T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) pada Mata Pelajaran TIK Untuk Mengukur Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS di SMA negeri 1 Suruh T1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN TIK UNTUK
MENGUKUR PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII IPS
DI SMA NEGERI 1 SURUH

Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Peneliti :
Diah Oktie Utami (702010065)
Elizabeth Sri Lestari. S. Pd., MLIS
George J. L. Nikijuluw, S. Pd

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2014


0

1

2

3

4

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN TIK UNTUK
MENGUKUR PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII IPS
DI SMA NEGERI 1 SURUH
1)

Diah Oktie Utami, 2) Elisabeth Sri Lestari. S. Pd., MLIS, 3) George J. L. Nikijuluw, S. Pd

Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, salatiga 50711, Indonesia
1)
702010065@student.uksw.edu, 2)Elizabeth@staff.uksw.edu,
3)
George.Nikijuluw@staff.uksw.edu

Abstract

This reseach measure student result’s study to know if there is any significant difference
after implementing CTL method in ICT at State Senior High School 1 Suruh. CTL
learning model helps students to develop their thinking to correlate the subject with real
life. This reseach is experimental which consists of control class and experimental class.
Analysis technique in the reseach is Mann Witney-test. CTL learning model was
implement on experimental class and the result shows that post-test has higher results
than pre-test. Beside that by implementing CTL learning model, students become more
active and creative. In summary there is an elevating significant value that is projected
from CTL based learning results.
Keyords : CTL method, student involvement, learning effectiveness

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur bagaimana peningkatan hasil belajar siswa

apakah meningkat setelah menggunakan model pembelajaran Cotextual Teaching and
Learning (CTL) pada mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Suruh. Model pembelajaran
CTL mendorong siswa untuk bisa mengembangkan pola berfikir yang menghubungkan
materi pelajaran dengan kehidupan nyata. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen yang terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Teknis analisis data
yang digunakan adalah Uji Mann Witney – test. Model pembelajaran CTL diterapkan
pada kelompok eksperimen dan didapatkan hasil nilai post-test yang lebih tinggi daripada
nilai pre-test. Selain dengan menerapkan pembelajaran CTL, siswa mengalami perubahan
sikap menjadi lebih aktif dan kreatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran CTL dapat meningkatkan keaktifan siswa yang dapat mempengaruhi
atau meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Metode pembelajaran CTL, keaktifan siswa, efektivitas pembelajaran

1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Universitas Kristen Satya Wacana
2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
3)

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

5

1. PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses belajar peserta didik yang menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Pemilihan model pembelajaran yang tepat perlu diupayakan guru
untuk memudahkan proses terbentuknya pengetahuan pada siswa, namun guru
juga harus memperhatikan apakah model pembelajaran yang digunakan itu
penerapannya sudah efektif dan efisien. Di SMA Negeri 1 Suruh pembelajaran
yang berlangsung berfokus pada guru sebagai sumber belajar utama pengetahuan,
karena guru menggunakan metode ceramah yang akan menjadi pilihan utama
dalam menentukan strategi belajar. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi
pasif dalam pembelajaran dikelas. Selain itu siswa juga merasa bosan, mengantuk
dan sulit berkonsntrasi.
Salah satu model yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran TIK
materi CorelDraw adalah pembelajaran kontekstual atau lebih dikenal dengan
Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran
kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang
dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta
hubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau cara siswa belajar. Siswa
harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri, dan juga perlu
dikondisikan untuk terbiasa memecahkan masalah, menentukan hal-hal yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan gagasan – gagasan. Guru tidak akan
mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa.
Dengan menggunakan model pembelajaran CTL diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK kelas XII. Maka dari
itu model pembelajaran CTL sangat berhubungan atau berpengaruh pada mata
pelajaran TIK karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk agar terbiasa
memecahkan masalah yang tidak asing dalam kehidupan mereka sehari-hari.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan dua penelitian yang
relevan. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Muhammad Subhan Mahasiswa S1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Surabaya dengan skripsi berjudul “Penerapan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar dribble bola

basket (studi pada siswa kelas VIII A SMP IT Babussalam Probolinggo)”. Pada
penelitian tersebut dibahas pemanfaatan metode CTL dapat membantu hasil
belajar siswa dalam dribble bola basket di SMP IT Barussalam Propolinggo.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semua(quasi-experiment), karena
di dalamnya terdapat satu ciri khas, yaitu adanya perlakuan pada subjek
penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one
group pretest-postest desain. Untuk mendapatkan data yang relevan dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes.

