ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMUNGUT (1)
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
SocioPreneur
JURNAL
Vol.
No.
Juli
(alaman
-
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMUNGUTAN PAJAK
PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA
TERTENTU
Maskarto Lucky Nara Rosmadi
Dosen Tetap Sekolah Tinggi )lmu Ekonomi Kridatama Bandung
Email: [email protected]
)nfo Artikel:
Naskah Masuk:
-
Kata kunci:
Pajak Penghasilan
Pasal , Wajib Pajak.
-
Abstrak
Revisi akhir:
-
-
Disetujui terbit:
-
-
Pajak Penghasilan PPh Pasal
ayat
huruf c adalah angsuran Pajak
Penghasilan yang harus dilunasi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
setiap bulannya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari peredaran bruto.
Dalam pelaksanaan pemungutan PPh Pasal
menggunakan prinsip self
Assessment system, dengan sistem ini Wajib Pajak diberikan kepercayaan penuh
untuk menghitung kewajiban perpajakannya yang harus disetor dan dilaporkan ke
Kantor Pelayanan Pajak melalui Surat Pemberitahuan SPT Pajak Penghasilan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan
teknik pengumpulan data wawancara dan literatur. (asil penelitian ini adalah
kesadaran dan pemahaman WP dalam pelaksanaan kewajiban masih kurang, serta
adanya penurunan kontribusi penerimaan PPh Pasal
di KP KP Kabupaten
Majalengka. (ambatan-hambatan yang dihadapi petugas pajak dalam
melaksanakan kebijakan ini adalah masyarakat kurang antusias, WP pindah
tempat usaha, sumber daya manusia petugas pajak tidak proposional dengan
jumlah WP, belum adanya law inforcement yang tegas, sedangkan hambatan yang
dihadapi WP merasa kesulitan dalam menghitung PPh terutang pada akhir tahun,
Abstract
Keywords:
Income Tax Article 25,
Taxpayer.
Income Tax Article 25 paragraph (7) letter c is the installment of Income Tax which
must be paid by individual Taxpayer of certain Entrepreneurs each month is
calculated based on certain percentage of gross income. In the implementation of the
collection of Income Tax Article 25 using the principle of Self Assessment system, with
this system the Taxpayer is given full trust to calculate the obligation of taxation to
be paid and reported to the Tax Office through Income Tax Return (SPT) Income Tax.
This research uses descriptive qualitative approach, with interview and literature
data collection technique. The results of this study are awareness and understanding
of WP in the implementation of the obligations are still lacking, as well as a decrease
in the contribution of income tax Article 25 in KP2KP Majalengka District. The
obstacles faced by tax officers in implementing this policy are the people are less
enthusiastic, the WP moves the place of business, the human resources (tax officer) is
not proportional to the number of WP, the lack of firm law inforcement, while the
obstacles faced WP find it difficult in calculating Income tax payable at the end of the
year,
ISSN - 2548-8228 (print)
11
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
A. Pendahuluan
Perekonomian dunia yang semakin tidak menentu berdampak hampir di
semua aspek kehidupan pada setiap Negara di dunia termasuk )ndonesia. Dampak
yang sangat dirasakan oleh bangsa )ndonesia terutama dalam memperoleh
pekerjaan dan berakibat banyaknya pengangguran. Pengangguran tersebut
dipengaruhi oleh tidak seimbangnya jumlah lapangan kerja dan angkatan kerja yang
berimbas pada terhambatnya pertumbuhan perekonomian nasional. Berikut
ditampilkan tabel berkaitan dengan jumlah angkatan kerja dan pengangguran,
yaitu:
Tabel .
Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja, dan Tingkat Pengangguran Terbuka, Tahun
Tahun
Angkatan
Kerja
Bekerja
-
Tingkat
Tingkat
Partisipasi
Pengangguran
Pengangguran
Angkatan KerjaTerbuka - TPT
TPAK
Juta
Juta
Juta Orang
%
Orang
Orang
Agustus
.
.
.
.
Februari
.
.
.
.
Agustus
.
.
.
.
Februari
.
.
.
.
Agustus
.
.
.
.
Februari
.
.
.
.
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Sakernas Biro Pusat Statistik R).
%
.
.
.
.
.
.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS Republik )ndonesia, jumlah
angkatan kerja di )ndonesia pada Agustus
mencapai
,
bertambah juta orang dibandingkan jumlah angkatan kerja Februari
,
juta orang,
sebesar
juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT di )ndonesia pada Agustus
mencapai ,
persen, sedangkan pada bulan Februari
persen atau mengalami penurunan sebesar
,
sebesar ,
persen. Namun bagi lulusan
perguruan tinggi semakin sulit mendapatkan pekerjaan karena tidak banyak terjadi
pengembangan dan penambahan jumlah kegiatan usaha. Perusahaan internasional
ke )ndonesia pun mulai berkurang, disebabkan oleh beberapa faktor utama,
diantaranya birokrasi yang berbelit-belit, kondisi politik, keamanan, dan faktor
upah tenaga kerja.
ISSN - 2548-8228 (print)
12
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
(al ini membuat para pencari kerja mencari sumber penghasilan lain yaitu
dengan melakukan kegiatan usaha/perdagangan, dan juga sekarang ini banyak
pedagang eceran yang melakukan penjualan melalui internet sehingga hal ini
merupakan potensi bagi pemerintah untuk melakukan pemungutan pajak. Selain
itu juga terdapat event pada bulan-bulan tertentu seperti bulan ramadhan, natal,
lebaran dan lainnya akan menyebabkan omset penjualan retail berpotensi
melonjak. Diperkirakan omset pengusaha retail di bulan-bulan tersebut melonjak
sampai
% jika dibandingkan dengan bulan-bulan biasanya. Bahkan, penjualan di
bulan tersebut diprediksi akan menyumbang sekitar
-
% dari target penjualan
setahun. (al ini mengakibatkan alur perputaran barang akan begitu cepat.
Menyadari hal tersebut maka sudah menjadi tekad pemerintah untuk
mengoptimalkan pemasukan pajak dari sektor perdagangan. Untuk dapat
meningkatkan volume penerimaan dari sektor pajak dapat dilakukan dalam
beberapa cara. (arahap menyatakan secara teoritis ada beberapa langkah yang
perlu dilakukan untuk menggali potensi dan meningkatkan penerimaan pajak,
antara lain membuat pajak baru, meningkatkan tarif, serta intensifikasi dan
ekstensifikasi.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak salah satunya
melalui kebijakan perpajakan, dan reformasi perpajakan dengan melakukan
perbaikan sistem perpajakan. Pelaksanaan reformasi kebijakan tersebut salah
satunya dengan mengeluarkan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. Dalam
melakukan ekstensifikasi Wajib Pajak WP dan intesifikasi pajak dari Wajib Pajak
Orang Pribadi WPOP , Direktorat Jenderal Pajak mengenakan angsuran PPh Pasal
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu WP OPPT yang pada akhir
tahun dapat dikreditkan pada pajak yang terutang. Besarnya angsuran PPh Pasal
bagi WP OPPT diatur dalam Pasal
Tahun
ayat
Tentang perubahan keempat Undang-Undang Nomor
Tentang Pajak Penghasilan UU PPh .
Pasal
Keputusan Dirjen Pajak Nomor:
angsuran pajak penghasilan Pasal
1
huruf c Undang- Undang Nomor
/PJ/
Tahun
menyebutkan pembayaran
yang dilakukan oleh wajib pajak Orang Pribadi
Abdul Asri Harahap, Paradigma Bary Perpajakan Indonesia: Perspektif Ekonomi-Politik, Integrita
Dinamika, Jakarta Press, Jakarta, 2004, Hlm. 87.
