Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Chapter III VI
20
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka penelitian
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
Hubungan Pengetahuan dengan pelaksanaan five moment perawat di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara. Dengan variabel independen yang diteliti adalah
pengetahuan cuci tangan five-moment dan variabel dependen pelaksanaan cuci
tangan five-moment (sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur,
setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien, setelah menyentuh pasien, setelah m
menyentuh lingkungan sekitar).
Pengetahuan perawat tentang
tangan
- Definisi
- Tujuan
- Manfaat
- Langkah-langkah
- Five Moments
cuci
Pelaksanaan cuci
moment perawat
tangan
five-
-
Sebelum menyentuh pasien
-
Sebelum melakukan prosedur
-
Setelah terpapar
cairan tubuh pasien
-
Setelah menyentuh pasien
-
Setelah
menyentuh
lingkungan sekitar
dengan
Skema 3.1 : Hubungan Pengetahuan dengan pelaksanaan five moments perawat di
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera20
Utara
21
3.2. Defenisi Operasional
Definisi operasional variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
N Variabel
o
1. Pengetahua
n
cuci
tangan
perawat
Definisi Operasional
Alat Ukur
Segala informasi yang Kuisioner
diketahui
perawat
meliputi cuci tangan five
moments diruang rawat
inap RS USU
Baik Skor
(12-16)
Cukup Skor
(6-11)
Kurang Skor
(0-5)
2. Pelaksanaan
cuci tangan
five
moments
perawat
Suatu prosedur tindakan Lembar
membersihkan tangan observasi
dengan menggunakan
sabun / antiseptik di
bawah air yang mengalir
selama 40-60 detik atau
dengan menggunakan
handrub
berbasis
alkohol selama 20-30
Cuci
tangan
detik.
sebelum kontak dengan
pasien,
sebelum
tindakan aseptik, setelah
terpapar cairan tubuh
pasien, setelah kontak
dengan pasien, dan
setelah kontak dengan
lingkungan pasien yang
dilakukan perawat di
ruang rawat inap RS
USU
5=Dilaksana
kan
seluruhnya
0-4=Tidak
dilaksanakan
seluruhnya
1.Sebelum
pasien
1=Dilaksana
kan
0=tidak
dilaksanakan
menyentuh Lembar
observasi
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Ordinal
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
22
2. Sebelum melakukan Lembar
tindakan
prosedur observasi
bersih/ aseptik
1=Dilaksana
kan
0=tidak
dilaksanakan
3.
Setelah
terpapar Lembar
dengan cairan tubuh observasi
pasien
1=Dilaksana
kan
0=tidak
dilaksanakan
4.Setelah
pasien
menyentuh Lembar
observasi
1=Dilaksana
kan
0=tidak
dilaksanakan
5.Setelah
lingkungan
pasien
menyentuh Lembar
sekitar observasi
1=Dilaksana
kan
0=tidak
dilaksanakan
3.3. Hipotesa
Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moments
perawat
Universitas Sumatera Utara
23
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
4.2. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2013). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua perawat yang berkerja di ruang rawat inap
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Jumlah perawat yang berkerja di
ruang rawat inap berjumlah 65 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti (Arikunto,
2013). Banyak sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak:
= di bulatkan menjadi 40 orang.
Kriteria sampel dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklusi dan eksklusi.
Karakteristik inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
23
Universitas Sumatera Utara
24
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003).
Karakteristik inklusi pada penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja
diruang rawat inap dan perawat yang bersedia sebagai responden.
4.2.3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik convenience sampling, dimana setiap responden available terhadap
peneliti (Swarjana, 2012). Sample pada penelitian ini adalah perawat yang
bertugas diruang rawat inap RS USU.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RS USU Medan. Penelitian
dilakukan selama 10 bulan dimulai dari tahap pembuatan proposal pada Oktober
2016 hingga laporan penelitian pada Juli 2017. Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara dipilih sebagai lokasi penelitian karena di rumah sakit ini belum pernah
dilakukan penelitian terkait hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci
tangan five moments yang dilakukan perawat. Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara juga merupakan rumah sakit pendidikan dan pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
25
4.4. Pertimbangan Etik
Pengumpulan data dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek etika
sebagai berikut:
4.4.1. Perizinan
Penelitian ini dilakukan setelah dinyatakan lulus sidang proposal penelitian
oleh pihak penguji sidang proposal FKep USU serta mendapatkan izin dari pihak
Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) dan
Direktur Utama RS USU.
4.4.2. Lembar persetujuan (informed consent)
Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti meminta izin kepada kepala
ruangan untuk melakukan pengambilan data dan menyampaikan kepada perawat
agar perawat mengerti maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Jika
perawat bersedia dengan menandatangani informed consent, pengambilan data
dapat dilakukan. Namun jika perawat menolak, maka peneliti harus menghormati
hak perawat.
4.4.3. Tanpa nama (anonimity)
Menjelaskan kepada perawat bahwa dalam pelaksanaan penelitian, perawat
tidak perlu menuliskan nama pada lembar kuesioner melainkan dengan
menuliskan inisial dari nama perawat karena hasil pengambilan data tidak
berpengaruh pada karir perawat di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
26
4.4.4. Kerahasiaan (confidentiality)
Menjelaskan kepada perawat bahwa kerahasiaan data yang diperoleh
dari perawat dijamin terjaga oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil penelitian.
4.5. Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
pelaksanaan cuci tangan five moments perawat terdiri dari 3 bagian yaitu lembar
demografi, lembar kuisioner dan lembar observasi.
4.5.1. Lembar data demografi
Lembar data demografi perawat terdiri dari: jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, dan lama masa kerja perawat di rumah sakit
4.5.2. Lembar kuisioner pengetahuan cuci tangan perawat
Pada kuesioner ini berisi tentang pengetahuan perawat dalam cuci tangan
five-moments, dapat diukur dengan pemberian bobot pada setiap pertanyaan.
Jumlah pertanyaan ada 16 pertanyaan dengan skor tertinggi adalah 16, dengan
kriteria skor yakni: Benar : 1, Salah : 0. Tingkat pengetahuan dibagi 3 kategori
yaitu:
- Baik apabila responden memperoleh skor 11-16
- Cukup jika responden memperoleh skor 6-10
- kurang jika responden memperoleh skor 0-5
Universitas Sumatera Utara
27
4.5.3. Lembar observasi pelaksanaan five moments perawat
Lembar observasi pelaksanaan cuci tangan five moments bertujuan untuk
menggambarkan kepatuhan perawat dalam melaksanakan cuci tangan five
moments sesuai yang ditetapkan WHO. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari
5 pernyataan dengan masing-masing indikasi terdapat tindakan-tindakan yang
mengacu dengan tinjauan pustaka. Skala yang digunakan dalam lembar observasi
ini adalah skala Guttman dengan jenis pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan
tidak. Jika perawat melaksanakan salah satu dari lima indikasi dalam five moments
diberi nilai 1 dan apabila perawat tidak melaksanakan diberi nilai 0. Perawat
dikatakan melaksanakan cuci tangan enam five moments apabila total nilai 5.
4.6. Validitas dan Reliabilitas
4.6.1. Validitas
Instrument untuk mengukur pengetahuan perawat dalam cuci tangan
pada penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji
validitas untuk mengetahui besar derajat alat ukur untuk mengukur secara
konsisten sasaran yang diukur. Uji validitas menggunakan validitas isi, uji
validitas dilakukan oleh orang yang berkompeten dibidangnya dengan menguji
setiap butir instrument pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan kepada
Afrinayanti.W.Siregar, S.Kep.,Ns dengan menggunakan Content Validity yaitu
mengukur sejauh mana kuesioner yang dibuat mewakili semua aspek sebagai
kerangka konsep. CVI pada kuesioner ini sebesar 1. Sebuah alat ukur dianggap
valid jika CVI > 0,86 (Polit & Beck 2012).
Universitas Sumatera Utara
28
4.6.2. Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan uji yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan, serta menunjukkan apakah
hasil pengukuran tetap konsisten atau tidak bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih pada gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas pada instrument ini hanya dilakukan pada
kuesioner pengetahuan perawat, sementara pada lembar observasi cuci tangan
five moments tidak dilakukan karena merupakan ketetapan dari WHO.
