Penggunaan Zat Warna Kulit Batang Jamblang (Syzygium Cumini (L.) Skeels) Dalam Formulasi Sediaan Pewarna Rambut

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi, identifikasi tumbuhan, morfologi tumbuhan, nama daerah, kandungan kimia tumbuhan, serta kegunaan kulit batang jamblang. 2.1.1 Identifikasi tumbuhan

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium cumini (Heyne, 1987). 2.1.2 Morfologi tumbuhan

Tinggi pohon 10-20 m, tumbuh bengkok dan bercabang banyak. Kulit batang tebal, tangkai daun 1-3,5 cm, helaian daun lebar bulat memanjang atau bulat telur terbalik, bagian atas hijau tua, mengkilat, sama sekali tidak bertitik tembus cahaya (Steenis, 2005).

Bunga majemuk dan cabangnya berjauhan. Bunga duduk, tumbuh di ketiak daun dan ujung percabangan, kelopak berbentuk lonceng, dan berwarna hijau muda. Daun mahkota berbentuk bulat telur sampai bulat melingkar dan panjang 3 mm. Benang sari dan tangkai putik memiliki panjang 0,5 cm.


(2)

6

Buah berbentuk lonjong, sedikit membelok dan memiliki panjang 2-3 cm. Buah muda berwarna hijau, setelah matang berubah berwarna merah tua keunguan. Biji berjumlah satu, berbentuk lonjong, keras, berwarna putih. Akar tunggang, bercabang-cabang, dan berwarna coklat muda (Utami, 2008).

2.1.3 Nama daerah

Jambe kleng (Aceh); jambu kling (Gayo); jamblang (Sunda); juwet, duwet, duwet manting, jambu kalang (Jawa); dhalas, dhalas bato, dhuwak (Madura); juwet, jujutan (Bali); klayu (Sasak); duwe (Bima); jambulan (Flores); raporapo jawa (Makasar); alicopeng (Bugis); jambula (Ternate); dan jamlang, jambelang, duwet (Melayu) (Utami, 2008).

2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan

Kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan jamblang diantaranya zat samak, tanin, asam galat, alkaloid dan flavonoid (Hariana, 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis (2011) bahwa dalam kulit batang jamblang terdapat zat warna tanin yang dapat digunakan sebagai pewarna tekstil. Ekstrak kulit batang jamblang dapat mewarnai kain dan kertas dengan baik. Tanin merupakan senyawa polifenol yang mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit.

Pemanfaatan kulit batang jamblang sebagai pewarna rambut merupakan terobosan baru mengingat selama ini masyarakat mulai beralih kepada bahan alami yang berasal dari tumbuhan (Barel, dkk., 2001).


(3)

7 2.1.5 Kegunaan kulit batang jamblang

Kegunaan kulit batang jamblang yaitu sebagai peluruh haid serta untuk pengobatan kencing manis (diabetes mellitus), obat anemia dan diare (Utami, 2008).

2.2. Pirogalol

Pirogalol mempunyai struktur kimia seperti terlihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Struktur kimia pirogalol (Sweetman, 2009).

Pemerian : Padatan hablur putih atau hablur tidak berwarna dengan berat molekul 126,1.

Suhu lebur : 133oC (Ditjen POM, 1995).

Pirogalol bersifat sebagai reduktor (mudah teroksidasi). Dalam bentuk larutan akan menjadi warna gelap jika terkena udara. Jika pemakaiannya dicampur dengan zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, pirogalol berfungsi sebagai zat pembangkit warna dan dikombinasikan dengan pewarna logam lain. Ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan agar zat warna dapat menempel lebih kuat lagi pada rambut dibandingkan pada saat sebelum dicampur. Pirogalol diizinkan digunakan sebagai zat pembangkit warna dengan batas kadar 5% (Ditjen POM, 1985).


(4)

8 2.3 Tembaga (II) Sulfat

Tembaga (II) sulfat merupakan senyawa logam yang dapat digunakan sebagai pewarna pada rambut.

Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul berwarna biru, transparan dengan berat molekul 249,68 (Ditjen POM, 1995).

Kelarutan : 1 g larut dalam 3 ml air; dalam 0,5 ml air panas; 1 g dalam 500 ml alkohol; 1 g dalam 3 ml gliserol (Sweetman, 2009).

