Bentuk Fisik Ransum Terhadap Performans dan Efisiensi Ransum Pada Ayam Broiler

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Ayam broiler termasuk kedalam ordo Galliformes, famili Phasianidae dan spesies
Gallus domesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe berat pedaging yang lebih muda
dan berukuran lebih kecil. Ayam broiler ditujukan untuk menghasilkan daging dan
menguntungkan secara ekonomis. Ayam broiler tumbuh sangat cepat sehingga dapat
dipanen pada umur 6-7 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari
tingkah laku makannya yang sangat lahap. Nilai konversi makan ayam broiler sewaktu
dipanen sekarang ini mencapai nilai dibawah dua (Amrullah, 2004).
Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki
karakteristik ekonomis dengan cirri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging,
masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan daging baik, dada
lebih besar dan kulit licin (North and Bell, 1990) Ayam broiler disebut juga ayam pedaging
karena dipelihara khusus untuk produksi daging. Komandoko (2002) menyatakan bahwa
ayam broiler adalah ayam yang dapat tumbuh cepat dan mempunyai kemampuan yang
tinggi dalam mengubah ransum yang dikonsumsinya menjadi daging dalam waktu relatif
singkat.
Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu,
kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2006). Di samping itu ayam broiler yang makin besar badannya akan semakin
banyak pakan yang akan dikonsumsinya. Makin bertambahnya umur ayam ,maka semakin

banyak pula makanan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging. Akibatnya konversi
pakan meningkat setiap minggunya (Komandoko, 2002). Lebih lanjut Suharno (2003)
menyatakan bahwa perkembangan usaha ayam broiler didukung oleh semakin kuatnya
industry hulu, seperti perusahaan pembibitan (breeding farm), perusahaan pakan ternak
(feed mill), perusahaan obat hewan dan perlatan peternakan.
Jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77,
Tegel 70, ISA, Kim cross, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro,
Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, HypecoBroiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707

dan

Lohman 202 (Cahyono, 2001)
Strain New Lohman MB 202 ini diproduksi oleh PT. Multibreeder Adirama
Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk

Universitas Sumatera Utara

dimana induk usahanya adalah JAPFA GROUP memiliki nilai heribilitas sekitar 90 % an.
Berdasarkan data pada tabel 1, jika dirata-ratakan maka konsumsi ransum adalah 565,20
g/ekor/minggu, rata-rata pertambahan bobot badan adalah 367,80 g/ekor/minggu dan ratarata konversi ransum adalah 1,54. Adapun karakteristik strain New Lohman (MB 202)

yang menjadi “ Broiler Productions Targets “ adalah seperti Tabel 1 .
Tabel 1. Karakter Produksi Strain New Lohman (MB 202)
Umur
(hari)

Konsumsi Pakan
(g/hari/ekor)

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

32
33
34
35

26
28
32
37
41
48
52
59
63
71
75
81
87
91
97

103
109
115
120
127
131
137
143
147
153
157
161
165
170

Bobot badan
(g/ekor)
42
53
66

81
97
116
136
159
185
213
244
278
314
354
396
441
489
540
595
652
711
773
838

905
974
1045
1119
1193
1270
1348
1428
1509
1590
1673
1756
1839

FCR
(%)
0,89
0,91
0,94
0,98

1,01
1,04
1,07
1,11
1,14
1,17
1,20
1,22
1,25
1,27
1,30
1,32
1,34
1,37
1,39
1,41
1,43
1,45
1,48
1,50

1,52
1,54
1,56
1,58
1,60

Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia (2008)

Universitas Sumatera Utara

Fadilah (2004) menyatakan bahwa kegiatan pertama yang harus dilakukan saat
DOC datang adalah memperhatikan dan memeriksa keadaan DOC secara keseluruhan baik
kualitas maupun kuantitasnya. DOC yang berkualitas baik antara lain mempunyai ciri
kakinya besar dan basah seperti berminyak, bulu cerah dan penuh, terlihat aktif dan
beratnya tidak kurang dari 37 g. Kartasudjana dan Supriatna (2006) menambahkan bahwa
kualitas DOC yang dipelihara harus yang terbaik karena performa yang jelek bukan saja
dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat diterima.