6

Dribble bola basket siswa SMP IT Babussalam Probolinggo setelah pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan CTL adalah sebagai berikut: tidak ada siswa
yang mencapai kategori hasil belajar tinggi sekali, siswa yang mencapai kategori
tinggi 5 orang kategori sedang 2 orang siswa, kategori rendah 7 orang siswa, dan
kategori rendah sekali 11 siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
yang signifikan antara hasil belajar dribble bola basket siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) [12].
Penelitian lainnya dilakukan oleh Hajir tahun 2010 Program studi

pendidikan fisika Universitas Muhamadiyah Purworejo dengan judul “Penerapan
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Peningkatan
Pemahaman IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wonosari Sadang” Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode: lembar observasi pemahaman
IPA siswa, angket pemahaman IPA siswa, soal tes. Setelah data diperoleh
kemudian dianalisis menggunakan teknik Deskriptif Persentase. Hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pemahaman IPA pada siswa
meningkat yaitu pada siklus I persentasenya sebesar 63,55%. Setelah dilakukan
tindakan siklus II meningkat menjadi 75,27%. Peningkatan pemahaman siswa ini
berpengaruh yang tadinya 63,64% menjadi 81,82%.
Persamaan dalam kedua penelitian yang dilakukan yaitu sama-sama
menerapkan pembelajaran CTL untuk peningkatan hasil belajar setelah dilakukan
perlakuan atau treatment. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang saya
lakukan yaitu peneliti pertama hanya menilai dari aspek efektif, peneliti kedua
hanya menilai aspek kognitif, sedangkan penelitian saya menilai aspek efektif dan
aspek kognitif karena menilai dari hasil belajar siswa dan perubahan sikap siswa.
Pengertian Pembelajaran dan Model Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu
siswa mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses

yang sistematis, melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi[1].
Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan siswa dalam rangka
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu pola perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer dan lain-lain[2].
Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam merancang pembelajaran
untuk membantu peserta didik sedemikian rupa, sehingga tujuan pembelajaran
tercapai.
Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual (CTL) sebagai berikut: Sistem CTL adalah
sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di
dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan

7

subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka,
yaitu dengan konteks pribadi, sosial dan budaya mereka[3].

Komponen Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Dalam pandangan ini strategi yang diperoleh lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara :
a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
b. Memberikan kesempatan pada siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri, dan
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Menemukan (Inquiry)
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang dialami. Metode
inquiry memberi peluang kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Pada dasarnya siswa ditantang untuk mencari,
melakukan dan menentukan sendiri. Jadi siswa lebih produktif bukan. Dalam
menerapkan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
Tugas guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya (questioning) adalah induk dari strategi pembelajaran
kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan dan aspek
penting dari pembelajaran[4]. Orang bertanya karena ingin tahu, menguji,

mengkonfirmasi,
mengapersepsi,
mengarahkan
atau
menggiring,
mengaktifkan skemata, mengklarifikasi, memfokuskan dan menghindari
kesalahpahaman. Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu dimulai dari
pertanyaan. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa.
Dalam semua pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya untuk :
a. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
b. Mengecek pemahaman siswa
c. Memecahkan persoalan yang dihadapi
d. Membangkitkan respon kepada siswa
e. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
f. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
g. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
h. Untuk membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari siswa, dan
i. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman,
antar kelompok, dan antar mereka yang tahu kepada mereka yang belum tahu.
Siswa bertanya kepada teman-temanya itu sudah mengandung arti learning
community.

