Penggunaan Zat Warna Kulit Batang Jamblang (Syzygium Cumini (L.) Skeels) Dalam Formulasi Sediaan Pewarna Rambut

(1)

PENGGUNAAN ZAT WARNA KULIT BATANG J AMBLANG

(Syzygium cumini (L.) Skeels) DALAM FORMULASI

SEDIAAN PEWARNA RAMBUT

SKRIPSI

Diajukan untuk mUniv

ersitas Sumatera Uta

OLEH:

YULI ANNISA

NIM 121524065

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGGUNAAN ZAT WARNA KULIT BATANG J AMBLANG

(Syzygium cumini (L.) Skeels) DALAM FORMULASI

SEDIAAN PEWARNA RAMBUT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Diajukan uUniv

tera Uta

OLEH:

YULI ANNISA

NIM 121524065

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN ZAT WARNA KULIT BATANG JAMBLANG

(

Syzygium cumini

(L.) Skeels) DALAM FORMULASI

SEDIAAN PEWARNA RAMBUT

OLEH: YULI ANNISA NIM 121524065

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 30 Mei 2015

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001 NIP 195111021977102001

Pembimbing II, Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001 NIP 195306251986012001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

Medan, Juni 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul: “Penggunaan Zat Warna Kulit Batang Jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) Dalam Formulasi Sediaan Pewarna Rambut”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Ibu Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Muhammad Nazif dan Ibunda tercinta Raminah serta ucapan


(5)

v

terima kasih penulis kepada semua Kakanda serta teman-teman yang selalu mendoakan, memberi saran, menyayangi dan memotivasi penulis. Terimakasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda dan pahala serta keberkahan yang sebaik-baiknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Juni 2015 Penulis,

Yuli Annisa


(6)

vi

PENGGUNAAN ZAT WARNA KULIT BATANG JAMBLANG

(Syzygium cumini (L.) Skeels) DALAM FORMULASI

SEDIAAN PEWARNA RAMBUT ABSTRAK

Latar Belakang: Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru. Kulit batang jamblang mengandung zat warna dan menghasilkan tanin yang dimanfaatkan untuk mewarnai tekstil.

Tujuan: Untuk mengetahui zat warna kulit batang jamblang dapat diformulasi sebagai sediaan pewarna rambut.

Metode: Ekstraksi zat warna kulit batang jamblang dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%, kemudian dipekatkan sehingga diperoleh zat warna kulit batang jamblang. Sediaan pewarna rambut mengandung zat warna kulit batang jamblang dengan konsentrasi, yaitu A(2,5%); B(5%); C(7,5%) dan D(10%). Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam 100 helai rambut uban dalam sediaan pewarna rambut selama 1-4 jam dan diamati perubahan warna setiap jam perendaman rambut uban secara visual. Pengamatan stabilitas warna dilakukan dengan cara uji stabilitas terhadap 15 kali pencucian dan pemaparan di bawah sinar matahari selama 5 jam terhadap rambut yang telah diwarnai, selanjutnya dilakukan uji biologis (iritasi).

Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa formula yang dibuat dengan zat warna kulit batang jamblang dapat memberikan warna coklat pada rambut. Semakin lama perendaman rambut uban dalam sediaan pewarna rambut, maka warna coklat yang dihasilkan semakin gelap pada konsentrasi C(7,5%). Hasil uji stabilitas terhadap pencucian dan sinar matahari menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan warna pada rambut serta tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.

Kesimpulan: Zat warna kulit batang jamblang dapat diformulasikan sebagai sediaan pewarna rambut. Pewarna terbaik diperoleh dari formula C yang terdiri dari zat warna kulit batang jamblang 7,5% menghasilkan warna coklat gelap.

Kata kunci: kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels), tembaga (II) sulfat, pirogalol, pewarna rambut, rambut uban.


(7)

vii

UTILIZATION OF COLOR SUBSTANCES FROM JAMBLANG CORTEX

(Syzygium cumini (L.) Skeels) IN HAIR DYES FORMULATION

ABSTRACT

Background: Hair dye preparations is cosmetic that using in hair cosmetology to hair coloring, either to restore the original hair color or change the hair color of original hair into a new color. Jamblang cortex contain dye which produce tanning substances (tannins) and utilized for coloring textiles.

Purpose: To determined jamblang cortex can be formulated as hair dye preparation.

Method: The extraction of jamblang cortex done by maceration using 96% ethanol, and then concentrated to obtain the jamblang cortex dye. Hair coloring preparations made with a formula consisting of jamblang cortex dye with various concentrations of A(2.5%); B(5%); C(7.5%) and D(10%). Staining was done by immersing the 100 strands of gray hair in the hair dye preparations for 1-4 hours and observed changes color for every hour immersion by visually. Observations color stability was done by testing the stability of the 15 times washing and exposure under the sun for five hours on hair that has been dyed, further biological tests (irritant).

Result: This research showed that the formula was made by jamblang cortex can give brown hair. The longer soaking gray hair in the hair dye preparations, will increased darkening procession at a concentration of C(7.5%). Stability test in washing and sunlight showed that no color change on the hair and does not caused skin irritation.

Conclusion: Jamblang cortex dye can be formulate as hair dye preparation. The best dye obtaine from the C formula, which consists of jamblang cortex dye with 7.5% result in dark brown color.

Keywords: jamblang cortex (Syzygium cumini (L.) Skeels), copper (II) sulphate, pyrogallol, hair dyes, hair gray.


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ……... ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tumbuhan ... 5

2.1.1 Identifikasi tumbuhan ... 5

2.1.2 Morfologi tumbuhan ... 5

2.1.3 Nama daerah ... 6


(9)

ix

2.1.5 Kegunaan kulit batang jamblang ... 7

2.2 Pirogalol ... 7

2.3 Tembaga (II) Sulfat ... 8

2.4 Ekstraksi ... 8

2.5 Rambut ... 10

2.5.1 Anatomi rambut ... 11

2.5.2 Struktur rambut ... 14

2.5.3 Jenis rambut ... 14

2.5.4 Tekstur rambut ... 15

2.5.5 Fisiologi rambut ... 17

2.5.5.1 Pertumbuhan rambut ... 17

2.6 Pewarnaan Rambut ... 18

2.6.1 Berdasarkan daya lekat zat warna ... 19

2.6.1.1 Pewarna rambut temporer ... 19

2.6.1.2 Pewarna rambut semi permanen ... 19

2.6.1.3 Pewarna rambut permanen ... 20

2.6.2 Berdasarkan proses sistem pewarnaan ... 21

2.6.2.1 Pewarnaan rambut langsung ... 21

2.6.2.2 Pewarnaan rambut tidak langsung ... 21

2.7 Uji Iritasi ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.2 Alat-alat ... 23


(10)

x

3.4 Penyiapan Sampel ... 23

3.4.1 Pengumpulan sampel ... 23

3.4.2 Identifikasi sampel ... 24

3.4.3 Pengolahan sampel ... 24

3.4.4 Pembuatan ekstrak kulit batang jamblang ... 24

3.5 Pembuatan Formula ... 25

3.6 Evaluasi ... 28

3.6.1 Pengamatan warna secara visual ... 28

3.6.2 Pengamatan stabilitas warna ... 29

3.6.2.1 Stabilitas warna terhadap pencucian ... 29

3.6.2.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari ... 29

3.6.3 Uji iritasi ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Identifikasi Sampel ... 31

4.2 Pengaruh Penambahan Bahan dan Perbedaan Konsentrasi Terhadap Perubahan Warna Rambut Uban ... 31

4.2.1 Hasil orientasi perbedaan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat terhadap perubahan warna rambut uban ... 31

4.2.2 Hasil orientasi penambahan bahan dan campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban ... 33

4.2.3 Pengaruh konsentrasi ekstrak kulit batang jamblang terhadap perubahan warna rambut uban ... 35

4.3 Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Hasil Pewarnaan Rambut Uban ... 37


(11)

xi

4.4.1 Stabilitas warna terhadap pencucian ... 38

4.4.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari ... 39

4.5 Uji Iritasi ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Formula standard ... 25 Tabel 3.2 Formula orientasi ... 25 Tabel 3.3 Formula pewarna rambut yang dibuat ... 27 Tabel 4.1 Data hasil pengamatan secara visual pengaruh konsentrasi

ekstrak kulit batang jamblang terhadap perubahan warna rambut uban ... 36 Tabel 4.2 Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 41