Ransum Ayam Broiler
Ransum adalah pakan yang perlu disediakan untuk kebutuhan ayam selama sehari

semalam untuk menunjang segala aktivitas ayam setiap harinya. Ransum ayam biasanya
terdiri dari campuran beberapa macam pakan yang berasal dari tanam-tanaman dan hewan
serta campuran beberapa zat mineral utama yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh dan
berkembangnya ayam (Komandoko, 2002).
Tujuan utama dalam pemberian ransum pada ayam pedaging adalah menjamin
penambahan bobot badan selam pertumbuhaan dan penggemukannya. Pada ayam
pedaging, kebutuhan zat-zat makanan berbeda jumlahnya pada setiap fase atau tingkatan
umur ayam. Kebutuhan nutrisi untuk ayam broiler seperti Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi ayam broiler
Nutrisi
Protein Kasar
Energi Metabolisme
Lemak Kasar
Serat Kasar
Kadar Abu
Sumber : Wahju (1997)

Fase Awal
21-23 %
2900-3200 kkal/kg

5-8 %
3-5 %
4-7 %

Fase Akhir
19-21%
2900-3200 kkal/kg
5-8 %
3-5 %
4-7 %

Jenis Ransum Ayam Broiler berdasarkan bentuk fisik ransum
Proses pembuatan pakan adalah sangat penting karena selain bisa mendatangkan
keuntungan yang besar juga bisa sebaliknya mendatangkan kerugian besar jika proses tidak
sesuai aturan berlaku atau standard operasional prosedur (SOP), misalnya terjadi kerusakan
fisik ataupun kimia dari bahan pakan. Beberapa jenis pembuatan pakan adalah chopping
(pemotongan), grinding, cooking, pelleting dan crumbling (Ichwan, 2003).
Fadilah (2004) menyatakan bahwa kandungan protein dalam ransum untuk ayam
broiler umur 1-14 hari adalah 21-24 % dan umur 15-39 hari adalah 19-21 hari. Kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

protein untuk ayam relatif lebih tinggi karena memenuhi tiga macam kebutuhan yaitu untuk
pertumbuhan jaringan, hidup pokok dan pertumbuhan bulu (Wahju, 1992). Lebih lanjut
Rizal (2006) menyatakan bahwa kebutuhan anak ayam akan kalsium (Ca) maksimum 1 %
dan ayam sedang tumbuh dan finisher adalah 0,6 % sedangkan kebutuhan fosfor (P)
bervariasi dari 0,2-0,45 % dalam ramsum.
Sarmono (2007) menyatakan bahwa ada beberapa bentuk pakan ayam yaitu tepung
halus, tepung kasar / crumble, pellet. Pakan tepung halus digunakan untuk fase starter,
tepung kasar / crumble untuk fase grower selanjutnya pakan ayam dewasa berbentuk pellet.
Ransum bentuk butiran atau pellet merupakan perkembangan dari bentuk tepung komplit.
Ransum bentuk “ pellet” ini juga ransum bentuk tepung komplit yang kemudian diproses
kembali dengan prinsip pemberian uap dengan panas tertentu sehingga ransum ini menjadi
lunak kemudian dicetak berbentuk butiran dan pellet. Bentuk fisik pakan yang berbeda
menjadikan adanya pilihan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.
Penggantian fisik ransum starter dengan ransum finisher sebaiknya tidak dilakukan
sekaligus dan tidak menggunakan fisik ransum yang banyak dan besar, tetapi secara
bertahap supaya ayam tidak stres. Hari pertama diberi ransum starter 75% ditambah ransum
finisher 25%, pada hari berikutnya diberi ransum starter 50% ditambah ransum finisher
50%, hari berikutnya diberi ransum starter 25% ditambah ransum finisher 75% dan hari
terakhir diberi ransum finisher seluruhnya. Jika tahapan ini tidak dilakukan maka nafsu
makan ayam menurun untuk beberapa hari dan dikhawatirkan akan menghambat
pertumbuhan (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Bentuk fisik pakan yang berbeda menjadikan adanya pilihan untuk meningkatkan
performans ternak ayam khususnya pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan
pakan. Bentuk fisik pakan ayam pedaging dikenal ada tiga yaitu: bentuk mash (tepung),
crumble dan pellet (Perry et al., 2003). Lebih lanjut menurut Brickett et al. (2007) bahwa
penyerapan density nutrisi pakan sangat dipengaruhi oleh bentuk ransum untuk mencapai
banyak parameter dari performans. Ada interaksi sangat nyata antara density dan bentuk
ransum terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum
khususnya di fase grower dan finisher. Bobot badan lebih tinggi jika memakai ransum
bentuk crumble dan pellet ataupun kombinasi crumble dan pellet tetapi pertambahan bobot
badan menurun saat memakai ransum berbentuk tepung. Bentuk ransum sangat
mempengaruhi performans ayam dimana ransum dengan proses crumbling dan pelleting
dapat meningkatkan rata-rata pertumbuhan dan efisiensi ransum.