8

5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya adalah membahasakan gagasan yang dipikirkan,
mendemostrasikan bagaimana guru mengiginkan para siswanya untuk belajar,
dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Pemodelan
dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep aktifitas
belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu,
cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan
bahasa inggris, dan sebagainya. Atau, guru memberi contoh cara mengerjakan
sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model bagaimana cara belajar. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara pikir tentang sesuatu yang baru dipelajari atau
berfikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Refleksi
merupakan gambaran tentang kegiatan atau pengetahuan yang baru saja
diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru saja diterimanya sebagai
struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik adalah prosedur penilaian pada pembelajaran
kontekstual. Prinsip yang dipakai dalam penilaian serta ciri-ciri penilaian
autentik adalah sebagai berikut :
a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja, dan produk.
b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pelajaran berlangsung
c. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian
d. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagianbagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat
menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.
e. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa
Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): 1). Dalam CTL,
pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activating knowledge). Artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari. 2). Pembelajaran CTL adalah belajar dalam
rangka memperoleh dan menambahkan pengetahuan baru (acquiring knowledge).
3). Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini. 4).
Mempraktikkan pemahaman dan pengalaman tersebut (applying knowledge) yaitu
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam
kehidupan siswa. 5). Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan [4].

9

Langkah-langkah Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
CTL dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1).
Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya.
2). Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan. 3). Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan
pertanyaan-pertanyaan. 4). Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui
kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya. 5).
Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model,
bahkan media yang sebenarnya. 6). Membiasakan anak untuk melakukan refleksi
dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 7). Melakukan penelitian
secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa [5].
Hasil Belajar
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mereka
melalui kegiatan pembelajaran[6]. Hasil belajar pada hakikatnya adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya[7].
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
merupakan suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima
pengalaman belajar yang ditunjukkan melalui penguasaan pengetahuan,
keterampilan, atau tingkah laku. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan
hasil belajar siswa adalah hasil tes ulangan yang diberikan setelah proses
pembelajaran selesai. Nilai hasil tes ulangan termasuk dalam ranah kognitif.
3. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif khususnya pada metode penelitian eksperimen. Karena penelitian ini
bertujuan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu [8]. Selain itu metode ini
juga dapat mengetahui apakah dengan menggunakan metode penelitian ini dalam
model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Suruh.
Desain Penelitian
Bentuk desain eksperimen ini adalah Quasi Experimental Design dalam
spesifikasi Nonequivalent Control Group Design . Desain eksperimen ini
digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang
digunakan untuk penelitian. Desain ini hampir sama dengan pretest - postest
control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dua kelompok yang ada diberi
pre-test, kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan, kelompok kontrol
tidak diberi perilaku dan terakhir kedua kelompok tersebut diberikan post-test.

10

Tabel 3.1
Desain kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pre-test-post-test

Kelompok

Pre-test

Perlakuan

Post-test

Kelas Eksperimen

0

X

0

Kelas Kontrol

0



0

Keterangan :
Kelompok Eksperimen (XII IPS 1) : menggunakan metode eksperimen
Kelompok Kontrol (XII IPS 3)
: menggunakan metode konvensional
X
: perlakuan CTL

: perlakuan konvensional
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII di SMA Negeri
1 Suruh tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah lima kelas. Sampel yang diambil
pada penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 1 yang berjumlah 25 orang dan
kelas XII IPS 3 yang berjumlah 25 orang. Kelas XII IPS 1 merupakan kelas
eksperimen yang diberikan perlakuan dengan penggunaan metode pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL), sedangkan kelas XI IPS 3 sebagai
kelas kontrol yang diberikan metode pembelajaran Konvensional.
Dalam pemilihan kelas yang dilakukan melihat dari hasil rata-rata nilai
UKK untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk kelas
eksperimen diambil dari nilai rata-rata yang terendah yaitu kelas XII IPS 1 dan
kelas kontrol diambil dari nilai rata-rata yang tertinggi yaitu kelas XII IPS 3.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemiudian ditarik kesimpulannya [9]. Dalam penelitian ini ada dua
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah aktifitas siswa melalui
metode pembelajaran CTL.
2. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa
pada mata pelajaran TIK.
Tahap Persiapan Penelitian
1. Konsultasi dengan pihak sekolah dan guru bidang studi mengenai waktu
penelitian, populasi dan sampel yang akan dijadikan sebagai subjek dalam
penelitian.
2. Penyusunan perangkat pembelajaran yaitu berupa RPP, skenario
pembelajaran, dan LKS.
3. Pembuatan instrumen penelitian berupa Pilihan Ganda untuk mengukur
keterampilan proses dan hasil belajar, lembar observasi untuk mengukur
keterlaksanaan model yang digunakan.
4. Membuat instrumen tes.