Uji reliabilitas pada instrument ini dilakukan pada 10 perawat yang tidak
termasuk dalam jumlah sampel penelitian. Uji reliabilitas ini menggunakan
KR-21. Hasil uji reliabilitas dikatakan reliabel jika nilai alpha (α) lebih besar
atau sama dengan 0,70 maka instrument dinyatakan reliabel (Polit & Beck,
2012). Hasil uji reliabilitas pada kuesioner ini adalah 0,748. Oleh karena itu
kuesioner yang digunakan peneliti dapat dikatakan reliabel.
4.7. Pengumpulan Data
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu, pada tahap awal
peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi
pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) kemudian surat dari Fakultas
Keperawatan USU di kirim ke RS USU Medan sebagai tempat penelitian. Setelah
mendapat izin dari Direktur RS USU Medan, peneliti menjumpai kepala ruangan
Mahoni, Gaharu dan Meranti untuk meminta izin dan menjelaskan maksud dari
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Universitas Sumatera Utara
29
Peneliti melakukan observasi dalam sekali pengamatan terhadap
pelaksanaan cuci tangan five moments. Penelitian ini berlangsung hingga indikasi
pada 5 momen yang dinilai terpenuhi. Pada penelitian ini, proses observasi tidak
diketahui perawat pelaksana. Setiap pengamatan yang dilakukan peneliti tidak
berkelanjutan, yang berarti perawat yang diamati hanya satu kali pengamatan.
Setelah memperoleh data dari hasil observasi peneliti memberikan
kuesioner pengetahuan perawat tentang cuci tangan five moments. Peneliti terlebih
dahulu menjelaskan kepada responden tentang proses pengisian kuesioner,
kemudian responden yang bersedia diminta untuk mengisi data demografi serta
menjawab pertanyaan penelitian. Setelah kuesioner terkumpul peneliti memeriksa
kelengkapan data kuesioner. Apabila lembar data belum diisi secara lengkap,
peneliti meminta responden untuk melengkapi data demografinya dan
mengumpulkan kembali lembar tersebut.
4.8. Analisis Data
Analisa data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap. Peneliti
melakukan analisa data dimulai dengan memeriksa kelengkapan data yang
dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga ketika ada kekurangan dapat
segera diperbaiki, data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan tabulasi dan analisa data. Data dimasukkan ke komputer dan dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan program komputer. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis univariat dan analisa bivariat.
Universitas Sumatera Utara
30
4.8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini
analisa data dilakukan dengan metode statistik univarat yaitu digunakan untuk
menganalisa data demografi, variabel independen (pengetahuan perawat tentang
cuci tangan five-moments) dan variabel dependen (pelaksanaan cuci tangan fivemoments perawat). Untuk menganalisa data tersebut digunakan program
komputerisasi dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi dan persentase.
4.8.2. Analisis Bivariat
Peneliti melakukan analisis bivariat yang bertujuan untuk mengidentifikasi
hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moments di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara. Untuk melakukan analisis data mengenai
hubungan pengetahuan cuci tangan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moments,
penulis menggunakan teknik statistik analisis korelasi dengan uji
Rank
Spearment.
Analisis
dilakukan
untuk
membuktikan
hipotesa
penelitian
dengan
menggunakan taraf signifikan 10%. Jika signifikansi > 0.1, maka tidak ada
hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moment, tetapi jika
signifikansi < 0.1 ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan
five-moment perawat di rumah sakit Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian hubungan pengetahuan dengan
pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di rumah sakit Universitas
Sumatera Utara. Hasil penelitian ini diperoleh melalui tindakan penyebaran
kuesioner pengetahuan cuci tangan five moments dan hasil observasi yang
dilakukan peneliti di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Penyajian data
melalui penyebaran kuesioner meliputi jenis kelamin, usia perawat, pendidikan
terakhir, lama masa kerja, dan pengalaman mengikuti pelatihan cuci tangan.
5.1.1. Analisis Univariat
5.1.1.1. Karakteristik Perawat
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah perawat rawat inap
yang bekerja di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Deskripsi perawat
meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama masa kerja, dan
pengalaman pernah mengikuti pelatihan cuci tangan. Berdasarkan pada tabel 5.1.
dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat pelaksana adalah perempuan dengan
umur kategori 26-30 tahun sebesar 47,5%, tingkat pendidikan terakhir ners dan
D3 sebesar 45,0% dan lama masa kerja 35
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan terakhir
Ners
Sarjana Keperawatan
D3 Keperawatan
Lama masa kerja
10 Tahun
Frekuensi (f)
Persentasi (%)
9
19
7
5
22,5
47,5
17,5
12,5
1
39
2,5
97,5
18
4
18
45,0
10,0
45,0
20
16
4
50,0
40,0
10,0
5.1.1.2. Pengetahuan Perawat
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2. diperoleh bahwa frekuensi
pengetahuan perawat
dalam cuci tangan five moments pada kategori cukup
sebesar 2,5% dan mayoritas pengetahuan perawat baik sebesar 97,5%.
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan perawat dalam cuci tangan
five moments di RS USU Mei 2017 (n=40)
Kategori
Cukup
Baik
Total
Frekuensi (f)
1
39
40
Persentasi (%)
2,5
97,5
100
Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan pada tabel 5.3. pertanyaan yang
paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 1, 2, 5, 6, dan 10 yaitu
sebesar 100%. Sedangkan yang paling banyak menjawab salah adalah pada
pertanyaan nomor 16 sebesar 37,5%
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jawaban perawat pada variabel pengetahuan
perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)
Jawaban Perawat
No
Peryataan
Benar
f
Salah
1
Definisi cuci tangan
40
%
100
2
3
4
Tujuan cuci tangan di rumah sakit
Manfaat cuci tangan
Langkah cuci tangan yang dilakukan di
rumah sakit?
Langkah pertama dalam cuci tangan
Langkah kedua dalam cuci tangan
Langkah ketiga dalam cuci tangan
Langkah keempat dalam cuci tangan
Langkah kelima dalam cuci tangan
Langkah keenam dalam cuci tangan
Lama proses melakukan langkah mencuci
tangan dengan air mengalir
Momen pertama dalam cuci tangan five
moments
Momen kelima dalam cuci tangan five
moments
Momen kedua dalam cuci tangan five
moments
Momen ketiga dalam cuci tangan five
moments
Momen keempat dalam cuci tangan five
moments
40
39
38
100
97,5
95
0
1
2
0
2,5
5
40
40
37
35
36
40
36
100
100
92,5
87,5
90
100
90
0
0
3
5
4
0
4
0
0
7,5
12,5
10
0
10
39
97,5
1
2,5
37
92,5
3
7,5
38
95
2
5
29
72,5
11
27,5
25
62,5
15
37,5
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
f
0
%
0
Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat bahwa kelompok usia 26-30 tahun
memiliki pengetahuan baik sebanyak 45% dan pengetahuan cukup 2,5%,
sedangkan kelompok usia 31-35 tahun sebanyak 17,5%. Pendidikan perawat ners
memiliki pengetahuan baik sebanyak 42,5% dan pengetahuan cukup sebanyak
2,5%, sedangkan perawat dengan pendidikan diploma memiliki pengetahuan baik
sebanyak 45%. Lama masa kerja 10 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 10%.
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir dan lama masa kerja di RS USU Mei 2017
(n=40)
Karakteristik
Pengetahuan
%
Cukup
22,5
0
45
1
17,5
0
12,5
0
97,5
1
Usia
21-25
26-30
31-35
>35
Total
Baik
9
18
7
5
39
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
1
38
39
2,5
95
97,5
0
1
1
0
2,5
2,5
Pendidikan
Ners
Sarjana Keperawatan
D3 Keperawatan
Total
17
4
18
39
42,5
10
45
97,5
1
0
0
1
2,5
0
0
2,5
20
15
4
39
50
37,5
10
97,5
0
1
0
1
0
2,5
0
2,5
Lama masa kerja 10 Tahun
Total
%
0
2,5
0
0
2,5
5.1.1.3. Pelaksanaan Perawat
Berdasarkan pada tabel 5.5. dapat dilihat bahwa sebagian perawat tidak
melaksanakan cuci tangan five moments (57,5%), sedangkan perawat yang
melaksanakan cuci tangan five moments sebesar (42,5%).
