Variasi Berat Labur Perekat Phenol Formaldehida Terhadap Kualitas Papan Lamina dari Batang Kelapa Sawit dengan Pemadatan

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis)merupakan salah satu sumber daya alam
di Indonesia yang memberikan manfaat langsung berupa minyak sawit mentah.
Usia produktif kelapa sawit adalah sekitar 20-25 tahun, setelah itu diremajakan.
Menurut data, potensi peremajaan Batang Kelapa Sawit (BKS) di Indonesia akan
terus meningkat, seiring dengan meningkatnya luas areal perkebunan kelapa
sawit. Pada tahun 2005, luas areal perkebunan kelapa sawit seluas 5.453.817ha,
pada tahun 2010 meningkat menjadi 8.430.026ha dan tahun 2012 menjadi 9,27
juta ha Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (2012).
Tanaman kelapa sawit yang tidak lagi produktif di usia tua mengharuskan
dilakukan penanaman ulang (replanting) sehingga akan banyak limbah yang
terbuang seperti batangkelapa sawit (BKS). Limbah BKSsampai saat ini belum
dimanfaatkan secara optimal. Hal ini karena kualitasnya rendahdan kandungan
airnya yang tinggi menyebabkan kestabilan dimensinya rendah. Selain itu
parenkim bagian ujungbatang mengandung pati hingga 40%,hal ini menyebabkan
sifat fisik dan mekanik batang kelapa sawit rendah (mudah patah/retak) serta
mudah diserang rayap atau serangga perusak lainnya (Prayitno, 1995).
Salah satu cara yang dapat mengatasi kelemahan dari BKS ini adalah
pembuatan papan lamina. Papan lamina merupakan salah satu produk

biokomposit yang mampu mengubah limbah perkebunan kelapa sawit menjadi
produk yang bernilai tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Pada pembuatan papan lamina, salah satu perekat yang biasa digunakan
phenol formaldehida (PF). Perekat PF memiliki kelebihan yaitu sifat perekatan
yang baik, sedangkan kelemahannya yaitu sumber bahan baku yang semakin
berkurang serta menimbulkan emisi formaldehida terhadap lingkungan (Ruhendi
et al., 2007). Pada pembuatan papan lamina, kualitas papan dipengaruhi oleh
berat labur perekat. Variasi berat labur ini digunakan untuk menentukan berat
labur perekat yang sesuai pada saat pembuatan papan lamina.
Selain berat labur, kualitas lamina juga dapat ditingkatkan dengan
perlakuan pemadatan. Pemadatan dilakukan pada kayu-kayu yang memiliki
kerapatan

rendah, seperti batang kelapa sawit bagian tengah, Bakar (2003)

kerapatan BKS umur 25 tahun adalah 0,28 g/cm³.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa perlakuan pemadatan mampu

meningkatkan sifat fisis dan mekanis kayu yang dipadatkan, seperti pada kayu
agatis (Sulistyono et al., 2003), kayu sengon (Darmaji, 2003), batang kelapa
(Wardhani, 2005) dan kayu balsa (Amin dan Dwianto, 2006 ; Hartono et al.,
2008). Meningkatnya sifat fisis dan mekanis kayu dikarenakan kayu memipih dan
lebih padat, sehingga kualitas papan yang dipadatkan meningkat.
Apabila BKS yang akan digunakan dalam pembuatan papan lamina diberi
perlakuan pemadatan, maka diduga sifat fisis dan mekanis papan lamina yang
dihasilkan juga meningkat. Berdasarkan penelitian tersebut maka dilakukan
penelitian dengan judul “Variasi Berat Labur Perekat Phenol Formaldehida
Terhadap Kualitas Papan Lamina dari Batang Kelapa Sawit dengan Pemadatan”.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi pengaruh berat labur perekatPFterhadap sifat fisis papan
lamina dari limbah batang kelapa sawitantara lain kerapatan, kadar air,
daya serap air , pengembangan tebal dan deliminasi.
2. Mengevaluasipengaruh berat labur perekat PFterhadap sifat mekanis
papan lamina dari limbah batang kelapa sawit antara lain MOE (modulus

of elasticity), MOR (modulus of rupture).
3. Mendapatkan berat labur terbaik perekat PF pada pembuatan papan
laminaberdasarkan Japanese Agricultural Standar (JAS) 243:2003.

Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan alternatif penggunaan bahan baku pengganti kayu yang
semakin berkurang ketersediaannya.
2. Dapat memberikan nilai tambah pemanfaatan batang kelapa sawit dalam
industri kayu di Indonesia.
Hipotesis Penelitian
Faktor variasi berat labur perekat phenol formaldehida berpengaruh
terhadap kualitas papan lamina dari batang kelapa sawit (BKS).

Universitas Sumatera Utara