdasarkan

kemampuannya kelompok tani dibagi ke dalam empat kelas dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Kelompok Tani Pemula, memiliki ciri- ciri antara lain:
a) Kontak tani masih belum aktif
b) Taraf pembentukan kelompok tani masih awal
c) Pimpinan formal aktif
d) Kegiatan kelompok bersifat informatif
2. Kelompok Tani Lanjutan
a) Kelompok tani menyelenggarakan demplot dan gerakan-gerakan
terbatas
b) Kegiatan kelompok dalam perencanaan (meskipun terbatas)
c) Pimpinan formal aktif

Universitas Sumatera Utara

16

d) Kontak tani mampu memimpin gerakan kerjasama usahatani
sehamparan
3. Kelompok Tani Madya
a) Kelompok tani melenggarakan kerjasama usahatani sehamparan
b) Pimpinan formal kurang menonjol
c) Kontak tani dan kelompok tani bertindak sebagai pimpinan kerjasama
d) Usahatani sehamparan
e) Berlatih mengembangkan program sendiri
4. Kelompok Tani Utama
a)

Meningkatkan hubungan dengan KUD

b) Perencanaan program tahunan untuk meningkatkan produktivitas dan
pendapatan
c)

Program usahatani terpadu

d) Program disesuaikan dengan KUD
e)

Pemupukan modal dan kepemilikan atau penggunaan benda modal
(Badan Informasi Penyuluhan Pertanian, 2001)

Penilaian kemampuan kelompoktani dirumuskan dan disusun dengan pendekatan
aspek manajemen dan aspek kepemimpinan yang meliputi: (a) perencanaan, (b)
pengorganisasian, (c) pelaksanaan, (d) pengendalian dan pelaporan, (e)
penguasaan teknik kelompoktani dari fungsi-fungsi kelompoktani sebagai kelas
belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka indikator penilaian kinerja kelompok tani dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Indikator Penilaian Kinerja Kelompok Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Universitas Sumatera Utara

17

Indikator Kemampuan Kelompok Tani

Nilai Maksimal
Indikator
200

1. Kemampuan merencanakan kegiatan
2. Kemampuan mengorganisasikan

100

3. Kemampuan melaksanakan kegiatan

400

4. Kemampuan mengendalikan dan melaporkan

150

5. Kemampuan mengembankan kepemimpinan
kelompok tani

150

1.000

Jumlah
Sumber: Badan Penyuluhan dan Pengembagan SDM Pertanian 2011

Merujuk atas indikator penilaian kinerja kelompok berdasarkan tingkat
kemampuan kelompok tani pada Tabel 2, maka klasifikasi kelompok tani
berdasarkan kemampuannya dapat ditentukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Kelompok Tani Berdasarkan Kemampuan
Klasifikasi
Pemula

Jumlah Nilai
250

Lanjut

251 – 500

Madya

501 – 750

Utama

751 – 1.000

Sumber: Badan Penyuluhan dan Pengembagan SDM Pertanian 2011

Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat diukur tingkat kelas setiap kelompok
tani, yang mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kemampuan suatu kelompok
tani disuatu daerah, sehingga dapat menetapkan kelas kelompok tersebut

2.

Bagi pembina/penyuluh berguna untuk mengambil langkah-langkah dan
tindakan yang tepat dalam pembinaan dan pengembangan kelompok tani.

3.

Pengukuran tingkat kemampuan kelompok tani bermanfaat bagi proses
pertumbuhan dan perkembangan kelompok tani selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

18

2.2 Landasan Teori
2.2.1. Peran Penyuluh Pertanian
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002), yaitu peran merupakan
aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran.
Peran juga didefinisikan sebagai suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan
karena suatu jabatan.Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan
untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi
interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang
lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam
kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran.
(Miftah Thoha, 1997).
Menurut Suhardiyono (1992), seorang penyuluh membantu para petani didalam
usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu produksinya guna meningkatkan
kesejahteraan mereka. Oleh karena itu para penyuluh memiliki peran antara lain
sebagai pembimbing, organisator dan dinamisator, pelatih teknisi, dan jembatan
petani dengan lembaga penelitian dibidang pertanian sebagai berikut:
1.

Penyuluh Sebagai Pembimbing Petani
Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru bagi petani dalam
pendidikan non formal, penyuluh memiliki gagasan yang tinggi untuk
mengatasi hambatan dalam pembangunan pertanian yang berasal dari petani
maupun

keluarganya.Seorangpenyuluh

harus

mengenal

baik

sistem

usahatani, bersimpati terhadap kehidupan petani serta pengambilan
keputusan yang dilakukan petani baik secara teori maupun praktek.