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur kimia pirogalol ... 7

Gambar 2.2 Anatomi rambut ... 11

Gambar 2.3 Struktur batang rambut ... 12

Gambar 3.1 Natural color levels ... 28

Gambar 4.1 Pengaruh perbedaan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman 4 jam ... 31

Gambar 4.2 Pengaruh penambahan bahan dan campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman 4 jam ... 33

Gambar 4.3 Pengaruh konsentrasi zat warna kulit batang jamblang terhadap perubahan warna rambut uban ... 35

Gambar 4.4 Pengaruh waktu perendaman terhadap hasil pewarnaan rambut uban ... 37

Gambar 4.5 Stabilitas warna terhadap pencucian ... 38

Gambar 4.6 Stabilitas warna terhadap sinar matahari ... 39


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan alir pembuatan ekstrak kulit batang jamblang ... 45

Lampiran 2. Gambar tumbuhan jamblang ... 46

Lampiran 3. Gambar bagian tumbuhan jamblang ... 47

Lampiran 4. Gambar kulit batang jamblang ... 48

Lampiran 5. Gambar serbuk kulit batang jamblang ... 49

Lampiran 6. Gambar ekstrak kulit batang jamblang ... 50

Lampiran 7. Gambar pirogalol ... 51

Lampiran 8. Gambar tembaga (II) sulfat ... 52

Lampiran 9. Gambar hasil pewarnaan rambut ... 53

Lampiran 10. Gambar hasil identifikasi/determinasi sampel penelitian ... 55


(15)

vi

PENGGUNAAN ZAT WARNA KULIT BATANG JAMBLANG

(Syzygium cumini (L.) Skeels) DALAM FORMULASI

SEDIAAN PEWARNA RAMBUT ABSTRAK

Latar Belakang: Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru. Kulit batang jamblang mengandung zat warna dan menghasilkan tanin yang dimanfaatkan untuk mewarnai tekstil.

Tujuan: Untuk mengetahui zat warna kulit batang jamblang dapat diformulasi sebagai sediaan pewarna rambut.

Metode: Ekstraksi zat warna kulit batang jamblang dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%, kemudian dipekatkan sehingga diperoleh zat warna kulit batang jamblang. Sediaan pewarna rambut mengandung zat warna kulit batang jamblang dengan konsentrasi, yaitu A(2,5%); B(5%); C(7,5%) dan D(10%). Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam 100 helai rambut uban dalam sediaan pewarna rambut selama 1-4 jam dan diamati perubahan warna setiap jam perendaman rambut uban secara visual. Pengamatan stabilitas warna dilakukan dengan cara uji stabilitas terhadap 15 kali pencucian dan pemaparan di bawah sinar matahari selama 5 jam terhadap rambut yang telah diwarnai, selanjutnya dilakukan uji biologis (iritasi).

Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa formula yang dibuat dengan zat warna kulit batang jamblang dapat memberikan warna coklat pada rambut. Semakin lama perendaman rambut uban dalam sediaan pewarna rambut, maka warna coklat yang dihasilkan semakin gelap pada konsentrasi C(7,5%). Hasil uji stabilitas terhadap pencucian dan sinar matahari menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan warna pada rambut serta tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.

Kesimpulan: Zat warna kulit batang jamblang dapat diformulasikan sebagai sediaan pewarna rambut. Pewarna terbaik diperoleh dari formula C yang terdiri dari zat warna kulit batang jamblang 7,5% menghasilkan warna coklat gelap.

Kata kunci: kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels), tembaga (II) sulfat, pirogalol, pewarna rambut, rambut uban.


(16)

vii

UTILIZATION OF COLOR SUBSTANCES FROM JAMBLANG CORTEX

(Syzygium cumini (L.) Skeels) IN HAIR DYES FORMULATION

ABSTRACT

Background: Hair dye preparations is cosmetic that using in hair cosmetology to hair coloring, either to restore the original hair color or change the hair color of original hair into a new color. Jamblang cortex contain dye which produce tanning substances (tannins) and utilized for coloring textiles.

Purpose: To determined jamblang cortex can be formulated as hair dye preparation.

Method: The extraction of jamblang cortex done by maceration using 96% ethanol, and then concentrated to obtain the jamblang cortex dye. Hair coloring preparations made with a formula consisting of jamblang cortex dye with various concentrations of A(2.5%); B(5%); C(7.5%) and D(10%). Staining was done by immersing the 100 strands of gray hair in the hair dye preparations for 1-4 hours and observed changes color for every hour immersion by visually. Observations color stability was done by testing the stability of the 15 times washing and exposure under the sun for five hours on hair that has been dyed, further biological tests (irritant).

Result: This research showed that the formula was made by jamblang cortex can give brown hair. The longer soaking gray hair in the hair dye preparations, will increased darkening procession at a concentration of C(7.5%). Stability test in washing and sunlight showed that no color change on the hair and does not caused skin irritation.

Conclusion: Jamblang cortex dye can be formulate as hair dye preparation. The best dye obtaine from the C formula, which consists of jamblang cortex dye with 7.5% result in dark brown color.

Keywords: jamblang cortex (Syzygium cumini (L.) Skeels), copper (II) sulphate, pyrogallol, hair dyes, hair gray.


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu tumbuhan yang mengandung zat warna adalah jamblang. Tumbuhan jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) merupakan tumbuhan pelindung dan penghijau yang banyak terdapat di daerah tropis. Selama ini pemanfaatan tumbuhan jamblang hanya untuk konsumsi buahnya, yang mempunyai rasa sepat, masam dan manis. Selain itu, buah jamblang termasuk ke dalam jenis buah musiman yang hanya dapat diperoleh pada waktu-waktu tertentu, dan kayunya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai jala (Heyne, 1987).

Tumbuhan jamblang digunakan sebagai obat tradisional. Kulit batang, buah, daun, dan biji digunakan untuk menurunkan gula darah (Grover, dkk., 2002). Selain itu kulit batang jamblang digunakan juga untuk obat anemia, buah untuk obat diare, sementara daunnya juga digunakan sebagai anti bakteri, pembuat parfum dan pemutih gigi (Shafi, dkk., 2002).

Sediaan pewarna rambut adalah kosmetik yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru (Ditjen POM, 1985). Keinginan untuk mewarnai rambut memang sudah berkembang sejak dahulu. Bahkan ramuan yang dijadikan zat warna pada waktu itu diperoleh dari sumber


(18)

2

alam, pada umumnya berasal dari tumbuhan dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan (Harry, 1973).

Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin yang ada pada korteks rambut, baik jumlah maupun besarnya melanosit (Barel, dkk., 2001). Pigmen yang mempengaruhi warna rambut adalah eumelanin yang menyebabkan warna hitam atau coklat dan pyomelanin yang menyebabkan warna merah atau pirang. Disamping itu, jumlah dan ukuran granula pigmen dan ada-tidaknya gelembung udara dalam korteks juga menentukan warna rambut seseorang (Putro, 1998). Warna rambut dapat berubah-ubah secara buatan dengan menggunakan cat rambut, di Indonesia disebut juga dengan semir rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis (2011) bahwa kulit batang jamblang dapat dijadikan sebagai bahan dasar pewarna tekstil memberikan warna coklat. Ekstrak kulit batang jamblang dapat mewarnai kain dan kertas dengan baik.

Untuk memenuhi kebutuhan zat warna perlu dicari alternatif zat warna yang murah dan ramah lingkungan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) yang selama ini kurang dimanfaatkan.

Berdasarkan hal di atas, penulis memanfaatkan zat warna kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) tersebut sebagai pewarna rambut.


(19)

3

1.2Perumusan Masalah

a. Apakah zat warna kulit batang jamblang dapat diformulasi sebagai sediaan pewarna rambut dengan penambahan bahan pembangkit warna tembaga (II) sulfat dan pirogalol?

b. Berapakah konsentrasi zat warna kulit batang jamblang yang menghasilkan warna terbaik?

c. Apakah sediaan pewarna rambut dari zat warna kulit batang jamblang dapat mengiritasi kulit?