Tembaga (II) sulfat digunakan dalam cat rambut yang memberikan warna coklat dan hitam. Warna tersebut terjadi karena tembaga sulfat berubah menjadi tembaga oksida (Bariqina dan Ideawati, 2001). Tembaga (II) sulfat termasuk ke dalam zat warna senyawa logam. Daya lekat zat warna senyawa logam umumnya tidak sekuat zat warna nabati, karena itu jika digunakan langsung harus dilakukan tiap hari hingga terbangkit corak warna yang dikehendaki (Ditjen POM, 1985).

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Hasil ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudiaan semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah bahan alamiah yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 2000). Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu;


(5)

9 A. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara merendam sampel di dalam pelarut cair. Pembuatan maserasi kecuali dinyatakan lain, dilakukan sebagai berikut. Dimasukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup, dibiarkan salama 5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, diserkai, diperas, dicuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Dienap tuangkan atau disaring (Ditjen POM, 1979).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1 – 5 kali bahan (Ditjen POM, 2000).

B. Cara panas 1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.


(6)

10 2. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50%.

3. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan alat soklet dengan pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas mendidih, temperatur terukur 96-98ºC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

5. Dekok

Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dan temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).

2.5 Rambut

Rambut adalah sel yang sudah mati. Oleh karena itu, saat rambut dipotong maka tidak terasa sakit. Rambut tumbuh di lapisan kulit dermis, tapi akar rambut berada jauh di bawah dermis. Selain menjadi simbol kecantikan, sesungguhnya fungsi utama rambut adalah melindungi kulit kepala (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(7)

11 2.5.1 Anatomi rambut

Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Anatomi rambut (Scott, dkk., 1976).

Menurut Bariqina dan Ideawati (2001), rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut:

a. Ujung rambut

Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum/tidak pernah dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.

b. Batang rambut

Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin.


(8)

12

Gambar 2.3 Struktur batang rambut (Scott, dkk., 1976).

Pada potongan melintang batang rambut dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yang tersusun teratur yaitu:

1. Selaput rambut (kutikula)

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Bagian bawah menutupi bagian di atasnya. Kutikula berfungsi untuk membuat rambut dapat ditarik memanjang dan bila dilepaskan akan kembali pada posisi semula, melindungi bagian dalam dari batang rambut, rambut dapat dikeriting dan dicat karena cairan obat keriting/cat rambut dapat meresap dalam korteks rambut.

2. Kulit rambut (korteks)

Kulit rambut terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun secara memanjang, dan mengandung melanin. Granul-granul pigmen yang terdapat pada korteks ini akan memberikan warna pada rambut. Sel–sel tanduk terdiri atas serabut-serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap serabut terbentuk oleh molekul-molekul keratin seperti tali dalam bentuk spiral.


(9)

13 3. Sumsum rambut (medula)

Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam jala/anyaman sehingga terdapat rongga-rongga yang berisi udara. c. Akar Rambut

Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam miring di dalam kulit, terselubung oleh kantong rambut (folikel rambut). Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:

1) Kantong rambut (folikel)

Folikel merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung dan berfungsi untuk melindung akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Jika bentuk folikel lurus maka rambut juga lurus. Jika bentuk folikel agak melengkung maka rambut agak berombak, sedangkan jika bentuk folikel sangat melengkung maka rambut akan keriting (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2) Papil rambut

Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya sel-sel tunas rambut, zat protein yang membentuk keratin, zat makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk melanin.


(10)

14 3) Umbi rambut (matriks)

Umbi rambut adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut diatasnya. Sel-sel akar rambut berwarna keputih-putihan dan masih lunak. Pertumbuhan rambut terjadi karena sel-sel umbi rambut bertambah banyak secara mitosis. Pada umbi rambut melekat otot penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu rangsangan dari luar tubuh (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.5.2 Struktur rambut

Rambut dapat berwujud tebal atau kasar, halus atau tipis, dan normal atau sedang. Keadaan atau wujud rambut dapat dilihat berbentuk lurus, berombak atau keriting (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.5.3 Jenis rambut

a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu: 1. Rambut velus

Rambut velus adalah rambut sangat halus dengan pigmen sedikit. Rambut ini terdapat di seluruh tubuh kecuali pada bibir, telapak tangan dan kaki.