Universitas Sumatera Utara

Ransum berbentuk Tepung ( Mash )
Program pemberian ransum sangat tergantung terhadap rencana ayam itu dipanen,
jika ayam yang akan dipanen berukuran kecil sampai sedang, pemberian ransum
menggunakan program dua jenis ransum. Tepung (mash) biasanya diberikan pada anak
ayam hingga ayam berumur 2 minggu. Butiran (crumble) merupakan jenis ransum yang
umum digunakan oleh peternak untuk ayam broiler. Bentuk ransum tepung atau mash lebih
mudah dicerna dan lebih murah harganya karena tidak membutuhkan alat khusus lagi tetapi
jika dipakai lebih dominan atau lebih lama dibandingkan dengan bentuk crumble / pellet
maka bisa menyebabkan nilai konversi ransumnya semakin naik (Fadilah, 2004),
Bentuk Tepung (all mash) seluruh bahan baku yang digunakan, digiling menjadi
tepung, kemudian dicampur menjadi homogen. Bentuk ini lebih dikenal dengan nama
tepung lengkap (all mash), karena di dalam campuran pakan tersebut sudah terkandung
seluruh kebutuhan nutrisi yang diperlukan ayam. Bentuk ini menjadi salah satu pilihan
termurah untuk pakan ternak unggas, walaupun ada beberapa kekurangan jika digunakan
sebagai pakan broiler. Kekurangannya adalah mudah tercecer karena terjadinya segregasi.
Segregasi ini akan menyebabkan pakan yang dikonsumsi menjadi tidak seimbang.
Kekurangan lainnya adalah pakan banyak yang melekat di paruh ayam. Akibatnya, tempat
minum menjadi kotor dan pakan banyak yang terbuang,sehingga nilai FCR menjadi lebih
besar dibandingkan dengan bentuk lainnya. Disamping itu, bentuk pakan ini kurang
diminati ayam pedaging, sehingga bobot akhir pada umur yang sama akan lebih ringan
dibandingkan bentuk crumble (Ichwan,2005).
Ransum berbentuk Crumble
Ransum berbentuk crumble diperoleh dari proses crumbling. Crumbling adalah
proses penggilingan / pemecahan pellet menjadi partikel berbentuk granular. Ransum
berbentuk crumble biasanya digunakan untuk ternak pada periode starter dan grower
(Perry et al., 2003)
Bentuk crumble diperoleh dengan memecah pellet menjadi bentuk remah, sehingga
cocok untuk dikonsumsi ayam mulai masa starter hingga masa finisher (Ichwan,2005).
Selanjutnya, menurut Agustina dan Purwanti (2009), bentuk crumble ukurannya lebih kecil,
disukai oleh ternak dan tidak mempunyai kesempatan memilih. Jadi biasanya ayam lebih
baik pertumbuhannya dibanding dengan ayam yang memperoleh ransum bentuk mash.
Crumble ini diberikan pada fase starter dan sebaiknya bentuk pakan yang lebih kecil lagi
dari crumble diberikan pada ayam umur DOC atau awal fase starter agar ayam DOC tidak
kesusahan mematuk pakannya.