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di
RS USU Mei 2017 (n=40)
Pelaksanaan cuci tangan five moments
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
Total
Frekuensi (f)
17
23
40
Persentasi (%)
42,5
57,5
100
Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa pelaksanaan cuci tangan
perawat tertinggi pada moment ketiga yaitu setelah terpapar dengan cairan tubuh
pasien sebesar 80,0% sedangkan pelaksanaan cuci tangan perawat terendah
terdapat pada moment kelima yaitu setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
sebesar 55,0%.
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi perawat dalam cuci tangan five moments
berdasarkan setiap momen di RS USU Mei 2017 (n=40)
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
Tindakan Cuci Tangan five moments
Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi
(f)
(%)
(f)
(%)
37,5
15
62,5
25
Sebelum menyentuh pasien (Momen 1)
Sebelum melakukan tindakan prosedur
32,5
13
67,5
27
bersih/ aseptik (Momen 2)
Setelah terpapar dengan cairan tubuh
20,0
8
80,0
32
pasien (Momen 3)
25,0
10
75,0
30
Setelah menyentuh pasien (Momen 4)
Setelah menyentuh lingkungan sekitar
45,0
18
55,0
22
pasien (Momen 5)
Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa kelompok usia 26-30 tahun
paling banyak melakukan cuci tangan five moments sebanyak 15%, sedangkan
yang paling rendah melakukan cuci tangan five moments pada kelompok usia 3135 tahun sebanyak 2,5%. Dari tabel dapat diketahui perawat dengan pendidikan
terkahir ners lebih tinggi melakukan cuci tangan five moments yaitu sebesar 22,5
Universitas Sumatera Utara
36
dan terendah terdapat pada perawat dengan pendidikan terakhir sarjana
keperawatan sebanyak 5%. Lama masa kerja perawat pada kelompok 10 tahun yang melakukan cuci tangan five moments sebanyak 2,5%.
Tabel 5.7. Distribusi frekuensi pelaksanaan cuci tangan five moments berdasarkan
jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan lama masa kerja di RS
USU Mei 2017 (n=40)
Pelaksanaan cuci tangan five moments
Dilakukan %
Tidak
%
dilakukan
Usia
21-25
6
15
3
7,5
26-30
10
25
9
22,5
31-35
1
2,5
6
15
>35
0
0
5
12,5
Total
17
97,5
23
2,5
Jenis Kelamin
Laki-laki
1
2,5
0
0
Perempuan
16
40
23
57,5
Total
17
42,5
24
2,5
Pendidikan
Ners
9
22,5
9
22,5
Sarjana Keperawatan
2
5
2
5
D3 Keperawatan
6
15
12
30
Total
17
42,5
23
57,5
Lama masa kerja 10 Tahun
1
2,5
3
7,5
Total
17
42,5
23
57,5
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa perawat dengan pengetahuan
cukup tidak melakukan cuci tangan five moments sebanyak 2,5%. Sedangkan
perawat dengan pengetahuan baik melakukan pelaksanaan cuci tangan five
moments sebanyak 42,5% dan tidak melakukan pelaksanaan cuci tangan five
moments sebanyak 55%.
Universitas Sumatera Utara
37
Tabel 5.8. Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five
Moments Perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)
Pengetahuan
Cukup
Baik
Total
Pelaksanaan
Dilakukan
Tidak dilakukan
f
%
f
%
0
0
1
2,5
17
42,5
22
55
17
42.5
23
57,5
Total
2,5
75,5
100
5.1.2. Analisis Bivariat
5.1.2.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moment
Perawat
Berdasarkan pada tabel 5.9. menunjukkan hasil penelitian tentang
hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat
yaitu, nilai p = 0.397. Hasil ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat.
Tabel 5.9. Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five
Moments Perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)
Pengetahuan
Perawat
Pelaksanaan Cuci
Tangan Five
Moments
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Pengetahuan
1.000
40
.138
.397
40
Cuci Tangan
.138
.397
40
1.000
40
Universitas Sumatera Utara
38
5.2. Pembahasan
5.2.1. Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Perawat
Cuci tangan adalah tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan
air dan sabun atau larutan sabun, baik non-mikroba maupun antimikroba (WHO,
2009). Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (Depkes,
2007).
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa perawat yang
melaksanakan cuci tangan five moments sebesar 42,5%, dan jumlah perawat yang
tidak melakukan cuci tangan five moments sebesar 55%. Sebagian besar perawat
tidak melaksanakan cuci tangan five moments walaupun lingkungan Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara sudah tersedia poster pengingat petunjuk waktu dan
cara benar dalam melakukan cuci tangan hampir di setiap ruangan dan lingkungan
rumah sakit. Rendahnya jumlah perawat dalam melaksanakan cuci tangan five
moments dapat disebabkan karena beban kerja perawat yang tinggi, dan
banyaknya jumlah pasien dalam waktu yang bersamaan di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara. Motacki, K., Kapoian, T., O’mara, B.H. (2010)
menyatakan
bahwa
faktor
yang
mengakibatkan
ketidakpatuhan
dalam
melaksanakan cuci tangan adalah aktivitas yang terlalu sibuk, pasien yang banyak,
mementingkan pasien terlebih dahulu, panduan dan pengetahuan cuci tangan tidak
memadai cuci tangan, memiliki anggapan resiko rendah untuk mendapatkan
infeksi dari pasien, lupa untuk mencuci tangan, tidak ada contoh dari atasan atau
Universitas Sumatera Utara
39
seseorang yang lebih senior, meragukan hasil dari pelaksanaan cuci tangan, tidak
setuju dengan rekomendasi.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Simanjuntak (2016) menyatakan bahwa
hasil observasi perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments sebesar
35,3%. Perawat sebagai petugas kesehatan yang selalu berada 24 jam di sekitar
pasien harusnya dapat mengaplikasikan prosedur cuci tangan yang benar agar
dapat mengeliminasi mikroba yang ada pada tangan secara efektif dan
mengurangi kontaminasi silang dari perawat ke pasien demi mencegah terjadinya
infeksi nosokomial (Schaffer, dkk, 2000).
Pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara didapatkan moment pertama sebesar 62,5%, moment kedua
sebesar 67,5%, moment ketiga sebesar 80%, moment keempat sebesar 75%, dan
moment kelima sebesar 55%. Pelaksanaan cuci tangan paling tinggi terdapat pada
moment ketiga yaitu setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien sebesar 80%. Hal
ini dapat terjadi karena tangan perawat terlihat kotor dan perawat memproteksi
diri sendiri apabila terpapar cairan tubuh pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian
Ernawati, Tri dan Wiyanto (2014) yang menyatakan bahwa 67% perawat
melakukan cuci tangan pada momen ketiga.
Pelaksanaan cuci tangan five moments pada penelitian ini yang terendah
terdapat pada moment kelima sebesar 55%. Hal ini dapat terjadi karena perawat
merasa tidak ada kuman berbahaya pada peralatan sekitar pasien sehingga perawat
merasa aman tanpa harus mencuci tangan setelah menyentuh lingkungan sekitar
pasien. Perawat juga menganggap bahwa tangan mereka tidak kotor (tidak terkena
Universitas Sumatera Utara
40
darah atau nanah). Hal ini sejalan dengan penelitian Ernawati, Tri & Wiyanto
(2014) yang menyatakan bahwa kepatuhan cuci tangan perawat lebih sedikit
dilakukan setelah perawat menyentuh peralatan sekitar pasien, perawat kurang
menyadari mereka dapat membuat pasien terkontaminasi kuman dari tindakan
setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.
Setelah moment kelima didapat hasil moment pertama juga rendah yaitu
sebesar 62,5%. Hal ini sejalan dengan penelitian Widyanita & Listiowati (2014)
yang menyatakan bahwa pelaksanaan pada moment pertama lebih rendah. Hal ini
dikarenakan padatnya kegiatan perawatan pasien ditiap ruangan sehingga
beberapa perawat melakukan kunjungan dari satu ruangan keruangan lain tanpa
melakukan cuci tangan. Hal ini sejalan dengan
menyatakan
bahwa perawat
sering
Potter & Perry (2005) yang
mengabaikan
cuci
tangan
sebelum
menggunakan sarung tangan serta pemakaian sarung tangan yang berulang dari
satu pasien ke pasien lain.