2. Rambut terminal

Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta berpigmen banyak. Terdapat pada bagian tubuh tertentu seperti kepala, alis, bulu mata dan ketiak.


(11)

15 b. Jenis rambut menurut sifatnya, yaitu:

1. Rambut berminyak

Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak kelihatan mengkilap, tebal dan lengket.

2. Rambut normal

Rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang memproduksi minyak secara cukup. Rambut normal lebih mudah pemeliharaannya serta tidak terlalu kaku sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis model rambut.

3. Rambut kering

Jenis rambut ini tampak kering, mengembang, dan mudah rapuh. Hal ini karena kandungan minyak pada kelenjar lemaknya sedikit sekali akibat kurang aktifnya kelenjar minyak (Putro, 1998).

2.5.4 Tekstur rambut

Tekstur rambut adalah sifat-sifat rambut yang dapat ditentukan dengan penglihatan, perabaan, atau pegangan, dapat berupa kasar, sedang, halus atau sangat halus. Sifat ini biasanya ditentukan oleh diameter rambut (Scott, dkk., 1976). Pengertian ini meliputi sifat-sifat rambut sebagai berikut:

a. Kelebatan rambut (Densitas rambut)

Kelebatan rambut dapat ditentukan dengan melihat banyaknya batang rambut yang tumbuh di kulit kepala, rata-rata 90 helai rambut kasar sampai 130 helai rambut halus setiap sentimeter persegi. Banyaknya rambut yang tumbuh di seluruh kulit kepala berkisar antara 80.000-120.000 helai tergantung pada halus kasarnya rambut seseorang.


(12)

16 b. Tebal halusnya rambut

Tebal halusnya rambut ditentukan oleh banyaknya zat tanduk dalam kulit rambut. Pada umumnya, rambut yang berwarna hitam dan coklat lebih tebal daripada rambut merah atau pirang. Rambut di pelipis lebih halus daripada rambut didaerah lain.

c. Kasar licinnya permukaan rambut

Kasar licinnya permukaan rambut ini ditentukan melalui perabaan. Permukaan rambut dikatakan lebih kasar jika sisik-sisik selaput rambut tidak teratur rapat satu dengan yang lain. Hal ini dapat juga disebabkan oleh kotoran yang menempel pada permukaan rambut atau kelainan rambut yang berupa simpul.

d. Kekuatan rambut

Sifat ini tergantung pada banyaknya dan kualitas zat tanduk dalam rambut. Kekuatan rambut dapat diketahui dengan cara meregangkan rambut sampai putus.

e. Daya serap (porositas) rambut

Porositas rambut adalah kemampuan rambut untuk mengisap cairan. Porositas tergantung dari keadaan lapisan kutikula, yaitu lapisan rambut paling luar yang mempunyai sel-sel seperti sisik, bertumpuk-tumpuk membuka ke arah ujung rambut. Selaput rambut yang sisik – sisiknya terbuka dan zat tanduk yang keadaannya kurang baik akan meningkatkan daya serap rambut. Rambut di puncak kepala memiliki daya serap terbaik.

f. Elastisitas rambut

Elastisitas rambut adalah daya kemampuan rambut untuk memanjang bila ditarik dan kembali kepada panjang semula jika dilepas. Normalnya, daya


(13)

17

elastisitas rambut dapat mencapai kira-kira 20-40% dari panjang asli rambut. Elastisitas pada rambut basah dapat mencapai 40-50% lebih panjang dari keadaan semula (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.5.5 Fisiologi rambut

2.5.5.1 Pertumbuhan rambut

Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena sel-sel daerah matrix/umbi rambut secara terus menerus membelah. Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang dinamakan siklus pertumbuhan rambut (Rostamailis, dkk., 2008).

Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata di seluruh permukaan kulit. Di akhir bulan ke-enam atau awal bulan ketujuh usia kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh di permukaan kulit, yaitu berupa rambut lanugo, atau rambut khusus bayi dalam kandungan. Kemudian menjelang bayi lahir atau tidak lama sesudah bayi lahir, rambut bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut terminal. Itulah sebabnya ketika bayi lahir, ada yang hanya berambut halus dan ada juga yang sudah berambut kasar dan agak panjang, bahkan kadang-kadang sudah mencapai panjangnya antara 2-3 centimeter. Kecepatan pertumbuhan rambut sekitar 1/3 milimeter per hari atau sekitar 1 centimeter perbulan. Dengan demikian kalau seorang bayi lahir dengan panjang rambut 2 centimeter, berarti pada bulan ke 7 kehamilan, rambut lanugo bayi sudah diganti dengan rambut dewasa terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan


(14)

18

secara terus menerus. Pada waktu-waktu tertentu pertumbuhan rambut itu terhenti dan setelah mengalami istirahat sebentar, rambut akan rontok sampai ke umbi rambutnya. Sementara itu, papil rambut sudah membuat persiapan rambut baru sebagai gantinya (Rostamailis, dkk., 2008).

Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase, yaitu: 1. Fase anagen (fase pertumbuhan)

Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagen berlangsung 2-5 tahun. 2. Fase katagen (fase istirahat)

Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu. Selama fase istirahat, rambut berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.

3. Fase telogen (fase kerontokan)

Fase ini berlangsung lebih kurang 100 hari. Ketika rambut baru sudah cukup panjang dan akan ke luar dari kulit, rambut lama akan terdesak dan rontok. Pada akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen secara spontan (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6 Pewarnaan Rambut

Menurut Ditjen POM (1985), Pewarnaan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara, menggunakan berbagai jenis zat warna baik zat warna alam maupun sintetik. Zat warna mulai bekerja saat kontak dengan lapisan terluar dari rambut. Disini terjadi adsorpsi berupa fenomena antarmuka padat-cair (Mitsui,1997). Pewarnaan rambut dapat dibedakan menjadi:


(15)

19 1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna. 2. Pewarnaan berdasarkan proses sistem pewarnaan. 2.6.1 Berdasarkan daya lekat zat warna

2.6.1.1 Pewarna rambut temporer

Pewarna rambut temporer bertahan pada rambut untuk waktu yang singkat, hanya sampai pada pencucian berikutnya. Pewarna ini melapisi kutikula rambut tetapi tidak berpenetrasi ke dalam korteks rambut karena molekul-molekulnya terlalu besar (Dalton, 1985).

Jenis sediaan pewarna rambut yang digunakan untuk pewarnaan rambut temporer meliputi bilasan warna, sampo warna termasuk juga kombinasinya dengan bilasan warna, krayon rambut, dan semprot pewarnaan rambut (Ditjen POM, 1985).

2.6.1.2Pewarna rambut semipermanen

Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut yang memiliki daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada yang 4-6 minggu, ada juga 6-8 minggu. Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang dikeramas, zat warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).

Tujuan pemberian pewarna semipermanen selain untuk menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut putih yang dicat hitam dengan jenis zat yang bersifat semipermanen ini secara perlahan-lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan (Bariqina dan Ideawati, 2001).


(16)

20 2.6.1.3 Pewarna rambut permanen

Pewarna rambut permanen berpenetrasi ke dalam kutikula dan terdeposit pada korteks rambut (Dalton, 1985). Pewarna rambut jenis ini memiliki daya lekat yang jauh lebih lama sehingga tidak luntur karena keramas dengan sampo dan dapat bertahan 3-4 bulan (Ditjen POM, 1985).

Pewarna permanen terdapat dalam berbagai bentuk dan macam, seperti krim, jeli, dan cairan. Bahan pewarna ini meliputi campuran zat warna nabati dengan zat warna senyawa logam, zat warna derivat fenol seperti pirogalol, dan zat warna amino seperti orto atau para diaminobenzen, aminohidroksibenzen, dan meta disubstitusi fenilendiamin. Pewarna ini berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warna-warna yang mendekati warna asli menurut selera atau zaman (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Susunan rambut atau berbagai macam tebal rambut akan mempengaruhi daya penyerapan cat. Pada umumnya, rambut halus lebih cepat dan lebih mudah menyerap cat dibanding rambut kasar dan tebal. Keadaan rambut yang kurang sehat, misalnya kutikula terbuka, akan cepat menyerap cat warna dalam jumlah yang lebih besar sehingga mengakibatkan warna tidak merata. Jenis rambut dengan kutikula yang sangat padat atau rapat dapat menolak peresapan pewarna secara cepat sehingga memerlukan waktu olah yang lebih lama (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Di dalam proses pewarnaan rambut, yang perlu diperhatikan adalah jangan langsung mengeramasi rambut yang baru saja diberi warna karena dapat mengakibatkan berkurangnya kemilau rambut dan bahkan dapat menghilangkan


(17)

21

warna rambut tersebut. Penggunaan sampo dan conditioner jenis tertentu sangat baik untuk rambut yang telah diwarnai (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.6.2 Berdasarkan proses sistem pewarnaan

Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2 golongan, yaitu pewarna rambut langsung dan pewarna rambut tidak langsung (Ditjen POM, 1985).