ISSN - 2548-8228 (print)
13
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
Pengusaha Tertentu merupakan pelunasan pajak terutang untuk tahun bersangkutan
apabila WP tidak menerima penghasilan lain yang bersifat tidak final. Sementara itu
delapan tahun kemudian Pasal
Peraturan Dirjen Pajak Nomor
pembayaran angsuran pajak penghasilan Pasal
/PJ/
mengubah
yang dilakukan oleh wajib pajak Orang
Pribadi Pengusaha Tertentu merupakan kredit pajak atas pajak penghasilan yang terutang
untuk Tahun Pajak bersangkutan. Dengan demikian pajak tahun
PPh Pasal
ayat
huruf c tidak lagi merupakan pembayaran final tetapi berfungsi sebagai angsuran biasa
seperti pajak penghasilan Pasal
ayat
.
KP KP Majalengka melaksanakan tugas pokok dan fungsi perpajakan di
Kabupaten Majalengka yang terdiri atas
status
desa dan
Kecamatan dengan
desa dengan
kelurahan. Adapun letak geografis dari Kabupaten
Majalengka terletak di bagian Timur propinsi Jawa Barat dengan batas batas
wilayah sbb:- Sebelah Utara: Kab. )ndramayu,- Sebelah Selatan: Kab. Ciamis dan
Tasikmalaya,- Sebelah Timur: Kab. Kuningan dan Cirebon,- Sebelah Barat: Kab.
Sumedang. Selain itu dengan didukung oleh sektor pertanian tiga jenis komoditas
unggulan yaitu padi, jagung dan kedelai
masih menjadi sektor andalan
perekonomian Kabupaten Majalengka dengan menyumbang
pembentukan PDRB.
,
% dalam
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
. Bagaimana analisis implementasi kebijakan pajak penghasilan bagi wajib pajak
Orang Pribadi Pengusaha Tertentu di KP KP Kabupaten Majalengka.
. Bagaimana pendapat wajib pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu terhadap
implementasi kebijakan pemungutan pajak penghasilan di KP KP Kabupaten
Majalengka.
. Apakah hambatan-hambatan yang dihadapi oleh KP KP dan wajib pajak Orang
Pribadi
Pengusaha
Tertentu
dalam
melaksanakan
penghasilan di KP KP Kabupaten Majalengka.
2
3
pemungutan
pajak
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2011.
Ibid.
ISSN - 2548-8228 (print)
14
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
. Untuk menggambarkan dan menganalisis implementasi kebijakan pemungutan
pajak penghasilan bagi wajib pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu di KP KP
Kabupaten Majalengka.
. Untuk menjelaskan pendapat wajib pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
mengenai kebijakan pemungutan pajak penghasilan di KP KP Kabupaten
Majalengka.
3. Untuk menjelaskan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh KPP dan wajib pajak
Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dalam melaksanakan pemungutan pajak
penghasilan di KP KP Kabupaten Majalengka.
B. Pembahasan
Manajemen
)lmu manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia,
mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya
tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak
langsung. )lmu manajemen ilmiah timbul pada sekitar akhir abad ke
di benua
Eropa Barat dan Amerika. Dimana di negara-negara tersebut sedang dilanda
revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri, yaitu perubahan-perubahan
dalam pengelolaan produksi yang efektif dan efisien. (al ini dikarenakan
masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak
dan beragam jenisnya.
Sekarang timbul suatu pertanyaan siapa sajakah yang sebenarnya memakai
manajemen
apakah hanya digunakan di perusahaan saja atau apakah di
pemerintahan saja. Manajemen diperlukan dalam segala bidang. Dimana orangorang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan manajemen, Stephen P. Robbins dan Mary Coulter , menjelaskan
bahwa manajemen adalah proses mengoordinasikan aktivitas-aktivitas kerja
sehingga dapat selesai secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Namun, tidaklah cukup sekedar menjadi efisien, manajemen juga memfokuskan
4
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, edisi 8 Julid 1, Indeks, Jakarta, 2007, Hlm. 8.
ISSN - 2548-8228 (print)
15
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
pada efektivitas dalam menyelesaikan aktivitas-aktivitas sehingga sasaran
organisasi dapat tercapai. Sedangkan John D. Millet yang dikutip Siswanto
membatasi manajemen menjadi Management is the process of directing and
facilitating the work of people organizad in formal groups to achive a desire goal
manajemen adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada
orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan .
Pajak
Prinsip-Prinsip Pemungutan Pajak
Adam Smith dalam bukunya yang berjudul an Inquiry into the Nature and
Causes of the Wealth of Nations, yang dikutip oleh Mansury, menyatakan bahwa
pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip, yaitu:
A. Equality: Equality berarti pemungutan pajak harus adil dan merata, yaitu
dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk
membayar ability to pay , dan sesuai dengan manfaat yang diterimanya.
Pembebanan pajak itu adil apabila setiap Wajib Pajak menyumbangkan suatu
jumlah untuk dipakai guna pengeluaran pemerintah sebanding dengan
kepentingannya dan dengan manfaat yang diterimanya dari pemerintah.
Ada dua faktor yang diperhatikan dalam penerapan sistem perpajakan
yang berkeadilan, yaitu:
1. Diperlukan suatu metode yang sama untuk menentukan kapan beberapa
Wajib Pajak dikatakan mempunyai kondisi ekonomi yang sama; dan
2. (arus ada alasan jika terdapat perbedaan antara Wajib Pajak yang mempunyai
situasi ekonomi berbeda.
Kesulitan untuk mengimplemetasikan konsep keadilan adalah identifikasi
beberapa kriteria untuk menentukan bahwa Wajib Pajak dalam kondisi yang
sama. Kesamaan diukur berdasarkan kemampuan Wajib Pajak ability to pay)
membayar pajak. Wajib Pajak dengan kemampuan membayar yang sama harus
membayar beban pajak yang sama. Konsep ability to pay mempunyai tiga
alternatif dalam penerapannya, yaitu:
5
6
Siswanto, HB, Pengantar Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, Hlm. 1.
B. Mansury, Kebijakan Perpajakan, Penerbit YP4, Jakata, 2002, Hlm. 4.
ISSN - 2548-8228 (print)
16
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
1. Kemampuan yang dimiliki pada suatu saat membayar, apabila alternatif ini
dipilih maka pajak yang dipungut disebut pajak kekayaan atau net wealth tax;
2. Tambahan kemampuan ekonomi yang didapat orang tersebut selama jangka
waktu tertentu, misalnya selama satu tahun, apabila alternatif ini yang diambil
maka disebut PPh atau income tax; dan
3. Kemampuan yang bisa dipakai untuk membeli barang dan jasa untuk
permenuhan keperluan hidupnya. Jika alternatif ini yang dipakai maka
terjadi pajak pengeluaran pribadi atau Pajak pengeluaran expenditure tax .
Keadilan dalam PPh terdiri dari keadilan horizontal dan keadilan vertikal.
Mansury , juga menegaskan bahwa apabila asas keadilan ingin diterapkan dalam
sistem PPh harus dipenuhi baik syarat keadilan horizontal maupun keadilan
vertikal. Rosdiana , menjelaskan bahwa suatu pemungutan pajak dikatakan
memenuhi keadilan horizontal jika Wajib Pajak yang berada dalam kondisi yang
sama diperlakukan sama. Sedangkan keadilan vertikal terpenuhi apabila Wajib
Pajak yang memiliki tambahan ekonomis yang berbeda diperlakukan tidak sama.
B. Certainty; Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya kepastian pemungutan pajak
yaitu hukum pengaturannya, subjek pajak, objek pajak, dan tata cara
pemungutannya.
C. Convenience; Setiap pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak harus dilakukan
pada saat yang tepat, bukan hanya berkenaan dengan besaran pajak terutang
dibayar melainkan juga pemilihan saat pemungutan pajak. Pemungutan pajak
hendaknya ditentukan pada saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak, misalnya
pada saat wajib pajak menerima penghasilan. Berdasarkan prinsip ini muncul
sistem pemungutan yang disebut pay-as-you-earn PAYE , yaitu pemungutan
pajak pada saat yang tepat
pembayaran pajak pada saat penerimaan
penghasilan , tetapi pajak setahun dapat diangsur misalnya: PPh Pasal
Pasal
ayat
huruf c, dan sebagainya.
, PPh
7
Ibid., Hlm. 18.