Universitas Sumatera Utara

Ransum berbentuk crumble dibagi 3 ukuran lagi, yaitu : fine crumble, crumble dan
coarse crumble (crumble kasar). Ransum berbentuk fine crumble merupakan bentuk
ransum yang besar ukuran fisiknya antara mash dengan crumble. Kalau ransum berbentuk
crumble merupakan bentuk ransum yang besar ukuran fisiknya antara fine crumble dengan
coarse crumble, sedangkan ransum berbentuk coarse crumble merupakan bentuk ransum
yang besar ukuran fisiknya antara crumble dengan pellet (PT. Japfa Comfeed Indonesia,
2008)
Ransum berbentuk Pellet
Ransum berbentuk pellet diperoleh dari proses pelleting. Proses pelleting adalah
proses mengkompressikan pakan berbentuk tepung dengan bantuan uap panas (steam)
untuk menghasilkan pakan yang silinderis. Pelleting memberikan keuntungan: pakan tidak
berdebu, kandungan zat nutrisi dalam setiap pellet tersebut seragam dan homogen, akan
mengurangi sisa pakan atau pakan terbuang, membatasi sifat memilih dari ternak dan pada
akhirnya akan meningkatkan performans ternak yang bersangkutan (Amrullah, 2004)
Kebanyakan pakan unggas di banyak negara diproduksi dalam bentuk butiran
maupun pellet. Keuntungan memproses pellet adalah: mengurangi pengambilan pakan
secara selektif oleh unggas, meningkatkan ketersediaan nutrisi, menurunkan energi yang
dibutuhkan sewaktu mengkonsumsi pakan, mengurangi kandungan bakteri pathogen,
meningkatkan kepadatan pakan sehingga dapat mengurangi biaya penggunaan truk,
mengurangi penyusutan pakan karena debu, dan memperbaiki penanganan pakan pada
penggunaan alat makan otomatis. Semua keuntungan ini akan secara dratis menurunkan
biaya produksi (Santoso,2008).
Ichwan (2003), menyatakan bahwa, adapun kelebihan pakan berbentuk pellet adalah
sebagai berikut:
1) Meningkatkan selera makan ayam / palatabilitas
2) Pemborosan pakan akibat tumpah/terbuang dapat ditekan.
3) Dapat mengefesienkan formula pakan, karena setiap butiran pellet mengandung
nutrisi yang sama.
4) Ayam tidak diberi kesempatan untuk memilih - milih makanan yang disukai.
Adapun kelebihan yang lain menurut Amrulah (2004), adalah penyajian dalam
bentuk pellet dari ransum yang mengandung serat kasar tinggi lebih memperlihatkan hasil