Perawat beranggapan bahwa tidak perlu melakukan cuci tangan ketika
perawat menggunakan sarung tangan, karena permukaan kulit perawat tidak
terkena langsung dengan pasien. Alasan kurangnya pelaksanaan cuci tangan dapat
disebabkan tingginya mobilitas perawat sehingga secara praktis lebih mudah
menggunakan sarung tangan, hal tersebut memicu tingginya penggunaan sarung
tangan yang didukung kelalaian untuk cuci tangan sebelum
dan setelah
menggunakan sarung tangan (Jamaluddin 2012). Penggunaan sarung tangan baik
bersih ataupun steril tidak mengubah atau menggantikan pelaksanaan cuci tangan.
Sejalan dengan peryataan WHO (2009) yang menyatakan bahwa cuci tangan
Universitas Sumatera Utara
41
harus dilakukan sebelum mengenakan sarung tangan dan setelah sarung tangan
dilepas.
Perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments jika dikaitkan
dengan usia perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara mayoritas 25%
berada pada kategori umur 26-30 tahun yang berarti usia tersebut masih dapat
menerima suatu bentuk aturan-aturan rumah sakit. Robbin (2002) menyatakan
bahwa faktor usia pada pelaksanaan kinerja sangat erat kaitannya, alasannya
adalah adanya keyakinan yang meluas bahwa pelaksanaan kinerja menurun akibat
bertambahnya usia. Pekerja yang berusia tua dianggap kurang luwes dan menolak
teknologi baru, di lain pihak ada kualitas positif pada pekerja yang berusia tua,
meliputi pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat, dan komitmen
terhadap mutu. Rentang usia 26-30 tahun berada pada usia dewasa dini. Pada
rentang usia dewasa dini dilihat dari sisi tugas tahap perkembangannya, yaitu
mempunyai pola kooperatif, kompetitif dan pola persahabatan. Tahapan usia ini
jika dihubungkan dengan pelaksanaan aktivitas cuci tangan dapat dilakukan
dengan memanfaatkan tahapan perkembangan petugas kesehatan tersebut (Melfa,
Sri & Amir, 2012)
Perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments jika dikaitkan
dengan data demografi pendidikan terakhir perawat di Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara mayoritas 22,5% berada pada kategori pendidikan Ners dengan
lama masa kerja berada pada rentang 0,39 bahwa tidak ada
perbedaan proporsi perilaku mencuci tangan pada tenaga kesehatan yang memiliki
pengetahuan baik dan yang memiliki pengetahuan cukup ataupun kurang. Namun
hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hikmayanti (2015) yang menyatakan
bahwa pengetahuan perawat akan mendasari perawat tersebut untuk patuh dan
menyadari betul bahwa mencuci tangan five moments merupakan hal yang penting
untuk pencegahan penularan infeksi, sehingga pada saat melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien perawat akan patuh mencuci tangan five moments
untuk keselamatan diri perawat itu sendiri. Banyak hal yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
47
perilaku cuci tangan yang baik, diantaranya status petugas kesehatan yaitu non
dokter, dan juga pengenalan penggunaaan handrub berbasis alkohol. Sedangkan
untuk perilaku cuci tangan yang buruk dapat dipengaruhi oleh kurangnya fasilitas
cuci tangan yang baik seperti wastafel, kran air, sabun cuci tangan dan handuk
atau tisu kering. Namun keadaan ini tidak membuat pelaksanaan cuci tangan
perawat dalam cuci tangan five moments baik karena fasilitas yang tersedia di
lingkungan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara cukup memfasilitasi perawat
dalam cuci tangan. Setiap ruangan pasien maupun ruangan perawat sudah tersedia
wastafel dan hand rub disetiap bed pasien.
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perawat dalam cuci tangan five
moments yaitu faktor personal dan faktor lingkungan. Faktor personal yang dapat
mempengaruhi antara lain adalah pengetahuan tentang mencuci tangan seperti
pernah mengikuti seminar tentang cuci tangan, sedangkan faktor lingkungan yang
mempengaruhi pelaksanaan cuci tangan five moments antara lain kurangnya
fasilitas cuci tangan, kurangnya pengawasan komite pengedali infeksi, evaluasi
terhadap perilaku perawat terhadap pelaksanaan cuci tangan, kurangnya tenaga
dan pasien yang banyak, iritasi kulit dan kurangnya komitmen dari institusi
tentang cuci tangan yang baik.
Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan cuci tangan five moments
perawat didapat bahwa 97,5% perawat dalam kategori pengetahuan baik, namun
tidak sejalan dengan hasil observasi pelaksanaan cuci tangan five moments
perawat yang masih rendah yaitu 42,5%. WHO (2013) menyatakan bahwa dalam
peningkatan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat ada beberapa hal yang
Universitas Sumatera Utara
48
perlu diperhatikan diantaranya penyediaan hand rub berbasis alkohol selain
wastafel dan sabun antiseptik disetiap titik perawatan, pendidikan dan pelatihan
kepada petugas kesehatan secara teratur dan berkala, evaluasi dan umpan balik
berupa monitoring, persepsi dan pengetahuan petugas kesehatan secara teratur,
adanya pengingat di tempat kerja untuk promosi dan meningkatkan kepedulian
petugas kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian seluruh perawat di Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara sudah pernah mengikuti pelatihan cuci tangan five moments
namun pelatihan serta pendidikan tersebut tidak dilakukan evaluasi dan umpan
balik berupa monitoring dikarenakan perawat di Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara hanya mengikuti pelatihan cuci tangan five moments satu kali.
Suatu studi mengungkapkan pelaksanaan cuci tangan meningkat setelah intensif
promosi cuci tangan, tetapi 6 bulan kemudian pelaksanaan cuci tangan menurun
pada level awal sebelum dilaksanakannya program tersebut. Waktu adalah kunci
yang menjadi faktor penting penghambat pelaksanaan cuci tangan (Wilson, J.
2006). Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pengetahuan perawat
tidak sejalan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments.
Minimnya pelatihan pencegahan infeksi nosokomial dari tim pengendali
infeksi nosokomial di Rumah Sakit juga bisa menjadi alasan mengapa
pelaksanaan cuci tangan di
Rumah Sakit Universitas Suamtera Utara masih
tergolong rendah. Bady dkk (2007) mengatakan bahwa pelatihan dan pemahaman
infeksi nosokomial sangat berhubungan dengan ketrampilan yang dilakukan
perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Adanya pelatihan diharapkan akan
Universitas Sumatera Utara
49
memberikan pengetahuan baru yang dapat mempengaruhi sikap untuk bertindak
secara positif pula. Tidak adanya reward yang secara konsisten setiap tahunnya
bagi perawat yang melaksanakan cuci tangan yang baik di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara juga dapat menjadi salah satu hambatan rendahnya
pelaksanaan perawat dalam cuci tangan five moments.
Universitas Sumatera Utara
50
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada penelitian ini
maka kesimpulan yang dapat diambil adalah pengetahuan cuci tangan five
moments perawat di RS USU termasuk pada kategori baik sedangkan pelaksanaan
cuci tangan five moments perawat masih rendah. Sebagian besar perawat tidak
melaksanakan cuci tangan five moments. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five
moments perawat. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun pengetahuan perawat
dalam cuci tangan five moments baik, namun perawat yang melaksanakan cuci
tangan five moments masih rendah, dan perlu evaluasi dan umpan balik berupa
monitoring terhadap pelaksanaan cuci tangan five moments.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan untuk
mebiasakan diri dalam melakukan cuci tangan dan menerapkan pelaksanaan cuci
tangan five moments ketika berada di lingkungan rumah sakit maupun pusat
kesehatan lainnya.
50
Universitas Sumatera Utara
51
6.2.2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Rumah sakit diharapkan melakukan pelatihan secara berkala dan
pengawasan terhadap pelaksanaan cuci tangan five moments.