Haula Rosdiana, Perpajakan:Teori dan Kebijakan, Divisi Administrasi Fiskal Fisip UI, Jakarta, 2004,
Hlm. 72.
9
B. Mansury, Op.Cit., Hlm. 17.
10
Op. Cit.
11
Rimsky K. Judisseno, Pajak dan Strategi Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, Hlm. 1.
8
ISSN - 2548-8228 (print)
17
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
D. Efficiency; Prinsip ini menekankan pentingnya efisiensi pemungutan pajak,
artinya biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pemungutan pajak tidak
boleh lebih besar dari jumlah pajak.
Menurut Rosdiana , bahwa prinsip
efisiensi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari fiskus dan Wajib Pajak. Dari sisi
fiskus pemungutan pajak dikatakan efisien jika biaya pemungutan oleh KPP
antara lain dalam rangka pengawasan kewajiban perpajakan lebih kecil dari
jumlah pajak yang dikumpulkan, sedangkan dari sisi Wajib Pajak sistem
pemungutan pajak dikatakan efisien jika biaya yang harus dikeluarkan oleh
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan seminimal mungkin.
Efisiensi dimaksudkan supaya sistem perpajakan mampu mencapai hasil yang
diinginkan, artinya sistem perpajakan secara praktis dapat dilaksanakan dengan
mudah sehingga penerimaan pajak dapat tercapai. Keadilan menjadi
pertimbangan dalam memilih policy option dalam membangun sistem
perpajakan. Suatu sistem perpajakan dapat berhasil apabila masyarakat yakin
bahwa pajak yang dipungut pemerintah dikenakan secara adil dan setiap orang
membayar sesuai dengan bagiannya.
Adapun metode penelitian yang dipergunakan oleh penulis adalah metode
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut Nazir , metode
deskriptif adalah: Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang.
Peneliti dalam melakukan observasi lebih difokuskan pada
pelaksanaan kebijakan pemerintah berkaitan pemungutan pajak penghasilan bagi
wajib pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu serta kemampuan teknis dari
instansi terkait yang bersifat formal sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku. Adapun alasan peneliti menggunakan metode kualitatif dalam pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:
. Data diperoleh dan dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah natural
setting ;
12
13
14
15
Ibid., Hlm. 11.
Haula Rosdiana, Loc. Cit. 2004, Hlm. 82-84.
Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, Perpajakan: Teori dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2005, Hlm. 120.
Mohamad Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, Hlm. 54.
ISSN - 2548-8228 (print)
18
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul
data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan
wawancara;
. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang
kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka;
. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya dalam
pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel
yang saling mempengaruhi;
. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk
melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan;
. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara
ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data.
Dari uraian tersebut, maka diperoleh gambaran bahwa metode penelitian
kualitatif merupakan suatu cara berpikir untuk memberikan alasan yang dimulai
dengan pernyataan yang spesifik untuk menyusun suatu argumentasi yang bersifat
umum dengan menggambarkan keadaan objek penelitian dilapangan serta
menemukan fakta-fakta yang kemudian diolah dan dianalisa secara lebih luas
dengan menggunakan berbagai teori sehingga dicapai suatu kesimpulan yang
bersifat umum.
Dari hasil penelitian di lapangan khususnya yang diperoleh dari Kantor KP KP
Majalengka, dapat penulis sampaikan sebagai berikut:
Tabel .
Tahun
Jumlah WPOP dan WP OPPT di KP KP Kabupaten Majalengka.
WPOP
.
.
.
Kenaikan
WPOP %
-
WP OPPT
Efektif
.
.
.
Sumber: KP KP Kabupaten Majalengka.
Persentase dari
jumlah WPOP
d%
f
%
%
Kenaikan WP
OPPT %
-
Dengan adanya perluasan Subyek Pajak dalam ketentuan PER Nomor
/PJ/
tentang pelaksanaan pengenaan PPh Pasal
bagi WP OPPT
diharapkan jumlah WPOP yang termasuk dalam kriteria WP OPPT yang terdapat di
ISSN - 2548-8228 (print)
19
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
wilayah kerja KP KP Kabupaten Majalengka terus meningkat. Jumlah WP OPPT
yang terdaftar di KP KP Kabupaten Majalengka setiap tahunnya mengalami
peningkatan. (al ini dapat dilihat dalam Tabel
peningkatan jumlah WPOP sebesar
sebesar
sebesar
% dari tahun
pada tahun
terjadi
% yang diikuti dengan peningkatan WP OPPT
, dan pada tahun
jumlah WPOP meningkat
% yang diikuti dengan peningkatan WP OPPT sebesar
% dari
.
Namun bahwa peningkatan jumlah WP OPPT tidak proposional dengan kenaikan
WPOP.
Penerimaan PPh Pasal
Bulan
Tabel .
/
Januari
.
Pebruari
.
Maret
.
April
.
Mei
.
Juni
.
Juli
.
Agustus
.
Septembe
.
Oktober
.
Novembe
.
Desember
.
TOTAL
.
.
Sumber: KP KP Kabupaten Majalengka.
Atas OPPT Tahun
Tahun
Tabel .
Kontribusi Jumlah Penerimaan PPh Pasal
Tahu
.
/
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Juta Rupiah
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Atas OPPT terhadap Total
Penerimaan PPh di KP KP Kabupaten Majalengka.
Penerimaan PPh
PPh Pasal
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sumber: KP KP Kabupaten Majalengka.
Penerimaan PPh Pasal
selama periode
-
sampai
ISSN - 2548-8228 (print)
/
.
.
.
/
Juta Rupiah
Kontribus
,
,
,
bagi OPPT di KP KP Kabupaten Majalengka
pada Tabel . Dalam Tabel ini penerimaan pada
20
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
tahun
mengalami penurunan dari tahun
mengalami peningkatan dari tahun
terjadi peningkatan penerimaan tahun
sebesar Rp
sebesar Rp
juta dan tahun
juta. Walaupun
akan tetapi kontribusi yang diberikan
pada total penerimaan PPh di KP KP Kabupaten Majalengka mengalami penurunan
Tabel . . Dan jika dilihat dari Tabel .
/
OPPT tahun
sebesar Rp .
WP OPPT yang terdaftar efektif tahun
diperoleh Rp
.
apabila total penerimaan PPh Pasal
juta apabila dibandingkan dengan jumlah
Tabel
sebesar
.
, maka
per Wajib Pajak yang merupakan jumlah pajak yang dibayar
dalam setahun. Untuk jumlah pajak terutang Rp
diperoleh dalam setahun sekitar Rp
-
Menurunnya kontribusi PPh Pasal
PPh Tabel
.
.
, maka omzet yang
juta dengan tarif pajak %.
/
. , dan penerimaan PPh Pasal
OPPT terhadap total penerimaan
bagi WP OPPT yang kecil bila
dibandingkan dengan jumlah WP OPPT efektif yang terdaftar. Menurut peneliti hal
ini mungkin disebabkan oleh:
. Belum optimalnya komunikasi antara petugas pajak dengan WP dalam
mensosialisasikan ketentuan pemungutan PPh Pasal
ayat
huruf c ini dapat
dilihat dari WP OPPT merasa keberatan dengan peredaran bruto sebagai dasar
pengenaan PPh Pasal
ayat
huruf c;
. Kurangnya pengawasan yang dilakukan petugas pajak dalam mengawasi
kewajiban perpajakan WP dikarenakan tidak proposionalnya jumlah petugas
pajak yang melakukan pengawasan dengan jumlah WP yang terdaftar yaitu
KP KP Kabupaten Majalengka hanya memiliki
dan jumlah WP yang terdaftar;
orang account representative
. Kurangnya kesadaran WP dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya;
. Belum jelas sarana Law Enforcement yang tegas untuk WP OPPT yang tidak
memenuhi kewajibannya.
Dalam pelaksanaan pemungutan atas kewajiaban angsuran PPh Pasal
ayat
huruf c bagi WP OPPT, tidak dapat dihindari akan timbulnya hambatan yang
dapat mengganggu keberhasilan dari pelaksanaan ketentuan tersebut. (ambatanhambatan tersebut dapat dialami oleh KP KP maupun WP OPPT itu sendiri.