1.3Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

a. Zat warna kulit batang jamblang dapat diformulasi sebagai sediaan pewarna rambut dengan penambahan bahan pembangkit warna tembaga (II) sulfat dan pirogalol.

b. Zat warna kulit batang jamblang dapat menghasilkan warna terbaik.

c. Sediaan pewarna rambut dari zat warna kulit batang jamblang tidak mengiritasi kulit.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bahwa zat warna kulit batang jamblang dapat diformulasi sebagai sediaan pewarna rambut dengan penambahan bahan pembangkit warna tembaga (II) sulfat dan pirogalol.


(20)

4

b. Untuk mengetahui konsentrasi zat warna kulit batang jamblang yang menghasilkan warna terbaik.

c. Untuk mengetahui apakah terjadi iritasi pada kulit dari sediaan pewarna rambut yang mengandung zat warna kulit batang jamblang.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna kulit batang jamblang. Selain itu juga dapat memberikan informasi bahwa zat warna kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) dapat digunakan sebagai pewarna rambut yang relatif aman dengan penambahan zat pembangkit warna.


(21)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi, identifikasi tumbuhan, morfologi tumbuhan, nama daerah, kandungan kimia tumbuhan, serta kegunaan kulit batang jamblang.

2.1.1 Identifikasi tumbuhan

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium cumini (Heyne, 1987).

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Tinggi pohon 10-20 m, tumbuh bengkok dan bercabang banyak. Kulit batang tebal, tangkai daun 1-3,5 cm, helaian daun lebar bulat memanjang atau bulat telur terbalik, bagian atas hijau tua, mengkilat, sama sekali tidak bertitik tembus cahaya (Steenis, 2005).

Bunga majemuk dan cabangnya berjauhan. Bunga duduk, tumbuh di ketiak daun dan ujung percabangan, kelopak berbentuk lonceng, dan berwarna hijau muda. Daun mahkota berbentuk bulat telur sampai bulat melingkar dan panjang 3 mm. Benang sari dan tangkai putik memiliki panjang 0,5 cm.


(22)

6

Buah berbentuk lonjong, sedikit membelok dan memiliki panjang 2-3 cm. Buah muda berwarna hijau, setelah matang berubah berwarna merah tua keunguan. Biji berjumlah satu, berbentuk lonjong, keras, berwarna putih. Akar tunggang, bercabang-cabang, dan berwarna coklat muda (Utami, 2008).

2.1.3 Nama daerah

Jambe kleng (Aceh); jambu kling (Gayo); jamblang (Sunda); juwet, duwet, duwet manting, jambu kalang (Jawa); dhalas, dhalas bato, dhuwak (Madura); juwet, jujutan (Bali); klayu (Sasak); duwe (Bima); jambulan (Flores); raporapo jawa (Makasar); alicopeng (Bugis); jambula (Ternate); dan jamlang, jambelang, duwet (Melayu) (Utami, 2008).

2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan

Kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan jamblang diantaranya zat samak, tanin, asam galat, alkaloid dan flavonoid (Hariana, 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis (2011) bahwa dalam kulit batang jamblang terdapat zat warna tanin yang dapat digunakan sebagai pewarna tekstil. Ekstrak kulit batang jamblang dapat mewarnai kain dan kertas dengan baik. Tanin merupakan senyawa polifenol yang mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit.

Pemanfaatan kulit batang jamblang sebagai pewarna rambut merupakan terobosan baru mengingat selama ini masyarakat mulai beralih kepada bahan alami yang berasal dari tumbuhan (Barel, dkk., 2001).


(23)

7

2.1.5 Kegunaan kulit batang jamblang

Kegunaan kulit batang jamblang yaitu sebagai peluruh haid serta untuk pengobatan kencing manis (diabetes mellitus), obat anemia dan diare (Utami, 2008).

2.2. Pirogalol

Pirogalol mempunyai struktur kimia seperti terlihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Struktur kimia pirogalol (Sweetman, 2009).

Pemerian : Padatan hablur putih atau hablur tidak berwarna dengan berat molekul 126,1.

Suhu lebur : 133oC (Ditjen POM, 1995).

Pirogalol bersifat sebagai reduktor (mudah teroksidasi). Dalam bentuk larutan akan menjadi warna gelap jika terkena udara. Jika pemakaiannya dicampur dengan zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, pirogalol berfungsi sebagai zat pembangkit warna dan dikombinasikan dengan pewarna logam lain. Ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan agar zat warna dapat menempel lebih kuat lagi pada rambut dibandingkan pada saat sebelum dicampur. Pirogalol diizinkan digunakan sebagai zat pembangkit warna dengan batas kadar 5% (Ditjen POM, 1985).


(24)

8

2.3 Tembaga (II) Sulfat

Tembaga (II) sulfat merupakan senyawa logam yang dapat digunakan sebagai pewarna pada rambut.

Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul berwarna biru, transparan dengan berat molekul 249,68 (Ditjen POM, 1995).

Kelarutan : 1 g larut dalam 3 ml air; dalam 0,5 ml air panas; 1 g dalam 500 ml alkohol; 1 g dalam 3 ml gliserol (Sweetman, 2009).

Tembaga (II) sulfat digunakan dalam cat rambut yang memberikan warna coklat dan hitam. Warna tersebut terjadi karena tembaga sulfat berubah menjadi tembaga oksida (Bariqina dan Ideawati, 2001). Tembaga (II) sulfat termasuk ke dalam zat warna senyawa logam. Daya lekat zat warna senyawa logam umumnya tidak sekuat zat warna nabati, karena itu jika digunakan langsung harus dilakukan tiap hari hingga terbangkit corak warna yang dikehendaki (Ditjen POM, 1985).

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Hasil ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudiaan semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah bahan alamiah yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 2000). Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu;


(25)

9 A. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara merendam sampel di dalam pelarut cair. Pembuatan maserasi kecuali dinyatakan lain, dilakukan sebagai berikut. Dimasukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup, dibiarkan salama 5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, diserkai, diperas, dicuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Dienap tuangkan atau disaring (Ditjen POM, 1979).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1 – 5 kali bahan (Ditjen POM, 2000).

B. Cara panas 1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.


(26)

10 2. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50%.

3. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan alat soklet dengan pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas mendidih, temperatur terukur 96-98ºC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

5. Dekok

Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dan temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).

2.5 Rambut

Rambut adalah sel yang sudah mati. Oleh karena itu, saat rambut dipotong maka tidak terasa sakit. Rambut tumbuh di lapisan kulit dermis, tapi akar rambut berada jauh di bawah dermis. Selain menjadi simbol kecantikan, sesungguhnya fungsi utama rambut adalah melindungi kulit kepala (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(27)

11

2.5.1 Anatomi rambut

Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Anatomi rambut (Scott, dkk., 1976).

Menurut Bariqina dan Ideawati (2001), rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut:

a. Ujung rambut

Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum/tidak pernah dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.

b. Batang rambut

Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin.


(28)

12

Gambar 2.3 Struktur batang rambut (Scott, dkk., 1976).

Pada potongan melintang batang rambut dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yang tersusun teratur yaitu:

1. Selaput rambut (kutikula)

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Bagian bawah menutupi bagian di atasnya. Kutikula berfungsi untuk membuat rambut dapat ditarik memanjang dan bila dilepaskan akan kembali pada posisi semula, melindungi bagian dalam dari batang rambut, rambut dapat dikeriting dan dicat karena cairan obat keriting/cat rambut dapat meresap dalam korteks rambut.

2. Kulit rambut (korteks)

Kulit rambut terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun secara memanjang, dan mengandung melanin. Granul-granul pigmen yang terdapat pada korteks ini akan memberikan warna pada rambut. Sel–sel tanduk terdiri atas serabut-serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap serabut terbentuk oleh molekul-molekul keratin seperti tali dalam bentuk spiral.


(29)

13 3. Sumsum rambut (medula)

Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam jala/anyaman sehingga terdapat rongga-rongga yang berisi udara. c. Akar Rambut

Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam miring di dalam kulit, terselubung oleh kantong rambut (folikel rambut). Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:

1) Kantong rambut (folikel)

Folikel merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung dan berfungsi untuk melindung akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Jika bentuk folikel lurus maka rambut juga lurus. Jika bentuk folikel agak melengkung maka rambut agak berombak, sedangkan jika bentuk folikel sangat melengkung maka rambut akan keriting (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2) Papil rambut

Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya sel-sel tunas rambut, zat protein yang membentuk keratin, zat makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk melanin.