6.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan dan pelaksanaan perawat dalam melaksanakan cuci
tangan five moments.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka penelitian
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
Hubungan Pengetahuan dengan pelaksanaan five moment perawat di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara. Dengan variabel independen yang diteliti adalah
pengetahuan cuci tangan five-moment dan variabel dependen pelaksanaan cuci
tangan five-moment (sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur,
setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien, setelah menyentuh pasien, setelah m
menyentuh lingkungan sekitar).
Pengetahuan perawat tentang
tangan
- Definisi
- Tujuan
- Manfaat
- Langkah-langkah
- Five Moments
cuci
Pelaksanaan cuci
moment perawat
tangan
five-
-
Sebelum menyentuh pasien
-
Sebelum melakukan prosedur
-
Setelah terpapar
cairan tubuh pasien
-
Setelah menyentuh pasien
-
Setelah
menyentuh
lingkungan sekitar
dengan
Skema 3.1 : Hubungan Pengetahuan dengan pelaksanaan five moments perawat di
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera20
Utara
21
3.2. Defenisi Operasional
Definisi operasional variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
N Variabel
o
1. Pengetahua
n
cuci
tangan
perawat
Definisi Operasional
Alat Ukur
Segala informasi yang Kuisioner
diketahui
perawat
meliputi cuci tangan five
moments diruang rawat
inap RS USU
Baik Skor
(12-16)
Cukup Skor
(6-11)
Kurang Skor
(0-5)
2. Pelaksanaan
cuci tangan
five
moments
perawat
Suatu prosedur tindakan Lembar
membersihkan tangan observasi
dengan menggunakan
sabun / antiseptik di
bawah air yang mengalir
selama 40-60 detik atau
dengan menggunakan
handrub
berbasis
alkohol selama 20-30
Cuci
tangan
detik.
sebelum kontak dengan
pasien,
sebelum
tindakan aseptik, setelah
terpapar cairan tubuh
pasien, setelah kontak
dengan pasien, dan
setelah kontak dengan
lingkungan pasien yang
dilakukan perawat di
ruang rawat inap RS
USU
5=Dilaksana
kan
seluruhnya
0-4=Tidak
dilaksanakan
seluruhnya
1.Sebelum
pasien
1=Dilaksana
kan
0=tidak
dilaksanakan
menyentuh Lembar
observasi
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Ordinal
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
22
2. Sebelum melakukan Lembar
tindakan
prosedur observasi
bersih/ aseptik
1=Dilaksana
kan
0=tidak
dilaksanakan
3.
Setelah
terpapar Lembar
dengan cairan tubuh observasi
pasien
1=Dilaksana
kan
0=tidak
dilaksanakan
4.Setelah
pasien
menyentuh Lembar
observasi
1=Dilaksana
kan
0=tidak
dilaksanakan
5.Setelah
lingkungan
pasien
menyentuh Lembar
sekitar observasi
1=Dilaksana
kan
0=tidak
dilaksanakan
3.3. Hipotesa
Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moments
perawat
Universitas Sumatera Utara
23
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
4.2. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2013). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua perawat yang berkerja di ruang rawat inap
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Jumlah perawat yang berkerja di
ruang rawat inap berjumlah 65 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti (Arikunto,
2013). Banyak sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak:
= di bulatkan menjadi 40 orang.
Kriteria sampel dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklusi dan eksklusi.
Karakteristik inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
23
Universitas Sumatera Utara
24
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003).
Karakteristik inklusi pada penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja
diruang rawat inap dan perawat yang bersedia sebagai responden.
4.2.3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik convenience sampling, dimana setiap responden available terhadap
peneliti (Swarjana, 2012). Sample pada penelitian ini adalah perawat yang
bertugas diruang rawat inap RS USU.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RS USU Medan. Penelitian
dilakukan selama 10 bulan dimulai dari tahap pembuatan proposal pada Oktober
2016 hingga laporan penelitian pada Juli 2017. Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara dipilih sebagai lokasi penelitian karena di rumah sakit ini belum pernah
dilakukan penelitian terkait hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci
tangan five moments yang dilakukan perawat. Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara juga merupakan rumah sakit pendidikan dan pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
25
4.4. Pertimbangan Etik
Pengumpulan data dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek etika
sebagai berikut:
4.4.1. Perizinan
Penelitian ini dilakukan setelah dinyatakan lulus sidang proposal penelitian
oleh pihak penguji sidang proposal FKep USU serta mendapatkan izin dari pihak
Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) dan
Direktur Utama RS USU.
4.4.2. Lembar persetujuan (informed consent)
Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti meminta izin kepada kepala
ruangan untuk melakukan pengambilan data dan menyampaikan kepada perawat
agar perawat mengerti maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Jika
perawat bersedia dengan menandatangani informed consent, pengambilan data
dapat dilakukan. Namun jika perawat menolak, maka peneliti harus menghormati
hak perawat.
4.4.3. Tanpa nama (anonimity)
Menjelaskan kepada perawat bahwa dalam pelaksanaan penelitian, perawat
tidak perlu menuliskan nama pada lembar kuesioner melainkan dengan
menuliskan inisial dari nama perawat karena hasil pengambilan data tidak
berpengaruh pada karir perawat di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
26
4.4.4. Kerahasiaan (confidentiality)
Menjelaskan kepada perawat bahwa kerahasiaan data yang diperoleh
dari perawat dijamin terjaga oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil penelitian.
4.5. Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
pelaksanaan cuci tangan five moments perawat terdiri dari 3 bagian yaitu lembar
demografi, lembar kuisioner dan lembar observasi.
4.5.1. Lembar data demografi
Lembar data demografi perawat terdiri dari: jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, dan lama masa kerja perawat di rumah sakit
4.5.2. Lembar kuisioner pengetahuan cuci tangan perawat
Pada kuesioner ini berisi tentang pengetahuan perawat dalam cuci tangan
five-moments, dapat diukur dengan pemberian bobot pada setiap pertanyaan.
Jumlah pertanyaan ada 16 pertanyaan dengan skor tertinggi adalah 16, dengan
kriteria skor yakni: Benar : 1, Salah : 0. Tingkat pengetahuan dibagi 3 kategori
yaitu:
- Baik apabila responden memperoleh skor 11-16
- Cukup jika responden memperoleh skor 6-10
- kurang jika responden memperoleh skor 0-5
Universitas Sumatera Utara
27
4.5.3. Lembar observasi pelaksanaan five moments perawat
Lembar observasi pelaksanaan cuci tangan five moments bertujuan untuk
menggambarkan kepatuhan perawat dalam melaksanakan cuci tangan five
moments sesuai yang ditetapkan WHO. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari
5 pernyataan dengan masing-masing indikasi terdapat tindakan-tindakan yang
mengacu dengan tinjauan pustaka. Skala yang digunakan dalam lembar observasi
ini adalah skala Guttman dengan jenis pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan
tidak. Jika perawat melaksanakan salah satu dari lima indikasi dalam five moments
diberi nilai 1 dan apabila perawat tidak melaksanakan diberi nilai 0. Perawat
dikatakan melaksanakan cuci tangan enam five moments apabila total nilai 5.
4.6. Validitas dan Reliabilitas
4.6.1. Validitas
Instrument untuk mengukur pengetahuan perawat dalam cuci tangan
pada penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji
validitas untuk mengetahui besar derajat alat ukur untuk mengukur secara
konsisten sasaran yang diukur. Uji validitas menggunakan validitas isi, uji
validitas dilakukan oleh orang yang berkompeten dibidangnya dengan menguji
setiap butir instrument pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan kepada
Afrinayanti.W.Siregar, S.Kep.,Ns dengan menggunakan Content Validity yaitu
mengukur sejauh mana kuesioner yang dibuat mewakili semua aspek sebagai
kerangka konsep. CVI pada kuesioner ini sebesar 1. Sebuah alat ukur dianggap
valid jika CVI > 0,86 (Polit & Beck 2012).
Universitas Sumatera Utara
28
4.6.2. Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan uji yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan, serta menunjukkan apakah
hasil pengukuran tetap konsisten atau tidak bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih pada gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas pada instrument ini hanya dilakukan pada
kuesioner pengetahuan perawat, sementara pada lembar observasi cuci tangan
five moments tidak dilakukan karena merupakan ketetapan dari WHO.