(ambatan-hambatan yang dihadapi oleh KP KP Kabupaten Majalengka adalah
sebagai berikut:
ISSN - 2548-8228 (print)
21
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
1. Masyarakat kurang antusias kesadaran WP masih kurang ; Kurang antusiasnya
masyarakat ini dapat dikatakan kurangnya kesadaran
sikap
WP dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Alasan tidak melaksanakan kewajiban
adalah mengikuti WP lain yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya
dan tergantung omzet bulanan. )ni mungkin dikarenakan WP masih belum
merasakan manfaat yang cukup berarti dengan membayar pajak seperti biaya
kesehatan dan pendidikan semakin tinggi, sarana publik yang kurang baik seperti
banyak jalan yang berlubang, bangunan sekolah yang tidak layak dan lain-lain.
Sehingga menyebabkan WP atau masyarakat menjadi kurang sadar akan
kewajiban perpajakan mereka. (al ini sependapat dengan hasil wawancara di
KP KP Kabupaten Majalengka, yaitu:
Walaupun pihak KP KP Kabupaten Majalengka telah gencar melakukan
sosialisasi, tetapi jika WP tidak merespon atau tidak antusia maka akan sia-sia.
Oleh karena itu masalah paling besar yang dihadapi oleh petugas pajak dalam
mengsosialisasikan suatu peraturan perpajakan adalah kesadaran WP itu
sendiri. Sedangkan dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan self
assessmet system adalah kesadaran WP, oleh karena itu petugas pajak harus
lebih berusaha meningkatkan kesadaran WP. Dan dengan tingginya tingkat
kesadaran WP maka kepatuhan WP akan meningkat sehingga penerimaan
pajak akan meningkat, dengan begitu dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
suatu kebijakan berjalan dengan efektif.
2. WP Pindah Tempat Usaha; Dalam kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer ini
yang memiliki sifat dinamis, yaitu sering berpindah tempat usaha sesuai dengan
perkembangan usahanya. Masalahnya adalah pada saat WP tersebut pindah tidak
melaporkannya kepada KP KP, sehingga petugas pajak mengalami kesulitan
dalam mendata dan melakukan pengawasan terhadap WP OPPT. Dan ini
sependapat dengan hasil wawancara di KP KP Kabupaten Majalengka yaitu:
Memang dalam usaha sebagai pedagang pengecer ini sangat dinamis.
Biasanya WP yang telah tutup atau berganti kepemilikan tidak
melapokannya ke KP KP, mereka main pergi saja. Jadi apabila kami tidak
kelokasi maka tidak akan mengetahuinya, sehingga mempersulit dalam
melakukan pengawasan. Namun biasanya KP KP Kabupaten Majalengka
ISSN - 2548-8228 (print)
22
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
bekerjasama
dengan
pihak
pengelolah
pusat
perbelanjaan
dalam
memberikan informasi mengenai jumlah pedagang yang masuk dan keluar.
Dan WP OPPT yang menutup gerai atau berpindah lokasi sekitar
% setiap tahunnya.
Menurut
peneliti
dengan
sangat
dinamisnya
kegiatan
% sampai
usaha
ini
mengakibatkan seringnya kios/ruko berganti kepemilikan atau tutup, dan
dalam pergantian tersebut biasanya WP tidak melaporkannya untuk
menghapus statusnya sebagai WP OPPT ke KP KP, hal ini mungkin
dikarenakan proses yang lama karena harus dilakukan penyelidikan terlebih
dahulu oleh KP KP.
3. Belum adanya sarana Law Enforcement yang tegas untuk menindak WP OPPT
apabila mereka tidak memenuhi kewajibannya. Dengan adanya sarana law
enforcement yang tegas yang dilakukan oleh petugas pajak terhadap Wajib Pajak
maka akan mempengaruhi kepatuhan WP dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Menurut peneliti, petugas pajak sudah memiliki sarana law
enforcement yang tegas yaitu dengan dikeluarkan STP bagi WP yang tidak
melaksanakan kewajiban pajaknya.
4. Sumber Daya Manusia petugas pajak tidak proposional dengan jumlah WP
Efektif tidaknya pelaksanaan pemungutan PPh Pasal
bagi WP OPPT yang
dilakukan oleh KP KP dipengaruhi oleh sumber daya manusia petugas pajak
yang ada di KP KP tersebut. Agar pelaksanaan berjalan efektif maka sumber daya
manusia yang dimiliki harus berkualitas dan memiliki kuantitas yang mencukupi.
Sedangkan penyebab WP OPPT tidak melaksanakan kewajiban pajaknya adalah
kurang memahami peraturan perpajakan mengenai hak dan kewajiban sebagai
WP dan cara menggunakan sarana administrasi perpajakan. (al ini dikarenakan
oleh kurangnya informasi yang didapat WP tentang ketentuan terkait PPh Pasal
bagi WP OPPT dan cara menggunakan sarana administrasi perpajakan dari
petugas pajak.
C. Penutup
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian terhadap permasalahan, maka
penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
ISSN - 2548-8228 (print)
23
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
. Bahwa pelaksanaan pemungutan PPh Pasal
ayat
huruf c bagi WP OPPT di
KP KP Kabupaten Majalengka belum optimal. )ni terlihat dari tingkat kepatuhan
WP OPPT dalam melakukan pembayaran dan pelaporan SPT masih rendah, dan
adanya penurunan kontribusi penerimaan yang berasal dari penerimaan PPh
Pasal
/
OPPT terhadap total penerimaan PPh di KP KP Kabupaten
Majalengka. Kurang optimalnya pelaksanaan pemungutan PPh Pasal
ayat
huruf c disebabkan kurang optimalnya komunikasi yang dilakukan fiskus dengan
WP, sumber daya manusia dari segi kuantitas kurang proposional dengan jumlah
WP, sikap patuh WP OPPT belum konsisten/masih kurang.
. Pendapat yang diberikan WP OPPT terhadap kebijakan pemungutan PPh Pasal
ayat
huruf c kurang baik, hal ini terlihat dari
yang patuh membayar dan melapor PPh Pasal
tahun.
orang hanya
orang WP
dan menyampaikan SPT akhir
. (ambatan-hambatan yang dihadapi petugas pajak dalam melaksanakan
kebijakan ini adalah masyarakat kurang antusias kesadaran WP masih kurang ,
WP pindah tempat usaha yang setiap tahunnya sekitar
% sampai
%, sumber
daya manusia petugas pajak tidak proposional dengan jumlah WP, belum
adanya sarana law inforcement yang tegas. Sedangkan hambatan yang dihadapi
WP merasa kesulitan dalam menghitung PPh terutang pada akhir tahun, WP
merasa kesulitan dalam melakukan pengisian pada SSP dan SPT Tahunan, dan
kemudahan pengadaan fomulir pajak seperti: SSP .
Daftar Pustaka
Abdul Asri (arahap,
, Paradigma Baru Perpajakan Indonesia: Perspektif
Ekonomi-Politik, Integrita Dinamika. Jakarta, Jakarta Press.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
B. Mansury,
(B. Siswanto,
, Kebijakan Perpajakan, Jakarta, Penerbit YP .
.
, Pengantar Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara.
(aula Rosdiana,
, Perpajakan: Teori dan Kebijakan, Jakarta. Devisi Administrasi
Fiskal Fisip U).
ISSN - 2548-8228 (print)
24
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
(aula Rosdiana dan Rasin Tarigan,
PT Raja Grafindo Persada.
Mohamad Nazir,
, Perpajakan: Teori dan Aplikasi. Jakarta.
, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia )ndonesia.
Republik )ndonesia, Undang-Undang Nomor
Penghasilan.
Tahun
Tentang Pajak
Peraturan Dirjen Pajak Nomor /PJ/
tentang Pelaksanaan Pengenaan Pajak
Penghasilan Pasal
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu.
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter,
)ndeks.
ISSN - 2548-8228 (print)
, Manajemen, edisi
Jilid , Jakarta,
25
SocioPreneur
JURNAL
Vol.