11

Tahap Pelaksanaan Penelitian
Memberikan tes awal (pre-test) untuk mengukur keterampilan proses dan
hasil belajar siswa untuk kedua kelas yaitu kelas XII IPS 1 dan XII IPS 3.
Kemudian menentukan kedua kelas tersebut sebagai kelas kontrol dan kelas
eksperimen berdasarkan nilai rata-rata KKM.
Kelas Kontrol
Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran
yang biasanya dipakai oleh guru yaitu model pembelajaran konvensional.
Memberikan tes akhir (post-test) berupa soal pilihan ganda untuk mengukur
peningkatan keterampilan proses dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Kelas Eksperimen
Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran
CTL pada pembelajaran TIK dengan observer selama pembelajaran. Memberikan
tes akhir (post-test) berupa soal pilihan ganda untuk mengukur peningkatan
keterampilan proses dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan (treatment).
Tahap Akhir Penelitian
1. Mengolah data hasil pre-test dan post-test.
2. Menganalisis data hasil penelitian dan membahas temuan penelitian
3. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data
4. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian

Gambar 3.1
Tahapan – tahapan pelaksanaan penelitian

Intrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada Mata
Pelajaran TIK yaitu berupa tes dan check list. Tes ini dibagi menjadi dua waktu
yaitu tes yang diberikan sebelum memulai proses kegiatan belajar mengajar
dinamakan pre-test, sedangkan tes yang diberikan setelah proses kegiatan belajar

12

mengajar dinamakan post-test. Test ini berupa tes pilihan ganda. Selain itu
instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah check list untuk mengamati
keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung dilakukan pada kelas ekperimen.
Metode Pengumpulan Data
Berikut metode yang dipakai dalam pengumpulan data yang digunakan :
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan
data tentang daftar nama serta jumlah siswa pada penelitian ini. Dokumentasi juga
berupa foto untuk memberikan gambaran secara lebih nyata mengenai suasana
kelas selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Pengamatan / Observasi
Dalam teknik observasi peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan
terhadap yang sistematis objek yang diteliti [10]. Observasi digunakan untuk
mengetahui apakah pembelajaran sesuai dengan skenario atau tidak dan
mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam pembelajaran. Dalam observasi ini
peneliti menggunakan lembar observasi keaktifan siswa berupa check list untuk
mengamati keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Penelitian yang
berjudul “Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Penggunaan Multimedia dalam
Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 10 Palembang.” hal-hal yang diamati adalah
keaktifan siswa pada waktu belajar yang meliputi [11]:
1. Perhatian siswa dalam waktu belajar
a. Siswa tidak mengobrol dengan teman
b. Siswa tidak mengerjakan pekerjaan lain pada saat guru mengajar
c. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru
2. Respon siswa dalam belajar
a. Siswa berani bertanya kepada guru
b. Siswa menjawab pertanyaan guru
3. Kedisiplinan siswa dalam belajar
a. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
b. Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu
c. Siswa tidak keluar masuk kelas
d. Siswa tidak membuat keributan saat guru menjelaskan materi

13

Tabel 3.2. Cheeklist Observasi

Perilaku siswa

No.absen
123456...25

Skor

1. Perhatian Siswa Pada
Waktu Belajar
a. Siswa tidak mengobrol
dengan teman
b. Siswa tidak mengerjakan
pekerjaan lain saat guru
mengajar
c. Siswa memperhatikan dan
mendengarkan penjelasan
guru
2.Respon Siswa Dalam
Belajar
a.Siswa berani bertanya
kepada guru
b.Siswa menjawab
pertanyaan guru
3.Kedisiplinan Siswa Dalam
Belajar
a.Siswa mengerjakan tugas
yang diberikan
b.Siswa mengumpulkan tugas
tepat waktu
c.Siswa keluar masuk kelas
d.Siswa tidak membuat
keributan saat guru
menjelaskan materi
Skor