Uji reliabilitas pada instrument ini dilakukan pada 10 perawat yang tidak
termasuk dalam jumlah sampel penelitian. Uji reliabilitas ini menggunakan
KR-21. Hasil uji reliabilitas dikatakan reliabel jika nilai alpha (α) lebih besar
atau sama dengan 0,70 maka instrument dinyatakan reliabel (Polit & Beck,
2012). Hasil uji reliabilitas pada kuesioner ini adalah 0,748. Oleh karena itu
kuesioner yang digunakan peneliti dapat dikatakan reliabel.
4.7. Pengumpulan Data
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu, pada tahap awal
peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi
pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) kemudian surat dari Fakultas
Keperawatan USU di kirim ke RS USU Medan sebagai tempat penelitian. Setelah
mendapat izin dari Direktur RS USU Medan, peneliti menjumpai kepala ruangan
Mahoni, Gaharu dan Meranti untuk meminta izin dan menjelaskan maksud dari
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Universitas Sumatera Utara
29
Peneliti melakukan observasi dalam sekali pengamatan terhadap
pelaksanaan cuci tangan five moments. Penelitian ini berlangsung hingga indikasi
pada 5 momen yang dinilai terpenuhi. Pada penelitian ini, proses observasi tidak
diketahui perawat pelaksana. Setiap pengamatan yang dilakukan peneliti tidak
berkelanjutan, yang berarti perawat yang diamati hanya satu kali pengamatan.
Setelah memperoleh data dari hasil observasi peneliti memberikan
kuesioner pengetahuan perawat tentang cuci tangan five moments. Peneliti terlebih
dahulu menjelaskan kepada responden tentang proses pengisian kuesioner,
kemudian responden yang bersedia diminta untuk mengisi data demografi serta
menjawab pertanyaan penelitian. Setelah kuesioner terkumpul peneliti memeriksa
kelengkapan data kuesioner. Apabila lembar data belum diisi secara lengkap,
peneliti meminta responden untuk melengkapi data demografinya dan
mengumpulkan kembali lembar tersebut.
4.8. Analisis Data
Analisa data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap. Peneliti
melakukan analisa data dimulai dengan memeriksa kelengkapan data yang
dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga ketika ada kekurangan dapat
segera diperbaiki, data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan tabulasi dan analisa data. Data dimasukkan ke komputer dan dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan program komputer. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis univariat dan analisa bivariat.
Universitas Sumatera Utara
30
4.8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini
analisa data dilakukan dengan metode statistik univarat yaitu digunakan untuk
menganalisa data demografi, variabel independen (pengetahuan perawat tentang
cuci tangan five-moments) dan variabel dependen (pelaksanaan cuci tangan fivemoments perawat). Untuk menganalisa data tersebut digunakan program
komputerisasi dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi dan persentase.
4.8.2. Analisis Bivariat
Peneliti melakukan analisis bivariat yang bertujuan untuk mengidentifikasi
hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moments di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara. Untuk melakukan analisis data mengenai
hubungan pengetahuan cuci tangan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moments,
penulis menggunakan teknik statistik analisis korelasi dengan uji
Rank
Spearment.
Analisis
dilakukan
untuk
membuktikan
hipotesa
penelitian
dengan
menggunakan taraf signifikan 10%. Jika signifikansi > 0.1, maka tidak ada
hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moment, tetapi jika
signifikansi < 0.1 ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan
five-moment perawat di rumah sakit Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian hubungan pengetahuan dengan
pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di rumah sakit Universitas
Sumatera Utara. Hasil penelitian ini diperoleh melalui tindakan penyebaran
kuesioner pengetahuan cuci tangan five moments dan hasil observasi yang
dilakukan peneliti di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Penyajian data
melalui penyebaran kuesioner meliputi jenis kelamin, usia perawat, pendidikan
terakhir, lama masa kerja, dan pengalaman mengikuti pelatihan cuci tangan.
5.1.1. Analisis Univariat
5.1.1.1. Karakteristik Perawat
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah perawat rawat inap
yang bekerja di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Deskripsi perawat
meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama masa kerja, dan
pengalaman pernah mengikuti pelatihan cuci tangan. Berdasarkan pada tabel 5.1.
dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat pelaksana adalah perempuan dengan
umur kategori 26-30 tahun sebesar 47,5%, tingkat pendidikan terakhir ners dan
D3 sebesar 45,0% dan lama masa kerja 35
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan terakhir
Ners
Sarjana Keperawatan
D3 Keperawatan
Lama masa kerja
10 Tahun
Frekuensi (f)
Persentasi (%)
9
19
7
5
22,5
47,5
17,5
12,5
1
39
2,5
97,5
18
4
18
45,0
10,0
45,0
20
16
4
50,0
40,0
10,0
5.1.1.2. Pengetahuan Perawat
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2. diperoleh bahwa frekuensi
pengetahuan perawat
dalam cuci tangan five moments pada kategori cukup
sebesar 2,5% dan mayoritas pengetahuan perawat baik sebesar 97,5%.
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan perawat dalam cuci tangan
five moments di RS USU Mei 2017 (n=40)
Kategori
Cukup
Baik
Total
Frekuensi (f)
1
39
40
Persentasi (%)
2,5
97,5
100
Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan pada tabel 5.3. pertanyaan yang
paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 1, 2, 5, 6, dan 10 yaitu
sebesar 100%. Sedangkan yang paling banyak menjawab salah adalah pada
pertanyaan nomor 16 sebesar 37,5%
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jawaban perawat pada variabel pengetahuan
perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)
Jawaban Perawat
No
Peryataan
Benar
f
Salah
1
Definisi cuci tangan
40
%
100
2
3
4
Tujuan cuci tangan di rumah sakit
Manfaat cuci tangan
Langkah cuci tangan yang dilakukan di
rumah sakit?
Langkah pertama dalam cuci tangan
Langkah kedua dalam cuci tangan
Langkah ketiga dalam cuci tangan
Langkah keempat dalam cuci tangan
Langkah kelima dalam cuci tangan
Langkah keenam dalam cuci tangan
Lama proses melakukan langkah mencuci
tangan dengan air mengalir
Momen pertama dalam cuci tangan five
moments
Momen kelima dalam cuci tangan five
moments
Momen kedua dalam cuci tangan five
moments
Momen ketiga dalam cuci tangan five
moments
Momen keempat dalam cuci tangan five
moments
40
39
38
100
97,5
95
0
1
2
0
2,5
5
40
40
37
35
36
40
36
100
100
92,5
87,5
90
100
90
0
0
3
5
4
0
4
0
0
7,5
12,5
10
0
10
39
97,5
1
2,5
37
92,5
3
7,5
38
95
2
5
29
72,5
11
27,5
25
62,5
15
37,5
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
f
0
%
0
Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat bahwa kelompok usia 26-30 tahun
memiliki pengetahuan baik sebanyak 45% dan pengetahuan cukup 2,5%,
sedangkan kelompok usia 31-35 tahun sebanyak 17,5%. Pendidikan perawat ners
memiliki pengetahuan baik sebanyak 42,5% dan pengetahuan cukup sebanyak
2,5%, sedangkan perawat dengan pendidikan diploma memiliki pengetahuan baik
sebanyak 45%. Lama masa kerja 10 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 10%.
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir dan lama masa kerja di RS USU Mei 2017
(n=40)
Karakteristik
Pengetahuan
%
Cukup
22,5
0
45
1
17,5
0
12,5
0
97,5
1
Usia
21-25
26-30
31-35
>35
Total
Baik
9
18
7
5
39
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
1
38
39
2,5
95
97,5
0
1
1
0
2,5
2,5
Pendidikan
Ners
Sarjana Keperawatan
D3 Keperawatan
Total
17
4
18
39
42,5
10
45
97,5
1
0
0
1
2,5
0
0
2,5
20
15
4
39
50
37,5
10
97,5
0
1
0
1
0
2,5
0
2,5
Lama masa kerja 10 Tahun
Total
%
0
2,5
0
0
2,5
5.1.1.3. Pelaksanaan Perawat
Berdasarkan pada tabel 5.5. dapat dilihat bahwa sebagian perawat tidak
melaksanakan cuci tangan five moments (57,5%), sedangkan perawat yang
melaksanakan cuci tangan five moments sebesar (42,5%).