No.
Juli
(alaman
-
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMUNGUTAN PAJAK
PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA
TERTENTU
Maskarto Lucky Nara Rosmadi
Dosen Tetap Sekolah Tinggi )lmu Ekonomi Kridatama Bandung
Email: [email protected]
)nfo Artikel:
Naskah Masuk:
-
Kata kunci:
Pajak Penghasilan
Pasal , Wajib Pajak.
-
Abstrak
Revisi akhir:
-
-
Disetujui terbit:
-
-
Pajak Penghasilan PPh Pasal
ayat
huruf c adalah angsuran Pajak
Penghasilan yang harus dilunasi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
setiap bulannya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari peredaran bruto.
Dalam pelaksanaan pemungutan PPh Pasal
menggunakan prinsip self
Assessment system, dengan sistem ini Wajib Pajak diberikan kepercayaan penuh
untuk menghitung kewajiban perpajakannya yang harus disetor dan dilaporkan ke
Kantor Pelayanan Pajak melalui Surat Pemberitahuan SPT Pajak Penghasilan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan
teknik pengumpulan data wawancara dan literatur. (asil penelitian ini adalah
kesadaran dan pemahaman WP dalam pelaksanaan kewajiban masih kurang, serta
adanya penurunan kontribusi penerimaan PPh Pasal
di KP KP Kabupaten
Majalengka. (ambatan-hambatan yang dihadapi petugas pajak dalam
melaksanakan kebijakan ini adalah masyarakat kurang antusias, WP pindah
tempat usaha, sumber daya manusia petugas pajak tidak proposional dengan
jumlah WP, belum adanya law inforcement yang tegas, sedangkan hambatan yang
dihadapi WP merasa kesulitan dalam menghitung PPh terutang pada akhir tahun,
Abstract
Keywords:
Income Tax Article 25,
Taxpayer.
Income Tax Article 25 paragraph (7) letter c is the installment of Income Tax which
must be paid by individual Taxpayer of certain Entrepreneurs each month is
calculated based on certain percentage of gross income. In the implementation of the
collection of Income Tax Article 25 using the principle of Self Assessment system, with
this system the Taxpayer is given full trust to calculate the obligation of taxation to
be paid and reported to the Tax Office through Income Tax Return (SPT) Income Tax.
This research uses descriptive qualitative approach, with interview and literature
data collection technique. The results of this study are awareness and understanding
of WP in the implementation of the obligations are still lacking, as well as a decrease
in the contribution of income tax Article 25 in KP2KP Majalengka District. The
obstacles faced by tax officers in implementing this policy are the people are less
enthusiastic, the WP moves the place of business, the human resources (tax officer) is
not proportional to the number of WP, the lack of firm law inforcement, while the
obstacles faced WP find it difficult in calculating Income tax payable at the end of the
year,
ISSN - 2548-8228 (print)
11
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
A. Pendahuluan
Perekonomian dunia yang semakin tidak menentu berdampak hampir di
semua aspek kehidupan pada setiap Negara di dunia termasuk )ndonesia. Dampak
yang sangat dirasakan oleh bangsa )ndonesia terutama dalam memperoleh
pekerjaan dan berakibat banyaknya pengangguran. Pengangguran tersebut
dipengaruhi oleh tidak seimbangnya jumlah lapangan kerja dan angkatan kerja yang
berimbas pada terhambatnya pertumbuhan perekonomian nasional. Berikut
ditampilkan tabel berkaitan dengan jumlah angkatan kerja dan pengangguran,
yaitu:
Tabel .
Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja, dan Tingkat Pengangguran Terbuka, Tahun
Tahun
Angkatan
Kerja
Bekerja
-
Tingkat
Tingkat
Partisipasi
Pengangguran
Pengangguran
Angkatan KerjaTerbuka - TPT
TPAK
Juta
Juta
Juta Orang
%
Orang
Orang
Agustus
.
.
.
.
Februari
.
.
.
.
Agustus
.
.
.
.
Februari
.
.
.
.
Agustus
.
.
.
.
Februari
.
.
.
.
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Sakernas Biro Pusat Statistik R).
%
.
.
.
.
.
.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS Republik )ndonesia, jumlah
angkatan kerja di )ndonesia pada Agustus
mencapai
,
bertambah juta orang dibandingkan jumlah angkatan kerja Februari
,
juta orang,
sebesar
juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT di )ndonesia pada Agustus
mencapai ,
persen, sedangkan pada bulan Februari
persen atau mengalami penurunan sebesar
,
sebesar ,
persen. Namun bagi lulusan
perguruan tinggi semakin sulit mendapatkan pekerjaan karena tidak banyak terjadi
pengembangan dan penambahan jumlah kegiatan usaha. Perusahaan internasional
ke )ndonesia pun mulai berkurang, disebabkan oleh beberapa faktor utama,
diantaranya birokrasi yang berbelit-belit, kondisi politik, keamanan, dan faktor
upah tenaga kerja.
ISSN - 2548-8228 (print)
12
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
(al ini membuat para pencari kerja mencari sumber penghasilan lain yaitu
dengan melakukan kegiatan usaha/perdagangan, dan juga sekarang ini banyak
pedagang eceran yang melakukan penjualan melalui internet sehingga hal ini
merupakan potensi bagi pemerintah untuk melakukan pemungutan pajak. Selain
itu juga terdapat event pada bulan-bulan tertentu seperti bulan ramadhan, natal,
lebaran dan lainnya akan menyebabkan omset penjualan retail berpotensi
melonjak. Diperkirakan omset pengusaha retail di bulan-bulan tersebut melonjak
sampai
% jika dibandingkan dengan bulan-bulan biasanya. Bahkan, penjualan di
bulan tersebut diprediksi akan menyumbang sekitar
-
% dari target penjualan
setahun. (al ini mengakibatkan alur perputaran barang akan begitu cepat.
Menyadari hal tersebut maka sudah menjadi tekad pemerintah untuk
mengoptimalkan pemasukan pajak dari sektor perdagangan. Untuk dapat
meningkatkan volume penerimaan dari sektor pajak dapat dilakukan dalam
beberapa cara. (arahap menyatakan secara teoritis ada beberapa langkah yang
perlu dilakukan untuk menggali potensi dan meningkatkan penerimaan pajak,
antara lain membuat pajak baru, meningkatkan tarif, serta intensifikasi dan
ekstensifikasi.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak salah satunya
melalui kebijakan perpajakan, dan reformasi perpajakan dengan melakukan
perbaikan sistem perpajakan. Pelaksanaan reformasi kebijakan tersebut salah
satunya dengan mengeluarkan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. Dalam
melakukan ekstensifikasi Wajib Pajak WP dan intesifikasi pajak dari Wajib Pajak
Orang Pribadi WPOP , Direktorat Jenderal Pajak mengenakan angsuran PPh Pasal
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu WP OPPT yang pada akhir
tahun dapat dikreditkan pada pajak yang terutang. Besarnya angsuran PPh Pasal
bagi WP OPPT diatur dalam Pasal
Tahun
ayat
Tentang perubahan keempat Undang-Undang Nomor
Tentang Pajak Penghasilan UU PPh .
Pasal
Keputusan Dirjen Pajak Nomor:
angsuran pajak penghasilan Pasal
1
huruf c Undang- Undang Nomor
/PJ/
Tahun
menyebutkan pembayaran
yang dilakukan oleh wajib pajak Orang Pribadi
Abdul Asri Harahap, Paradigma Bary Perpajakan Indonesia: Perspektif Ekonomi-Politik, Integrita
Dinamika, Jakarta Press, Jakarta, 2004, Hlm. 87.
ISSN - 2548-8228 (print)
13
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
Pengusaha Tertentu merupakan pelunasan pajak terutang untuk tahun bersangkutan
apabila WP tidak menerima penghasilan lain yang bersifat tidak final. Sementara itu
delapan tahun kemudian Pasal
Peraturan Dirjen Pajak Nomor
pembayaran angsuran pajak penghasilan Pasal
/PJ/
mengubah
yang dilakukan oleh wajib pajak Orang
Pribadi Pengusaha Tertentu merupakan kredit pajak atas pajak penghasilan yang terutang
untuk Tahun Pajak bersangkutan. Dengan demikian pajak tahun
PPh Pasal
ayat
huruf c tidak lagi merupakan pembayaran final tetapi berfungsi sebagai angsuran biasa
seperti pajak penghasilan Pasal
ayat
.