Universitas Sumatera Utara

19

Penyuluh harus mampu memberikan praktek demontrasi tentang suatu cara
atau metode budidaya suatu tanaman, membantupetani menempatkan atau
menggunakan sarana produksi pertanian dan peralatan yang sesuai.
Penyuluh harus mampu memberikan bimbingan kepada petani tentang
sumber dana kredit yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha tani
mereka dan mengikuti perkembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan petani
yang berasal dari instansi-instansi terkait.
2.

Penyuluh Sebagai Organisator dan Dinamisator
Dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan para penyuluh lapangan tidak
mungkin mampu untuk melakukan kunjungan ke masing-masing petani
sehingga petani harus diajak untuk membentuk suatu kelompok-kelompok
tani dan mengembangkan menjadi suatu lembaga ekonomi dan sosial yang
memiliki peran dalam mengembangkan masyarakat sekitarnya. Dalam
pembentukan dan pengembangan kelompok tani, penyuluh sebagai
dinamisator dan organisator petani.

3.

Penyuluh Sebagai Teknisi
Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis yang
baik karena pada suatu saat akan diminta petani memberikan saran maupun
demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis. Tanpa adanya
pengetahuan dan ketrampilan teknis yang baik maka akan sulit untuk
memberikan pelayanan jasa konsultan yang diminta petani.

4.

Penyuluh Sebagai Media Penghubung Antara Lembaga Penelitian dengan
Petani

Universitas Sumatera Utara

20

Penyuluh bertugas menyampaikan hasil temuan lembaga penelitian kepada
petani.Sebaliknya, petani berkewajiban melaporkan pelaksanaan penerapan
hasil temuan lembaga penelitian yang dianjurkan tersebut sebagai
penghubung,

selanjutnya

penyuluh

menyampaikan

hasil

penerapan

teknologi yang dilakukan oleh petani kepada lembaga penelitian yang
terkait sebagai bahan referensi lebih lanjut.
Menurut Suhardiyono (1992), para penyuluh memiliki peran antara lain sebagai
organisator dan dinamisator serta pelatih teknisi. Sebagai organisator dan
dinamisator, para penyuluh lapangan harus mengajak petani untuk membentuk
suatu kelompok-kelompok tani dan mengembangkan menjadi suatu lembaga
ekonomi dan sosial yang memiliki peran dalam mengembangkan masyarakat
sekitarnya. Sebagai teknisi, seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan
ketrampilan teknis yang baik karena pada suatu saat akan diminta petani
memberikan saran maupun demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis.
Tanpa adanya pengetahuan dan keterampilan teknis yang baik maka akan sulit
untuk memberikan pelayanan jasa konsultan yang diminta petani.
2.2.2. Teori Sikap
Perkembangan kelompok tani dipengraruhi oleh sikap anggota kelompok tani
terhadap peran penyuluh pertanian.Sikap yang dimiliki seseorang memberikan
corak pada perilaku atau tindakan orang yang bersangkutan (Walgito, 2006).
Krech dan Crutchfield dalam Walgito (2006), mengatakan bahwa perilaku
seseorang akan diwarnai atau dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang
yang bersangkutan. Para ahli psikologi sosial memberikan pengertian tentang
sikap yang sedikit berbeda-beda namun pada dasarnya semuanya bertujuan untuk

Universitas Sumatera Utara

21

mengetahui prilaku seseorang.Walgito (2006) mendefinisikan sikap adalah suatu
organisasi yang mengandung pendapat, pengetahuan, perasaan, keyakinan tentang
sesuatu yang sifatnya relatif konstan pada perasaan tertentu dan memberikan dasar
untuk berperilaku.
Menurut E. B. Harlock (Istiwidayanti dan Soejarwo, 1991) , perkembangan
adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman dan terdiri atas perubahan yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif. Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik
formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah,
teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,
membimbing, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh,
selaras, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta
kemampuan-kemampuan, sebagai bekal atas prakarsa sendiri untuk menambah,
meningkatkan, mengembangkan diri ke arah tercapainya martabat, mutu dan
kemampuan manusiawi yang optimal serta pribadi mandiri
(Iskandar Wiryokusumo, 2011).
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak terhadap objek tertentu.Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu
artinya tidak ada sikap tanpa objek. Sikap diarahkan kepada benda- benda, orang,
peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain- lain (Soetarno 1994).Morgan
(dalam Dhambea, 2010) merumuskan bahwa sikap sebagai tendensi untuk
memberikan reaksi yang positif (menguntungkan) atau reaksi yang negatif (tidak
menguntungkan) terhadap orang-orang, obyek atau situasi tertentu.Dalam hal ini,
Sarlito (2009) menjelaskan bahwa dalam sikap positif, kecenderungan tindakan