Dari hasil lembar observasi keaktifan siswa yang dilakukan sebelum dan
sesudah diberikan metode pembelajaran CTL, didapatkan hasil adanya perubahan
sikap siswa menjadi aktif. Sebelum diberikan model pembelajaran CTL
didapatkan hasil kurang dari 40% siswa aktif. Namun terdapat perubahan yang
signifikan setelah diterapkan model pembelajaran CTL lebih dari 60% siswa aktif.
3. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat
yang luwes, pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga
segala sesuatu yang ingin diungkap dapat digali dengan baik. Wawancara
merupakan sumber informasi yang amat baik. Dalam penelitian ini wawancara
hanya ditujukan kepada guru pengampu mata pelajaran TIK dengan tujuan untuk
lebih mengetahui bagaimana keadaan sistem pembelajaran yang sudah berlaku.
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru yang mengampu mata pelajaran
TIK di SMA Negeri 1 Suruh yaitu dalam kegiatan pembelajaran TIK berlangsung
sudah namun kurang efektif dikarenakan siswa kurang konsen dalam kegiatan
belajar mengajar, metode pembelajaran yang dipakai yaitu menggunakan metode
ceramah, siswa dapat memahami materi yang disampaikan dengan menggunakan
14

media pembelajaran masih kurang banyak siswa yang pasif, merasa bosan,
mengantuk, kurang berkonsentrasi dan siswa ramai sendiri, prestasi hasil belajar
siswa dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional masih kurang
karena masih banyaknya siswa yang hasil belajarnya dibawah nilai rata-rata.
4. Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian berupa tes pilihan ganda dengan
menggunakan materi yang memiliki tingkat yang sama dengan materi belajar pada
tingkatan siswa yang menjadi sampel penelitian.
Tes dilakukan 2 kali, yaitu pre-test dan post-test. Test ini dibagi menjadi
dua waktu yaitu test yang diberikan sebelum memulai proses kegiatan belajar
mengajar dinamakan pre-test, sedangkan tes yang diberikan setelah proses
kegiatan belajar mengajar dinamakan post-test. Adapun jenis tes pilihan ganda
dalam penelitian adalah tes tentang Corel Draw, disini siswa dituntut untuk
mengerjakan soal pilihan ganda sehingga didapatkan hasil berupa data yang
berupa soal kemudian diolah.
Teknik Analisis Data
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah statistik
nonparametrik. Statistik nonparametrik didasarkan dari model yang tidak
mendasarkan bentuk khusus dari distribusi data. Dalam hal ini adalah perbedaan
hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberi
perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL).
Analisis data dilakukan dengan teknik uji Mann Whitney-U menggunakan
program SPSS for Windows Release 16.0. Uji Mann Whitney-U biasanya
digunakan dalam berbagai bidang, misalnya pada psikologi digunakan untuk
membandingkan sikap dan perilaku. Dalam bidang pengobatan, digunakan untuk
mengetahui efek obat apakah sama atau tidak. Dalam pendidikan, dapat
digunakan untuk mengetahui prestasi siswa yang berbeda.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 01 Suruh Kabupaten Semarang
yang terletak di Jl. Jatirejo No. 17 Desa Jatirejo Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang Propinsi Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Suruh pada tahun terdiri dari
kelas X, XI dan XII yang seluruhnya terdapat 15 kelas, 5 kelas X, 5 kelas XI, dan
5 kelas XII. Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Suruh
tahun ajaran 2013/2014, yaitu kelas XII IPS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas
XII IPS 3 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga
September 2014.
Uji Pre-test dan Post-test
Analisis Deskriptif Statistik
Analisis deskriptif penelitian ini menggambarkan nilai awal dan nilai akhir
dari kedua kelas sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Data yang digunakan
adalah nilai pre-test dan post-test yang disebarkan di kelas XII IPS 1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas XII IPS 3 sebagai kelas kontrol.