KP KP Majalengka melaksanakan tugas pokok dan fungsi perpajakan di
Kabupaten Majalengka yang terdiri atas
status
desa dan
Kecamatan dengan
desa dengan
kelurahan. Adapun letak geografis dari Kabupaten
Majalengka terletak di bagian Timur propinsi Jawa Barat dengan batas batas
wilayah sbb:- Sebelah Utara: Kab. )ndramayu,- Sebelah Selatan: Kab. Ciamis dan
Tasikmalaya,- Sebelah Timur: Kab. Kuningan dan Cirebon,- Sebelah Barat: Kab.
Sumedang. Selain itu dengan didukung oleh sektor pertanian tiga jenis komoditas
unggulan yaitu padi, jagung dan kedelai
masih menjadi sektor andalan
perekonomian Kabupaten Majalengka dengan menyumbang
pembentukan PDRB.
,
% dalam
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
. Bagaimana analisis implementasi kebijakan pajak penghasilan bagi wajib pajak
Orang Pribadi Pengusaha Tertentu di KP KP Kabupaten Majalengka.
. Bagaimana pendapat wajib pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu terhadap
implementasi kebijakan pemungutan pajak penghasilan di KP KP Kabupaten
Majalengka.
. Apakah hambatan-hambatan yang dihadapi oleh KP KP dan wajib pajak Orang
Pribadi
Pengusaha
Tertentu
dalam
melaksanakan
penghasilan di KP KP Kabupaten Majalengka.
2
3
pemungutan
pajak
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2011.
Ibid.
ISSN - 2548-8228 (print)
14
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
. Untuk menggambarkan dan menganalisis implementasi kebijakan pemungutan
pajak penghasilan bagi wajib pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu di KP KP
Kabupaten Majalengka.
. Untuk menjelaskan pendapat wajib pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
mengenai kebijakan pemungutan pajak penghasilan di KP KP Kabupaten
Majalengka.
3. Untuk menjelaskan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh KPP dan wajib pajak
Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dalam melaksanakan pemungutan pajak
penghasilan di KP KP Kabupaten Majalengka.
B. Pembahasan
Manajemen
)lmu manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia,
mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya
tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak
langsung. )lmu manajemen ilmiah timbul pada sekitar akhir abad ke
di benua
Eropa Barat dan Amerika. Dimana di negara-negara tersebut sedang dilanda
revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri, yaitu perubahan-perubahan
dalam pengelolaan produksi yang efektif dan efisien. (al ini dikarenakan
masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak
dan beragam jenisnya.
Sekarang timbul suatu pertanyaan siapa sajakah yang sebenarnya memakai
manajemen
apakah hanya digunakan di perusahaan saja atau apakah di
pemerintahan saja. Manajemen diperlukan dalam segala bidang. Dimana orangorang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan manajemen, Stephen P. Robbins dan Mary Coulter , menjelaskan
bahwa manajemen adalah proses mengoordinasikan aktivitas-aktivitas kerja
sehingga dapat selesai secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Namun, tidaklah cukup sekedar menjadi efisien, manajemen juga memfokuskan
4
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, edisi 8 Julid 1, Indeks, Jakarta, 2007, Hlm. 8.
ISSN - 2548-8228 (print)
15
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
pada efektivitas dalam menyelesaikan aktivitas-aktivitas sehingga sasaran
organisasi dapat tercapai. Sedangkan John D. Millet yang dikutip Siswanto
membatasi manajemen menjadi Management is the process of directing and
facilitating the work of people organizad in formal groups to achive a desire goal
manajemen adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada
orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan .
Pajak
Prinsip-Prinsip Pemungutan Pajak
Adam Smith dalam bukunya yang berjudul an Inquiry into the Nature and
Causes of the Wealth of Nations, yang dikutip oleh Mansury, menyatakan bahwa
pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip, yaitu:
A. Equality: Equality berarti pemungutan pajak harus adil dan merata, yaitu
dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk
membayar ability to pay , dan sesuai dengan manfaat yang diterimanya.
Pembebanan pajak itu adil apabila setiap Wajib Pajak menyumbangkan suatu
jumlah untuk dipakai guna pengeluaran pemerintah sebanding dengan
kepentingannya dan dengan manfaat yang diterimanya dari pemerintah.
Ada dua faktor yang diperhatikan dalam penerapan sistem perpajakan
yang berkeadilan, yaitu:
1. Diperlukan suatu metode yang sama untuk menentukan kapan beberapa
Wajib Pajak dikatakan mempunyai kondisi ekonomi yang sama; dan
2. (arus ada alasan jika terdapat perbedaan antara Wajib Pajak yang mempunyai
situasi ekonomi berbeda.
Kesulitan untuk mengimplemetasikan konsep keadilan adalah identifikasi
beberapa kriteria untuk menentukan bahwa Wajib Pajak dalam kondisi yang
sama. Kesamaan diukur berdasarkan kemampuan Wajib Pajak ability to pay)
membayar pajak. Wajib Pajak dengan kemampuan membayar yang sama harus
membayar beban pajak yang sama. Konsep ability to pay mempunyai tiga
alternatif dalam penerapannya, yaitu:
5
6
Siswanto, HB, Pengantar Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, Hlm. 1.
B. Mansury, Kebijakan Perpajakan, Penerbit YP4, Jakata, 2002, Hlm. 4.
ISSN - 2548-8228 (print)
16
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
1. Kemampuan yang dimiliki pada suatu saat membayar, apabila alternatif ini
dipilih maka pajak yang dipungut disebut pajak kekayaan atau net wealth tax;
2. Tambahan kemampuan ekonomi yang didapat orang tersebut selama jangka
waktu tertentu, misalnya selama satu tahun, apabila alternatif ini yang diambil
maka disebut PPh atau income tax; dan
3. Kemampuan yang bisa dipakai untuk membeli barang dan jasa untuk
permenuhan keperluan hidupnya. Jika alternatif ini yang dipakai maka
terjadi pajak pengeluaran pribadi atau Pajak pengeluaran expenditure tax .
Keadilan dalam PPh terdiri dari keadilan horizontal dan keadilan vertikal.
Mansury , juga menegaskan bahwa apabila asas keadilan ingin diterapkan dalam
sistem PPh harus dipenuhi baik syarat keadilan horizontal maupun keadilan
vertikal. Rosdiana , menjelaskan bahwa suatu pemungutan pajak dikatakan
memenuhi keadilan horizontal jika Wajib Pajak yang berada dalam kondisi yang
sama diperlakukan sama. Sedangkan keadilan vertikal terpenuhi apabila Wajib
Pajak yang memiliki tambahan ekonomis yang berbeda diperlakukan tidak sama.
B. Certainty; Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya kepastian pemungutan pajak
yaitu hukum pengaturannya, subjek pajak, objek pajak, dan tata cara
pemungutannya.
C. Convenience; Setiap pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak harus dilakukan
pada saat yang tepat, bukan hanya berkenaan dengan besaran pajak terutang
dibayar melainkan juga pemilihan saat pemungutan pajak. Pemungutan pajak
hendaknya ditentukan pada saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak, misalnya
pada saat wajib pajak menerima penghasilan. Berdasarkan prinsip ini muncul
sistem pemungutan yang disebut pay-as-you-earn PAYE , yaitu pemungutan
pajak pada saat yang tepat
pembayaran pajak pada saat penerimaan
penghasilan , tetapi pajak setahun dapat diangsur misalnya: PPh Pasal
Pasal
ayat
huruf c, dan sebagainya.
, PPh
7
Ibid., Hlm. 18.
Haula Rosdiana, Perpajakan:Teori dan Kebijakan, Divisi Administrasi Fiskal Fisip UI, Jakarta, 2004,
Hlm. 72.