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di
RS USU Mei 2017 (n=40)
Pelaksanaan cuci tangan five moments
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
Total
Frekuensi (f)
17
23
40
Persentasi (%)
42,5
57,5
100
Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa pelaksanaan cuci tangan
perawat tertinggi pada moment ketiga yaitu setelah terpapar dengan cairan tubuh
pasien sebesar 80,0% sedangkan pelaksanaan cuci tangan perawat terendah
terdapat pada moment kelima yaitu setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
sebesar 55,0%.
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi perawat dalam cuci tangan five moments
berdasarkan setiap momen di RS USU Mei 2017 (n=40)
Dilaksanakan
Tidak Dilaksanakan
Tindakan Cuci Tangan five moments
Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi
(f)
(%)
(f)
(%)
37,5
15
62,5
25
Sebelum menyentuh pasien (Momen 1)
Sebelum melakukan tindakan prosedur
32,5
13
67,5
27
bersih/ aseptik (Momen 2)
Setelah terpapar dengan cairan tubuh
20,0
8
80,0
32
pasien (Momen 3)
25,0
10
75,0
30
Setelah menyentuh pasien (Momen 4)
Setelah menyentuh lingkungan sekitar
45,0
18
55,0
22
pasien (Momen 5)
Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa kelompok usia 26-30 tahun
paling banyak melakukan cuci tangan five moments sebanyak 15%, sedangkan
yang paling rendah melakukan cuci tangan five moments pada kelompok usia 3135 tahun sebanyak 2,5%. Dari tabel dapat diketahui perawat dengan pendidikan
terkahir ners lebih tinggi melakukan cuci tangan five moments yaitu sebesar 22,5
Universitas Sumatera Utara
36
dan terendah terdapat pada perawat dengan pendidikan terakhir sarjana
keperawatan sebanyak 5%. Lama masa kerja perawat pada kelompok 10 tahun yang melakukan cuci tangan five moments sebanyak 2,5%.
Tabel 5.7. Distribusi frekuensi pelaksanaan cuci tangan five moments berdasarkan
jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan lama masa kerja di RS
USU Mei 2017 (n=40)
Pelaksanaan cuci tangan five moments
Dilakukan %
Tidak
%
dilakukan
Usia
21-25
6
15
3
7,5
26-30
10
25
9
22,5
31-35
1
2,5
6
15
>35
0
0
5
12,5
Total
17
97,5
23
2,5
Jenis Kelamin
Laki-laki
1
2,5
0
0
Perempuan
16
40
23
57,5
Total
17
42,5
24
2,5
Pendidikan
Ners
9
22,5
9
22,5
Sarjana Keperawatan
2
5
2
5
D3 Keperawatan
6
15
12
30
Total
17
42,5
23
57,5
Lama masa kerja 10 Tahun
1
2,5
3
7,5
Total
17
42,5
23
57,5
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa perawat dengan pengetahuan
cukup tidak melakukan cuci tangan five moments sebanyak 2,5%. Sedangkan
perawat dengan pengetahuan baik melakukan pelaksanaan cuci tangan five
moments sebanyak 42,5% dan tidak melakukan pelaksanaan cuci tangan five
moments sebanyak 55%.
Universitas Sumatera Utara
37
Tabel 5.8. Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five
Moments Perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)
Pengetahuan
Cukup
Baik
Total
Pelaksanaan
Dilakukan
Tidak dilakukan
f
%
f
%
0
0
1
2,5
17
42,5
22
55
17
42.5
23
57,5
Total
2,5
75,5
100
5.1.2. Analisis Bivariat
5.1.2.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moment
Perawat
Berdasarkan pada tabel 5.9. menunjukkan hasil penelitian tentang
hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat
yaitu, nilai p = 0.397. Hasil ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat.
Tabel 5.9. Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five
Moments Perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)
Pengetahuan
Perawat
Pelaksanaan Cuci
Tangan Five
Moments
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Pengetahuan
1.000
40
.138
.397
40
Cuci Tangan
.138
.397
40
1.000
40
Universitas Sumatera Utara
38
5.2. Pembahasan
5.2.1. Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Perawat
Cuci tangan adalah tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan
air dan sabun atau larutan sabun, baik non-mikroba maupun antimikroba (WHO,
2009). Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (Depkes,
2007).
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa perawat yang
melaksanakan cuci tangan five moments sebesar 42,5%, dan jumlah perawat yang
tidak melakukan cuci tangan five moments sebesar 55%. Sebagian besar perawat
tidak melaksanakan cuci tangan five moments walaupun lingkungan Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara sudah tersedia poster pengingat petunjuk waktu dan
cara benar dalam melakukan cuci tangan hampir di setiap ruangan dan lingkungan
rumah sakit. Rendahnya jumlah perawat dalam melaksanakan cuci tangan five
moments dapat disebabkan karena beban kerja perawat yang tinggi, dan
banyaknya jumlah pasien dalam waktu yang bersamaan di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara. Motacki, K., Kapoian, T., O’mara, B.H. (2010)
menyatakan
bahwa
faktor
yang
mengakibatkan
ketidakpatuhan
dalam
melaksanakan cuci tangan adalah aktivitas yang terlalu sibuk, pasien yang banyak,
mementingkan pasien terlebih dahulu, panduan dan pengetahuan cuci tangan tidak
memadai cuci tangan, memiliki anggapan resiko rendah untuk mendapatkan
infeksi dari pasien, lupa untuk mencuci tangan, tidak ada contoh dari atasan atau
Universitas Sumatera Utara
39
seseorang yang lebih senior, meragukan hasil dari pelaksanaan cuci tangan, tidak
setuju dengan rekomendasi.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Simanjuntak (2016) menyatakan bahwa
hasil observasi perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments sebesar
35,3%. Perawat sebagai petugas kesehatan yang selalu berada 24 jam di sekitar
pasien harusnya dapat mengaplikasikan prosedur cuci tangan yang benar agar
dapat mengeliminasi mikroba yang ada pada tangan secara efektif dan
mengurangi kontaminasi silang dari perawat ke pasien demi mencegah terjadinya
infeksi nosokomial (Schaffer, dkk, 2000).
Pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara didapatkan moment pertama sebesar 62,5%, moment kedua
sebesar 67,5%, moment ketiga sebesar 80%, moment keempat sebesar 75%, dan
moment kelima sebesar 55%. Pelaksanaan cuci tangan paling tinggi terdapat pada
moment ketiga yaitu setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien sebesar 80%. Hal
ini dapat terjadi karena tangan perawat terlihat kotor dan perawat memproteksi
diri sendiri apabila terpapar cairan tubuh pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian
Ernawati, Tri dan Wiyanto (2014) yang menyatakan bahwa 67% perawat
melakukan cuci tangan pada momen ketiga.
Pelaksanaan cuci tangan five moments pada penelitian ini yang terendah
terdapat pada moment kelima sebesar 55%. Hal ini dapat terjadi karena perawat
merasa tidak ada kuman berbahaya pada peralatan sekitar pasien sehingga perawat
merasa aman tanpa harus mencuci tangan setelah menyentuh lingkungan sekitar
pasien. Perawat juga menganggap bahwa tangan mereka tidak kotor (tidak terkena
Universitas Sumatera Utara
40
darah atau nanah). Hal ini sejalan dengan penelitian Ernawati, Tri & Wiyanto
(2014) yang menyatakan bahwa kepatuhan cuci tangan perawat lebih sedikit
dilakukan setelah perawat menyentuh peralatan sekitar pasien, perawat kurang
menyadari mereka dapat membuat pasien terkontaminasi kuman dari tindakan
setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.
Setelah moment kelima didapat hasil moment pertama juga rendah yaitu
sebesar 62,5%. Hal ini sejalan dengan penelitian Widyanita & Listiowati (2014)
yang menyatakan bahwa pelaksanaan pada moment pertama lebih rendah. Hal ini
dikarenakan padatnya kegiatan perawatan pasien ditiap ruangan sehingga
beberapa perawat melakukan kunjungan dari satu ruangan keruangan lain tanpa
melakukan cuci tangan. Hal ini sejalan dengan
menyatakan
bahwa perawat
sering
Potter & Perry (2005) yang
mengabaikan
cuci
tangan
sebelum
menggunakan sarung tangan serta pemakaian sarung tangan yang berulang dari
satu pasien ke pasien lain.