(30)

14 3) Umbi rambut (matriks)

Umbi rambut adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut diatasnya. Sel-sel akar rambut berwarna keputih-putihan dan masih lunak. Pertumbuhan rambut terjadi karena sel-sel umbi rambut bertambah banyak secara mitosis. Pada umbi rambut melekat otot penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu rangsangan dari luar tubuh (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.5.2 Struktur rambut

Rambut dapat berwujud tebal atau kasar, halus atau tipis, dan normal atau sedang. Keadaan atau wujud rambut dapat dilihat berbentuk lurus, berombak atau keriting (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.5.3 Jenis rambut

a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu: 1. Rambut velus

Rambut velus adalah rambut sangat halus dengan pigmen sedikit. Rambut ini terdapat di seluruh tubuh kecuali pada bibir, telapak tangan dan kaki.

2. Rambut terminal

Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta berpigmen banyak. Terdapat pada bagian tubuh tertentu seperti kepala, alis, bulu mata dan ketiak.


(31)

15 b. Jenis rambut menurut sifatnya, yaitu:

1. Rambut berminyak

Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak kelihatan mengkilap, tebal dan lengket.

2. Rambut normal

Rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang memproduksi minyak secara cukup. Rambut normal lebih mudah pemeliharaannya serta tidak terlalu kaku sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis model rambut.

3. Rambut kering

Jenis rambut ini tampak kering, mengembang, dan mudah rapuh. Hal ini karena kandungan minyak pada kelenjar lemaknya sedikit sekali akibat kurang aktifnya kelenjar minyak (Putro, 1998).

2.5.4 Tekstur rambut

Tekstur rambut adalah sifat-sifat rambut yang dapat ditentukan dengan penglihatan, perabaan, atau pegangan, dapat berupa kasar, sedang, halus atau sangat halus. Sifat ini biasanya ditentukan oleh diameter rambut (Scott, dkk., 1976). Pengertian ini meliputi sifat-sifat rambut sebagai berikut:

a. Kelebatan rambut (Densitas rambut)

Kelebatan rambut dapat ditentukan dengan melihat banyaknya batang rambut yang tumbuh di kulit kepala, rata-rata 90 helai rambut kasar sampai 130 helai rambut halus setiap sentimeter persegi. Banyaknya rambut yang tumbuh di seluruh kulit kepala berkisar antara 80.000-120.000 helai tergantung pada halus kasarnya rambut seseorang.


(32)

16 b. Tebal halusnya rambut

Tebal halusnya rambut ditentukan oleh banyaknya zat tanduk dalam kulit rambut. Pada umumnya, rambut yang berwarna hitam dan coklat lebih tebal daripada rambut merah atau pirang. Rambut di pelipis lebih halus daripada rambut didaerah lain.

c. Kasar licinnya permukaan rambut

Kasar licinnya permukaan rambut ini ditentukan melalui perabaan. Permukaan rambut dikatakan lebih kasar jika sisik-sisik selaput rambut tidak teratur rapat satu dengan yang lain. Hal ini dapat juga disebabkan oleh kotoran yang menempel pada permukaan rambut atau kelainan rambut yang berupa simpul.

d. Kekuatan rambut

Sifat ini tergantung pada banyaknya dan kualitas zat tanduk dalam rambut. Kekuatan rambut dapat diketahui dengan cara meregangkan rambut sampai putus.

e. Daya serap (porositas) rambut

Porositas rambut adalah kemampuan rambut untuk mengisap cairan. Porositas tergantung dari keadaan lapisan kutikula, yaitu lapisan rambut paling luar yang mempunyai sel-sel seperti sisik, bertumpuk-tumpuk membuka ke arah ujung rambut. Selaput rambut yang sisik – sisiknya terbuka dan zat tanduk yang keadaannya kurang baik akan meningkatkan daya serap rambut. Rambut di puncak kepala memiliki daya serap terbaik.

f. Elastisitas rambut

Elastisitas rambut adalah daya kemampuan rambut untuk memanjang bila ditarik dan kembali kepada panjang semula jika dilepas. Normalnya, daya


(33)

17

elastisitas rambut dapat mencapai kira-kira 20-40% dari panjang asli rambut. Elastisitas pada rambut basah dapat mencapai 40-50% lebih panjang dari keadaan semula (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.5.5 Fisiologi rambut

2.5.5.1 Pertumbuhan rambut

Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena sel-sel daerah matrix/umbi rambut secara terus menerus membelah. Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang dinamakan siklus pertumbuhan rambut (Rostamailis, dkk., 2008).

Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata di seluruh permukaan kulit. Di akhir bulan ke-enam atau awal bulan ketujuh usia kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh di permukaan kulit, yaitu berupa rambut lanugo, atau rambut khusus bayi dalam kandungan. Kemudian menjelang bayi lahir atau tidak lama sesudah bayi lahir, rambut bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut terminal. Itulah sebabnya ketika bayi lahir, ada yang hanya berambut halus dan ada juga yang sudah berambut kasar dan agak panjang, bahkan kadang-kadang sudah mencapai panjangnya antara 2-3 centimeter. Kecepatan pertumbuhan rambut sekitar 1/3 milimeter per hari atau sekitar 1 centimeter perbulan. Dengan demikian kalau seorang bayi lahir dengan panjang rambut 2 centimeter, berarti pada bulan ke 7 kehamilan, rambut lanugo bayi sudah diganti dengan rambut dewasa terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan


(34)

18

secara terus menerus. Pada waktu-waktu tertentu pertumbuhan rambut itu terhenti dan setelah mengalami istirahat sebentar, rambut akan rontok sampai ke umbi rambutnya. Sementara itu, papil rambut sudah membuat persiapan rambut baru sebagai gantinya (Rostamailis, dkk., 2008).

Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase, yaitu: 1. Fase anagen (fase pertumbuhan)

Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagen berlangsung 2-5 tahun. 2. Fase katagen (fase istirahat)

Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu. Selama fase istirahat, rambut berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.

3. Fase telogen (fase kerontokan)

Fase ini berlangsung lebih kurang 100 hari. Ketika rambut baru sudah cukup panjang dan akan ke luar dari kulit, rambut lama akan terdesak dan rontok. Pada akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen secara spontan (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6 Pewarnaan Rambut

Menurut Ditjen POM (1985), Pewarnaan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara, menggunakan berbagai jenis zat warna baik zat warna alam maupun sintetik. Zat warna mulai bekerja saat kontak dengan lapisan terluar dari rambut. Disini terjadi adsorpsi berupa fenomena antarmuka padat-cair (Mitsui,1997). Pewarnaan rambut dapat dibedakan menjadi:


(35)

19 1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna. 2. Pewarnaan berdasarkan proses sistem pewarnaan.

2.6.1 Berdasarkan daya lekat zat warna 2.6.1.1 Pewarna rambut temporer

Pewarna rambut temporer bertahan pada rambut untuk waktu yang singkat, hanya sampai pada pencucian berikutnya. Pewarna ini melapisi kutikula rambut tetapi tidak berpenetrasi ke dalam korteks rambut karena molekul-molekulnya terlalu besar (Dalton, 1985).

Jenis sediaan pewarna rambut yang digunakan untuk pewarnaan rambut temporer meliputi bilasan warna, sampo warna termasuk juga kombinasinya dengan bilasan warna, krayon rambut, dan semprot pewarnaan rambut (Ditjen POM, 1985).

2.6.1.2Pewarna rambut semipermanen

Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut yang memiliki daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada yang 4-6 minggu, ada juga 6-8 minggu. Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang dikeramas, zat warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).

Tujuan pemberian pewarna semipermanen selain untuk menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut putih yang dicat hitam dengan jenis zat yang bersifat semipermanen ini secara perlahan-lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan (Bariqina dan Ideawati, 2001).


(36)

20

2.6.1.3 Pewarna rambut permanen

Pewarna rambut permanen berpenetrasi ke dalam kutikula dan terdeposit pada korteks rambut (Dalton, 1985). Pewarna rambut jenis ini memiliki daya lekat yang jauh lebih lama sehingga tidak luntur karena keramas dengan sampo dan dapat bertahan 3-4 bulan (Ditjen POM, 1985).