9
B. Mansury, Op.Cit., Hlm. 17.
10
Op. Cit.
11
Rimsky K. Judisseno, Pajak dan Strategi Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, Hlm. 1.
8
ISSN - 2548-8228 (print)
17
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
D. Efficiency; Prinsip ini menekankan pentingnya efisiensi pemungutan pajak,
artinya biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pemungutan pajak tidak
boleh lebih besar dari jumlah pajak.
Menurut Rosdiana , bahwa prinsip
efisiensi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari fiskus dan Wajib Pajak. Dari sisi
fiskus pemungutan pajak dikatakan efisien jika biaya pemungutan oleh KPP
antara lain dalam rangka pengawasan kewajiban perpajakan lebih kecil dari
jumlah pajak yang dikumpulkan, sedangkan dari sisi Wajib Pajak sistem
pemungutan pajak dikatakan efisien jika biaya yang harus dikeluarkan oleh
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan seminimal mungkin.
Efisiensi dimaksudkan supaya sistem perpajakan mampu mencapai hasil yang
diinginkan, artinya sistem perpajakan secara praktis dapat dilaksanakan dengan
mudah sehingga penerimaan pajak dapat tercapai. Keadilan menjadi
pertimbangan dalam memilih policy option dalam membangun sistem
perpajakan. Suatu sistem perpajakan dapat berhasil apabila masyarakat yakin
bahwa pajak yang dipungut pemerintah dikenakan secara adil dan setiap orang
membayar sesuai dengan bagiannya.
Adapun metode penelitian yang dipergunakan oleh penulis adalah metode
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut Nazir , metode
deskriptif adalah: Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang.
Peneliti dalam melakukan observasi lebih difokuskan pada
pelaksanaan kebijakan pemerintah berkaitan pemungutan pajak penghasilan bagi
wajib pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu serta kemampuan teknis dari
instansi terkait yang bersifat formal sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku. Adapun alasan peneliti menggunakan metode kualitatif dalam pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:
. Data diperoleh dan dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah natural
setting ;
12
13
14
15
Ibid., Hlm. 11.
Haula Rosdiana, Loc. Cit. 2004, Hlm. 82-84.
Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, Perpajakan: Teori dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2005, Hlm. 120.
Mohamad Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, Hlm. 54.
ISSN - 2548-8228 (print)
18
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul
data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan
wawancara;
. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang
kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka;
. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya dalam
pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel
yang saling mempengaruhi;
. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk
melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan;
. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara
ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data.
Dari uraian tersebut, maka diperoleh gambaran bahwa metode penelitian
kualitatif merupakan suatu cara berpikir untuk memberikan alasan yang dimulai
dengan pernyataan yang spesifik untuk menyusun suatu argumentasi yang bersifat
umum dengan menggambarkan keadaan objek penelitian dilapangan serta
menemukan fakta-fakta yang kemudian diolah dan dianalisa secara lebih luas
dengan menggunakan berbagai teori sehingga dicapai suatu kesimpulan yang
bersifat umum.
Dari hasil penelitian di lapangan khususnya yang diperoleh dari Kantor KP KP
Majalengka, dapat penulis sampaikan sebagai berikut:
Tabel .
Tahun
Jumlah WPOP dan WP OPPT di KP KP Kabupaten Majalengka.
WPOP
.
.
.
Kenaikan
WPOP %
-
WP OPPT
Efektif
.
.
.
Sumber: KP KP Kabupaten Majalengka.
Persentase dari
jumlah WPOP
d%
f
%
%
Kenaikan WP
OPPT %
-
Dengan adanya perluasan Subyek Pajak dalam ketentuan PER Nomor
/PJ/
tentang pelaksanaan pengenaan PPh Pasal
bagi WP OPPT
diharapkan jumlah WPOP yang termasuk dalam kriteria WP OPPT yang terdapat di
ISSN - 2548-8228 (print)
19
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
wilayah kerja KP KP Kabupaten Majalengka terus meningkat. Jumlah WP OPPT
yang terdaftar di KP KP Kabupaten Majalengka setiap tahunnya mengalami
peningkatan. (al ini dapat dilihat dalam Tabel
peningkatan jumlah WPOP sebesar
sebesar
sebesar
% dari tahun
pada tahun
terjadi
% yang diikuti dengan peningkatan WP OPPT
, dan pada tahun
jumlah WPOP meningkat
% yang diikuti dengan peningkatan WP OPPT sebesar
% dari
.
Namun bahwa peningkatan jumlah WP OPPT tidak proposional dengan kenaikan
WPOP.
Penerimaan PPh Pasal
Bulan
Tabel .
/
Januari
.
Pebruari
.
Maret
.
April
.
Mei
.
Juni
.
Juli
.
Agustus
.
Septembe
.
Oktober
.
Novembe
.
Desember
.
TOTAL
.
.
Sumber: KP KP Kabupaten Majalengka.
Atas OPPT Tahun
Tahun
Tabel .
Kontribusi Jumlah Penerimaan PPh Pasal
Tahu
.
/
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Juta Rupiah
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Atas OPPT terhadap Total
Penerimaan PPh di KP KP Kabupaten Majalengka.
Penerimaan PPh
PPh Pasal
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sumber: KP KP Kabupaten Majalengka.
Penerimaan PPh Pasal
selama periode
-
sampai
ISSN - 2548-8228 (print)
/
.
.
.
/
Juta Rupiah
Kontribus
,
,
,
bagi OPPT di KP KP Kabupaten Majalengka
pada Tabel . Dalam Tabel ini penerimaan pada
20
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
tahun
mengalami penurunan dari tahun
mengalami peningkatan dari tahun
terjadi peningkatan penerimaan tahun
sebesar Rp
sebesar Rp
juta dan tahun
juta. Walaupun
akan tetapi kontribusi yang diberikan
pada total penerimaan PPh di KP KP Kabupaten Majalengka mengalami penurunan
Tabel . . Dan jika dilihat dari Tabel .
/
OPPT tahun
sebesar Rp .
WP OPPT yang terdaftar efektif tahun
diperoleh Rp
.
apabila total penerimaan PPh Pasal
juta apabila dibandingkan dengan jumlah
Tabel
sebesar
.
, maka
per Wajib Pajak yang merupakan jumlah pajak yang dibayar
dalam setahun. Untuk jumlah pajak terutang Rp
diperoleh dalam setahun sekitar Rp
-
Menurunnya kontribusi PPh Pasal
PPh Tabel
.
.
, maka omzet yang
juta dengan tarif pajak %.
/
. , dan penerimaan PPh Pasal
OPPT terhadap total penerimaan
bagi WP OPPT yang kecil bila
dibandingkan dengan jumlah WP OPPT efektif yang terdaftar. Menurut peneliti hal
ini mungkin disebabkan oleh:
. Belum optimalnya komunikasi antara petugas pajak dengan WP dalam
mensosialisasikan ketentuan pemungutan PPh Pasal
ayat
huruf c ini dapat
dilihat dari WP OPPT merasa keberatan dengan peredaran bruto sebagai dasar
pengenaan PPh Pasal
ayat
huruf c;
. Kurangnya pengawasan yang dilakukan petugas pajak dalam mengawasi
kewajiban perpajakan WP dikarenakan tidak proposionalnya jumlah petugas
pajak yang melakukan pengawasan dengan jumlah WP yang terdaftar yaitu
KP KP Kabupaten Majalengka hanya memiliki
dan jumlah WP yang terdaftar;
orang account representative
. Kurangnya kesadaran WP dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya;
. Belum jelas sarana Law Enforcement yang tegas untuk WP OPPT yang tidak
memenuhi kewajibannya.
Dalam pelaksanaan pemungutan atas kewajiaban angsuran PPh Pasal
ayat
huruf c bagi WP OPPT, tidak dapat dihindari akan timbulnya hambatan yang
dapat mengganggu keberhasilan dari pelaksanaan ketentuan tersebut. (ambatanhambatan tersebut dapat dialami oleh KP KP maupun WP OPPT itu sendiri.