Universitas Sumatera Utara

22

adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.Sedangkan dalam
sikap negatif, kecenderungan tindakan adalah untuk menjauhi, menghindari,
membenci, atau tidak menyukai obyek tertentu.Sikap juga didefinisikan sebagai
reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
objek (Soekidjo Notoatmojo, 1997).
Pendapat di atas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Marvin dan Jack (dalam
Uno, 2012) bahwa sikap seperti halnya motivasi, bukanlah tingkah laku tetapi
mendorong timbulnya tingkah laku.Lebih lanjut Marvin dan Jack menjelaskan ada
4 kategori umum tingkah laku yang mungkin disebabkan oleh sikap, yaitu
pendekatan positif (positive approach), pendekatan negatif (negative approach),
penghindaran positif (positive avoidance), dan penghindaran negative (negative
avoidance).Pendekatan positif terjadi bila seseorang menyenangi obyek sikap
yang bersangkutan, sedangkan pendekatan negatif terjadi bila seseorang tidak
menyenangi obyek tersebut dan bertindak negatif terhadapnya.Misalnya, masa
bodoh,

merusak,

mengabaikan,

menyerang,

dan

sebagainya.Sedangkan

penghindaran negatif terjadi bila seseorang menjauhi obyek dengan rasa benci,
takut, atau menolaknya mentah-mentah. Penghindaran positif bila seseorang
menjauhi suatu obyek atau situasi tertentu dengan cara yang baik-baik
2.3 Kerangka Pemikiran
Penyuluh pertanian adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan
kegiatan penyuluhan pertanian. Dimana penyuluhan pertanian diartikan sebagai
proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk

Universitas Sumatera Utara

23

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Salah
satu tugas penyuluh pertanian adalah menumbuhkan kelompok tani/gapoktan dari
aspek kualitas dan kuantitas serta meningkatkan kelas kelompok tani. Dalam
mengembangkan kelompok tani berdasarkan kelasnya tersebut, penyuluh
pertanian memiliki peran sebagai pembimbing petani, organisator dan
dinamisator, teknisi, dan sebagai media penghubung antara lembaga penelitian
dengan petani.Peran- peran penyuluh tersebut mempengaruhi aspek- aspek
managerial dan teknis yang harus dipenuhi oleh kelompok tani itu sendiri. Aspekaspek sepertiperencanaan kegiatan, pengorganisasian kegiatan, pelaksanakan

kegiatan dan pengembangan kapasitas teknis usaha tani, serta pengendalian dan
pelaporan kegiatan. Sikap anggota kelompok tani terhadap peran PPL merupakan
salah satu faktor pengembangan kelompok tani.Sikap anggota kelompok tani menjadi
landasan tingkat adospsi anggota kelompok tani terhadap inovasi yang disuluhkan
peyuluh.Dalam pelaksanaan peran- peran penyuluhan tersebut, dapat ditemui

hambatan- hambatan baik di dalam kelompok tani itu sendiri maupun hambatan
yang dihadapi penyuluh dalam melaksanakan perannya untuk mengembagkan
kelompok tani. Dengan mengetahui hambatan yang dihadapi penyuluh,
diharapakan adanya langkah antisipasi di masa depan sebagai upaya peningkatan
kelas kelompok tani di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

24

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Sikap Petani

Hambatan Penyuluh

Peran Penyuluh

PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI
1.
2.
3.
4.

Perencanaan Kegiatan
Pengorganisasian Kegiatan
Pelaksanaan Kegiatan
Pengendalian dan Pelaporan Kegiatan

: Menyatakan Pengaruh

Gambar 1 : Kerangka Penelitian

Universitas Sumatera Utara

25

2.4 Hipotesis Penelitian
1.

Peran penyuluh pertanian “tinggi”

dalam pengembangan kapasitas

managerial dan teknis kelompok tani.
2.

Sikap anggota kelompok tani “negatif” terhadap peran penyuluh pertanian
dalam pengembangan kelompok tani di daerah penelitian

Universitas Sumatera Utara