2.6.2.1 Pewarna rambut langsung

Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna, sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna rambut langsung terdiri dari: 1. Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam

2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik

Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna komponen warna bahan nabati.

2.6.2.2Pewarna rambut tidak langsung

Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari:

1. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam 2. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.

Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang digunakan misalnya tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya pirogalol (Ditjen POM, 1985).


(18)

22 2.7 Uji Iritasi

Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut merupakan iritan kulit, reaksi iritasi ini dapat terjadi secara spontan atau tidak spontan tergantung dari jenis zat dan kadar yang dilekatkan. Banyak produk kosmetik yang dapat menyebabkan gangguan kulit yang bersifat iritan ataupun alergen. Uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua aspek, yakni uji keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk kosmetika sebelum diedarkan. Uji keamanan produk kosmetika dilakukan pada panel manusia untuk menetapkan apakah produk kosmetika itu memberikan efek toksik atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna rambut, perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah bagian dalam atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk kemudian diamati apakah terjadi reaksi iritasi (Scott, dkk., 1976).


(1)

17

elastisitas rambut dapat mencapai kira-kira 20-40% dari panjang asli rambut. Elastisitas pada rambut basah dapat mencapai 40-50% lebih panjang dari keadaan semula (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.5.5 Fisiologi rambut

2.5.5.1 Pertumbuhan rambut

Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena sel-sel daerah matrix/umbi rambut secara terus menerus membelah. Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang dinamakan siklus pertumbuhan rambut (Rostamailis, dkk., 2008).

Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata di seluruh permukaan kulit. Di akhir bulan ke-enam atau awal bulan ketujuh usia kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh di permukaan kulit, yaitu berupa rambut lanugo, atau rambut khusus bayi dalam kandungan. Kemudian menjelang bayi lahir atau tidak lama sesudah bayi lahir, rambut bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut terminal. Itulah sebabnya ketika bayi lahir, ada yang hanya berambut halus dan ada juga yang sudah berambut kasar dan agak panjang, bahkan kadang-kadang sudah mencapai panjangnya antara 2-3 centimeter. Kecepatan pertumbuhan rambut sekitar 1/3 milimeter per hari atau sekitar 1 centimeter perbulan. Dengan demikian kalau seorang bayi lahir dengan panjang rambut 2 centimeter, berarti pada bulan ke 7 kehamilan, rambut lanugo bayi sudah diganti dengan rambut dewasa terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan


(2)

18

secara terus menerus. Pada waktu-waktu tertentu pertumbuhan rambut itu terhenti dan setelah mengalami istirahat sebentar, rambut akan rontok sampai ke umbi rambutnya. Sementara itu, papil rambut sudah membuat persiapan rambut baru sebagai gantinya (Rostamailis, dkk., 2008).

Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase, yaitu: 1. Fase anagen (fase pertumbuhan)

Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagen berlangsung 2-5 tahun. 2. Fase katagen (fase istirahat)

Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu. Selama fase istirahat, rambut berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.

3. Fase telogen (fase kerontokan)

Fase ini berlangsung lebih kurang 100 hari. Ketika rambut baru sudah cukup panjang dan akan ke luar dari kulit, rambut lama akan terdesak dan rontok. Pada akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen secara spontan (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6 Pewarnaan Rambut

Menurut Ditjen POM (1985), Pewarnaan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara, menggunakan berbagai jenis zat warna baik zat warna alam maupun sintetik. Zat warna mulai bekerja saat kontak dengan lapisan terluar dari rambut. Disini terjadi adsorpsi berupa fenomena antarmuka padat-cair (Mitsui,1997). Pewarnaan rambut dapat dibedakan menjadi:


(3)

19 1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna. 2. Pewarnaan berdasarkan proses sistem pewarnaan. 2.6.1 Berdasarkan daya lekat zat warna

2.6.1.1 Pewarna rambut temporer

Pewarna rambut temporer bertahan pada rambut untuk waktu yang singkat, hanya sampai pada pencucian berikutnya. Pewarna ini melapisi kutikula rambut tetapi tidak berpenetrasi ke dalam korteks rambut karena molekul-molekulnya terlalu besar (Dalton, 1985).