(ambatan-hambatan yang dihadapi oleh KP KP Kabupaten Majalengka adalah
sebagai berikut:
ISSN - 2548-8228 (print)
21
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
1. Masyarakat kurang antusias kesadaran WP masih kurang ; Kurang antusiasnya
masyarakat ini dapat dikatakan kurangnya kesadaran
sikap
WP dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Alasan tidak melaksanakan kewajiban
adalah mengikuti WP lain yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya
dan tergantung omzet bulanan. )ni mungkin dikarenakan WP masih belum
merasakan manfaat yang cukup berarti dengan membayar pajak seperti biaya
kesehatan dan pendidikan semakin tinggi, sarana publik yang kurang baik seperti
banyak jalan yang berlubang, bangunan sekolah yang tidak layak dan lain-lain.
Sehingga menyebabkan WP atau masyarakat menjadi kurang sadar akan
kewajiban perpajakan mereka. (al ini sependapat dengan hasil wawancara di
KP KP Kabupaten Majalengka, yaitu:
Walaupun pihak KP KP Kabupaten Majalengka telah gencar melakukan
sosialisasi, tetapi jika WP tidak merespon atau tidak antusia maka akan sia-sia.
Oleh karena itu masalah paling besar yang dihadapi oleh petugas pajak dalam
mengsosialisasikan suatu peraturan perpajakan adalah kesadaran WP itu
sendiri. Sedangkan dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan self
assessmet system adalah kesadaran WP, oleh karena itu petugas pajak harus
lebih berusaha meningkatkan kesadaran WP. Dan dengan tingginya tingkat
kesadaran WP maka kepatuhan WP akan meningkat sehingga penerimaan
pajak akan meningkat, dengan begitu dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
suatu kebijakan berjalan dengan efektif.
2. WP Pindah Tempat Usaha; Dalam kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer ini
yang memiliki sifat dinamis, yaitu sering berpindah tempat usaha sesuai dengan
perkembangan usahanya. Masalahnya adalah pada saat WP tersebut pindah tidak
melaporkannya kepada KP KP, sehingga petugas pajak mengalami kesulitan
dalam mendata dan melakukan pengawasan terhadap WP OPPT. Dan ini
sependapat dengan hasil wawancara di KP KP Kabupaten Majalengka yaitu:
Memang dalam usaha sebagai pedagang pengecer ini sangat dinamis.
Biasanya WP yang telah tutup atau berganti kepemilikan tidak
melapokannya ke KP KP, mereka main pergi saja. Jadi apabila kami tidak
kelokasi maka tidak akan mengetahuinya, sehingga mempersulit dalam
melakukan pengawasan. Namun biasanya KP KP Kabupaten Majalengka
ISSN - 2548-8228 (print)
22
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
bekerjasama
dengan
pihak
pengelolah
pusat
perbelanjaan
dalam
memberikan informasi mengenai jumlah pedagang yang masuk dan keluar.
Dan WP OPPT yang menutup gerai atau berpindah lokasi sekitar
% setiap tahunnya.
Menurut
peneliti
dengan
sangat
dinamisnya
kegiatan
% sampai
usaha
ini
mengakibatkan seringnya kios/ruko berganti kepemilikan atau tutup, dan
dalam pergantian tersebut biasanya WP tidak melaporkannya untuk
menghapus statusnya sebagai WP OPPT ke KP KP, hal ini mungkin
dikarenakan proses yang lama karena harus dilakukan penyelidikan terlebih
dahulu oleh KP KP.
3. Belum adanya sarana Law Enforcement yang tegas untuk menindak WP OPPT
apabila mereka tidak memenuhi kewajibannya. Dengan adanya sarana law
enforcement yang tegas yang dilakukan oleh petugas pajak terhadap Wajib Pajak
maka akan mempengaruhi kepatuhan WP dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Menurut peneliti, petugas pajak sudah memiliki sarana law
enforcement yang tegas yaitu dengan dikeluarkan STP bagi WP yang tidak
melaksanakan kewajiban pajaknya.
4. Sumber Daya Manusia petugas pajak tidak proposional dengan jumlah WP
Efektif tidaknya pelaksanaan pemungutan PPh Pasal
bagi WP OPPT yang
dilakukan oleh KP KP dipengaruhi oleh sumber daya manusia petugas pajak
yang ada di KP KP tersebut. Agar pelaksanaan berjalan efektif maka sumber daya
manusia yang dimiliki harus berkualitas dan memiliki kuantitas yang mencukupi.
Sedangkan penyebab WP OPPT tidak melaksanakan kewajiban pajaknya adalah
kurang memahami peraturan perpajakan mengenai hak dan kewajiban sebagai
WP dan cara menggunakan sarana administrasi perpajakan. (al ini dikarenakan
oleh kurangnya informasi yang didapat WP tentang ketentuan terkait PPh Pasal
bagi WP OPPT dan cara menggunakan sarana administrasi perpajakan dari
petugas pajak.
C. Penutup
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian terhadap permasalahan, maka
penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
ISSN - 2548-8228 (print)
23
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
. Bahwa pelaksanaan pemungutan PPh Pasal
ayat
huruf c bagi WP OPPT di
KP KP Kabupaten Majalengka belum optimal. )ni terlihat dari tingkat kepatuhan
WP OPPT dalam melakukan pembayaran dan pelaporan SPT masih rendah, dan
adanya penurunan kontribusi penerimaan yang berasal dari penerimaan PPh
Pasal
/
OPPT terhadap total penerimaan PPh di KP KP Kabupaten
Majalengka. Kurang optimalnya pelaksanaan pemungutan PPh Pasal
ayat
huruf c disebabkan kurang optimalnya komunikasi yang dilakukan fiskus dengan
WP, sumber daya manusia dari segi kuantitas kurang proposional dengan jumlah
WP, sikap patuh WP OPPT belum konsisten/masih kurang.
. Pendapat yang diberikan WP OPPT terhadap kebijakan pemungutan PPh Pasal
ayat
huruf c kurang baik, hal ini terlihat dari
yang patuh membayar dan melapor PPh Pasal
tahun.
orang hanya
orang WP
dan menyampaikan SPT akhir
. (ambatan-hambatan yang dihadapi petugas pajak dalam melaksanakan
kebijakan ini adalah masyarakat kurang antusias kesadaran WP masih kurang ,
WP pindah tempat usaha yang setiap tahunnya sekitar
% sampai
%, sumber
daya manusia petugas pajak tidak proposional dengan jumlah WP, belum
adanya sarana law inforcement yang tegas. Sedangkan hambatan yang dihadapi
WP merasa kesulitan dalam menghitung PPh terutang pada akhir tahun, WP
merasa kesulitan dalam melakukan pengisian pada SSP dan SPT Tahunan, dan
kemudahan pengadaan fomulir pajak seperti: SSP .
Daftar Pustaka
Abdul Asri (arahap,
, Paradigma Baru Perpajakan Indonesia: Perspektif
Ekonomi-Politik, Integrita Dinamika. Jakarta, Jakarta Press.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Majalengka Tahun
B. Mansury,
(B. Siswanto,
, Kebijakan Perpajakan, Jakarta, Penerbit YP .
.
, Pengantar Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara.
(aula Rosdiana,
, Perpajakan: Teori dan Kebijakan, Jakarta. Devisi Administrasi
Fiskal Fisip U).
ISSN - 2548-8228 (print)
24
Jurnal Akuntansi dan Manajemen
(aula Rosdiana dan Rasin Tarigan,
PT Raja Grafindo Persada.
Mohamad Nazir,
, Perpajakan: Teori dan Aplikasi. Jakarta.
, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia )ndonesia.
Republik )ndonesia, Undang-Undang Nomor
Penghasilan.
Tahun
Tentang Pajak
Peraturan Dirjen Pajak Nomor /PJ/
tentang Pelaksanaan Pengenaan Pajak
Penghasilan Pasal
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu.
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter,
)ndeks.
ISSN - 2548-8228 (print)
, Manajemen, edisi
Jilid , Jakarta,
25