Pewarna permanen terdapat dalam berbagai bentuk dan macam, seperti krim, jeli, dan cairan. Bahan pewarna ini meliputi campuran zat warna nabati dengan zat warna senyawa logam, zat warna derivat fenol seperti pirogalol, dan zat warna amino seperti orto atau para diaminobenzen, aminohidroksibenzen, dan meta disubstitusi fenilendiamin. Pewarna ini berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warna-warna yang mendekati warna asli menurut selera atau zaman (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Susunan rambut atau berbagai macam tebal rambut akan mempengaruhi daya penyerapan cat. Pada umumnya, rambut halus lebih cepat dan lebih mudah menyerap cat dibanding rambut kasar dan tebal. Keadaan rambut yang kurang sehat, misalnya kutikula terbuka, akan cepat menyerap cat warna dalam jumlah yang lebih besar sehingga mengakibatkan warna tidak merata. Jenis rambut dengan kutikula yang sangat padat atau rapat dapat menolak peresapan pewarna secara cepat sehingga memerlukan waktu olah yang lebih lama (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Di dalam proses pewarnaan rambut, yang perlu diperhatikan adalah jangan langsung mengeramasi rambut yang baru saja diberi warna karena dapat mengakibatkan berkurangnya kemilau rambut dan bahkan dapat menghilangkan


(37)

21

warna rambut tersebut. Penggunaan sampo dan conditioner jenis tertentu sangat baik untuk rambut yang telah diwarnai (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.6.2 Berdasarkan proses sistem pewarnaan

Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2 golongan, yaitu pewarna rambut langsung dan pewarna rambut tidak langsung (Ditjen POM, 1985).

2.6.2.1 Pewarna rambut langsung

Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna, sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna rambut langsung terdiri dari: 1. Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam

2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik

Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna komponen warna bahan nabati.

2.6.2.2Pewarna rambut tidak langsung

Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari:

1. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam 2. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.

Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang digunakan misalnya tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya pirogalol (Ditjen POM, 1985).


(38)

22

2.7 Uji Iritasi

Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut merupakan iritan kulit, reaksi iritasi ini dapat terjadi secara spontan atau tidak spontan tergantung dari jenis zat dan kadar yang dilekatkan. Banyak produk kosmetik yang dapat menyebabkan gangguan kulit yang bersifat iritan ataupun alergen. Uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua aspek, yakni uji keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk kosmetika sebelum diedarkan. Uji keamanan produk kosmetika dilakukan pada panel manusia untuk menetapkan apakah produk kosmetika itu memberikan efek toksik atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna rambut, perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah bagian dalam atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk kemudian diamati apakah terjadi reaksi iritasi (Scott, dkk., 1976).


(39)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Dasar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama 8 minggu yaitu pada bulan Oktober 2014 sampai Desember 2014.

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca listrik, blender, spatula, batang pengaduk, cutton buds, kertas perkamen, gunting, tisu gulung, rotary evaporator, lemari pengering, freeze dryer, dan alat-alat gelas yang diperlukan.

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels), etanol 96%, pirogalol, tembaga (II) sulfat, aquadest, sampo dan rambut uban.

3.4 Penyiapan Sampel 3.4.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels). Adapun kulit batang jamblang ini diperoleh dari Desa Bukit Batrem, Kota Dumai, Provinsi Riau.


(40)

24

3.4.2 Identifikasi sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Herbarium Bogoriense,

Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI.

3.4.3 Pengolahan sampel

Sebanyak 2,5 kg kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) disortasi, dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringkan di lemari pengering pada temperatur ± 40ºC hingga kering, setelah kering ditimbang berat keringnya yaitu 900 g, lalu kulit kayu diserbukkan sampai halus dengan menggunakan blenderdan disimpan dalam wadah tetutup rapat.

3.4.4 Pembuatan ekstrak kulit batang jamblang

Ekstraksi kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) dilakukan secara maserasi menggunakan penyari etanol 96%.

Cara kerja:

Sebanyak 500 g serbuk simplisia kulit batang jamblang dimaserasi dengan pelarut etanol 96% sampai seluruh serbuk terendam, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai, kemudian ampasnya dicuci dengan etanol, filtrat dimasukkan dalam bejana dan disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, kemudian dienap tuangkan (Ditjen POM, 1979). Seluruh maserat digabung dan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40ºC dan sisa pelarut ekstrak dikentalkan dengan freeze dryer pada suhu -40oC diperoleh ekstrak kental.


(41)

25

3.5 Pembuatan Formula

Formula yang dipilih berdasarkan formula standard yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985) seperti pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Formula standard

Komposisi Coklat Muda Coklat Tua Hitam

Serbuk inai 30 83 73

Pirogalol 5 10 15

Tembaga (II) sulfat 5 7 12

Sebelum dibuat formula pewarna rambut dilakukan orientasi terhadap rambut uban untuk menentukan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat dengan catatan bahwa konsentrasi pirogalol tidak lebih dari 5% (Ditjen POM, 1985) seperti pada Tabel 3.2 berikut;

Tabel 3.2 Formula orientasi

Komposisi A (%) B (%) C(%) D(%)

Zat warna kulit batang jamblang 2,5 2,5 5 5

Pirogalol 0,5 1 0,5 1

Tembaga (II) sulfat 0,5 1 0,5 1

Keterangan:

A: Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 2,5%, pirogalol 0,5%, tembaga (II) sulfat 0,5%.

B: Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 2,5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%.

C: Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 5%, pirogalol 0,5%, tembaga (II) sulfat 0,5%.

D: Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%.


(42)

26

Dalam penelitian ini peneliti melakukan orientasi dengan menggunakan zat warna kulit batang jamblang 2,5% dan 5%. Sedangkan variasi konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat masing-masing 0,5% dan 1%. Konsentrasi terendah adalah 0,5%, karena pada konsentrasi tersebut sudah tampak jelas perubahan warna pada rambut uban. Selain itu, penambahan zat pembangkit warna dengan konsentrasi yang rendah adalah untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit. Selanjutnya dilakukan lagi orientasi terhadap rambut uban:

1. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5%. 2. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit batang jamblang 5%. 3. Rambut uban direndam dalam pirogalol 0,5%

4. Rambut uban direndam dalam tembaga (II) sulfat 0,5%.

5. Rambut uban direndam dalam pirogalol 0,5% dan tembaga (II) sulfat 0,5% 6. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5% +

pirogalol 0,5%

7. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit batang jamblang 5% + pirogalol 0,5%

8. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%

9. Rambut uban direndam dalam zat warna kulit batang jamblang 5% + tembaga (II) sulfat 0,5%

10.Rambut uban direndam dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%

11.Rambut uban direndam dalam zat warna kulit batang jamblang 5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%

Prosedur kerja:

Rambut uban dimasukkan ke dalam masing-masing bahan atau campuran bahan, dilakukan perendaman selama 4 jam, kemudian dikeluarkan, dicuci dan dikeringkan. Masing-masing diamati warna yang terbentuk.


(43)

27

Dari hasil orientasi di atas, dibuat formula dengan variasi konsentrasi ekstrak kering zat warna kulit batang jamblang seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Formula pewarna rambut yang dibuat

Komposisi

Formula A B C D

Zat warna kulit batang jamblang (%) 2,5 5 7,5 10

Pirogalol (%) 0,5 0,5 0,5 0,5

Tembaga (II) sulfat (%) 0,5 0,5 0,5 0,5

Air ad (ml) 50 50 50 50

Keterangan:

Formula A: Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 2,5%, pirogalol 0,5%, dan tembaga (II) sulfat 0,5%

Formula B: Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 5%, pirogalol 0,5%, dan tembaga (II) sulfat 0,5%.

Formula C: Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 7,5%, pirogalol 0,5%, dan tembaga (II) sulfat 0,5%.

Formula D: Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 10%, pirogalol 0,5%, dan tembaga (II) sulfat 0,5%.

Prosedur kerja:

Kalibrasi beaker glass 50 ml. Sesuai dengan formula yang digunakan campurkan pirogalol dan tembaga (II) sulfat. Dimasukkan ke dalam lumpang lalu digerus homogen. Tambahkan aquadest ke dalam lumpang, gerus hingga homogen. Pindahkan massa ke dalam beaker glass yang telah dikalibrasi, kemudian cukupkan dengan aquadest sampai batas kalibrasi.