Universitas Sumatera Utara

yang lebih baik dibandingkan dengan menyajikan ransum berbentuk pellet yang kadar serat
kasarnya rendah, pakan yang berbentuk pellet akan menghemat waktu yang diperlukan
ayam untuk makan. Kendatipun banyak bergantung pada kepadatan ransum, kalau
diperlukan 1 jam untuk menghabiskan sejumlah ransum pellet, maka untuk bobot yang
sama ransum bentuk butiran akan memerlukan waktu selama 1,8 jam; 2,1 jam untuk
ransum pellet yang dihancurkan ulang; dan 2,4 jam untuk ransum berbentuk tepung.
Ransum berbentuk crumble atau pellet memang dapat memperbaiki penampilan
ayam yang dipelihara terutama karena dapat meningkatkan kepadatan zat makanan.
Ransum berat jenisnya meningkat dan lebih banyak ransum yang dapat ditampung di dalam
tembolok per satuan waktu. Rasa kenyang ayam lebih banyak ditentukan oloeh peregangan
temboloknya (Amrulah, 2004). Lebih lanjut Ichwan (2005) menyatakan bahwa ransum
berbentuk crumble kasar dan pellet menghasilkan ayam dengan bobot badan tertinggi
dibandingkan ransum tepung komplit. Namun, ransum berbentuk campuran antara butiran
dengan crumble (butiran pecah) dan pellet mempunyai konversi pakan terbaik. Ransum
berbentuk crumble kasar dan pellet ini hanya digunakan untuk ayam broiler masa akhir.
Bentuk pakan semi crumble dan pelet akan lebih efisien dalam menghasilkan berat
badan jika dibadingkan dengan pakan dalam bentuk tepung. Pakan bentuk tepung akan
banyak yang terbuang sebagai debu. Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
produksi unggas adalah pakan. Pakan yang baik juga mempengaruhi kualitas dan
pertumbuhan berat badan unggas. Semi crumble dan pellet merupakan pakan yang sangat
baik untuk pertambahan berat badan (Santoso.2008).
Performans Ayam Broiler
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah nutrisi yang ada di
dalam ransum tersebut yang tersusun dari berbagai bahan ransum untuk memenuhi
kebutuhana nutrisi (Wahju, 1997). Sedangkan Anggorodi (1994) menyatakan bahwa
konsumsi ransum adalah kemampuan ternak untuk menghabiskan sejumlah ransum yang
diberikan. Konsumsi ransum dapat dihitung dengan pengurangan jumlah ransum yang
diberikan dengan sisa yang diberikan dan hamburan ransum.
Konsumsi ransum dapat diukur dalam waktu satu minggu. Konsumsi ransum pada
waktu itu bila dibagi tujuh akan diperoleh jumlah konsumsi per hari. Kemudian bila
dibandingkan dengan konsumsi minggu lalu maka akan diperoleh pertambahan konsumsi

Universitas Sumatera Utara

ransum (Rasyaf, 1994). Konsumsi makanan turun sesuai dengan kenaikan temperatur
lingkungan sekitar ternak (Williamson and Payne, 1993). Konsumsi ransum juga
dipengaruhi oleh besar tubuh ayam, persentase produksi, kualitas ransum, palatabilitas
ransum dan jenis kelamin (Wahju, 1997).
Konsumsi ransum akan meningkat bila kandungan energi dalam ransum menurun,
sebaliknya konsumsi ransum akan menurun bila kandungan energi dalam ransum
meningkat. Bila kandungan energi dalam ransum berlebihan maka konsumsi ransum akan
menurun sehingga timbul defisiensi protein, asam-asam amino, mineral, vitamin. Ini akan
mengakibatkan laju pertumbuhan akan menurun (Anggorodi, 1994).
Konsumsi ransum harian lebih dipengaruhi oleh volume dari pada berat ransum
sehingga

keambaan

(bulky)

ransum

perlu

diperhitungkan.

Keragaman

dalam

mengkonsumsi ransum pada ayam broiler sebagian besar disebabkan keragaman
genetiknya yaitu nilai heritabilistasnya sekitar 70 % (Lubis,1992). Lebih lanjut Diwyanto
(1980) menyatakan bahwa jumlah konsumsi ransum sangat nyata dipengaruhi galur ayam.
Bentuk fisik pakan berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan ayam broiler.
Konsumsi pakan bentuk crumble dan pellet nyata (P