15

Tabel 3.2
Perolehan nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Pre-test

Nilai rata-rata
Post-test

Max
Min

Eksperimen
85
50

Kontrol
95
35

Max
Min

68
92
64

69,40
88
40

76,32

69,44

Nilai rata-rata

Uji Hipotesis
Rata-rata nilai post-test kelompok eksperimen yang sebesar 76,32 ternyata
lebih besar daripada rata-rata nilai pre-test yang sebesar 68. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan rata-rata nilai kelompok eksperimen setelah dilakukan
treatment. Kemudian dari uji Mann Whitney post-test dan pre-testt kelompok
eksperimen diperoleh hasil yaitu nilai Asymp.Sign.2-tailed sebesar 0,008 < 0,050
yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test
kelompok eksperimen.
Pada penghitungan signifikansi perbedaan skor post-test antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan rata-rata kelompok eksperimen
sebesar 30,06 dan rata-rata kelompok kontrol sebesar 20,94. Hasil ini
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki rata-rata hasil belajar yang
lebih tinggi dengan selisih 9,12. Sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hasil tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada
siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Suruh melalui model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis yang menyatakan bahwa
“Ada Peningkatan yang Signifikan pada hasil belajar siswa kelas XII IPS 1 SMA
Negeri 1 Suruh yang diberikan Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL)” diterima.
Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan awal dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar
mata pelajaran TIK pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Suruh tahun ajaran
2014/2015. Adanya perlakuan yang berbeda diberikan pada kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
dimana proses pembelajaran dikaitkan dengan dunia nyata. Dalam model
pembelajaran ini diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa,
dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak
mereka, menemukan/cara menyadari apa yang dialami, menanyakan apa yang
perlu ditanyakan, bertukar informasi kepada teman atau guru

16

Tabel 3.4
Perbedaan Proses Pembelajaran
Kelas Kontrol
Berpusat pada guru
Siswa adalah penerima informasi secara pasif
Pembelajaran sangat abstrak
Waktu dalam latihan praktik lebih sedikit,
pemberian materi lebih banyak
Pemberian soal latihan berupa soal yang
sederhana seperti membuat bentuk-bentuk
bidang datar .

Kelas Eksperimen
Metode pembelajaran CTL
Siswa secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan yang
nyata.
Waktu dalam praktik lebih banyak daripada
pemberian materi
Pemberian soal latihan berupa contoh logo
sederhana yang sering mereka temui dalam
kehidupan sehari-hari.

Tabel 3.5
Penerapan CTL pada Pembelajaran
Karakteristik
Activating Knowledge

Acquiring Knowledge

Understanding Knowledge

Applying Knowledge

Reflecting Knowledge

Kegiatan belajar
Guru
Siswa
Guru mengulas materi tentang Siswa memperhatikan dan
menu dan ikon serta tools- mempraktekkan
langsung
tools dalam perangkat lunak.
dikomputer masing-masing
Pemberian materi sesuai untuk Siswa
memahami
dan
pertemuan tersebut
mendapatkan
materi
dari
penjelasan
guru
dan
mempraktekkan langsung pada
komputer masing-masing.
Siswa
memahami
dan
memperhatikan guru yang
Guru memberikan pemodelan
sedang
memberikan
dengan membuat logo.
pemodelan
Guru memberikan soal latihan Siswa
mengerjakan
soal
untuk mengukur ketrampilan latihan dengan membuat logo
proses dan hasil belajar siswa. sederhana yang sering mereka
temui.
Guru bertanya kepada siswa Siswa memberikan tanggapan
bagaimana tanggapan mereka tentang materi yang baru saja
tentang materi yang baru saja dia terima
mereka terima, keuntungan
apa saja yang bisa didapatkan
dari mempelajari aplikasi
tersebut.

Pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga, peneliti merancang
pembelajaran yaitu memberi masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan CorelDraw contoh membuat logo sederhana. Pada pertemuan pertama,
guru mengulas materi tentang menu dan ikon serta tools-tools dalam perangkat
lunak yang sudah pernah diajarkan menggunakan media aplikasi Paint. Dengan
tujuan sebelum mengajarkan tentang aplikasi baru siswa harus diingatkan tentang
materi yang sudah diajarkan sebelumnya sebagai dasar untuk memberikan aplikasi
baru yang fitur-fiturnya lebih lengkap dari aplikasi sebelumnya. Kemudian guru
mengenalkan program CorelDRAW, menjelaskan pengertian aplikasi grafis

17

CorelDRAW, mengenalkan bagian-bagian program CorelDRAW, mengenalkan
fasilitas toolbox pada program CorelDRAW. Siswa memahami dan mendapatkan
materi dari penjelasan guru dan mempraktekkan langsung pada komputer masingmasing. Guru memberikan pemodelan dengan membuat logo flash distro. Siswa
memahami dan memperhatikan guru yang sedang memberikan pemodelan. Guru
memberikan soal latihan untuk mengukur ketrampilan proses dan hasil belajar
siswa. Siswa mengerjakan soal latihan dengan membuat logo sederhana yang
sering mereka temui. Guru bertanya kepada siswa untuk menanyakan bagian
mana yang belum dimengerti dan kesulitan apa saja yang ditemui.
Pertemuan kedua, guru menjelaskan tentang mengelola dokumen, membuat
objek dasar, mengolah obyek vektor, membuat teks pada CorelDRAW. Kemudian
guru memberikan latihan untuk mengukur ketrampilan proses dan hasil belajar
siswa. Siswa mengerjakan soal latihan dengan membuat gradasi warna serta
memberikan teks.
Pertemuan ketiga, guru menjelaskan tentang pengelolaan obyek dasar, efek
interaktif pada obyek vektor, menyimpan gambar dalam format bitmap, mencetak
gambar. Siswa mendegarkan guru yang sedang mengajar dan mempraktekkan
langsung di komputer masing-masing. Selanjutnya guru memberikan latihan
untuk mengukur ketrampilan proses dan hasil belajar siswa. Siswa mengerjakan
soal latihan dengan membuat logo sederhana.
Guru bersama-sama siswa membuat refleksi tentang apa yang sudah
dipelajari. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan cukup maksimal, saat
dimulai sudah terlihat semangat karena siswa termotivasi untuk belajar
menggunakan aplikasi CorelDraw. Jalannya proses pembelajaran berjalan cukup
lancar dan sudah baik. Siswa juga terlihat sangat senang saat proses pembelajaran
berlangsung, dan ditunjukan dengan adanya hasil belajar yang lebih baik.
Kelompok kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Pada kelas
kontrol kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru. Sedangkan kelompok
eksperimen dengan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL). Dari hasil analisis yang ditunjukkan Asymp sig.2-tailed adalah 0,008 <
0,05 sehingga hasil uji signifikan secara statistik menunjukkan bahwa ada
peningkatan yang signifikan pada hasil belajar kelompok eksperimen setelah
diberikan perlakuan (treatment). Rata-rata kelompok eksperimen meningkat dari
24,42 menjadi 30,06 pada post-test karena kelompok ekperimen ini diberikan
perlakuan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
Dengan demikian model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) terbukti lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan
peningkatan rata-rata kelompok eksperimen secara signifikan. Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang bertujuan
membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya
terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari, sehingga siswa memiliki
pengetahuan atau ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi
sendiri secara aktif pemahamannya. Disamping itu pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) memiliki beberapa keunggulan, diantaranya siswa
lebih aktif untuk menggali pengetahuannya sendiri bersama dengan temannya.
Siswa juga aktif dalam mencari solusi untuk memecahkan dan mencari toolbox