Empat ikat rambut uban masing-masing seratus helai yang telah dipotong kira-kira 7 cm dan telah dicuci dengan shampoo, dimasukkan ke dalam campuran bahan pewarna rambut, dilakukan perendaman selama 1-4 jam dengan satu ikat


(44)

28

rambut diambil setiap jamnya untuk kemudian dicuci, dikeringkan dan dipisahkan serta diamati warna yang terbentuk sesuai dengan waktu perendaman.

3.6 Evaluasi

3.6.1 Pengamatan warna secara visual

Pengamatan ini dilakukan terhadap masing-masing formula untuk tiap kali perendaman. Dari hasil percobaan yang dilakukan, ditentukan waktu perendaman yang optimal, yaitu dengan membandingkan hasil pewarnaan setelah 1 sampai 4 jam perendaman. Kemudian masing-masing formula diamati hasil akhir pewarnaannya dan warna tersebut diklasifikasikan menurut Natural Color Levels

seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Natural color levels (Dalton,1985).

Keterangan : Blonde = Pirang; Brown = Coklat; Black = Hitam; Light = Terang;


(45)

29

3.6.2 Pengamatan stabilitas warna

3.6.2.1 Stabilitas warna terhadap pencucian

Prosedur kerja:

Uban yang telah diberi pewarna dengan perendaman selama 4 jam dicuci dengan menggunakan shampoo dan dikeringkan. Pencucian ini dilakukan sebanyak 15 kali pencucian, kemudian diamati apakah terjadi perubahan warna rambut setelah pencucian.

3.6.2.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari

Prosedur kerja:

Uban yang telah diwarnai selama 4 jam dan dibilas bersih dibiarkan terkena sinar matahari langsung selama 5 jam mulai dari pukul 10ºº-15ºº WIB, setelah itu diamati perubahan warnanya.

3.6.3. Uji iritasi

Sukarelawan yang dijadikan sebagai panel dalam uji iritasi pada formula pewarnaan rambut adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang diuji dengan kriteria (Ditjen POM,1985) sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat, 2. Usia antara 20-30 tahun,

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi, dan 4. Bersedia menjadi relawan.

Prosedur kerja:

Kulit sukarelawan yang akan diuji dibersihkan dan dilingkari dengan spidol (diameter 3 cm) pada bagian belakang telinganya, kemudian pewarna


(46)

30

rambut yang telah disiapkan dioleskan dengan menggunakan cotton buds pada tempat yang akan diuji dengan diameter 2 cm, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam sekali apakah terjadi eritema, papula, vesikula, dan edema (Scott, dkk., 1976; Ditjen POM, 1985).


(47)

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi menerangkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian adalah kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels).

4.2 Pengaruh Penambahan Bahan dan Perbedaan Konsentrasi terhadap Perubahan Warna Rambut Uban

4.2.1 Hasil orientasi perbedaan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat terhadap perubahan warna rambut uban

Konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat ditentukan berdasarkan hasil orientasi seperti pada Gambar 4.1 berikut:

a b

c

d

Gambar 4.1 Pengaruh perbedaan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat terhadap perubahan warna rambut uban dengan lama perendaman 4 jam


(48)

32 Keterangan:

a : Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5%, pirogalol 0,5%, tembaga (II) sulfat 0,5%

b : Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%

c : Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 5%, pirogalol 0,5%, tembaga (II) sulfat 0,5%

d : Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%

Gambar (4.1.a) menunjukkan bahwa dalam formula yang mengandung zat warna kulit batang jamblang 2,5%, pirogalol 0,5%, tembaga (II) sulfat 0,5% dapat mengubah warna rambut uban menjadi warna coklat terang, sedangkan dalam formula yang mengandung zat warna kulit batang jamblang 2,5%, pirogalol 1%; tembaga (II) sulfat 1% mengubah warna rambut uban menjadi warna hitam sedang seperti pada Gambar (4.1.b). Dalam formula yang mengandung zat warna kulit batang jamblang 5%, pirogalol 0,5%, tembaga (II) sulfat 0,5% mengubah warna rambut uban menjadi warna coklat sedang seperti pada Gambar (4.1.c) dan dalam formula yang mengandung zat warna kulit batang jamblang 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% mengubah warna rambut uban menjadi warna hitam gelap seperti pada Gambar (4.1.d). Dengan demikian konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat yang akan digunakan dalam formula pewarna rambut adalah 0,5%. Karena pada konsentrasi yang rendah yaitu 0,5% perubahan warna rambut uban sudah tampak jelas yaitu coklat terang sampai coklat sedang. Selain itu, untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit.


(49)

33

4.2.2 Hasil orientasi penambahan bahan dan campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban

a b c

d e f


(50)

34

j k l

Gambar 4.2 Pengaruh penambahan bahan dan campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban dengan perendaman 4 jam.

Keterangan:

a. Rambut uban (blanko)

b. Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5% c. Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 5% d. Rambut uban dalam pirogalol 0,5%

e. Rambut uban dalam tembaga (II) sulfat 0,5%

f. Rambut uban dalam pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%

g. Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5% + pirogalol 0,5% h. Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5% + tembaga (II)

sulfat 0,5%

i. Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%

j. Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 5% + pirogalol 0,5% k. Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 5% + tembaga (II) sulfat

0,5%

l. Rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%

Berdasarkan hasil orientasi yang dilakukan diperoleh hasil pewarnaan rambut uban seperti pada Gambar (4.2.a) Hasil perendaman rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5% (4.2.b) terjadi perubahan warna yaitu dari putih menjadi pirang terang, rambut uban dalam zat warna kulit batang jamblang 5% (4.2.c) berwarna pirang sedang, dalam pirogalol (4.2.d) berwarna pirang sedang, dalam tembaga (II) sulfat (4.2.e) warna tidak berubah, dalam pirogalol +


(51)

35

tembaga (II) sulfat (4.2.f) berwarna coklat sedang, dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5% + pirogalol (4.2.g) berwarna pirang sedang, dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5% + tembaga (II) sulfat (4.2.h) berwarna pirang terang, dalam zat warna kulit batang jamblang 2,5% + pirogalol + tembaga (II) sulfat (4.2.i) berwarna coklat terang, dalam zat warna kulit batang jamblang 5% + pirogalol (4.2.j) berwarna pirang sedang, dalam zat warna kulit batang jamblang 5% + tembaga (II) sulfat (4.2.k) berwarna pirang sedang, dalam zat warna kulit batang jamblang 5% + pirogalol + tembaga (II) sulfat (4.2.l) berwarna coklat sedang. Penggunaan zat warna senyawa logam pembangkit warna akan menghasilkan warna yang lebih kuat dan lebih stabil.

4.2.3 Pengar uh konsentr asi zat war na kulit batang jamblang ter hadap per ubahan war na r ambut uban

Perbedaan konsentrasi zat warna kulit batang jamblang dapat memberikan perbedaan warna rambut uban yang dihasilkan dari proses perendaman dalam waktu yang sama. Perbedaan warna rambut uban dapat dilihat pada Gambar 4.3.

A B C D

Gambar 4.3 Pengaruh konsentrasi zat warna kulit batang jamblang terhadap perubahan warna rambut uban

Keterangan:

Formula A : Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 2,5%, pirogalol 0,5% dan tembaga (II) sulfat 0,5% dengan perendaman selama 4 jam.


(52)

36

Formula B : Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 5%, pirogalol 0,5% dan tembaga (II) sulfat 0,5% dengan perendaman selama 4 jam.

Formula C : Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 7,5%, pirogalol 0,5% dan tembaga (II) sulfat 0,5% dengan perendaman selama 4 jam. Formula D : Konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 10%, pirogalol 0,5%

dan tembaga (II) sulfat 0,5% dengan perendaman selama 4 jam. Gambar (4.3) merupakan hasil perendaman rambut uban dalam sediaan pewarna rambut dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak kulit batang jamblang. Pewarnaan dengan formula A (konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 2,5%) menghasilkan warna coklat terang, formula B (konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 5%) menghasilkan warna coklat sedang, formula C (konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 7,5%) menghasilkan warna coklat gelap, formula D (konsentrasi zat warna kulit batang jamblang 10%) menghasilkan warna coklat gelap.