Jenis sediaan pewarna rambut yang digunakan untuk pewarnaan rambut temporer meliputi bilasan warna, sampo warna termasuk juga kombinasinya dengan bilasan warna, krayon rambut, dan semprot pewarnaan rambut (Ditjen POM, 1985).

2.6.1.2Pewarna rambut semipermanen

Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut yang memiliki daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada yang 4-6 minggu, ada juga 6-8 minggu. Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang dikeramas, zat warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).

Tujuan pemberian pewarna semipermanen selain untuk menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut putih yang dicat hitam dengan jenis zat yang bersifat semipermanen ini secara perlahan-lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan (Bariqina dan Ideawati, 2001).


(4)

20 2.6.1.3 Pewarna rambut permanen

Pewarna rambut permanen berpenetrasi ke dalam kutikula dan terdeposit pada korteks rambut (Dalton, 1985). Pewarna rambut jenis ini memiliki daya lekat yang jauh lebih lama sehingga tidak luntur karena keramas dengan sampo dan dapat bertahan 3-4 bulan (Ditjen POM, 1985).

Pewarna permanen terdapat dalam berbagai bentuk dan macam, seperti krim, jeli, dan cairan. Bahan pewarna ini meliputi campuran zat warna nabati dengan zat warna senyawa logam, zat warna derivat fenol seperti pirogalol, dan zat warna amino seperti orto atau para diaminobenzen, aminohidroksibenzen, dan meta disubstitusi fenilendiamin. Pewarna ini berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warna-warna yang mendekati warna asli menurut selera atau zaman (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Susunan rambut atau berbagai macam tebal rambut akan mempengaruhi daya penyerapan cat. Pada umumnya, rambut halus lebih cepat dan lebih mudah menyerap cat dibanding rambut kasar dan tebal. Keadaan rambut yang kurang sehat, misalnya kutikula terbuka, akan cepat menyerap cat warna dalam jumlah yang lebih besar sehingga mengakibatkan warna tidak merata. Jenis rambut dengan kutikula yang sangat padat atau rapat dapat menolak peresapan pewarna secara cepat sehingga memerlukan waktu olah yang lebih lama (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Di dalam proses pewarnaan rambut, yang perlu diperhatikan adalah jangan langsung mengeramasi rambut yang baru saja diberi warna karena dapat mengakibatkan berkurangnya kemilau rambut dan bahkan dapat menghilangkan


(5)

21

warna rambut tersebut. Penggunaan sampo dan conditioner jenis tertentu sangat baik untuk rambut yang telah diwarnai (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.6.2 Berdasarkan proses sistem pewarnaan

Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2 golongan, yaitu pewarna rambut langsung dan pewarna rambut tidak langsung (Ditjen POM, 1985).

2.6.2.1 Pewarna rambut langsung

Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna, sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna rambut langsung terdiri dari: 1. Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam

2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik

Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna komponen warna bahan nabati.

2.6.2.2Pewarna rambut tidak langsung

Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari:

1. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam 2. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.

Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang digunakan misalnya tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya pirogalol (Ditjen POM, 1985).


(6)

22 2.7 Uji Iritasi

Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut merupakan iritan kulit, reaksi iritasi ini dapat terjadi secara spontan atau tidak spontan tergantung dari jenis zat dan kadar yang dilekatkan. Banyak produk kosmetik yang dapat menyebabkan gangguan kulit yang bersifat iritan ataupun alergen. Uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua aspek, yakni uji keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk kosmetika sebelum diedarkan. Uji keamanan produk kosmetika dilakukan pada panel manusia untuk menetapkan apakah produk kosmetika itu memberikan efek toksik atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna rambut, perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah bagian dalam atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk kemudian diamati apakah terjadi reaksi iritasi (Scott, dkk., 1976).