18

yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan dari tugas yang diberikan. Tugas
yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari sebagai contoh logo
sederhana yang sering mereka temui sebagai contoh logo indomart dan siswa
diberi kesempatan untuk mengolah dan mengeksplorasi berbagai toolbox pada
aplikasi CorelDraw yang tepat untuk menyelesaikannya. Sehingga pemahaman
siswa akan lebih kuat. Selain itu siswa juga lebih aktif saat kegiatan pembelajaran.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa sangat perlu diberi
perhatian khusus pada penekanan teori serta frekuensi pratikum pada mata
pelajaran TIK terutama pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Suruh tahun
ajaran 2014/2015, melihat dari hasil analisa terdapat beberapa siswa yang
memiliki hasil belajar yang tinggi setelah diberikan metode pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL). Bila keadaan ini dipertahankan terus
menerus maka akan semakin meningkatkan prestasi siswa di masa yang akan
datang.
5. SIMPULAN
Permasalahan pada penelitian ini adalah guru menggunakan metode
pembelajaran konvensional (ceramah). Sehingga siswa menjadi pasif dalam
pembelajaran karena guru menerapkan metode ceramah dalam pembelajaran TIK
di SMA Negeri 1 Suruh. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang menggunakan
metode CTL untuk mengetahui perubahan sikap dan hasil belajar siswa. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yang terdiri dari kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebelum dan sesudah diberikan
metode pembelajaran CTL, didapatkan hasil adanya perubahan sikap siswa
menjadi menjadi aktif dan kreatif. Siswa dapat membangun pola pikir yang baru
untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat menemukan beragam cara belajar
siswa yang sesuai dengan masing – masing individu, serta menjadikan siswa lebih
aktif dalam bertanya. Sebelum diberikan model pembelajaran CTL kurang dari
40% siswa aktif. Namun terdapat perubahan yang signifikan setelah diterapkan
model pembelajaran CTL lebih dari 60% siswa aktif.
Selain itu dari hasil perhitungan uji Mann Whitney diperoleh nilai Asymp
sig.2-tailed sebesar 0,008, angka tersebut lebih besar dari 0,050 yang artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test kelompok
eksperimen. Rata – rata pre-test sebesar 68 dan post-test 76,32. Hasil rata – rata
post-test lebih besar dari hasil pre-test. Berdasarkan hasil nilai post-test antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan rata – rata kelompok
eksperimen sebesar 30,06 dan rata – rata kelompok kontrol sebesar 20,94, yang
berarti terdapat juga perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran CTL dapat
meningkatkan keaktifan siswa yang dapat mempengaruhi atau meningkatkan hasil
belajar siswa.

19

6.

SARAN
Bagi pihak sekolah terutama kepala sekolah selaku pimpinan di sekolah
diharapkan mendukung maupun memfasilitasi dalam penggunaan berbagai model
pembelajaran yang diterapkan oleh para guru, sehingga tercipta kondisi belajar
mengajar yang kondusif dan mampu menciptakan siswa yang lebih unggul di
masa yang akan datang. Para guru hendaknya menindaklanjuti penerapan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran
TIK dan lain-lain, karena dengan metode pembelajaran ini proses belajar
mengajar menjadi lebih bermakna dan memaksimalkan hasil belajar siswa. Bagi
penelitian yang akan datang perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan pokok
bahasan lain yang menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada mata pelajaran TIK, misalnya penerapan aplikasi Adobe
Photoshop, autoCAD, dan aplikasi lainnya. Dan diharapkan hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian dengan topik
sejenis.
7.

DAFTAR PUSTAKA
[1].

[2].
[3].
[4].
[5].
[6].
[7].
[8].
[9].
[10].
[11].
[12].

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran : Untuk
Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar.
Bandung : Alfabeta.
Joyce dan Weil. 2008. Model of Teaching. Needham Height,
Massachusets : Alyn and Bachon.
Elaine B. Johnson. 2007 Contextual Teaching and Learning.
Bandung: Mizan Media Utama
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart
Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Drs. Rusman. M. Pd. Model – Model Pembelajaran. Jakarta: Raja
Persindo Persada.
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar . Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2010. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Algesindo.
Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND.
Bandung : Alfabeta.
Abdurahman M dan Muhidin S A. 2007. Analisis Korelasi, Regresi,
dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Diedrich, Paul D. Dalam Desi (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar . Jakarta: Rajawali Pers.
Subhan, M. 2012. Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Dribble Bola Basket, Jurnal
PendidikanJasmani689,http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnalpendidika jasmani/issue/archive. Diakses pada tanggal 20 Maret 2014.

20