Hasil perendaman rambut uban dari masing-masing formula yang dibuat memberikan perubahan warna pada rambut uban seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data hasil pengamatan secara visual pengaruh konsentrasi zat warna kulit batang jamblang terhadap perubahan warna rambut uban.

No Formula Hasil Pewarnaan Pada Lama Perendaman (Jam)

I II III IV

1 A Pirang

terang Pirang terang Coklat terang Coklat terang 2 B Coklat terang Coklat Terang sedang Coklat sedang Coklat 3 C Coklat

terang Coklat Terang Coklat sedang Coklat gelap

4 D Coklat

sedang Coklat Sedang Coklat sedang Coklat gelap


(53)

37

Tabel (4.1) menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi zat warna kulit batang jamblang, maka hasil pewarnaannya menjadi semakin gelap. Pencampuran zat warna kulit batang jamblang, pirogalol, tembaga (II) sulfat dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut. Zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut, hal ini disebabkan karena molekul-molekul tersebut menembus kutikula dan masuk ke dalam korteks rambut sehingga terjadi perubahan warna pada rambut (Ditjen POM, 1985).

4.3Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Hasil Pewarnaan Rambut Uban

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa lamanya waktu perendaman mempengaruhi hasil pewarnaan rambut uban seperti terlihat pada Gambar 4.4 di bawah ini yang diambil dari formula C.

A B C D

Gambar 4.4 Pengaruh waktu perendaman hasil pewarnaan rambut uban Keterangan:

A = Perendaman selama 1 jam B = Perendaman selama 2 jam C = Perendaman selama 3 jam D = Perendaman selama 4 jam


(54)

38

Perendaman rambut uban dalam sediaan pewarna rambut dilakukan selama 1-4 jam. Penentuan waktu perendaman ini berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa pewarnaan rambut uban terjadi secara bertahap hingga mencapai pewarnaan maksimal pada perendaman selama 4 jam yang dapat mengubah rambut uban (putih) menjadi coklat gelap seperti terlihat pada gambar 3.4 Perendaman selama 1 jam mengubah warna putih menjadi coklat terang, perendaman selama 2 jam mengubah warna putih menjadi coklat terang, perendaman selama 3 jam menjadi coklat sedang dan pada perendaman selama 4 jam mengubah warna putih menjadi coklat gelap.

Hasil pengamatan secara visual terhadap perendaman rambut uban diperoleh formula yang menghasilkan perubahan warna paling baik yaitu warna coklat gelap, yaitu formula C yang terdiri dari zat warna kulit batang jamblang 7,5%, pirogalol 0,5% dan tembaga (II) sulfat 0,5%. Kemudian formula inilah yang digunakan untuk uji evaluasi.

4.4 Hasil Evaluasi

4.4.1 Stabilitas warna terhadap pencucian

Berdasarkan uji stabilitas warna terhadap pencucian diperoleh hasil bahwa tidak terjadi perubahan warna rambut setelah 15 kali pencucian seperti pada Gambar 4.5 berikut:

a b c d e

a b c d e


(55)

39 Keterangan:

a. sebelum pencucian b. 1 kali pencucian c. 5 kali pencucian d. 10 kali pencucian e. 15 kali pencucian

Warna rambut sebelum dan setelah pencucian masih terlihat sama, tidak terjadi perubahan. Warna rambut uban tetap stabil terhadap pencucian karena adanya pencampuran zat warna alam dengan zat warna senyawa logam. Campuran tersebut dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut sebab zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut. Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap pencucian, tetapi jika berulang kali dicuci, maka zat warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).

4.4.2 Stabilitas warna terhadap sinar matahari

Warna ditentukan kestabilannya dengan memaparkan rambut selama 5 jam di bawah sinar matahari yang dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut:

a b

Gambar 4.6 Stabilitas warna terhadap sinar matahari Keterangan:

a = Warna rambut sebelum dipaparkan di bawah sinar matahari b = Warna rambut sesudah dipaparkan di bawah sinar matahari


(56)

40

Gambar (4.6) menunjukkan bahwa warna rambut tetap sama sebelum dan sesudah pemaparan terhadap sinar matahari.

4.5Uji Biologis (Uji Iritasi)

Sediaan pewarna rambut yang hendak dipasarkan untuk konsumen harus diberikan penandaan yang jelas mengenai cara penggunaan, komposisi dan kadar zat yang digunakan. Selain itu, pada etiket tersebut harus tercantum perlu tidaknya uji iritasi sebelum digunakan. Uji ini dilakukan untuk meyakinkan apakah formula sediaan pewarna rambut terjadi reaksi antara komponen sehingga terbentuk zat yang bersifat iritasi atau toksik. Hal ini untuk kepentingan kedua belah pihak, yaitu konsumen maupun produsen dalam menghindari kemungkinan terjadinya efek merugikan dari kosmetik terhadap kulit, baik berupa iritasi maupun alergi (Wasitaatmadja, 1997).

Uji tempel dilakukan dengan cara uji tempel terbuka. Maksud dilakukan uji tempel terbuka yaitu untuk menetapkan apakah calon pengguna peka terhadap cat rambut ini atau tidak. Iritan primer umumnya lebih menyebabkan rasa pedih daripada rasa gatal, dan reaksi kulit yang ditimbulkan akan lebih cepat dibandingkan alergen. Reaksi kulit yang disebabkan oleh iritan primer terjadi antara beberapa menit hingga 1 jam setelah pelekatan, sedangkan alergen baru memberikan reaksi kulit dalam waktu 24 – 48 jam. Reaksi kulit karena iritan primer hanya tampak pada daerah pelekatan, sedangkan reaksi kulit karena alergen dapat menyebar di sekitar lokasi pelekatan (Ditjen POM, 1985).

Uji ini dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan. Formula yang dipilih adalah formula D yang terdiri dari zat warna kulit batang jamblang 10%, pirogalol


(57)

41

0,5%, dan tembaga (II) sulfat 0,5%. Hasil pengujian dapat dilihat dari data pengamatan yang dilakukan pada masing-masing sukarelawan seperti pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

No Pernyataan Sukarelawan

I II III IV V VI

1 Eritema 0 0 0 0 0 0

2 Eritema dan papula 0 0 0 0 0 0

3 Eritema, papula, dan vesikula

0 0 0 0 0 0

4 Edema dan vesikula 0 0 0 0 0 0

Keterangan:

0 = Tidak ada reaksi + = Eritema

++ = Eritema dan papula

+++ = Eritema, papula dan vesikula

++++ = Edema dan vesikula (Ditjen POM, 1985).

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa formula sediaan pewarna rambut yang digunakan tidak mengakibatkan iritasi pada kulit. Hal ini disebabkan karena bahan yang terkandung dalam sediaan pewarna rambut tersebut bersifat tidak iritasi termasuk juga senyawa yang terkandung dalam zat warna kulit batang jamblang.


(58)

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Zat warna kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) dapat diformulasi sebagai sediaan pewarna rambut.

b. Pewarnaan terbaik diperoleh dari formula C yang terdiri dari zat warna kulit batang jamblang 7,5%, pirogalol 0,5% dan tembaga (II) sulfat 0,5% yang menghasilkan warna coklat gelap.

c. Sediaan yang dibuat dari zat warna kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) tidak mengiritasi kulit sehingga dapat digunakan sebagai pewarna rambut.

5.2 Saran

Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk memformulasikan ekstrak kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) dalam bentuk sediaan pensil alis.


(59)

43

DAFTAR PUSTAKA

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2001). Handbook of Cosmetic Science and Technology. New York: Marcel Dekker. Hal. 131, 582, 718.

Bariqina, E., dan Ideawati, Z. (2001). Perawatan & Penataan Rambut. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Hal. 2 - 10, 83 - 86.

Dalton, J.W. (1985). The Professional Cosmetologist. Edisi Ketiga. St. Paul: West Publishing Company. Hal. 211 - 233.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 83 - 86, 96, 105, 208 - 219.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Ke-empat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal.1192 - 1193, 1199.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 10 - 12

Grover, J.K., Yadav, dan Vats. (2002). Medicinal Plants Of India With Anti-Diabetic Potential.J. Ethonpharmacol. 81(1): 81 - 100.