Perawat beranggapan bahwa tidak perlu melakukan cuci tangan ketika
perawat menggunakan sarung tangan, karena permukaan kulit perawat tidak
terkena langsung dengan pasien. Alasan kurangnya pelaksanaan cuci tangan dapat
disebabkan tingginya mobilitas perawat sehingga secara praktis lebih mudah
menggunakan sarung tangan, hal tersebut memicu tingginya penggunaan sarung
tangan yang didukung kelalaian untuk cuci tangan sebelum
dan setelah
menggunakan sarung tangan (Jamaluddin 2012). Penggunaan sarung tangan baik
bersih ataupun steril tidak mengubah atau menggantikan pelaksanaan cuci tangan.
Sejalan dengan peryataan WHO (2009) yang menyatakan bahwa cuci tangan
Universitas Sumatera Utara
41
harus dilakukan sebelum mengenakan sarung tangan dan setelah sarung tangan
dilepas.
Perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments jika dikaitkan
dengan usia perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara mayoritas 25%
berada pada kategori umur 26-30 tahun yang berarti usia tersebut masih dapat
menerima suatu bentuk aturan-aturan rumah sakit. Robbin (2002) menyatakan
bahwa faktor usia pada pelaksanaan kinerja sangat erat kaitannya, alasannya
adalah adanya keyakinan yang meluas bahwa pelaksanaan kinerja menurun akibat
bertambahnya usia. Pekerja yang berusia tua dianggap kurang luwes dan menolak
teknologi baru, di lain pihak ada kualitas positif pada pekerja yang berusia tua,
meliputi pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat, dan komitmen
terhadap mutu. Rentang usia 26-30 tahun berada pada usia dewasa dini. Pada
rentang usia dewasa dini dilihat dari sisi tugas tahap perkembangannya, yaitu
mempunyai pola kooperatif, kompetitif dan pola persahabatan. Tahapan usia ini
jika dihubungkan dengan pelaksanaan aktivitas cuci tangan dapat dilakukan
dengan memanfaatkan tahapan perkembangan petugas kesehatan tersebut (Melfa,
Sri & Amir, 2012)
Perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments jika dikaitkan
dengan data demografi pendidikan terakhir perawat di Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara mayoritas 22,5% berada pada kategori pendidikan Ners dengan
lama masa kerja berada pada rentang 0,39 bahwa tidak ada
perbedaan proporsi perilaku mencuci tangan pada tenaga kesehatan yang memiliki
pengetahuan baik dan yang memiliki pengetahuan cukup ataupun kurang. Namun
hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hikmayanti (2015) yang menyatakan
bahwa pengetahuan perawat akan mendasari perawat tersebut untuk patuh dan
menyadari betul bahwa mencuci tangan five moments merupakan hal yang penting
untuk pencegahan penularan infeksi, sehingga pada saat melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien perawat akan patuh mencuci tangan five moments
untuk keselamatan diri perawat itu sendiri. Banyak hal yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
47
perilaku cuci tangan yang baik, diantaranya status petugas kesehatan yaitu non
dokter, dan juga pengenalan penggunaaan handrub berbasis alkohol. Sedangkan
untuk perilaku cuci tangan yang buruk dapat dipengaruhi oleh kurangnya fasilitas
cuci tangan yang baik seperti wastafel, kran air, sabun cuci tangan dan handuk
atau tisu kering. Namun keadaan ini tidak membuat pelaksanaan cuci tangan
perawat dalam cuci tangan five moments baik karena fasilitas yang tersedia di
lingkungan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara cukup memfasilitasi perawat
dalam cuci tangan. Setiap ruangan pasien maupun ruangan perawat sudah tersedia
wastafel dan hand rub disetiap bed pasien.
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perawat dalam cuci tangan five
moments yaitu faktor personal dan faktor lingkungan. Faktor personal yang dapat
mempengaruhi antara lain adalah pengetahuan tentang mencuci tangan seperti
pernah mengikuti seminar tentang cuci tangan, sedangkan faktor lingkungan yang
mempengaruhi pelaksanaan cuci tangan five moments antara lain kurangnya
fasilitas cuci tangan, kurangnya pengawasan komite pengedali infeksi, evaluasi
terhadap perilaku perawat terhadap pelaksanaan cuci tangan, kurangnya tenaga
dan pasien yang banyak, iritasi kulit dan kurangnya komitmen dari institusi
tentang cuci tangan yang baik.
Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan cuci tangan five moments
perawat didapat bahwa 97,5% perawat dalam kategori pengetahuan baik, namun
tidak sejalan dengan hasil observasi pelaksanaan cuci tangan five moments
perawat yang masih rendah yaitu 42,5%. WHO (2013) menyatakan bahwa dalam
peningkatan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat ada beberapa hal yang
Universitas Sumatera Utara
48
perlu diperhatikan diantaranya penyediaan hand rub berbasis alkohol selain
wastafel dan sabun antiseptik disetiap titik perawatan, pendidikan dan pelatihan
kepada petugas kesehatan secara teratur dan berkala, evaluasi dan umpan balik
berupa monitoring, persepsi dan pengetahuan petugas kesehatan secara teratur,
adanya pengingat di tempat kerja untuk promosi dan meningkatkan kepedulian
petugas kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian seluruh perawat di Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara sudah pernah mengikuti pelatihan cuci tangan five moments
namun pelatihan serta pendidikan tersebut tidak dilakukan evaluasi dan umpan
balik berupa monitoring dikarenakan perawat di Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara hanya mengikuti pelatihan cuci tangan five moments satu kali.
Suatu studi mengungkapkan pelaksanaan cuci tangan meningkat setelah intensif
promosi cuci tangan, tetapi 6 bulan kemudian pelaksanaan cuci tangan menurun
pada level awal sebelum dilaksanakannya program tersebut. Waktu adalah kunci
yang menjadi faktor penting penghambat pelaksanaan cuci tangan (Wilson, J.
2006). Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pengetahuan perawat
tidak sejalan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments.
Minimnya pelatihan pencegahan infeksi nosokomial dari tim pengendali
infeksi nosokomial di Rumah Sakit juga bisa menjadi alasan mengapa
pelaksanaan cuci tangan di
Rumah Sakit Universitas Suamtera Utara masih
tergolong rendah. Bady dkk (2007) mengatakan bahwa pelatihan dan pemahaman
infeksi nosokomial sangat berhubungan dengan ketrampilan yang dilakukan
perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Adanya pelatihan diharapkan akan
Universitas Sumatera Utara
49
memberikan pengetahuan baru yang dapat mempengaruhi sikap untuk bertindak
secara positif pula. Tidak adanya reward yang secara konsisten setiap tahunnya
bagi perawat yang melaksanakan cuci tangan yang baik di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara juga dapat menjadi salah satu hambatan rendahnya
pelaksanaan perawat dalam cuci tangan five moments.
Universitas Sumatera Utara
50
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada penelitian ini
maka kesimpulan yang dapat diambil adalah pengetahuan cuci tangan five
moments perawat di RS USU termasuk pada kategori baik sedangkan pelaksanaan
cuci tangan five moments perawat masih rendah. Sebagian besar perawat tidak
melaksanakan cuci tangan five moments. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five
moments perawat. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun pengetahuan perawat
dalam cuci tangan five moments baik, namun perawat yang melaksanakan cuci
tangan five moments masih rendah, dan perlu evaluasi dan umpan balik berupa
monitoring terhadap pelaksanaan cuci tangan five moments.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan untuk
mebiasakan diri dalam melakukan cuci tangan dan menerapkan pelaksanaan cuci
tangan five moments ketika berada di lingkungan rumah sakit maupun pusat
kesehatan lainnya.
50
Universitas Sumatera Utara
51
6.2.2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Rumah sakit diharapkan melakukan pelatihan secara berkala dan
pengawasan terhadap pelaksanaan cuci tangan five moments.
6.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan dan pelaksanaan perawat dalam melaksanakan cuci
tangan five moments.
Universitas Sumatera Utara