Hariana, A. (2013). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri Pertama. Bogor: Penebar Swadaya. Hal. 108.

Harry, R.G. (1973). Harry’s Cosmetology. Edisi Keenam. New York: Chemical Publishing Company Inc. Hal. 439 - 456.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Jakarta: Sarang Wana Jaya. Hal. 1518.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier. Hal. 432.

Mukhlis. (2011). Ekstraksi Zat Warna Kulit Batang Jamblang (Syzygium cumini)

Sebagai Bahan Dasar Pewarna Tekstil. Banda Aceh: Jurnal Biologi Edukasi Unsyiah. 3(1): 121.

Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). Kosmetik. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal. 245.

Putro, D.S. (1998). Agar Awet Muda. Ungaran: Trubus Agriwidya. Hal. 12 - 15. Rostamailis, Hayatunnufus, dan Yanita, M. (2008). Tata Kecantikan Rambut.

Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Hal. 21 - 22, 397.


(60)

44

Scott, O.P., Callahan,M.G., Faulkner, R.M., dan Jenkins, M.L. (1976). Textbook of Cosmetology. London: Prentice-Hall Inc. Halaman 33, 202 - 217. Shafi, P.M., M.K. Rosamma, K. Jamil, P.S. Reddy, (2002). Anti Bacterial

Activity of Syzigium cumini Leaf Essential Oil. Fitoterapia. 72(5): 414 - 416.

Steenis, V. (2005). Flora. Jakarta: Pradnya Paramita. Hal. 317.

Subrahmanyam, N.S. (2001). Laboratory Manual of Plant Taxonomy. Edisi Kedua. Delhi: Vikas Publishing House Pvt Ltd. Hal. 316.

Sweetman, S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference. Edisi Ketigapuluh. London: Phamaceutical Press. Hal.1611, 1935, 2147.

Tranggono, R.I., dan Latifah. F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 33 - 37.

Utami, P. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 87.

Wasitaatmaja, S.M. (1997). Penentuan Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 57 - 60.


(61)

45

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan alir pembuatan ekstrak kulit batang jamblang

Disortasi

Ditimbang berat basahnya (2,5 kg)

Dikeringkan

Ditimbang berat keringnya (900 g)

Dihaluskan dengan blender

Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat sebelum digunakan

Dimasukkan ke dalam wadah

Ditambahkan etanol 96% hingga serbuk terendam

Dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk

Disaring

Diremaserasi menggunakan Etanol 96% Dibiarkan selama 2 hari terlindung dari cahaya Disaring, dienaptuangkan

Dipekatkan dengan rotary evaporator

Dikentalkan dengan freeze dryer

Kulit Batang Jamblang

Kulit Batang Jamblang

Simplisia

500 g Serbuk simplisia

Ampas Maserat I

Maserat II

Ekstrak cair


(62)

46


(63)

47

Lampiran 3. Gambar bagian tumbuhan jamblang(Subrahmanyam, 2001).


(64)

48

Lampiran 4. Gambar kulit batang jamblang


(65)

49


(66)

50


(67)

51

Lampiran 7. Gambar pirogalol


(68)

52

Lampiran 8. Gambar tembaga (II) sulfat


(69)

53

Lampiran 9. Gambar hasil pewarnaan rambut

A1(pirang terang) A2 (pirang terang) A3 (coklat terang) A4 (coklat terang) Keterangan: A1: Pewarnaan rambut selama 1 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 2,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. A2: Pewarnaan rambut selama 2 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 2,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. A3: Pewarnaan rambut selama 3jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 2,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. A4: Pewarnaan rambut selama 4 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 2,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%.

B1(coklat terang) B2 (coklat terang) B3 (coklat sedang) B4 (coklat sedang) Keterangan: B1: Pewarnaan rambut selama 1 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. B2: Pewarnaan rambut selama 2 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. B3: Pewarnaan rambut selama 3 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. B4: Pewarnaan rambut selama 4 jam dalam ekstrak kulit batang


(70)

54

Lampiran 9. (Lanjutan)

C1 (coklat terang) C2 (coklat terang) C3 (coklat sedang) C4 (coklat gelap) Keterangan: C1: Pewarnaan rambut selama 1 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 7,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. C2: Pewarnaan rambut selama 2 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 7,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. C3: Pewarnaan rambut selama 3 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 7,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. C4: Pewarnaan rambut selama 4 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 7,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%.

D1(coklat sedang) D2 (coklat sedang) D3 (coklat sedang) D4 (coklat gelap) Keterangan: D1: Pewarnaan rambut selama 1 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 10% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. D2: Pewarnaan rambut selama 2 jam dalam ekstrak kulit batang jamblang 10% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. D3: Pewarnaan rambut selama 3 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 10% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. D4: Pewarnaan rambut selama 4 jam dalam ekstrak kulit batang jamblang 10% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%.


(71)

55


(72)

56

Lampiran 11. Surat pernyataan persetujuan ikut serta dalam penelitian.

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini; Nama :

Umur : Alamat :

Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa kulit bagian belakang telingga saya akan digunakan sebagai daerah yang akan dianalisis. Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Yuli Annisa dengan judul “PENGGUNAAN ZAT WARNA KULIT BATANG JAMBLANG (Syzygium cumini (L.) Skeels) DALAM FORMULASI SEDIAAN PEWARNA RAMBUT” sebagai usaha untuk mengetahui apakah sediaan pewarna rambut yang dibuat tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Saya menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah ditetapkan.

Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, Desember 2014 Peneliti Sukarelawan

(Yuli Annisa) ( )


(1)

51 Lampiran 7. Gambar pirogalol


(2)

52 Lampiran 8. Gambar tembaga (II) sulfat


(3)

53 Lampiran 9. Gambar hasil pewarnaan rambut

A1(pirang terang) A2 (pirang terang) A3 (coklat terang) A4 (coklat terang) Keterangan: A1: Pewarnaan rambut selama 1 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 2,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. A2: Pewarnaan rambut selama 2 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 2,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. A3: Pewarnaan rambut selama 3jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 2,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. A4: Pewarnaan rambut selama 4 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 2,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%.

B1(coklat terang) B2 (coklat terang) B3 (coklat sedang) B4 (coklat sedang) Keterangan: B1: Pewarnaan rambut selama 1 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. B2: Pewarnaan rambut selama 2 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. B3: Pewarnaan rambut selama 3 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. B4: Pewarnaan rambut selama 4 jam dalam ekstrak kulit batang


(4)

54 Lampiran 9. (Lanjutan)

C1 (coklat terang) C2 (coklat terang) C3 (coklat sedang) C4 (coklat gelap) Keterangan: C1: Pewarnaan rambut selama 1 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 7,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. C2: Pewarnaan rambut selama 2 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 7,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. C3: Pewarnaan rambut selama 3 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 7,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. C4: Pewarnaan rambut selama 4 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 7,5% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%.

D1(coklat sedang) D2 (coklat sedang) D3 (coklat sedang) D4 (coklat gelap) Keterangan: D1: Pewarnaan rambut selama 1 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 10% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. D2: Pewarnaan rambut selama 2 jam dalam ekstrak kulit batang jamblang 10% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. D3: Pewarnaan rambut selama 3 jam dalam ekstrak kulit batang

jamblang 10% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%. D4: Pewarnaan rambut selama 4 jam dalam ekstrak kulit batang jamblang 10% + pirogalol 0,5% + tembaga (II) sulfat 0,5%.


(5)

55


(6)

56

Lampiran 11. Surat pernyataan persetujuan ikut serta dalam penelitian. SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM

PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama :

Umur : Alamat :

Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa kulit bagian belakang telingga saya akan digunakan sebagai daerah yang akan dianalisis. Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Yuli Annisa dengan judul “PENGGUNAAN ZAT WARNA KULIT BATANG JAMBLANG (Syzygium cumini (L.) Skeels) DALAM FORMULASI SEDIAAN PEWARNA RAMBUT” sebagai usaha untuk mengetahui apakah sediaan pewarna rambut yang dibuat tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Saya menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah ditetapkan.

Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, Desember 2014 Peneliti Sukarelawan

(Yuli Annisa) ( )